Organisasi: ISIS

  • Pesawat Militer AS Jatuh Belah 2 di Dekat RI, 4 Tewas

    Pesawat Militer AS Jatuh Belah 2 di Dekat RI, 4 Tewas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah pesawat kecil yang dikontrak oleh militer Amerika Serikat (AS), Departemen Pertahanan, jatuh di Filipina selatan Kamis. Komando Indo-Pasifik AS mengumumkan kejadian itu menewaskan empat orang di dalamnya.

    “Pesawat itu menyediakan dukungan intelijen, pengawasan, dan pengintaian atas permintaan sekutu Filipina kami,” kata Komando Indo-Pasifik dalam sebuah pernyataan tentang kecelakaan di pulau Mindanao, dikutip dari AFP, Jumat (7/2/2025).

    “Insiden itu terjadi selama misi rutin untuk mendukung kegiatan kerja sama keamanan AS-Filipina,” tambahnya.

    Lebih rinci mereka yang tewas dalam kejadian tersebut adalah satu anggota angkatan bersenjata AS dan tiga kontraktor pertahanan. Sayangnya tidak ada identitas yang diberikan karena masih menunggu pemberitahuan kepada keluarga korban.

    “Kami dapat memastikan tidak ada yang selamat dari kecelakaan itu,” tambah pernyataan itu lagi.

    Sejumlah kecil pasukan Amerika ditempatkan dalam penempatan rotasi jangka pendek di Filipina. Di negeri dekat RI itu, militer AS membantu menyediakan intelijen bagi pasukan yang memerangi militan yang terkait dengan kelompok ISIS yang masih aktif di Mindanao.

    Militer Filipina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak dapat merilis informasi tentang kecelakaan itu karena masalah tersebut dirahasiakan. Penyelidikan masih berlangsung.

    Juru bicara polisi daerah Jopy Ventura mengatakan bahwa petugas belum menentukan penyebab jatuhnya pesawat, yang terjadi di sebuah peternakan dekat kotamadya Ampatuan tersebut. Juru bicara itu berujar polisi dan tentara dikerahkan ke lokasi untuk mencegah potensi perusakan barang bukti.

    Nomor ekor pesawat diidentifikasi oleh polisi sebagai N349CA. Menurut situs pelacakan penerbangan FlightAware, pesawat didaftarkan atas nama perusahaan pertahanan Metrea, dan diidentifikasi sebagai Beechcraft Super King Air B300.

    Penyelamat kota Rhea Martin mengatakan bahwa timnya telah menemukan empat mayat di lokasi kecelakaan. “Mayat-mayat itu ditemukan di dekat pesawat. Pesawat itu terbelah dua,” katanya.

    (sef/sef)

  • Pesawat Kontrak Militer AS Jatuh di Filipina, 4 Orang Tewas

    Pesawat Kontrak Militer AS Jatuh di Filipina, 4 Orang Tewas

    Manila

    Satu unit pesawat kecil yang dikontrak oleh militer Amerika Serikat (AS) jatuh di Filipina bagian selatan. Akibatnya, empat orang yang berada di dalam pesawat itu tewas.

    Dilansir dari AFP, Kamis (6/2/2025), militer Filipina tidak dapat merilis informasi mengenai kecelakaan di Pulau Mindanao itu karena sebuah masalah yang masih dirahasiakan. Penyelidikan juga sedang berlangsung.

    Tentara AS sedang ditempatkan di Filipina dalam jangka pendek. Militer AS memberikan informasi intelijen kepada pasukannya untuk memerangi militan yang terkait dengan kelompok ISIS yang masih aktif di Mindanao.

    Komando Indo-Pasifik AS di Hawaii tak kunjung memberikan pernyataan soal kecelakaan itu. Kepada AFP, juru bicara kepolisian daerah Jopy Ventura belum menentukan penyebab jatuhnya pesawat tersebut.

    Sejauh ini, belum ada satu pun dari empat korban tewas yang teridentifikasi. Polisi dan tentara Filipina tengah dikerahkan ke TKP untuk mencegah adanya potensi gangguan.

    Nomor yang tertera pada ekor pesawat, yang diidentifikasi oleh polisi bernomor N349CA, telah didaftarkan ke perusahaan pertahanan Metra. Menurut situs pelacakan penerbangan FlightAware, pesawat itu diidentifikasi Beechcraft Super King Air B300.

    Dalam situs web Metra menggambarkan perusahaan tersebut sebagai ‘penyedia efek sebagai layanan terkemuka bagi mitra keamanan nasional di berbagai domain dan lebih dari selusin wilayah misi’.

    Salah satu anggota tim pencarian korban, Rhea Martin, mengatakan timnya telah menemukan empat mayat di lokasi kecelakaan.

    “Mayat-mayat itu ditemukan di dekat pesawat. Pesawat itu terbelah dua,” ujar Martin.

    Lihat juga Video: Pesawat Jatuh di Gudang Mebel di California, 2 Orang Tewas

    (isa/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Turki Berencana Bangun 2 Pangkalan Militer di Suriah, Bagaimana Nasib Rusia? – Halaman all

    Turki Berencana Bangun 2 Pangkalan Militer di Suriah, Bagaimana Nasib Rusia? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Turki berencana membangun dua pangkalan militer baru di Suriah yang akan digunakan untuk melatih angkatan bersenjata baru negara tersebut.

    Laporan ini bersumber dari informasi yang dikutip oleh surat kabar Türkiye Newspaper pada 3 Februari 2025 dari beberapa sumber Arab yang tidak disebutkan namanya.

    “Turki akan melatih anggota militer di dua pangkalan yang akan dibangun di Suriah,” menurut laporan tersebut.

    “Turki dan Suriah akan menandatangani perjanjian pertahanan bersama.”

    Laporan itu juga menambahkan, “Berdasarkan perjanjian yang diharapkan segera ditandatangani, Turki akan membantu Suriah jika negara tersebut menghadapi ancaman mendadak.”

    Militer Turki akan melatih tentara Suriah, termasuk pilot, dengan tujuan membangun angkatan udara untuk Suriah.

    Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa Turki akan menempatkan 50 pesawat tempur F-16 di dua pangkalan baru tersebut hingga Angkatan Udara Suriah terbentuk sepenuhnya.

    “Langkah ini bertujuan untuk mencegah serangan apapun terhadap kedaulatan Suriah.”

    Selain itu, pihak berwenang Suriah juga dilaporkan meminta agar Turki mengerahkan pesawat nirawak, radar, dan sistem perang elektronik di sepanjang perbatasan Suriah dengan Israel.

    Mengutip The Cradle, setelah Ahmad al-Sharaa dilantik sebagai Presiden Suriah, diumumkan bahwa semua faksi bersenjata, termasuk kelompok ekstremis Hayat Tahrir al-Sham (HTS), akan dibubarkan dan digabungkan ke dalam institusi negara, termasuk militer.

    Banyak pejuang asing datang ke Suriah pasca-2011 untuk melawan pemerintahan mantan Presiden Bashar al-Assad.

    Mereka berasal dari Uighur Tiongkok, Albania, Turki, dan Yordania.

    Setelah Assad digulingkan, banyak dari mereka yang diberi posisi tinggi di militer baru Suriah, meskipun sebelumnya mereka adalah anggota ISIS atau faksi yang berhubungan dengan Al-Qaeda.

    Laporan ini muncul sehari sebelum Al-Sharaa (yang sebelumnya dikenal sebagai Abu Mohammad al-Julani), mantan pemimpin Al-Qaeda dan ISIS, dijadwalkan melakukan kunjungan resmi pertamanya ke Turki setelah perjalanannya ke Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohamed bin Salman (MBS).

    Sharaa diperkirakan akan bertemu dengan pejabat dan pemimpin Turki untuk membahas sejumlah isu, termasuk pemulihan ekonomi dan keamanan.

    “Kami yakin hubungan antara Turki dan Suriah, yang telah kembali terbangun setelah pembebasan Suriah, akan semakin kuat dan berkembang dengan kunjungan Ahmad al-Sharaa dan delegasinya,” ujar Fahrettin Altun, Kepala Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki.

    Turki telah lama mendukung HTS dan berperan dalam operasi militer yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Assad pada 8 Desember 2024.

    Militer Turki telah berada di Suriah sejak 2016, terutama untuk memerangi pasukan Kurdi yang didukung AS.

    Bagaimana dengan Rusia?

    Selama pemerintahan Bashar al-Assad, Rusia memiliki dua pangkalan militer di Suriah, yakni Pangkalan Udara Khmeimim dan pangkalan angkatan laut di Tartus.

    PANGKALAN MILITER RUSIA – Kapal angkatan laut Rusia terlihat di Tartus pada tanggal 5 Desember (atas). Kapal-kapal tersebut hilang dalam gambar tanggal 10 Desember. (Maxar Technologies)

    Namun, situasi berubah setelah Assad digulingkan oleh kelompok yang dipimpin oleh Sharaa.

    Assad melarikan diri ke sekutunya, Rusia.

    Setelah itu, Rusia dilaporkan telah memindahkan peralatan militernya dari kedua pangkalan tersebut, meski tidak jelas apakah pemindahan itu hanya sementara atau permanen.

    Pada akhir Januari lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan ada “pembicaraan terbuka” terkait isu pangkalan militer ini, menurut Reuters.

    Kedua pihak masih melakukan kontak untuk mencapai kesepakatan lebih lanjut.

    Diplomat Rusia kemudian dikirim ke Damaskus untuk merundingkan masalah tersebut.

    Menurut laporan The New York Times pada 2 Februari 2025, delegasi diplomat Rusia tiba pada Selasa (28/1/2025) untuk menghadiri pertemuan di Damaskus.

    Namun pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan.

    Pertemuan ini mencerminkan tawar-menawar geopolitik yang telah berlangsung pasca-perang saudara Suriah — dengan potensi membentuk kembali Timur Tengah, tulis The New York Times.

    Kekuatan-kekuatan dunia bersaing memperebutkan pengaruh, sementara pemimpin muda Suriah berupaya memperoleh legitimasi, keamanan, dan bantuan melalui pendekatan realpolitik yang pragmatis.

    “Saya rasa suasana umum di Damaskus saat ini adalah, ‘Kami orang Suriah tidak perlu bertengkar dengan siapa pun, termasuk mantan musuh kami,’” kata Charles Lister, peneliti senior di Middle East Institute di Washington.

    “Jadi, de-eskalasi dan pragmatisme adalah kuncinya.”

    Namun, Rusia diminta untuk membuat konsesi.

    Al-Sharaa menekankan bahwa setiap hubungan baru dengan Rusia harus menyelesaikan kesalahan masa lalu terlebih dahulu.

    Dia meminta kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh Rusia dan menuntut agar Assad serta rekan-rekannya diserahkan untuk diadili, menurut dua pejabat yang mengetahui pertemuan tersebut.

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, kemungkinan besar tidak akan setuju.

    Ketika ditanya mengenai ekstradisi Assad sehari setelah pertemuan para diplomat tersebut, juru bicara Putin menolak berkomentar.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Kontroversi Salwan Momika, Pembakar Al-Qur’an yang Ditembak Mati

    Kontroversi Salwan Momika, Pembakar Al-Qur’an yang Ditembak Mati

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengungsi Irak Salwan Momika, yang ditembak mati pada 29 Januari 2025 malam di Swedia, memicu kontroversi internasional dengan berbagai aksi pembakaran Al-Qur’an.

    Pada Juni 2023, pria berusia 38 tahun dengan masa lalu yang kelam itu memicu kemarahan ketika dia menginjak-injak kitab suci Islam dan membungkusnya dengan daging bacon sebelum membakar beberapa halaman, membanting dan menendangnya.

    Dalam protesnya, Momika, yang sering mengenakan kacamata hitam persegi, tampak menantang di hadapan para pengunjuk rasa tandingan yang berteriak, menyeringai sebagai reaksi terhadap kata-kata cabul yang diteriakkan kepadanya.

    Sambil memegang Al-Qur’an, Momika mengaku ingin mengingatkan masyarakat Swedia tentang “bahaya buku ini” dalam aksi protesnya pada Juni 2023.

    Sebelum pindah ke Swedia pada 2018, akun media sosialnya menceritakan kisah karier politiknya yang tidak menentu di Irak.

    Kisah itu mencakup hubungan dengan faksi bersenjata Kristen selama perang melawan kelompok ISIS, persaingan dengan paramiliter Kristen yang berpengaruh, dan penangkapan singkat.

    Ia juga bergabung dalam protes antikorupsi besar-besaran yang melanda Irak pada akhir 2019, yang disambut dengan tindakan keras oleh pihak berwenang yang menewaskan lebih dari 600 orang di seluruh negeri.

    Masalah Diplomatik

    Momika awalnya berencana menggelar protesnya di Stockholm pada Februari 2023, tetapi polisi menolak memberinya izin dengan alasan masalah keamanan. Putusan itu dibatalkan di pengadilan, sehingga membuka jalan bagi demonstrasinya.

    Berbicara kepada surat kabar Aftonbladet pada April 2023, Momika menekankan bahwa niatnya bukanlah untuk menimbulkan masalah bagi Swedia.

    “Saya tidak ingin mencelakai negara yang telah menerima saya dan menjaga martabat saya,” katanya.

    Namun, protesnya justru membuat pemerintah pusing. Protesnya pada Juni menuai kecaman dari seluruh dunia, termasuk dari Turki — yang saat itu memblokir keanggotaan Swedia di NATO.

    Para pengunjuk rasa Irak menyerbu kedutaan besar Swedia di Baghdad dua kali pada Juli 2023, dan pada kesempatan kedua, mereka membakar kompleks tersebut.

    Pemerintah Swedia mengutuk penodaan tersebut sambil menekankan undang-undang kebebasan berbicara dan berkumpul yang dilindungi oleh konstitusi negara tersebut.

    Namun keputusan Swedia untuk membiarkan demonstrasi Momika berlangsung mendorong Irak untuk mengusir duta besar Swedia dan mencabut izin bagi perusahaan telekomunikasi Ericsson untuk beroperasi di negara itu.

    Kebohongan Besar

    Pada Agustus 2024, Momika didakwa telah melakukan “agitasi terhadap kelompok etnis” sebanyak empat kali pada musim panas tahun 2023.

    Pengadilan distrik Stockholm dijadwalkan akan menyampaikan putusannya dalam kasus tersebut keesokan paginya setelah Momika dibunuh. Namun pada hari yang sama, jaksa penuntut membatalkan dakwaan tersebut.

    Momika mengatakan bahwa dia telah menerima banyak ancaman pembunuhan atas protesnya, yang disiarkan langsung di media sosialnya.

    Sementara Momika mendapat perlindungan polisi selama protes dan saat menghadiri pengadilan, pengacaranya Anna Roth mengatakan kepada kantor berita TT bahwa sejauh pengetahuannya, Momika tidak dilindungi saat berada di rumah.

    “Dia sangat menyadari bahwa ada ancaman besar terhadapnya. Ada harga yang harus dibayar untuk kepalanya,” kata Roth.

    Pada Maret 2024, Momika meninggalkan Swedia untuk mencari suaka di Norwegia, mengatakan bahwa kebebasan berekspresi dan perlindungan hak asasi manusia di Swedia adalah “kebohongan besar”.

    Norwegia mendeportasinya kembali ke Swedia hanya beberapa minggu kemudian.

    Setelah protes awalnya, dia menyatakan ambisinya untuk terjun ke dunia politik.

    Dia mengatakan kepada surat kabar Aftonbladet bahwa dia berharap suatu hari dapat mencalonkan diri untuk kursi di parlemen sebagai perwakilan dari Partai Demokrat Swedia, partai anti-imigrasi yang mendukung pemerintahan koalisi Perdana Menteri Ulf Kristersson.

    Pada saat itu, Partai Demokrat Swedia mengatakan bahwa tindakan Momika tidak mewakili partai tersebut.

    (luc/luc)

  • Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah    
        Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah

    Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah

    Jakarta

    Ledakan bom mobil menewaskan 15 orang, sebagian besar perempuan yang menjadi pekerja pertanian, di kota Manbij di Suriah utara, tempat pasukan Kurdi bertempur melawan kelompok-kelompok yang didukung Turki.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (3/2/2025), mengutip tim penyelamat White Helmet, kantor berita Suriah, SANA mengatakan telah terjadi “pembantaian” di jalan lokal, dengan “ledakan bom mobil di dekat kendaraan yang mengangkut para pekerja pertanian” menewaskan 14 perempuan dan satu laki-laki.

    Serangan itu juga melukai 15 perempuan, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis, lapor SANA, seraya menambahkan jumlah korban bisa bertambah.

    Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi pada Senin (3/2) tersebut.

    Ledakan bom ini adalah serangan kedua dalam beberapa hari terakhir di Suriah yang dilanda perang, di mana para pemberontak berhasil menggulingkan presiden Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu.

    Sebelumnya, kelompok pemantau perang, Syrian Observatory for Human Rights melaporkan sembilan orang, termasuk sejumlah petempur pro-Turki yang tidak disebutkan jumlahnya, tewas pada hari Sabtu lalu “ketika sebuah bom mobil meledak di dekat posisi militer” di Manbij.

    Pasukan yang didukung Turki di wilayah utara Suriah melancarkan serangan terhadap kelompok Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan didukung Amerika Serikat pada bulan November lalu. Mereka berhasil merebut beberapa daerah kantong yang dikuasai Kurdi di wilayah utara meskipun AS berupaya menengahi gencatan senjata.

    Lihat juga Video: Meksiko Diguncang 2 Serangan Bom Mobil yang Meledak Bersamaan

    Dengan dukungan AS, SDF mempelopori kampanye militer yang mengusir kelompok ISIS dari Suriah pada tahun 2019.

    Namun, Turki menuduh komponen utama kelompok tersebut — Unit Perlindungan Rakyat (YPG) — berafiliasi dengan kelompok Pekerja Kurdistan (PKK).

    Baik Turki maupun Amerika Serikat telah menetapkan PKK, yang telah melancarkan pemberontakan selama puluhan tahun di wilayah Turki, sebagai kelompok teroris.

    Penguasa baru Suriah telah meminta SDF untuk menyerahkan senjata mereka, menolak tuntutan untuk segala bentuk pemerintahan sendiri Kurdi.

    Lihat juga Video: Meksiko Diguncang 2 Serangan Bom Mobil yang Meledak Bersamaan

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bom Mobil Meledak Tewaskan 15 Orang, Mayoritas Perempuan

    Bom Mobil Meledak Tewaskan 15 Orang, Mayoritas Perempuan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah bom mobil meledak pada Senin (3/2/2025) di kota Manbij, Suriah utara, menewaskan 15 orang, sebagian besar di antaranya adalah pekerja perempuan di sektor pertanian.

    Serangan ini terjadi di tengah pertempuran antara pasukan Kurdi dan kelompok-kelompok yang didukung oleh Turki. Media pemerintah Suriah, SANA, melaporkan bahwa ledakan tersebut terjadi di dekat kendaraan yang mengangkut pekerja pertanian, menyebabkan “pembantaian” di jalan setempat.

    Menurut SANA, yang mengutip keterangan dari tim penyelamat White Helmets, ledakan bom mobil tersebut menewaskan 14 perempuan dan satu laki-laki. Serangan ini juga melukai 15 perempuan, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.

    SANA menambahkan bahwa jumlah korban mungkin akan bertambah. Hingga saat ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Ini adalah serangan kedua dalam beberapa hari terakhir di Suriah yang dilanda perang. Sebelumnya, pada Sabtu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa sembilan orang, termasuk sejumlah pejuang yang didukung Turki, tewas dalam ledakan bom mobil di dekat posisi militer di Manbij.

    Sebelumnya, pasukan yang didukung Turki di utara Suriah melancarkan serangan terhadap Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan didukung AS pada November lalu. Mereka berhasil merebut beberapa wilayah yang dikuasai Kurdi di utara, meskipun AS berupaya menjadi penengah gencatan senjata.

    Dengan dukungan AS, SDF memimpin kampanye militer yang berhasil mengusir kelompok jihadis Negara Islam (ISIS) dari Suriah pada 2019.

    Namun, Turki menuduh komponen utama SDF, yaitu Unit Perlindungan Rakyat (YPG), memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki dan AS. PKK telah melakukan pemberontakan selama beberapa dekade di wilayah Turki.

    Pemerintah Suriah yang baru, setelah jatuhnya rezim otokratis Bashar al-Assad pada Desember lalu, menyerukan agar SDF menyerahkan senjata mereka dan menolak segala bentuk tuntutan otonomi Kurdi.

    Assad, yang memerintah Suriah dengan tangan besi, melakukan tindakan keras berdarah terhadap protes anti-pemerintah pada 2011, memicu perang yang telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dan mengakibatkan jutaan lainnya mengungsi.

    (luc/luc)

  • Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Serang ISIS di Somalia

    Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Serang ISIS di Somalia

    Selamat memulai bulan Februari!

    Anda sedang membaca Dunia Hari Ini edisi Senin, 3 Februari 2025, yang berisi rangkuman berita pilihan dari berbagai negara yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

    Informasi yang pertama datang dari Somalia.

    Serangan udara Amerika Serikat

    Militer Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap anggota Islamic States (IS) di Somalia, menjadikannya serangan pertama dalam masa jabatan kedua Presiden Donald Trump.

    Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengatakan serangan yang dilakukan Komando Afrika AS itu diarahkan oleh Presiden Trump, berkoordinasi dengan pemerintah Somalia.

    Penilaian awal oleh Pentagon mengindikasikan “banyak” anggota IS yang tewas.

    Pentagon mengatakan tidak ada warga sipil yang terluka dalam serangan tersebut.

    Mantan kepala program bantuan Australia di Gaza dibebaskan

    Mohammad al-Halabi, manajer program keamanan pangan yang didanai Australia di bawah organisasi World Vision, ditahan oleh dinas keamanan Israel pada tahun 2016, sebelum dihukum dengan tuduhan menyalurkan uang ke Hamas tahun 2022 lalu.

    Ia menolak menerima kesepakatan dan mengaku tidak bersalah selama persidangan.

    Al-Halabi adalah salah satu dari 72 tahanan keamanan Palestina yang dibebaskan dengan imbalan tiga sandera Israel.

    Saat dibebaskan di Gaza, ia kembali mengatakan hukuman penjaranya adalah sebuah kesalahan.

    Ratusan tewas dalam pertempuran di Kongo

    Otoritas Kongo menyebut setidaknya 773 orang tewas di dalam dan sekitar kota terbesar di Kongo timur, Goma, dalam seminggu terakhir selama pertempuran antara militer dan pemberontak M23 yang didukung Rwanda.

    Para pemberontak menyerbu Goma sebelum bergerak ke selatan menuju kota Bukavu, tetapi tampaknya tertahan sekitar 60 kilometer di utara kota pasukan Kongo yang didukung oleh tentara Burundi.

    Juru bicara pemerintah Kongo, Patrick Muyaya, mengatakan 773 jasad berada di kamar jenazah Goma akibat pertempuran tersebut, dan 2.880 orang telah dirawat di rumah sakit karena luka-luka.

    Namun, Muyaya mengatakan jumlah korban tewas terakhir akibat pertempuran minggu ini kemungkinan lebih tinggi dalam sebuah pengarahan di ibu kota, Kinshasa.

    Ratusan “Marilyn Monroe” berkumpul untuk amal

    Lebih dari 700 “Marilyn” mengabaikan suhu 39 derajat Celsius untuk mengumpulkan dana bagi Cancer Council di negara bagian Australia Selatan selama acara Marilyn Jetty Swim.

    Memasuki tahunnya yang ke-12, acara tahunan di Brighton, Adelaide ini diprediksi jadi yang terbesar sejauh ini karena meja pendaftaran diserbu 765 orang hanya beberapa saat setelah dibuka.

    Penggagas acara Sarah Tinney, yang baru-baru ini menerima Medal of the Order of Australia (OAM), mengatakan dia “terkesima.”

    Ia mengatakan mereka hanya kurang sedikit dari target pengumpulan dana sebesar A$400.000 (sekitar Rp4 miliar), tetapi memperkirakan jumlahnya akan terlampaui dalam semalam.

    Lihat juga Video ‘Bom Mobil Meledak di Somalia, 5 Orang Tewas’:

  • Trump Perintahkan Serangan Udara terhadap Kelompok ISIS di Somalia yang Sembunyi di Gua – Halaman all

    Trump Perintahkan Serangan Udara terhadap Kelompok ISIS di Somalia yang Sembunyi di Gua – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan telah memerintahkan serangan udara terhadap kelompok teroris ISIS yang bersembunyi di gua-gua di Somalia.

    Trump menegaskan serangan ini menargetkan seorang perencana serangan senior dan anggota ISIS lainnya yang bersembunyi di daerah pegunungan.

    “Para pembunuh ini, yang kami temukan bersembunyi di gua-gua, mengancam Amerika Serikat dan Sekutu kami,” tulis Trump di sosial medianya.

    Ia juga mengonfirmasi serangan udara tersebut menghancurkan gua-gua tempat mereka bersembunyi dan menewaskan banyak anggota ISIS tanpa menimbulkan korban sipil.

    Serangan ini dilakukan di daerah pegunungan Golis, timur laut Somalia, yang merupakan salah satu tempat persembunyian kelompok ISIS.

    Trump menambahkan pesan keras untuk kelompok ISIS dan pihak-pihak lain yang mengancam Amerika Serikat: “KAMI AKAN MENEMUKAN ANDA, DAN KAMI AKAN MEMBUNUH ANDA!”

    Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengungkapkan berdasarkan penilaian awal, beberapa anggota pasukan ISIS tewas dalam serangan ini dan tidak ada korban sipil.

    Hegseth juga menyatakan serangan ini semakin melemahkan kemampuan ISIS untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris di masa depan.

    Otoritas Somalia juga mengonfirmasi serangan tersebut.

    Kantor presiden menyatakan mereka diberi informasi tentang operasi militer AS yang menargetkan pimpinan senior ISIS di wilayah utara Somalia, The Guardian melaporkan.

    Kepresidenan Somalia mengapresiasi dukungan Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme internasional dan memperkuat kemitraan keamanan yang kuat antara kedua negara.

    Somalia juga mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang berpartisipasi dalam serangan tersebut, yang mengakibatkan tewasnya sejumlah anggota tingkat tinggi ISIS.

    Meskipun demikian, BBC belum dapat memverifikasi laporan korban secara independen.

    ISIS di Somalia, yang muncul pada 2015 setelah pembelotan dari al-Shabab, memang dikenal karena serangan sporadis dan pemerasan terhadap penduduk setempat.

    Meskipun kelompok ini mulai menonjol di Suriah dan Irak pada tahun 2010-an, kehadirannya kini hanya terbatas di beberapa wilayah di Afrika, termasuk Somalia.

    Serangan ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Presiden Joe Biden memerintahkan operasi yang menewaskan pemimpin ISIS, Bilal al-Sudani, di Somalia.

    Trump dalam pernyataannya juga mengkritik pemerintahan Biden.

    Presiden AS mengklaim bahwa militer AS telah menargetkan perencana ISIS ini selama bertahun-tahun, tetapi Biden tidak bertindak cukup cepat.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Pemimpin Suriah Kunjungi Saudi: Tanda Awal Perubahan – Halaman all

    Pemimpin Suriah Kunjungi Saudi: Tanda Awal Perubahan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ahmad al-Sharaa, Presiden sementara Suriah, melakukan perjalanan luar negeri pertamanya, Minggu (2/2/2025).

    Negara yang dipilihnya adalah Arab Saudi, yang menjadi sinyal bahwa Suriah berusaha untuk menjauh dari Iran, sekutu regional utamanya selama ini.

    Kedatangan al-Sharaa di Riyadh, bersama Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani, menggunakan jet Saudi menunjukkan momen yang signifikan dalam hubungan internasional Suriah, mengutip Associated Press.

    Sebelumnya, Arab Saudi merupakan salah satu negara yang mendukung kelompok-kelompok yang berusaha menggulingkan mantan Presiden Suriah, Bashar Assad, selama konflik yang dimulai pada tahun 2011.

    Perubahan situasi di Suriah terjadi setelah Desember lalu, ketika serangan yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil menggulingkan kekuasaan Assad.

    Al-Sharaa, yang dikenal di dunia internasional dengan nama samaran Abu Mohammed al-Golani, kini berusaha memperbaiki citra publik pemerintahannya untuk menghilangkan sanksi yang sebelumnya dijatuhkan pada Suriah.

    Apa yang Diupayakan Al-Sharaa?

    Al-Sharaa tidak hanya fokus pada perbaikan hubungan internasional, tetapi juga berupaya untuk membangun pemerintahan yang lebih inklusif.

    Ia menunjuk perempuan dalam jabatan penting dan berusaha menjaga hubungan baik dengan berbagai komunitas di Suriah, termasuk komunitas Kristen dan Syiah Alawite.

    Lebih dari itu, al-Sharaa juga tampak berusaha menjaga jarak dari Iran dan Rusia.

    Hal ini terlihat dari fakta bahwa Iran hingga kini belum membuka kembali kedutaannya di Damaskus.

    Keputusan al-Sharaa untuk berkunjung ke Arab Saudi adalah langkah strategis yang mencerminkan pergeseran kebijakan luar negeri Suriah.

    Apa Sikap Iran terhadap Pemerintahan Baru Suriah?

    Dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa Teheran mendukung pemerintahan yang dibentuk oleh rakyat Suriah.

    Sikap Iran ini menandakan bahwa meskipun terjadi pergeseran dalam aliansi politik Suriah, Iran tetap ingin mempertahankan pengaruhnya di kawasan.

    Apa Tantangan yang Dihadapi Pemerintah Suriah?

    Di tengah upaya memperbaiki citra dan hubungan internasionalnya, pemerintah sementara Suriah masih menghadapi berbagai tantangan di dalam negeri, termasuk ancaman dari ISIS dan kelompok militan lain.

    Baru-baru ini, sebuah bom mobil meledak di Manbij, Aleppo, menewaskan empat warga sipil dan melukai sembilan orang.

    Insiden ini menggarisbawahi realitas bahwa meskipun ada perubahan politik, tantangan keamanan tetap menjadi perhatian utama.

    Dalam konteks ini, al-Sharaa berupaya memperkuat stabilitas di dalam negeri sambil menjalin hubungan yang lebih baik dengan negara-negara Arab lainnya, termasuk Arab Saudi, yang telah memulihkan hubungannya dengan Assad pada tahun 2023.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pemimpin Suriah Tiba di Arab Saudi dalam Perjalanan Luar Negeri Pertamanya, Mengapa Bukan ke Iran? – Halaman all

    Pemimpin Suriah Tiba di Arab Saudi dalam Perjalanan Luar Negeri Pertamanya, Mengapa Bukan ke Iran? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa, melakukan perjalanan luar negeri pertamanya pada Minggu (2/2/2025), dan negara yang dipilihnya adalah Arab Saudi.

    Mengutip Associated Press, langkah ini dianggap sebagai sinyal bahwa Suriah akan menjauh dari Iran, yang sebelumnya merupakan sekutu regional utamanya.

    Ahmad al-Sharaa mendarat di Riyadh bersama Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani.

    Keduanya tiba menggunakan jet Saudi, dengan bendera negara tersebut terlihat di meja di belakang mereka.

    Televisi pemerintah Saudi menyoroti bahwa perjalanan pertama al-Sharaa, yang awalnya dikenal di dunia internasional dengan nama samaran Abu Mohammed al-Golani, menjadikan Riyadh sebagai tujuan pertamanya.

    Bendera tiga warna Suriah dengan tiga bintang berkibar di samping bendera Arab Saudi di bandara ketika al-Sharaa, yang mengenakan jas dan dasi, turun dari pesawat.

    Dia dijadwalkan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan, selama kunjungannya.

    Arab Saudi sebelumnya merupakan salah satu negara yang mendukung kelompok-kelompok yang berupaya menggulingkan mantan Presiden Suriah, Bashar Assad, pada tahun 2011.

    Namun, kelompok-kelompok tersebut mundur saat Assad, yang didukung Iran dan Rusia, memenangkan banyak pertempuran dalam konflik tersebut.

    Keadaan berubah pada Desember lalu ketika serangan kilat yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di bawah pimpinan al-Sharaa berhasil menggulingkan Assad.

    HTS sebelumnya terkait dengan al-Qaida, tetapi kemudian memutuskan hubungannya.

    Setelah menggulingkan Assad, al-Sharaa dan HTS berhati-hati dalam membangun citra publik mereka, terutama untuk menghilangkan sanksi yang dijatuhkan pada Suriah selama rezim Assad.

    Al-Sharaa juga menunjuk perempuan dalam jabatan penting dan berusaha menjaga hubungan baik dengan komunitas Kristen dan Syiah Alawite di Suriah.

    Selain itu, ia juga berupaya menjaga jarak dari Iran dan Rusia.

    Hingga saat ini, Iran belum membuka kembali kedutaannya di Damaskus.

    Sebelumnya, Suriah adalah simpul penting dalam menjalankan operasi melalui “Poros Perlawanan” Iran, yang melibatkan Hizbullah di Lebanon dan kelompok-kelompok lain.

    Sementara itu, dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera yang dipublikasikan pada Sabtu (1/2/2025), Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa Teheran mendukung pemerintahan yang dibentuk oleh rakyat Suriah.

    “Kami mendukung pemerintahan mana pun yang dipilih dan didukung oleh rakyat Suriah,” katanya.

    “Kami menginginkan perdamaian dan keamanan bagi Suriah yang merupakan pendahulu untuk mencapai hal yang sama di wilayah tersebut.”

    “Kami tidak ingin melihat Suriah sebagai pusat ketegangan tanpa akhir atau konflik etnis yang dapat mengubahnya menjadi tempat berlindung yang aman bagi teroris.”

    Pada Januari lalu, Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengunjungi Damaskus dan menyatakan bahwa Riyadh secara aktif terlibat dalam dialog untuk mencabut sanksi terhadap Suriah.

    Arab Saudi, berbeda dengan sekutu utama al-Sharaa seperti Turki dan Qatar, telah memulihkan hubungan dengan Assad pada 2023 bersama sebagian besar negara Arab lainnya.

    Tantangan di Dalam Negeri

    Sementara itu, pemerintah sementara Suriah masih menghadapi tantangan dari ISIS dan kelompok militan lainnya.

    Pada Sabtu (1/2/2025), sebuah bom mobil meledak di Manbij, sebuah kota di provinsi Aleppo, menewaskan empat warga sipil dan melukai sembilan orang, menurut laporan SANA yang mengutip pejabat pertahanan sipil.

    Pemberontak Suriah yang didukung oleh Turki merebut Manbij pada Desember lalu, sebagai bagian dari upaya Ankara untuk menciptakan zona penyangga di wilayah Suriah dekat perbatasannya.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)