Organisasi: Hizbullah

  • Iran Luncurkan Drone Kamikaze Canggih Razvan, Dituding Nyontek Drone Seri UVision Hero Israel  – Halaman all

    Iran Luncurkan Drone Kamikaze Canggih Razvan, Dituding Nyontek Drone Seri UVision Hero Israel  – Halaman all

    Iran Luncurkan Drone Kamikaze Canggih Razvan, Dituding Nyontek Drone UVision Hero Israel 

    TRIBUNNEWS.COM – Industri pertahanan Iran pekan ini memperkenalkan pesawat tanpa awak (drone) kamikaze (tabrak-bunuh diri) terbaru militer negara tersebut.

    Drone canggih terbaru itu dinamai Razvan.

    Namun, peluncuran ini disertai ulasan yang mencibir produk terbaru Iran tersebut dari media Israel.

    Drone ini disebut-sebut sangat mirip dengan seri UVision Hero buatan Israel.

    “Ini (spesifikasi dan desain Razvan) diketahui saat pameran yang diadakan oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC),” tulis media Israel, N12 melaporkan pada Jumat (10/1/2025), mengutip media Iran.

    Razvan menawarkan jangkauan 20 km dan durasi terbang 20 menit, mentransmisikan video langsung ke operatornya untuk serangan tepat.

    ” Drone kami telah menyelesaikan operasi yang sukses dan, dalam simulasi, menetralisir berbagai ancaman terhadap pangkalan kami,” kata Mohammad Pakpour, komandan pasukan darat IRGC.

    Dalam perkembangan terkait, tentara Iran mengumumkan rencana untuk mengerahkan 1.000 pesawat tak berawak yang dikembangkan bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan Iran, catat laporan itu.

    Panglima Angkatan Darat Kiomars Heidari menekankan bahwa armada ini akan meningkatkan presisi, mobilitas, dan kemampuan intelijen mereka. 

    Peserta memeriksa amunisi loiter drone Uvision Hero-400 Israel di stan Mistral Group, Inc. pada Pekan Pasukan Operasi Khusus (SOF) untuk perusahaan pertahanan, di Tampa, Florida, AS, 7 Mei 2024.

    Dituding Nyontek Desain Drone Israel

    Namun, peluncuran drone Razman Iran ini mendapat cibiran dari media Israel.

    The Jerusalem Post, menulis, “Para ahli pertahanan mencatat bahwa banyak dari apa yang disebut “inovasi” Iran merupakan adaptasi terselubung dari teknologi asing.”

    Ulasan tersebut secara blak-blakan menyebut, drone buatan Iran itu mencontek drone buatan Israel seri UVision Hero.

    “seri UVision Hero yang diminati di seluruh dunia, tampaknya menjadi contoh langsung untuk Razvan,” tulis media tersebut.

    Laporan kemudian menjelaskan sejumlah kelebihan drone seri UVision Hero  

    “Dilengkapi dengan kamera elektro-optik dan inframerah, drone Hero memberikan umpan balik visual secara langsung, yang memungkinkan operator untuk menyesuaikan jalur penerbangan atau membatalkan misi jika warga sipil memasuki zona target,” kata laporan itu. 

    Drone UVision Hero ini juga dapat diprogram sebelumnya untuk misi otonom, yang menawarkan keuntungan taktis dalam skenario pertempuran.

    Salah satu model yang menonjol, Hero 120, memiliki jangkauan 40–60 km, beroperasi hingga satu jam, dan membawa hulu ledak seberat 4,5 kg yang cocok untuk misi antitank.

    Hero 400 memperluas jangkauan operasional hingga 150 km dengan waktu terbang dua jam.

    Selain Iran, media itu menunjukkan adanya laporan kalau drone UVision Hero juga ditiru oleh  Korea Utara.

    “Korea Utara merekayasa ulang model ini enam bulan lalu,” kata laporan tersebut

    Sebagai informasi, Hero 1250, yang terbesar dalam seri ini drone ini, dapat membawa hulu ledak seberat 50 kg, memiliki jangkauan melebihi 200 km, dan dapat terbang hingga 10 jam.

    Rudal Hizbullah ditembakkan ke wilayah Israel. Pada Rabu (25/9/2024) untuk pertama kalinya, rudal balistik Hizbullah menghantam Tel Aviv, Israel dengan menargetkan markas Mossad di ibu kota negara Israel tersebut. (khaberni)

    Rudal Israel Juga Dicontek Iran

    Laporan itu juga menyatakan kalau Pasukan Israel (IDF) telah lama berhadapan dengan replika sistem pertahanan mereka dari Iran. 

    “Selama perang yang sedang berlangsung, Hizbullah mengerahkan rudal antitank Almas 1, tiruan dari seri rudal Spike milik Rafael buatan Israel,” kata laporan itu. 

    Keluarga Spike berkisar dari Spike SR, rudal ringan seberat 10 kg yang ditembakkan dari bahu dengan jangkauan 2 km, hingga Tamuz (Spike NLOS), yang beratnya 71 kg dan mampu menyerang target sejauh 32 km dari darat, udara, atau laut.

    Maoz (Spike Firefly), amunisi berkeliaran lain dalam seri Spike, berbobot 15 kg dan memiliki jangkauan 1,5 km, meskipun sebagian besar varian difokuskan pada misi anti-tank.

    Komandan IRGC Tinjau Pangkalan Rudal Bawah Tanah Rahasia

    Pada Jumat kemarin, televisi pemerintah Iran menyiarkan rekaman komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang sedang meninjau pangkalan rudal bawah tanah rahasia.

    Pangkalan rudal yang terletak di lokasi rahasia di pegunungan itu dilaporkan menyimpan puluhan jenis rudal yang berbeda, dikutip dari Al Mayadeen.

    Menurut laporan, pangkalan ini memainkan peran penting dalam serangan langsung kedua Iran terhadap Israel pada Oktober lalu atas pelanggaran yang dilakukan Israel.

    Saat itu, Israel telah membunuh sejumlah pemimpin militan yang berpihak pada Teheran dan seorang jenderal di Garda revolusi Iran, dikutip dari Al-Arabiya.

    Komandan Garda Revolusi Hossein Salami terlihat memeriksa fasilitas tersebut.

    Salami menegaskan kesiapan Iran untuk menghadapi ancaman regional. 

    Peristiwa ini terjadi beberapa hari sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump, yang selama masa jabatan pertamanya dikenal dengan kebijakan keras terhadap Iran, termasuk pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani dan penerapan kembali sanksi ekonomi.

    Kunjungan ini dilakukan hanya beberapa jam setelah pawai besar paramiliter Basij berlangsung di Teheran.

    Parade Pangkalan Militer

    Pada hari yang sama, ribuan relawan paramiliter Basij yang terafiliasi dengan Garda Revolusi berparade di jalan-jalan Teheran. 

    Parade tersebut menampilkan kendaraan berat bersenjata, peluncur roket, unit artileri, hingga pasukan komando angkatan laut. 

    Pejuang Basij dengan perlengkapan tempur lengkap juga terlihat membawa peluncur roket.

    Sementara sejumlah wanita bersenjata ikut bergabung dalam aksi tersebut.

    Beberapa peserta parade bahkan menyeret peti mati yang dihiasi bendera Israel.

    Bendera Hizbullah juga tampak berkibar di antara spanduk Iran dan Palestina.

    Demonstrasi ini bertujuan menunjukkan kesiapan Iran menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya.

    Pidato Komandan Senior IRGC

    Dalam kesempatan tersebut, salah satu komandan senior Garda Revolusi, Jenderal Mohammadreza Naghdi menyampaikan pidato.

    Pidato tersebut mengecam keras Amerika Serikat dan Israel.

    Ia mengatakan AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berbagai krisis di dunia Muslim.

    “Amerika Serikat berada di balik semua kemalangan di dunia Muslim,” ujar Naghdi.

    Kemudian ia menegaskan prioritas utama Iran saat ini adalah menghancurkan rezim Zionis dan mengusir pangkalan militer AS dari wilayah Iran.

    “Jika kita mampu menghancurkan rezim Zionis dan menarik pangkalan Amerika di kawasan tersebut, salah satu masalah besar kita akan terselesaikan,” katanya.

    Senada dengan Naghdi, komandan Garda Revolusi Teheran, Jenderal Hassan Hassanzadeh, mengungkapkan dukungan penuh Iran terhadap perjuangan Palestina. 

    “Kami bertujuan untuk mendukung masyarakat Gaza dan Palestina. Basij siap menghadapi semua ancaman dari musuh-musuh revolusi Islam,” tegas Hassanzadeh.

    Sejak Revolusi Islam 1979, dukungan terhadap perjuangan Palestina telah menjadi landasan kebijakan luar negeri Iran. 

    Pernyataan Hassanzadeh memperkuat komitmen Iran dalam menghadapi ancaman dari rezim Zionis dan pengaruh Amerika Serikat di kawasan.

     

    (oln/tjp/*)

  • 4 Orang Terkait ISIS Ditangkap dalam Upaya Pemboman di Suriah – Halaman all

    4 Orang Terkait ISIS Ditangkap dalam Upaya Pemboman di Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan bahwa intelijen dan pasukan keamanan Suriah telah berhasil menggagalkan rencana kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) untuk meledakkan bahan peledak di dalam Makam Sayyida Zainab, yang terletak di pinggiran kota Damaskus.

    Direktorat Intelijen bersama dengan Departemen Keamanan Publik melakukan operasi di daerah tersebut dan berhasil menangkap empat orang yang terlibat dalam rencana pengeboman ini.

    Sumber dari kantor berita Suriah, SANA, melaporkan bahwa penangkapan dilakukan setelah pasukan keamanan menyerbu lokasi persembunyian para pelaku di pedesaan Damaskus.

    “Operasi ini merupakan langkah penting dalam mencegah serangan yang menyasar warga Suriah,” ungkap sumber tersebut.

    Barang Bukti yang Ditemukan

    Dalam penangkapan tersebut, pihak berwenang menemukan sejumlah barang bukti yang mencakup alat peledak, granat tangan, dan dokumen identitas yang menunjukkan keterkaitan para pelaku dengan Lebanon.

    Foto-foto yang dirilis menunjukkan para tersangka dengan mata tertutup dan tangan terikat, dikelilingi oleh peralatan militer.

    Ancaman Terhadap Makam Sayyida Zainab

    Makam Sayyida Zainab, yang merupakan situs suci bagi komunitas Syiah, telah menjadi sasaran serangan sebelumnya, termasuk serangan dari Israel.

    Sejak 2012, daerah ini dikenal sebagai benteng bagi anggota Hizbullah dan kelompok yang didukung Iran.

    Namun, saat ini, wilayah tersebut tidak lagi dikuasai oleh Hizbullah, melainkan oleh militan lokal.

    ISIS telah mengeklaim bertanggung jawab atas beberapa serangan di wilayah tersebut, termasuk pengeboman yang terjadi pada 27 Juli 2023 yang menargetkan pengunjung Syiah.

    Suriah kini berada dalam fase transisi pemerintahan setelah aliansi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa, berhasil menggulingkan presiden Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Suriah Gagalkan Upaya ISIS untuk Ngebom Makam Sayyida Zainab, 4 Orang Ditangkap – Halaman all

    Suriah Gagalkan Upaya ISIS untuk Ngebom Makam Sayyida Zainab, 4 Orang Ditangkap – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Dalam Negeri Suriah mengatakan intelijen dan pasukan keamanan Suriah berhasil menggagalkan rencana kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) untuk meledakkan bahan peledak di dalam Makam Sayyida Zainab di Damaskus.

    “Direktorat Intelijen, bekerja sama dengan Departemen Keamanan Publik di pinggiran kota Damaskus, berhasil mencegah upaya ISIS untuk melakukan pemboman di Makam Sayyida Zainab,” lapor kantor berita Suriah, SANA, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut, Sabtu (11/1/2025).

    Pasukan Keamanan Publik kemudian menyerbu sebuah lokasi di mana mereka membarikade diri mereka di pedesaan Damaskus.

    “Operasi tersebut berhasil menangkap sejumlah orang yang terlibat dalam rencana kriminal besar yang menyasar warga Suriah,” lanjutnya.

    Orang-orang yang terlibat dalam upaya tersebut ditangkap, dan juga mempublikasikan foto-foto terdakwa.

    Salah satu gambar menunjukkan empat orang dengan mata tertutup dan tangan terikat di belakang di dalam sebuah ruangan, dengan peralatan dan perlengkapan militer di depan mereka.

    Pada foto lainnya, tampak setidaknya ada tiga dokumen identitas: kartu identitas Lebanon, dokumen catatan sipil Lebanon, dan kartu pengungsi yang berada di Lebanon.

    Di dekatnya terdapat tiga alat peledak, selain granat tangan, telepon seluler, dan sejumlah uang dalam dolar, pound Lebanon dan Suriah, yang dimiliki oleh para tahanan, menurut laporan Kementerian Dalam Negeri Suriah.

    Makam Sayyida Zainab

    Daerah Sayyida Zainab telah berulang kali menjadi sasaran serangan dan penggerebekan Israel dalam beberapa waktu terakhir, terutama setelah intensifikasi perang antara Israel dan Hizbullah.

    Daerah yang terletak di selatan Damaskus itu diklaim menjadi benteng bagi anggota Hizbullah dan kelompok lain yang didukung Iran sejak 2012, yang mengatakan mereka memasukinya untuk mempertahankan tempat suci ini setelah dimulainya pemberontakan melawan presiden Bashar al-Assad.

    Sayyida Zainab sekarang tidak lagi dihuni oleh anggota Hizbullah dan faksi lain yang setia kepada Iran, dan militan lokal telah menggantikan mereka.

    ISIS telah berulang kali mengaku bertanggung jawab atas pemboman di wilayah tersebut, termasuk bom sepeda motor terhadap pertemuan pengunjung Syiah di wilayah tersebut pada 27 Juli 2023.

    Saat ini Suriah berada pada fase transisi pemerintah setelah aliansi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin Ahmed al-Sharaa (Abu Mohammed al-Julani) berhasil menggulingkan presiden Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • 2025 Bisa Jadi Tahun Petaka: di mana-mana Panas-Siaga Perang

    2025 Bisa Jadi Tahun Petaka: di mana-mana Panas-Siaga Perang

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – International Crisis Group atau ICG merilis daftar 10 potensi konflik yang harus diantisipasi masyarakat dunia. Berbagai konflik ini merupakan perpanjangan masalah dari konflik yang sudah panas pada tahun-tahun sebelum 2025.

    Konflik ini akan terjadi di berbagai belahan dunia, mulai dari kawasan Amerika, Timur Tengah, Asia Timur, hingga lintas kawasan. Bahkan, potensi konflik bisa makin buruk setelah makin rusaknya norma-norma perdamaian secara global.

    “Jika Israel mencaplok Tepi Barat dengan restu AS, atau Washington secara sepihak mengebom kartel Meksiko, norma-norma yang sudah melemah berisiko semakin hancur. Pihak yang berperang akan lebih sedikit memperhatikan penderitaan sipil,” tuis ICG dalam artikel berjudul 10 Conflicts to Watch in 2025, dikutip Sabtu (11/1/2025).

    Adapun 10 konflik yang perlu diwaspadai sepanjang 2025 menurut ICG sebagai berikut:

    1. Suriah

    Setelah jatuhnya rezim diktator Bashar al-Assad pada akhir tahun lalu, Suriah tampak mulai bangkit meredam perang internal di dalam negerinya sendiri. Namun, ICG menganggap, banyak risiko konflik kembali meletus di negara itu pada 2025.

    Kelompok milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mantan afiliasi al-Qaeda memang telah berhasil mengalahkan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) setelah menyerang pemerintahan Bashar pada 27 November. Pemerintahan Assad pun jatuh dalam waktu kurang dari dua minggu setelah menguasai negara itu selama 54 tahun secara turun menurun.

    Menurut ICG, kekalahan tentara Suriah sebagian disebabkan oleh persiapan matang kekuatan HTS dan sebagian lagi karena pembusukan rezim itu sendiri. Assad, mengandalkan dukungan dari Hizbullah, Iran dan Rusia, mengabaikan pasukannya sendiri, mengandalkan wajib militer, cadangan bergaji rendah, dan milisi predator.

    Melihat kelemahannya, pendukung eksternal Assad berdiri saat pemberontak maju. Sebagian besar unit Hizbullah yang telah membela rezim itu, bagaimanapun, telah kembali ke Lebanon untuk memerangi Israel, di mana mereka menderita kerugian besar.

    Iran, yang tengah sibuk menghadapi Israel, tidak bisa membantu Assad. Rusia, yang kekuatan udaranya telah mengubah gelombang perang hampir satu dekade lalu, terjebak di Ukraina.

    Ketika pertahanan rezim runtuh, Moskow dan Teheran tampaknya telah menerima jaminan HTS bahwa Iran dapat dengan aman menarik aset-asetnya keluar secara aman, dan Rusia menarik kembali pasukannya ke pelabuhan Mediterania di Tartus atau pangkalan udara di Latakia.

    HTS dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa menurut ICG sejauh ini hanya mengamankan kota-kota besar di Suriah, namun untuk di kawasan pedesaan tengah dan barat memiliki risiko konflik yang kacau ke depan. Sebab, pasukan HTS hanya 30.000, tak cukup untuk mengamankan negara seluas 185.180 kilometer persegi.

    Mantan pemberontak lainnya, termasuk beberapa di dalam Tentara Nasional Suriah (SNA) yang didukung Turki, lebih sulit diatur. Di Hama, Homs dan Latakia, orang-orang bersenjata telah menjarah, secara acak membunuh anggota kelompok minoritas yang dituduh mendukung rezim Assad, dan secara langsung mengeksekusi beberapa kaki tangannya.

    Bahaya lain berasal dari luar. Ketika Assad jatuh, bom Israel meratakan pangkalan angkatan udara Suriah, fasilitas angkatan laut dan depot senjata, termasuk, menurut Israel, fasilitas senjata kimia.

    Israel, yang mencaplok bagian dari Dataran Tinggi Golan pada 1981, juga mengirim pasukan ke zona demiliterisasi, termasuk posisi puncak bukit di Suriah, meskipun Sharaa, sambil mengkritik pemboman dan serangan, berjanji untuk mematuhi perjanjian yang ada dengan Israel.

    Di timur laut, SNA yang didukung Turki telah mengusir SDF dari beberapa kota, membuat ribuan orang mengungsi. Mereka sekarang mengancam Kobani, kota mayoritas Kurdi di perbatasan Turki.

    Ankara memandang SDF sebagai pelengkap Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah diperjuangkan di Turki dan Irak utara selama beberapa dekade. Lebih banyak pertempuran dapat mencabut ribuan nyawa orang lagi dan semakin membebani transisi Suriah.

    SDF menjaga ribuan mantan pejuang ISIS, yang pelariannya dapat memperkuat sisa-sisa kelompok yang sudah berkumpul kembali di padang pasir.

    Turki, harus membiarkan otoritas baru Suriah bernegosiasi dengan SDF tentang reintegrasi timur laut dengan persyaratan yang dapat diterima semua orang. Akhirnya, sanksi Barat dan PBB yang menghalangi bantuan dan investasi yang dibutuhkan Suriah setelah bertahun-tahun perang harus dilonggarkan.

    2. Sudan

    Perang Sudan, dengan jumlah pengungsi dan kelaparan, adalah yang paling menghancurkan di dunia. Sekitar 12 juta orang Sudan – lebih dari sepertiga dari populasi sebelum perang – telah meninggalkan rumah mereka.

    Lebih dari setengahnya menghadapi kekurangan pangan akut, dengan beberapa bagian wilayah Darfur menderita kelaparan. Pejabat PBB menggambarkan tingkat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan sebagai “mengejutkan”. Negara ini tampak menuju konflik kekerasan.

    Milisi Sudan, RSF yang dipimpin Mohamed “Hemedti” Hamdan Dagalo terus melawan tentara Sudan, yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan. Setelah penggulingan Omar al-Bashir pada 2019, Hemedti dan Burhan mulanya berbagi kekuasaan dengan politisi sipil dan kemudian mengusir mereka sebelum saling berbalik.

    Angkatan darat, tanpa banyak infanteri, bergantung pada kekuatan udara, termasuk drone yang dipasok asing, dan tanpa pandang bulu mengebom daerah-daerah di bawah kendali RSF. Mereka telah beralih ke milisi, terutama yang dimobilisasi oleh kaum Islamis yang berpengaruh di bawah Bashir.

    Mantan pemberontak Darfuri telah membantu memukul mundur serangan RSF di ibu kota Darfur Utara, El Fasher. RSF berjuang untuk mempertahankan tanah di luar benteng baratnya tetapi tetap kuat ketika terlibat dalam serangan cepat. Pasukannya sering membawa pembantaian saat mereka maju.

    Namun, perang di Sudan akan semakin kompleks setelah makin maraknya campur tangan asing, salah satunya Uni Emirat Arab melalui bisnis Emirates. Dukungan Emirat untuk RSF (yang dibantah Abu Dhabi, meskipun ada dokumentasi oleh PBB dan lainnya) mencerminkan upaya pencarian pengaruh dan keuntungannya di cekungan Laut Merah.

    Ethiopia, yang memiliki hubungan dekat dengan Uni Emirat Arab, telah berusaha untuk tetap netral, khawatir bahwa tentara Sudan akan membantu oposisi bersenjata Ethiopia, tetapi mungkin masih sebatas dugaan.

    Adapun tentara Sudan, mereka mengandalkan dukungan dari Mesir, terlepas dari hubungan Islamisnya, sebagai taruhan yang lebih baik daripada paramiliter RSF yang sulit diatur. Eritrea, yang curiga terhadap UEA dan ingin memiliki penyangga di perbatasan baratnya, sedang melatih kelompok-kelompok sekutu tentara Sudan. Iran dilaporkan telah memasok tentara dengan senjata termasuk drone canggih.

    Arab Saudi, yang memiliki hubungan dengan kedua belah pihak, telah menjadi tuan rumah pembicaraan perdamaian di Jeddah dengan sedikit keberhasilan.

    Setelah lebih dari setahun perang, Amerika Serikat akhirnya menunjuk utusan Sudan, sebuah langkah yang disambut baik.

    Sementara itu, Hemedti tampaknya bersedia untuk berbicara tetapi menginginkan tentara baru – dan peran komando di dalamnya untuk loyalis, sesuatu yang ditentang dengan keras oleh para kepala militer, Islamis, dan mantan pemberontak Darfuri. Politisi sipil yang berfaksi juga tidak dapat bersatu di belakang persyaratan gencatan senjata dan pengaturan tindak lanjut.

    Yang mengkhawatirkan, beberapa orang di Sudan, terutama di antara para pengikut rezim Bashir, berbicara tentang partisi, dengan alasan bahwa penyalahgunaan RSF mengesampingkan hidup berdampingan. Mereka menuntut pemotongan, meninggalkan tentara yang mengendalikan utara dan timur, termasuk Khartoum, dan RSF menguasai barat dan tambal sulam daerah-daerah lain.

    3. Ukraina dan Keamanan Eropa

    Presiden terpilih AS Donald Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina dengan mengajukan negosiasi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Pembicaraan gencatan senjata dalam negosiasi itu menurut ICG sulit terealisasi apalagi kesepakatan damai.

    Pertahanan Ukraina mungkin tidak akan runtuh dalam waktu dekat, sebab ICH memperoleh informasi dari sumber-sumber di Rusia yang mengatakan Putin cenderung mengharapkan keuntungan bertahap, bukan kekalahan mendadak Ukraina.

    Titik mencuatnya masalah adalah Putin menuntut agar Ukraina melakukan demiliterisasi, atau setidaknya membatasi ukuran tentaranya, dan melupakan jaminan keamanan. Kyiv dan ibukota Eropa, pada gilirannya, melihat bahaya eksistensial dalam kesepakatan semacam itu. karena pasukan Rusia akan maju lagi. bahkan berpotensi berani menakut-nakuti Moldova,

    4. Israel-Palestina

    Serangan Israel ke Gaza, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, telah menghancurkan jalur Gaza.

    Menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina. Sebagian besar adalah warga sipil – setidaknya sepertiga dari mereka anak-anak. Ribuan mayat lainnya hilang, mungkin di bawah puing-puing. Dua pertiga bangunan dan infrastruktur rusak atau hancur, dengan seluruh lingkungan diratakan.

    Sementara banyak pemimpin Hamas telah terbunuh dan aset militer kelompok itu hancur, pejabat Barat dan bahkan beberapa orang Israel diam-diam mengakui bahwa tidak ada otoritas yang dapat memerintah Gaza atau menjalankan fungsi sipil tanpa persetujuan Hamas.

    Perubahan apa yang akan dibawa oleh Presiden AS Donald Trump yang akan datang tidak jelas. Dia dilaporkan telah mengatakan kepada Netanyahu bahwa dia ingin perang Gaza berakhir sebelum dia menjabat tetapi tanpa mengisyaratkan syaratnya. Secara keseluruhan, pilihan kabinetnya sebagian besar tampaknya cenderung memberi Netanyahu keleluasaan yang lebih banyak.

    Pertempuran lain terletak di Tepi Barat, yang tampaknya siap untuk dianeksasi Israel. Di bawah Menteri Keuangan ultranasionalis Bezalel Smotrich, Israel mengalihkan pengelolaan wilayah dari militer ke kontrol sipil, memperluas kedaulatan, memerintahkan lebih banyak rumah Palestina dihancurkan, dan melegalkan pos-pos pemukim.

    Bahkan tanpa aneksasi formal, Israel dapat lebih mempercepat taktik yang telah digunakan selama bertahun-tahun: memindahkan lebih banyak pemukim dan memeras warga Palestina ke kantong-kantong yang lebih kecil dengan paksa.

    5. Iran vs AS dan Israel

    Serangan Israel terhadap Iran pada akhir Oktober menurunkan pertahanan udara dan simpanan rudalnya. Ketika pemberontak Suriah menggulingkan Presiden Bashar al-Assad pada awal Desember, Iran kehilangan sekutu yang telah dibiayai miliaran dolar untuk menopang Iran, serta rute udara dan darat utama yang digunakan untuk memasok kembali Hizbullah.

    Teheran masih memiliki ribuan rudal balistik (pada bulan Oktober, sekitar 30 dari 180 rudal Israel yang menembus pertahanan), ditambah milisi sekutu di Irak dan Houthi, yang terus menembaki Israel dari Yaman.

    Hizbullah mungkin masih bisa berkumpul kembali. Tetapi di sekitar perimeter Israel, Poros Perlawanan, yang dilihat Iran sebagai pencegah terhadap serangan Israel atau AS, rusak. Dari perspektif Teheran, juga mengkhawatirkan seberapa mampu badan-badan intelijen Israel dan seberapa tinggi toleransi risikonya.

    Pemimpin Tertinggi Iean Ayatollah Ali Khamenei tampaknya masih melihat konsesi nuklir sebagai tiket untuk mencabut sanksi dan memulai ekonomi yang terhenti. Dia mungkin juga khawatir bahwa badan intelijen Israel atau AS dapat mendeteksi upaya Iran untuk memprosuksi nuklir sebagai persenjataan.

    Beberapa penasihat Trump, seperti beberapa orang Israel, melihat kelemahan Iran sebagai peluang untuk melumpuhkan program nuklirnya atau bahkan pemerintahnya. Mencoba menggulingkan rezim, yang tidak populer tetapi tidak rapuh.

    Kematiannya akan memicu kekacauan seperti yang terjadi di Irak pasca-2003, dengan Garda Revolusi garis keras kemungkinan akan menjadi yang teratas. Bahkan menghancurkan situs nuklir, yang terletak jauh di bawah tanah, akan membutuhkan kampanye udara yang melibatkan amunisi penghancur bunker.

    Serangan semacam itu mungkin mendorong rezim, melihat bahaya eksistensial, untuk menanggapi dengan semua yang dimilikinya. Sementara jangkauan Teheran sering dilebih-lebihkan, ribuan rudal yang ditembakkan ke Israel, bersama dengan serangan terhadap pasukan AS di Irak dan serangan Houthi di jalur pelayaran Laut Merah, dapat menyeret Amerika Serikat ke dalam perang yang tidak diinginkan Trump.

    6. Haiti

    Sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada Juli 2021, geng-geng telah merebut sebagian besar Haiti.

    Pada awal 2024, aliansi geng yang sebelumnya bertikai, yang dikenal sebagai Viv Ansanm, mengepung ibu kota Port-au-Prince. Ariel Henry, seorang perdana menteri yang tidak populer yang mengambil alih setelah Moïse terbunuh, berada di Nairobi pada saat itu mengawasi pembentukan misi polisi dan tidak dapat terbang pulang.

    Henry mengundurkan diri, di bawah tekanan dari tetangga Karibia, Amerika Serikat dan lainnya.

    Pada bulan Juni, pasukan Kenya mulai berdatangan, diberi mandat untuk bekerja dengan polisi Haiti untuk memerangi geng-geng, yang anggotanya diperkirakan berjumlah 12.000 orang.

    Pada 2024 saja, kekerasan yang melibatkan geng menewaskan lebih dari 5.300 orang, membuat 700.000 orang mengungsi, dan menyebabkan hampir setengah dari warga Haiti menghadapi kerawanan pangan akut.

    7. AS-Meksiko

    Selama kampanye pemilu AS, Donald Trump – sekarang presiden terpilih – berjanji untuk mengenakan tarif tinggi pada Meksiko, mengirim kembali jutaan migran, dan bahkan mengebom kartel.

    Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Pardo telah membalas ancaman Trump, menyarankan bahwa – tanpa kerja sama Meksiko – karavan migran menuju ke utara akan dilanjutkan. Dia telah meminta Washington untuk mendeportasi migran ke negara asal mereka, bukan Meksiko. Dia juga mungkin berharap bahwa memperkuat peran Meksiko sebagai penyangga migran atau koordinasi kontranarkotika yang lebih ketat akan menenangkan Trump.

    Aksi militer sepihak terhadap kartel hampir pasti akan menjadi bumerang. Menyingkirkan lebih banyak pemimpin geng akan memicu lebih banyak perang wilayah dan fragmentasi, sementara bila tidak melakukan apa pun untuk mengekang produksi narkoba, laboratorium fentanil berteknologi rendah dan mudah dibangun kembali.

    Meksiko akan membalas, mungkin dengan langkah melawan kepentingan ekonomi AS. Hubungan antara dua negara yang saling berhubungan dengan perdagangan, investasi, dan ikatan keluarga akan menimbulkan bencana bagi keduanya.

    8. Myanmar

    Pertengahan tahun 2024, rezim militer Myanmar tampaknya terhuyung-huyung, karena pemberontak telah merebut sebagian besar dataran tinggi serta pangkalan militer utama. Sejak itu, China, yang khawatir akan keruntuhan Myanmar, terlibat aktif di negara itu.

    Tetapi junta masih menghadapi perlawanan yang gigih. Pemungutan suara pada 2025, jika berjalan sesuai rencana, akan membawa pertumpahan darah lebih lanjut.

    Perang saudara yang telah merobek Myanmar sejak militer merebut kekuasaan pada 2021 telah membuat negara itu mundur beberapa dekade: Lebih dari 3 juta orang mengungsi secara internal, sistem kesehatan dan pendidikan telah runtuh, kemiskinan meroket, dan mata uang Myanmar, kyat, telah jatuh.

    9. Semenanjung Korea

    24 dimulai dengan pidato mengejutkan oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di mana ia membatalkan kebijakan penyatuan damai Korea Utara yang telah berlangsung selama beberapa dekade dengan Korea Selatan dan menyatakan Seoul sebagai musuh utama Pyongyang.

    Dalam pidatonya pada Januari, Kim bertujuan untuk lebih menutup Korea Utara, terutama dari ekspor budaya Korea Selatan – K-Pop, dengan kata lain – sambil memperketat cengkeramannya pada ekonomi.

    Tetapi memutuskan hubungan lebih lanjut, termasuk hampir semua komunikasi antar-Korea, membuat negara-negara itu memiliki sedikit pilihan untuk mengelola insiden pada saat gesekan meningkat.

    Kembalinya Trump menambah lapisan ketidakpastian lainnya. Terlepas dari ketidaksukaannya pada sekutu, dia tidak mungkin menarik Washington keluar dari perjanjian pertahanannya dengan Korea Selatan atau menarik pasukan AS.

    Tetapi dia mungkin menuntut agar Seoul membayar lebih banyak untuk perlindungan. Itu akan meningkatkan seruan, terutama di kalangan warga Korea Selatan biasa, agar Seoul memperoleh persenjataan nuklirnya sendiri. Setiap ambiguitas tentang komitmen Washington terhadap Seoul juga berisiko membuat Kim berani.

    Terlepas dari peringatan dari pengamat Korea, Kim tampaknya tidak mungkin meluncurkan perang besar-besaran, yang akan berisiko menjadi nuklir, menimbulkan bencana bagi Asia dan ekonomi dunia, dan kemungkinan berujung pada kematiannya sendiri.

    10. China-AS

    Orang-orang di lingkaran Trump berpikir Washington harus membatasi diri untuk menghalangi kekuatan Beijing di Asia. Eksekutif teknologi Elon Musk, yang melakukan bisnis di China, menginginkan hubungan yang lebih bersahabat.

    Trump sendiri telah mengirim sinyal yang beragam: konfrontatif dalam perdagangan, suam-suam kuku pada pertahanan Taiwan, tidak peduli tentang komitmen AS kepada sekutu Asia, dan sering mengagumi otoritas Xi.

    Janji kampanye Trump untuk mengenakan tarif setidaknya 60 persen pada barang-barang China – kenaikan tajam dari tarif masa jabatan pertamanya, yang sebagian besar dipertahankan Biden – tampaknya lebih mungkin menjadi salvo pembuka dalam pembicaraan daripada pendahuluan perang dagang.

    Tarif akan melemahkan perlambatan pertumbuhan China, tetapi Beijing dapat membalas – seperti yang sudah dimulai – dengan melarang ekspor mineral penting, misalnya, atau meluncurkan penyelidikan antimonopoli ke raksasa teknologi AS.

    Seberapa serius bahaya yang ditimbulkan Trump terhadap perdamaian yang rapuh di sekitar Taiwan tidak jelas. Selama beberapa dekade, Amerika Serikat telah bertujuan untuk mencegah Tiongkok menginvasi Taiwan dengan memperkuat pertahanan pulau itu, tanpa memperluas jaminan keamanan sambil mencegah Taipei untuk mendeklarasikan kemerdekaan atau memprovokasi Beijing.

    Tetapi presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, lebih bermusuhan daripada pendahulunya. Tiongkok telah meningkatkan serangan ke wilayah udara Taiwan dan latihan agresif di sekitar pulau itu, termasuk latihan Desember baru-baru ini – operasi maritim terbesarnya dalam beberapa dekade menurut Taiwan – yang melibatkan hampir 90 kapal angkatan laut dan penjaga pantai.

    Begitu dia menjabat, Trump mungkin akan kembali mengungkapkan skeptisisme tentang apakah membela Taiwan layak atau mencoba membuat pulau itu, yang secara teratur dia tuduh menunggangi kemurahan hati AS, untuk batuk lebih banyak untuk pertahanannya. Atau dia juga dapat mengizinkan penjualan senjata ofensif yang lebih cepat ke Taiwan dan lebih banyak operasi angkatan laut AS di Selat Taiwan. Kedua jalur dapat meminta tanggapan.

    Yang lebih genting adalah Laut Cina Selatan, di mana klaim maritim Tiongkok tumpang tindih dengan klaim negara-negara lain (seperti yang dikonfirmasi oleh putusan pengadilan khusus tahun 2016 mengenai Filipina, meskipun Beijing menolak putusan tersebut). Di sekitar bebatuan dan terumbu karang yang disengketakan di lepas pantai Filipina, sekutu perjanjian A.S., gesekan telah meningkat menjadi bentrokan di laut.

    Presiden Ferdinand Marcos Jr. telah mengupayakan hubungan yang lebih dekat dengan Amerika Serikat, memberikan akses ke lebih banyak pangkalan militer Filipina, termasuk beberapa yang dekat dengan Taiwan, melakukan latihan bersama, dan bekerja sama lebih erat dengan sekutu AS lainnya. Xi menuduh Manila memainkan insiden untuk mendapatkan peralatan dan investasi militer AS tambahan, dan Washington, pada gilirannya, mengeksploitasi gesekan untuk menarik pemerintah Asia ke dalam jaringan anti-China.

    Bentrokan yang mengakibatkan kematian Filipina dapat menyebabkan Marcos meminta pakta pertahanan negaranya dengan Washington. Trump, bahkan jika enggan menanggapi dengan tegas, akan menghadapi tekanan dari pejabat Departemen Pertahanan untuk melakukannya. Triknya adalah menghindari spiral eskalasi tanpa menandakan kepasifan yang dapat membuat Beijing berani, terutama jika para pemimpin China melihat tanda-tanda lain dari hubungan AS dengan sekutu.

    Sekutu AS lainnya, termasuk Jepang dan Korea Selatan, telah meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka, yang ketakutan oleh perilaku Tiongkok dan inkonsistensi AS. Konstituen besar di Tokyo dan Seoul percaya negara mereka harus memperoleh pencegah nuklir mereka sendiri. Spekulasi tentang tawar-menawar besar Trump-Xi hampir tidak menenangkan saraf, bahkan jika kesepakatan seperti itu tampak mengada-ada. Di tengah persaingan yang semakin intensif antara dua kekuatan besar dunia, pandangan redup Trump tentang aliansi mengguncang Asia hampir sama seperti halnya Eropa.

    (dce)

  • Kunjungan Komandan IRGC ke Pangkalan Rudal Rahasia, Kesiapan Strategis Ditunjukkan – Halaman all

    Kunjungan Komandan IRGC ke Pangkalan Rudal Rahasia, Kesiapan Strategis Ditunjukkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Jenderal Hossein Salami, melakukan kunjungan ke pangkalan rudal bawah tanah rahasia Iran yang terletak di pegunungan.

    Kegiatan ini disiarkan oleh televisi pemerintah Iran dan menunjukkan kesiapan negara tersebut dalam menghadapi ancaman dari Israel.

    Pangkalan yang ditinjau Salami dilaporkan menyimpan puluhan jenis rudal yang berbeda.

    Menurut laporan dari Al Mayadeen, pangkalan ini berperan penting dalam serangan langsung Iran terhadap Israel pada bulan Oktober lalu, yang dipicu oleh pembunuhan pemimpin militan pro-Iran dan seorang jenderal IRGC oleh Israel.

    Salami menegaskan bahwa Iran siap menghadapi segala ancaman regional.

    Kunjungan ini berlangsung menjelang pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang dikenal dengan kebijakan keras terhadap Iran, termasuk pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani dan penerapan kembali sanksi ekonomi.

    Pada hari yang sama, ribuan relawan paramiliter Basij menggelar parade di Teheran.

    Dalam parade tersebut, mereka menampilkan berbagai kendaraan berat bersenjata, peluncur roket, serta pasukan komando angkatan laut.

    Beberapa peserta bahkan menyeret peti mati yang dihiasi bendera Israel, sementara bendera Hizbullah juga tampak berkibar di antara spanduk Iran dan Palestina.

    Demonstrasi ini bertujuan untuk menunjukkan kesiapan Iran dalam menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya.

    Dalam pidato yang disampaikan oleh Jenderal Mohammadreza Naghdi, ia mengecam keras Amerika Serikat dan Israel, menyatakan bahwa AS bertanggung jawab atas berbagai krisis di dunia Muslim.

    Naghdi menekankan bahwa prioritas utama Iran adalah menghancurkan rezim Zionis dan mengusir pangkalan militer AS dari wilayah Iran.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Lebanon Akhiri Kebuntuan Presidensial Selama Bertahun-tahun di Bawah Tekanan AS dan Saudi – Halaman all

    Lebanon Akhiri Kebuntuan Presidensial Selama Bertahun-tahun di Bawah Tekanan AS dan Saudi – Halaman all

    Lebanon Akhiri Kebuntuan Presidensial Selama Bertahun-tahun di Bawah Tekanan AS dan Saudi

    TRIBUNNEWS.COM-Joseph Aoun, mantan komandan Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF), terpilih sebagai presiden Republik Lebanon dalam sidang parlemen pada tanggal 9 Januari. Pemilihan ini menyusul kebuntuan politik selama dua setengah tahun dan kekosongan presiden. 

    Mantan panglima angkatan darat Joseph Aoun berjanji dalam pidato pelantikannya bahwa Lebanon sedang memasuki ‘fase baru dalam sejarahnya’.

    Dalam putaran kedua pemungutan suara setelah putaran pertama yang gagal, Aoun memperoleh 99 suara – mengamankan lebih dari 86 suara yang dibutuhkan untuk memastikan kemenangan. 

    Sembilan anggota parlemen memberikan suara kosong, sementara 14 lainnya memberikan nama yang berbeda. Sebanyak lima surat suara dinyatakan tidak sah. 

    “Para wakil rakyat yang terhormat telah memberikan penghormatan kepada saya dengan memilih saya sebagai presiden,” kata presiden baru tersebut dalam pidato pelantikannya di gedung DPR sesaat setelah pemungutan suara.  

    “Kinerja politik di Lebanon harus berubah,” tegasnya. “Janji saya kepada rakyat Lebanon, di mana pun mereka berada, dan agar seluruh dunia mendengarnya, adalah bahwa hari ini, babak baru dalam sejarah Lebanon telah dimulai, dan saya akan menjadi pelayan pertama yang melestarikan piagam dan dokumen kesepakatan nasional, dan saya akan menjalankan semua kewenangan presiden Republik sebagai penengah yang adil antara lembaga-lembaga.”

    Aoun menekankan bahwa negara Lebanon memiliki hak untuk memaksakan otoritasnya di seluruh wilayah Lebanon dan bahwa ia akan bekerja untuk “meneguhkan hak negara untuk memonopoli kepemilikan senjata” di seluruh negeri. 

    “Kami akan berinvestasi pada militer untuk mengendalikan dan mengamankan perbatasan di selatan dan menandainya di timur dan utara, serta memerangi terorisme, menerapkan resolusi internasional, dan mencegah serangan Israel terhadap Lebanon,” lanjut Aoun, seraya menambahkan bahwa ia akan berupaya membangun strategi pertahanan yang komprehensif di tingkat diplomatik, ekonomi, dan militer yang akan memungkinkan negara Lebanon untuk menyingkirkan pendudukan Israel dan mencegah agresinya.” 

    Ia juga berjanji untuk “memulihkan” semua yang hancur akibat perang Israel di Lebanon di Bekaa, Lebanon selatan, dan pinggiran selatan Beirut. 

    Dengan Aoun sebagai presiden, posisi panglima angkatan darat kini kosong. Berdasarkan undang-undang, kepala staf angkatan darat Lebanon akan mengisinya hingga ada kandidat yang terpilih. 

    Presiden baru, yang merupakan sahabat dekat Kedutaan Besar AS, telah menjadi pemain utama dalam pemilihan presiden selama lebih dari dua tahun meskipun mendapat tentangan dari beberapa kekuatan politik. 

    Ia telah menikmati dukungan signifikan dari AS dan Arab Saudi dan merupakan pilihan utama Washington untuk jabatan presiden Lebanon.

    Pada bulan Oktober, surat kabar Al-Akhbar melaporkan bahwa AS berharap dapat menggunakan jabatan presiden Aoun untuk melawan Hizbullah di Lebanon. 

    Kelompok perlawanan Lebanon baru-baru ini memberi isyarat bahwa mereka tidak menentang pencalonan Aoun meskipun tetap berpegang pada pencalonan pilihannya, Suleiman Frangieh, hingga ia mengundurkan diri dari pencalonan pada Rabu malam. 

    Perwakilan Hizbullah memberikan suara untuk Aoun pada hari Kamis di putaran kedua setelah memberikan suara kosong di putaran pertama. 

    Anggota parlemen Mohammad Raad dari blok parlemen Hezbollah mengatakan: “Dengan menunda pemungutan suara untuk presiden, kami ingin mengirimkan pesan bahwa kami adalah pelindung konsensus nasional di negara ini.” 

    Menurut jurnalis Lebanon Radwan Mortada, Hizbullah telah memperoleh jaminan dari Aoun dan para pemain internasional yang “memaksakan” dia menjadi presiden (merujuk pada AS dan Arab Saudi) terkait rekonstruksi, strategi pertahanan, dan isu-isu lainnya.

    Pemilu ini berlangsung dua minggu sebelum berakhirnya periode gencatan senjata 60 hari di mana Hizbullah seharusnya menarik senjatanya ke utara Sungai Litani di bawah arahan tentara Lebanon.

    Israel, yang seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan dalam jangka waktu 60 hari, telah memberi sinyal akan memperpanjang masa tinggal tentaranya di negara itu. 

    Hizbullah baru-baru ini mengatakan beberapa kali bahwa sekarang adalah kesempatan bagi tentara dan negara Lebanon untuk membuktikan kemampuannya melindungi Lebanon dari serangan dan pelanggaran Israel. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Presiden Baru Lebanon Joseph Aoun: Negara Harus Kendalikan Kepemilikan Senjata – Halaman all

    Presiden Baru Lebanon Joseph Aoun: Negara Harus Kendalikan Kepemilikan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Parlemen Lebanon resmi memilih Kepala Angkatan Darat Joseph Aoun sebagai Presiden Lebanon pada hari Kamis (9/1/2025).

    Joseph Aoun, yang sebelumnya menjabat sebagai panglima militer Lebanon, memperoleh 99 suara dalam sidang parlemen, melebihi 86 suara yang dibutuhkan untuk menang.

    Dilantiknya Joseph Aoun sebagai Presiden Lebanon mengisi kebuntuan politik yang berlangsung lebih dari dua tahun.

    Usai mengangkat sumpah, Aoun yang kini berusia 61 tahun menyampaikan pidato.

    Pada pidato pelantikannya, Joseph Aoun telah mengungkapkan komitmennya untuk mengendalikan semua senjata yang berada di luar otoritas negara, serta menegaskan kembali keseriusan baru untuk sepenuhnya melaksanakan perjanjian gencatan senjata dengan Israel. 

    Komitmen Aoun untuk menegaskan hak negara dalam memonopoli kepemilikan senjata mendapat berbagai hal positif.

    “Saya juga akan bekerja untuk menegaskan hak negara untuk memonopoli kepemilikan senjata,” katanya, dikutip dari The New Arab.

    Meskipun Aoun tidak menyebut Hizbullah secara langsung, janji untuk menghormati resolusi internasional dan melakukan gencatan senjata dengan Israel sudah cukup untuk menunjukkan niatnya.

    Kelompok ini telah menyatakan bahwa mereka akan menyerahkan senjata mereka jika tentara Lebanon mampu menjaga keamanan negara dari ancaman Israel.

    Kesepakatan gencatan senjata yang diprakarsai oleh Amerika Serikat mulai berlaku pada tanggal 27 November, dengan batas waktu hingga akhir Januari untuk implementasinya. 

    Ketegangan meningkat karena Israel telah melakukan beberapa pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut. 

    Salah satu kekhawatiran utama adalah kemungkinan Israel tetap mempertahankan kehadirannya di wilayah Lebanon selatan setelah batas waktu yang telah ditentukan.

    Sebagai bagian dari perjanjian, Lebanon bertanggung jawab untuk memastikan tidak ada senjata yang berada di luar kendali negara di Lebanon selatan, khususnya di wilayah sekitar Sungai Litani tempat pasukan penjaga perdamaian PBB beroperasi. 

    Negara juga harus memastikan bahwa senjata di seluruh wilayah Lebanon disita dan perbatasan negara dilindungi secara ketat.

    Joseph Aoun adalah panglima Angkatan Darat Lebanon.

    Pria berusia 61 tahun ini lahir di Sin el-Fil, pinggiran utara Beirut pada tahun 1964.

    Ia dikenal sebagai panglima tentara Lebanon sejak tahun 2017.

    Aoun memulai karier militernya pada tahun 1983, ketika ia bergabung dengan akademi militer Lebanon di tengah berkecamuknya perang saudara, dikutip dari Al Jazeera.

    Dari sana, ia perlahan naik pangkat, mengikuti berbagai pelatihan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, termasuk program kontraterorisme di Amerika Serikat. 

    Prestasinya selama bertahun-tahun di militer diakui dengan berbagai penghargaan, termasuk Medali Perang Lebanon yang diterimanya sebanyak tiga kali.

    Pada Agustus 2017, setelah resmi menjabat sebagai panglima Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF), Aoun langsung menghadapi tantangan besar dengan melancarkan operasi antiterorisme. 

    Operasi tersebut bertujuan menyingkirkan kelompok ISIL (ISIS) yang telah lama bercokol di wilayah pegunungan antara Suriah dan Lebanon. 

    Wilayah ini meliputi desa-desa Kristen seperti Ras Baalbek dan Qaa di Lembah Bekaa. 

    Keberhasilan operasi itu meningkatkan reputasi Aoun sebagai pemimpin yang tangguh dan mampu menjaga keamanan negara.

    Selama masa jabatannya sebagai panglima, Aoun tidak hanya fokus pada urusan militer tetapi juga membangun jaringan strategi dengan aktor-aktor regional dan internasional.

    Ia menjalin hubungan baik dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Qatar. 

    Jaringan wawasan yang luas ini memainkan peran penting dalam menggalang dukungan politik bagi Aoun untuk menjadi presiden.

    Dengan latar belakang militer yang kuat dan pengalaman diplomasi internasional, Joseph Aoun menghadapi tantangan baru sebagai presiden, membawa harapan baru bagi Lebanon di tengah berbagai krisis yang melanda negara tersebut.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Joseph Aoun

  • Iran Rencanakan Operasi Janji Sejati 3, Peringatkan Israel dan AS – Halaman all

    Iran Rencanakan Operasi Janji Sejati 3, Peringatkan Israel dan AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penasihat Tertinggi Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC), Hussein Taeb, menekankan perlunya memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pertahanan dan pencegahan negaranya.

    Ia mengatakan, Iran sedang merencakan Operasi Janji Sejati 3 yang dampaknya akan lebih besar daripada Operasi Janji Sejati 2 dan 1.

    Hussein Taeb kemudian mengungkap apa yang terjadi ketika Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati 1 yang menargetkan Israel, dengan 200 drone sebagai balasan atas serangan Israel di kedutaan besar Iran di Damaskus pada April 2024.

    “Ketika Operasi Janji Sejati 1 akan dilaksanakan, Amerika mengirimkan pesan melalui Menteri Luar Negeri Inggris kepada Menteri Luar Negeri Iran di mana mereka mengatakan: Jangan serang Israel,” katanya, Kamis (9/1/2025).

    “Menanggapi permintaan Amerika, Iran mengatakan mereka akan melakukan segala daya untuk menyelamatkan rakyat Palestina yang tertindas,” lanjutnya, seperti diberitakan IRNA.

    “Amerika ingin menunda operasi “Janji Sejati 1”, namun kami menggagalkan permainan mereka dan menerapkannya.”

    Hussein Taeb kemudian membahas Operasi Janji Sejati 2 ketika AS membela Israel.

    “Dalam Operasi Janji Sejati 2, Amerika juga mengirim pesan ke Iran, tetapi ketika mereka merasa kecewa dan berkata: Jangan serang pangkalan kami, kami tidak akan berperang dengan Israel,” ungkapnya.

    Sebelumnya pada Senin (6/1/2025), juru bicara IRGC, Brigadir Jenderal Ali Mohammad Naeini, mengatakan langit Israel tidak terlindungi.

    “Langit Israel terbuka dan tidak terlindungi bagi pasukan kami,” katanya, sambil menekankan Iran siap menghadapi pertempuran besar dan kompleks, menurut laporan Mashreq.

    “Iran telah sepenuhnya siap menghadapi pertempuran besar dan kompleks dalam skala apa pun sejak lama. Kami mengandalkan kekuatan ilahi, kekuatan kami sendiri, dan kekuatan pencegahan rakyat, dan kami telah mengatasi konfrontasi keamanan dan perang budaya serta jenis pertikaian yang berbahaya,” lanjutnya.

    Pernyataan tersebut, menanggapi perkataan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan yang menganggap fasilitas nuklir Iran sebagai ancaman.

    Sebelumnya, Israel meratakan konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

    Dua jenderal IRGC termasuk Mohammad Reza Zahedi dan lima penasihat militernya tewas dalam serangan itu.

    Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati 1 pada 13 April 2024 untuk membalas serangan tersebut.

    Pada 31 Juli 2024, Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan pada 27 September 2024 Israel membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang dianggap sebagai sekutu Iran.

    Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati 2 pada 1 Oktober 2024 untuk membalas kematian kedua pemimpin tersebut.

    Israel kemudian meluncurkan serangan ke Iran pada 26 Oktober 2024 yang menargetkan fasilitas militer Iran.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Terpilih Jadi Presiden Lebanon, Joseph Aoun: Fase Baru Dimulai

    Terpilih Jadi Presiden Lebanon, Joseph Aoun: Fase Baru Dimulai

    Jakarta

    Panglima militer Joseph Aoun terpilih sebagai Presiden Lebanon. Aoun mengatakan terpilihnya dirinya itu sebagai ‘fase baru’.

    Dilansir AFP, Jumat (10/1/2025) hal itu disampaikan Aoun dalam pidatonya setelah resmi dilantik pada Kamis (9/1/2025) waktu setempat. Seperti diketahui jabatan Presiden dalam dua tahun terakhir tak diisi.

    “Hari ini, fase baru dalam sejarah Lebanon dimulai,” kata Aoun kepada anggota parlemen.

    Aoun mengatakan dia akan segera berkonsultasi untuk membahas penunjukan perdana menteri baru.

    “konsultasi cepat di parlemen” mengenai penunjukan perdana menteri baru dan bersumpah bahwa negara akan melakukan hal tersebut. “monopoli” senjata setelah perang dahsyat antara Israel dan Hizbullah.

    (dek/dek)

  • Jenderal Komandan Utara IDF: Kembalinya Hizbullah ke Desa-Desa Perbatasan Israel Tak Bisa Dihindari – Halaman all

    Jenderal Komandan Utara IDF: Kembalinya Hizbullah ke Desa-Desa Perbatasan Israel Tak Bisa Dihindari – Halaman all

    Komandan Utara IDF: Kembalinya Hizbullah ke Desa-Desa Perbatasan Israel Tak Bisa Dihindari

    TRIBUNNEWS.COM – Mayor Jenderal Ori Gordin, komandan Komando Utara Pasukan Pertahanan Israel, menyiratkan keengganan menarik mundur pasukannya dari teritorial Lebanon di tengah gencatan senjata yang sedang berlangsung dengan gerakan Hizbullah.

    Ori Gordin beralasan, meragukan kemampuan Angkatan Bersenjata Lebanon untuk menegakkan perjanjian gencatan senjata terhadap Hizbullah.

    Sang jenderal Israel mengingatkan kalau pengaruh Hizbullah dan tembakan roket di dekat perbatasan tetap menjadi ancaman yang signifikan, Channel 12 News  melaporkan pada hari Rabu.

    Meskipun ada rencana bagi penduduk Israel utara untuk kembali ke rumah pada tanggal 1 Maret, Gordin mengakui kalau sementara upaya sedang dilakukan, IDF tidak dapat mencegah para anggota Hizbullah dan warga Lebanon lainnya untuk kembali ke desa-desa dekat perbatasan.

    Itu artinya, Hizbullah berpotensi menggalkan rencana berbiaya besar Israel untuk memulangkan para pemukim Yahudi yang mengungsi dari perbatasan Utara.

     

    Situasi di Kiryat Shmona di Israel Utara (wilayah Palestina yang diduduki) saat diserang kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah. (khaberni/tangkap layar)

    Awal bulan ini, Israel meluncurkan rencana senilai 3,4 miliar shekel ($ 928 juta) untuk mendorong kembalinya sekitar 60.000 penduduk yang dievakuasi dari daerah berisiko di dekat perbatasan Lebanon setelah Hizbullah bergabung dalam perang untuk mendukung Hamas pada 8 Oktober 2023.

    Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, yang mengumumkan rencana tersebut, menekankan masalah keamanan. 

    “Kunci untuk kembali ke rumah adalah keamanan. Kami tidak berkompromi dalam masalah ini. Hizbullah telah mengalami pukulan yang sangat keras, dan hari ini kami melihat penegakan hukum yang tegas dan tanpa kompromi. Kami tidak akan membiarkan ancaman muncul kembali di perbatasan utara maupun bagi penduduk utara,” kata Smotrich.

    Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Israel Katz memperingatkan kalau perjanjian gencatan senjata 26 November dapat runtuh jika Hizbullah tidak sepenuhnya menarik diri sebagaimana yang diuraikan dalam perjanjian dengan pemerintah Lebanon.

    “Syarat pertama untuk pelaksanaan perjanjian ini adalah penarikan penuh organisasi teror Hizbullah di seberang Sungai Litani, pembongkaran semua senjata, dan [penghapusan] infrastruktur teror di wilayah tersebut oleh tentara Lebanon—sesuatu yang belum terjadi,” kata Katz.

    “Jika syarat ini tidak terpenuhi, tidak akan ada kesepakatan, dan Israel akan dipaksa bertindak secara independen untuk memastikan kembalinya penduduk utara ke rumah mereka dengan selamat,” katanya.

    Pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon dalam invasi darat melawan milisi Hizbullah. (tangkap layar Amir Levy/Getty Images)

    IDF Mau Terus Duduki Wilayah Lebanon 

    Israel dilaporkan ingin tetap menduduki beberapa wilayah di Lebanon selama bertahun-tahun ke depan.

    Hal itu disampaikan oleh seorang narasumber kabinet Israel kepada Channel 12, Selasa (7/1/2025).

    Dalam perjanjian gencatan senjata dengan kolompok Hizbullah, Israel sudah diperintahkan untuk menarik diri dari wilayah Lebanon.

    Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) hingga kini masih menduduki sebagian area di Lebanon selatan.

    Israel punya waktu 60 hari untuk menarik pasukannya. Lalu, area yang dikosongkan pasukan Israel akan diisi oleh Angkatan Bersenjata Lebanon.

    Di sisi lain, Hizbullah diharuskan menarik mundur pejuangnya dari utara Sungai Litani.

    Utusan Amerika Serikat (AS) yang menengahi gencatan senjata Hizbullah-Israel, Amos Hochstein, meyakini tidak ada alasan bagi IDF untuk tetap menduduki Lebanon.

    Para pejabat Israel belum mengancam akan memperpanjang pendudukan di Lebanon.

    Namun, beberapa laporan menunjukkan pemerintah Israel serius untuk mempertimbangkannya.

    Pasukan Israel (IDF) dari Divisi Lapis Baja melancarkan agresi militer di Lebanon Selatan. (Khaberni/HO)

    Salah satu alasan utama yang disampaikan Israel adalah lambatnya pengerahan tentara Lebanon. Hingga saat ini, baru tiga area yang diambil alih tentara Lebanon.

    Pejabat Israel menyebut karena lambatnya pengerahan itu, Israel tak punya pilihan lain selain memperpanjang keberadaan pasukannya di Lebanon hingga dua bulan.

    Sementara itu, narasumber dari AS menyebut tentara Lebanon telah mempercepat pengerahan personel.

    “Kemarin IDF menarik diri dari sektor barat karena pengerahan tentara Lebanon di area itu,” kata narasumber itu.

    “Pemerintah AS dan pemain regional lainnya kini menyiapkan kondisi untuk fase penarikan selanjutnya.”

    IDF akan bangun 3 pangkalan

    Surat kabar Al Akhbar menyebut Israel sudah mendapatkan persetujuan dari Hochstein dan kepala komite pengawasan gencatan senjata, Jasper Jeffers, untuk mendirikan tiga pangkalan militer strategis di Lebanon selatan.

    Narasumber Al Akhbar mengungkapkan lokasi tiga pangkalan itu.

    Pertama, di area Al Labbouneh di sektor barat, dekat Naqoura dan Alma Al Shaab, menghadap Galile Barat.

    Kedua, di jabal Blat di sektor tengah, di antara Marwahin, Ramia, Beit Lif, dan Al Qouzah, menghadap Zarit dan Shtula.

    Ketiga, di antara Khiam dan Al Wazzani, menghadap Metula.

    Muncul ketidaksepakatan antara Lebanon dan Israel mengenai penafsiran pernjanjian gencatan senjata.

    Lebanon ingin membedakan desa-desa di Lebanon dengan infrastruktur Hizbullah. Di sisi lain, Israel menganggap setiap bangunan yang pernah menjadi gudang senjata sebagai infrastruktur Hizbullah dan tak bisa dipulihkan.

    Pasukan Israel, IDF beroperasi di wilayah Gunung Dov, Lebanon. Foto diterbitkan 23 November 2024 (UNIT JURU BICARA IDF)

    Aset militer Hizbullah bisa jatuh ke tangan tentara Lebanon

    Sementara itu, senjata, fasilitas militer, dan terowongan milik Hizbullah terancam jatuh ke tangan tentara Lebanon.

    Hal itu berkaitan dengan perjanjian gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.

    Hochstein menyebut tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan.

    “Pengerahan tentara Lebanon ke Lebanon selatan akan dilakukan dan Israel akan mundur ke Garis Biru ketika masa gencatan senjata berakhir tanggal 27 Januari,” kata Hochstein saat rapat di Lebanon, dikutip dari Maariv yang mengutip Al Awsat, pekan ini.

    “Makna perjanjian ini ialah bahwa satu-satunya entitas yang memiliki senjata di Lebanon adalah negara dan akan melarang partai dan milisi di Lebanon memiliki senjata.”

    Hochstein menegaskan perjanjian itu akan berlaku di seluruh wilayah Lebanon tanpa terkecuali.

    Dia menyebut ambiguitas dalam tafsir klausul perjanjian yang hanya terbatas di area selatan Sungai Litani itu tidak cocok dan bertentangan dengan apa yang tertulis dalam perjanjian.

    Lalu, utusan AS itu menjelaskan senjata, fasilitas militer, dan terowongan Hizbullah harus dimiliki oleh tentara Lebanon. Dia berujar aset-aset itu sebaiknya dihancurkan.

    Pernyataan Hochstein itu muncul setelah Wakil Ketua Dewan Politik Hizbullah Mahmoud Kamati mengancam akan membatalkan gencatan senjata dengan Israel.

    “Kami memberikan kesempatan 60 hari kepada mekanisme baru dan hukum internasional untuk melindungi Lebanon, kami berjanji untuk sabar selama 60 hari, tetapi hari ke-61 akan sepenuhnya berbeda,” kata Kamati.

    (oln/jns/*)