Organisasi: Hizbullah

  • Korban Tewas Akibat Perang Israel Vs Hizbullah di Lebanon Capai 4.047 Orang

    Korban Tewas Akibat Perang Israel Vs Hizbullah di Lebanon Capai 4.047 Orang

    Beirut

    Korban tewas akibat perang antara Israel dengan Hizbullah di Lebanon terus bertambah. Terkini, ada 4.047 orang dilaporkan tewas di Lebanon.

    Dilansir AFP, Rabu (4/12/2024), seminggu setelah gencatan senjata, Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan pihaknya mencatat ada 4.047 orang tewas dan 16.638 orang terluka.

    Abiad mengatakan 316 anak-anak dan 790 perempuan termasuk di antara korban tewas. Sebagian besar kematian terjadi setelah tanggal 15 September 2024.

    “Kami yakin jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi,” ujarnya seraya menyebut ada kemungkinan kematian yang tidak tercatat.

    Sebuah sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada AFP bahwa ratusan pejuang kelompok tersebut telah terbunuh, tanpa memberikan angka pastinya. Di pihak Israel, pihak berwenang melaporkan sedikitnya 82 tentara dan 47 warga sipil tewas.

    Israel meningkatkan serangannya di Lebanon selatan pada akhir September. Hizbullah ikut melancarkan serangan ke Israel demi mendukung sekutunya, Hamas.

    Gencatan senjata mulai berlaku minggu lalu. Namun kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran berulang kali.

    “Tujuh rumah sakit masih ditutup. Ada 238 serangan terhadap organisasi tanggap darurat, dengan 206 orang tewas,” katanya seraya menambahkan bahwa 256 kendaraan darurat termasuk truk pemadam kebakaran dan ambulans juga menjadi ‘target’

    (isa/haf)

  • Perang Baru Arab Makin Panas: AS Bom Suriah, Rusia-Iran-Turki Turun

    Perang Baru Arab Makin Panas: AS Bom Suriah, Rusia-Iran-Turki Turun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Arab masih terjadi. Namun bukan antara Israel dengan Hamas di Gaza, atau Israel dengan Hizbullah di Lebanon.

    Perang baru terjadi di Suriah. Serangan kelompok pemberontak sejak pekan lalu membuat banyak negara masuk di dalam konflik.

    Dalam update terbaru, Rabu (4/12/2024), Rusia, Iran, dan Turki kini “turun tangan” dalam perang baru Arab, yang pecah di Suriah, beberapa hari terakhir. Hal ini ditegaskan Kremlin melalui juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova.

    “Para menteri luar negeri dari tiga negara penjamin (perdamaian)- Rusia, Iran, dan Turki- saling berhubungan erat,” kata Zakharova kepada wartawan di Moskow, dikutip AFP.

    Perlu diketahui Rusia adalah sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad dan mendukung upayanya untuk menumpas pemberontakan dengan serangan udara. Sementara Turki secara historis mendukung beberapa pasukan antipemerintah.

    Rusia dan Turki menjadi penengah gencatan senjata tahun 2016 antara berbagai kelompok pemberontak dan pasukan Suriah. Sedangkan Iran bergabung sebagai “negara penjamin”.

    “Rusia secara aktif bekerja sama dengan mitra internasional untuk memastikan stabilisasi situasi di Suriah dengan cepat,” tegas Zakharova.

    Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah melakukan komunikasi via telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Mereka sepakat konflik tersebut perlu “segera diakhiri” dan mengutuk “agresi teroris” terhadap negara Suriah.

    Seorang pejabat senior dari kantor pemimpin tertinggi Iran juga berada di Moskow untuk melakukan pembicaraan pada hari Rabu. Ini ditegaskan Kedutaan Besar Iran dalam sebuah pernyataan.

    Sebelumnya, Rusia, yang mengumumkan latihan angkatan laut dan udara di Mediterania timur minggu ini, menuduh Ukraina mendukung pemberontak Islamis Suriah. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Selasa, utusan Rusia Vassily Nebenzia mengatakan Ukraina telah mendukung kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dengan senjata dan instruktur, tanpa memberikan bukti apa pun.

    “Instruktur militer Ukraina dari GUR hadir… melatih para pejuang HTS untuk operasi tempur,” termasuk melawan pasukan Rusia di Suriah, kata Nebenzia.

    AS Bom Suriah

    Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) juga mengonfirmasi bahwa Pentagon telah melancarkan serangan terhadap aset militer di Suriah timur. Ini terjadi setelah serangan roket di dekat salah satu pangkalannya.

    Melansir Al Jazeera, juru bicara Pentagon Pat Ryder mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa militer AS menyerang sistem persenjataan termasuk peluncur roket dan tank. Lokasi menjadi ancaman pasukan AS di daerah tersebut.

    Serangan AS tersebut terjadi saat kekerasan meningkat di seluruh negara yang dilanda perang tersebut. Selama seminggu terakhir, kelompok oposisi bersenjata melancarkan serangan hebat di Suriah barat laut terhadap pasukan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad.

    Situasi ini mengawali babak baru perang saudara yang telah berlangsung lama di negara tersebut. Serangan tersebut telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana AS akan menanggapi dan apakah AS dapat terlibat dalam konflik tersebut, mengingat kehadiran militernya yang signifikan di Suriah.

    Diketahui, pada Selasa, Damaskus menuduh AS memberikan dukungan udara untuk pemberontak, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi suku Kurdi, yang bergerak maju melawan desa-desa yang dikuasai pemerintah di sebelah timur Sungai Efrat, dekat kota Deir ez-Zor. SDF telah menerima dukungan AS selama bertahun-tahun dengan tujuan yang dinyatakan untuk memerangi ISIL (ISIS).

    (sef/sef)

  • Israel Ancam Perluas Perang Jika Hizbullah Gagalkan Gencatan Senjata

    Israel Ancam Perluas Perang Jika Hizbullah Gagalkan Gencatan Senjata

    Tel Aviv

    Israel mengancam akan kembali berperang di Lebanon jika gencatan senjata dengan Hizbullah gagal dipertahankan. Tel Aviv bersumpah bahwa kali ini, serangannya akan semakin dalam dan menargetkan negara Lebanon itu sendiri.

    Ancaman itu menjadi yang paling kuat sejak gencatan senjata disepakati di Lebanon pekan lalu, untuk mengakhiri perang selama 14 bulan antara Israel dan Hizbullah. Tel Aviv menegaskan akan meminta pertanggungjawaban pemerintah Lebanon karena gagal melucuti senjata Hizbullah yang melanggar gencatan senjata.

    “Jika kami kembali berperang, kami akan bertindak tegas, kami akan menyerang lebih dalam, dan hal terpenting yang perlu mereka ketahui: bahwa tidak akan ada lagi pengecualian bagi negara Lebanon,” tegas Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (4/12/2024).

    “Jika sampai saat ini kami memisahkan negara Lebanon dari Hizbullah… (nanti) tidak akan lagi seperti ini,” cetusnya saat berkunjung ke area perbatasan utara Israel.

    Meskipun gencatan senjata berlangsung, pasukan Israel terus melancarkan serangan di Lebanon bagian selatan. Tel Aviv mengklaim serangannya menargetkan para petempur Hizbullah yang mengabaikan perjanjian untuk menghentikan serangan dan mundur dari Sungai Litani, yang berjarak 30 kilometer dari perbatasan.

    Para petempur Hizbullah, pada Senin (2/12), menggempur sebuah pos militer Israel. Sementara otoritas Lebanon melaporkan sedikitnya 12 orang tewas akibat serangan udara Israel di wilayahnya.

    Katz, dalam pernyataannya, menyebut serangan Hizbullah itu sebagai “ujian pertama” dan menggambarkan serangan Israel sebagai respons yang kuat.

  • Siapa Saling Berperang di Suriah?

    Siapa Saling Berperang di Suriah?

    Jakarta

    Sudah empat tahun terakhir perang saudara di Suriah seakan membisu, dengan garis konflik yang tidak lagi bergeser. Satu-satunya ketegangan tercipta di barat laut. Di Aleppo, pasukan pemerintahan diktator Bashar al Assad berusaha menghalau pemberontakan yang merongrong lewat serangan-serangan kecil.

    Namun pada Rabu (27/11) pekan lalu, gerilyawan Hay’at Tahrir al-Sham, HTS, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Aleppo. Hanya butuh waktu dua hari bagi milisi sokongan Turki itu untuk memukul mundur serdadu pemerintah di seluruh penjuru kota dan desa-desa di sekitar.

    Target strategis selanjutnya adalah kota Hama yang berjarak 138 kilometer di selatan Aleppo, dan terletak di jalur utama menuju ibu kota Damaskus.

    “Bala bantuan bersenjata berat dari pemerintahan Assad tiba di Hama pada hari Minggu dan mulai bergerak ke utara, merebut kembali beberapa kota dan desa,” kata analis Nanar Hawach dari International Crisis Group, dalam wawancara dengan DW.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Dia berspekulasi bahwa serangan balasan besar-besaran akan segera terjadi. Menurutnya, fase berikutnya dari “perang saudara Suriah akan dimulai lagi dengan intensitas tinggi dalam beberapa minggu dan bulan ke depan.”

    Siapa yang beroposisi di Suriah?

    HTS, yang bermazhabkan Ahlu Sunnah, saat ini menjadi kekuatan oposisi terbesar di Suriah. Kelompok yang didirikan oleh pembelot ISIS ini ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat pada tahun 2018 dan berbaiat kepada kelompok teror Al-Qaeda.

    Kekuatan oposisi terbesar lain adalah Tentara Nasional Suriah alias SNA yang juga didukung Turki. Belum lama ini, mereka meluncurkan Operasi Fajar Kebebasan di wilayah timur laut yang dikendalikan Pasukan Demokratik Suriah Kurdi, SDF.

    Turki memandang SDF sebagai organisasi teroris, dan telah berulang kali melakukan serangan di wilayah yang mereka kuasai. Ankara juga menguasai beberapa wilayah Suriah di dekat perbatasan dan kemungkinan besar berharap bahwa kemajuan SNA akan memperluas zona penyangga di mana mereka dapat mendeportasi pengungsi Suriah.

    Siapa dukung rejim Assad?

    Di bawah dinasti Assad, Suriah bergabung ke dalam poros Moskow-Teheran yang saling melindungi kepentingan bersama. “Tentu saja kami akan terus mendukung Bashar al-Assad dan menjaga kontak pada tingkat yang tepat untuk menganalisis situasi,” kata juru bicara pemerintah Rusia Dmitry Peskov.

    Moskow telah mendukung Assad sejak perang saudara pecah pada tahun 2011 dan terlibat secara langsung sejak tahun 2015. Serangan udara Rusia terhadap kantung oposisi di Suriah membuka jalan bagi pasukan pemerintah untuk kembali berjejak di sebagian besar wilayah, kecuali di sepanjang wilayah utara.

    Hubungan baik antara Moskow dan Damaskus sudah terbina sejak era Uni Soviet. Dari sudut pandang Presiden Rusia Vladimir Putin, intervensi militer memperkuat pengaruh strategis di kawasan, dan mempermudah kerja sama dengan Iran, yang kini menjadi sekutu penting Rusia.

    Bagi Iran, rezim Assad adalah sekutu penting dalam apa yang disebut “Poros Perlawanan,” yang juga mencakup Hizbullah di Lebanon. Mirip dengan Kremlin, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, dalam percakapan telepon dengan Assad, juga menjanjikan dukungan untuk memadamkan pemberontakan.

    Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di London melaporkan, pada hari Senin (2/12), bahwa sekitar 200 pejuang milisi Syiah dari Irak telah memasuki Suriah dengan truk pickup di bawah komando Iran untuk mendukung serangan balasan tentara di dekat Aleppo.

    Sejumlah kelompok bersenjata Syiah di Irak juga mulai mendesak pemerintah secara terbuka untuk mengirimkan pasukan ke negeri jiran.

    Kenapa sekarang bereskalasi?

    “Serangan HTS yang pro-Turki adalah konsekuensi dari melemahnya fron Iran di Timur Tengah,” kata pakar Timur Tengah dan penasihat PBB Lorenzo Trombetta kepada DW.

    Kekuatan Hizbullah, yang beroperasi dari Lebanon, melemah setelah setahun berperang melawan Israel. Kelompok ini dibiayai, diperlengkapi dan dilatih oleh Iran, sementara Amerika Serikat, Jerman dan negara-negara lain mengklasifikasikannya sebagai kelompok teroris. Baru sepekan silam, Hizbullah menyepakati gencatan senjata dengan Israel.

    Israel juga telah menyerang Iran secara langsung dalam beberapa bulan terakhir dan memperluas serangannya terhadap posisi Iran di Suriah. Jalur pasokan antara Suriah dan Lebanon juga terkena dampaknya.

    Sekutu utama kedua Assad, Rusia, terikat secara militer oleh perang agresi di Ukraina. Di sana, Putin secara besar-besaran mengintensifkan upaya perang – mungkin untuk menciptakan fakta yang menguntungkannya selama pergantian pemerintahan di AS.

    HTS dan SNA kemungkinan akan mencoba hal serupa dalam fase pergolakan di Suriah saat ini. Dari sudut pandang pakar ICG Nanar Hawach, dampak apa yang akan terjadi masih belum pasti – hanya satu hal yang pasti: “Sayangnya, warga sipillah yang menanggung beban paling berat dari bentrokan ini.”

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman

    (ita/ita)

  • Netanyahu Tuduh Hizbullah Langgar Gencatan Senjata Lebanon, Ancam Balas

    Netanyahu Tuduh Hizbullah Langgar Gencatan Senjata Lebanon, Ancam Balas

    Badan keamanan negara Lebanon menyebut serangan Israel itu sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap gencatan senjata yang sedang berlangsung.

    Militer Lebanon, dalam pernyataan terpisah, melaporkan serangan drone militer Israel menghantam buldoser militer di wilayah Lebanon bagian timur laut, yang terletak dekat perbatasan Suriah. Serangan drone ini dilaporkan melukai satu tentara Lebanon.

    Ketua parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang merupakan sekutu Hizbullah dan perunding utama Beirut dalam perundingan gencatan senjata, melaporkan Lebanon telah mencatat setidaknya 54 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel sejauh ini.

    Namun Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, menolak tuduhan soal Tel Aviv telah melanggar ketentuan gencatan senjata di Lebanon.

    “Kami mendengar klaim bahwa Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata di Lebanon. Sebaliknya! Israel menegakkannya sebagai respons atas pelanggaran Hizbullah, yang menuntut tindakan segera,” tegas Saar dalam pernyataannya.

    Gencatan senjata yang diberlakukan sejak 27 November lalu itu menetapkan bahwa Israel tidak akan melancarkan operasi militer ofensif terhadap target-target sipil, militer atau target-target negara lainnya di wilayah Lebanon.

    Sementara otoritas Lebanon, menurut kesepakatan gencatan senjata itu, diwajibkan mencegah kelompok bersenjata apa pun, termasuk Hizbullah, melakukan operasi terhadap Israel. Beberapa hari terakhir, gencatan senjata itu tampak semakin rapuh dengan pelanggaran demi pelanggaran terjadi.

    (nvc/ita)

  • Israel Serang Lebanon Saat Gencatan Senjata, 2 Orang Tewas

    Israel Serang Lebanon Saat Gencatan Senjata, 2 Orang Tewas

    Belum ada pernyataan resmi dari militer Israel menanggapi laporan soal korban tewas dalam serangan di Marjayoun dan Nabatieh tersebut.

    Namun militer Tel Aviv merilis pernyataan yang mengklaim pasukannya menyerang kendaraan-kendaraan militer yang beroperasi di dekat infrastruktur militer Hizbullah di area Lembah Bekaa, Lebanon dan kendaraan militer lainnya di dekat perbatasan dengan Suriah.

    Dalam pernyataannya, militer Israel mengakui seorang tentara Lebanon luka-luka akibat salah satu serangannya dan mengatakan insiden itu sedang ditinjau.

    Hizbullah Tuduh Israel Langgar Gencatan Senjata

    Ketua parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang merupakan sekutu Hizbullah dan perunding utama Beirut dalam perundingan gencatan senjata, melaporkan Lebanon telah mencatat setidaknya 54 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel sejauh ini.

    Dalam pernyataan yang dirilis oleh kantornya, Berri mendesak komite yang bertugas memantau gencatan senjata untuk “segera” mulai bekerja dan untuk “mewajibkan” Israel menghentikan pelanggarannya serta segera menarik pasukan mereka dari tanah Lebanon.

    “Tindakan agresif yang dilakukan pasukan pendudukan Israel merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap ketentuan perjanjian gencatan senjata,” sebut Berri dalam pernyataannya.

    Israel Bantah Langgar Gencatan Senjata di Lebanon

    “Kami mendengar klaim bahwa Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata di Lebanon. Sebaliknya! Israel menegakkannya sebagai respons atas pelanggaran Hizbullah, yang menuntut tindakan segera,” tegas Saar dalam pernyataannya.

    Televisi lokal Israel, Kan, dan media-media Israel lainnya melaporkan pada Senin (2/12) bahwa Utusan Khusus AS Amos Hochstein, yang menjadi mediator gencatan senjata, telah memperingatkan Israel terhadap dugaan pelanggaran gencatan senjata.

    (nvc/ita)

  • Seorang Tentara Lebanon Kembali Tewas akibat Serangan Israel di Tengah Perjanjian Gencatan Senjata

    Seorang Tentara Lebanon Kembali Tewas akibat Serangan Israel di Tengah Perjanjian Gencatan Senjata

    GELORA.CO – Serangan drone Israel kembali menyebabkan seorang tentara Lebanon terluka pada Senin (2/12/2024).

    Serangan drone Israel itu terjadi di Hermel, Lebanon Timur di tengah kesepakatan gencatan senjata.

    Adapun drone Israel itu mengenai sebuah buldoser milik buldoser.

    Diketahui, buldoser itu tengah melakukan pekerjaan di dalam situs militer Abbara di area Hosh Sayyed Ali Hermel.

    Hal itu diberitakan oleh Kantor Berita Negara NNA dan juga media Lebanon.

    Parahnya, serangan itu juga terjadi tidak lama setelah Lebanon menyatakan ada tubuh seorang perwiranya yang hilang sejak 26 November lalu.

    Tubuh perwira itu baru-baru ini dikabarkan ditemukan di daerah Kota Naquora, Lebanon Selatan.

    Sementara itu, pada 27 November, dilakukan perjanjian gencatan senjata antara Lebanon dan Israel.

    Perjanjian itu mengakhiri pertemuan 14 bulan lebih yang terjadi antara kedua negara, termasuk kelompok perlawanan Hizbullah.

    Serangan Israel dikabarkan telah menewaskan lebih dari 3.960 orang dan sebanyak 16.500 lainnya mengalami luka-luka.

    Selain itu, lebih dari 1 juta orang harus mengungsi dari rumahnya sejak Oktober 2023 lalu.

  • Korban Tewas Akibat Perang Israel Vs Hizbullah di Lebanon Capai 4.047 Orang

    Gencatan Senjata Dilanggar Saat Israel Lancarkan Serangan di Lebanon

    Gencatan senjata dilanggar

    Militer Israel kembali menyerang sejumlah target Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan dalam waktu 24 jam terakhir. Serangan ini dilancarkan saat gencatan senjata yang rapuh telah diberlakukan selama beberapa hari di wilayah Lebanon.

    Dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir AFP, Senin (2/12/2024), militer Israel menyebut pasukannya bertindak untuk “menghilangkan ancaman-ancaman” yang melanggar “ketentuan perjanjian gencatan senjata”.

    Di antara insiden-insiden yang terjadi, militer Israel mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi “beberapa teroris bersenjata yang di dekat sebuah gereja di Lebanon bagian selatan yang secara aktif oleh” Hizbullah pada Sabtu (30/11) waktu setempat.

    “Tentara-tentara kami menembaki para teroris dan melenyapkan mereka,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Ditambahkan militer Israel, dalam pernyataannya, bahwa dalam pemeriksaan selanjutnya di area tersebut, pasukannya “menemukan terowongan yang berisi persenjataan”.

    Kantor berita resmi Lebanon, National News Agency (NNA), melaporkan secara terpisah bahwa “pelanggaran terus-menerus terhadap gencatan senjata” terus terjadi di wilayah Lebanon bagian selatan oleh pasukan militer Israel pada Minggu (1/12) waktu setempat.

    Dilaporkan NNA bahwa rentetan insiden, termasuk “pesawat-pesawat tempur musuh yang melancarkan serangan” terhadap desa perbatasan Yarun pada Minggu (1/12) pagi waktu setempat.

    (dnu/dnu)

  • Update Terbaru Perang Gaza, Israel-Hamas Jadi Damai?

    Update Terbaru Perang Gaza, Israel-Hamas Jadi Damai?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertempuran masih terus terjadi antara Israel dan milisi Gaza Palestina, Hamas. Peperangan ini pecah sejak 7 Oktober 2023 lalu setelah Hamas menyerbu sejumlah wilayah Israel Selatan.

    Sejauh ini, perdamaian masih terus diupayakan antara keduanya. Pada Minggu (1/12/2024), sumber Hamas dan Israel mengatakan Hamas telah datang ke Kairo, Mesir, dalam upaya gencatan senjata baru di Gaza. Diketahui, Mesir merupakan salah satu pihak yang vokal menyuarakan perdamaian di daerah Palestina itu.

    “Para pemimpin Hamas mengadakan pembicaraan dengan pejabat keamanan Mesir pada hari Minggu dalam upaya baru untuk gencatan senjata dalam perang Gaza,” kata dua sumber Hamas kepada Reuters.

    “Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengadakan pembicaraan keamanan mengenai masalah tersebut,” timpal dua sumber Israel.

    Kunjungan Hamas ke Kairo adalah yang pertama sejak Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka akan menghidupkan kembali upaya bekerja sama dengan Qatar, Mesir, dan Turki untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza. Kesepakatan juga akan mencakup hal-hal terkait sandera Israel di Gaza.

    Sejauh ini, dalam sejumlah putaran negosiasi selama setahun terakhir, Hamas bersikeras bahwa kesepakatan apa pun harus diakhiri dengan Israel yang mengakhiri perang. Di sisi lain, Israel mengatakan perang akan berakhir ketika Hamas tidak lagi memerintah Gaza atau menjadi ancaman bagi Israel.

    Atas adanya progres pertemuan dan perundingan ini, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan bahwa menurutnya peluang gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan di wilayah Palestina sekarang lebih mungkin terjadi.

    “(Hamas) terisolasi. Hizbullah tidak lagi berperang dengan mereka, dan para pendukung mereka di Iran dan tempat lain disibukkan dengan konflik lain,” katanya kepada CNN pada hari Minggu.

    “Jadi saya pikir kita mungkin memiliki kesempatan untuk membuat kemajuan, tetapi saya tidak akan memprediksi dengan tepat kapan itu akan terjadi … kita sudah begitu dekat berkali-kali dan tidak mencapai garis finis.”

    Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan pada hari Minggu bahwa ada beberapa indikasi kemajuan menuju kesepakatan penyanderaan tetapi persyaratan Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah.

    “Kita akan tahu dalam beberapa hari mendatang. Dari sudut pandang kami, pemerintah Israel, ada keinginan untuk maju ke arah ini,” katanya pada konferensi surat kabar Israel Hayom.

    (fab/fab)

  • Warga Lebanon Mengenang Mendiang Pemimpin Hizbullah Nasrallah

    Warga Lebanon Mengenang Mendiang Pemimpin Hizbullah Nasrallah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kerumunan orang berkumpul untuk mengenang mendiang Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada Sabtu (30/11).

    Bagikan:

    url telah tercopy