Organisasi: Hizbullah

  • 6 Operasi Kontroversial Mossad: Pengejaran Nazi-Penyelundupan Yahudi

    6 Operasi Kontroversial Mossad: Pengejaran Nazi-Penyelundupan Yahudi

    Jakarta

    Sejumlah pager atau penyeranta yang digunakan oleh anggota kelompok bersenjata Hizbullah berubah menjadi tombol kematian setelah meledak serentak di Lebanon beberapa waktu lalu.

    Hizbullah menggunakan penyeranta dan walkie-talkie untuk menghindari pengintaian Israel yang canggih.

    Namun, perangkat ini meledak di tangan para penggunanya dan menewaskan puluhan orang dan ribuan lainnya luka-luka.

    Pemerintah Lebanon menuduh Israel berada di balik serangan ini dan melabelinya sebagai “agresi Israel yang melanggar hukum”.

    Terpisah, Hizbullah bersumpah akan membalasnya secara setimpal.

    Israel biasanya memonitor aktivitas Hezbollah secara seksama. Operasi pager itu bisa jadi merupakan bagian dari konflik antara kedua belah pihak yang terus berlanjut.

    Apabila Israel benar bertanggungjawab, maka ini akan menjadi salah satu operasi yang paling mengejutkan dari pihak mereka.

    Ledakan pager ini bisa masuk ke dalam deretan misi Israel pada masa lalu, khususnya yang melibatkan badan intelijen Mossad.

    Baca juga:

    Mossad bertanggungjawab atas sejumlah operasi yang dinyatakan berhasil. Berikut adalah sebagian dari operasi-operasi itu.

    Pengejaran terhadap anggota Nazi, Adolf Eichmann

    Getty ImagesAdolf Eichmann selama persidangannya di Israel.

    Penculikan anggota Nazi, Adolf Eichmann, di Argentina pada 1960 adalah salah satu aksi intelijen Mossad yang paling tersohor.

    Eichmann adalah salah satu pihak yang mengarsiteki Holokos dan bertanggungjawab atas persekusi terhadap orang-orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II.

    Diperkirakan enam juta orang Yahudi mati di tangan Nazi Jerman.

    Upaya Eichmann menghindari penangkapannya dengan kabur ke beberapa negara berakhir di Argentina.

    Di negara itu, tim Mossad yang terdiri dari 14 agen melacaknya sebelum menculik Eichmann dan memboyongnya ke Israel.

    Eichmann akhirnya dieksekusi mati.

    Operasi Entebbe

    Sandera pesawat dibebaskan setelah seminggu ditahan. (Getty Images)

    Operasi Entebbe di Uganda dianggap sebagai salah satu misi militer Israel yang paling sukses.

    Mossad berhasil menyerahkan data intelijen yang digunakan militer Israel dalam operasi mereka.

    Komando pasukan Israel berhasil menyelamatkan 100 sandera dari pesawat yang terbang dari Tel Aviv menuju Paris melalui Athena. Pesawat itu ditumpangi 250 orang termasuk 103 orang Israel.

    Para pembajak dua anggota Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina dan dua kaki tangan mereka yang warga Jerman mengalihkan penerbangan ke Entebbe, Uganda.

    Operasi militer itu menewaskan tiga sandera, para penyekap, beberapa pasukan Uganda, dan prajurit militer Israel, Yonatan Netanyahu, saudara laki-laki Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    Penyelundupan ribuan Yahudi Etiopia

    Pada awal 1990-an, dalam operasi penyamaran yang dikenal sebagai Operation Brothers ini, Mossaddi bawah instruksi PM Israel Menachem Beginmenyelundupkan lebih dari 7.000 orang Yahudi Etiopia ke Israel melalui Sudan dengan menggunakan resor selam palsu sebagai kedok.

    Sudan adalah musuh Liga Arab, sehingga Mossad, yang beroperasi secara rahasia, mendirikan sebuah resor di pantai Laut Merah Sudan sebagai markas.

    Pada siang hari, mereka menyamar sebagai karyawan. Malam harinya, mereka menyelundupkan orang-orang Yahudi, yang secara diam-diam kabur dari Etiopianegara tetangga Sudanmelalui jalur udara dan laut.

    Operasi ini berlangsung setidaknya selama lima tahun. Ketika aksi ini diketahui, para agen Mossad telah melarikan diri.

    Aksi pembalasan terhadap penculikan di Olimpiade Munich

    Getty ImagesKontingen Israel berbaris menuju Stadion Olimpiade Munich untuk menghadiri upacara mengenang rekan-rekan senegaranya yang terbunuh oleh militan Palestina.

    Pada tahun 1972, kelompok milisi Palestina, September Hitam, membunuh dua anggota kontingen Israel di Olimpiade Munich dan menculik sembilan lainnya.

    Para sandera itu akhirnya tewas setelah upaya penyelamatan yang dilakukan Polisi Jerman Barat gagal.

    Baca juga:

    Sebelas anggota delegasi Olimpiade Israel tahun 1972 yang tewas terbunuh. (Getty Images)

    Setelah itu, Mossad menyerang sejumlah anggota Organisasi Pembebasan Palestina termasuk Mahmoud Hamshari.

    Hamshari menjadi korban dalam ledakan di apartemennya di Paris. Alat peledak diletakkan di dalam telepon apartemen.

    Dia kehilangan salah satu kakinya dalam serangan itu dan akhirnya meregang nyawa.

    Yahya Ayyash dan ledakan telepon genggam

    Yahya Ayyash dipajang di papan reklame sebagai simbol perjuangan Palestina. (EPA Foto)

    Dalam operasi serupa pada 1996, Yahya Ayyash, pembuat bom Hamas yang terkenal, tewas setelah ponsel Motorola Alpha diisi dengan 50 gram bahan peledak.

    Ayyash adalah pemimpin terkemuka sayap militer Hamas.

    Namanya menjadi terkenal karena terlibat pembuatan bom dan merancang serangan kompleks terhadap titik-titik di Israel yang menjadi sasaran.

    Hal ini membuat Ayyash menjadi salah satu orang yang paling dicari Israel.

    Baca juga:

    Pada akhir 2019, Israel mencabut sensor atas rincian tertentu dari pembunuhan tersebut.

    Televisi Israel Channel 13 menayangkan rekaman panggilan telepon terakhir antara Ayyash dan ayahnya.

    Pembunuhan Hamshari dan Ayyash menyoroti sejarah penggunaan teknologi canggih dalam pembunuhan yang begitu panjang dan rumit.

    Mahmoud al-Mabhouh: Dicekik sampai mati

    Getty ImagesMahmoud al-Mabhouh diberi sengatan listrik kemudian dicekik.

    Pada 2010, Mahmoud al-Mabhouh, pemimpin militer senior Hamas, ditemukan di sebuah hotel di Dubai, Uni Emirat Arab.

    Awalnya, kematian al-Mabhouh terlihat wajar. Akan tetapi, polisi Dubai dapat mengidentifikasi pembunuhnya setelah menganalisis rekaman CCTV.

    Polisi kemudian mengungkapkan bahwa al-Mabhouh dibunuh dengan sengatan listrik dan kemudian dicekik sampai tewas.

    Baca juga:

    Mossad diduga mendalangi operasi inisesuatu yang memicu kemarahan diplomatik di Uni Emirat Arab.

    Para diplomat Israel menyatakan tidak ada bukti yang mengaitkan Mossad dengan serangan tersebut.

    Akan tetapi, mereka tidak menyangkal keterlibatannya sejalan dengan kebijakan Israel untuk menjaga “ambiguitas” dalam hal-hal seperti ini.

    Kegagalan-kegagalan Mossad

    Patut dicatat bahwa Mossad juga mengalami banyak kegagalan. Berikut adalah sebagian dari operasi-operasi itu.

    Khaled Meshal, pemimpin politik Hamas

    Getty ImagesKhaled Meshal menjabat sebagai pemimpin politik Hamas antara 1996 hingga 2017.

    Salah satu operasi yang menyebabkan krisis diplomatik adalah percobaan pembunuhan terhadap Khaled Meshaal, kepala biro politik Hamas di Yordania, dengan menggunakan racun.

    Misi tahun 1997 ini gagal ketika agen-agen Israel tertangkap. Israel kemudian terpaksa menyediakan obat penawar racun untuk menyelamatkan nyawa Meshaal.

    Kepala Mossad saat itu, Danny Yatom, terbang ke Yordania untuk menawarkan pengobatan kepada Meshaal.

    Upaya pembunuhan ini secara signifikan merusak hubungan antara Yordania dan Israel.

    Mahmoud al-Zahar, pemimpin Hamas

    Getty ImagesMahmoud al-Zahar adalah salah satu pemimpin Hamas yang paling dicari oleh Mossad.

    Pada tahun 2003, Israel melakukan serangan udara ke rumah pemimpin Hamas, Mahmoud al-Zahar, di Kota Gaza.

    Meskipun al-Zahar selamat dari serangan itu, operasi tersebut menewaskan istri dan putranya, Khaled, serta beberapa orang lainnya.

    Pengeboman itu benar-benar menghancurkan tempat tinggal al-Zahar sekaligus menyoroti konsekuensi serius dari operasi militer di daerah padat penduduk.

    Kasus Lavon

    Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser mengumumkan nasionalisasi Terusan Suez. (Getty Images)

    Pada 1954, pihak berwenang Mesir membongkar operasi spionase Israel yang dikenal sebagai Operasi Susannah.

    Rencana yang digagalkan itu adalah upaya Israel menanam bom di instalasi Amerika dan Inggris di Mesir guna menekan Inggris agar tetap menempatkan pasukannya di Terusan Suez.

    Insiden ini dikenal sebagai kasus Lavon sesuai nama Menteri Pertahanan Israel saat itu, Pinhas Lavon.

    Lavon diyakini terlibat dalam perencanaan operasi tersebut. Mossad dianggap bertanggung jawab atas kegagalan intelijen.

    Perang Yom Kippur

    Pasukan Israel menyeberangi Terusan Suez pada bulan Oktober 1973 selama konflik Arab-Israel tahun 1973. (Getty Images)

    Pada 6 Oktober 1973, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak ke Israel untuk merebut kembali Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan.

    Serangan ini dilakukan ketika Israel merayakan Yom Kippur, Hari Pendamaian Yahudi, ketika Israel lengah.

    Mesir dan Suriah menyerang Israel dari dua sisi.

    Pasukan Mesir menyeberangi Terusan Suez dan hanya menderita sedikit korban. Adapun pasukan Suriah menyerbu Dataran Tinggi Golan.

    Uni Soviet memasok persediaan ke Suriah dan Mesir, sementara AS menyediakan pengiriman pasokan darurat ke Israel.

    Israel berhasil memukul mundur pasukan militer tersebut. Perang berakhir pada 25 Oktober, empat hari setelah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan diakhirinya pertempuran.

    Serangan 7 Oktober 2023

    Hampir 50 tahun kemudian, Israel kembali dikejutkan oleh serangan mendadak.

    Pada 7 Oktober 2023, Hamas menyerang kota-kota di dekat perbatasan Gaza.

    Kegagalan Mossad dalam memprediksi serangan tersebut dianggap sebagai kegagalan besar.

    Para analis menyebut ini mencerminkan kelemahan Israel dari segi kebijakan pencegahan terhadap Hamas.

    Serangan 7 Oktober mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut pihak berwenang Israel.

    Sekitar 251 orang lainnya dibawa ke Gaza sebagai sandera.

    Sebagai tanggapan atas serangan Hamas, Israel melancarkan perang di Jalur Gaza yang sejauh ini telah mengakibatkan lebih dari 40.000 orang tewas.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil,

    *Laporan tambahan oleh Raffi Berg dari BBC News.

    (ita/ita)

  • Israel Kembali Gempur Beirut, 2 Orang Tewas

    Israel Kembali Gempur Beirut, 2 Orang Tewas

    Jakarta

    Otoritas Lebanon mengatakan dua orang tewas dalam serangan Israel pada hari Sabtu (19/10) di Jounieh, utara Beirut, ibu kota Lebanon. Ini merupakan serangan pertama di daerah tersebut sejak Hizbullah dan Israel mulai saling gempur tahun lalu.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (19/10/2024), serangan itu terjadi di jalan raya yang menghubungkan Beirut ke Lebanon utara, yang mendorong pengerahan besar-besaran pasukan keamanan, kata seorang koresponden AFP di daerah tersebut.

    Jalan tersebut, arteri utama bagi mereka yang melarikan diri dari perang Israel-Hizbullah sejak meletus di Lebanon selatan bulan lalu, mengalami sedikit kerusakan.

    Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel di sana menewaskan dua orang.

    Media resmi Lebanon, National News Agency (NNA) melaporkan bahwa seorang pria dan istrinya tewas dalam serangan drone terhadap kendaraan roda empat mereka.

    Mereka diserang di ladang yang berdekatan dengan jalan setelah lolos dari serangan awal di dekat kendaraan mereka, lapor NNA, tanpa mengidentifikasi mereka.

    “Saya melihat mereka berlari keluar dari mobil,” kata seorang saksi mata yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. “Mereka kemudian diserang lagi,” imbuhnya.

    Jounieh, kota dengan mayoritas penduduk Kristen, belum pernah diserang sejak Israel dan Hizbullah mulai saling gempur terkait perang Gaza tahun lalu.

    Serangan balasan telah meningkat menjadi perang habis-habisan pada tanggal 23 September, dengan Israel menggempur benteng pertahanan Hizbullah di wilayah selatan dan timur Lebanon serta pinggiran selatan Beirut.

    Israel juga telah melakukan serangkaian pembunuhan terhadap para pejabat yang terkait dengan Hizbullah dan kelompok Hamas.

    Serangan-serangannya telah mencapai daerah di luar benteng pertahanan tradisional Hizbullah, termasuk Beirut tengah dan desa-desa Kristen di Lebanon utara.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Hizbullah Tembakkan Rentetan Roket ke Pangkalan Militer Israel

    Hizbullah Tembakkan Rentetan Roket ke Pangkalan Militer Israel

    Jakarta

    Kelompok Hizbullah mengatakan telah menembakkan rentetan roket ke Israel utara, termasuk ke pangkalan militer di dekat kota Haifa pada hari Sabtu (19/10).

    “Serangan besar” roket canggih tersebut menghantam pangkalan militer di sebelah timur Haifa, kata Hizbullah dilansir kantor berita AFP, Sabtu (19/10/2024).

    Kelompok bersenjata di Lebanon tersebut telah bersumpah untuk mengintensifkan serangan terhadap Israel, beberapa minggu setelah perang habis-habisan yang meletus pada tanggal 23 September.

    Dalam pernyataan sebelumnya, kelompok yang didukung Iran tersebut mengatakan telah menargetkan wilayah di utara kota Haifa dengan serangan roket.

    Lima orang terluka di Kiryat Ata, di distrik Haifa, sebagian besar akibat luka akibat pecahan peluru, kata juru bicara penyedia layanan darurat Israel, Magen David Adom.

    Sebuah roket merusak sebuah gedung tiga lantai dan membakar dua mobil di Kiryat Ata, dengan tim pemadam kebakaran dan ambulans dikirim ke daerah tersebut, demikian laporan AFP.

    Serangan di Haifa terjadi saat Israel mengatakan sebuah drone telah diluncurkan ke kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di kota Caesarea di Israel tengah pada hari Sabtu.

    Kantor Netanyahu mengatakan perdana menteri Israel tersebut dan istrinya tidak berada di Caesarea selama serangan drone tersebut, dan “tidak ada yang terluka” dalam insiden itu.

    Sepanjang pagi, sirene meraung-raung di Israel saat para milisi Hizbullah, meluncurkan proyektil dari berbagai lokasi.

    Sebelumnya, Hizbullah mengatakan pada Kamis lalu, bahwa mereka membuka “fase eskalasi” baru dalam perangnya dengan Israel.

    Akhir bulan lalu, Israel secara dramatis meningkatkan serangan udaranya di Lebanon dan mengirim pasukan darat, setelah hampir setahun saling gempur di wilayah perbatasan kedua negara.

    Sejak akhir September, perang tersebut telah menewaskan sedikitnya 1.418 orang di Lebanon, menurut penghitungan AFP dari data Kementerian Kesehatan Lebanon, meskipun jumlah korban sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Makin Panas! Drone Diluncurkan ke Kediaman Netanyahu

    Makin Panas! Drone Diluncurkan ke Kediaman Netanyahu

    Jakarta

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa sebuah drone diluncurkan ke kediaman pemimpin negeri Yahudi itu di Kaisarea, Israel tengah pada hari Sabtu (19/10). Hal ini disampaikan setelah militer melaporkan sebuah drone dari Lebanon telah “menghantam sebuah bangunan” di kota di Israel tengah tersebut.

    “Sebuah UAV (kendaraan udara tak berawak) diluncurkan ke kediaman perdana menteri di Kaisarea. Perdana menteri dan istrinya tidak berada di lokasi, dan tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (19/10/2024).

    Tidak segera jelas apakah bangunan yang dilaporkan dihantam oleh militer sebelumnya adalah kediaman pribadi Netanyahu.

    Militer Israel mengatakan tiga drone telah ditembakkan dari Lebanon pada hari Sabtu dan telah mencegat dua drone.

    Serangkaian proyektil ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara pada hari Sabtu, dengan sirene meraung-raung di Israel utara secara berkala.

    Sementara itu, otoritas Lebanon mengatakan dua orang tewas dalam serangan Israel pada hari Sabtu di Jounieh, utara Beirut, ibu kota Lebanon, dalam serangan pertama di daerah tersebut sejak Hizbullah dan Israel mulai saling gempur tahun lalu.

    Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan “serangan musuh Israel” mengenai sebuah mobil di Jounieh. Media pemerintah Lebanon mengatakan serangan itu terjadi di jalan raya utama yang menghubungkan ibu kota dengan wilayah utara negara itu.

    Israel saat ini sedang berperang melawan sekutu Hamas, Hizbullah, di Lebanon, dengan Israel mengirim pasukan darat melintasi perbatasan Lebanon bulan lalu.

    Sebelumnya pada hari Jumat (18/10), militer Israel mengatakan telah menghancurkan pusat komando regional Hizbullah dengan serangan udara.

    Sementara Hizbullah mengatakan telah menembakkan rentetan roket ke kota Haifa, Israel, dan wilayah-wilayah di utaranya.

    Kelompok bersenjata yang didukung Iran itu kemudian mengatakan telah meluncurkan serentetan drone bermuatan bahan peledak ke pangkalan pertahanan rudal udara di sebelah timur kota Hadera, Israel bagian tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Pernyataan Israel, AS, hingga Iran Usai Yahya Sinwar Tewas Dibunuh

    Pernyataan Israel, AS, hingga Iran Usai Yahya Sinwar Tewas Dibunuh

    Jakarta

    Yahya Sinwar telah syahid. Kubu pro-penjajah dan pendukung perlawanan terhadap Zionis sama-sama telah angkat bicara. Berikut adalah pernyataan pihak negara-negara mengenai tewasnya pemimpin Hamas itu.

    Sebagaimana diberitakan berita-berita internasional, antara lain BBC, Reuters, Aljazeera, CNN, dan lain-lain, Yahya Sinwar terbunuh oleh serangan tentara Israel (IDF) di Rafah, Gaza bagian selatan, Palestina, pada Rabu (16/10) lalu.

    Rekaman-rekaman video terkait kematian Yahya Sinwar beredar viral di media sosial. Dari salah satu video yang diklaim berasal dari drone Israel, terlihat Yahya Sinwar yang mengenakan kefiyeh masih sempat memberikan perlawanan terakhir ke drone tentara Zionis dengan cara melempar tongkat.

    Israel sudah mengincar pembunuhan terhadap Sinwar, pemimpin Hamas suksesor Ismail Haniyeh yang sudah dibunuh Israel pada waktu sebelumnya. Israel meyakini Sinwar sebagai dalang utama serangan 7 Oktober, peristiwa yang selalu dijadikan dalih Israel untuk menggenosida warga Gaza dan kini malah menjalar ke penyerangan negara lainnya.

    Berikut adalah pernyataan sejumlah negara terkait kematian Yahya Sinwar:

    1. Israel

    Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netayahu mengatakan kematian Sinwar akan mengawali berakhirnya perang di Gaza. Sebagaimana diketahui, Israel telah menghancur-leburkan Gaza sekitar setahun belakangan ini.

    “Meskipun ini bukanlah akhir dari perang di Gaza, ini adalah awal dari akhir,” kata Netanyahu seperti dilansir AFP, Jumat (18/10/2024).

    PM Israel, Benjamin Netanyahu Foto: Reuters

    Dia menyebut kematian Sinwar sebagai “peristiwa penting dalam kemunduran pemerintahan jahat Hamas”. Meski begitu, Netanyahu juga sempat mengucapkan bahwa ini bukanlah akhir perang. Perang masih belum berakhir.

    Halaman selanjutnya, Amerika Serikat hingga Iran:

    2. Amerika Serikat

    Amerika Serikat (AS), sohib kentalnya Israel, menganggap kematian Sinwar sebagai hal yang baik. AS menganggap Hamas sebagai kelompok teroris, Sinwar juga teroris, dan Israel berhak membunuh pemimpin Hamas itu. Padahal, Hamas adalah kelompok perlawanan pendudukan Israel terhadap Palestina.

    “Ini adalah hari yang baik bagi Israel, bagi Amerika Serikat, dan bagi dunia,” kata Biden dilansir Al Arabiya, Jumat (18/10/2024).

    Biden mengatakan saat ini ada peluang untuk mengakhiri perang di Gaza. Diketahui, serangan Israel meningkat di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    “Hari ini, sekali lagi membuktikan bahwa tidak ada teroris di mana pun di dunia yang bisa lolos dari keadilan, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan,” kata Biden.

    U.S. President Joe Biden stands onstage during Day 1 of the Democratic National Convention (DNC) at the United Center, in Chicago, Illinois, U.S., August 19, 2024. REUTERS/Mike Segar Purchase Licensing Rights Foto: REUTERS/Mike Segar Purchase Licensing Rights

    AS menegaskan tidak terlibat dalam operasi serangan yang menewaskan Sinwar itu. Juru bicara Pentagon, Mayjen AU Patrick Ryder menyampaikan bahwa tidak ada pasukan AS yang terlibat langsung atas kematian Sinwar.

    3. Iran

    Iran, negara Islam anti-Zionis dan pendukung Hamas, menilai kematin Sinwar justru mengobarkan semangat perlawanan terhadap israel. Iran menyebut Sinwar sebagai martir alias syuhada atau orang yang mati syahid.

    “Semangat perlawanan akan diperkuat. Dia akan menjadi teladan bagi pemuda dan anak-anak yang akan meneruskan jalannya menuju pembebasan Palestina,” kata misi Iran untuk PBB dalam sebuah postingan di X yang dilansir Al Arabiya dan AFP, Jumat (18/10/2024).

    “Selama kependudukan dan agresi masih ada, perlawanan akan bertahan, karena para martir yang menjadi sumber inspirasi masih hidup,” imbuhnya.

    Suasana sudut kota Tehran di Iran, 15 April 2024, terdapat bendera Palestina. (REUTERS/Majid Asgaripour)

    4. Hizbullah di Lebanon

    Kelompok politik dengan sayap bersenjata di Lebanon, Hizbullah, tidak terima dengan kelakuan Israel yang telah membunuh rekan mereka di Hamas Palestina, Yahya Sinwar. Sebagaimana diketahui, pemimpin Hizbullah juga sudah dibunuh oleh Israel sebelumnya. Hizbullah akan bergerak ke fase baru dan meningkatkan perang melawan Israel.

    Dilansir Reuters, Jumat (18/10/2024). Hizbullah menegaskan lewat pernyataannya bahwa kelompoknya akan melakukan “transisi ke fase baru dan semakin meningkatkan konfrontasi dengan Israel”.

    Halaman 2 dari 2

    (dnu/dnu)

  • Wali Kota Nabatiyeh Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

    Wali Kota Nabatiyeh Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

    Beirut

    Israel membombardir gedung-gedung di kota Nabatiyeh, Lebanon, tempat Hizbullah dan sekutunya Amal berkuasa. Sebanyak enam orang tewas, termasuk wali kota Nabatiyeh dalam serangan tersebut.

    Dilansir AFP, Rabu (16/10/2024), serangan ini merupakan satu dari 11 serangan Israel terhadap kota Nabatiyeh dan sekitarnya yang menciptakan ‘semacam sabuk api’ di wilayah tersebut. Hal ini memicu seruan PBB untuk melindungi warga sipil.

    “Serangan musuh Israel… terhadap dua bangunan, yaitu kotamadya Nabatiyeh dan gabungan kotamadya, menewaskan enam orang dan melukai 43 orang,” kata Kementerian Kesehatan Lebanon.

    Gubernur Nabatiyeh Howaida Turk mengatakan jumlah korban tewas masih bersifat sementara. Menurutnya, tim penyelamat masih mencari korban yang selamat di bawah reruntuhan.

    “Walikota Nabatiyeh, antara lain… menjadi martir. Ini adalah pembantaian,” kata Howaida Turk kepada AFP.

    Dia menambahkan Wali Kota Ahmad Kahil telah berada di gedung kotamadya bersama timnya selama pertemuan harian manajemen krisis.

    Tentara Israel mengatakan pasukannya menyerang ‘lusinan sasaran Hizbullah di wilayah Nabatiyeh dan membongkar infrastruktur bawah tanah yang digunakan oleh Pasukan Radwan Hizbullah di Lebanon selatan’.

    Pertahanan sipil Lebanon mengatakan serangan itu menewaskan salah satu anggota stafnya yang berada di gedung pemerintah kota bersama rekan-rekannya.

    Kantor Berita Nasional resmi Lebanon mengatakan serangan di Nabatiyeh juga menghantam perpustakaan dan pusat perbelanjaan.

    Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengutuk serangan tersebut. Dia menyebut Israel sengaja menargetkan pertemuan dewan kota yang membahas layanan kota dan situasi bantuan.

    (fas/whn)

  • Usai Dikritik AS, Israel Kembali Gempur Ibu Kota Lebanon

    Usai Dikritik AS, Israel Kembali Gempur Ibu Kota Lebanon

    Beirut

    Serangan udara Israel kembali menghantam area pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, pada Rabu (16/10) pagi. Militer Tel Aviv mengklaim serangannya menargetkan depot senjata bawah tanah milik kelompok Hizbullah, yang didukung Iran.

    Gempuran Israel itu dilancarkan hanya beberapa jam setelah Amerika Serikat (AS), sekutu dekatnya, menegaskan mereka menentang cakupan serangan udara Tel Aviv terhadap Beirut, di tengah meningkatnya jumlah korban tewas dan kekhawatiran akan eskalasi regional yang lebih luas.

    Sejumlah saksi mata, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (16/10/2024), melaporkan mereka mendengar dua suara ledakan keras dan melihat kepulan asap menjulang dari dua area terpisah di pinggiran selatan Beirut.

    Hal itu terjadi setelah Israel merilis perintah evakuasi pada Rabu (16/10) pagi, yang menyerukan satu bangunan di area tersebut untuk segera dievakuasi.

    Beberapa pekan terakhir, militer Tel Aviv melancarkan rentetan serangan terhadap pinggiran selatan Beirut tanpa memberikan peringatan dini, atau mengeluarkan peringatan untuk satu area sembari melancarkan serangan yang lebih luas.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya melancarkan serangan terhadap timbunan senjata bawah tanah milik Hizbullah di area Dahieh, pinggiran selatan Beirut.

    “Sebelum serangan itu, sejumlah langkah telah diambil untuk mengurangi risiko yang merugikan warga sipil, termasuk memberikan peringatan kepada penduduk di area tersebut,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Lihat Video ‘Rudal Israel Hantam Gedung di Kota Nabatieh Lebanon, 5 Tewas’:

    Perintah evakuasi yang dirilis Tel Aviv, menurut badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), juga berdampak bagi lebih dari seperempat wilayah Lebanon.

    Hal itu terjadi sekitar dua pekan setelah militer Israel memulai serangan darat di wilayah Lebanon bagian selatan, yang diklaim bertujuan memukul mundur Hizbullah dari dekat perbatasan.

    Sejumlah negara Barat telah mendorong gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, juga bagi pertempuran di Jalur Gaza, meskipun AS menegaskan dukungannya untuk Tel Aviv dengan mengirimkan sistem antirudal.

    AS Tegaskan Menentang Serangan Udara Israel di Beirut

    Namun, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam pernyataan terbaru juga menyampaikan kekhawatiran Washington kepada pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas serangan baru-baru ini.

    Miller menegaskan AS menentang cakupan serangan Israel di ibu kota Lebanon yang memakan banyak korban jiwa.

    “Ketika menyangkut ruang lingkup dan sifat operasi pengeboman yang kami lihat di Beirut selama beberapa pekan terakhir, ini adalah sesuatu yang telah kami sampaikan dengan jelas kepada pemerintah Israel bahwa kami mengkhawatirkannya dan kami menentangnya,” ucap Miller.

    Pernyataan Miller itu mengadopsi nada yang lebih keras dibandingkan peringatan AS untuk Israel sebelumnya.

    Pelaksana Tugas (Plt) PM Lebanon Najib Mikati, dalam pernyataan terpisah pada Selasa (15/10), menyebut komunikasinya dengan para pejabat AS telah menghasilkan “semacam jaminan” bahwa Israel akan menghentikan serangan di Beirut dan pinggiran selatan kota tersebut.

    Terakhir kali Beirut digempur serangan adalah pada 10 Oktober lalu, ketika dua serangan di dekat pusat kota itu menewaskan sedikitnya 22 orang dan membuat seluruh bangunan di area padat penduduk itu ambruk.

    Sumber keamanan Lebanon mengatakan pada saat itu bahwa pejabat Hizbullah yang bernama Wafiq Safa menjadi target serangan Israel, namun dia berhasil selamat. Tidak ada komentar dari Tel Aviv atas hal tersebut.

    Lihat Video ‘Rudal Israel Hantam Gedung di Kota Nabatieh Lebanon, 5 Tewas’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Beri Israel Waktu 30 Hari untuk Tingkatkan Bantuan ke Gaza

    AS Beri Israel Waktu 30 Hari untuk Tingkatkan Bantuan ke Gaza

    Jakarta

    Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Matthew Miller, mengatakan Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah mengirim surat kepada para pejabat Israel untuk menyampaikan kekhawatiran Gedung Putih tentang kondisi kemanusiaan di Gaza.

    Surat tersebut ditujukan kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer. Surat itu dikirim setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden mencatat bahwa bantuan yang sampai ke Gaza mengalami penurunan.

    Miller menjelaskan, Blinken dan Austin meminta pemerintah Israel untuk segera melakukan perubahan agar bantuan yang masuk ke Gaza bisa kembali meningkat dari jumlah yang sangat rendah saat ini.

    Dalam surat itu disebutkan bahwa jumlah bantuan yang masuk ke Gaza harus naik menjadi minimal 350 truk per hari, agar Israel tetap menerima bantuan militer dari AS. Israel juga diminta untuk menambah jeda kemanusiaan dan meningkatkan perlindungan untuk lokasi bantuan kemanusiaan. Israel diberi waktu 30 hari untuk merespons.

    Miller menambahkan bahwa AS yakin bantuan bisa lebih banyak masuk ke Gaza dan hambatan birokrasi serta logistik bisa diatasi. Dia juga menegaskan bahwa ada konsekuensi hukum di AS terkait hal ini, dan berharap Israel segera mengambil tindakan sesuai isi surat tersebut.

    Surat itu juga menekankan kebijakan AS mengenai bantuan kemanusiaan dan penyaluran senjata ke Israel. Surat ini dikirim saat situasi di Gaza utara semakin memburuk dan setelah ada laporan serangan Israel di sebuah lokasi tenda rumah sakit di Gaza tengah.

    Netanyahu tolak gencatan senjata sepihak

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan bahwa dia telah memberitahu Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa dia tidak setuju dengan kesepakatan gencatan senjata sepihak yang tidak menghentikan Hizbullah mempersenjatai diri kembali.

    “Perdana Menteri menolak gencatan senjata sepihak yang tidak akan mengubah situasi keamanan di Lebanon dan hanya akan membuat situasi kembali seperti semula,” kata pernyataan dari kantornya.

    Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel beroperasi untuk melawan Hizbullah guna mencegah mereka mengancam warga Israel di perbatasan utara dan memungkinkan warga untuk kembali ke rumah dengan aman.

    Prancis menolak permintaan Netanyahu untuk menarik mundur pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, dari posisinya di Lebanon. Selain itu, Prancis memanggil duta besar Israel di Paris terkait insiden penembakan yang dilakukan tentara Israel terhadap tiga posisi pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan.

    rs/ha/hp (AP, AFP, dpa, Reuters)

    Simak: Video: Kecaman AS Terhadap Israel soal Situasi Buruk di Gaza

    (ita/ita)

  • Netanyahu Tolak Gencatan Senjata dengan Hizbullah!

    Netanyahu Tolak Gencatan Senjata dengan Hizbullah!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan dirinya tidak akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata apa pun dengan Hizbullah di Lebanon, jika kesepakatan itu tidak mampu menghentikan pasokan senjata dan penyatuan kembali kelompok yang didukung Iran tersebut.

    Penegasan Netanyahu itu, seperti dilansir Reuters, Rabu (16/10/2024), disampaikan saat berbicara via telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa (15/10) waktu setempat.

    Dalam percakapan telepon itu, Macron menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, serta diakhirinya ekspor senjata yang digunakan dalam pertempuran di Jalur Gaza dan Lebanon.

    “Perdana Menteri (Netanyahu) mengatakan kepada Presiden Macron bahwa dirinya menentang gencatan senjata sepihak, yang tidak akan mengubah situasi keamanan di Lebanon dan akan mengembalikan negara tersebut ke keadaan semula,” tegas kantor PM Israel dalam pernyataannya.

    “Dia menekankan bahwa Israel beroperasi melawan organisasi teroris Hizbullah untuk mencegah mereka mengancam warga Israel di perbatasan utara dan untuk memungkinkan warga kembali ke rumah-rumah mereka dengan selamat,” imbuh pernyataan tersebut.

    Prancis, pada Senin (14/10), menolak tuntutan yang dilontarkan Netanyahu agar misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dikenal sebagai UNIFIL, mundur dari posisinya di Lebanon bagian selatan.

    Otoritas Paris juga memanggil Duta Besar Israel atas insiden di mana pasukan militer Tel Aviv melepas tembakan ke tiga posisi yang diduduki pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon bagian selatan.

    Dalam pesan kepada Macron, kantor Netanyahu menegaskan bahwa negara Israel didirikan melalui “Perang Kemerdekaan dengan darah para pejuang heroik kami, banyak di antaranya adalah penyintas Holocaust, termasuk dari rezim Vichy di Prancis”. Ditambahkan juga bahwa dalam beberapa dekade terakhir, PBB telah menyetujui ratusan resolusi antisemitisme terhadap Israel.

    Sebelumnya, wakil pemimpin Hizbullah Naim Qassem mengancam kelompoknya akan menimbulkan “rasa sakit” pada Israel yang terus menggempur wilayah Lebanon bagian selatan. Di sisi lain, Qassem juga menyerukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Solusinya adalah gencatan senjata, kami tidak berbicara dari posisi yang lemah, jika Israel tidak menginginkannya, kami akan melanjutkannya,” tegas Qassem dalam pidatonya terbarunya.

    “Tapi setelah gencatan senjata, berdasarkan perjanjian tidak langsung, para pemukim akan kembali ke wilayah utara dan langkah-langkah lainnya akan diambil,” cetusnya.

    Netanyahu maupun pemerintah Israel belum secara langsung menanggapi seruan Qassem tersebut. Namun Netanyahu, dalam pernyataan pada Senin (14/10), menegaskan negaranya akan terus menyerang Hizbullah “tanpa ampun, di mana pun di Lebanon — termasuk Beirut”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Dikabarkan Hilang Usai Serangan Israel, Komandan Iran Muncul Depan Publik

    Dikabarkan Hilang Usai Serangan Israel, Komandan Iran Muncul Depan Publik

    Jakarta

    Komandan Iran Esmail Qaani muncul di depan publik setelah berminggu-minggu tak terlihat di depan umum, bahkan dikabarkan hilang usai serangan Israel di Lebanon. Dia muncul pada Selasa (15/10) waktu setempat di upacara pemakaman jenderal Abbas Nilforoushan, yang tewas bulan lalu di Lebanon.

    Dilansir Al Arabiya, Rabu (16/10/2024), Nilforoushan, seorang jenderal di Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), tewas dalam serangan Israel di Beirut, Lebanon bersama pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

    Prosesi pemakaman jenderal Iran itu dimulai di Lapangan Imam Hossein di pusat Teheran, ibu kota Iran pada Selasa pagi waktu setempat, menurut siaran langsung di televisi pemerintah.

    Qaani – yang mengepalai Pasukan Quds, sayap operasi luar negeri IRGC – telah menghilang dari pandangan publik, dan dikabarkan oleh beberapa media telah menjadi target serangan Israel di Lebanon.

    Ia hadir pada hari Selasa di pemakaman Nilforoushan, mengenakan seragam militer hijau IRGC.

    Peti jenazah Nilforoushan diarak melewati jalan-jalan Teheran yang padat setelah upacara pemakaman di Lapangan Imam Hossein di pusat kota.

    Ribuan orang menghadiri prosesi pemakaman tersebut. Banyak dari mereka membawa spanduk kuning Hizbullah dan bendera Iran dan Palestina serta meneriakkan “Matilah Israel.”

    Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan pada hari Senin (15/10) bahwa negara Republik Islam tersebut akan menggunakan “semua kemampuannya” untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kematian Nilforoushan.

    Sebelumnya pada tanggal 1 Oktober, Iran meluncurkan 200 rudal ke Israel sebagai balasan atas kematian Nilforoushan dan Nasrallah, dalam serangan langsung keduanya terhadap musuh bebuyutannya itu.

    Serangan itu juga sebagai balasan atas kematian pemimpin kelompok Hamas Ismail Haniyeh, dalam serangan udara Israel pada bulan Juli saat ia berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden Iran.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)