Organisasi: Ikatan Motor Indonesia (IMI)

  • Catatan Kelam Truk-Bus Rem Blong di Cipularang

    Catatan Kelam Truk-Bus Rem Blong di Cipularang

    Jakarta

    Kecelakaan maut akibat kendaraan besar mengalami rem blong terus terjadi. Senin kemarin, sebuah truk yang diduga mengalami rem blong menabrak belasan kendaraan di Tol Cipularang. Akibatnya, satu orang meninggal dunia dan 29 lainnya luka-luka.

    Kecelakaan itu terjadi di KM 92 Tol Cipularang arah Jakarta. Di sekitar lokasi tersebut, memang beberapa kali telah terjadi kecelakaan. Bahkan sampai memakan korban jiwa.

    Beberapa Kecelakaan di KM 91-92 Arah Jakarta

    Masih terekam di ingatan, pada September 2019 lalu terjadi kecelakaan maut di KM 91 Tol Cipularang arah Jakarta. Kecelakaan akibat dump truck terguling menjadi penyebab tabrakan beruntun yang melibatkan puluhan kendaraan. Akibatnya, delapan orang dilaporkan meninggal dunia.

    Sebanyak 20 kendaraan terlibat dalam tabrakan beruntun ini, dan di antara korban, sebanyak enam orang meninggal dunia karena terbakar. Sementara yang lainnya akibat benturan.

    Kecelakaan bermula ketika dump truk dengan nomor polisi B 9763 UIT mengalami kecelakaan tunggal. Truk itu terguling di tol Cipularang arah Jakarta KM 91. Tertutupnya ruas jalan mengakibatkan antrean kendaraan di belakang. Dari arah belakang, dump truk dengan nomor polisi B 9410 UIU menabrak antrean kendaraan yang berakibat fatal. Sebanyak 20 kendaraan terlibat dalam kecelakaan maut itu.

    Lalu pada Oktober 2021, sebuah truk kontainer yang membawa peti kemas terguling dan menimpa minibus di KM 91 Tol Cipularang arah Jakarta. Akibat kejadian ini satu orang tewas dan 7 lainnya terluka. Kecelakaan ini menimpa mobil yang ditumpangi salah satu bos Indomaret.

    Di lokasi yang hampir sama, terjadi lagi kecelakaan yang melibatkan bus Laju Prima pada Juni 2022. Kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang Km 92 saat itu disebabkan oleh bus Laju Prima bernopol B-7602-XA mengalami rem blong. Alhasil, belasan kendaraan yang berada di depannya menjadi korban.

    Senin kemarin, terjadi lagi kecelakaan maut truk gagal mengerem sehingga menabrak belasan kendaraan di KM 92 Tol Cipularang. Kecelakaan itu sampai memakan korban jiwa.

    Kalau dilihat dari beberapa kejadian di atas, lokasinya hampir berdekatan, yaitu di sekitar KM 91-92 Tol Cipularang arah Jakarta. Ada beberapa alasan mengapa di lokasi itu sering terjadi kecelakaan. Ada faktor topografi jalan yang tidak dibarengi dengan kompetensi pengemudi dalam menangani kendaraannya.

    “Ada faktor jalan juga, tapi kan tidak bisa kita kendalikan. Nah kecelakaan itu terjadi jika kita tidak tahu bahaya dan mengendalikan risikonya. Jalannya sudah ada, nah antisipasinya ya dari pengemudinya. Apalagi cuaca sekarang hujan,” kata instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian kepada detikOto, Selasa (12/11/2024).

    Menurut Reza, banyak jalan di Indonesia yang di bawah standar. Namun, biasanya di lokasi itu sudah diberikan rambu dan marka jalan agar pengemudi lebih waspada lagi.

    “Pengelola (jalan) sudah menjelaskan, di jalan itu banyak rambu dan sudah ada yang disebut jalan ‘memaafkan’ karena tersedia titik pengereman darurat yang menanjak. Hanya saja banyak pengemudi memacu kencang, makin kencang makin nggak kelihatan rambu atau peringatannya,” ujar Reza.

    Kompetensi Sopir

    Tak cuma itu, kompetensi pengemudi menangani kendaraan di jalan menurun juga menjadi salah satu pemicu kecelakaan maut. Banyak pengemudi truk yang hanya mengandalkan rem kaki tanpa memanfaatkan bantuan deselerasi lainnya, seperti engine brake.

    “Pengereman di jalan menurun dengan menggunakan service brake atau rem pedal sangat berbahaya. Karena proses pengereman tidak akan menghilangkan energi yang mendorong kendaraan dan hanya mengurangi putaran roda sesaat, sehingga saat pedal rem diangkat roda akan berputar lebih cepat lagi. Hal ini akan memaksa pengemudi melakukan pengereman panjang terus-menerus, inilah yang memicu terjadinya kegagalan pengereman,” jelas Reza.

    Jika pengemudi hanya mengandalkan rem kaki saja secara terus-menerus, konstruksi rem lama-kelamaan akan panas. Hal itu yang membuat kemampuan pengereman cepat berkurang sehingga menyebabkan rem blong atau kegagalan pengereman.

    “Oleh sebab itu, setiap pengemudi harus memahami bahwa pada saat kendaraan melalui jalan menurun, harus menggunakan rem pembantu untuk memperlambat kendaraan, dan tidak menggunakan rem utama. Kalau AT (mobil matic) bisa over drive off atau pindahkan ke 3,” saran Reza.

    Kebiasaan Sopir Penyebab Rem Blong

    Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Instruktur & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, ada satu kebiasaan pengemudi truk atau bus yang berusaha menghemat pengeluaran tapi malah bikin kecelakaan.

    Menurut Jusri, para pengemudi truk punya kebiasaan menetralkan transmisi di jalan menurun. Mereka beranggapan saat transmisi dinetralkan, beban kerja mesin jadi ringan sehingga konsumsi BBM lebih irit.

    “Ujung-ujungnya konsumsi bahan bakar irit dan ada selisih dari budget yang bisa dibawa pulang. Tapi perilaku ini sangat konyol dan sangat membahayakan diri mereka, muatan, dan pengguna jalan lain,” tegas Jusri.

    Dengan menetralkan gigi transmisi, sopir truk hanya mengandalkan service brake atau pengereman dari pedal. Dengan hanya mengandalkan service brake tanpa memanfaatkan engine brake, konstruksi rem lama-lama kepanasan dan mengakibatkan brake fading atau kegagalan fungsi pengereman.

    “Pada kecepatan tinggi, karena elevasi jalan yang menurun dengan bobot yang berat, maka momentum ini akan menimbulkan kecepatan yang sangat luar biasa. Dan itu perlambatan yang dilakukan oleh rem kaki itu akan menimbulkan overheating pada sistem rem. Ketika rem panas, dampak lain dari panas adalah brake fading, yaitu penyusutan kemampuan rem akibat overheating,” jelasnya.

    (rgr/din)

  • Inikah Pemicu Truk Rem Blong di Kecelakaan Maut Tol Cipularang?

    Inikah Pemicu Truk Rem Blong di Kecelakaan Maut Tol Cipularang?

    Jakarta

    Kecelakaan maut terjadi di Tol Cipularang KM 92 arah Jakarta, kemarin sore. Kecelakaan yang dipicu truk gagal mengerem itu melibatkan sampai belasan kendaraan. Apa penyebabnya?

    Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengecek lokasi kejadian. Menurut Aan, ada indikasi sopir truk gagal melakukan pengereman. Sopir truk itu menggunakan gigi tinggi di jalan menurun sehingga tidak terjadi engine brake atau bantuan deselerasi dari putaran mesin.

    “Setelah kita cek kendaraan tronton, kita cek persneling ada di gigi 4. Artinya dengan turunan seperti ini, pengemudi tidak menggunakan engine brake secara maksimal,” ujar Aan dilansir detikJabar, Senin (11/11/2024).

    Dengan kondisi itu, kata Aan, diduga pengemudi gagal melakukan pengereman. Hal ini juga bisa berakibat rem mengalami blong.

    “Jadi menggunakan rem kemungkinan ya bisa gagal rem maupun rem blong,” tuturnya.

    “Nanti kita selidiki. Faktanya seperti itu, persneling tinggi artinya di 4 termasuk tinggi, engine brake tidak maksimal,” katanya.

    Instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian mengatakan memang banyak ditemukan pengemudi truk yang memanfaatkan gigi tinggi di jalan menurun. Sopir truk itu menganggap, dengan menggunakan gigi tinggi di jalanan menurun, konsumsi BBM bisa lebih irit.

    “Ini banyak saya temukan, karena ajarannya sejak kita belajar MT (kendaraan bertransmisi manual) pindah gigi, mesinnya ngegerung kayak baru belajar aja. Terus asumsi mereka cepet pindah gigi berarti hemat, bisa ambil untung dari solar dan BBM. Itu ilmu turun temurunnya. Juga dibilang pindah gigi tinggi agar mesin tidak RPM tinggi dan tidak panas,” ujar Reza.

    Padahal faktanya, dengan memakai gigi tinggi, risiko kecelakaan jauh lebih besar. Sebab, service brake atau rem kaki dipaksa kerja lebih keras sehingga menyebabkan rem panas dan terjadi brake fading atau kegagalan fungsi pengereman.

    Reza, yang juga menjadi Wakil Direktur Bidang Pendidikan dan Pelatihan di Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (KAMSELINDO), meminta pengemudi truk lebih bijak dalam berkendara di jalan raya. Sopir truk harus paham mengenai penggunaan rem di jalan menurun.

    “Gigi tinggi, kecepatan bertambah pasti reflek main rem. Kalau masih (rem) tromol akan ada panas, kalau pakai (rem) angin akan habis, dan ketika sudah di dalam turunan mau ngoper ke transmisi rendah susah, nggak mungkin karena di kendaraan ada synchronization. Jadi pentingnya semua dilakukan sebelum memasuki turunan dan atau tanjakan,” tegasnya.

    “Jalanan turun ada potensi energi potensial dan kinetik, maka pengemudi antisipasi dengan retarder dan/atau turunkan transmisi sebelum memasuki turunan,” katanya.

    (rgr/din)

  • Kenapa Lokasi Tabrakan Beruntun Cipularang Rawan Kecelakaan?

    Kenapa Lokasi Tabrakan Beruntun Cipularang Rawan Kecelakaan?

    Jakarta

    Kecelakaan maut terjadi di Tol Cipularang KM 92 arah Jakarta. Kecelakaan diduga dipicu truk yang mengalami rem blong. Belasan kendaraan terlibat kecelakaan beruntun ini.

    Polisi menyampaikan kronologi kecelakaan yang membuat sejumlah kendaraan bertumpukan. Menurut keterangan pihak polisi, kecelakaan beruntun itu dipicu rem truk blong.

    “Jadi ada truk yang membawa muatan cukup berat remnya blong sehingga menabrak kendaraan di depannya, jadi terjadi kecelakaan beruntun,” kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Jules Abraham Abass dikutip dari detikNews.

    Kakorlantas Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengatakan, berdasarkan temuan, polisi menyebut kondisi truk diduga gagal melakukan pengereman. Sopir truk menggunakan gigi 4 sehingga tidak memaksimalkan engine brake.

    “Setelah kita cek kendaraan tronton, kita cek persneling ada di gigi 4. Artinya dengan turunan seperti ini, pengemudi tidak menggunakan engine brake secara maksimal,” ujar Aan dilansir detikJabar, Senin (11/11/2024).

    Lokasi tabrakan beruntun di Tol Cipularang sering terjadi kecelakaan. Kapolres Purwakarta AKBP Lilik Ardiansyah mengatakan, di lokasi tersebut memang rawan kecelakaan.

    “Rata-rata di situ rawan kecelakaan,” ujar Kapolres Purwakarta AKBP Lilik Ardiansyah dikutip dari detikJabar, Senin (11/11/2024).

    Ada beberapa alasan mengapa di lokasi itu sering terjadi kecelakaan. Ada faktor topografi jalan yang tidak dibarengi dengan kompetensi pengemudi dalam menangani kendaraannya.

    “Ada faktor jalan juga, tapi kan tidak bisa kita kendalikan. Nah kecelakaan itu terjadi jika kita tidak tahu bahaya dan mengendalikan risikonya. Jalannya sudah ada, nah antisipasinya ya dari pengemudinya. Apalagi cuaca sekarang hujan,” kata instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian kepada detikOto, Selasa (12/11/2024).

    Menurut Reza, banyak jalan di Indonesia yang di bawah standar. Namun, biasanya di lokasi itu sudah diberikan rambu dan marka jalan agar pengemudi lebih waspadalagi.

    “Pengelola (jalan) sudah menjelaskan, di jalan itu banyak rambu dan sudah ada yang disebut jalan ‘memaafkan’ karena tersedia titik pengereman darurat yang menanjak. Hanya saja banyak pengemudi memacu kencang, makin kencang makin nggak kelihatan rambu atau peringatannya,” ujar Reza.

    [Lanjut halaman berikut: Kompetensi Sopir Tangani Kendaraan di Jalan Menurun]

  • Pelajaran dari Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang

    Pelajaran dari Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang

    Jakarta

    Kecelakaan nahas lagi-lagi terjadi di Km 92 Tol Cipularang arah Jakarta. Belasan kendaraan terlibat kecelakaan beruntun. Kecelakaan diduga diakibatkan truk yang mengalami rem blong.

    Polisi menyampaikan kronologi kecelakaan yang membuat sejumlah kendaraan bertumpukan. Menurut keterangan pihak polisi, kecelakaan beruntun itu dipicu rem truk blong.

    “Jadi ada truk yang membawa muatan cukup berat remnya blong sehingga menabrak kendaraan di depannya, jadi terjadi kecelakaan beruntun,” kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Jules Abraham Abass dikutip dari detikNews.

    Kakorlantas Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengatakan, berdasarkan temuan, polisi menyebut kondisi truk diduga gagal melakukan pengereman. Sopir truk menggunakan gigi 4 sehingga tidak memaksimalkan engine brake.

    “Setelah kita cek kendaraan tronton, kita cek persneling ada di gigi 4. Artinya dengan turunan seperti ini, pengemudi tidak menggunakan engine brake secara maksimal,” ujar Aan dilansir detikJabar, Senin (11/11/2024).

    Dengan kondisi itu, kata Aan, diduga pengemudi gagal melakukan pengereman. Hal ini juga bisa berakibat rem mengalami blong.

    Belajar dari kecelakaan maut ini, instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian mengatakan pengemudi truk tak bisa asal pindah gigi di jalan menurun. Menurut Reza, pengemudi truk harus mengaktifkan sistem pengereman pasif berupa engine brake.

    “Pengemudi truk kembali diingatkan untuk tidak cepat oper gigi tinggi hanya alasan hemat BBM. Gunakan gigi rendah, aktifkan sistem pengereman pasif engine brake, ada retarted namanya, periksa rem sebelum jalan dan apakah truk gandengan menggunakan double chamber dan periksa kemampuan kendaraan sistem penggerak berapa roda, aktifkan penggerak double ketika butuh banyak traksi di jalan, tidak perlu dalam kondisi offroad,” kata Reza kepada detikOto, Selasa (12/11/2024).

    Reza, yang juga menjadi Wakil Direktur Bidang Pendidikan dan Pelatihan di Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (KAMSELINDO), menegaskan pengguna jalan sebaiknya lebih waspada di jalan tol, sebab jalan tol tidak sepenuhnya aman.

    “Itu kembali lagi, (jalan tol) bukan jalan aman dan bebas hambatan karena pada kenyataannya sekarang banyak perbaikan jalan, kendaraan henti di bahu jalan tanpa prosedur henti darurat, juga saat ini sedang kondisi hujan. Akan banyak pergerakan tanah dan air, efek hydroplaning dan banyak pengemudi tidak nyaman di dalam kendaraan karena tidak adanya fasilitas AC. Effort pengemudi dengan kondisi tidak nyaman di kabin jauh lebih besar. Artinya akan cepat lelah dan tidak fit to drive,” sebutnya.

    Pengelola jalan tol dan para petugas pun, menurut Reza, harus lebih aktif kampanye keselamatan kepada pengguna jalan. Sebab, kata Reza, pengguna jalan harus merasa diawasi.

    “Mereka cenderung disiplin ketika merasa diawasi itu. Berikan kewenangan kepada petugas di lapangan untuk punya kewenangan di jalan. Mereka (pengguna jalan) cukup diedukasi, diberikan pengetahuan dan kita harus aktif sebagai masyarakat beretika di jalan. Berikan prioritas kepada yang berisiko tinggi di jalan,” kata Reza.

    Lihat Video ‘Saat Kapolres Purwakarta Evakuasi Korban Kecelakaan Tol Cipularang’:

    (rgr/rgr)

  • Bermain Tamiya, "Pembalasan Dendam" Masa Kecil
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 November 2024

    Bermain Tamiya, "Pembalasan Dendam" Masa Kecil Megapolitan 9 November 2024

    Bermain Tamiya, “Pembalasan Dendam” Masa Kecil
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Bermain
    Tamiya
    bagi Nitra di usia 37 merupakan ajang balas dendam masa kecilnya yang tidak bisa memainkan mobil balap mini itu dengan bebas.
    Nitra kecil merasakan kesulitan bermain Tamiya karena kurangnya uang untuk membeli mobil balap mini itu.
    “Kalau dulu
    mah
    ibaratnya main Tamiya seadanya, uang jajan dari orangtua enggak banyak, kalau sekarang ada penghasilan sendiri kayaknya tuh ‘beli aja lah, dendam gua’,” ujar Nitra di Blok M Square, Sabtu (9 /11/2024). 
    Kini, ia rela mengeluarkan kocek sekitar Rp 1.000.000 untuk satu mobil Tamiya-nya, belum termasuk onderdil pendukungnya.
    “Kalau punya saya Rp 1.000.000 itu sudah modif, kalau kit (Tamiya standar) sekitar Rp 100.000,” jelas dia.
    Ia baru kembali bermain Tamiya setelah sekian lama. Ketertarikannya muncul kembali setelah melihat anaknya tengah bermain Tamiya.
    “Awalnya memang gara-gara anak, ikut-ikutan, lalu saya lihat YouTube kok sekarang seru, akhirnya nyemplung lagi,” ungkap dia.v
    Nitra menjelaskan, bahwa ini kali kedua ia bermain
    tamiya
    di Blok M, karena biasanya ia bermain dekat tempat tinggalnya, yaitu di Bogor.
    “Lebih seringnya di mall Bogor Trade World (BTW), di sana ada komunitasnya,” ujar dia.
    Nitra sendiri memilih bermain di Blok M Square, karena sedang ada acara tak jauh dari tempatnya bermain tamiya. 
    Ia bermain Tamiya hanya sekedar hobi, bukan untuk berkompetisi secara profesional.
    “Asli hobi, kemarin juga ikut acara lomba, tetapi bilang sama teman-teman, enggak ngejar menang ya,” ungkap dia.
    Nitra melihat, bermain Tamiya saat ini bukan hanya sekedar permainan anak-anak semata, karena ada regulasi ketika ingin mengikuti lomba, terutama lomba profesional. 
    Regulasi tersebut muncul sejak komunitas Tamiya bergabung dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI).
    “Makanya ini (Tamiya) enggak boleh kelebihan panjangnya, engga boleh lebar, lalu penggunaan dinamo juga diatur,” ucap Nitra.
    Oleh sebab itu, lebih banyak pemula yang dahulu gemar tamiya kembali bermain dan ikut lomba, walaupun bukan profesional. Sehingga bukan hanya bermain saja melainkan ada kompetisinya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sopir Truk Penabrak Mobil TvOne Microsleep, Kenali Jam-jam Rawan Berkendara

    Sopir Truk Penabrak Mobil TvOne Microsleep, Kenali Jam-jam Rawan Berkendara

    Jakarta

    Mobil yang ditumpangi kru TvOne ditabrak truk boks di Tol Pemalang-Batang KM 315+900, kemarin pagi. Akibat kecelakaan ini, tiga orang meninggal dunia.

    Menurut salah satu korban luka, Felicia, mobil yang dia tumpangi itu sedang menempuh perjalanan dari Jakarta hendak menuju Lamongan, Jawa Timur. Di tengah perjalanan, sopir memutuskan berhenti di bahu jalan untuk membersihkan kaca depan yang buram. Nahas, saat berhenti di bahu jalan, mobil kru TvOne itu ditabrak truk dari belakang.

    “Emang berhenti di bahu jalan, karena mau ngelap kacanya, kacanya itu buram, berdebu, dan air di wipernya nggak nyala, jadi harus manual (membersihkannya). Pas berhenti, pas sopirnya lagi nyiram nyiram, udah kejadian itu (tertabrak truk boks),” ujar Felicia dikutip detikJateng.

    Belakangan diketahui, sopir truk itu mengalami microsleep. Pengakuan menghindari kendaraan oleng di depannya rupanya bohong. Dirlantas Polda Jateng Kombes Sonny Irawan menjelaskan, tersangka tertidur sesaat ketika mengemudi, kemudian laju truknya oleng ke kiri.

    “Berdasarkan pengakuan awal dari J, yang bersangkutan akan menghindari kendaraan di depannya,” ujar Sonny.

    “Kemudian setelah dilakukan pendalaman ternyata yang bersangkutan saat di BAP (Berkas Acara Pemeriksaan) mengaku kehilangan konsentrasi, mengalami ngantuk atau microsleep sesaat kemudian oleng ke kiri sehingga menabrak kendaraan TvOne yang sedang berhenti di bahu jalan,” imbuhnya.

    Menurut instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian, memang saat kaca mobil kotor ada pemicu bahaya blindspot. Maka wajar saja pengemudi mobil kru TvOne memutuskan untuk berhenti dan membersihkan kaca secara manual.

    “Ini keadaan darurat jadi benar bisa henti di bahu jalan buat kendaraan tim TvOne, karena peruntukannya untuk itu. Ada hazard lain yang perlu menjadi perhatian yaitu ketika jalur tol itu di sekitar areal sawah atau ladang, ternyata akan banyak binatang yang bisa membuat kotor kaca dan lampu mobil justru menjadi penarik perhatian serangga itu. Akan ada kaca kotor dan perlu dibersihkan,” kata Reza kepada detikOto, Jumat (1/11/2024).

    Reza menegaskan, pengemudi mesti paham jam-jam rawan yang perlu diwaspadai. Menurut Reza, jam-jam rawan itu mulai dari subuh pukul 05.00 pagi sampai dengan 07.00 pagi.

    “Bahaya jam rawan yaitu subuh dan jam 5-7 pagi, itu pengemudi truk patut diduga berkurang kewaspadaannya,,” katanya.

    Berdasarkan siklus sirkadian, tingkat kewaspadaan seseorang pada jam-jam tersebut sedang dalam kondisi rendah. Apalagi di jam-jam yang harusnya dipakai untuk istirahat justru dimanfaatkan untuk berkendara. Maka dari itu, jika sudah terasa mengantuk seharusnya pengemudi segera mencari tempat istirahat terdekat sehingga tidak membahayakan pengendara lain.

    “Siklus tubuh sirkadian yang mengatur siklus tubuh manusia, efeknya adalah ke tingkat kewaspadaan, ternyata jam 5-7 pagi itu tingkat kewaspadaan manusia sedang dalam kondisi rendah-rendahnya, apalagi di jam tidur sebelumnya dipakai untuk mengemudi atau bekerja,” jelas Reza.

    “Karena ada bahaya penurunan tingkat kewaspadaan semua pengguna jalan khususnya di tol, maka antisipasi dengan sebaiknya tidak henti di bahu jalan lagi, tapi di rest area. Atau antisipasi dengan prosedur keadaan darurat yaitu hazard lampu dan pasang segitiga pengaman sejauh mungkin dari titik henti (minimal tiga kali panjang mobil kita) dan juga seluruh penumpang berada di dalam kendaraan dengan safety belt atau malah jika memungkinkan keluar dari areal jalan sejauh mungkin,” sarannya.

    (rgr/din)

  • Dunia Logistik Sedang Tidak Baik-baik Saja

    Dunia Logistik Sedang Tidak Baik-baik Saja

    Jakarta

    Kasus truk melaju ugal-ugalan dan tabrak lari di Cipondoh, Tangerang, menuai sorotan. Truk itu kabur setelah menabrak mobil di lampu merah. Dalam proses ‘kabur’ tersebut, truk juga menabrak kendaraan lain.

    Polres Metro Tangerang Kota mengungkap kronologi kecelakaan akibat sopir truk ugal-ugalan di Cipondoh, Kota Tangerang. Polisi menyebut mulanya sopir truk melaju dari arah Cikokol menuju Cipondoh.

    “Truk Wing Box yang dikendarai JFN (24) datang dari arah Cikokol menuju Cipondoh menabrak bemper belakang Suzuki Ertiga dikendarai L yang sedang berhenti di Trafic Light arah Kodim,” ungkap Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Zain Dwi Nugroho, dikutip detikNews.

    Truk itu kemudian kabur. Ketika kabur, sopir truk juga menabrak pengendara sepeda motor. Pelaku masih terus berupaya untuk kabur meski sudah menabrak beberapa kendaraan. Hingga akhirnya, warga berhasil memberhentikan truk. Pengemudi truk diamuk massa.

    Akhir-akhir ini truk banyak yang menjadi penyebab kecelakaan. Bahkan tak jarang kecelakaan yang melibatkan truk sampai memakan korban jiwa.

    Instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian mengatakan dunia transportasi logistik sedang tidak baik-baik saja.

    “Dunia tranportasi logistic (pengemudi truk) sedang tidak baik-baik aja. Saya sering berinteraksi dengan para pengusaha dan pengemudinya. Rumit,” kata Reza kepada detikOto, Jumat (1/11/2024) kemarin.

    Menurut Reza, banyak pengemudi truk yang tidak kompeten apalagi paham soal bahaya. Teknik berkendara mereka turun-temurun. Program pelatihan dan sertifikasi yang mahal pun tidak diikuti.

    “Belum lagi dihadapkan persaingan tidak sehat di antara mereka sendiri, plus banyaknya begal baik ban, harta benda pribadi, bahkan barangnya. Pengusaha dan yang punya barang cenderung tidak peduli karena sifatnya mitra bukan bagian dari system perusahaan transportasi logistik,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Reza menyebut pengemudi kendaraan komersial itu cenderung sendirian di jalan. Mereka survive dengan segala problem dan masalah.

    “Mereka tidak senyaman kita yang dengan kendaraan kecil dan ber-AC. Fit to drive jelas tidak karena dikejar waktu, makanan mereka juga tidak terjaga. Effort dari kendaraan besar dengan tingkat standar teknis yang penuh catatan misalnya jauh lebih besar dan kelelahan karena effortnya itu sangat berbahaya,” katanya.

    “Yang punya barang mau harga transportir murah, sedangkan pengusaha trasnportir dan logistic dihadapkan pada aturan regulasi dan kewajiban ini itu ditambah leasing dari kendaraan, problema pengemudi juga menjadi beban mereka disamping kriminalitas,” katanya.

    Kata Reza, hanya sebagian kecil transportasi darat yang memenuhi sistem manajemen keselamatan. Makanya, dengan kondisi dunia logistik yang sedang tidak baik-baik saja, kita sebagai pengendara diminta lebih waspada jika berada di sekitar kendaraan besar.

    “Karena sedang tidak baik-baik saja, maka tadi saya bilang, saat ini kita jadikan truk baik itu kecil, besar, sedang, membawa muatan atau tidak, jadikan potensi bahaya, AmanAjA dengan waspada dan berikan jarak dan prioritas pada mereka,” pungkasnya.

    (rgr/lth)

  • Minimalisir Balap Liar, Pemkot Blitar Akan Bangun Sirkuit Balapan

    Minimalisir Balap Liar, Pemkot Blitar Akan Bangun Sirkuit Balapan

    Blitar (beritajatim.com) – Wali Kota Blitar, Santoso berencana akan membangun sirkuit balapan. Santoso menyebut bahwa beberapa bulan lalu ada investor yang hendak menanamkan modal di Bumi Bung Karno untuk pembangunan sirkuit balap.

    Rencana itu pun saat ini masih dibahas lebih lanjut. Pasalnya untuk membangun sebuah sirkuit balap, diperlukan lahan yang representatif. Dan saat ini Pemkot Blitar masih mencari lahan yang cocok dan memungkinkan untuk dibanguan sirkuit balapan.

    Wali Kota Blitar tersebut berharap sirkuit balap tersebut bisa menjadi wadah bagi penghobi balap. Sehingga diharapkan dengan begitu, tidak ada lagi anak muda di Blitar yang menggelar balapan liar di jalanan.

    “Untuk membangun sirkuit ini diperlukan banyak hal, karena apa pembebasan lahan di masyarakat yang digunakan untuk akses ke lokasi ini, sehingga sirkuit yang kita bangun ini benar-benar bisa representatif,” kata Santoso, Wali Kota Blitar, Rabu (22/11/23).

    Rencana pembangunan sirkuit balap ini, diwacanakan oleh Wali Kota Blitar karena saat ini di Bumi Bung Karno marak terjadi balapan liar. Hampir setiap pekan selalu ada anak muda yang terjaring razia balap liar oleh Satlantas Polres Blitar Kota.

    Para anak muda ini nekat mengadu kuda besinya di jalanan raya. Hal ini dilakukan para pemuda Kota Blitar karena hingga saat ini belum ada sirkuit resmi yang bisa digunakan untuk mengadu kecepatan kuda besinya.

    “Kalau ini terlaksana ini juga sekaligus bisa sebagai wadah untuk pembinaan dan wadah bagi penghobi balapan,” terangnya.

    Hingga saat ini, Pemkot Blitar masih mematangkan kembali rencana pembangunan sirkuit balapan. Pemerintah Kota Blitar kini juga masih mencari lahan yang cocok untuk dibangun sirkuit balap.

    Polres Blitar Kota sendiri mendukung penuh rencana dari Pemkot Blitar untuk membangun sirkuit balap. Polres Blitar Kota berharap langkah tersebut bisa mengurangi angka balapan liar di Bumi Bung Karno.

    “Semoga nanti muncul kembali pembalap seperti ananda Vega Eda Pratama yang lain, kami mendukung penuh hal itu,” kata Kapolres Blitar Kota, AKBP Danang Setyo.

    Polres Blitar Kota pun terus mengimbau kepada para pecinta balap agar tidak melakukan balap liar di jalanan. Diharapkan para pecinta balap tersebut bisa masuk ke dalam Ikatan Motor Indonesia (IMI) agar bakat balap yang dimilikinya bisa tersalurkan.

    “Kami tidak henti hentinya mengimbau kepada anak muda untuk tidak balapan di jalanan,” tutupnya. (owi/ted)