Organisasi: Hizbullah

  • Lihai Bermanuver dan Menghindari Deteksi

    Lihai Bermanuver dan Menghindari Deteksi

    JAKARTA – Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengklaim untuk pertama kalinya menggunakan rudal Sejjil untuk menyerang target-target di wilayah Israel dalam gelombang ke-12 serangan rudal balasan yang juga bagian dari “Operasi True Promise III” pada Rabu malam waktu setempat.

    Dalam sebuah pernyataan, kantor hubungan masyarakat IRGC mengumumkan peluncuran operasi tersebut, memperingatkan para pemukim Israel untuk meninggalkan wilayah yang diduduki.

    “Gelombang kedua belas Operasi True Promise III dimulai dengan penembakan rudal Sejjil dua tahap yang sangat berat dan jarak jauh,” menurut IRGC, dikutip dari Tasnim 19 Juni.

    IRGC mengatakan serangan rudal akan tepat menyasar sasaran seperti sebelumnya, Markas Mossad dan pangkalan militer Israel di seluruh wilayah negara itu.

    Sejjil adalah rudal balistik permukaan-ke-permukaan berbahan bakar padat dua tahap yang dikembangkan oleh Iran, dikutip dari The Economic Times.

    Jangkauannya diperkirakan mencapai 2.000 kilometer (1.242 mil), yang dapat menyerang jauh di dalam wilayah musuh, termasuk semua wilayah Israel dan Eropa tenggara. Rudal tersebut berukuran panjang 18 meter (59 kaki) dan dapat membawa muatan sekitar 700 kilogram (1.543 pon).

    Laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan rudal ini memiliki varian lain yang memiliki jangkauan maksimum hingga 4.000 kilometer.

    Tidak seperti rudal berbahan bakar cair yang lebih tua, propulsi berbahan bakar padat Sejjil berarti waktu peluncuran yang lebih cepat, mobilitas yang lebih mudah, dan kemampuan bertahan yang lebih besar terhadap serangan pendahuluan.

    Rudal tersebut sangat mudah bermanuver dan dirancang untuk menghindari sistem deteksi musuh, meningkatkan peluangnya untuk menembus perisai pertahanan udara canggih seperti sistem Iron Dome dan Arrow milik Israel.

    Sejak meluncurkan serangan balasan, rudal serta drone Iran diketahui mampu menembus pertahanan Israel dan menghantam sejumlah sasaran. IRGC mengklaim telah menyerang kantor Mossad, pangkalan angkatan udara, dan pusat intelijen di seluruh Israel.

    Terbaru, rentetan rudal Iran kembali menyasar sejumlah wilayah Israel pada Hari kamis. Israel Defense Forces (IDF) sebelumnya mengidentifikasi rudal yang diluncurkan dari Iran pada Kamis pagi waktu setempat. Sirine diaktifkan di seluruh Israel.

    “Sistem pertahanan beroperasi untuk mencegat ancaman tersebut,” kata IDF, dikutip dari Reuters.

    Penggunaan rudal Sejjil dapat menjadi titik balik dalam konflik Israel-Iran. Jangkauan rudal yang jauh memungkinkan Iran untuk menyerang Israel tanpa meluncurkan rudal dari proksi seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi di Suriah atau Irak.

    Penggunaan bahan bakar padat mempersingkat persiapan peluncuran Sejjil, sehingga sistem pertahanan Israel memiliki sedikit waktu untuk peringatan dan reaksi.

  • Ulama Irak Teriak, Serangan ke Khamenei Picu Petaka di Timur Tengah

    Ulama Irak Teriak, Serangan ke Khamenei Picu Petaka di Timur Tengah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ulama Syiah paling berpengaruh di Irak, Ayatollah Agung Ali Sistani, mengingatkan agar komunitas internasional tidak menargetkan pemimpin tertinggi Iran. Ia memperingatkan bahwa langkah tersebut bisa memicu kekacauan luas dan memperburuk situasi di Timur Tengah.

    “Setiap penargetan terhadap kepemimpinan agama dan politik tertinggi Iran akan membawa konsekuensi mengerikan bagi kawasan,” tegas Sistani dalam pernyataan resminya, seperti dikutip AFP, Kamis (19/6/2025).

    Peringatan ini muncul di tengah memanasnya konflik Iran-Israel setelah serangan mendadak Israel pekan lalu yang menargetkan situs militer dan nuklir Iran serta menewaskan sejumlah komandan dan ilmuwan tinggi. Iran membalas dengan rentetan rudal ke wilayah Israel, memicu ketegangan regional yang lebih luas.

    Sistani, yang merupakan warga negara Iran namun dikenal menentang dominasi Teheran di Irak, menyerukan penyelesaian damai.

    “Masyarakat internasional harus melakukan segala upaya untuk mengakhiri perang yang tidak adil ini dan menemukan solusi damai terkait program nuklir Iran,” ujarnya.

    Kekhawatiran akan eskalasi makin meningkat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menutup kemungkinan menyerang atau bahkan membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. “Itu bisa mengakhiri konflik,” klaim Netanyahu awal pekan ini.

    Presiden AS Donald Trump juga menekan Iran agar menyerah tanpa syarat, meski menegaskan belum akan menyerang Khamenei “untuk saat ini”.

    Sementara itu, aksi solidaritas bermunculan di Irak dan Lebanon. Di Irak selatan, ulama Syiah turun ke jalan dengan mengenakan seragam militer, membawa bendera Irak dan Iran, serta meneriakkan slogan anti-Israel.

    Sementara di Lebanon, kelompok Hizbullah memperingatkan Israel agar tidak mengancam Khamenei, menyebutnya sebagai tindakan “sembrono dan bodoh” yang akan menimbulkan “konsekuensi serius”.

    “Ancaman terhadap Khamenei adalah penghinaan terhadap ratusan juta orang beriman,” kata pernyataan resmi Hizbullah.

    Sejak 12 Juni lalu, Iran dan Israel telah terlibat dalam eskalasi paling parah hingga saat ini. Iran telah meluncurkan sekitar 400 misil balistik dan 1.000 drone ke wilayah Israel, termasuk serangan ke Soroka Hospital di Beersheba dan kawasan sipil seperti Tel Aviv dan Haifa, yang menyebabkan puluhan kematian dan ratusan luka, serta kerusakan besar pada bangunan dan infrastruktur penting.

    Sebagai balasan, Israel menggempur hampir seluruh fasilitas nuklir dan militer Iran, mencakup reaktor Arak, Natanz, Isfahan, dan pangkalan IRGC, menghancurkan 35-40% stok misil Iran. Serangan ini menewaskan antara ratusan orang di Iran, termasuk ratusan warga sipil.

    Konflik ini kian meluas dengan meningkatnya ketegangan sipil, evakuasi skala internasional, dan ancaman militer lebih lanjut dari AS dan Rusia di tengah upaya diplomasi internasional.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Lawan Rudal Kencang Iran Pakai Ketapel Nabi Daud

    Israel Lawan Rudal Kencang Iran Pakai Ketapel Nabi Daud

    Jakarta

    Sistem pertahanan Iron Dome Israel kewalahan menghadapi rudal balistik Iran. Mereka mengandalkan tameng lain berjuluk Ketapel Nabi Daud.

    Negeri Zionis ini memang mengandalkan Iron Dome untuk menangkis rudal-rudal jarak pendek dari negara tetangga seperti roket Hamas dan Hizbullah. Namun Iron Dome bukan lawan seimbang rudal balistik Iran dalam perang Iran-Israel kali ini.

    Untuk itu, Israel mengandalkan sistem pertahanan lain. Dilansir detikINET dari Missile Threat, Kamis (19/6/2025) Israel selain punya Iron Dome, juga punya David’s Sling, Arrow-1 dan Arrow-3. Nah sekarang kita bahas David’s Sling alias Ketapel Nabi Daud.

    David’s Sling dikembangkan perusahaan pertahanan Israel, Rafael Advanced Defense Systems dan perusahaan pertahanan Amerika Serikat, Raytheon. David’s Sling beroperasi pertama kali tahun 2017.

    Ia adalah sistem pertahanan udara dan rudal Israel yang dirancang untuk mengalahkan rudal balistik jarak pendek, roket kaliber besar, dan rudal jelajah. David’s Sling menempati tingkat menengah dalam arsitektur pertahanan rudal Israel, antara sistem pertahanan Iron Dome dan sistem Arrow.

    David’s Sling Weapon System (DSWS) mengandalkan rudal yang disebut Stunner, terdiri dari dua bagian. Rudal ini bisa mencegat target setinggi sampai 15 km di udara dan menjangkau jarak antara 40 sampai 300 kilometer. Kecepatannya tembus Mach 7,5.

    Stunner tak punya hulu ledak dan mengalahkan target dengan menyerang secara langsung. Hidung rudal ini memiliki dua sensor untuk panduan. Di tengah perjalanan, rudal menerima pembaruan dari radar berbasis darat. Setiap rudal Stunner menghabiskan biaya produksi sekitar USD 1 juta.

    Sistem peluncuran vertikal yang dipasang di truk peluncur untuk rudal Stunner dapat menampung sampai 12 unit senjata ini. Adapun radarnya dapat melacak hingga 1.100 target pada jarak 474 km.

    Israel mulai mengembangkan David’s Sling sejak 2006 dan pada Agustus 2008, menandatangani perjanjian dengan AS untuk mengembangkannya bersama. Dari tahun fiskal 2006 hingga 2020, AS menyediakan bantuan USD 1,99 miliar untuk mendukung pengembangan dan pengadaan David’s Sling. 50% komponen David’s Sling dibuat di Amerika Serikat.

    Dalam serangan balik Iran ke Israel saat ini, pihak Israel mengklaim Ketapel Nabi Daud ini berhasil mencegat rudal-rudal Iran saat masih berada di langit.

    (fay/agt)

  • Israel Tak Bisa Menang di Iran Tanpa Bantuan AS, Ini Buktinya

    Israel Tak Bisa Menang di Iran Tanpa Bantuan AS, Ini Buktinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kendali Israel atas wilayah udara Iran membuka jalan bagi serangan udara yang semakin meluas terhadap target-target strategis di Republik Islam itu. Namun, para analis meyakini pasukan Tel Aviv akan kesulitan untuk menghancurkan fasilitas nuklir terdalam Iran tanpa campur tangan langsung militer Amerika Serikat.

    Sejak kampanye serangan dimulai Jumat lalu, jet-jet tempur Israel telah menyasar fasilitas nuklir, gudang peluru kendali, para ilmuwan, dan jenderal-jenderal senior Iran. Militer Israel bahkan menyatakan telah mencapai dominasi udara atas Iran, sebuah langkah besar yang digambarkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “pengubah permainan”.

    “Kontrol udara atas Iran adalah perubahan besar dalam permainan,” kata Netanyahu, dilansir dari Reuters, Rabu (18/6/2025).

    Penasehat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi menambahkan bahwa para pilot Israel kini dapat “menyerang jauh lebih banyak target di Tehran” berkat hancurnya “puluhan dan puluhan” sistem pertahanan udara Iran.

    Militer Israel menyamakan kendali udaranya atas Iran dengan kontrol udara yang telah lama mereka miliki atas wilayah-wilayah konflik yang dihuni kelompok sekutu Iran, seperti Gaza dan Lebanon. Dalam perang sebelumnya, Israel dapat menyerang kapan saja di dua wilayah itu.

    Sumber intelijen regional menyebut keberhasilan Israel menembus ibu kota Iran sebagai sesuatu yang “benar-benar mengejutkan”, dengan jaringan agen rahasia yang telah dibangun dan serangan yang sangat terarah terhadap tokoh-tokoh penting, mirip dengan pola serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon pada 2024, yang menewaskan pemimpin kelompok itu, Hassan Nasrallah.

    Meski Iran mengeklaim telah menembak jatuh beberapa pesawat tempur Israel, pihak Israel menyangkalnya. Israel menyatakan tidak ada pesawat atau awaknya yang terluka dalam misi-misi udara, yang menempuh jarak pulang-pergi lebih dari 3.000 kilometer.

    Seorang sumber pertahanan Barat mengatakan, jet-jet tempur Israel telah mengisi bahan bakar di wilayah udara Suriah, negara yang dulu merupakan benteng pengaruh Iran hingga Presiden Bashar al-Assad terguling pada Desember lalu. Kini, Israel dikabarkan beroperasi di Suriah dengan “kebebasan hampir total”.

    Israel juga menerbitkan peringatan evakuasi untuk area tertentu di Tehran pada Senin, menyatakan rencana untuk menyerang “infrastruktur militer rezim Iran” di ibu kota.

    Sejumlah media Israel juga melaporkan bahwa pengiriman besar-besaran bom dari Amerika Serikat tiba pada April, termasuk bom penghancur bunker. Serangan-serangan awal pekan lalu diyakini telah difasilitasi oleh pasukan khusus Mossad di darat yang menghancurkan sistem anti-pesawat Iran.

    Justin Bronk dari lembaga riset RUSI di London mengatakan, Iran memiliki “sedikit solusi teknis” untuk menghadapi kombinasi jet siluman F-35 Israel yang mampu melakukan peperangan elektronik terhadap sistem anti-pesawat, ditambah dengan F-16 dan F-15 yang membawa rudal balistik presisi.

    Sementara itu, Barin Kayaoglu, analis pertahanan asal Turki, menyebut bahwa meskipun Israel memang unggul secara militer, kecepatan dan efektivitas serangan udara kali ini telah mengejutkan banyak pihak. “Militer Iran seperti tertidur di kemudi,” katanya.

    Namun, ia mengingatkan bahwa mempertahankan ritme serangan akan menjadi tantangan tersendiri bagi Israel karena stok amunisi dan perawatan pesawat.

    Bom Fasilitas Nuklir

    Dua gedung yang menjadi lokasi produksi komponen sentrifus untuk program nuklir Iran telah hancur di Karaj, tepat di luar ibu kota Teheran, kata Badan Tenaga Atom Internasional, Rabu (18/6/2025). Pengumuman badan PBB itu muncul beberapa jam setelah militer Israel mengatakan telah melancarkan serangkaian serangan udara di Teheran dan sekitarnya.

    “IAEA memiliki informasi bahwa dua fasilitas produksi sentrifus di Iran, bengkel TESA Karaj dan Pusat Penelitian Teheran, terkena serangan,” kata IAEA dalam sebuah unggahan di X.

    “Kedua lokasi itu sebelumnya berada di bawah pemantauan dan verifikasi IAEA sebagai bagian dari JCPOA,” tambahnya, merujuk pada kesepakatan tahun 2015 tentang program nuklir Iran.

    Dalam serangan lain di sebuah lokasi di Teheran, “satu gedung terkena serangan di mana rotor sentrifus canggih diproduksi dan diuji”, badan itu menambahkan dalam sebuah posting di X.

    Bantuan AS

    Kendati kerusakan yang ditimbulkan signifikan, sebelumnya Israel secara terbuka mengakui bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya melumpuhkan program nuklir Iran. Satu-satunya fasilitas nuklir Iran yang paling terlindungi, seperti Fordow yang dibangun di bawah gunung di selatan Tehran, belum menjadi target serangan.

    Seorang mantan pejabat keamanan senior Israel menyatakan kepada Reuters bahwa hanya Amerika Serikat yang memiliki kemampuan militer, terutama melalui bom penghancur bunker kelas berat dan pesawat pengebom strategis, untuk menghantam fasilitas semacam Fordow.

    Namun demikian, pejabat itu mengatakan Israel telah cukup merusak program nuklir Iran.

    “Jika setelah konflik berakhir Iran masih memiliki sedikit kemampuan pengayaan uranium, tapi tidak memiliki orang dan fasilitas untuk membuatnya berbahaya, maka itu sudah merupakan pencapaian besar,” katanya, tanpa ingin disebut namanya karena isu yang sensitif.

    Andreas Krieg dari King’s College London menyebut bahwa Israel telah mencapai banyak kesuksesan taktis dan operasional, namun keberhasilan strategis memerlukan lebih dari sekadar kekuatan udara.

    Bahkan jika AS terlibat, katanya, bom bunker terbesar sekalipun bisa kesulitan menembus fasilitas terdalam Iran. “Mungkin dibutuhkan operasi pasukan khusus di darat,” ujarnya.

    Meski begitu, Krieg menegaskan, “Israel kini bisa bertindak tanpa halangan, sebagaimana mereka lakukan di Lebanon.”

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ulama Irak Teriak, Serangan ke Khamenei Picu Petaka di Timur Tengah

    Jenderal Iran Berguguran, Bagaimana Nasib Ayatollah Ali Khamenei?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan udara Israel yang menewaskan sejumlah penasihat militer kunci Ayatollah Ali Khamenei telah membuat pemimpin tertinggi Iran itu semakin terisolasi dan kesepian. Sumber-sumber menyebut hal ini dapat menghantui stabilitas pengambilan keputusannya.

    Ayatollah Ali Khamenei, 86 tahun, kehilangan beberapa komandan elit Garda Revolusi dalam gelombang serangan sejak Jumat, 13 Juni lalu. Di antaranya adalah pimpinan Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami, jenderal pada program rudal balistik Amir Ali Hajizadeh, dan kepala intelijen Mohammad Kazemi. Semuanya tewas dalam satu kali serangan ilegal Israel, menurut lima narasumber yang akrab dengan proses pengambilan keputusan Khamenei.

    Selain itu, kepala staf angkatan bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, juga tewas dalam serangan Israel. Bahkan, Israel mengeklaim kepala staf perang Iran, Jenderal Ali Shadmani, juga terbunuh.

    Ia disebut-sebut sebagai orang terdekat Khamenei. Shadmani baru saja menjabat posisi tersebut setelah Letjen Gholam Ali Rashid terbunuh oleh serangan Israel akhir pekan lalu.

    “Kematian penasihat utama meninggalkan lubang besar di lingkaran dalam Khamenei dan meningkatkan risiko salah perhitungan yang sangat berbahaya,” kata satu sumber yang rutin hadir dalam rapat-rapat pemimpin tertinggi Iran, seperti dikutip Reuters pada Selasa (17/6/2025).

    Sejak revolusi 1979, Khamenei menempatkan Garda Revolusi, yang secara langsung bertanggung jawab kepadanya, di pusat kekuasaan. Dengan hilangnya tokoh-tokoh kunci itu, rantai komando khusus Garda dan aksesnya ke peralatan militer terbaik kini terancam putus.

    Meski kementerian pertahanan di bawah presiden menangani angkatan bersenjata reguler, Garda Revolusi selama ini menjadi penopang utama keamanan internal dan kebijakan regional Iran.

    “Saat menghadapi salah satu momen paling berbahaya dalam sejarah Republik Islam, Khamenei justru makin tersudut,” ujar seorang analis.

    Khamenei, yang punya wewenang deklarasi perang dan pengangkatan pejabat senior, dikenal sangat berhati-hati.

    “Dua hal tentang Khamenei: ia sangat keras kepala tetapi juga sangat berhati-hati. Itulah sebabnya ia bertahan lama,” kata Alex Vatanka, direktur Program Iran di Middle East Institute, Washington.

    Meski Presiden Suriah Bashar al‑Assad dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah juga pernah menjadi sasaran, kehilangan penasihat semacam Salami dan Hajizadeh membuat Khamenei menghadapi tantangan paling akut sejak ia naik tahta pada 1989. Kini, setiap langkah strategis Iran berpotensi terganggu oleh kekosongan di pucuk komando Garda.

    Dengan negosiasi nuklir yang masih menggantung, krisis ini diprediksi akan mengubah dinamika kekuasaan di Tehran, serta memperburuk ketegangan yang sudah memuncak antara Iran dan Israel.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 42 WNI Terdampar di Tel Aviv, Apa Dampak Konflik Iran-Israel Bagi RI?

    42 WNI Terdampar di Tel Aviv, Apa Dampak Konflik Iran-Israel Bagi RI?

    Jakarta

    Sebanyak 42 WNI yang melakukan ziarah keagamaan dilaporkan terdampar di Tel Aviv setelah Bandara Ben Gurion ditutup menyusul memanasnya konflik Israel-Iran pada Jumat (13/06).

    Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengatakan perwakilan diplomatik di Yordania tengah memberikan asistensi agar puluhan WNI itu bisa keluar dari Israel melalui jalan darat.

    “[Para WNI itu] seharusnya keluar lewat Tel Aviv, tetapi tidak bisa karena bandara ditutup. Mereka sedang dibantu KBRI Amman untuk melintas ke Yordania,” ujar Judha Nugraha kepada BBC News Indonesia pada Minggu (15/06).

    Saat ini, Kemenlu mencatat ada 187 WNI yang berada di seluruh wilayah Israel. Menurut Judha, sebagian besar dari mereka berada di Aravah di selatan Israel.

    Pemerintah Indonesia, sambung Judha, sudah mengimbau agar para WNI yang memiliki rencana perjalanan ke Israel dan Palestina, termasuk untuk kunjungan ziarah untuk menunda niat mereka.

    “Sejak tahun lalu, wilayah Palestina dan Israel sudah ditetapkan Siaga 1 [level tertinggi kewaspadaan] oleh KBRI Amman,” tegasnya.

    Adapun di Iran, menurut Judha, KBRI Teheran sudah menetapkan status Siaga 2 sejak April 2024.

    “[Terbesar] kedua di Teheran, ada sekitar 90 WNI termasuk pelajar, pekerja migran, dan staf KBRI berikut keluarga mereka,” tutur Judha.

    Pada Jumat (13/06), pemerintah Israel menutup bandara mereka setelah melancarkan sejumlah serangan ke Iran dalam Operasi Rising Lion yang menyasar pusat nuklir, fasilitas militer, dan area berpenduduk.

    Pihak Israel mengeklaim serangan pihaknya dilakukan “atas dasar keselamatan” karena Iran dituding terus mengembangkan nuklir mereka.

    Iran mulai membalas serangan itu pada Jumat (13/06) malam melalui gempuran drone dan rudal balistik. Hingga berita ini diturunkan, gelombang serangan dari masing-masing negara masih terus berlangsung.

    ‘Belum ada permohonan evakuasi’

    BBC News Indonesia sudah menghubungi sejumlah warga Indonesia yang berada di Iran untuk menceritakan kondisi mereka di sana, tetapi mereka memilih bungkam karena sensitivitas isu.

    Jaringan internet setempat dilaporkan tidak stabil dan sangat lambat.

    Dalam siaran pers pada Jumat (13/06), Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Iran mengimbau para WNI untuk “saling mengingatkan satu sama lain” terkait imbauan KBRI Teheran dan Kemenlu serta “saling menjaga komunikasi”.

    Selain itu, mereka juga meminta agar para WNI di Iran untuk “saling menenangkan dan tidak panik dalam kondisi apa pun agar memudahkan koordinasi dan melancarkan segala proses yang dilakukan KBRI Teheran dan Kemenlu.”

    IPI Iran juga mengingatkan agar para WNI untuk melakukan pengecekan di grup WNI di platform WhatsApp.

    Pihak IPI Iran mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya para korban sipil dan tokoh penting Iran dalam serangan Israel.

    Pihak IPI juga mengecam dan mengutuk serangan Israel sekaligus mengecam PBB yang mereka sebut “diam seribu bahasa” atas serangan Israel.

    Baca juga:

    Sementara itu, Judha mengatakan pihaknya terus berkomunikasi dengan WNI-WNI di Iran.

    “Saya sampaikan bahwa para WNI kita dalam keadaan baik, tidak ada yang menjadi korban dari serangan Israel,” ujar Judha.

    “Serangan yang dilakukan Israel saat menyasar instalasi-instalasi militer dan juga kepada beberapa petinggi dari Iran. Tapi tentu kita mengantisipasi bahwa eskalasi ini dapat lebih memburuk.”

    Berdasarkan pengamatan dari KBRI Teheran, kata Judha, situasi di Teheran masih terlihat normal meski terlihat antrean BBM yang cukup panjang di beberapa tempat.

    “Tapi tidak ada panic buying. Kegiatan dan kehidupan masyarakat masih berjalan dengan normal,” ujar Judha.

    Pernyataan Judha ini selaras dengan laporan IPI Iran yang menyebut laporan sejumlah WNI di kota-kota besar Iran mengatakan “tidak ada perubahan yang signifikan” setelah serangan Israel.

    Judha mengingatkan bahwa pihak pemerintah sejak April tahun lalu sudah mengimbau agar para WNI di Iran yang tidak memiliki kepentingan esensial untuk bisa pulang secara mandiri.

    Apalagi, saat ini, konflik antara Iran dan Israel membuat wilayah udara di kawasan tersebut ditutup sehingga menghalangi penerbangan.

    Terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Rolliansyah Soemirat, mengatakan untuk saat ini evakuasi belum perlu dilakukan bagi para WNI di Iran.

    “Namun, kita terus melakukan pematangan rencana apabila memang [evakuasi] diperlukan apabila situasi memburuk. Tentu kita berharap situasi buruk tidak terjadi,” ujar Roliansyah kepada BBC News Indonesia pada Minggu (15/06).

    Rolliansyah yang dilantik sebagai Dubes RI untuk Teheran (merangkap Turkmenistan) pada 24 Maret 2025, mengatakan sejauh ini “belum ada permohonan evakuasi” dari WNI di Iran.

    Di sisi lain, Rolliansyah menekankan bahwa pada akhirnya evakuasi merupakan pilihan dari para individu.

    “Pemerintah pada beberapa situasi konflik di beberapa tempat lain sering mengalami situasi dimana sudah menyarankan atau bahkan menyiapkan rencana evakuasi warganegara Indonesia, tapi banyak warga negara yang memutuskan untuk tidak melakukan evakuasi. Dan tentunya pemerintah harus menghargai keputusan dari masing-masing individu tersebut,” ujarnya.

    Meski begitu, Rolliansyah meminta agar para WNI terus mengabarkan situasi mereka secara berkala kepada perwakilan diplomatik setempat.

    Apakah konflik Iran dan Israel akan terus memanas?

    Asap membubung setelah ledakan terjadi di pusat kota Teheran pada 15 Juni 2025 (Getty Images)

    Pengamat hubungan internasional dari Universitas Katolik Parahyangan, Idil Syawfi, menilai potensi eskalasi konflik antara Iran dan Israel “sangat tinggi”.

    Menurut Idil, hal ini terlihat dari upaya retaliasi Israel yang menyerang depot minyak Iran serta kantor Kementerian Luar Negeri Iran di Teheran pada Minggu (15/06).

    Serangan kemudian dibalas dengan serangan misil Iran ke Haifa dan Tel Aviv.

    “Jika kita melihat pernyataan terakhir Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengirimkan pesan kepada masyarakat Iran, kita bisa tahu target utama Israel dari operasi militer ini adalah perubahan rezim di Iran,” ujar Idil kepada BBC News Indonesia.

    “Seperti diketahui Iran menjadi penyuplai dan pendukung bagi gerakan-gerakan yang menyerang Israel seperti Hamas, Houthi dan juga Hizbullah.”

    Baca juga:

    Idil menilai operasi militer yang dilakukan Israel pada Jumat (13/06) lalu sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Sebagaimana diketahui, serangan tersebut menewaskan para ilmuwan dan petinggi militer Iran.

    “Pada sisi lain, Iran tidak punya banyak pilihan selain merespon dengan serangan militer,” ujar Idil.

    Iran, menurut Idil, berhadapan dengan dua pilihan: pertama, serangan balasan tetapi terbatas untuk mengurangi eskalasi tetapi kredibilitas pemerintah buruk di mata masyarakat.

    Kedua, membalas dengan lebih keras, tetapi sesuai keinginan Israel agar mendapat dukungan militer dari sekutunya, termasuk AS.

    Dihubungi terpisah, pengamat Timur Tengah dari Universitas Bina Nusantara, Tia Mariatul Kibtiah, menilai ada dua alasan mengapa Israel memutuskan untuk menyerang Iran.

    Yang pertama, popularitas Netanyahu di Israel. Ketika karier politik dia sedang tidak baik-baik saja, dia akan melakukan hal tidak terduga dan di luar nalar,” ujar Tia ketika dihubungi pada Minggu (13/0).

    Selain dinilai gagal menangani Hamas, masyarakat Israel juga menilai perekonomian negara merosot menyusul konflik Gaza.

    Alasan yang kedua, kata Tia, adalah Israel ingin menghentikan negosiasi antara AS dan Iran terkait nuklir.

    Di sisi lain, Tia berpendapat bahwa konflik ini kemungkinan besar tidak akan berlanjut ke eskalasi yang lebih luas.

    Hal ini didasari oleh kepentingan keamanan negara-negara Teluk, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait, yang secara geografis berdekatan dengan area konflik dan memiliki pangkalan militer AS.

    Tia memprediksi akan muncul banyak mediator, termasuk AS, untuk menekan agar saling serang antara Iran dan Israel. Dia juga menduga AS tidak akan terlibat dalam serangan balasan oleh Israel, tetapi alih-alih a akan membantu dalam upaya menangkal rudal Iran.

    Pada Minggu (15/06), Presiden AS Donald Trump menyatakan Iran dan Israel mesti mencapai kesepakatan dan mengatakan dirinya akan memfasilitasinya.

    CBS News, mitra BBC News di AS, melaporkan Trump sebelumnya memveto rencana Isrel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Bagaimana dampak konflik Iran dan Israel ke Indonesia dan dunia?

    Idil mengatakan serangan Israel ke depot minyak Iran menunjukkan bahwa, selain isu nuklir, Israel juga ingin “menyakiti Iran” dalam hal energi.

    Menurut Idil, serangan Israel ini membuka opsi juga bagi Iran untuk merespons dengan menutup Selat Hormuz.

    “Selat Hormuz bisa jadi merupakan kartu yang bisa dimainkan oleh pemerintah Iran,” ujarnya.

    “Penutupan Selat Hormuz akan berimplikasi terhadap negara-negara lain, khususnya terhambatnya distribusi minyak global dan meningkatnya harga minyak.”

    Idil memprediksi harga minyak dunia akan melambung tinggi dalam pembukaan minggu depan, dan akan beranjak meningkat seiring dengan eskalasi konflik.

    “Hal ini selain karena produksi akan terhambat, distribusi juga akan sangat terbatas dikarenakan konflik ini,” ujarnya.

    Baca juga:

    Bagi Indonesia, Idil menekankan hal ini akan berdampak ke perekonomian negara mengingat sumber minyak yang paling besar berasal dari Timur Tengah yang didatangkan melalui Singapura.

    “Perlambatan ekonomi akan semakin terasa, dan kemungkinan inflasi yang saat ini tertahan akan meningkat kembali. Hal ini akan membuat pemerintah semakin kesulitan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkannya,” ujarnya.

    Pendapat senada diungkapkan Tia.

    Meskipun secara geografis Iran dan Israel jauh dari Indonesia, dia mengingatkan konflik ini memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia sebagai negara pengguna dan pengimpor energi yang besar.

    Apa yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia?

    Pada Jumat (13/06), Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan Indonesia secara tegas mengutuk serangan Israel terhadap Iran yang disebutnya merupakan pelanggaran hukum dan melemahkan dasar-dasar hukum internasional.

    Sugiono mengatakan serangan tersebut akan menimbulkan banyak implikasi dan akan memperburuk situasi jika semua pihak yang terkait tidak menahan diri, sebagaimana dilaporkan Antara.

    Dia menambahkan akan terus memantau situasi tersebut lebih lanjut.

    Menanggapi ini, Idil mengaku sulit untuk membayangkan posisi Indonesia dalam konflik ini.

    “Karena kita tidak bisa dibilang sebagai ‘aktor’ dan memiliki kepentingan yang tinggi dalam konflik ini. Pernyataan dari Menlu Sugiono yang mengutuk serangan Israel dan berharap yang terburuk tidak terjadi sepertinya template [standar baku] yang sudah sesuai dengan koridor dan posisi Indonesia,” ujar Idil.

    Terpisah, Tia menyarankan agar Presiden Prabowo Subianto dapat berbicara langsung dengan para pemimpin negara yang memiliki pengaruh, seperti residen AS atau negara-negara OKI, untuk menyerukan penghentian konflik.

    “Minimal ada suara Indonesia di kancah politik global, di politik internasional, bahwa kita tidak suka dengan [Iran dan Israel] saling menyerang,” tegas Tia.

    Baik Idil maupun Tia sepakat bahwa fokus Indonesia perlu terpusat pada perlindungan WNI.

    Tia menyaran agar proses evakuasi WNI sebaiknya dilanjutkan apabila serangan terus berlanjut.

    Di dalam negeri, Idil mengatakan pemerintah Indonesia, khususnya pejabat bidang politik an ekonomi, harus siaga untuk menyiapkan strategi menghadapi berbagai skenario eskalasi yang muncul dari konflik Iran-Irael.

    Tonton juga Video Detik-detik Rudal Iran Hantam Bangunan di Tel Aviv

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa Skenario Terburuk Jika Iran-Israel Kian Memanas?

    Apa Skenario Terburuk Jika Iran-Israel Kian Memanas?

    Jakarta

    Saat ini, pertikaian antara Israel dan Iran tampaknya masih terbatas pada kedua negara tersebut. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai forum internasional lainnya, seruan untuk menahan diri terus dilontarkan.

    Namun, bagaimana jika seruan tersebut diabaikan? Bagaimana jika pertempuran justru memburuk dan meluas?

    Berikut adalah beberapa skenario terburuk yang mungkin terjadi.

    Amerika terseret dalam pertikaian Israel-Iran

    Meskipun Amerika Serikat (AS) terus menyangkal, Iran jelas meyakini bahwa pasukan AS mendukung dan setidaknya secara diam-diam merestui serangan Israel.

    Iran dapat menyerang target AS di seluruh Timur Tengah seperti kamp pasukan khusus di Irak, pangkalan militer di Teluk, dan misi diplomatik di kawasan itu.

    Pasukan proksi Iran, yaitu Hamas dan Hizbullah, mungkin telah banyak berkurang kekuatannya, namun milisi pendukungnya di Irak tetap bersenjata dan utuh.

    AS telah mengantisipasi kemungkinan ini dan telah menarik sejumlah personelnya.

    Lalu, apa yang akan terjadi jika seorang warga negara AS terbunuh, misalnya di Tel Aviv atau di tempat lain?

    Presiden AS, Donald Trump, mungkin akan terpaksa bertindak. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah lama dituduh ingin menyeret AS untuk membantunya mengalahkan Iran.

    Para analis militer menyatakan bahwa hanya AS yang punya pesawat pengebom dan bom penghancur bunker yang mampu menembus fasilitas nuklir terdalam milik Iran, terutama di Fordow.

    Baca juga:

    Trump telah berjanji kepada konstituen pendukungnya, MAGA, bahwa ia tidak akan memulai “perang abadi” di Timur Tengah.

    Namun, di sisi lain, banyak Republikan mendukung pemerintah Israel. Mereka berpandangan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengganti rezim di Teheran.

    Namun, jika AS benar-benar ikut aktif terlibat dalam pertikaian, eskalasinya akan membesar dengan konsekuensi jangka panjang yang berpotensi menghancurkan.

    Negara-negara Teluk turut terseret

    Jika Iran gagal menghancurkan target militer Israel yang terlindungi dengan baik, mereka masih bisa mengarahkan misilnya ke target yang lebih “lunak” di kawasan Teluk.

    Terutama, negara-negara yang selama bertahun-tahun diyakini Iran telah membantu dan bersekongkol dengan musuh-musuhnya.

    Ada banyak target energi dan infrastruktur yang rentan di kawasan itu.

    Ingat, Iran pernah dituduh menyerang ladang minyak Arab Saudi pada 2019.

    Kemudian proksi mereka, Houthi, juga menyerang target di Uni Emirat Arab pada 2022.

    ReutersSeorang demonstran terlihat memegang plakat saat aksi protes menentang serangan Israel terhadap Iran di New York.

    Sejak serangan-serangan tersebut, memang telah terjadi semacam rekonsiliasi antara Iran dan beberapa negara di kawasan.

    Namun, negara-negara Teluk ini adalah tuan rumah bagi pangkalan udara AS. Bahkan, beberapa di antaranya secara diam-diam ikut membantu pertahanan Israel dari serangan rudal Iran tahun lalu.

    Jadi, jika kawasan Teluk diserang, negara-negara ini kemungkinan besar akan mendesak pesawat tempur AS untuk datang membela mereka, selain membela Israel.

    Israel gagal menghancurkan kemampuan nuklir Iran

    Bagaimana jika serangan Israel gagal? Bagaimana jika fasilitas nuklir Iran terlalu dalam dan terlindungi dengan sangat baik? Bagaimana jika 400 kg uranium yang diperkaya hingga taraf 60%bahan bakar nuklir yang hanya selangkah lagi mencapai kadar untuk memproduksi sekitar 10 bom tidak hancur?

    Fasilitas nuklir Iran diyakini tersembunyi jauh di dalam terowongan rahasia. Israel mungkin telah membunuh beberapa ilmuwan nuklir, tetapi tidak ada bom yang bisa menghancurkan pengetahuan dan keahlian Iran.

    Bagaimana jika serangan Israel justru meyakinkan pemimpin Iran bahwa satu-satunya cara untuk menghalau serangan lebih lanjut adalah mencapai kemampuan senjata nuklir secepat mungkin?

    Baca juga:

    Bagaimana jika para pemimpin militer yang baru di meja perundingan itu lebih keras kepala dan kurang hati-hati dibandingkan para pendahulu mereka yang telah tewas?

    Paling tidak, hal ini bisa memaksa Israel untuk melakukan serangan lebih lanjut, yang berpotensi mengikat wilayah tersebut dalam siklus serangan balik yang berkelanjutan.

    Orang Israel memiliki frasa yang brutal untuk strategi ini; mereka menyebutnya “memotong rumput”.

    Terjadi goncangan ekonomi global

    Harga minyak bumi saat ini sudah melonjak tajam.

    Bagaimana jika Iran mencoba menutup Selat Hormuz, yang semakin membatasi pergerakan pengiriman minyak?

    Bagaimana jika pasukan Houthi di Yaman menggandakan upaya mereka untuk menyerang pelayaran di Laut Merah?

    Mereka adalah satu-satunya sekutu proksi Iran yang tersisa.

    Banyak negara di seluruh dunia sudah menderita krisis biaya hidup. Kenaikan harga minyak akan menambah inflasi pada sistem ekonomi global yang sudah kewalahan di bawah beban perang tarif Trump.

    Dan jangan lupa, satu-satunya orang yang diuntungkan dari kenaikan harga minyak adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang tiba-tiba akan melihat uang miliaran dolar membanjiri kas Kremlin untuk membiayai perangnya melawan Ukraina.

    Kejatuhan rezim Iran memicu kekosongan kekuasaan

    Bagaimana jika Israel berhasil mencapai tujuan jangka panjangnya untuk memaksa keruntuhan rezim revolusioner Islam di Iran?

    Netanyahu mengeklaim tujuan utamanya adalah menghancurkan kemampuan nuklir Iran.

    Namun, ia memperjelas dalam pernyataannya kemarin bahwa tujuan yang lebih luas melibatkan perubahan rezim.

    Ia mengatakan kepada “rakyat Iran yang bangga” bahwa serangannya “membuka jalan bagi Anda untuk mencapai kebebasan” dari apa yang ia sebut “rezim jahat dan opresif” mereka.

    Menjatuhkan pemerintahan Iran mungkin menarik bagi beberapa pihak di kawasan, terutama sebagian warga Israel. Namun, kekosongan apa yang mungkin ditimbulkannya?

    Konsekuensi tak terduga apa yang akan terjadi? Seperti apa konflik sipil di Iran? Banyak yang bisa mengingat apa yang terjadi pada Irak dan Libya ketika pemerintahan pusat yang kuat digulingkan.

    Jadi, banyak hal akan bergantung pada bagaimana konflik ini berkembang dalam beberapa hari ke depan.

    Seberapa keras dan bagaimana Iran akan membalas? Dan kendali seperti apa jika ada yang bisa AS berikan pada Israel? Jawaban atas dua pertanyaan itulah yang akan menentukan banyak hal.

    Lihat juga Video dari Udara: Israel Dibuat Bak Gaza, Gedung-gedung Hancur

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Viral Pesta di Atap Lebanon saat Rudal Israel-Iran Hujani Langit

    Viral Pesta di Atap Lebanon saat Rudal Israel-Iran Hujani Langit

    Jakarta

    Di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat antara Israel dan Iran, sebuah video viral dari Lebanon mencuri perhatian dunia. Alih-alih panik atau bersembunyi, sekelompok orang justru terlihat berpesta di atap gedung, menyaksikan hujan rudal yang melintasi langit malam.

    Video tersebut tersebar luas di media sosial X (dulu Twitter), menunjukkan suasana pesta yang tak lazim. Seorang musisi memainkan saksofon di atap sebuah hotel, sementara para tamu berdiri dari kursi mereka, mengangkat ponsel untuk merekam langit yang diterangi oleh kilatan rudal. Di latar belakang, musik tetap mengalun dimainkan oleh seorang DJ yang tetap tampil seperti tak terjadi apa-apa.

    Teks dalam video itu bertuliskan, “Sementara itu di Lebanon”, seolah menyoroti kontras mencolok antara hiburan dan kehancuran yang tengah berlangsung di kawasan tersebut.

    Suasana dalam video tersebut memunculkan berbagai reaksi dari warganet. Banyak yang menyamakan adegan itu dengan orkes Titanic yang tetap bermain saat kapal karam.

    Lmaoooo

    pic.twitter.com/HdDx88AEWx

    — War Monitor (@WarMonitors) June 15, 2025

    “Memainkan musik seperti band saat Titanic tenggelam,” tulis salah satu pengguna.

    “Semuanya menyenangkan sampai akhirnya menimpa Anda,” tambah yang lain.

    “Masa-masa kelam ketika orang-orang di luar sana menikmati rudal yang jatuh di sekitar mereka seperti semacam pertunjukan,” komentar lainnya.

    Video yang sudah ditonton hampir 10 juta kali ini muncul di tengah memuncaknya konflik bersenjata antara Iran dan Israel. Dalam beberapa hari terakhir, kedua negara terlibat dalam aksi saling serang yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Israel meluncurkan serangkaian serangan udara terhadap sasaran militer dan nuklir Iran dalam “Operasi Singa yang Bangkit”, yang menurut laporan media Iran telah menewaskan sedikitnya 128 orang dan melukai lebih dari 900 lainnya.

    Sebagai balasan, Iran mengaktifkan “Operasi True Promise III”, meluncurkan lebih dari 150 rudal balistik dan 100 drone ke wilayah Israel. Serangan itu mengakibatkan setidaknya 10 korban jiwa dan lebih dari 200 luka-luka di pihak sipil.

    Lebanon, yang berbatasan langsung dengan Israel dan memiliki kelompok bersenjata Hizbullah yang pro-Iran, berada dalam posisi yang sangat rentan. Tahun lalu, negara ini juga sempat terkena dampak serangan udara Israel setelah Hizbullah menyerang menyusul konflik di Gaza.

    Meski berada di tengah potensi bahaya, momen pesta di atap gedung Lebanon menjadi simbol ironi: kehidupan yang terus berjalan, bahkan saat dunia di sekelilingnya dilanda konflik bersenjata.

    (afr/afr)

  • Yordania Tembak Jatuh Drone-Drone dan Rudal Iran yang Menuju Israel

    Yordania Tembak Jatuh Drone-Drone dan Rudal Iran yang Menuju Israel

    GELORA.CO – Militer Israel mengatakan telah mulai mencegat pesawat nirawak Iran setelah serangannya pada Jumat dini hari (13/6/2025). Militer Yordania juga ikut menembaki drone dan rudal Iran yang melintasi wilayah udaranya.

    Penyiar publik Israel melaporkan Israel telah mulai mencegat pesawat nirawak di atas Suriah, sementara Channel 12 negara itu melaporkan angkatan udaranya mencegat UAV di atas Arab Saudi.

    Sementara itu, kantor berita negara Yordania melaporkan mereka telah mencegat sejumlah rudal dan pesawat nirawak yang memasuki wilayah udaranya pagi ini.

    Yang terbaru adalah Israel menunggu kedatangan sekitar 100 pesawat nirawak serang yang diluncurkan dari Iran dalam apa yang tampaknya merupakan respons pembalasan awal terhadap serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran.

    Beberapa laporan mengatakan Israel melakukan di Iran dalam 10 menit apa yang telah dilakukannya terhadap Hizbullah selama 10 hari untuk menyingkirkan jajaran kepemimpinan tingkat atas Iran.

    Israel tengah mempersiapkan diri untuk pertempuran yang lebih panjang, setidaknya dua pekan, sebagaimana yang kami dengar dari perdana menteri Israel, yang meminta warga negaranya bersiap, membeli makanan, dan tetap berada di dekat tempat perlindungan karena negara tersebut dalam keadaan darurat.

    Wilayah udara terkunci, sekolah ditutup, dan semua bisnis tutup; tidak ada yang diizinkan untuk dilanjutkan kecuali hal-hal yang benar-benar diperlukan sementara militer dalam keadaan siaga tinggi dan memanggil kembali ribuan prajurit cadangan untuk bertugas aktif di militer.

  • Dikecam Serang Beirut Jelang Idul Adha, Israel Malah Balik Mengancam

    Dikecam Serang Beirut Jelang Idul Adha, Israel Malah Balik Mengancam

    Jakarta

    Presiden Lebanon Joseph Aoun mengecam serangan Israel yang menargetkan Hizbullah di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, di Hari Raya Idul Adha. Israel malah mengancam balik.

    Dirangkum detikcom dari AFP dan Reuters, Jumat (6/6/2025), Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan Israel akan terus menyerang Lebanon hingga melucuti kelompok Hizbullah yang didukung Iran. Pernyataan tersebut disampaikan Katz sehari setelah Israel meluncurkan serangan udara yang menghantam pinggiran selatan Beirut.

    “Tidak akan ada ketenangan di Beirut, dan tidak ada ketertiban atau stabilitas di Lebanon, tanpa keamanan bagi Negara Israel. Kesepakatan harus dihormati dan jika Anda tidak melakukan apa yang diminta, kami akan terus bertindak, dan dengan kekuatan besar,” kata Katz dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP.

    Katz mengatakan bahwa ia menanggapi langsung kecaman Presiden Lebanon Joseph Aoun atas serangan pada Kamis malam di Beirut selatan.

    Diketahui, menyusul peringatan di media sosial, militer Israel menyerang sebuah gedung di pinggiran selatan Beirut yang katanya digunakan Hizbullah untuk memproduksi pesawat nirawak.

    Sebelumnya, Aoun menyebut serangan itu sebagai “pelanggaran mencolok” terhadap gencatan senjata November, yang dilakukan “pada malam menjelang festival keagamaan yang sakral” — hari raya Idul Adha bagi umat Islam.

    Aoun mengatakan serangan itu adalah “bukti tak terbantahkan dari penolakan agresor… atas perdamaian yang adil di wilayah kami”.

    Sebelum berlakunya gencatan senjata, Israel dan Hizbullah terlibat dalam pertempuran selama lebih dari setahun yang berpuncak pada perang besar selama dua bulan.

    Diketahui, di bawah gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis, Lebanon berkomitmen untuk melucuti senjata Hizbullah, yang dulunya terkenal lebih bersenjata daripada negara itu sendiri.

    Israel Serang Beirut Jelang Idul Adha

    Foto: Kondisi reruntuhan bangunan yang runtuh di lokasi serangan udara Israel semalam di lingkungan Hadath di pinggiran selatan Beirut pada 6 Juni 2025. (AFP/IBRAHIM AMRO).

    Sebelumnya, militer Israel melancarkan serangan yang menargetkan Hizbullah di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Kamis (6/6). Presiden Lebanon Joseph Aoun mengecam serangan Israel tersebut.

    Tentara Israel sebelumnya memberi tahu penduduk di empat kawasan di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, yang dikenal sebagai Dahiyeh, untuk mengungsi sebelum serangan terhadap apa yang mereka sebut sebagai lokasi produksi drone bawah tanah milik Hizbullah yang didanai oleh Iran.

    Ribuan orang mengungsi, menyebabkan kemacetan parah di daerah yang terdampak hebat dalam perang selama setahun yang berakhir dengan gencatan senjata pada bulan November antara Israel dan Hizbullah.

    Serangan tersebut terjadi menjelang dimulainya hari raya Idul Adha. Kantor Koordinator PBB untuk Lebanon menyebut serangan tersebut menimbulkan ketakutan.

    “Menimbulkan kepanikan dan ketakutan yang baru pada malam Idul Adha,” kata Kantor Koordinator Khusus dilansir Reuters, Jumat (6/6).

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini