Organisasi: Hizbullah

  • PBB Tuduh Israel Langgar Gencatan Senjata, Hizbullah Geram

    PBB Tuduh Israel Langgar Gencatan Senjata, Hizbullah Geram

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon menuduh Israel melakukan “pelanggaran berat” terhadap resolusi Dewan Keamanan tahun 2006 yang menjadi dasar gencatan senjata dengan Hizbullah pada November lalu.

    Pernyataan dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) itu muncul ketika pemimpin Hizbullah Naim Qassem memperingatkan kesabaran kelompok militan itu terhadap pelanggaran Israel bisa habis sebelum berakhirnya masa berlaku gencatan senjata selama 60 hari.

    Gencatan senjata tersebut mulai berlaku sejak 27 Novembe. Namun, baik Israel dan Hizbullah saling tuduh pelanggaran dari kedua belah pihak.

    “Pagi ini, pasukan penjaga perdamaian mengamati sebuah buldoser (militer Israel) menghancurkan tong biru yang menandai garis penarikan antara Lebanon dan Israel di Labbouneh, serta sebuah menara pengamatan milik Angkatan Bersenjata Lebanon tepat di samping posisi UNIFIL di sana,” ungkap pasukan penjaga perdamaian, Sabtu (4/1), melansir AFP.

    “Penghancuran yang disengaja dan langsung terhadap properti UNIFIL yang dapat diidentifikasi dengan jelas dan infrastruktur milik Angkatan Bersenjata Lebanon merupakan pelanggaran mencolok terhadap Resolusi 1701 dan hukum internasional.”

    Pasukan tersebut meminta “semua pihak untuk menghindari tindakan apa pun, termasuk penghancuran properti dan infrastruktur sipil, yang dapat membahayakan penghentian permusuhan”.

    Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, tentara Lebanon akan dikerahkan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB di selatan saat tentara Israel menarik diri selama 60 hari.

    Hizbullah akan menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, atau sekitar 30 kilometer (20 mil) dari perbatasan, dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.

    Pada akhir Desember, pasukan penjaga perdamaian PBB menyatakan keprihatinannya atas kerusakan yang “terus berlanjut” yang dilakukan oleh militer Israel di Lebanon selatan.

    Sementara itu, terkait serangan udara yang mereka lancarkan pada Kamis (2/1), militer Israel mengatakan bahwa mereka bertindak untuk menghilangkan ancaman terhadap Israel “sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata”.

    Qassem mengatakan bahwa Hizbullah telah memutuskan untuk menunjukkan kesabaran, namun memperingatkan bahwa hal itu tidak akan berlangsung selamanya.

    “Kami telah mengatakan bahwa kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran Israel dan untuk mengimplementasikan perjanjian, dan kami akan bersabar,” katanya, menekankan: “Ini tidak berarti bahwa kami akan menunggu selama 60 hari.

    “Kepemimpinan perlawanan menentukan kapan harus bersabar, kapan harus mengambil inisiatif, dan kapan harus merespons,” katanya.

    4 Alasan Amerika Serikat Selalu ‘Loyal’ Dukung Israel (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia) (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Video: AS Mau Jual Amunisi Jet Tempur USD 8 Miliar ke Israel

    Video: AS Mau Jual Amunisi Jet Tempur USD 8 Miliar ke Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia- Laporan Axios pada Jum’at (03/01) mengatakan Pemerintahan Presiden Joe Biden secara informal telah memberi tahu Kongres AS tentang usulan penjualan senjata senilai USD 8 miliar ke Israel.

    Kesepakatan tersebut akan memerlukan persetujuan dari komite DPR dan Senat AS karena yang mencakup penjualan amunisi untuk jet tempur dan helikopter serang yang penting bagi Israel guna mempertahankan diri dari ancaman pesawat tanpa awak

    Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan terkait penjualan peluru artileri dan rudal udara-ke-udara untuk jet tempur ke Israel

    Sebelumnya, Pemerintah Biden di tengah kritik internasional mengatakan bahwa mereka membantu sekutunya Israel untuk mempertahankan diri dari kelompok militan yang didukung Iran seperti Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.

    Presiden Joe Biden sendiri akan meninggalkan jabatannya pada tanggal 20 Januari dan digantikan Donald Trump.

  • Pukulan Telak Buat AS, Drone MQ-9 Reaper ke-14 Ditembak Jatuh Houthi di Marib: Rp 6,8 Triliun Hangus – Halaman all

    Pukulan Telak Buat AS, Drone MQ-9 Reaper ke-14 Ditembak Jatuh Houthi di Marib: Rp 6,8 Triliun Hangus – Halaman all

    Pukulan Telak Buat AS, Drone MQ-9 Reaper ke-14 Ditembak Jatuh Houthi di Marib: Rp 6,8 T Hangus

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang terafiliasi kelompok bersenjata Houthi dilaporkan telah menembak jatuh pesawat nirawak MQ-9 Reaper Amerika Serikat (AS) yang ke-14 Kamis (2/1/2025).

    Laporan ini datang hanya beberapa hari setelah Houthi menembak jatuh pesawat nirawak canggih ke-13 milik AS tersebut.

    Brigadir Jenderal Yahya Saree, juru bicara pasukan YAF, menyatakan bahwa drone MQ-9 Reaper ke-14 AS ini dicegat saat “melaksanakan misi yang mengancam keamanan Yaman” di wilayah Marib, Suriah.

    Saree mengklaim kalau pesawat tak berawak canggih AS, yang bernilai sekitar 30 juta dolar AS (Rp 486 miliar), ditembak jatuh menggunakan rudal Saqr 358.

    Rudal Saqr, menurut klaim Houthi, diproduksi di dalam negeri.
     
    Sejak Oktober tahun lalu, militer AS telah kehilangan 14 pesawat tak berawak MQ-9 Reaper yang diperkirakan bernilai 420 juta dolar AS (setara Rp 6, 8 triliun) akibat serangan petempur Houthi.

    “Hilangnya 14 pesawat tak berawak berteknologi tinggi merupakan pukulan telak bagi operasi militer AS,” tulis laporan situs militer DAS, dikutip Jumat (3/1/2025).

    Sabtu lalu, Angkatan Udara AS kehilangan pesawat tak berawak MQ-9 Reaper ke-13, yang ditembak jatuh oleh pasukan Houthi di atas wilayah Bayda, Yaman.

     

    Puing-puing pesawat nirawak MQ-9 Reaper setelah ditembak jatuh oleh pejuang Houthi di Yaman. (foto arsip) (DSA)

    Bisa Terbang Hingga 27 Jam

    Militer AS menggunakan MQ-9 Reaper, yang dikembangkan oleh General Atomics Aeronautical Systems (GASI), untuk mengamankan wilayah maritim di lepas pantai Yaman, Laut Merah, untuk pengiriman komersial. 

    AS juga menggunakan drone itu untuk melakukan operasi pengintaian dan pengeboman di tanah Yaman.
      
    Secara teknis, MQ-9 Reaper dapat beroperasi hingga 27 jam terus menerus pada ketinggian 50.000 kaki, membawa muatan melebihi 1,7 ton, termasuk sensor canggih dan komponen elektronik sensitif.

    Drone MQ-9 Reaper (DSA)

    Terutama digunakan untuk misi Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian (ISR), drone ini juga dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire, bom GBU-12 Paveway II, dan GBU-38 Joint Direct Attack Munition (JDAM) untuk operasi penyerangan.

    Hingga tahun 2021, militer AS, khususnya Angkatan Udara AS (USAF), mengoperasikan lebih dari 300 drone MQ-9 Reaper, yang pertama kali diperkenalkan ke satuan tempur pada tahun 2007.

    AS berencana untuk memensiunkan MQ-9 Reaper pada tahun 2035.

    Rudal mode ganda “Saqr 358” buatan Iran. (DSA)

    Seputar Rudal Saqr 358

    Pihak Houthi mengklaim MQ-9 Reaper ke-14 ditembak jatuh menggunakan rudal Saqr 358 mode ganda.

    Rudal Saqr 358 menggabungkan kemampuan pesawat tak berawak kamikaze dengan fungsi antipesawat, khususnya menargetkan pesawat tak berawak musuh yang dioperasikan oleh musuh Iran di zona konflik Timur Tengah.

    Dikembangkan oleh Iran, rudal canggih ini secara efektif digunakan oleh pasukan proksi Iran, termasuk Houthi di Yaman, serta kelompok bersenjata di Irak dan Hizbullah di Lebanon selatan.

    Fleksibilitas dan efektivitas rudal Saqr 358 menjadikannya senjata pilihan bagi proksi Iran, yang memungkinkan mereka mengganggu pengintaian dan pengawasan musuh, khususnya oleh Israel dan Amerika Serikat.

    Sedikit yang diketahui tentang spesifikasi teknis rudal tersebut, tetapi Saqr 358 berukuran panjang sekitar 3 meter dengan diameter rudal 152 mm.

    Dengan berat 50 kg, rudal ini ditenagai oleh mesin turbojet kecil dan dapat menyerang target pada jarak 10 km hingga 100 km.

    Rudal tersebut membawa hulu ledak fragmentasi tinggi seberat 10 kg dan tidak memerlukan sistem peluncuran yang canggih, membuatnya mudah untuk dipindahkan dan disebarkan.

    Rudal mode ganda ini juga telah dipamerkan di beberapa parade militer Iran yang menampilkan Saqr 358.

    Teknologi Houthi Lebih Canggih dari yang Diperkirakan Israel

    Terkait kemampuan militer Houthi, seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

    Kelompok Ansarallah Houthi Yaman meneguhkan dukungan ke Perlawanan Palestina dengan meningkatkan serangan ke Israel. (Khaberni)

    Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.

    Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”

    Houthi ‘The Last Man Standing’

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Kawah besar tercipta di Israel setelah rudal yang ditembakkan Houthi menghantam Tel Aviv, Sabtu dini hari, 21 Desember 2024. (Jack GUEZ / AFP)

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

    (oln/DSA/*)

  • 1000 Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Lebanon, Makin Tak Terkendali dan Kian Merajalela – Halaman all

    1000 Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Lebanon, Makin Tak Terkendali dan Kian Merajalela – Halaman all

    1000 Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Lebanon, Makin Tak Terkendali dan Kian Merajalela

    TRIBUNNEWS.COM- Di bawah pengawasan utusan khusus AS dan mantan tentara Israel Amos Hochstein, Beirut dan Tel Aviv mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 27 November setelah hampir 14 bulan konflik sengit dengan latar belakang perang di Gaza. 

    Militer Israel berjanji akan menarik diri dari wilayah Lebanon dalam waktu 60 hari sejak perjanjian tersebut diberlakukan. 

    Untuk memastikan kepatuhan, sebuah komite pemantauan yang dipimpin oleh Jenderal AS Jasper Jeffers dibentuk, dengan fokus pada penegakan penghentian permusuhan dan implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 .

    Pelanggaran Israel yang merajalela

    Namun Israel segera merusak gencatan senjata, melakukan hampir 1.000 pelanggaran dalam bulan pertama saja – salah satu dari banyak kasus pengabaian perjanjian internasional oleh negara pendudukan. 

    Selama pertemuan komite gencatan senjata baru-baru ini, pejabat Israel membantah adanya pelanggaran dan menyatakan tidak ada batas waktu 60 hari untuk menarik pasukan mereka. 

    Pejabat AS yang hadir tidak melakukan apa pun – tetapi mereka mungkin harus segera bertindak: Hizbullah bersumpah untuk ‘melawan’ pelanggaran setelah gencatan senjata berakhir.

    Selain itu, pasukan pendudukan terus-menerus menghalangi pengerahan tentara Lebanon di titik-titik penting di Lebanon selatan, dan telah membocorkan rencana bahwa Tel Aviv bermaksud untuk mempertahankan kendali atas wilayah-wilayah strategis di negara tersebut. 

    Laporan-laporan menunjukkan bahwa ada upaya Israel yang sedang berlangsung untuk membangun zona penyangga keamanan yang membentang dari Abbad hingga desa-desa Odaisseh dan Kfar Kila.

    Sementara itu, sejak awal gencatan senjata, Hizbullah meyakinkan pemerintah Lebanon bahwa mereka tidak akan melakukan pembalasan selama masa gencatan senjata 60 hari, mematuhi secara ketat ketentuan perjanjian dan mengizinkan pemerintah dan tentara untuk mengatasi provokasi harian Israel. 

    Gencatan senjata tersebut menyusul tekanan internal dan internasional yang kuat terhadap gerakan perlawanan untuk menghentikan pertempurannya dengan Israel, terutama saat Israel mulai memperluas target pembomannya di seluruh negeri. 

    Pada saat yang sama, Israel – setelah gagal mencapai tujuan perang yang dinyatakan dan mengalami kerugian pasukan setiap hari dalam invasi darat mereka – mendesak keras gencatan senjata, dengan alasan perlunya mencegah eskalasi yang dapat meluas ke Beirut, yang berisiko menimbulkan korban sipil massal.

    Perjanjian ini mungkin tidak ideal bagi kedua belah pihak, tetapi dapat dilaksanakan. Israel mencapai keberhasilan nyata tetapi gagal menghancurkan Hizbullah atau melenyapkannya sebagai sebuah organisasi. Bagi Hizbullah, prioritasnya adalah mengakhiri perang untuk menghentikan kehancuran, terlepas dari kerusakan yang dideritanya.

    Akibatnya, kedua belah pihak mencapai kesepakatan yang digambarkan Hizbullah sebagai pengulangan Resolusi 1701. Kesepakatan ini bukanlah kesepakatan penghinaan atau kekalahan, bertentangan dengan cara musuh kelompok tersebut menggambarkannya.

    Penting untuk dicatat bahwa Hizbullah memilih jalan tengah antara seruan Hamas untuk memicu konflik yang lebih luas di bawah panji “Banjir Al-Aqsa” dan kebijakan non-intervensi, mengingat bahwa pimpinan gerakan Palestina tidak melibatkan Hizbullah dalam keputusannya untuk berperang.

    Secara etis, Hizbullah memilih untuk membuka front dukungan terbatas, dengan jelas mendefinisikan tujuannya: untuk menguras habis militer Israel dan menekannya agar menghentikan serangan terhadap Gaza. Namun, perhitungan ini kemudian terbukti keliru.

    Ketika front pendukung meningkat menjadi perang besar-besaran, Hizbullah menyatakan bahwa tujuannya adalah menghentikan konflik. Ketika Israel meminta penghentian permusuhan, Hizbullah setuju dengan syarat-syarat yang dapat diterima.

    Akhirnya, setelah lebih dari setahun konflik yang dipicu oleh Operasi Banjir Al-Aqsa yang dipimpin Hamas, Hizbullah dan Israel mencapai kesepakatan 13 poin yang dimediasi oleh AS dan Prancis. 

    Sementara Tel Aviv setuju untuk menarik diri dari wilayah Lebanon dalam waktu 60 hari, tindakannya selama gencatan senjata menggambarkan dorongan tanpa henti untuk mencapai secara militer apa yang tidak dapat dicapainya selama perang. 

    Kerusakan yang dialami rumah-rumah dan kota-kota Lebanon selama bulan pertama gencatan senjata sudah jauh melebihi kerusakan yang terjadi selama konflik, dengan desa-desa seperti Bani Hayyan, Markaba, Shama, Al-Bayada, dan Wadi al-Hujayr mengalami kerusakan yang sangat parah.

    Pelanggaran Israel yang terang-terangan tidak hanya terbatas pada kota-kota perbatasan. Pelanggaran gencatan senjatanya meliputi operasi pesawat tanpa awak yang dilarang di atas Beirut dan pinggiran selatannya, serta serangan militer besar-besaran di desa-desa di Lembah Bekaa bagian timur.

    AS menutup mata

    Komite pemantau gencatan senjata, yang dipimpin oleh sekutu paling setia Tel Aviv, telah menghadapi tantangan yang signifikan, sebagian besar disebabkan oleh keengganan Israel untuk mematuhi ketentuan gencatan senjata. 

    Sumber-sumber mengungkapkan kepada The Cradle bahwa sejauh ini, dua pertemuan telah diadakan di markas besar Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) di Naqoura, Lebanon selatan, dengan kehadiran para perwira Israel, diikuti oleh pertemuan ketiga yang dihadiri oleh Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati – tanpa kehadiran pihak Israel.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa pertemuan pertama hanya berlangsung selama 40 menit, terbatas pada diskusi pendahuluan mengenai topik-topik inti. Namun, sesi kedua diwarnai oleh perselisihan, karena pihak Israel gagal menegakkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati sebelumnya. 

    Selama pertemuan itu, menjadi jelas bagi semua pihak bahwa meskipun tentara Lebanon telah merampungkan dan menyetujui rencana penempatan pasukan di wilayah barat, tengah, dan timur, Israel menolak untuk menyampaikan strategi penarikan pasukan. 

    Sebaliknya, mereka menyalahkan tentara Lebanon atas apa yang mereka sebut sebagai “penempatan pasukan yang lambat”, yang selanjutnya menunjukkan bahwa batas waktu gencatan senjata 60 hari hanyalah simbolis, tidak mengikat bagi penarikan pasukan Israel, dan hanya ditujukan untuk penarikan pasukan Hizbullah dari selatan Sungai Litani.

    Perwakilan Israel melangkah lebih jauh, dengan mengklaim tanpa dasar bahwa tentara Lebanon tidak mempunyai niatan untuk melaksanakan ketentuan perjanjian untuk menarik Hizbullah dari selatan Litani . 

    Selama diskusi, Jenderal Lebanon Edgar Lowndes dikabarkan telah keluar dari pertemuan setelah terjadi perdebatan sengit dengan pihak Israel, yang menganggap remeh serangan berulang-ulang di Lebanon sebagai hal yang tidak penting dan menolak menggolongkannya sebagai pelanggaran perjanjian. 

    Delegasi Israel secara khusus menyatakan bahwa penggunaan pesawat tanpa awak di wilayah udara Lebanon bukanlah pelanggaran gencatan senjata, yang menunjukkan bahwa pelanggaran udara akan terus berlanjut tanpa kendali.

    Pejabat utama AS – seorang jenderal – membawa Lowndes kembali ke pertemuan tersebut dan mencoba agar prosesnya lebih formal setelahnya. 

    Setelah sesi tersebut, kontak tingkat tinggi terjadi antara berbagai anggota komite, dengan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengumpulkan perwira Prancis dan Amerika serta Komandan UNIFIL untuk menekankan perlunya Israel menghormati perjanjian yang ditandatangani bahwa tentara Israel akan menarik diri dari wilayah Lebanon dalam batas waktu yang disepakati. 

    Dalam konteks ini, jenderal AS mengonfirmasi bahwa utusan Hochstein akan berpartisipasi dalam pertemuan komite berikutnya pada tanggal 6 Januari untuk mengonfirmasi isu-isu yang ambigu, dan setuju dengan mitranya dari Lebanon bahwa Israel melanggar gencatan senjata melalui tindakannya. 

    Kesabaran di tengah provokasi 

    Sementara Hizbullah telah menahan diri dan tidak memberikan respons signifikan apa pun selain pembalasan tunggal di ” lokasi Ruwaisat al-Alam milik tentara musuh Israel di Perbukitan Kfar Shuba Lebanon yang diduduki ,” provokasi Israel terus menguji batas gencatan senjata setiap hari. Seperti yang diinformasikan oleh sumber yang dekat dengan Hizbullah kepada The Cradle:

    “Kami akan bersabar hingga periode 60 hari berakhir dan peluang diplomatik habis, dan setelah itu tidak ada solusi selain perlawanan.”

    Mediator internasional kini menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menegakkan perjanjian tersebut, dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri menekankan pentingnya keterlibatan Prancis dalam proses pemantauan, mengingat keberpihakan AS terhadap Israel. 

    Kementerian Luar Negeri Lebanon mengajukan pengaduan resmi kepada Dewan Keamanan PBB, dengan menyebutkan 816 pelanggaran antara 27 November dan 22 Desember. Perdana Menteri Mikati telah menyerukan penerapan Resolusi 1701 secara cepat dan menyeluruh, dengan memperingatkan bahwa penundaan dapat semakin mengganggu stabilitas kawasan. 

    Beirut juga menyerukan “peningkatan dukungan bagi UNIFIL dan tentara Lebanon untuk menjamin perlindungan kedaulatannya dan menciptakan kondisi keamanan yang diperlukan guna memulihkan stabilitas dan keadaan normal di wilayah selatan negara tersebut.”

    Jelaslah bahwa Israel memanfaatkan posisi yang dianggap lebih unggul untuk memanipulasi perjanjian gencatan senjata, menafsirkan ketentuan-ketentuannya agar selaras dengan tujuan-tujuan strategisnya. 

    Dengan bertindak seolah-olah keseimbangan kekuatan telah bergeser secara permanen ke arah yang menguntungkannya, negara pendudukan tersebut tidak hanya menantang pihak Lebanon tetapi juga secara terbuka mengabaikan perjanjian tersebut dengan tindakan-tindakan seperti pelanggaran udara, yang dibenarkan dengan kedok pembelaan diri. 

    Provokasi ini, ditambah dengan ancaman untuk menyalakan kembali permusuhan dan mengusir secara paksa Hizbullah, mengungkap upaya terencana untuk menetapkan fakta baru di lapangan yang tidak pernah menjadi bagian dari kesepakatan awal.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • ‘Digusur’ Hizbullah, Pemukim Israel Utara Akan Diminta Balik, Dijanjikan Rp66 Juta Per Kepala – Halaman all

    ‘Digusur’ Hizbullah, Pemukim Israel Utara Akan Diminta Balik, Dijanjikan Rp66 Juta Per Kepala – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pemukim di Israel utara yang mengungsi karena serangan Hizbullah akan diminta kembali ke rumah masing-masing.

    Sejak perang di Jalur Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2024, Hizbullah mulai rajin menyerang Israel utara sebagai bentuk dukungan kepada warga Palestina di Gaza yang diinvasi Israel.

    Adapun saat ini Israel dan Hizbullah sedang memberlakukan gencatan senjata selama 60 hari.

    Surat kabar Israel Hayom pada hari Selasa, (31/12/2024), menyebut pemerintah Israel telah mengungkapkan rencana untuk mengembalikan para pemukim itu.

    Mereka akan mulai dikembalikan ke rumah masing-masing apa akhir Februari 2025 ketika gencatan itu berakhir dan jika situasi keamanan memungkinkan.

    Dikutip dari The Cradle, saat ini ada sekitar 60.000 pemukim Israel yang mengungsi dari pemukiman di dekat perbatasan Israel-Lebanon. Mereka lari menyelamatkan diri dari serangan roket, rudal, dan drone Hizbullah.

    Asap membumbung di Kota Safed, Israel Utara, setelah kota itu dibombardir Hizbullah. (Khaberni/HO)

    Meski sudah ada pengumuman gencatan senjata lima minggu lalu, media Israel menyebut baru seperempat pemukim yang kembali ke Israel utara.

    Jumlah yang kembali ke pemukiman dekat pagar perbatasan lebih sedikit lagi. Adapun di pemukiman Metula baru ada 20 pemukim yang kembali.

    Karena hanya sedikit yang ingin kembali, pemerintah Israel memutuskan memberikan bantuan bagi pemukim yang bersedia balik.

    Pertama, setiap keluarga akan menerima 15.000 shekel atau sekitar Rp66 juta sebagai kompensasi atas kerusakan rumah mereka akibat perang.

    Kedua, setiap orang dewasa akan menerima Rp66 juta, lalu setiap anak akan menerima Rp35,6 juta.

    Sejak perang meletus, keluarga pengungsi mendapat bantuan akomodasi tinggal di hotel-hotel.

    Keluarga yang anak-anaknya berada di sekolah dan enggan kembali ke rumah hingga tahun ajaran rampung akan terus menerima bantuan tempat tinggal.

    Adapun keluarga yang tinggal di tiga pemukiman dekat perbatasan, yakni Metula, Manara, dan Avivim, akan tetap tinggal di luar area itu hingga infrastruktur diperbaiki dan layanan setempat dipulihkan.

    Di sisi lain, kemungkinan berlanjutnya pertempuran antara Israel dan Hizbullah sesudah gencatan senjata membuat para pemukim enggan bergegas kembali ke rumah.

    “Mereka tidak berbicara kepada kami. Kami bahkan tidak tahun apa sedang terjadi,” kata salah satu pemukim.

    Ribuan bangunan dihancurkan Hizbullah

    Pada bulan November 2023 surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan ada lebih dari 9.000 bangunan dan 7.000 kendaraan di Israel utara yang rusak atau dihancurkan Hizbullah.

    “Hampir tidak ada bangunan yang tidak memerlukan renovasi atau penghancuran dan pembangunan kembali,” kata media itu.

    “Sekitar 140 juta shekel telah dibayarkan untuk kompensasi atas kerusakan.”

    Di samping itu, media tersebut juga mengatakan ada banyak korban luka di utara yang belum dilaporkan karena korban sedang dievakuasi atau karena korban berada di area yang tidak bisa dimasuki.

    Kiryat Shmona, Manara, Shtula, Zarit, Nahariya, dan Shlomi menjadi kota dan pemukiman yang terdampak paling parah. Sebagian besar kerusakan terjadi pada bangunan tempat tinggal.

    Yedioth Ahronoth menyebut kerusakan di Israel utara tidak terdokumentasi dengan baik dan “diselimuti kabut tebal”.

    Wali Kota Kiryat Shmona, Avichai Stern, menyebut kerusakan di daerahnya bahkan sampai “tidak terbayangkan”.

    Dia menyebut setiap rumah di Kiryat Shmona memerlukan renovasi yang menelan waktu hingga berbulan-bulan. Bangunan masyarakat juga rusak. Renovasi sekolah memerlukan waktu sekitar 4 bulan.

    Sementara itu, Moshe Davidovitz yang menjadi Ketua Forum Pemukiman di Jalur Konflik mengatakan pemerintah Israel tak punya bayangan tentang seberapa besar kerusakan di sana.

    “Negara Israel tak punya ide tentarang seberapa besar kerusakannya dan apa yang yang harus diselesaikan dan dilakukan setelah perang,” kata Davidovitz.

    (Tribunnews/Febri)

  • Rudal dari Gaza dan Yaman Guyur Israel, Pemukim Yahudi Panik Berlarian Sampai Tertabrak Mobil – Halaman all

    Rudal dari Gaza dan Yaman Guyur Israel, Pemukim Yahudi Panik Berlarian Sampai Tertabrak Mobil – Halaman all

    Rudal dari Gaza & Yaman Guyur Israel, Pemukim Yahudi Panik Sampai Tertabrak Mobil

     

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan rudal yang diluncurkan oleh sejumlah milisi perlawanan lintas teritorial serta dari sejumlah lokasi berbeda dilaporkan menyasara wilayah pendudukan Israel, Selasa (31/12/2024).

    Rudal-rudal ke Israel itu datang dari milisi perlawanan Palestina di Jalur Gaza dan kelompok Ansarallah (Houthi) Yaman.

    Radio Pasukan Pendudukan Israel (IDF) melaporkan peluncuran dua roket dari Jalur Gaza.

    “Satu roket dicegat dan lainnya mendarat di area terbuka,” kata pernyataan IDF.

    Koresponden RNTV melaporkan, sirene peringatan diaktifkan dan meraung-raung di permukiman Yahudi Israel dekat perbatasan selatan Gaza.

    Dalam perkembangan terpisah, IDF mengumumkan bahwa Brigade Nahal menyelesaikan operasi tempurnya di Rafah di Gaza selatan dan sekarang akan dikerahkan kembali ke Beit Hanoun di utara.

    Pemukim Yahudi Panik hingga Tertabrak Mobil

    Palang Merah Israel mengatakan awaknya menangani dua korban jiwa, salah satunya adalah korban kecelakaan lalu lintas akibat kepanikan yang melanda warga Israel saat berlari menuju tempat perlindungan.

    Pihak Palang Merah Israel menjelaskan kalau seorang pemukim perempuan terluka setelah dia ditabrak mobil di daerah Ayalon ketika dia melarikan diri ke tempat penampungan kemarin untuk menghindari serangan rudal Yaman di Tel Aviv.

    Kelompok Houthi mengumumkan – Selasa pagi – bahwa mereka mengebom Bandara Ben Gurion dengan rudal balistik hipersonik, dan mereka juga menargetkan pembangkit listrik di selatan Yerusalem yang diduduki dengan rudal balistik.

    Dalam foto selebaran yang disediakan oleh pusat media Houthi, para petempur Houthi berpartisipasi dalam latihan militer pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (HandOut/Houthi via Getty Images)

    Belasan Serangan dalam 10 Hari

    Sebelum serangan terbarunya pada Selasa hari ini, Kelompok Ansarallah (Houthi) menyatakan melancarkan 13 serangan terhadap target-target Israel dalam 10 hari terakhir, kata gerakan di Yaman itu pada Minggu (29/12/2024).

    Situs web lokal yang terkait dengan Kementerian Pertahanan yang dikelola Houthi di Sanaa, Yaman, mengatakan sebagian besar serangan Houthi menargetkan Tel Aviv di Israel tengah menggunakan rudal balistik hipersonik selama periode 19 hingga 28 Desember.

    Sebelumnya pada Sabtu, rudal Houthi menargetkan Pangkalan Udara Nevatim di wilayah Negev, Israel selatan.

    Angkatan bersenjata Yaman yang terafiliasi Houthi mengatakan kalau serangan tersebut “berhasil mengenai sasarannya.”

    Selain sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, Houthi menyatakan kalau serangan-serangan itu sebagai balasan atas serangan udara Israel di Yaman.

    Pada Kamis kemarin, Israel melancarkan serangan udara terhadap posisi yang dikuasai Houthi di ibu kota Sanaa, dan provinsi pesisir Al-Hudaydah.

    Houthi menjelaskan, pada Sabtu mereka telah meluncurkan rudal balistik hipersonik yang menargetkan Pangkalan Udara Nevatim di wilayah Negev selatan Israel.

    Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan dalam pidato yang direkam kalau operasi itu dilancarkan menggunakan rudal hipersonik Palestine 2.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Pangkalan Nevatim, Rumah Jet Siluman F-35 Adir

    Pangkalan udara Nevatim adalah milik militer pendudukan Israel (IDF).

    Nevatim merupakan salah satu pangkalan udara starategis yang paling signifikan dan terbesar di seluruh Israel.

    Terbilang luas, pangkalan ini memiliki 3 landasan pacu dan Skuadron 140 atau Skuadron Golden Eagle.

    Tak hanya itu, berbagai macam skuadron berada di pangkalan Nevatim.

    Di antaranya, satu skuadron pesawat tempur Lockheed Martin F-35 Lightning II, satu skuadron F-35 lainnya, dua skuadron transportasi, satu skuadron pengisian bahan bakar, pesawat siluman, Nahshon 122, yang sebelumnya dikenal sebagai Skuadron Dakota, satu skuadron pesawat mata-mata Gulfstream G550 dan G500, pesawat AEW&C, dan pesawat yang digunakan untuk pengumpulan intelijen sinyal (pesawat misi elektronik khusus).

    Pangkalan ini digunakan sebagai markas besar komando strategis udara Israel.

    Selain itu, pangkalan ini juga menampung pesawat kepresidenan pendudukan Israel, Wing of Zion.

    Pangkalan yang dibangun pada tahun 1947 ini terletak  15 kilometer tenggara Beer Sheba, 16 kilometer dari pusat Dimona, dan sekitar 1.100 kilometer dari perbatasan barat Iran.

    Nevatim dibangun oleh  pendudukan Inggris.

    Kemudian pangkalan ini digunakan oleh angkatan udara Zionis Sherut Avir milik organisasi Haganah yang melakukan pembersihan etnis Palestina selama Nakba tahun 1948.

    Namun pada tahun 1983, pangkalan tersebut sempat direnovasi oleh Amerika Serikat.

    Houthi Teguhkan Dukungan Buat Palestina

    Yahya Saree memperingatkan Tel Aviv kalau pasukan Houthi “berkomitmen untuk melanjutkan tugas keagamaan, moral, dan kemanusiaan mereka dengan melaksanakan lebih banyak operasi militer terhadap musuh Israel hingga agresi di Gaza berhenti dan pengepungan dicabut.”

    Terkait serangan Houthi, tentara Israel mengumumkan kalau mereka telah mencegat rudal yang diluncurkan dari Yaman Sabtu dini hari sebelum memasuki wilayah udara Israel.

    Sebagai bentuk solidaritas terhadap Jalur Gaza, yang telah menghadapi perang genosida oleh Israel sejak 7 Oktober 2023, gerakan Houthi telah menargetkan lokasi-lokasi Israel, kapal-kapal kargo, atau lokasi-lokasi yang terkait dengan Tel Aviv dengan rudal dan drone, yang menyatakan tekad mereka untuk melanjutkan operasi hingga serangan terhadap daerah kantong itu berakhir.

    Koalisi militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) telah melancarkan serangan udara sejak awal tahun 2024.

    AS mengklaim agresi mereka ke Yaman menargetkan lokasi Houthi di beberapa wilayah Yaman sebagai tanggapan atas serangan kelompok tersebut terhadap pengiriman barang di Laut Merah dan Teluk Aden.

    Serangan balik tersebut terkadang dibalas dengan serangan balasan dari kelompok tersebut.

    Dengan campur tangan Washington dan London, Houthi mengumumkan bahwa mereka menganggap semua kapal Amerika dan Inggris sebagai target militer.

    Kelompok Houthi telah menargetkan kapal kargo Israel atau kapal-kapal yang terkait dengan Tel Aviv di Laut Merah dengan rudal dan drone untuk menunjukkan dukungan terhadap Jalur Gaza, tempat hampir 45.500 orang tewas dalam perang genosida Israel sejak 7 Oktober 2023.

    Asap mengepul dari lokasi serangan udara Israel yang menargetkan pembangkit listrik di ibu kota Yaman, Sana’a, pada 19 Desember 2024. (AFP)

    AS-Inggris Bombardir Hajjah

    Sebagai reaksi atas serangan-serangan Houhti, AS dan Inggris telah melakukan serangan udara di provinsi Hajjah, barat laut Yaman .

    ” Agresor Amerika-Inggris melakukan dua serangan udara di daerah Bahis di distrik Midi provinsi Hajjah,” kata saluran TV pro-Houthi, Al-Masirah.

    Namun, penyiar tidak mengatakan apakah ada korban jiwa atau kerusakan material .

    Provinsi Hajjah berada di bawah kendali kelompok Houthi , yang berbatasan darat dengan Arab Saudi.

    AS dan Inggris sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan tentang serangan udara terbaru di Yaman.

    Israel Ancam Hancurkan Houthi

    Dalam sebuah pidato, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengancam akan menghancurkan Houthi seperti mereka menghancurkan Hamas dan Hizbullah.

    Dia bahkan menyinggung betapa Israel mampu menetralisir sistem pertahanan Iran, negara yang disebut-sebut menjadi beking utama Houthi.

    “Pada hari-hari ini ketika Houthi menembakkan rudal ke Israel, saya ingin menyampaikan pesan yang jelas kepada mereka. Di awal pidato saya, kami mengalahkan Hamas, kami mengalahkan Hizbullah, kami menonaktifkan sistem pertahanan Iran dan menyerang jaringan produksi. 

    Katz juga menyiratkan peran Israel dalam penggulingan rezim Bashar al-Assad di Suriah yang menurutnya adalah pukulan telak bagi ‘Poros Perlawanan’, jaringan proksi milisi perlawanan yang dikendalikan Iran.

    “Kami menghancurkan rezim Assad di Suriah dan memberikan pukulan telak terhadap Poros Kejahatan. Kami juga akan menyerang dengan keras organisasi Houthi, yang masih menjadi kelompok terakhir yang bertahan dan menembaki Israel. Siapa pun yang mengangkat tangannya melawan Israel akan dipotong tangannya, tentara Israel akan memukulnya dan meminta pertanggungjawabannya,” kata Katz.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Pejabat Israel: Teknologi Houthi Lebih Canggih dari yang Diperkirakan

    Seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

    Kelompok Ansarallah Houthi Yaman meneguhkan dukungan ke Perlawanan Palestina dengan meningkatkan serangan ke Israel. (Khaberni)

    Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.

    Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”

    Houthi ‘The Last Man Standing’

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Kawah besar tercipta di Israel setelah rudal yang ditembakkan Houthi menghantam Tel Aviv, Sabtu dini hari, 21 Desember 2024. (Jack GUEZ / AFP)

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

    (oln/fbr/khbrn/*)

     

     

  • Sektor Penerbangan Israel Terpukul Keras, Rugi Hampir Rp 500 Miliar Gegara Perang Gaza – Halaman all

    Sektor Penerbangan Israel Terpukul Keras, Rugi Hampir Rp 500 Miliar Gegara Perang Gaza – Halaman all

    Sektor Penerbangan Israel Terpukul Keras, Rugi Hampir Rp 500 Miliar Gegara Perang Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Sektor penerbangan pendudukan Israel terpukul keras.

    Satu di antara pundi-pundi uang negara pendudukan itu dilaporkan mengalami kerugian sebesar 105 juta shekel (sekitar USD 28,8 juta atau hampir Rp 500 miliar atau setara Rp 466,47 miliar) pada tiga kuartal pertama tahun 2024.

    Statistik ini dirilis oleh Otoritas Bandara Israel (IAA) pada Senin (30/12/2024).

    Pengumuman itu bertepatan dengan banyak pembatalan penerbangan yang terus berlanjut oleh banyak maskapai penerbangan Barat yang melayani rute ke dan dari Tel Aviv.

    IAA menyoroti kerugian operasional yang terjadi sebagai akibat langsung dari aksi militer yang berkelanjutan di Gaza dan penurunan substansial dalam operasi penerbangan internasional.

    Laporan menunjukkan bahwa sekitar 13,8 juta penumpang melewati Bandara Ben Gurion di Tel Aviv selama tahun 2024, yang mencerminkan penurunan signifikan sebesar 34 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Selain itu, IAA mencatat penurunan pengeluaran selama sembilan bulan pertama tahun 2024, turun sekitar 16 persen dari tahun 2023, dengan total sekitar 2,3 miliar shekel (USD 630 juta).

    Mengingat perkembangan ini, otoritas berencana untuk menerapkan pemotongan tambahan sebesar 10 persen dalam pengeluarannya untuk tahun 2025.

    Menurut Passport News, situs web penerbangan “Israel”, IAA memutuskan untuk mempertahankan tarif sewa pada level saat ini untuk tahun 2025.

    Keputusan ini muncul sebagai respons terhadap berkurangnya aktivitas di Bandara Ben Gurion, termasuk penurunan bisnis untuk toko bebas bea dan penyewa lainnya.

    Tel Aviv dilanda kepanikan dan kerusakan usai diserang rudal canggih dilaporkan dilakukan oleh Hizbullah, Lebanon. Warga Israel terluka dan tewas. (Tangkap layar Al Mayadeen) ((Tangkap layar Al Mayadeen))

    600.000 Warga Israel Tinggalkan Negara Tersebut

    Perang dilaporkan telah membentuk masa depan Israel, dengan gelombang emigrasi besar-besaran dan kemampuan militer yang berkurang.

    Ketika perang melawan Gaza dan Lebanon membentang hingga bulan kelima belas, Israel menghadapi krisis.

    Krisis tersebut tidak hanya di medan perang, namun juga di dalam perbatasannya sendiri, menurut laporan Al Jazeera.

    Dalam laporan mereka, para penulis mengutip angka Otoritas Perumahan dan Imigrasi Israel, yang menyatakan bahwa 600.000 orang Israel telah meninggalkan negara itu sejak perang dimulai pada Oktober 2023.

    Hal itu menandai gelombang emigrasi terbesar sejak pembentukan Israel pada 1948.

    Alasan emigrasi massal ini, mereka memiliki pendapat yang beragam.

    Dikatakan dalam laporan konflik militer yang sedang berlangsung, ketidakstabilan ekonomi, dan meningkatnya kekhawatiran keamanan telah mendorong banyak orang, terutama di sektor profesional dan akademis, untuk pindah ke luar negeri.

    Negara-negara seperti Kanada dan beberapa negara Eropa Timur telah menjadi tujuan utama.

    Mengutip Palestine Chronicle, Kanada melaporkan peningkatan 500 persen dalam visa kerja sementara yang diberikan kepada Israel dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

    Para peneliti dan ilmuwan, khususnya, telah menjadi salah satu kelompok terbesar yang mencari perlindungan di luar negeri.

    Karena banyak yang merasa bahwa situasi keamanan Israel yang bergejolak dan ketidakpastian ekonomi bisa saja menjadi faktor tidak terpenuhinya ambisi profesional mereka.

    Eksodus massal ini bukan hanya kerugian pribadi bagi mereka yang pergi tetapi juga merupakan krisis yang lebih dalam untuk tujuan demografis Israel.

    Helmy Moussa, seorang ahli urusan Israel, mencatat dalam laporan bahwa migrasi terbalik ini merusak salah satu cita-cita dasar Zionisme.

    Yakni “bersahabat dari orang-orang buangan.”

    Aspirasi negara Yahudi untuk menjadi surga global bagi orang Yahudi sedang sangat ditantang oleh arus keluar warganya sendiri.

     

    (oln/rntv/*)

     

  • Game On, Hizbullah Bersumpah Pembalasan Besar-besaran atas Pelanggaran Israel Saat Gencatan Senjata – Halaman all

    Game On, Hizbullah Bersumpah Pembalasan Besar-besaran atas Pelanggaran Israel Saat Gencatan Senjata – Halaman all

    Game On, Hizbullah Bersumpah Pembalasan Besar-besaran atas Pelanggaran Israel Saat Gencatan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Hizbullah Lebanon akhirnya merespons pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan Israel dalam kesepakatan gencatan senjata di antara keduanya.

    Hizbullah menegaskan kembali kalau mereka sepenuhnya masih memiliki kemampuan menyerang Israel secara bergelombang.

    Pernyataan ini mengindikasikan kalau eskalasi berada dalam status ‘game on’, bahwa perang di front Lebanon akan terus berlanjut segera setelah gencatan senjata 60 hari yang dimulai pada 27 November 2024 itu, berakhir.

    “Hizbullah, memperingatkan kalau mereka akan menanggapi secara tegas pasukan Israel yang menduduki Lebanon setelah gencatan senjata berakhir,” kata pernyataan Hizbullah dilansir MNA, Selasa (19/12/2024).

    Mahmoud Qamati, wakil kepala dewan politik Hizbullah, dalam sebuah wawancara dengan jaringan al-Manar pada hari Senin, mengatakan kalau persediaan dan kemampuan rudal kelompok itu tetap utuh.

    Dia menekankan, Hizbullah akan melanjutkan serangan rudal terhadap Israel sampai saat gencatan senjata mulai berakhir.

    Tentara Lebanon dan seorang pria sipil berlatar kerusakan parah bangunan di Lebanon Selatan karena gempuran Tentara Israel yang terus melaksanakan agresi militer meski adanya gencatan senjata. (Anews/Tangkap Layar)

    Menahan Diri Demi Penduduk Lebanon

    Qamati menjelaskan kalau Hizbullah cenderung menahan diri untuk tidak membalas serangan pelanggaran Israel demi rakyat Lebanon.

    “Pengekangan saat ini yang dilakukan oleh Perlawanan Hizbullah dimaksudkan untuk mendukung penduduk Lebanon dan untuk menghormati komitmen yang dibuat untuk mediator selama negosiasi gencatan senjata untuk memungkinkan penyelesaian masalah yang luar biasa,” kata Hizbullah, PressTV melaporkan.

    “Kami telah bersabar mengenai pelanggaran Israel untuk memastikan bahwa warga dapat kembali ke desa mereka di selatan, dan sekarang mereka menuntut agar kami menanggapi (membalas) pelanggaran ini,” kata Qamati .

    Dia mencatat, kesabaran Hizbullah hanya akan berlangsung selama 60 hari.

    Hizbullah memperingatkan Israel bahwa situasi akan berubah pada hari ke-61.

    Gerakan Lebanon itu menggarisbawahi kalau semua pasukan Israel di tanah Lebanon akan dipandang sebagai penjajah dan akan diperlakukan sesuai dengan itu.

    “Perlawanan sepenuhnya siap, kuat, dan dilengkapi (well equipped/dipersenjatai),” kata Qamati.

    Pasukan Israel (IDF) dari Divisi Lapis Baja melancarkan agresi militer di Lebanon Selatan. (khaberni/HO)

    Tak Akan Biarkan Tanah Lebanon Diduduki Israel

    Qamati juga menekankan kesiapan Hizbullah untuk melawan setiap provokasi Israel. 

    Dia juga meyakinkan masyarakat Lebanon tentang kebijakan Hizbullah yang punya ‘zero tolerance’ terhadap pendudukan tanah Lebanon oleh Israel dan perluasan pemukiman Yahudi.

    Pada hari Senin, Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri meminta rezim Israel untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata.

    Seruan Berri ini datang ketika laporan muncul dari Angkatan Darat Lebanon yang menunjukkan kalau pasukan Israel telah pindah ke kota Qantara dan Taybeh di distrik Marjayoun.

    Di dua kota itu, pasukan Israel membakar beberapa rumah warga, pelanggaran terang-terangan atas gencatan senjata.

    Dalam sambutannya, Qamati juga menekankan pentingnya mengakui “garis merah” Hizbullah, terutama mengingat potensi intervensi Amerika Serikat (AS) dan Prancis yang dapat membahayakan upaya perlawanan kelompok tersebut.

    “Kami tidak mencari bantuan yang memaksakan kondisi yang mempengaruhi Perlawanan,” katanya.

    Dia menunjukkan bahwa setelah menimbulkan pukulan signifikan bagi musuh, Amerika Serikat dengan cepat berusaha untuk menengahi gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.

    Dia menegaskan kalau kepatuhan terhadap perjanjian gencatan senjata harus timbal balik, dengan mengatakan, “Entah semua pihak mematuhi perjanjian, atau tidak ada yang harus terikat oleh mereka.”

    Pasukan pejuang Hizbullah berparade di Beirut, ibukota Lebanon pada 12 Juni 2024. (Houssam Shbaro/Anadolu/Getty Images)

    Hizbullah Ogah Dilucuti Senjatanya

    Terkait situasi politik dalam negeri Lebanon, Qamati memperingatkan, wacana seputar pelucutan senjata Hizbullah dapat menjerumuskan Lebanon ke dalam kekacauan.

    Qamati secara tegas, menyatakan kalau agenda politik Hizbullah berakar pada dialog dan interaksi. 

    Dia menegaskan kembali komitmen organisasi tersebut terhadap prinsip-prinsip inti “janji dan komitmen,” yang menyatakan bahwa nilai-nilai ini mendefinisikan Hizbullah dan kepemimpinannya.

    Selain itu, ia menyatakan dukungan untuk pemilihan tepat waktu seorang presiden baru di Lebanon, menekankan tekad Perlawanan untuk memastikan posisi ini diisi dengan segera dan bahwa tindakan yang diperlukan akan diambil untuk mencapai tujuan ini.

    Pasukan Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata di Lebanon setidaknya 325 kali sejak gencatan senjata diumumkan pada 27 November, yang mengakibatkan 33 kematian dan 37 cedera.

    Asap mengepul dari sebuah kota di Lebanon selatan setelah beberapa serangan udara Israel pada hari Senin, 23 September 2024. (via Al Mayadeen)

    Luncurkan Program Rehabilitasi Lebanon Selatan Dibantu Iran

    Adapun Wakil Presiden Dewan Eksekutif Hizbullah Sheikh Ali Damoush mengatakan kalau Hizbullah  telah memulai kampanye untuk merekonstruksi Lebanon selatan yang rusak oleh agresi rezim Zionis.

    “Sekretaris Jenderal Hizbullah telah membentuk komite yang bertugas mengawasi rekonstruksi,” kata Sheikh Ali Damoush.

    “Survei terperinci telah dilakukan oleh lembaga teknis khusus seperti dua perusahaan “Me’mar” dan “Arash” di daerah yang terkena dampak. Kami telah memprioritaskan keluarga penampungan yang rumahnya telah hancur total,” tambahnya.

    Pejabat Hizbullah itu lebih lanjut mengucapkan terima kasih kepada rakyat dan kepemimpinan Iran, pemerintah dan rakyat Irak, otoritas negara itu.

    “Serta semua saudara dan negara sahabat yang membantu Lebanon membangun kembali negara mereka.

  • Israel Ancam Houthi Akan Bernasib Sama dengan Hamas-Hizbullah

    Israel Ancam Houthi Akan Bernasib Sama dengan Hamas-Hizbullah

    New York

    Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Danny Danon, melontarkan ancaman terhadap kelompok Houthi saat berbicara dalam forum Dewan Keamanan PBB. Danon memperingatkan Houthi berisiko mengalami “nasib menyedihkan” sama seperti Hamas dan Hizbullah jika terus menyerang Israel.

    Houthi, yang didukung Iran dan menguasai sebagian besar wilayah Yaman, telah berulang kali melancarkan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel dalam beberapa waktu terakhir, Kelompok itu menyebut serangannya sebagai bentuk solidaritas untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang terus digempur Tel Aviv.

    Danon dalam pidatonya di forum Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir Reuters, Selasa (31/12/2024), menegaskan bahwa Israel tidak akan mentoleransi serangan lebih lanjut dari Houthi. Dia menyebut pertanyaannya sebagai peringatan terakhir untuk Houthi agar menghentikan rentetan serangan terhadap Israel.

    “Kepada Houthi, mungkin Anda tidak memperhatikan apa yang terjadi di Timur Tengah selama setahun terakhir,” kata Danon dalam pidatonya di hadapan negara anggota Dewan Keamanan PBB pada Senin (30/12) waktu setempat.

    “Baiklah, izinkan saya untuk mengingatkan Anda soal apa yang terjadi pada Hamas, Hizbullah, (rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-) Assad dan semua pihak yang berusaha menghancurkan kami,” ucapnya.

    “Biarkan ini menjadi peringatan terakhir untuk Anda. Ini bukan sebuah ancaman. Ini adalah sebuah janji. Anda akan mengalami nasib menyedihkan yang sama,” tegas Danon dalam peringatan untuk Houthi.

    Danon, dalam pidatonya, juga memperingatkan Iran bahwa Israel memiliki kemampuan untuk menyerang target apa pun di kawasan Timur Tengah, termasuk wilayah Iran. Ditegaskan Danon bahwa Tel Aviv tidak akan mentoleransi serangan-serangan yang dilakukan oleh proksi-proksi Teheran.

  • Al Qassam Menyusup ke Pos Baru Militer Israel di Jabalia, IDF Mengamuk Seusai Kebobolan – Halaman all

    Al Qassam Menyusup ke Pos Baru Militer Israel di Jabalia, IDF Mengamuk Seusai Kebobolan – Halaman all

    Al Qassam Menyusup ke Pos Militer Israel di Jabalia, IDF Mengamuk Seusai Kebobolan

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas, mengumumkan kalau para pejuangnya mampu melakukan operasi infiltrasi (penyusupan) ke sebuah pos baru militer Israel (IDF) di Jabalia, Gaza Utara, Senin (30/12/2024). 

    Dalam sebuah pernyataan pada yang sama, Al Qassam menyatakan, penyusupan itu menjadi bagian dari strategi kompleks operasi penyerangan.

    “Infiltrasi sebagai bagian dari operasi yang kompleks AL Qassam, menyerbu titik militer baru yang didirikan oleh tentara pendudukan di kamp Jabalia di Jalur Gaza utara, dan melenyapkan 5 tentara dari jarak jauh,” tulis pernyataan itu dilansir Khaberni, Selasa (31/12/2024).

    Bakar Merkava, Luncurkan Rudal Al-Yassin 105

    Al-Qassam menambahkan, selama operasi penyerangan tersebut, para petempurnya membakar tank Merkava Israel dan awaknya.

    Mereka juga menyerang sebuah jip militer yang berisi sejumlah tentara di dalamnya dengan granat tangan, menyebabkan mereka tewas dan terluka.

    Dalam operasi lain, Al-Qassam mengatakan kalau para pejuangnya menghancurkan sebuah pengangkut pasukan Israel di Beit Hanoun, timur laut Gaza, dengan rudal “Al-Yassin 105”, menyebabkan awaknya tewas dan terluka.

    Pasukan infanteri Israel di Jalur Gaza. Pada Selasa (28/5/2024), Tentara Israel (IDF) menembus pusat Rafah dengan mengerahkan enam brigade pasukan darat di tengah seruan hukum internasional untuk penghentian invasi ke kota tempat jutaan pengungsi warga Palestina itu berada. (IDF Spokesperson)

    Dalam perkembangan terkait, tentara pendudukan Israel mengumumkan bahwa seorang tentara tewas dan salah satu perwiranya dari Brigade Givati ​​​​terluka parah dalam pertempuran di wilayah utara Gaza kemarin, Minggu.

    Dengan terbunuhnya tentara Israel tersebut, jumlah korban tewas tentara pendudukan sejak dimulainya operasi militer yang sedang berlangsung di Kegubernuran Gaza Utara, sejak Oktober lalu, meningkat menjadi 41 tentara.

    Pasukan Israel di Jalur Gaza, 30 Agustus 2024. (rntv/tangkap layar)

    IDF Mengamuk Seusai Kecolongan

    Sementara itu, tentara pendudukan Israel merespons serangan Al-Qassam dengan aksi militer lebih intensif.

    IDF mengamuk dan mengklaim, kalau pasukannya membunuh “puluhan militan” di daerah Jabalia, utara Jalur Gaza.

    IDF menambahkan kalau operasi tersebut dilakukan setelah menerima informasi yang menunjukkan bahwa para milisi perlawanan Palestina berusaha melarikan diri dari wilayah dan daerah yang dituju IDF.

    “Tentara pendudukan Israel menjelaskan kalau para milisi perlawanan Israel dibunuh oleh tembakan langsung dan peluru artileri,” kata laporan Khaberni mengutip media Israel.

    Adapun situs web Israel, Walla melaporkan kalau informasi tersebut (operasi infiltasi Al Qassam) menyebabkan Brigade “Givati” dalam keadaan siaga.

    Serangan roket dari wilayah Gaza ke wilayah pendudukan Israel di Yerusalem. (khaberni/tangkap layar)

    Al-Quds Luncurkan Roket ke Tel Aviv dan Yerusalem

    Sebaliknya, Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam, mengumumkan bahwa dalam dua hari terakhir mereka telah melancarkan serangan rudal terhadap kota-kota Tel Aviv dan Yerusalem yang diduduki.

    Brigade tersebut mengatakan, dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, “Setelah melakukan kontak kembali dengan mujahidin kami di pasukan rudal Brigade Al-Quds di Jalur Gaza utara, mereka melaporkan bahwa serangan rudal telah diluncurkan selama dua hari terakhir terhadap wilayah pendudukan. kota Yerusalem dan Tel Aviv, Sderot dan permukiman di sekitar Jalur Gaza.”

    Faksi milisi Perlawanan Gaza itu menegaskan, hal ini merupakan respons atas kejahatan musuh Israel terhadap rakyat Palestina dan penyerbuan Masjid Al-Aqsa yang diberkahi.

    Radio tentara pendudukan Israel mengatakan bahwa sebuah rudal terdeteksi dari Jalur Gaza, namun tidak memasuki wilayah Israel, seperti yang dikatakannya.

    Front Dalam Negeri Israel mengatakan pagi ini bahwa sirene dibunyikan di Erez di Jalur Gaza karena takut akan jatuhnya rudal.

    Sejak 7 Oktober 2023, Israel, dengan dukungan Amerika, telah melakukan genosida di Gaza yang menyebabkan lebih dari 153.000 orang Palestina menjadi martir dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan orang. anak-anak dan orang tua, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

    Serbuan Berulang Tanpa Target Jelas

    Jabalia terbukti menjadi kesalahan strategi dan taktik IDF yang menyerang sebuah wilayah secara berulang tanpa visi dan target yang jelas.

    Pensiunan Mayor Jenderal (Reserve/Pasukan Cadangan) Militer Israel (IDF), Yitzhak Brik mengungkapkan dalam sebuah pernyataan kepada surat kabar Ibrani “Maariv” tentang kerugian besar yang diderita tentara Israel dalam invasi kelima mereka ke Jabalia, Gaza Utara.

    Dalam serbuan kelima IDF ke Jabalia, pasukan Israel dilaporkan kehilangan hampir empat puluh tentara yang tewas.

    Yitzhak Brick menunjukkan kalau tentara Israel menghadapi kesulitan dalam melenyapkan Hamas karena kurangnya pasukan.

    Faktor lain, tentara Israel cenderung tidak tinggal di wilayah yang mereka kuasai dan kendalikan untuk waktu yang lama.

    Hal ini menyebabkan kegagalan Pasukan Israel untuk menghilangkan kekuasaan dan pengaruh Hamas di sejumlah wilayah ‘merah’ termasuk Jabalia..

    Brick menambahkan, tentara Israel penggerebekan berulang kali tanpa sasaran yang jelas.

    IDF Hadapi Masalah Besar

    Terkait tantangan yang dihadapi IDF dalam agresinya ke Gaza, pakar militer Israel mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza punya masalah besar yang bisa memicu bencana bagi Israel.

    Avi Askhenazi, nama pakar itu, dengan tegas mengatakan masalah itu ialah burnout atau kelelahan fisik dan mental.

    Askhenazi yang menjadi kontributor media Israel Maariv menyebut burnout merupakan perkara besar, tetapi tidak terperikan.

    Menurutnya, perang di Gaza yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun membuat para tentara Israel merasa tidak nyaman dan memunculkan kesalahan di medan tempur.

    Awalnya Askhenazi menyinggung tewasnya seorang kapten Israel di Gaza yang bernama Amit Levi.

    Kematian Levi masih misterius. Belum diketahui dengan pasti apakah dia tewas ditembak oleh rekan sendiri ataukah diserang pejuang Hamas.

    Pada saat kejadian, pasukan Levi sedang bergerak di atas sebuah kendaraan. Kendaraan itu melaju tanpa penerangan.

    Diyakini ada ada pasukan lain yang beroperasi di area itu dan melepaskan tembakan setelah melihat gerakan misterius.

    Pasukan Israel dalam agresi militernya di Jalur Gaza mendapat serangan sergapan berupa peledakan rumah jebakan oleh kelompok milisi pembebasan Palestina, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. (Khaberni)

    “Tampaknya pasukan Levi didentifikasi sebagai pasukan musuh [oleh pasukan Israel lainnya] dan tidak ada koordinasi di antara dua pasukan itu,” kata Askhenazi dalam kolom di Maariv hari Kamis, (26/12/2024).

    Namun, hingga kini belum ada konfirmasi dari IDF mengenai penyebab pasti kematian misterius Levy.

    Lalu, Askhenazi mengatakan Divisi 99 dan 162 IDF sudah beroperasi di Gaza selama berbulan-bulan. Tingkat keletihan kedua divisi itu sangat tinggi.

    Dia mengatakan tentara Israel yang beroperasi di tempat yang sama memunculkan burnout.

    “Tentara mulai membuat kesalahan, fokus dalam misi mulai berkurang, ketegangan operasional berkurang, risiko kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa meningkat,” kata seorang narasumber militer yang dikutip oleh Askhenazi.

    Askhenazi mengatakan tentara Israel dikerahkan terlalu lama di medan tempur akan merasa lebih aman dan kurang terancam. Hal itu membuat banyak musuh bisa mendekat tanpa diketahui.

    “Ada kekacauan di dalam batalion. Para tentara dan komandan sudah letih. Ada masalah dengan para penjaga, ada masalah dengan keputusan komandan kompi yang merencanakan keluarnya kita dari posisi bertahan dengan cara yang berbahaya,” kata salah satu tentara Israel yang terluka karena kecelakaan.

    Askhenazi menyebut IDF telah mengakui bahwa keletihan tentara akibat operasi militer memang tinggi, terutama di Divisi 162 dan 99 yang hanya beroperasi di Gaza.

    Sementara itu, satuan dan divisi lain beroperasi di zona tempur berbeda, misalnya di Israel, Lebanon, dan Suriah.

    Dua Tentara Israel di pagar keamanan yang memisahkan wilayah pendudukan Israel dengan Jalur Gaza. (Khaberni)

    Banyak tentara Israel alami trauma

    Awal tahun ini media-media Israel menyebutkan bahwa ada banyak tentara Israel yang mengalami trauma dan stres setelah dibebastugaskan dari operasi di Gaza.

    Salah satu dari mereka bahkan dilaporkan menembak kawan sendiri di Tel Aviv.

    “Seorang tentara Israel yang baru-baru saja kembali dari pertempuran di Jalur Gaza membunuh kawannya di dalam apartemen,” demikian laporan Channel 12.

    Sementara itu, Haaretz pada bulan Desember 2023 menyebut sebanyak 18 persen dari tentara Israel yang ikut dalam serangan di Gaza mengalami masalah kesehatan mental.

    Salah seorang dari mereka ada yang tiba-tiba bangun dari mimpi buruk lalu menembakkan senjata.

    Jumlah tentara Israel yang tewas

    IDF mengklaim jumlah tentara Israel yang tewas sejak perang meletus ialah 822 personel.

    Sebanyak 390 di antaranya tewas sejak operasi militer Israel di Gaza. Adapun korban luka mencapai 5.524 tentara.

    Di sisi lain, warga Palestina yang tewas karena serangan Israel kini mencapai lebih dari 45.000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Jabalia Jadi Kota Hantu, IDF Ubah Metode Operasi Saat Tentara Berjatuhan

    Surat kabar Israel, Haaretz menerbitkan laporan panjang dari kamp pengungsi Jabalia, di utara Jalur Gaza.

    Dalam laporannya, media tersebut mengonfirmasi kalau kamp tersebut telah berubah menjadi kota hantu, setelah sebelumnya menjadi salah satu tempat paling ramai di dunia sebelum perang.

    Analis urusan militer surat kabar tersebut, Amos Harel, mengatakan bahwa tentara Israel (IDF) menghancurkan sekitar 70 persen bangunan di kamp Jabalia, selama operasi militer yang dimulai di sana pada tanggal 5 Oktober 2024.

    Momen itu merupakan ketiga kalinya tentara Israel menyerbu kamp Jabalia, yang pertama pada Desember 2023, dan yang kedua pada Mei lalu, menurut Harel.

    Selama kunjungan singkat ke kamp tersebut, Harel menambahkan, “Dapat dilihat bahwa beberapa bangunan yang tersisa pun mengalami kerusakan yang nyata.

    Analis tersebut menyatakan, sulit untuk membandingkan situs dan bangunan besar Hizbullah yang diledakkan oleh tentara Israel di desa-desa di Lebanon selatan, dan perluasan poros Philadelphia di Rafah (Gaza selatan), dengan apa yang terjadi selama dua setengah bulan terakhir di kamp Jabalia, dalam hal tingkat keparahan dan cakupan kehancuran.

    Harel menyamakan Jabalia dengan kota hantu, dengan mengatakan: “Di luar Anda dapat melihat sekelompok anjing berkeliaran mencari sisa makanan.”

    Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (rntv/tangkap layar)

    IDF Bergelimpangan Kena Jebakan

    Divisi Lapis Baja ke-162 IDF dilaporkan mengoperasikan 4 brigade tempur di Jabalia dan di kota-kota tetangga Beit Hanoun dan Beit Lahia (utara), menurut Haaretz.

    Harel menyebut, Izz al-Din Haddad, komandan sayap militer Hamas di Jalur Gaza utara, sedang mengoordinasikan upaya untuk menghadapi pasukan Israel di kamp tersebut.

    Dia mengatakan kalau Hamas melancarkan pertempurannya di sana melalui kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang yang dipersenjatai dengan senjata ringan, rudal RPG, bahan peledak, dan alat peledak lainnya.

    Sejak dimulainya invasi terakhir pada Oktober lalu, 35 tentara Israel telah tewas dalam pertempuran di dalam dan sekitar kamp dan ratusan dari mereka terluka, menurut Harel.

    Kamp Jabalia di Gaza Utara, sebelum dan sesudah perang.

    Metode Baru Operasi IDF Sangat Menghancurkan 

    Menurut analis Haaretz, setelah pasukan Israel menderita sejumlah besar kematian dan cedera, terutama ketika pasukan IDF memasuki rumah-rumah jebakan, metode operasi yang berbeda diadopsi.

    Dia menjelaskan bahwa tentara Israel telah mulai mengambil gerakan yang lebih lambat dan hati-hati.

    Metode ini akan meninggalkan kehancuran besar-besaran, namun mengurangi jumlah kematian di antara pasukannya.

    Metode ini dilakukan dengan membombardir secara beruntun sebuah titik sampai kemudian pasukan darat IDF bergerak ke titik selanjutnya.

    Begitu seterusnya.

    Dia mengatakan bahwa dalam dua minggu pertama operasi, warga ragu-ragu untuk meninggalkan kamp Jabalia, namun tentara Israel meningkatkan tekanan, termasuk penembakan besar-besaran di dekat warga sipil untuk memaksa mereka segera pergi.

    Gambar satelit Jabalia pada Desember 2023 (Maxar)

    Perwujudan General’s Plans

    Harel menunjukkan bahwa apa yang terjadi di kamp Jabalia, berlangsung di tengah niat Israel mewujudkan General’s Plan (rencana para jenderal).

    Dalam skenario ini, Israel bermaksud untuk memindahkan seluruh penduduk sipil Palestina dari utara dan selatan Jalur Gaza hingga Koridor Netzarim di Kota Gaza.

    Rencana para jenderal adalah rencana yang diusulkan – pada awal September lalu – oleh mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, Mayor Jenderal Giora Eiland, dan didukung oleh puluhan perwira senior dan mantan perwira militer.

    Dengan begitu, Israel mendapatkan kendali Israel atas distribusi bantuan kemanusiaan dengan melakukan pengepungan di Jalur Gaza utara dan menggusur penduduknya, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.

    Menurut rencana, seluruh wilayah utara Koridor Netzarim (yang didirikan oleh tentara Israel di tengah Jalur Gaza untuk memisahkan utara dari selatan), yaitu Kota Gaza dan seluruh lingkungannya, akan menjadi wilayah berstatus daerah militer tertutup.

    Dengan kata lain, seluruh penduduk di wilayah tersebut, yang diperkirakan oleh tentara Israel berjumlah sekitar 300.000 orang, akan terpaksa segera meninggalkan wilayah tersebut melalui koridor yang diklaim aman oleh tentara Israel, menurut sumber yang sama.

    Omong Kosong Israel Soal Safe Zone

    Namun, orang-orang Palestina tidak mempercayai apa yang Israel anggap sebagai jalur atau wilayah aman (safe zone), karena mereka sebelumnya terpaksa mengungsi ke wilayah yang dianggap aman, dan kemudian berulang kali terkena pemboman Israel, yang mengakibatkan korban jiwa, luka-luka, dan kehancuran besar-besaran.

    Pada tanggal 5 Oktober, tentara Israel kembali menginvasi Jalur Gaza utara, dengan dalih mencegah Hamas mendapatkan kembali kekuasaannya di wilayah tersebut, sementara Palestina mengatakan bahwa Tel Aviv ingin menduduki wilayah tersebut dan mengubahnya menjadi zona penyangga setelah menggusur mereka. 

    Dengan dukungan Amerika, Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan hampir 153.000 warga Palestina menjadi martir dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan anak-anak dan anak-anak. tua.

    Israel terus melakukan pembantaian, mengabaikan dua surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional pada 21 November, terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant, karena melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap warga Palestina di Gaza.