Organisasi: Hizbullah

  • Gencatan Senjata Disetujui, Hamas Girang: Pasukan Pendudukan Israel Bertekuk Lutut – Halaman all

    Gencatan Senjata Disetujui, Hamas Girang: Pasukan Pendudukan Israel Bertekuk Lutut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dan Hamas dilaporkan sudah menyepakati perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025) mendatang.

    Izzat al-Risheq, anggota Biro Politik Hamas, mengatakan gencatan senjata itu memenuhi semua syarat yang diminta Hamas.

    Syarat itu di antaranya penarikan mundur pasukan Israel sepenuhnya dari Gaza, pengembalian warga Gaza ke rumah masing-masing, dan mengakhiri perang di Gaza secara permanen.

    “Pasukan pendudukan dibuat bertekuk lutut,” kata al-Risheq dalam pernyataannya, dikutip dari Al Jazeera.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berbicara kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan suksesornya, Donald Trump, perihal gencatan itu.

    Kepada keduanya, Netanyahu berterima kasih karena telah membantu “mempercepat” kesepakatan gencatan dan upaya pembebasan warga Israel yang masih disandera Hamas di Gaza.

    Kantor Netanyahu mengatakan orang nomor satu di Israel itu berkomitmen untuk memulangkan para sandera dengan cara apa pun.

    Warga Palestina di Gaza di samping Tank Merkava Israel yang hangus dalam serangan Banjir Al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023. (Khaberni)

    Hamas berterima kasih kepada Iran

    Setelah gencatan senjata dengan Israel disepakati, Hamas mengucapkan terima kasih kepada Iran dan proksi-proksinya atas bantuan mereka selama ini.

    Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Khalil al-Hayya, mengucapkan terima kasih kepada Iran, Hizbullah, Angkatan Bersenjata Yaman, dan kelompok perlawanan di Irak.

    Hayya memuji Hizbullah yang telah rela berkorban “ratusan syuhada, pemimpin, dan pejuang demi jalan pembebasan Al-Quds”.

    Dia juga menyinggung serangan yang dilakukan Houthi dan para pejuang Irak untuk membalas operasi militer brutal Israel di Gaza dan Lebanon.

    Lain daripada itu, dia berterima kasih kepada para pejuang Palestina di Tepi Barat yang masih diduduki Israel.

    Hayya mengklaim Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan Hamas adalah balasan atas pendudukan dan agresi Israel selama puluhan tahun di Palestina.

    Menurutnya, operasi itu adalah titik penting dalam sejarah perjuangan rakyat Palestina. Sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, telah melayangkan pukulan keras terhadap Israel dan hal itu akan tercatat dalam sejarah.

    “Rakyat kami tidak akan melupakan siapa pun yang ikut serta dalam perang pembersihan itu. Kami tak akan lupa dan kami tak akan memaafkan,” katanya, dikutip dari Press TV.

    Juru bicara Brigade Al Qassam, Abu Obeida, memuji kesabaran dan keteguhan pejuang Palestina dalam menghadapi Israel yang dibekingi AS.

    “Semoga damai menyertai jiwa-jiwa syuhada kami, anak-anak kami yang tidak berdosa, dan para rakyat kami yang tertindas,” kata Obeida.

    Tank Pasukan Israel di wilayah Gaza Utara dalam operasi militer darat di wilayah kantung Palestina tersebut. (Khaberni)

    Jihad Islam Palestina, salah satu kelompok perjuangan di Gaza, juga menyambut baik kesepakatan gencatan senjata.

    “Saat ini rakyat kita dan [kelompol] perjuangan mereka memaksakan perjanjian terhormat untuk menghentikan agresi, menarik mundur [pasukan Israel], dan melakukan pertukaran sandera, berkat keteguhan legendaris mereka dan para pejuang mereka yang gagah berani,” kata kelompok itu.

    Adapun Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) menyebut gencatan senjata itu sebagai “kemenangan Gaza atas genosida”.

    Sama seperti PFLP, Gerakan Mujahidin Palestina memuji kemenangan Palestina atas rezim “Zionis Nazi Israel” yang didukung oleh pemerintah AS.

    “Rakyat kita dan perlawanan mereka di Gaza telah mengamankan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tawanan, mencegah rencana musuh untuk menghentikan dan menyingkirkan perlawanan,” kata gerakan itu.

    Gerakan tersebut juga mengklaim sukses mempermalukan Israel, menghancurkan kesombongannya, dan menimbulkan kekalahan beruntun yang tak bisa disembunyikan.

    (*)

  • Beraksi Dini Hari, Israel Ledakkan Rumah-Rumah di Lebanon Selatan: 520 Kali Langgar Gencatan Senjata – Halaman all

    Beraksi Dini Hari, Israel Ledakkan Rumah-Rumah di Lebanon Selatan: 520 Kali Langgar Gencatan Senjata – Halaman all

    Beraksi Dini Hari, Israel Ledakkan Rumah-Rumah di Lebanon Selatan: 520 Kali Langgar Gencatan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM – Media Lebanon, Rabu (15/1/2025) melaporkan pembongkaran rumah dengan cara diledakkan oleh tentara Israel di Lebanon selatan.

    Aksi Israel, berdalih mencari infrastruktur dan persenjataan Hizbullah ini merupakan aksi lanjutan dari pelanggar perjanjian gencatan senjata antara kedua negara.

    Kantor berita Lebanon, NNA mengatakan kalau tentara Israel meledakkan beberapa rumah dan menghancurkan jalan setelah tengah malam di kota Aita al-Shaab , Hanine, dan Maroun al-Ras.

    Pasukan tentara Israel juga melakukan ledakan di kota Markaba, kata kantor berita tersebut, tanpa memberikan rincian tentang sifat ledakan tersebut.

    Ratusan Pelanggaran Gencatan Senjata

    Lebanon dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 27 November untuk mengakhiri pertempuran lebih dari 14 bulan antara tentara Israel dan kelompok Hizbullah sejak dimulainya perang Gaza.

    Namun, pihak berwenang Lebanon telah melaporkan lebih dari 520 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, termasuk kematian 37 orang dan cedera pada 45 orang lainnya.

    Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Israel diharuskan menarik pasukannya di selatan Garis Biru (perbatasan de facto) secara bertahap, sementara tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.

    Data dari Kementerian Kesehatan Lebanon menunjukkan bahwa sejak serangan Israel terhadap Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023, setidaknya 4.068 orang telah tewas, termasuk wanita, anak-anak, dan pekerja kesehatan, sementara 16.670 lainnya terluka.

    Asap-asap dari peledakan rumah di Lebanon Selatan oleh Pasukan Israel di tengah perjanjian gencatan senjata yang berlangsung dengan Hizbullah.

    IDF Obok-obok Lebanon Selatan

    Seperti dilaporkan, Tentara Israel (IDF) dilaporkan masih menduduki wilayah Lebanon Selatan terlepas dari gencatan senjata yang sedang berlangsung dengan gerakan Hizbullah.

    Berdalih memiliki kesepakatan dengan Tentara Lebanon, IDF bahkan memperluas aksi militernya di teritorial Lebanon Selatan.

    Dalam manuvernya itu, IDF menyatakan mendapat sejumlah capaian.

    “Brigade Hiram ke-769 IDF menemukan dan menyita sejumlah besar senjata Hizbullah selama operasi di Lebanon Selatan, kata militer IDF pada akhir pekan kemarin, dikutip dari JNS, dikutip Senin (13/1/2025).

    IDF mengaku menemukan peluncur roket, peluru mortir, granat berpeluncur roket, rudal yang diluncurkan dari bahu, dan alat peledak dalam penyisirannya di Lebanon Selatan.

    IDF juga mengklaim menemukan dengan posisi tembak antitank dan senjata tersembunyi.

    “Pasukan juga menemukan fasilitas penyimpanan senjata yang berisi puluhan rudal yang diluncurkan dari bahu, bahan peledak, dan peralatan militer yang lengkap,” kata laporan media Israel tersebut.

    IDF beralasan, terus memperluas wilayah operasinya di Lebanon Selatan sesuai dengan “Kesepahaman antara Israel dan Lebanon sambil mempertahankan ketentuan gencatan senjata,” kata pernyataan itu.

    “Pasukan IDF dikerahkan di seluruh Lebanon Selatan dan akan bertindak melawan segala ancaman terhadap Negara Israel dan warganya,” tambah pernyataan IDF.

    Tentara Lebanon berkendara dalam konvoi di Mansouri, saat mereka menuju Lebanon selatan, menyusul gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang mulai berlaku pada Rabu, 27 November 2024. (tangkap layar/kredit foto: AP/Hussein Malla)

    Tentara Lebanon Mau Lucuti Persenjataan Hizbullah

    Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengumumkan pada hari Jumat bahwa Angkatan Darat Lebanon akan memulai upaya untuk melucuti senjata Hizbullah, dengan fokus pada wilayah selatan Litani.

    Ia menekankan bahwa ini menandai fase baru pengerahan dan kewenangan angkatan darat negara di seluruh Lebanon.

    Pada hari Kamis, parlemen di Beirut memilih panglima militer Lebanon Joseph Aoun sebagai presiden, yang memicu ucapan selamat dari Presiden AS Joe Biden .

    “Presiden Aoun mendapat kepercayaan saya,” kata Biden pada hari Kamis.

    “Saya sangat yakin dia adalah pemimpin yang tepat untuk saat ini.”

    Biden mengatakan bahwa pemilihan Aoun “terjadi hanya enam minggu setelah Amerika Serikat berhasil mengakhiri permusuhan antara Hizbullah dan Israel”.

    Kepala negara baru itu “akan memberikan kepemimpinan penting saat Lebanon dan Israel sepenuhnya melaksanakan penghentian permusuhan dan saat ratusan ribu orang kembali ke rumah mereka dan Lebanon pulih dan membangun kembali”.

    Rakyat Lebanon, lanjutnya, telah menderita selama lebih dari dua tahun akibat perang yang menghancurkan dan krisis keuangan yang berkelanjutan, serta tidak adanya kepemimpinan nasional.

    “Melalui anggota parlemen yang mereka pilih, rakyat Lebanon telah menjalankan hak demokratis mereka untuk memilih masa depan mereka sendiri,” kata Biden. “Mereka telah memilih jalan yang selaras dengan perdamaian, keamanan, kedaulatan, dan rekonstruksi dalam kemitraan dengan masyarakat internasional. Dan Amerika Serikat akan mendukung mereka saat mereka menempuh jalan itu.”

    Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar mengucapkan selamat kepada  Aoun dan menyampaikan harapan “bahwa pilihan ini akan berkontribusi terhadap stabilitas, masa depan yang lebih baik bagi Lebanon dan rakyatnya, serta hubungan bertetangga yang baik.”

    Foto di dalam terowongan yang diklaim oleh Israel sebagai akses bagi unit Radwan Hizbullah di Lebanon selatan. IDF mengunggah sejumlah video dan foto yang memperlihatkan kompleks terowongan bawah tanah, melalui akun juru bicara IDF berbahasa Arab, Avichay Adraee, di media sosial X pada Senin (14/10/2024). (X/@AvichayAdraee)

    Jaringan Terowongan hingga Senjata Hizbullah Terancam

    Senjata, fasilitas militer, dan terowongan milik Hizbullah terancam jatuh ke tangan tentara Lebanon.

    Hal itu berkaitan dengan perjanjian gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.

    Utusan Khusus Amerika Serikat (AS), Amos Hochstein, mengatakan tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan.

    “Pengerahan tentara Lebanon ke Lebanon selatan akan dilakukan dan Israel akan mundur ke Garis Biru ketika masa gencatan senjata berakhir tanggal 27 Januari,” kata Hochstein saat rapat di Lebanon, dikutip dari Maariv yang mengutip Al Awsat, pekan ini.

    “Makna perjanjian ini ialah bahwa satu-satunya entitas yang memiliki senjata di Lebanon adalah negara dan akan melarang partai dan milisi di Lebanon memiliki senjata.”

    Hochstein menegaskan perjanjian itu akan berlaku di seluruh wilayah Lebanon tanpa terkecuali.

    Dia menyebut ambiguitas dalam tafsir klausul perjanjian yang hanya terbatas di area selatan Sungai Litani itu tidak cocok dan bertentangan dengan apa yang tertulis dalam perjanjian.

    Lalu, utusan AS itu menjelaskan bahwa senjata, fasilitas militer, dan terowongan Hizbullah harus dimiliki oleh tentara Lebanon. Dia berujar aset-aset itu sebaiknya dihancurkan.

    Pernyataan Hochstein itu muncul setelah Wakil Ketua Dewan Politik Hizbullah Mahmoud Kamati mengancam akan membatalkan gencatan senjata dengan Israel.

    “Kami memberikan kesempatan 60 hari kepada mekanisme baru dan hukum internasional untuk melindungi Lebanon, kami berjanji untuk sabar selama 60 hari, tetapi hari ke-61 akan sepenuhnya berbeda,” kata Kamati.

    Menurut laporan MTV Lebanon, Hochstein diperkirakan akan menyodorkan usulan besar. Usulan itu adalah memperpanjang gencatan senjata dan penarikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yakni selama 60 hari lagi.

    Usulan itu keluar karena tentara Lebanon tidak bisa mengerahkan 10.000 personel ke Litani selatan.

    Sementara itu, Al Joumhuriya melaporkan sudah ada lebih dari pelanggaran oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sejak gencatan senjata diberlakukan sekiar sebulan lalu.

    AS Klaim IDF mulai mundur

    Hochstein mengklaim IDF mulai menarik diri dari Lebanon.

    “Militer Israel mulai mundur dari Naqura dan kembali ke Israel hari ini, selatan Garis Biru,” kata Hochstein dikutip dari The Times of Israel. Garis biru adalah garis demarkasi di perbatasan Israel-Lebanon.

    “Penarikan ini akan terus berlanjut hingga semua pasukan Israel keluar dari Lebanon sepenuhnya, dan tentara Lebanon terus dikerahkan ke selatan dan sepanjang Garis Biru.

    Sementara itu, Hizbullah diharuskan menarik mundur para pejuangnya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 km dari perbatasan. Hizbullah juga diminta membongkar semua infrastruktur militer yang masih tersisa di selatan.

    Qassem: Kesabaran Hizbullah mungkin sudah habis

    Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem mengancam Israel. Dia menyebut kesabaran Hizbullah mungkin sudah habis sebelum masa gencatan berakhir.

    Kesabaran itu tergerus oleh tindakan Israel yang melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Ketika menjawab kritik mengenai bungkamnya Hizbullah meski Israel melanggar perjanjian, Qassem mengatakan pemimpin Hizbullah adalah satu-satunya pihak yang memutuskan kapan melawan, bagaimana cara melawan, dan senjata yang digunakan.

    “Kesabaran kami mungkin habis dan ketika kami memutuskan bertindak, kalian akan segera melihatnya,” ujar Qassem dikutip dari Anadolu Agency.

    “Kami berkata bahwa kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran oleh Israel, menerapkan perjanjian itu, dan bersikap sabar. Ini tidak berarti bahwa kami akan sabar selama 60 hari, tidak juga berarti kami akan sabar selama kurang dari 60 hari atau lebih.”

    (oln/anews/jns/*)

     

     

  • Israel Peringatkan Warganya Ada Pancingan-Jebakan dari Iran Agar ke Luar Negeri Berujung Penculikan – Halaman all

    Israel Peringatkan Warganya Ada Pancingan-Jebakan dari Iran Agar ke Luar Negeri Berujung Penculikan – Halaman all

    Israel Peringatkan Warganya Ada Pancingan-Jebakan dari Iran untuk ke Luar Negeri

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas keamanan Israel dilaporkan mengeluarkan peringatan kepada warganya agar waspada terhadap meningkatnya upaya Iran untuk memikat mereka ke luar negeri dengan tujuan menyakiti atau menculik mereka.

    Dalam sebuah pernyataan, Dewan Keamanan Nasional Israel (NSC) mengatakan pasukan Iran menargetkan warga Israel secara daring dan mencoba meyakinkan mereka untuk menghadiri pertemuan di luar negeri di mana mereka akan diserang.

    Baru-baru ini, NSC mengatakan, seorang pengusaha Israel dihubungi oleh seseorang di Telegram yang menyamar sebagai karyawan kantor berita Al Arabiya versi Persia dan berusaha mengatur pertemuan di Dubai untuk melakukan wawancara. 

    Setelah merasa curiga, pengusaha itu memberi tahu NSC, yang menemukan bahwa kontak tersebut telah menginfeksi ponselnya dengan malware untuk meretas ponselnya.

    NSC memperingatkan warga Israel agar tidak membagikan informasi dengan kontak yang tidak dikenal secara daring dan membocorkan informasi pribadi atau rencana perjalanan dengan calon mitra bisnis atau akademis tanpa memverifikasi identitas mereka. 

    Warga Israel didesak untuk waspada dan menghubungi Kementerian Luar Negeri atau NSC tentang aktivitas yang mencurigakan.

    Ilustrasi: Seorang pakar keamanan siber berbicara tentang teknik peretasan Iran, di Dubai, Uni Emirat Arab, 20 September 2017.

    Iran Rencanakan Operasi Janji Sejati 3, Peringatkan Israel dan AS

    Penasihat Tertinggi Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC), Hussein Taeb, menekankan perlunya memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pertahanan dan pencegahan negaranya.

    Ia mengatakan, Iran sedang merencakan Operasi Janji Sejati 3 yang dampaknya akan lebih besar daripada Operasi Janji Sejati 2 dan 1.

    Hussein Taeb kemudian mengungkap apa yang terjadi ketika Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati 1 yang menargetkan Israel, dengan 200 drone sebagai balasan atas serangan Israel di kedutaan besar Iran di Damaskus pada April 2024.

    “Ketika Operasi Janji Sejati 1 akan dilaksanakan, Amerika mengirimkan pesan melalui Menteri Luar Negeri Inggris kepada Menteri Luar Negeri Iran di mana mereka mengatakan: Jangan serang Israel,” katanya, Kamis (9/1/2025).

    “Menanggapi permintaan Amerika, Iran mengatakan mereka akan melakukan segala daya untuk menyelamatkan rakyat Palestina yang tertindas,” lanjutnya, seperti diberitakan IRNA.

    “Amerika ingin menunda operasi “Janji Sejati 1”, namun kami menggagalkan permainan mereka dan menerapkannya.”

    Hussein Taeb kemudian membahas Operasi Janji Sejati 2 ketika AS membela Israel.

    “Dalam Operasi Janji Sejati 2, Amerika juga mengirim pesan ke Iran, tetapi ketika mereka merasa kecewa dan berkata: Jangan serang pangkalan kami, kami tidak akan berperang dengan Israel,” ungkapnya.

    Sebelumnya pada Senin (6/1/2025), juru bicara IRGC, Brigadir Jenderal Ali Mohammad Naeini, mengatakan langit Israel tidak terlindungi.

    “Langit Israel terbuka dan tidak terlindungi bagi pasukan kami,” katanya, sambil menekankan Iran siap menghadapi pertempuran besar dan kompleks, menurut laporan Mashreq.

    “Iran telah sepenuhnya siap menghadapi pertempuran besar dan kompleks dalam skala apa pun sejak lama. Kami mengandalkan kekuatan ilahi, kekuatan kami sendiri, dan kekuatan pencegahan rakyat, dan kami telah mengatasi konfrontasi keamanan dan perang budaya serta jenis pertikaian yang berbahaya,” lanjutnya.

    Pernyataan tersebut, menanggapi perkataan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan yang menganggap fasilitas nuklir Iran sebagai ancaman.

    Sebelumnya, Israel meratakan konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

    Dua jenderal IRGC termasuk Mohammad Reza Zahedi dan lima penasihat militernya tewas dalam serangan itu.

    Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati 1 pada 13 April 2024 untuk membalas serangan tersebut.

    Pada 31 Juli 2024, Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan pada 27 September 2024 Israel membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang dianggap sebagai sekutu Iran.

    Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati 2 pada 1 Oktober 2024 untuk membalas kematian kedua pemimpin tersebut.

    Israel kemudian meluncurkan serangan ke Iran pada 26 Oktober 2024 yang menargetkan fasilitas militer Iran.

     

  • PM baru Lebanon janji akan mulai babak baru

    PM baru Lebanon janji akan mulai babak baru

    PM Salam menyoroti kebutuhan mendesak untuk upaya rekonstruksi pascakonflik mematikan selama hampir 14 bulan antara Israel dan Hizbullah, yang menghancurkan rumah dan infrastruktur warga sipil.

    Beirut (ANTARA) – Perdana Menteri (PM) Lebanon yang baru terpilih, Nawaf Salam, pada Selasa (14/1) berjanji akan memulai babak baru di negara itu, menurut laporan TV lokal Al Jadeed.

    “Sudah tiba saatnya untuk memulai babak baru yang berakar pada keadilan, keamanan, kemajuan, dan peluang sehingga Lebanon menjadi negara yang bebas dan berkewarganegaraan setara,” kata Salam dalam sambutan pertamanya sebagai Perdana Menteri di Istana Baabda di Beirut, ibu kota Lebanon.

    PM Salam menyoroti kebutuhan mendesak untuk upaya rekonstruksi pascakonflik mematikan selama hampir 14 bulan antara Israel dan Hizbullah, yang menghancurkan rumah dan infrastruktur warga sipil.

    “Sebagian besar rakyat kita masih mengalami kerusakan rumah dan institusi, dan kita harus membangun kembali desa-desa di wilayah Bekaa, bagian selatan, dan ibu kota Beirut. Rekonstruksi adalah sebuah komitmen,” ujarnya.

    Perdana Menteri Lebanon yang baru dilantik, Nawaf Salam, menyampaikan pidato di Beirut, Lebanon, pada 14 Januari 2025. (ANTARA/Xinhua/Bilal Jawich)

    Salam juga berjanji untuk melaksanakan Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1701.

    “Kita harus bekerja keras untuk sepenuhnya melaksanakan Resolusi 1701 dan memaksa musuh untuk menarik diri sepenuhnya dari jengkal terakhir tanah kita,” ujarnya.

    Dia menyerukan perluasan kewenangan negara ke semua wilayah dan mendesak pemerintah mengimplementasikan sebuah rencana komprehensif untuk membangun ekonomi yang produktif dan menciptakan lapangan kerja bagi generasi mendatang.

    Saat mengadvokasi penerapan desentralisasi administratif yang diperluas, Salam menekankan pentingnya mereformasi administrasi Lebanon yang berbasis patronasi. Sementara itu, dia menyerukan untuk menegakkan keadilan bagi para korban ledakan pelabuhan Beirut pada tahun 2020 lalu.

    “Saya tidak mendukung pengucilan namun mendukung persatuan, tidak mendukung marginalisasi namun mendukung integrasi,” kata Salam, sembari menyerukan semua pihak untuk bersama-sama melakukan reformasi.

    Salam ditunjuk sehari sebelumnya sebagai Perdana Menteri baru Lebanon dan ditugaskan untuk membentuk pemerintahan baru. Selesai

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Lagi, Houthi Luncurkan Rudal Hipersonik ‘Palestina 2’ dan 4 Drone ke Israel, Serangan Diklaim Sukses – Halaman all

    Lagi, Houthi Luncurkan Rudal Hipersonik ‘Palestina 2’ dan 4 Drone ke Israel, Serangan Diklaim Sukses – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi atau Ansrallah di Yaman kembali menyerang Israel dengan rudal dan drone atau pesawat nirawak, Senin malam, (13/1/2025).

    Juru bicara Houthi Brigjen Yahya Saree mengatakan dalam serangan itu pihaknya menggunakan satu rudal hipersonik berjenis Palestina 2. Dalam pada itu, jumlah drone yang diluncurkan berjumlah empat.

    Saree kembali menyebut bahwa serangan Houthi terbaru ini merupakan bentuk dukungan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza yang diinvasi Israel.

    “Sebagai balasan atas pembantaian terhadap rakyat kita di Gaza, dan tahapan kelima dalam pertempuran Penaklukan yang Dijanjikan dan Jihad Suci dan dalam rangka pembalasan atas agresi Israel di negara kita,” kata Saree dikutip dari kantor berita Saba.

    Houthi mengklaim serangan itu menargetkan wilayah Jaffa (Tel Aviv) dan menuai keberhasilan.

    “Angkatan Udara menjalankan operasi militer khusus yang menyerang target penting di Yaffa dengan empat drone, dan operasi itu sukses mencapai tujuannya,” ujar Saree.

    Saat serangan dilancarkan, sirene peringatan berbunyi di Tepi Barat, Lembah Yordan, dan sebagian Israel Utara.

    Dikutip dari i24 News, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim ada satu rudal yang ditangkis sebelum memasuki zona udara Israel.

    Sementara itu, The Jerusalem Post melaporkan sistem pertahanan Israel berhasil menangkis drone di lokasi di Israel selatan yang tidak diungkapkan. Sirene peringatan tidak diaktifkan karena IDF meyakini serangan itu sudah bisa ditangani.

    Rudal hipersonik Palestina-2 milik Houthi. (Israel Alma)

    Serangan Israel ke Yaman

    Serangan terbaru Houthi dilancarkan beberapa hari setelah Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel menyerang Yaman.

    Israel dan sekutunya sempat berharap serangan ke Yaman bisa mencegah Houthi meluncurkan rudal lagi ke Israel. Meski memiliki kekuatan militer yang lebih baik, Israel dan sekutunya belum bisa membungkam Houthi.

    Dalam serangan ke Yaman, Israel dan koalisinya menargetkan pembangkit listrik Hezyaz lalu Pelabuhan Hodeidah dan Ras Issa di pantan barat Yaman.

    Serangan itu dilaporkan dikoordinasi oleh koalisi Inggris-Amerika yang menyerang target tertentu. Pada waktu yang sama Israel menyerang target lainnya.

    Ada lebih dari 20 jet tempur Israel yang dikerahkan dalam serangan tersebut. Sebanyak 50 bom telah dijatuhkan.

    Menurut laporan, 12 serangan di utara Ibu Kota Sanaa yang menargetkan fasilitas bawah tanah Houthi dilakukan oleh AS dan Inggris.

    320 drone sudah diluncurkan

    Militer Israel mengatakan kelompok Houthi sudah meluncurkan 40 rudal darat dan 320 drone  ke Israel sejak perang di Jalur Gaza meletus.

    Menurut IDF, kebanyakan rudal itu bisa ditangkis oleh sistem pertahanan.

    “Sejauh ini, satu rudal yang jatuh telah diidentifikasi, dan dua penangkisan yang menyebabkan pecahan-pecahan jatuh di area itu,” kata IDF hari Kamis, (9/1/2025), dikutip dari Xinhua.

    IDF mengklaim rudal Houthi lainnya gagal dalam perjalanan ke Israel.

    Lalu, IDF mengatakan Angkatan Udara Israel telah mencegat lebih dari 100 pesawat nirawak.

    Serangan rudal dan drone Houthi memunculkan korban jiwa dan kerusakan di Israel.

    Pada bulan Juli 2024 ada satu drone yang menghantam Tel Aviv dan menewaskan seorang pria di rumahnya.

    Kemudian, pada bulan Desember 2024 satu rudal merusak sekolah dasar di Ramat Efal, pinggiran Tel Aviv, meski sudah dicegat IDF.

    Houthi “the last man standing”

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

    (*)

  • Nawaf Salam, Hakim ICJ yang Jadi Perdana Menteri Lebanon, Menang 85 Suara di Parlemen – Halaman all

    Nawaf Salam, Hakim ICJ yang Jadi Perdana Menteri Lebanon, Menang 85 Suara di Parlemen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Nawaf Salam terpilih sebagai Perdana Menteri Lebanon yang baru, menggantikan Perdana Menteri sementara Najib Mikati, dalam pemungutan suara di parlemen pada Senin (13/1/2025).

    Nawaf Salam yang menjabat sebagai Presiden Mahkamah Internasional (ICJ), ditunjuk oleh Presiden Lebanon, Joseph Aoun, untuk menjadi Perdana Menteri ke-53 Lebanon setelah mayoritas anggota parlemen memilihnya.

    Ia mendapat dukungan 85 suara dari 128 anggota parlemen Lebanon dalam pemungutan suara tersebut.

    Nawaf Salam mendapat dukungan mayoritas perwakilan, terutama dari penentang Hizbullah, sementara 9 lainnya mendukung Perdana Menteri sementara Najib Mikati.

    Sementara itu, 34 abstain termasuk 15 wakil dari Partai Hizbullah.

    Joseph Aoun telah memanggil Nawaf Salam yang saat ini berada di luar negeri untuk kembali ke Lebanon dan membentuk pemerintahan, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Sebelumnya, Ketua Partai Sosialis Progresif, Taymour Jumblatt, mengumumkan partainya telah mencalonkan Nawaf Salam untuk memimpin pemerintahan Lebanon sebagai Perdana Menteri.

    Nawaf Salam merupakan seorang politisi Lebanon yang lahir pada 9 Desember 1964.

    Ia memiliki sejarah panjang dalam pekerjaan diplomatik dan hukum.

    Nawaf Salam pernah menjabat sebagai perwakilan Lebanon untuk PBB dari tahun 2013 hingga 2014.

    Nawaf Salam beberapa kali dinominasikan untuk posisi Perdana Menteri Lebanon, terutama pada periode krisis politik dan ekonomi di Lebanon.

    Saat ini, Nawaf Salam menjabat sebagai Presiden ICJ setelah terpilih pada tanggal 6 Februari 2024.

    Sistem Politik Lebanon

    Menurut konstitusi Lebanon, presiden mencalonkan perdana menteri berdasarkan hasil konsultasi parlemen.

    Parlemen kemudian melakukan pemungutan suara untuk memilih calon perdana menteri di antara kandidat yang ditunjuk.

    Pemilihan perdana menteri ini terjadi setelah parlemen Lebanon memilih Joseph Aoun sebagai presiden melalui pemungutan suara pada Kamis (9/1/2025).

    Lebanon memiliki sistem politik yang unik, yaitu berdasarkan pembagian kekuasaan sektarian.

    Posisi presiden Lebanon harus seorang kristen Maronite, perdana menteri Lebanon harus seorang muslim Sunni, dan ketua parlemen adalah muslim Shia.

    Sementara itu, kursi parlemen dan dewan menteri dibagi rata antara umat kristen dan muslim.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Presiden Lebanon Tunjuk Hakim ICJ Nawaf Salam Jadi Perdana Menteri

    Presiden Lebanon Tunjuk Hakim ICJ Nawaf Salam Jadi Perdana Menteri

    Beirut

    Presiden Lebanon Joseph Aoun menunjuk Nawaf Salam, Hakim Ketua di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, sebagai Perdana Menteri (PM). Keputusan ini diambil setelah berkonsultasi dengan anggota parlemen.

    “Presiden republik meminta Hakim Nawaf Salam untuk menugaskannya membentuk pemerintahan, mengetahui bahwa ia saat ini berada di luar negeri. Telah diputuskan bahwa ia akan kembali besok,” kata Kantor Kepresidenan Lebanon, seperti dilansir AFP, Selasa (14/1/2025).

    Nawaf Salam adalah hakim internasional terkemuka yang mendapat dukungan karena tidak ikut campur dalam pertikaian politik yang telah melumpuhkan negara yang dilanda krisis tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

    Pria berusia 71 tahun itu, yang hingga kini menjadi Hakim Ketua di Mahkamah Internasional di Den Haag, berasal dari keluarga politik terkemuka di Beirut.

    Sebelumnya, ia telah diajukan untuk membentuk kabinet di negara Mediterania yang sangat terpecah belah itu, tetapi Hizbullah yang didukung Iran telah berulang kali menolaknya. Sementara para penentang kelompok itu berharap Salam akan mampu mereformasi lembaga-lembaga negara yang telah lama berada di bawah cengkeramannya.

    Sejak saat itu, Hizbullah telah sangat dilemahkan oleh perang baru-baru ini dengan Israel dan hilangnya sekutu utamanya, Bashar al-Assad dari Suriah, yang memungkinkan Presiden Lebanon yang baru, Joseph Aoun, pada hari Senin untuk menugaskan Salam untuk membentuk pemerintahan.

    Hizbullah dan sekutunya, Amal, kembali menolak Salam. Tetapi untuk pertama kalinya, partai-partai politik lain yang sebelumnya bersekutu dengan gerakan Syiah itu telah mendukungnya.

    “Kemampuannya untuk menjaga jarak yang sama dari partai-partai yang terpecah di Lebanon, sambil mewujudkan prinsip-prinsip keadilan dan pemerintahan, menjadikannya simbol harapan untuk masa depan yang lebih bertanggung jawab dan inklusif,” katanya.

    (lir/lir)

  • Israel Serang Hizbullah di Lebanon, Targetkan Rute Penyelundupan Senjata

    Israel Serang Hizbullah di Lebanon, Targetkan Rute Penyelundupan Senjata

    Beirut

    Israel melancarkan serangan udara terhadap target-target kelompok Hizbullah di wilayah Lebanon bagian timur dan selatan. Tel Aviv mengklaim serangannya menghantam lokasi peluncuran roket Hizbullah hingga rute penyelundupan senjata di sepanjang perbatasan dengan Suriah.

    Serangan udara itu semakin menambah tekanan pada gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran. Gencatan senjata yang mulai diberlakukan sejak 27 November tahun lalu itu masih akan berlanjut hingga akhir Januari ini.

    Laporan kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), seperti dilansir AFP, Senin (13/1/2025), menyebut pesawat tempur Israel menargetkan area pinggiran Janta di Baalbek bagian timur, serta menargetkan area dekat Nabatiyeh di selatan negara tersebut.

    Tidak disebutkan oleh NNA soal apakah ada korban jiwa akibat serangan Tel Aviv tersebut.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengklaim pasukannya telah menyerang sejumlah target yang dianggap sebagai ancaman terhadap para pemantau gencatan senjata di Lebanon.

    “Di antara target yang diserang adalah situs peluncuran roket, situs militer, dan rute di sepanjang perbatasan Suriah-Lebanon yang digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Hizbullah,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Serangan itu terjadi hanya selang dua pekan sebelum batas waktu 26 Januari untuk melaksanakan gencatan senjata yang disepakati November tahun lalu, dengan Israel dan Hizbullah saling menuduh pihak lain telah melanggarnya.

    Lihat Video ‘Iran Gelar Latihan Perang, Siap Hadapi Israel dan Ancaman Trump’:

  • Lebanon Akan Pilih Perdana Menteri Baru, 4 Nama Ini Mungkin Diusulkan di Parlemen – Halaman all

    Lebanon Akan Pilih Perdana Menteri Baru, 4 Nama Ini Mungkin Diusulkan di Parlemen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Parlemen Lebanon akan memilih Perdana Menteri Lebanon yang baru setelah Joseph Aoun terpilih sebagai Presiden Lebanon dalam pemungutan suara di parlemen pekan lalu.

    Konsultasi wajib parlemen yang diminta oleh presiden Lebanon untuk menunjuk perdana menteri baru dimulai pada hari ini, Senin (13/1/2025).

    “Presiden Republik Lebanon, Jenderal Joseph Aoun, sedang melakukan konsultasi parlemen untuk mencalonkan perdana menteri yang bertanggung jawab membentuk pemerintahan baru, pada hari Senin, 13 Januari 2025, di Istana Kepresidenan di Baabda,” menurut pernyataan Kepresidenan Republik, dikutip dari Al Araby.

    Setelah menjabat pada Kamis (9/1/2025) lalu, Joseph Aoun berjanji akan berupaya menunjuk perdana menteri baru sesegera mungkin dan akan menjadi mitra, bukan musuh.

    Ia menekankan perlunya memilih perdana menteri yang dapat memperoleh kepercayaan komunitas internasional dan segera melaksanakan reformasi yang diperlukan.

    Sebelum Joseph Aoun terpilih, jabatan presiden Lebanon telah kosong sejak masa jabatan mantan presiden Michel Aoun berakhir pada Oktober 2022.

    Joseph Aoun terpilih sebagai presiden Lebanon setelah memperoleh 99 suara pada pemungutan suara putaran kedua, dalam sesi yang dihadiri oleh 128 perwakilan parlemen.

    Sementara itu, proses pemilihan perdana menteri dan pembentukan pemerintahan seringkali memakan waktu lama, menurut media Lebanon.

    Presiden harus mengadakan konsultasi mengikat dengan anggota parlemen untuk menentukan kandidat Perdana Menteri.

    Anggota parlemen dapat mencalonkan kandidat perdana menteri menurut pilihan mereka, yang mungkin berbeda dengan kandidat yang dicalonkan oleh presiden.

    Kemudian, presiden secara resmi menunjuk kandidat dengan dukungan terbanyak di antara anggota parlemen sebagai calon Perdana Menteri.

    4 Nama Kandidat Perdana Menteri Lebanon

    Najib Mikati

    Najib Mikati adalah politisi dan pengusaha Lebanon yang lahir pada 24 November 1955 di Tripoli, Lebanon.

    Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati (X/Twitter)

    Ia dianggap sebagai salah satu tokoh terkemuka di kancah politik Lebanon dan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri selama beberapa periode.

    Najib Mikati pertama kali menjabat sebagai presiden pemerintah Lebanon pada tahun 2005, kemudian menjabat kembali pada tahun 2011, dan terakhir pada tahun 2021.

    Fouad Makhzoumi

    Fouad Makhzoumi merupakan pengusaha dan anggota parlemen di Parlemen Lebanon.

    Ia memiliki hubungan yang luas di tingkat Arab dan internasional melalui karirnya di dunia bisnis dan politik.

    Fouad Makhzoumi berdiri di pihak oposisi, yang menentang pengaruh Iran dan Hizbullah di negara tersebut selama beberapa tahun terakhir.

    Ashraf Rifi

    Ashraf Rifi adalah politisi Lebanon, lahir pada 20 November 1966 di Tripoli, Lebanon.

    Dirinya dianggap sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam perpolitikan Lebanon, khususnya di bidang keamanan dan peradilan.

    Ashraf Rifi menjabat sebagai Direktur Jenderal Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon dari tahun 2005 hingga 2013.

    Ia pernah menjabat di Kementerian Kehakiman Lebanon antara tahun 2014 dan 2015.

    Ashraf Rifi dikenal karena sikapnya yang tegas terhadap Hizbullah dan menyerukan penguatan stabilitas di Lebanon melalui supremasi hukum dan pemberantasan korupsi.

    Nawaf Salam

    Nawaf Salam adalah seorang politisi Lebanon lahir pada 9 Desember 1964, dengan sejarah panjang dalam pekerjaan diplomatik dan hukum.

    Ia menjabat sebagai perwakilan Lebanon untuk PBB dari tahun 2013 hingga 2014.

    Nawaf Salam beberapa kali dinominasikan untuk posisi Perdana Menteri Lebanon, terutama pada periode krisis politik dan ekonomi di Lebanon.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Ancaman Iran ke Amerika: Jangan Pikir Kami Lemah, Semua Kepentingan AS di Timur Tengah Jadi Target – Halaman all

    Ancaman Iran ke Amerika: Jangan Pikir Kami Lemah, Semua Kepentingan AS di Timur Tengah Jadi Target – Halaman all

    Iran ke Amerika: Jangan Pikir Kami Lemah, Semua Kepentingan AS di Timur Tengah Jadi Target

    TRIBUNNEWS.COM – Hossein Salami, Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC), memperingatkan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di Washington agar tidak membuat kesalahan strategis terhadap negara itu dalam konteks geopolitik di kawasan.

    Dalam pernyataannya pada Sabtu malam di sela-sela pemeriksaannya terhadap pangkalan rudal milik Garda Revolusi, Salami mengatakan, “Hati-hati, jangan membuat kesalahan strategis atau salah perhitungan,” tanpa menyebut langsung Presiden terpilih AS, Donald Trump.

    Salami menambahkan, “Musuh harus menyadari bahwa kemauan politik Republik Iran dalam menghadapi hegemoni, ambisi dan ancaman musuh-musuhnya adalah kemauan tegas yang tidak dirusak oleh kesenjangan apapun, dan para pemimpin serta pejuang kita akan menghadapinya,” menurut apa yang dilaporkan oleh Kantor Berita Iran (IRNA).

    Dia merespons ancaman AS -sekutu abadi Israel- dalam apa yang dia sebut sebagai “musuh Republik Iran” dengan mengatakan, 

    “Pertimbangkan kembali perhitungan Anda dan jangan membuat kesalahan, dan berhati-hatilah. Kami adalah pekerja, dan kami akan mengambil langkah-langkah pada waktu yang tepat dan tepat waktu. sejauh yang diperlukan tanpa mengabaikan apa pun.”

    Panglima Garda Revolusi Iran menambahkan, “Kami memantau pergerakan Anda, dan kami menunggu dengan segala kesiapan dan kesiapan. Kami telah mengarahkan para pemimpin militer kami untuk bersiap dan menunggu saat ketika masalah tersebut terungkap. kehebatan kekuatan ini, terima kasih kepada Tuhan, seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.”

    Dia melanjutkan, Iran memiliki kemampuan militer yang sangat maju di tengah anggapan kalau negara itu lemah.

    Hossein Salami (tehrantimes.com)

    “Mungkin musuh percaya bahwa Iran telah melemah, namun kami memiliki kemampuan militer yang maju dan siap untuk pertempuran besar dan panjang melawan musuh dan sekutunya di kawasan,” kata dia menurut apa yang dilaporkan Kantor Berita ISNA”.

    Dia juga mengatakan, “Rudal-rudal Angkatan Bersenjata Iran setiap hari mengimbangi kemajuan teknis dalam kuantitas dan kualitas, serta dalam hal desain dan kinerja.”

    Dia menambahkan, “Musuh mungkin mengklaim bahwa kapasitas produksi kami telah berhenti, namun dia harus tahu bahwa tren peningkatan kemampuan rudal kami adalah yang paling maju, dan rudal kami berkembang setiap hari dalam hal kinerja dan desain,”.

    Dia  menekankan kalau “Rakyat Iran dapat menghadapi musuh-musuh mereka dengan segala kemampuan dan ketegasan.”

    Salami membuat pernyataan serupa pada hari Jumat, di mana ia mengatakan bahwa kemampuan pertahanan dan pencegahan negaranya tidak terpengaruh oleh kejadian baru-baru ini di wilayah tersebut, merujuk pada jatuhnya kekuasaan Bashar al-Assad yang menjadi proksi mereka di Suriah.

    Dia menekankan bahwa Iran masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi ancaman apa pun.

    Pangkalan militer Amerika Serikat Al-Tanf di Suriah. (npasyria)

    Semua Kepentingan AS Jadi Sasaran Iran

    Senada Panglima Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Kiumars Heidari juga melontarkan ancaman keras terhadap AS.

    “Semua kepentingan Amerika di kawasan ini menjadi sasaran kami,” kata komandan senior militer Iran itu memperingatkan pada Sabtu (11/1/2025).

    “Musuh telah melancarkan perang hibrida terhadap Iran, dan kita harus selalu siap menghadapi musuh,” katanya.

    “Tujuan perang psikologis dan hibrida musuh adalah menguasai opini dan mengarahkan pikiran ke arah kepentingan yang tidak sah; Oleh karena itu, mengelola dan menangani pendekatan musuh ini harus menjadi agenda,” tegasnya.

    Ia lebih lanjut menyebutkan bahwa semua tank, helikopter, dan drone milik Angkatan Darat Iran di kawasan tersebut berada dalam kesiapan tempur penuh.

    “Semua kepentingan Amerika di kawasan ini menjadi fokus kami dan kami memiliki kemampuan operasional.”

    Pangkalan Rudal Bawah Tanah

    Sebelumnya, Televisi pemerintah Iran menyiarkan rekaman komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang sedang meninjau pangkalan rudal bawah tanah rahasia pada hari Jumat (10/1/2025).

    Pangkalan rudal yang terletak di lokasi rahasia di pegunungan itu dilaporkan menyimpan puluhan jenis rudal yang berbeda, dikutip dari Al Mayadeen.

    Menurut laporan, pangkalan ini memainkan peran penting dalam serangan langsung kedua Iran terhadap Israel pada Oktober lalu atas pelanggaran yang dilakukan Israel.

    Saat itu, Israel telah membunuh sejumlah pemimpin militan yang berpihak pada Teheran dan seorang jenderal di Garda revolusi Iran, dikutip dari Al-Arabiya.

    Komandan Garda Revolusi Hossein Salami terlihat memeriksa fasilitas tersebut.

    Salami menegaskan kesiapan Iran untuk menghadapi ancaman regional. 

    Peristiwa ini terjadi beberapa hari sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump, yang selama masa jabatan pertamanya dikenal dengan kebijakan keras terhadap Iran, termasuk pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani dan penerapan kembali sanksi ekonomi.

    Kunjungan ini dilakukan hanya beberapa jam setelah pawai besar paramiliter Basij berlangsung di Teheran.

    Parade Pangkalan Militer

    Pada hari yang sama, ribuan relawan paramiliter Basij yang terafiliasi dengan Garda Revolusi berparade di jalan-jalan Teheran. 

    Parade tersebut menampilkan kendaraan berat bersenjata, peluncur roket, unit artileri, hingga pasukan komando angkatan laut. 

    Pejuang Basij dengan perlengkapan tempur lengkap juga terlihat membawa peluncur roket.

    Sementara sejumlah wanita bersenjata ikut bergabung dalam aksi tersebut.

    Beberapa peserta parade bahkan menyeret peti mati yang dihiasi bendera Israel.

    Bendera Hizbullah juga tampak berkibar di antara spanduk Iran dan Palestina.

    Demonstrasi ini bertujuan menunjukkan kesiapan Iran menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya.

    Pidato Komandan Senior IRGC

    Dalam kesempatan tersebut, salah satu komandan senior Garda Revolusi, Jenderal Mohammadreza Naghdi menyampaikan pidato.

    Pidato tersebut mengecam keras Amerika Serikat dan Israel.

    Ia mengatakan AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berbagai krisis di dunia Muslim.

    “Amerika Serikat berada di balik semua kemalangan di dunia Muslim,” ujar Naghdi.

    Kemudian ia menegaskan prioritas utama Iran saat ini adalah menghancurkan rezim Zionis dan mengusir pangkalan militer AS dari wilayah Iran.

    “Jika kita mampu menghancurkan rezim Zionis dan menarik pangkalan Amerika di kawasan tersebut, salah satu masalah besar kita akan terselesaikan,” katanya.

    Senada dengan Naghdi, komandan Garda Revolusi Teheran, Jenderal Hassan Hassanzadeh, mengungkapkan dukungan penuh Iran terhadap perjuangan Palestina. 

    “Kami bertujuan untuk mendukung masyarakat Gaza dan Palestina. Basij siap menghadapi semua ancaman dari musuh-musuh revolusi Islam,” tegas Hassanzadeh.

    Sejak Revolusi Islam 1979, dukungan terhadap perjuangan Palestina telah menjadi landasan kebijakan luar negeri Iran. 

    Pernyataan Hassanzadeh memperkuat komitmen Iran dalam menghadapi ancaman dari rezim Zionis dan pengaruh Amerika Serikat di kawasan.

     

    (oln/khbrn/MNA/IRNA/*)