Organisasi: IKAPPI

  • Soal Barang Bajakan di Mangga Dua, Pedagang: Ada, Tapi Nggak Banyak

    Soal Barang Bajakan di Mangga Dua, Pedagang: Ada, Tapi Nggak Banyak

    Bisnis.com, JAKARTA — Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengakui ada beberapa pedagang yang menjual barang bajakan alias barang tiruan (KW) di Mangga Dua, Jakarta. Namun, jumlahnya hanya segelintir.

    Hal ini merespons isu barang bajakan di Mangga Dua, Jakarta, yang disorot Amerika Serikat (AS) dalam laporan tahunan 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers.

    Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri memperkirakan hanya ada sekitar 5–7% dari 1.000 pedagang yang menjual barang bajakan di Mangga Dua.

    Bahkan, dia juga mengakui barang bajakan yang dijual para pedagang di Mangga Dua sudah lama terjadi atau puluhan tahun.

    Kendati demikian, Mansuri menuturkan dirinya juga menghadapi situasi yang sulit lantaran harus melindungi pedagang. Di sisi lain, lanjutnya, dia juga mengakui tindakan menjual barang bajakan merupakan hal yang salah dan melanggar.

    “Segmentasi produk KW atau produk yang melangggar hak cipta itu di Mangga Dua tidak begitu banyak. Kalau 1.000 pedagangku di Mangga Dua, itu estimasiku sekitar 5–7% [yang menjual barang bajakan]. Jadi tidak cukup berpengaruh pada persaingan antara produk dalam negeri dan produk yang dijual [KW],” kata Mansuri kepada Bisnis, Minggu (20/4/2025).

    Selain itu, Mansuri mengungkap para pedagang yang menjual barang bajakan yang melanggar hak cipta alias ilegal ini memiliki segmentasi tersendiri dengan cakupan yang kecil.

    “Segmentasi yang kecil ini menurut saya tetap ada segmentasinya walaupun memang tidak begitu besar,” ujarnya.

    Terlebih, Mansuri menyampaikan praktik barang bajakan ini sudah terjadi puluhan tahun imbas dari pemerintah yang tidak memberikan edukasi, pemahaman, pelatihan, maupun stimulus kepada para pedagang.

    “Ini [pedagang menjual barang bajakan] karena sudah terjadi lama dan segmentasinya tidak terlalu besar, menurut saya treatment-nya juga tidak perlu ‘wah’, biasa saja menurut saya,” ucapnya.

    Menurutnya, pemerintah harus melakukan sosialisasi dan memberikan stimulus kepada para pedagang untuk menjual produk lokal di tengah omzet yang tengah turun.

    “Kami berharap ada stimulus yang diberikan pemerintah terhadap pedagang, berupa permodalan, edukasi tentang bahayanya barang-barang ilegal, tapi harus ada sosialiasi lebih awal karena peralihan itu nggak mudah,” terangnya.

    Namun, Mansuri mengatakan, meski pemerintah memberikan stimulus berupa permodalan tidak serta-merta membuat barang bajakan ini menghilang di pasar Tanah Air.

    “Nggak juga, untuk menghilangkan itu memang nggak mudah. Barang ilegal itu punya segmen sendiri walaupun kecil. Untuk menghilangkan total menurut saya bukan hal yang mudah,” tuturnya.

    Meski begitu, dia berharap stimulus tersebut bisa membuat para pedagang beralih untuk menjual produk UMKM dengan pengawalan dan pendampingan oleh pemerintah.

    “Saya berharap agar pemerintah lebih banyak memperhatikan pedagang dari sisi edukasi dan sosialisasi, itu penting. Dan saya rasa peran pemerintah kurang maksimal dalam menjaga itu, buktinya puluhan tahun [masih ada barang bajakan] tetapi tetap dibiarkan saja kan,” pungkasnya.

    Sebelumnya, dalam laporan tahunan 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers yang dibuat oleh Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR).

    Berdasarkan laporan tersebut, pembajakan hak cipta yang tersebar luas dan pemalsuan merek dagang, termasuk online dan di pasar fisik, di Indonesia menjadi perhatian utama AS.

    “Pasar Mangga Dua di Jakarta terus terdaftar dalam Tinjauan Pasar Terkenal untuk Pemalsuan dan Pembajakan 2024 [Review of Notorious Markets for Counterfeiting and Piracy] (Daftar Pasar Terkenal [Notorious Markets List]), bersama dengan beberapa pasar online Indonesia,” demikian yang dikutip dari laporan tersebut, Minggu (20/4/2025).

    Untuk itu, USTR mendesak Indonesia untuk memanfaatkan gugus tugas penegakan HKI untuk meningkatkan kerja sama penegakan hukum di antara lembaga penegak hukum dan kementerian yang relevan.

    Jika menengok laporan 2024 Review of Notorious Markets for Counterfeiting and Piracy, USTR menyebut Mangga Dua yang berlokasi di Jakarta itu dikenal sebagai pasar yang banyak menjual barang palsu alias KW, mulai dari tas, dompet, hingga pakaian.

    “Mangga Dua tetap menjadi pasar populer untuk berbagai barang palsu, termasuk tas tangan, dompet, mainan, barang kulit, dan pakaian. Ada sedikit atau tidak ada tindakan penegakan hukum terhadap penjual palsu,” demikian yang tertulis dalam laporan itu.

    Dalam laporan itu pua USTR menyampaikan para pemangku kepentingan terus melaporkan surat peringatan yang dikeluarkan kepada penjual sebagian besar tidak efektif dan mereka menimbulkan kekhawatiran tentang kurangnya penuntutan pidana.

    “Indonesia harus mengambil tindakan penegakan hukum yang kuat dan diperluas di pasar ini dan pasar lainnya, termasuk melalui tindakan oleh Gugus Tugas Penegakan HKI,” tandasnya.

  • Top 3: Tengkulak Lenyap Lewat Koperasi Desa Merah Putih, Harga Pangan Lebih Murah? – Page 3

    Top 3: Tengkulak Lenyap Lewat Koperasi Desa Merah Putih, Harga Pangan Lebih Murah? – Page 3

    Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPW IKAPPI) DKI Jakarta, Miftahudin, menyambut positif rencana pemerintah untuk memangkas rantai pasok pangan dengan menghilangkan peran perantara seperti tengkulak atau makelar.

    Dia menuturkan, langkah tersebut merupakan upaya yang baik untuk menekan harga pangan di tingkat konsumen.

    “Kami melihat ini sebagai ikhtiar positif pemerintah untuk memangkas rantai pasok pangan,” kata Miftahudin kepada Liputan6.com, Rabu, 16 April 2025.

    Ia menambahkan, jika program ini dijalankan secara efektif, maka distribusi pangan bisa menjadi lebih singkat sehingga berpotensi menurunkan harga di pasar.

    “Kalau dijalankan dengan efektif, program ini bisa bantu turunkan harga di pasar karena distribusi jadi lebih pendek,” ujarnya.

    Namun demikian, Miftahudin juga mengingatkan pentingnya pelibatan pedagang pasar dalam kebijakan ini. Ia menekankan agar pemerintah tidak mengabaikan peran vital pedagang pasar sebagai bagian dari rantai distribusi pangan nasional.

    “Tapi pemerintah juga harus pastikan jangan sampe distribusi ke pedagang pasar terganggu. Pedagang pasar harus dilibatkan, karena mereka bagian penting dari rantai distribusi pangan nasional,” ujar Miftahudin.

    Berita selengkapnya baca di sini

  • Prabowo Sebut Harga Cabai Turun, Begini Fakta di Petani dan Pedagang

    Prabowo Sebut Harga Cabai Turun, Begini Fakta di Petani dan Pedagang

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto mengatakan harga cabai mulai turun setelah melonjak beberapa waktu lalu. Hal ini dikatakannya dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (21/3) kemarin.

    Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid membenarkan harga cabai mulai turun dibandingkan pada awal Ramadan. Dia mencontohkan harga cabai merah keriting (CMK) di petani kini Rp 35.000-40.000/kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 45.000/kg.

    “Benar ada penurunan, empat hari lalu CMK itu sekitar Rp 35.000/kg, sekarang Rp 45.000/kg, tetapi semalam sudah turun lagi sekitar Rp 35.000-40.000/kg,” kata dia kepada detikcom, Sabtu (22/3/2025).

    Harga Cabai Masih Mahal

    Namun, harga cabai di pasaran memang tergolong masih mahal walaupun terjadi penurunan. Abdul Hamid menyebut harga CMK di pasar induk Rp 50.000-60.000/kg.

    Kemudian harga cabai rawit merah (CRW) saat ini di petani telah turun dari sebelumnya Rp 90.000/kg menjadi Rp 70.000/kg. Kemudian harga di pasar induk Rp 90.000/kg.

    Sementara di pasar tradisional biasa harga cabai masih tergolong mahal. Walaupun terjadi penurunan dari sebelumnya Rp 120.000/kg menjadi Rp 110.000/kg.

    “Semalam saya cek (cabai rawit merah di petani) Rp 70.000/kg, di pasar induk masih Rp 80.000-90.000, di pasar seperti Kebayoran, Pasar Depok itu sekitar Rp 110.000/kg,” jelasnya.

    Lebih lanjut, cabai merah besar (CMB) di petani sebelumnya Rp 90.000/kg, kini menjadi Rp 80.000/kg. Dengan begitu, harga di pasar induk saat ini Rp 90.000/kg dan pasar tradisional kecil tembus Rp 110.000-120.000/kg.

    Harga Cabai Fluktuatif

    Senada, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) DKI Jakarta Miftahudin mengatakan harga cabai memang turun, khususnya di Jakarta.

    “Kami pantau dari beberapa pasar di Jakarta khususnya pasar Induk Kramatjati memang mengalami penurunan. Cabai merah keriting di Rp 36.000/kg, turun Rp 4.000/kg, sebelumnya Rp 40.000/kg,” jelasnya, saat dihubungi terpisah.

    Namun, untuk harga cabai rawit merah masih terus naik turun. Meski begitu, secara pasokan diyakini dalam keadaan aman menjelang Lebaran.

    “Tetapi jenis rawit merah yang masih fluktuatif harganya, hingga lebaran. Cabai rawit merah Rp 75.000/kg, rawit hijau Rp 42.000/kg,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Pabowo mengatakan bahwa harga cabai mulai mengalami penurunan. Kemudian Prabowo berkelakar agar jangan makan terlalu pedas.

    “Harga cabai rawit naik beberapa saat lalu, sekarang sudah mulai turun. Tapi saran saya jangan terlalu makan pedas dulu. Waktu muda saya sering makan pedas,” kata dia dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jumat (21/3) kemarin.

    (ada/ara)

  • Takaran Minyakita Bermasalah, Pedagang: Bukti Kekacauan Pangan di Indonesia – Page 3

    Takaran Minyakita Bermasalah, Pedagang: Bukti Kekacauan Pangan di Indonesia – Page 3

    Miftahudin menegaskan pemerintah perlu segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi persoalan ini.

    IKAPPI mendesak pemerintah, khususnya Kemenko Pangan, untuk segera turun tangan dengan kebijakan yang benar-benar efektif dalam menekan harga pangan. Jika tidak, kondisi ini bisa semakin memperburuk perekonomian rakyat kecil yang bergantung pada stabilitas harga bahan pokok.

    “Pemerintah perlu segera turun tangan dengan langkah konkret, bukan sekadar wacana atau pencitraan. Jika tidak, bukan hanya rakyat yang terus dirugikan, tapi juga kepercayaan terhadap pemerintah yang semakin terkikis,” ujarnya.

    Kemendag Sudah Mulai Tarik Minyakita Tak Sesuai Takaran

    Kementerian Perdagangan (Kemendag) mulai menarik produk Minyakita yang tidak sesuai takaran di pasaran. Hal itu dilakukan agar tidak merugikan masyarakat lebih jauh.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso, menjelaskan pada 7 Maret 2025, Kemendag mendapati pelanggaran yang dilakukan PT Artha Eka Global Asia yang berlokasi di Depok. Namun, saat didatangi, perusahaan tersebut telah tutup.

    Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ditemukan bahwa PT Artha Eka Global Asia telah memindahkan pabriknya di lapangan.

    “Menindaklanjuti laporan yang kami terima dari konsumen, pada 7 Maret 2025 tim kami sudah bergerak ke produsen yang terindikasi mengurangi takaran. Jadi, kami antisipasi dan kejar langsung ke perusahaannya. Selain itu, Minyakita yang tidak sesuai takarannya sudah mulai kita tarik,” kata Mendag Busan, dalam keterangannya, Selasa (11/3/2025).

     

  • Sengkarut MinyaKita: Harga Melesat, Takaran Disunat

    Sengkarut MinyaKita: Harga Melesat, Takaran Disunat

    Bisnis.com, JAKARTA – Karut marut tata niaga minyak goreng kemasan sederhana MinyaKita tengah menjadi sorotan. Di tengah persoalan harga jual yang mahal, kini konsumen dirugikan dengan beredarnya MinyaKita tak sesuai takaran.

    Selama periode Januari-Maret 2025, Kementerian Perdagangan telah menemukan dua kasus penjualan MinyaKita dengan takaran kurang dari 1 liter atau hanya mencapai 750–800 mililiter (800 ml).

    Kasus pertama, pada 24 Januari 2025, Kemendag menemukan MinyaKita tak sesuai takaran diproduksi oleh PT Navyta Nabati Indonesia (NNI). Kasus ini sudah diselesaikan dengan dilakukan penyegelan izin operasi perusahaan.

    Kasus kedua, pada 7 Maret 2025, Kemendag mendatangi lokasi PT Artha Eka Global Asia (AEGA) yang juga melakukan pengurangan takaran Minyakita. Namun, perusahaan ini ternyata sudah tutup dan berpindah lokasi. Kemendag dan kepolisian tengah menelusuri keberadaan perusahaan.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengaku bahwa Kemendag telah mengetahui adanya produsen MinyaKita yang melakukan kecurangan terkait takaran tidak mencapai 1 liter seperti yang ditetapkan pemerintah.

    Dia mengatakan, informasi tersebut diperoleh dari masyarakat atau konsumen MinyaKita serta tim Kemendag yang terjun langsung di lapangan. Lebih lanjut, dia juga mengeklaim Kemendag telah melakukan antisipasi dan mengejar perusahaan tersebut.

    “Jadi itu sebenarnya sudah kita dari awal sebenarnya kita sudah tahu, kita antisipasi, langsung kita kejar ke perusahaannya,” bebernya, Senin (10/3/2025).

    Lebih lanjut, Budi menyampaikan produk MinyaKita tak sesuai takaran telah ditarik dari pasaran. Ke depan, sambung Budi, Kemendag akan semakin banyak melakukan pengawasan.

    “Sebenarnya kita itu juga rutin melakukan pengawasan,” imbuhnya.

    Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap salah satu modus kasus minyak goreng MinyaKita tak sesuai takaran diduga menggunakan label palsu.

    “Kemudian juga ada yang menggunakan label MinyaKita, namun sebenernya palsu ini semua sedang kita proses,” ujar Sigit di STIK, Jakarta, Senin (10/3/2025).

    Dia menambahkan, pihaknya juga telah menggeledah tiga lokasi dalam kasus ini. Hanya saja, dia tidak menjelaskan secara detail terkait temuannya itu.

    Namun demikian, Sigit menduga kuat bahwa dalam temuan Satgas Pangan Polri itu ada dugaan perbuatan melawan hukum.

    “Kemungkinan akan kita lakukan penegakan hukum. Karena memang apa yang kita dapati yang isinya tidak sesuai kemasannya satu liter,” pungkasnya.

    Adapun, tiga kasus MinyaKita yang tengah diusut kepolisian itu diproduksi oleh tiga produsen yang berbeda mulai dari PT Artha Eka Global Asia, Depok; PT Tunas Agro Indolestari, Tangerang dan Koperasi Produsen Umkm Kelompok Terpadu Nusantara, Kudus.

    Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah harus melakukan evaluasi dan membenahi tata kelola produksi dan distribusi MinyaKita hingga konsumsi ke tangan konsumen.

    Peneliti YLKI Niti Emiliana menuturkan, pihaknya juga prihatin atas penemuan takaran Minyakita yang tidak sesuai serta penemuan harga yang di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp15.700 per liter. Sebab, kata dia, ini sudah melanggar hak konsumen.

    Bahkan, Niti menyebut pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh konsumen.

    “Konsumen berhak mendapatkan ganti rugi dari pelaku usaha atas selisih harga yang dibayarkan dengan takaran yang tidak sesuai,” ujarnya.

    Selain itu, YLKI juga meminta pemerintah melalui Kemendag dan kementerian atau lembaga lainnya untuk menindak tegas pelaku usaha yang nakal.

    Niti menyebut pengawasan seharusnya dilakukan saat pre-market alias ketika Minyakita belum beredar di masyarakat, yakni melalui quality control kualitas, kuantitas, dan termasuk harga produk. Serta, dilakukan pengawan post market atau saat produk sudah berada di pasaran.

    Dengan begitu, lanjut dia, seluruh rantai pasok dari hulu hingga hilir atau dari produsen sampai ke tangan konsumen terjaga kualitas, kuantitas, dan dikontrol harganya.

    Ketidakpatuhan produsen hingga distributor ke pengecer ini memunculkan pertanyaan akan efektivitas dari Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) yang digawangi Kementerian Perindustrian. Sistem tersebut merupakan portal untuk mengelola dan mengawasi produksi hingga distribusi minyak goreng curah tersebut. 

    Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan, penerapan SIMIRAH hingga saat ini belum efektif sebagai alat untuk mengelola distribusi Minyakita. Pasalnya, SIMIRAH disebut hanya dapat melacak produksi dan distributor.

    “Tetapi memiliki keterbatasan dalam hal evaluasi praktik di level produsen dan pengecer. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan di lapangan, semestinya rutin disidak,” kata Eliza kepada Bisnis, Senin (10/3/2025). 

    Tak hanya itu, menurut Eliza, sistem tersebut juga kurang terintegrasi dengan data real-time, apalagi terdapat keterbatasan cakupan pengecer yang terdaftar. Untuk menerapkan SIMIRAH, diperlukan mekanisme sanksi yang efektif agar oknum lebih jera. 

    Pemerintah disebut mesti menindak tegas produsen yang mengemas takaran Minyakita yang mestinya 1 liter. Namun, hanya terisi 750 mililiter-800 mililiter (ml). 

    Harga Mahal

    Tak hanya persoalan peredaran produk tak sesuai takaran kemasan, harga penjualan MinyaKita yang jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) juga menjadi persoalan. 

    Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan bahwa harga Minyakita melampaui HET yang semestinya Rp15.700 per liter di sejumlah daerah.

    Menyitir laman resmi Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin (10/3/2025) pukul 16.53 WIB, harga rata-rata Minyakita di tingkat konsumen menyentuh Rp17.649 per liter.

    Adapun, harga Minyakita termahal dibanderol Rp19.750 per liter di Papua Barat. Sementara itu, harga terendah dibanderol Rp16.708 per liter di Kepulauan Riau.

    “Soal minyak ini [Minyakita] sebetulnya problematikanya cukup besar. Tidak hanya soal takaran, terlebih lagi soal harga juga,” kata Reynaldi saat dihubungi Bisnis, Senin (10/3/2025).

    Di samping itu, Reynaldi menuturkan kecurangan takaran Minyakita sebenarnya juga terjadi di daerah lain di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan hingga Sumatra. Menurutnya, persoalan ini mencuat yang salah satunya dipicu dari harga Minyakita yang sudah tidak sesuai HET dalam 1 bulan terakhir.

    Reynaldi menilai pemerintah perlu melakukan penelusuran harga, mulai dari tingkat produsen, distributor lini 1 (D1), D2, pengecer, pedagang, hingga ke tangan konsumen.

    “Kan harus dicek harga itu, kenapa kok bisa di atas HET. Itu faktor yang menurut kami turut menunjang takaran ini, akhirnya dikorupsi yang seharusnya di label 1 liter ternyata faktanya hanya 700—850 ml,” ujarnya.

    Terlebih, lanjut dia, Minyakita saat ini sedang diminati oleh masyarakat, terutama masyarakat di rumah tangga atau UMKM, sejalan dengan momentum Ramadan.

    Selain itu, dia juga mengaku akses pedagang untuk mendapatkan Minyakita juga agak sulit. Apalagi, kata dia, Minyakita sudah mulai langka sejak awal 2023.

    Dia menduga persoalan Minyakita bukan hanya terkait harga, melainkan juga repacker atau produsen yang berusaha memainkan takaran Minyakita.

    Untuk itu, menurutnya, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga harus menyelesaikan akar permasalahan Minyakita dengan memperbaiki sistem.

    “Kalau Kementerian Perdagangan mau bebenah, mau menyentilin produsen yang nakal, saya kira kita bisa memperbaiki sistemnya memperbaiki skemanya,” tuturnya.

    Di sisi lain, Reynaldi mengakui konsumen memang meminati Minyakita lantaran harganya yang lebih terjangkau. Namun, tak menutup kemungkinan polemik pengurangan takaran Minyakita ini akan berdampak terhadap harga jual.

    Bahkan, dia menyebut beberapa pedagang sembako juga berpeluang untuk tidak menjual Minyakita dan beralih menjual minyak goreng premium.

    “Cenderung pedagang akan memiliki insting untuk menjajaki barang dagangan selain Minyakita. Ini akan menggerus minat atau konsumsi Minyakita terhadap isu yang berkembang hari ini,” terangnya.

    Bukan hanya minyak goreng premium, sambung dia, minyak goreng kemasan sederhana juga bersaing ketat di harga kisaran Rp20.000–Rp22.000. Sementara itu, Minyakita sudah menyentuh Rp20.000.

    Meski begitu, sambung dia, beberapa UMKM masih menggunakan Minyakita lantaran harganya yang terbilang murah.

    Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Eliza Mardian tak memungkiri masih terdapat kendala pengawasan kepada warung pengecer Minyakita yang merupakan rantai distribusi paling dekat dengan konsumen yang berpenghasilan rendah. 

    “Membeli dari warung-warung itu lah harganya jadi jauh di atas HET, warung membeli dari pengecernya saja harganya sudah mepet HET. Sementara warung kan harus punya margin juga. jadi memang harus ada transparansi produksi Minyakita,” jelasnya. 

    Dalam hal ini, dia menilai penentuan HET tidak sesuai dengan harga biaya pengangkutan, kenaikan biaya tenaga kerja hingga inflasi. Hal ini yang memicu kenaikan harga dan membuat pengecer menjual di atas HET. 

    Untuk itu, diperlukan perubahan sistemik, mulai dari perbaikan sistem logistik yang lebih efisien dan mengangkut banyak seperti kereta api hingga keandalan pemerintah menjaga harga-harga terutama pangan agar tidak merembet ke kenaikan harga harga lainnya termasuk upah tenaga kerja.

    Sementara itu, Pakar Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyoroti rantai distribusi Minyakita yang masih terlalu panjang sehingga harga MinyaKita ketika sampai di konsumen selalu melebihi HET. 

    “Salah satu yang bisa dijadikan alternatif untuk menyerahkan dan memperpendek sistem distribusi itu adalah melibatkan BUMN pangan ya bisa Bulog, ID Food gitu, dengan jejaringnya yang sudah sangat luas itu dan afiliasi-afiliasi distribusi, ini juga akan memudahkan kalau mereka diminta untuk tergabung dan terdaftar di SIMIRAH,” jelasnya.

  • Pedagang Pasar Berharap Koperasi Desa Merah Putih Putus Mata Rantai Produksi

    Pedagang Pasar Berharap Koperasi Desa Merah Putih Putus Mata Rantai Produksi

    Bisnis.com, JAKARTA – Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) berharap Koperasi Desa Merah Putih atau Kopdes Merah Putih dapat memutus mata rantai produksi sehingga harga di pasar lebih terjangkau.

    Sekretaris Jenderal Ikapi Reynaldi Sarijowan menyampaikan hadirnya Kopdes Merah Putih dapat memutus mata rantai produksi yang selama ini kian menyulitkan bagi pedagang pasar lantaran harga terus meningkat. 

    “Jika implementasi ini tepat, akan membawa manfaat bagi gabungan kelompok tani yang tergabung ke dalam Koperasi Desa Merah Putih,” kata Reynaldi dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).

    Ikappi mengharapkan ada desain tata niaga pangan yang baru dan modern serta mengedepankan asas manfaat yang dapat dirasakan, baik di desa maupun di pasar-pasar tradisional. 

    Reynaldi memastikan, pihaknya akan ikut membantu memetakan wilayah produksi di masing-masing desa agar tepat sasaran. Selain itu, dia mengharapkan agar sistem ini dapat memperkecil ruang pemain ijon bagi para petani kecil.

    “Jika desa dapat memberdayakan petani kecil, maka kedepan pangan kita akan lebih terjangkau dan terdata,” pungkasnya. 

    Adapun pemerintah sepakat membentuk Kopdes Merah Putih dalam rapat terbatas yang dihadiri oleh sejumlah menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (3/3/2025).

    Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan, koperasi ini nantinya akan menjadi pusat kegiatan ekonomi desa, termasuk sebagai gudang penyimpanan dan penyaluran hasil pertanian rakyat.

    “Yang diputuskan yaitu dibentuknya Koperasi Merah Putih, jadi disingkat Kopdes Merah Putih, itu akan dibangun di 70.000 desa,” kata Zulhas dalam konferensi pers di Istana Negara.

    Dana desa pun akan digunakan untuk mendukung pendanaan program ini. Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengungkap, setidaknya butuh Rp3 miliar – Rp5 miliar per desa untuk memastikan koperasi dapat beroperasi secara optimal.

    Dalam hal ini, Kopdes Merah Putih diharapkan dapat mengelola gerai sembako, gerai obat murah, apotek desa, gerai kantor koperasi, gerai unit usaha simpan pinjam koperasi, gerai klinik desa, cold storage, hingga distribusi logistik.

    Mengingat anggaran dana desa yang terbatas, pemerintah sepakat melibatkan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dalam pendanaan program melalui skema cicilan selama tiga hingga lima tahun. 

  • Pedagang Pasar Yakin Digitalisasi Keuangan Langkah Naik Kelas UMKM – Halaman all

    Pedagang Pasar Yakin Digitalisasi Keuangan Langkah Naik Kelas UMKM – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Provinsi Bali mengajak para pelaku UMKM Bali naik kelas dalam menjual produk dengan cara digitalisasi seluruh proses transaksi dan laporan keuangan.

    Ketua IKAPPI Provinsi Bali Sudadi Murtado menyakini langkah digitalisasi akan mampu mendongkrak pasar perdagangan produk UMKM Bali lebih luas dan besar.

    “Kami ingin mengajak pelaku UMKM seperti anjuran pemerintah, naik kelas. Salah satunya adalah IKAPPI membawa aplikasi kasir,  BillPos yang bisa digunakan para pelaku UMKM,” ujar Sudadi saat menjadi pembicara dengan tema “Pentingnya Pengelolaan Manajemen Keuangan untuk UMKM” sekaligus sosialisasi aplikasi kasir digital BillPos di kabupaten Buleleng, Bali, Rabu (5/2/2025).

    Sudadi menjelaskan beberapa manfaat aplikasi BillPos antara lain seperti memberi struk ke pelanggan, stok produk keluar dan masuk tercatat dan dapat  menjual pulsa token dan etiket dan lainnya.

    Dengan aplikasi tersebut, lanjut Sudadi, pembayaran bisa dilakukan dengan cara Tunai, Qris, dan tranfer.  

    “Proses pengajuan kredit ke perbankan mudah karena tercatat  seluruh keuangannya,” ujarnya.

    Kepala Dinas Koperasi Kabupaten Buleleng Bapak I Made Sudarmika memberi apresiasi positif atas kegiatan seminar terkait manajemen keuangan UMKM di Kabupaten Buleleng. 

    “Saya berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan secara berkala oleh IKAPPI Bali dan  BillPos, agar kelompak UMKM yang lain juga tahu dan mengerti pentingnya manajemen keuangan dan pencatatan yang baik,” ujarnya.

    Penggagas UMKM sekaligus motivator usaha I Made Wijaya mengapresiasi terbentuk aplikasi BillPos sebagai upaya meningkatkan kualitas UMKM di Bali. 

    “Dengan adanya aplikasi dan seminar ini diharapkan dapat membantu UMKM dalam perencanaan keuangan. Diharapkan kegiatan ini terus dilakukan di seluruh Bali,” ujarnya.

    Aplikasi BillPos hadir atas kerjasama PT Trans Digital Cemerlang dengan IKAPPI yang menekankan pada kecepatan dan kemudahan dari sisi pengguna.

    Dikarenakan berbasis Android, maka BillPos dapat diinstal pada semua jenis smartphone yang menggunakan sistem operasi Android.

  • Harga Pangan Hari Ini: Harga Cabai Masih Pedas – Page 3

    Harga Pangan Hari Ini: Harga Cabai Masih Pedas – Page 3

     Harga cabai rawit merah saat ini mengalami lonjakan yang cukup signifikan di berbagai daerah, bahkan mencapai angka Rp 150 ribu hingga lebih.

    “Ya harga cabai rawit tinggi, sangat tinggi bahkan. Sampai tembus di beberapa daerah itu 150, bahkan ada di atas itu. Tapi secara rata-rata memang masih di atas Rp 100 ribu,” kata Ketua Umum DPP IKAPPI, Abdullah Mansuri, kepada Liputan6.com, Jumat (17/1/2025).

    Ia menjelaskan harga cabai rawit ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama masalah produksi yang terbatas. Menurutnya, cuaca ekstrem seperti banjir atau ketidakpastian cuaca sangat mempengaruhi hasil panen cabai. Ini menjadikan pasokan cabai rawit menjadi terbatas dan berdampak pada harga yang terus melonjak.

    “Rp100 ribu atau Rp 120 ribu cabai rawit merah. Apa penyebabnya? Faktor produksinya tidak banyak. Ada beberapa yang gagal, ada beberapa yang tidak tanam, baru tanam,” ujarnya.

    Selain itu, harga cabai rawit yang melambung tinggi tentunya mempengaruhi daya beli konsumen. Semakin tinggi harga, semakin banyak konsumen yang akan berpikir dua kali sebelum membeli.

    “Apakah harga cabai rawit mempengaruhi daya beli konsumen? Pasti. Kalau harganya tinggi, pasti akan mempengaruhi daya beli konsumen. Itu hukum alam pasti. Jadi semakin tinggi harganya, maka pelanggan beli juga akan berpikir. Untuk membeli itu, karena terlalu tinggi,” ujarnya.

    Namun, ada solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kenaikan harga, yaitu dengan mencampur cabai rawit dengan jenis cabai lainnya, sehingga harga per kilogram bisa sedikit lebih terjangkau. Meskipun distribusi juga turut mempengaruhi harga, faktor produksi tetap menjadi faktor dominan yang menyebabkan fluktuasi harga cabai rawit.

    “Solusinya kalau tetap mau beli cabai rawit dengan harga yang turun, adalah dioplos, dicampur dengan cabai yang lain. Apakah pasokan cabai rawit dari petani cukup lancar? Tidak, banyak yang gagal, banyak yang baru tanam. Karena memang cuaca itu mempengaruhi,” jelasnya.

  • KALEIDOSKOP 2024: Impor Ilegal Tekan Industri Tekstil hingga Polemik Anggaran MBG

    KALEIDOSKOP 2024: Impor Ilegal Tekan Industri Tekstil hingga Polemik Anggaran MBG

    Bisnis.com, JAKARTA — Banjir barang impor menjadi hal yang ramai dibahas sepanjang 2024. Barang-barang dari luar negeri, terutama China, membuat industri tekstil dalam negeri terpukul. Di sisi lain, pemangkasan anggaran Makan Bergizi Gratis (MBG) juga menjadi sorotan pada tahun ini. 

    Berikut adalah rangkuman Bisnis mengenai sejumlah peristiwa penting pada industri perdagangan sepanjang 2024:

    Banjir Impor Tekstil Ilegal

    Sepanjang 2024, pemerintah masih menemukan produk impor ilegal alias barang selundupan. Padahal, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah membentuk Satuan Tugas

    (Satgas) Impor Ilegal.

    Teranyar, Kemendag melalui Satuan Tugas (Satgas) Pengawasan Barang Tertentu yang Diberlakukan Tata Niaga Impor kembali menyita 90.000 rol kain tekstil dan produk tekstil (TPT) berupa kain gulungan asal China yang diduga ilegal. Totalnya, ribuan rol kain ilegal ini bernilai Rp90 miliar.

    Kemendag menyatakan akan terus memantau arus pergerakan barang impor ilegal (selundupan) yang masuk dan beredar di Indonesia.

    Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan pergerakan barang ilegal di Indonesia bakal terdeteksi sejalan dengan terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2024 tentang Perdagangan Antarpulau (Permendag 27/2024) yang diundangkan sejak 1 November 2024. Adapun, Permendag 27/2024 akan berlaku dalam 90 hari setelah diundangkan, yaitu mulai 1 Februari 2025.

    Di sisi lain, Komisi VI DPR mempertanyakan efekivitas Satgas Pengawasan Barang Impor Ilegal di tengah maraknya barang impor ilegal yang masuk ke Indonesia, khususnya impor tekstil ilegal.

    Barang temuan impor ilegalPerbesar

    Prabowo Turun Gunung Atasi Minyakita

    Presiden Prabowo Subianto mengerahkan agar Perum Bulog ikut membantu mendistribusikan Minyakita hingga ke Indonesia timur, seiring dengan harganya yang jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang semestinya Rp15.700 per liter. 

    Sebelumya, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan bahwa harga Minyakita di pasar tradisional dibanderol di rentang Rp16.500-Rp17.000 per liter.

    Dalam kesempatan berbeda, Kantor Staf Presiden (KSP) menduga telah terjadi rembesan Minyakita dijual dalam bentuk minyak curah, yang menyebabkan harga Minyakita melambung di atas HET.

    Berdasarkan temuan dari Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada 2023, terdapat kasus Minyakita yang dibuka dan dijual sebagai minyak curah.

    Teranyar, Kemendag akan mengenakan sanksi administratif kepada sejumlah pelaku usaha yang mendistribusikan Minyakita di atas HET. Sanksi ini dikenakan lantaran Kemendag menduga salah satu penyebab kenaikan harga Minyakita di tingkat konsumen langsung akibat adanya pelanggaran oleh pelaku usaha.

    Mengacu laman Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag, per 13 Desember 2024, harga Minyakita secara rata-rata nasional dibanderol Rp17.100 per liter. Harga Minyakita tertinggi terjadi di Papua Tengah, yakni seharga Rp19.000. 

  • Sembilan poros relawan Anies dukung Dadan sebagai Ketua Ormas Gerakan Rakyat Jabar

    Sembilan poros relawan Anies dukung Dadan sebagai Ketua Ormas Gerakan Rakyat Jabar

    Foto: Dudi Supriyadi/Radio Elshinta

    Sembilan poros relawan Anies dukung Dadan sebagai Ketua Ormas Gerakan Rakyat Jabar
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 10 Desember 2024 – 14:05 WIB

    Elshinta.com – Sebanyak sembilan poros relawan Anies mendukung Dadan Supardan sebagai Ketua Ormas Gerakan Rakyat Jabar. Dukungan tersebut diperlihatkan pada acara Pemilihan Ketua DPW Jabar Ormas Gerakan Rakyat yang digelar Minggu, 8 Desember 2024 di Cafe Kopi Florist, Tegallega Kota Bandung. Pada kegiatan tersebut terpilih Dadan Supardan sebagai Ketua secara aklamasi.

    Pemilihan Ketua DPW Jabar Ormas Gerakan Rakyat diikuti oleh 30 peserta dari berbagai simpul relawan di bawah enam poros (komunitas) Relawan Anies Baswedan. Yaitu Sekber, Korean, KIB, Poros Buruh, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKPPI), dan FKP3, seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Dudi Supriyadi.

    Sementara 3 poros (komunitas) tidak hadir tetapi menyatakan persetujuan terhadap hasil rapat, yaitu poros Laskar Santri, Jaringan Tani Nelayan, dan Laskar Aman.

    Acara pemilihan dipimpin oleh Sorot Purnomo (FKP3) didampingi R. Heryadi Sukmadijaya (Korean), dan Syuhairi (Pasar).

    Sebagai tuan rumah, Ketua Poros Buruh Ajat Sudrajat menekankan agar kekuatan di Jawa Barat jangan sampai tercerai berai. Makanya dalam pemilihan ketua dan pengurus Ormas Gerakan Rakyat harus mengakomodir semua lini kekuatan. Terutama simpul-simpul relawan yang telah melakukan pergerakan selama ini. “Intinya jangan grasak grusuk,” ujar Ajat.

    Ketua terpilih Dadan Supardan menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan amanah yang tidak sederhana tersebut.

    “Saya meyakini, ini bukan tugas ringan. Tetapi dengan kebersamaan dan kekompakkan, insyaAllah kita akan menjalaninya sesuai harapan,” tutur Dadan.

    Nama Gerakan Rakyat, jelasnya, sudah melekat di jiwa para relawan. Jadi bukan hal asing. “Kita melanjutkan pergerakan yang sudah dilakukan tempo hari. Jadi hapal betul lubang-lubang kelemahan. Tinggal kita perbaiki dalam perjalanan ke depan,” imbuhnya.

    Sumber : Radio Elshinta