Organisasi: Hizbullah

  • Ini Deretan Negara Tolak Perintah ICC untuk Tangkap Netanyahu

    Ini Deretan Negara Tolak Perintah ICC untuk Tangkap Netanyahu

    Den Haag

    Beberapa negara, sebagian besar di Barat, menolak untuk mematuhi surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Prancis menjadi yang terbaru, dengan menyebut Netanyahu dilindungi oleh kekebalan dari penuntutan ICC yang telah menerbitkan surat perintah penangkapan terhadapnya sejak pekan lalu.

    ICC telah menerbitkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant pekan lalu atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza yang berkecamuk sejak Oktober tahun lalu.

    Dalam pengumumannya pada 21 November lalu, ICC menyatakan pihaknya menemukan “alasan yang masuk akal” untuk meyakini Netanyahu dan Gallant memikul “tanggung jawab secara pidana” atas kejahatan perang berupa kelaparan sebagai metode perang di Jalur Gaza dan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan, penganiayaan dan tindakan tidak manusiawi lainnya terhadap warga Palestina.

    ICC juga merilis surat perintah penangkapan untuk petinggi Hamas, Mohammed Deif, atas tuduhan yang sama. Meskipun Israel mengklaim Deif tewas dalam serangan mereka di Jalur Gaza pada Juli lalu. Hamas tidak membenarkan atau membantah klaim itu.

    Netanyahu mengecam perintah penangkapan untuk dirinya dan menuduh ICC melakukan langkah anti-Semitisme.

    Dengan perintah penangkapan itu, Netanyahu terancam ditangkap jika menginjakkan kaki di sebanyak 124 negara anggota ICC yang menandatangani Statuta Roma. Beberapa negara yang menolak untuk menangkap Netanyahu, seperti Prancis, merupakan anggota ICC yang seharusnya wajib mematuhi perintah penangkapan itu.

    Berikut daftar negara-negara yang sejauh ini menolak, atau mengabaikan, perintah penangkapan yang dirilis ICC untuk Netanyahu, seperti dilansir AFP dan Al Jazeera, Jumat (29/11/2024):

    Sebagai sekutu dekat Israel, AS menolak keras perintah penangkapan yang dirilis ICC untuk Netanyahu. Presiden Joe Biden menyebut langkah ICC itu “sangat keterlaluan” dan menegaskan Washington akan selalu mendukung Israel.

    “Penerbitan surat perintah penangkapan ICC terhadap para pemimpin Israel sangat keterlaluan,” sebut Biden dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.

    “Biarkan saya perjelas sekali lagi: apa pun yang mungkin disiratkan ICC, tidak ada kesetaraan — tidak ada — antara Israel dan Hamas. Kami akan selalu mendukung Israel melawan ancaman terhadap keamanannya,” tegasnya.

    Dewan Keamanan Nasional pada Gedung Putih, dalam tanggapannya, menegaskan bahwa “ICC tidak memiliki yurisdiksi atas persoalan ini”.

    Argentina

    Presiden Argentina Javier Milei, dalam pernyataan via media sosial X, menegaskan negaranya “menyatakan ketidaksetujuan yang mendalam” dengan keputusan ICC tersebut.

    Milei menyebut perintah penangkapan ICC itu “mengabaikan hak Israel yang sah untuk membela diri terhadap serangan terus-menerus yang dilakukan oleh organisasi teroris seperti Hamas dan Hizbullah”.

  • Pemerintah Dibantu Rusia Vs Pemberontak Didukung Turki

    Pemerintah Dibantu Rusia Vs Pemberontak Didukung Turki

    Jakarta

    Timur Tengah masih gelisah. Belum sembuh luka kemanusiaan di Gaza Palestina, kini konflik bersenjata Suriah malah bergejolak lagi. Begini gambaran peta pertikaian di Suriah.

    Dilansir AFP, Jumat (29/11/2024), Rusia menyerang kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) di pinggiran Aleppo dan menewaskan 19 warga sipil?

    Lantas apa urusannya Rusia di negara Timur Tengah itu? Jadi, Rusia berposisi membantu rezim Presiden Bashar Al Assad yang sedang memerangi pemberontak. Salah satu pemberontak yang kini diperangi (lagi) adalah Hayat Tahrir Al Sham (Komite Pembebasan Syam) disingkat sebagai HTS.

    Rusia vs Turki di Suriah

    Konflik ini pecah sejak 2011. Saat itu, muncul protes-protes anti-pemerintahan Bashar Al Assad. Tahun itu adalah tahun Musim Semi Arab atau ‘Arab Spring’. Gara-gara pergolakan politik yang masif itu, muncullah konflik rumit, terbentuk kelompok-kelompok jihadis (demikian media Barat menuliskannya), dan akhirnya menarik tentara-tentara asing ke dalam konflik.

    Suriah dengan rezim resmi Presiden Bashar Al Assad adalah negara yang didominasi Syiah. Mereka tentu saja punya tentara reguler. Rezim ini didukung Rusia sejak 2015 dan sobat mereka juga, Iran. Kelompok politik bersenjata dari Lebanon, Hizbullah, juga mendukung Bashar Al Assad.

    Di sisi lain, kelompok-kelompok pemberontakan bersemi dan berkonsolidasi. Salah satunya adalah kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) tadi. Kelompok ini berhaluan Sunni Islam. Kelompok ini didukung Turki, negara anggota NATO yang berbatasan dengan Suriah.

    Ditulis AFP, HTS dipimpin oleh mantan orang Al Qaeda cabang Suriah. Mereka menguasai bagian barat daya kota Idlib, serta sebagian kecil provinsi Hama dan Latakia dekat Aleppo. Bila dilihat di peta, letak Idlib (dan juga Aleppo) memang tidak terlalu jauh dengan perbatasan wilayah Turki.

    Pada Maret 2020, setelah serangan pemerintah Suriah ke Idlib, kesepakatan gencatan senjata tercapai untuk Suriah, diperantarai dua negara asing yang ikut konflik, yakni Turki dan Rusia.

    Total, sudah 500 ribu orang tewas akibat konflik Suriah. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan Koordinasi Kemanusiaan mengatakan sudah lebih dari 14.000 orang (setengahnya adalah anak-anak) terpaksa mengungsi akibat konflik kekerasan ini.

    Kini, konflik Suriah memanas lagi setelah sekian lama agak reda. Kelompok HTS atau Hayat Tahrir Al Sham (HTS) itu meluncurkan serangan mendadak ke Aleppo. Berdasarkan informasi Observatori Suriah untuk Kemanusiaan, angka kematian mencapai 182 orang, termasuk 102 petempur dari HTS.

    Perkembangan terbaru hari ini, HTS dan faksi-faksi sekutunya telah menutup jalan tol internasional Damaskus-Aleppo M5. Padahal, persimpangan jalan tol M5 dan M4 menghubungkan Ibu Kota Damaskus dengan kota pesisir Latakia dan kota Aleppo. Di Aleppo, situasi juga memanas. HTS melancarkan serangan duluan.

    Analis Nick Heras dari New Lines Institute for Strategy and Policy mengatakan pemberontak “berusaha mencegah kemungkinan kampanye militer Suriah di wilayah Aleppo, yang telah dipersiapkan oleh serangan udara pemerintah Rusia dan Suriah terhadap wilayah pemberontak”.

    Dengan bergabungnya beberapa faksi yang didukung Turki dalam serangan tersebut, ia mengatakan “Ankara (Turki) mengirim pesan kepada Damaskus dan Moskow untuk mundur dari upaya militer mereka di Suriah barat laut,” katanya.

    Iran (negara pendukung Presiden Suriah Bashar Al Ashad) menyatakan konflik ini merupakan bikinan Israel. Kabarnya, seorang jenderal Garda Revolusi Iran juga tewas di Suriah pada Kamis (28/11) kemarin, waktu setempat.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengatakan serangan mematikan itu adalah “bagian dari rencana rezim jahat (Israel) dan Amerika Serikat”. Iran menyerukan “tindakan tegas dan terkoordinasi untuk mencegah penyebaran terorisme di kawasan”.

    (dnu/zap)

  • 9
                    
                        Mengapa Israel dan Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata Sekarang?
                        Internasional

    9 Mengapa Israel dan Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata Sekarang? Internasional

    Mengapa Israel dan Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata Sekarang?
    Penulis
    AKHIR
    September lalu, di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah sudah nyaris tercapai.
    BBC
    melaporkan, saat itu para diplomat Amerika Serikat (AS) dan Inggris yakin gencatan senjata akan segera terjadi.
    Para pihak yang terlibat dalam perang tampaknya sudah menunjukkan kesediaannya untuk menerima gencatan senjata yang didasarkan pada ketentuan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang disahkan untuk mengakhiri perang Lebanon tahun 2006. Intinya adalah Hizbullah akan mundur dari perbatasan untuk digantikan pasukan penjaga perdamaian PBB dan Angkatan Bersenjata Lebanon. Ketika pasukan PBB dan Lebanon masuk, pasukan Israel secara bertahap akan keluar.
    Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kemudian naik ke podium Sidang Umum PBB dan menyampaikan pidato berapi-api yang menolak gagasan gencatan senjata. Seusai sidang itu, Netanyahu kembali ke hotelnya di New York dan dari sana dia memerintahkan pembunuhan terhadap Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, bersama dengan sebagian besar para komandannya. Fotografer resmi Netanyahu mengabadikan momen saat Netanyahu memberi perintah pembunuhan itu.
    Tentara Israel kemudian menjatuhkan sekitar 80 bom ke markas bawah tanah Hizbullah di pinggiran Beirut. Nasrallah dan sejumlah komandannya tewas. Rancangan kepakatan gencatan senjata itu pun buyar. Pembunuhan Nasrallah merupakan eskalasi besar dan pukulan telak bagi Hizbullah.
    Dalam beberapa minggu setelahnya, militer Israel telah menimbulkan kerusakan besar pada organisasi militer Hizbullah. Kelompok itu memang masih menembakkan sejumlah roket ke perbatasan dan para kombatannya terus melawan pasukan invasi Israel. Namun Hizbullah bukan lagi ancaman besar bagi Israel.
    Pada 26 November ini, Israel dan Hizbullah akhirnya menyepakati gencatan senjata selama 60 hari setelah lebih dari setahun terlibat konflik multifront.
    Isi kesepakatan itu sama dengan rencangan yang gagal disepapakti akhir September itu, yaitu bahwa Israel akan secara bertahap menarik pasukannya dari Lebanon, dan Hizbullah akan sepenuhnya mundur ke sebelah utara Sungai Litani. Sementara itu, Angkatan Bersenjata Lebanon akan menempatkan pasukannya dan mengendalikan wilayah mereka sendiri. Presiden AS, Joe Biden, mengatakan bahwa AS, Prancis, dan sekutu lainnya telah berjanji untuk mendukung kesepakatan itu.
    Profesor studi sejarah dan perdamaian di Universitas Notre Dame AS, Asher Kaufman, dalam artikelnya di
    The Conversation US
     menjelaskan bahwa gencatan senjata itu terjadi karena bertemunya kepentingan Israel, Hizbullah, dan Iran – sponsor utama Hizbullah. Namun, walau kepentingan mereka bertemu, alasan mereka berbeda-beda.
     
    Kaufman yang merupakan pakar konflik Lebanon dan perbatasan di Timur Tengah itu menjelaskan, bagi pemerintah Israel, masalah domestik turut berperan dalam pertimbagan untuk gencatan senjata itu. Pertama, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) telah merasa kelelahan setelah lebih dari setahun berperang. Hal ini terutama dirasakan pasukan cadangan Israel, yang semakin banyak yang tidak hadir bertugas. Masyarakat umum Israel juga lelah dengan konflik itu. Mayoritas dari mereka mendukung gencatan senjata dengan Hizbullah.
    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga mempunyai masalah internal dalam pemerintahannya yang harus diatasi. Netanyahu mendapat tekanan dari sekutu ultra-Ortodoks dalam koalisi yang berkuasa untuk menyusun undang-undang yang mengecualikan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer.
    Menurut Kaufman, meredakan ketegangan di perbatasan Lebanon akan mengurangi kebutuhan Israel akan pasukan aktif. Hal itu dapat membantu dalam mengatasi ketidakpuasan kelompok sekuler dan nasional-religius di IDF dan tidak setuju dengan pengecualian wajib militer untuk para pria ultra-Ortodoks. Jika perang dengan Hizbullah berakhir, kelompok tersebut mungkin lebih cenderung menerima kebijakan pengecualian itu.
    Dari perspektif tentara Israel, kata Kaufman, perang di Lebanon semakin mencapai titik di mana hasilnya semakin kurang bernilai. Perang itu berhasil melemahkan posisi militer Hizbullah, tetapi tidak mampu menghancurkan kelompok itu sepenuhnya.
    BBC
    melaporkan, Netanyahu menyatakan keberhasilan operasi militer merupakan salah satu dari beberapa faktor yang meyakinkannya bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk berhenti. Agenda Israel di Lebanon memang lebih terbatas dibandingkan di Gaza dan wilayah pendudukan Palestina lainnya. Israel hanya ingin mengusir Hizbullah dari perbatasan utaranya sehingga memungkinkan warga sipil Israel kembali ke kota-kota dekat perbatasan.
    Jika Hizbullah suatu saat terlihat sedang mempersiapkan serangan, Israel mengantongi surat persetujuan tambahan dari AS yang memberi lampu hijau untuk mengambil tindakan militer lagi.
    Dalam pernyataan yang direkam untuk mengumumkan keputusannya, Netanyahu menyebutkan alasan mengapa sekarang adalah saat yang tepat untuk gencatan senjata. Israel, kata dia, telah mengguncang Beirut. Kini ada peluang untuk “memberikan jeda bagi pasukan kami dan menambah persediaan”.
    Israel juga telah memutuskan koneksi antara Gaza dan Lebanon. Netanyahu mengatakan, Hamas akan mendapat tekanan yang lebih besar. 
     
    Ada satu alasan lagi; Israel ingin berkonsentrasi pada apa yang disebut Netanyahu sebagai ancaman Iran. Menghancurkan Hizbullah berarti menghancurkan Iran. Hizbullah dibangun Iran untuk menciptakan ancaman tepat di perbatasan Israel. Hizbullah menjadi bagian terkuat dari poros perlawanan Iran, nama yang diberikan untuk jaringan pertahanan terdepan yang terdiri dari sekutu dan proksi.
    Menurut Kaufman, di sisi Hizbullah, kelompok itu telah sangat dilemahkan karena perang yang mengikis kemampuan militernya. Sebelumnya, Hizbullah (sebagaimana ditegaskan berulang kali oleh Nasrallah) menyatakan bahwa gencatan senjata hanya akan terjadi jika hal itu terlebih dahulu tercapai antara Hamas dan Israel di Gaza. Namun, kini Hizbullah dan Iran bersedia memisahkan dua front tersebut, yang membuat Hamas berada dalam posisi yang lebih lemah karena kehilangan dukungan dari kelompok utama yang mereka andalkan, yaitu Hizbullah.
    Hamas awalnya berharap bisa menarik Hizbullah dan kelompok-sekelompok yang seideologi dengan mereka di kawasan itu untuk terlibat dalam konfrontasi langsung dengan Israel ketika mereka meluncurkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
    Hizbullah dan faksi politik Lebanon lainnya juga menghadapi tekanan domestik yang kuat. Lebanon memiliki lebih dari 1 juta pengungsi akibat konflik tersebut – sebagian besar dari mereka orang-orang Syiah, aliran Islam yang menjadi tempat muasal Hizbullah. Kondisi di Lebanon telah meningkatkan risiko pertikaian sektarian antara Syiah dan faksi lain di negara itu. Bagi para pemimpin Hizbullah, mungkin inilah saat yang tepat untuk mengurangi kerugian dan mempersiapkan diri untuk bangkit kembali sebagai sebuah badan politik dan militer.
    Sama seperti para pemimpin Hizbullah yang masih hidup, Iran juga menginginkan gencatan senjata. Hizbullah perlu jeda untuk memulihkan diri. Iran perlu menghentikan kerusakan geostrategis yang telah terjadi. Poros perlawanan mereka kehilangan daya gentarnya. Serangan rudal Iran terhadap Israel setelah pembunuhan Nasrallah tidak berhasil mengubah keadaan.
    Dua orang merancang Hizbullah untuk menghalangi Israel tidak hanya menyerang Lebanon – tetapi juga menyerang Iran. Kedua perancang itu telah tewas dibunuh. Mereka adalah Qasem Soleimani, kepala Pasukan Quds Pengawal Revolusi Iran, yang tewas akibat serangan pesawat tak berawak AS di bandara Baghdad pada Januari 2020. Perintah pembunuhan Soleimani dikeluarkan Donald Trump dalam beberapa minggu terakhirnya di Gedung Putih pada akhir tahun masa jabatan pertamanya. Orang kedua adalah Hassan Nasrallah.
     
     
    Setelah perang 2006, strategi pencegahan (
    deterrence strategy
    ) Hizbullah dan Iran mampu menyamai Israel selama hampir 20 tahun. Namun, serangan Hamas pada 7 Oktober yang kemudian dibalas Israel membawa perubahan besar, termasuk keputusan Israel untuk menolak segala pembatasan terhadap perang yang mereka lakukan sebagai respons. AS, sekutu terkuat Israel, juga hampir tidak memberikan batasan pada pasokan maupun penggunaan senjata yang terus mereka salurkan.
    Nasrallah dan Iran gagal memahami apa yang telah terjadi. Mereka tidak menyadari bagaimana Israel telah berubah. Mereka mencoba menekan Israel dengan perang gesekan dan sempat berhasil selama hampir satu tahun. Namun, pada 17 September, Israel membalik keadaan dengan meledakkan bom mini yang tertanam di jaringan
    pager
    jebakan yang sebelumnya berhasil dijual kepada Hizbullah melalui tipu daya intelijen Israel.
    Hizbullah menjadi limbung. Sebelum mereka sempat bereaksi dengan senjata paling kuat yang diberikan Iran, Israel membunuh Nasrallah dan sebagian besar letnan utamanya, disertai serangan besar-besaran yang menghancurkan gudang senjata. Serangan itu diikuti dengan invasi ke Lebanon Selatan dan penghancuran besar-besaran desa-desa perbatasan Lebanon serta jaringan terowongan Hizbullah.
    Menurut Kaufman, kesepakatan gencatan senjata itu terjadi juga saat Teheran bersiap menghadapi pemerintahan AS yang bisa mengambil posisi lebih keras terhadap Iran dan proksinya di kawasan, dimana Hizbullah merupakan salah satu yang paling berpengaruh.
    Dengan presiden baru Iran, dan pemerintahan baru AS, gencatan senjata antara proksi utama Iran dan Israel mungkin menjadi langkah pertama bagi Teheran untuk membangun dialog konstruktif dengan Gedung Putih yang akan kembali dipimpin Trump.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 11 Update Perang Arab! Netanyahu Ancam Perang Baru, Rusia Serang Arab

    11 Update Perang Arab! Netanyahu Ancam Perang Baru, Rusia Serang Arab

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Tanah Arab masih belum juga mereda. Meski Israel melakukan gencatan senjata dengan milisi Hizbullah di Lebanon, perdamaian yang sama tak terjadi di Gaza, Palestina.

    Israel dilaporkan masih terus menyerang Gaza. Bahkan Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut pemboman besar-besaran Israel “benar-benar mengerikan” bagi warga sipil Palestina yang masih terjebak di utara Jalur Gaza.

    Belum lagi muncul ancaman terbaru Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Ia memberi peringatan ke Hizbullah dan Iran.

    Di sisi lain Rusia dilaporkan melakukan serangan ke salah satu negara Arab, Suriah. Berikut update terkait situasi di wilayah Timur Tengah saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Jumat (29/11/2024).

    1.Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 17 Orang

    Serangan militer Israel menewaskan sedikitnya 17 warga Palestina di seluruh Jalur Gaza pada hari Kamis. Hal ini diungkap petugas medis setempat saat pasukan Tel Aviv meningkatkan pemboman di daerah pusat dan mendorong tank-tank militernya masuk lebih dalam di utara dan selatan daerah kantong tersebut.

    Mengutip laman Reuters, enam orang tewas dalam dua serangan udara terpisah di sebuah rumah dan di dekat rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya di Jalur Gaza utara. Sementara empat orang lainnya tewas ketika serangan Israel mengenai sebuah sepeda motor di Khan Younis di selatan.

    “Di Nuseirat, salah satu dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza, pesawat Israel melakukan beberapa serangan udara yang menghancurkan sebuah gedung bertingkat dan menghantam jalan-jalan di luar masjid,” kata pejabat itu.

    “Setidaknya tujuh orang tewas dalam beberapa serangan itu,” tambahnya.

    Petugas medis mengatakan setidaknya dua orang, seorang wanita dan seorang anak, tewas dalam penembakan tank yang menghantam wilayah barat Nuseirat. Sementara serangan udara menewaskan lima orang lainnya di sebuah rumah di dekatnya.

    “Di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir, tank-tank bergerak lebih dalam ke wilayah utara-barat kota,” kata penduduk dimuat Reuters lagi.

    2.Perdamaian Israel-Hizbullah Buat Perundingan Gaza Sulit

    Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan milisi Syiah Lebanon, Hizbullah, memiliki dampak bagi rencana serupa di Gaza, Palestina dengan kelompok bersenjata Hamas. Dilansir The Guardian, masalah perdamaian di Gaza sangat dipengaruhi posisi politik dalam negeri Israel.

    Ia menyebut kelompok sayap kanan yang sebelumnya telah mendorong penggagalan gencatan senjata di Lebanon akan lebih militan dalam memperjuangkan agar peperangan di Gaza terus berjalan. Meski dari Oktober hingga saat ini, total 44.200 orang tewas di wilayah itu.

    “Benjamin Netanyahu sebelumnya telah menghalangi kemajuan menuju kesepakatan sandera-untuk-perdamaian dengan desakannya agar pasukan Israel mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia, zona penyangga di dalam perbatasan Gaza-Mesir,” tulis media tersebut.

    Israel sendiri sejauh ini masih berupaya untuk hanya memerangi Hamas di Gaza. Negeri Yahudi itu saat ini belum secara resmi menyatakan niat untuk mengambil alih wilayah pesisir Palestina itu.

    Namun sejumlah politisi sayap kanan telah meminta Netanyahu untuk mengambil alih Gaza. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan awal minggu ini bahwa Israel harus menduduki Jalur Gaza dan mengurangi separuh populasi Palestina melalui ‘dorongan emigrasi sukarela’.

    “Kita bisa dan harus menaklukkan Jalur Gaza. Kita tidak perlu takut dengan kata itu,” kata Smotrich.

    3.Bank Dunia: Biaya Rekonstruksi Lebanon akan Sangat Mahal

    Selama beberapa bulan terakhir, telah terjadi kehancuran besar-besaran di ibu kota Beirut, dan di kota-kota serta komunitas di seluruh Lebanon. Orang-orang merekam kehancuran komunitas mereka sendiri dengan ponsel mereka sendiri.

    Kini memasuki hari kedua gencatan senjata, perkiraan biaya mulai bermunculan. Meski masih perkiraan awal, tetapi angkanya disebut sangat mengejutkan.

    Di pinggiran selatan Beirut saja, sedikitnya 262 bangunan telah dibuat layak huni. Perkiraan biaya dari Bank Dunia adalah US$2,8 miliar (Rp 44 triliun) untuk kerusakan perumahan saja di Lebanon, di seluruh negeri. Sebanyak 99.000 rumah – 99.000 unit hunian – hancur sebagian atau seluruhnya, tidak layak huni.

    Bank Dunia juga memperkirakan kerusakan dan kerugian di Lebanon mencapai US$8,5 miliar sejak November. Angka tersebut akan diperbarui untuk bulan-bulan berikutnya, dengan angka tersebut diperkirakan akan bertambah.

    Kerugian US$1,1 miliar juga terjadi pada salah satu industri terpenting, pertanian dan pariwisata, di mana toko-toko, bisnis, restoran telah tutup. Namun biaya yang sangat mahal dalam hal uang dan waktu, untuk membersihkan ranjau di area yang masih memiliki peraturan yang belum diledakkan, tempat Israel beroperasi, atau memasang ranjau atau menjatuhkan bom.

    4.(Sebanyak) 2.500 Anak di Gaza Butuh Evakuasi Medis Segera

    Juru bicara dana bantuan anak PBB atau UNICEF Kazem Abu Khalaf mengatakan bahwa 2.500 anak di Jalur Gaza butuh evakuasi medis segera. Mereka merupakan kelompok yang paling menderita dari perang yang terjadi sejak Oktober 2023 itu.

    “(Sekitar) 30% anak di Jalur Gaza menderita kekurangan gizi parah,” katanya dalam pernyataan pers, seperti dikutip Al Jazeera.

    Sementara itu, 95% sekolah yang menampung orang-orang terlantar di Jalur Gaza telah hancur total. Ia menambahkan situasi di Jalur Gaza utara sangat sulit, tragis, dan semakin memburuk.

    5.Hizbullah Buka Suara soal Penembakan Israel Terhadap Warga Sipil Lebanon

    Hassan Fadlallah, anggota parlemen Lebanon dari Hizbullah, mengatakan Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata. Militer Zionis telah menembaki warga sipil yang kembali ke desa mereka di sepanjang perbatasan selatan Lebanon dengan Israel.

    “Musuh Israel menyerang mereka yang kembali ke desa-desa perbatasan,” kata Fadlallah kepada wartawan setelah sidang parlemen.

    “Ada pelanggaran hari ini oleh Israel, bahkan dalam bentuk ini,” tambahnya.

    6.Parlemen Lebanon akan Memilih Presiden pada Januari 2025

    Meskipun bertahun-tahun gagal, Parlemen Lebanon akan memilih presiden pada tahun depan. Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri telah mengumumkan bahwa sidang akan diadakan pada tanggal 9 Januari 2025, untuk memilih presiden baru.

    Parlemen Lebanon telah bersidang untuk tujuan yang sama dan gagal memilih presiden tidak kurang dari 12 kali sejak masa jabatan Michel Aoun berakhir pada tahun 2022. Kegagalan terakhir terjadi pada bulan Juni 2023, beberapa bulan sebelum pecahnya perang Israel di Gaza pada tanggal 7 Oktober, dan serangan Hizbullah berikutnya terhadap Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.

    Pada kesempatan itu, sebuah blok yang dipimpin oleh anggota parlemen Hizbullah melampaui kuorum setelah putaran pertama pemungutan suara, yang membutuhkan mayoritas dua pertiga anggota parlemen untuk maju. Hizbullah sendiri telah dilumpuhkan oleh Israel dan masih harus dilihat pengaruh apa yang akan mereka miliki selama pemilihan.

    Perlu diketahui, sebelumnya, kelompok tersebut dipandang sebagai penentu posisi tersebut. Di mana setiap calon presiden akan membutuhkan persetujuan dari mantan pemimpin kelompok tersebut Hassan Nasrallah, yang sekarang sudah meninggal.

    7.Netanyahu Ancam Perang Baru dengan Hizbullah

    Netanyahu mengancam Hizbullah pada hari Kamis dengan perang baru. Ia menyebut akan ada “perang intensif” jika kelompok itu melanggar gencatan senjata Lebanon yang rapuh, yang pada hari kedua gencatan senjata tersebut menegang karena tekanan dari kedua belah pihak.

    Beberapa jam sebelumnya, militer Israel mengatakan telah menyerang fasilitas senjata Hizbullah di Lebanon selatan, tempat mereka mengatakan “aktivitas teroris teridentifikasi”. Sebelumnya, mereka menembaki orang-orang yang dikatakan melanggar gencatan senjata.

    Gencatan senjata, yang mulai berlaku sebelum fajar pada hari Rabu, bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan ribuan orang di Lebanon dan memicu pengungsian massal di Lebanon dan Israel. Damai sementara itu akan berlangsung selama 60 hari ke depan.

    “Jika perlu, saya memberikan arahan kepada (tentara Israel), untuk melancarkan ‘perang intensif’ jika terjadi pelanggaran gencatan senjata,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan penyiar Israel Channel 14.

    8.Netanyahu Ancam Iran

    Netanyahu juga mengancam Iran, Kamis malam waktu setempat. Ia mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel akan melakukan “segalanya” untuk menghentikan Iran memperoleh senjata nuklir setelah diplomat tinggi negeri itu memperingatkan bahwa Teheran dapat mengakhiri larangannya untuk mengembangkan senjata nuklir jika sanksi Barat diberlakukan kembali.

    Perang kata-kata yang kembali terjadi antara musuh-musuh Timur Tengah itu terjadi saat Iran bersiap untuk mengadakan pembicaraan nuklir utama dengan pemerintah Eropa pada hari Jumat. Di sisi lain, Israel dan AS juga tengah bekerja sama untuk mengecam Iran melalui pengawas atom PBB.

    “Saya akan melakukan segalanya untuk mencegahnya menjadi (kekuatan) nuklir, saya akan menggunakan semua sumber daya yang dapat digunakan,” kata Netanyahu kepada penyiar Israel Channel 14 dalam sebuah wawancara.

    Israel adalah satu-satunya negara bersenjata nuklir di kawasan itu, meskipun tidak dideklarasikan. Israel telah lama menjadikan pencegahan terhadap pesaing mana pun yang menyamainya sebagai prioritas pertahanan utamanya.

    9.Bos Uni Eropa Serukan Negara Kawasan Hormati Surat Perintah Penangkapan Netanyahu oleh ICC

    Kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell meminta semua negara anggota UE untuk menghormati keputusan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Termasuk surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu.

    “Kita tidak dapat melemahkan Pengadilan Kriminal Internasional. Itu adalah satu-satunya cara untuk menegakkan keadilan global,” kata Borrell.

    “Mereka tidak politis. Itu adalah badan hukum yang dibentuk oleh orang-orang terhormat yang merupakan yang terbaik di antara profesi hakim,” tambahnya.

    Sementara semua negara anggota UE merupakan penanda tangan perjanjian pendirian ICC, Prancis mengatakan kemarin bahwa mereka yakin Netanyahu memiliki kekebalan terhadap tindakan ICC, mengingat Israel belum menandatangani undang-undang pengadilan. Sementara itu, Italia mengatakan tidak mungkin untuk menangkap Netanyahu selama ia tetap menjadi kepala pemerintahan Israel.

    ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan minggu lalu untuk Netanyahu, mantan kepala pertahanannya Yoav Gallant, dan seorang pemimpin Hamas, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang Gaza.

    Israel mengatakan akan mengajukan banding terhadap surat perintah untuk Netanyahu dan Gallant.

    10.Kerugian Sektor Swasta di Palestina Capai US$8 miliar Sejak Perang

    Biro Statistik Pusat Negara Palestina memperkirakan bahwa akibat perang yang terus berlanjut di Gaza, serta kekerasan dan penggerebekan yang terus berlangsung oleh pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki, kerugian sektor swasta di wilayah Palestina mencapai sekitar US$8 miliar (Rp126,9 triliun) dalam 14 bulan terakhir. Wafa melaporkan bahwa laporan dari biro yang dirilis hari ini juga mendokumentasikan produksi perusahaan sektor swasta di wilayah tersebut menurun hingga 55% tahun ini.

    Laporan tersebut selanjutnya menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling terdampak, karena persentase penurunan produksi di sektor ini mencapai 60 persen, diikuti oleh sektor industri sebesar 56 persen. Laporan tersebut juga menunjukkan penurunan 24 persen dalam jumlah pekerja di wilayah tersebut – 20 persen di Tepi Barat dan 82 persen di Jalur Gaza.

    11.Serangan Udara Rusia

    Rusia tiba-tiba menyerang negara Arab, Kamis malam waktu setempat. Serangan udara Rusia menewaskan 19 warga sipil di pedesaan Aleppo, Suriah Utara.

    Hal ini dikatakan pemantau perang, saat jihadis dan tentara Suriah bentrok menyusul serangan besar-besaran oleh pemberontak di barat laut negara itu. Rusia sendiri merupakan pendukung pemerintah Bashar Al-Asyad.

    “Serangan udara Rusia di pedesaan Aleppo menewaskan 19 warga sipil pada hari Kamis,” kata pihak yang mengepalai Observatorium, Rami Abdel Rahman, seraya menambahkan bahwa warga sipil lainnya tewas dalam penembakan tentara Suriah sehari sebelumnya.

    (sef/sef)

  • Potret Warga Lebanon Rayakan Gencatan Senjata, Sebut Hizbullah Menang

    Potret Warga Lebanon Rayakan Gencatan Senjata, Sebut Hizbullah Menang

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }

  • Baru Sehari, Israel Sudah Langgar Gencatan Senjata

    Baru Sehari, Israel Sudah Langgar Gencatan Senjata

    GELORA.CO – Sehari setelah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah Lebanon diberlakukan, Israel dilaporkan melakukan dua serangan di selatan Lebanon. Serangan ini menimbulkan korban luka-luka dan disebut Hizbullah menyalahi kesepakatan gencatan senjata yang berlaku pada Rabu (27/11/2024).

    Kantor Berita Nasional (NNA) milik pemerintah Lebanon pada Kamis melaporkan bahwa dua warga Lebanon terluka di Markaba ketika Israel menembaki mereka. Koresponden Aljazirah menguatkan informasi ini dan mengatakan bahwa serangan itu mengakibatkan korban luka-luka. Korban luka dipindahkan ke rumah sakit dan dirawat, kata NNA.

    NNA juga melaporkan bahwa sebuah tank Israel menargetkan pinggiran kota Kfarchouba dengan dua peluru. Tentara Israel sejauh ini memberlakukan pembatasan pergerakan di Lebanon selatan, dengan mengatakan siapa pun yang melanggarnya akan berada dalam bahaya.

    Hassan Fadlallah, seorang anggota Hizbullah di parlemen Lebanon, mengatakan Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan menembaki warga sipil yang pulang ke desa mereka di sepanjang perbatasan selatan Lebanon dengan Israel.

    “Musuh Israel menyerang mereka yang kembali ke desa-desa perbatasan,” kata Fadlallah kepada wartawan setelah sidang parlemen. “Saat ini ada pelanggaran yang dilakukan Israel,” tambahnya. 

    Perjanjian gencatan senjata yang disepakati Israel dan Hizbullah mengikuti kontur resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengakhiri perang 36 hari Israel-Hizbullah pada 2006.

     Kesepakatan itu mengharuskan militer Israel menarik diri dari Lebanon selatan dan Hizbullah menarik senjata beratnya ke utara Sungai Litani, sekitar 25 km sebelah utara perbatasan. Tentara Lebanon yang didukung barat akan dikerahkan ke selatan selama fase transisi 60 hari.

    Perjanjian 13 poin antara pemerintah Israel dan Lebanon – dan bukan Hizbullah – juga mengatakan kedua negara “siap mengambil langkah-langkah untuk mendorong kondisi bagi solusi permanen dan komprehensif”.

    Dinyatakan bahwa pemerintah Lebanon akan “mencegah Hizbullah dan semua kelompok bersenjata lainnya di wilayah Lebanon melakukan operasi apapun terhadap Israel”. Israel, sementara itu, “tidak akan melakukan operasi militer ofensif terhadap sasaran Lebanon, termasuk sasaran sipil, militer, atau negara lainnya, di wilayah Lebanon”.

    Dasar dari kesepakatan tersebut, menurut catatannya, adalah “implementasi penuh, tanpa pelanggaran” resolusi Dewan Keamanan PBB 1701. Resolusi tersebut antara lain mengharuskan Hizbullah untuk memindahkan para pejuang dan senjatanya dari wilayah antara Garis Biru – perbatasan tidak resmi antara Lebanon dan Israel – dan sungai Litani, sekitar 30 km ke arah utara.

    Israel mengatakan hal itu tidak pernah dilaksanakan, sehingga memungkinkan Hizbullah membangun infrastruktur ekstensif di wilayah tersebut. Sementara Lebanon mengatakan pelanggaran yang dilakukan Israel termasuk penerbangan militer di wilayahnya.

    Perjanjian tersebut juga mencatat bahwa resolusi tersebut menegaskan kembali seruan Dewan Keamanan sebelumnya untuk “pelucutan senjata semua kelompok bersenjata di Lebanon”.

    Sedangkan tentara Israel kemarin mengatakan pasukannya melepaskan tembakan ke arah “tersangka” yang datang dengan kendaraan di sejumlah wilayah di Lebanon selatan. Militer Israel mengatakan di X bahwa dalam satu jam terakhir, “kedatangan tersangka, beberapa dengan kendaraan, ke beberapa daerah di Lebanon selatan terdeteksi, yang merupakan pelanggaran”. Pihak militer tidak menjelaskan lebih jauh mengenai dugaan pelanggaran gencatan senjata yang baru berlangsung satu hari ini.

    Laporan tersebut mengkonfirmasi adanya penembakan terhadap sasaran di Lebanon, insiden yang kami laporkan sebelumnya di kota Markaba, di mana setidaknya dua orang terluka, dan Kfarchouba. Tentara Israel “dikerahkan di Lebanon selatan dan menegakkan perjanjian gencatan senjata”, katanya.

    Militer Israel telah mengeluarkan pembatasan pergerakan baru bagi warga sipil Lebanon yang berusaha kembali ke rumah mereka di dekat perbatasan selatan. Peta yang baru dirilis menunjukkan bahwa warga dilarang memasuki 10 desa tertentu hingga pemberitahuan lebih lanjut.

  • Rusia Sambut Baik Gencatan Senjata Israel-Hizbullah tapi Wanti-wanti Hal Ini

    Rusia Sambut Baik Gencatan Senjata Israel-Hizbullah tapi Wanti-wanti Hal Ini

    Moskow

    Rusia menyambut baik gencatan senjata yang disepakati Israel dan Hizbullah, yang berlaku di Lebanon sejak Rabu (27/11) waktu setempat. Moskow menekankan pentingnya kesepakatan itu ditegakkan secara efektif agar gencatan senjata bisa terus berlangsung.

    “Moskow melihatnya secara positif,” ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada kantor berita Rusia ketika ditanya soal kesepakatan gencatan senjata di Lebanon, seperti dilansir AFP, Kamis (28/11/2024).

    “Penting bahwa implementasi kesepakatan ini sesuai dengan perjanjian yang telah dicapai,” ujarnya mengingatkan.

    Gencatan senjata yang mulai berlaku pada Rabu (27/11) pagi waktu setempat ini, akhirnya disepakati setelah hampir 14 bulan pertempuran antara Israel dan Hizbullah, yang didukung Iran, menewaskan ribuan orang di Lebanon dan memicu pengungsian massal di kedua sisi perbatasan.

    Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam tanggapan terpisah, mengharapkan gencatan senjata itu bisa benar-benar mengakhiri rentetan kekerasan dan pertumpahan darah di Lebanon.

    “Kami menyambut baik setiap perjanjian, baik yang masih kemungkinan atau sudah disepakati, yang akan menghentikan spiral kekerasan, menghentikan pertumpahan darah di Lebanon… namun perjanjian tersebut harus benar-benar efektif,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.

  • Hizbullah Nyatakan Kemenangan Atas Israel

    Hizbullah Nyatakan Kemenangan Atas Israel

    Namun Israel berhasil memberikan pukulan telak kepada Hizbullah selama konflik berlangsung, dengan menewaskan pemimpin kelompok itu, Hassan Nasrallah, dan sejumlah pejabat senior lainnya.

    Hizbullah, dalam pernyataan terbarunya, menyebut pasukan Israel telah gagal dalam “upaya-upaya mereka… untuk menduduki dan beroperasi di kota mana pun”, untuk mencegah serangan lintas perbatasan Hizbullah atau untuk “membangun zona penyangga militer dan keamanan seperti yang diharapkan musuh”.

    Ditegaskan oleh Hizbullah bahwa para petempurnya menargetkan Israel “hingga hari terakhir agresi”.

    Kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan Prancis itu mewajibkan pasukan Hizbullah untuk mundur ke arah utara Sungai Litani, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari perbatasan dengan Israel, dan membongkar infrastruktur militernya di wilayah Lebanon bagian selatan.

    Ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata tersebut juga mewajibkan pasukan Israel untuk menarik pasukannya secara bertahap, dalam waktu 60 hari ke depan, dari wilayah Lebanon bagian selatan.

    Penarikan pasukan Israel itu dilakukan saat tentara-tentara Lebanon, dari Angkatan Bersenjata resmi negara itu, mengambil alih wilayah di dekat perbatasan dengan Israel, demi memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.

    Lihat juga Video ‘Iron Dome Israel Dibobol Rudal Hizbullah, 9 Orang Dilaporkan Terluka’:

    (nvc/zap)

  • Hizbullah Klaim Kemenangan atas Israel di Lebanon

    Hizbullah Klaim Kemenangan atas Israel di Lebanon

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hizbullah menyatakan telah mencapai “kemenangan” atas Israel pada Rabu (27/11/2024), sehari setelah gencatan senjata mulai berlaku di perbatasan. Pernyataan ini menjadi respons resmi pertama kelompok militan Lebanon itu sejak kesepakatan gencatan senjata diumumkan.

    “Kemenangan dari Allah yang Maha Kuasa adalah sekutu bagi perjuangan yang benar,” demikian pernyataan resmi Hizbullah, dilansir AFP.

    Kelompok yang didukung Iran itu juga menegaskan bahwa para pejuangnya tetap dalam kondisi “siap sepenuhnya” untuk menghadapi ambisi dan serangan Israel di masa depan. Meski demikian, pernyataan tersebut tidak menyebutkan secara langsung rincian kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati.

    Adapun konflik terbaru ini dimulai pada 23 September lalu ketika Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap wilayah Hizbullah di Lebanon, menyusul lebih dari 1 tahun baku tembak lintas perbatasan yang dipicu oleh konflik Gaza. Eskalasi tersebut juga melibatkan pengerahan pasukan darat Israel ke wilayah Lebanon selatan.

    Selama konflik, Israel berhasil melancarkan serangan signifikan terhadap Hizbullah, termasuk menewaskan pemimpin lama Hassan Nasrallah dan sejumlah pejabat senior lainnya.

    Namun, Hizbullah dalam pernyataannya menegaskan bahwa Israel gagal mencapai tujuan strategisnya, seperti belum menduduki atau mendirikan basis militer di kota-kota Lebanon.

    Israel juga disebut gagal mencegah serangan lintas perbatasan dari Hizbullah, serta tidak berhasil membangun zona penyangga militer dan keamanan di wilayah selatan Lebanon.

    “Para pejuang kami tetap menyerang hingga hari terakhir agresi,” tambah pernyataan itu.

    Sementara itu, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Hizbullah diwajibkan untuk menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel.

    Hizbullah juga diwajibkan nembongkar infrastruktur militernya di Lebanon selatan, termasuk pangkalan dan gudang senjata.

    Masa Depan Konflik

    Serangan terbaru ini mengakibatkan kerugian besar di kedua belah pihak, dengan kehancuran yang meluas di wilayah Lebanon selatan dan korban jiwa yang signifikan.

    Meski gencatan senjata telah berlaku, ketegangan di perbatasan tetap tinggi, mengingat Hizbullah telah menyatakan kesiapan untuk menghadapi ancaman Israel di masa mendatang.

    Israel, di sisi lain, mengeklaim bahwa operasinya telah melemahkan kapasitas Hizbullah secara signifikan, meskipun kelompok militan tersebut masih memiliki pengaruh kuat di Lebanon.

    Situasi ini menunjukkan bahwa meski konflik terbuka telah mereda, tantangan keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut masih jauh dari selesai.

     

    (luc/luc)

  • Potret Warga Lebanon Pulang Usai Gencatan Senjata Israel-Hizbullah

    Potret Warga Lebanon Pulang Usai Gencatan Senjata Israel-Hizbullah

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }