Organisasi: Hizbullah

  • Liga Arab, Gaza, dan Bayang-bayang Washington

    Liga Arab, Gaza, dan Bayang-bayang Washington

    loading…

    Eko Ernada. Foto/Istimewa

    Eko Ernada
    Dosen Hubungan Internasional Universitas Jember

    KETIKA para pemimpin Arab berkumpul di Kairo pada 4 Maret lalu, sorotan dunia tertuju pada mereka. Di balik ruangan megah yang menyimpan sejarah peradaban, tersirat harapan dan kegamangan. KTT Liga Arab kali ini bukan sekadar agenda diplomasi rutin, tetapi sebuah panggilan nurani di tengah puing-puing Gaza yang terus merintih. Di setiap jabat tangan dan senyum protokoler, ada tuntutan moral yang menggelayuti: bagaimana dunia Arab menyikapi luka yang terus menganga di Palestina?

    Dari pertemuan ini, lahirlah sederet komitmen yang, di atas kertas, tampak menjanjikan: rencana rekonstruksi Gaza tanpa pemindahan paksa, penolakan terhadap proyek AS yang hendak mengubah Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah,” serta janji pendanaan dari negara-negara Teluk. Namun, janji-janji ini menghadapi ujian di medan realitas. Sejarah menunjukkan bahwa keputusan yang dihasilkan di meja perundingan sering kali berakhir dalam kebuntuan eksekusi, terhambat oleh kepentingan politik dan diplomasi yang saling bertabrakan.

    Dilema Solidaritas dan GeopolitikSejarah mengajarkan bahwa dunia Arab sering tersandera oleh kepentingan yang saling berkelindan. Ada yang mengusung retorika solidaritas, tetapi di balik layar menjalin diplomasi senyap dengan Washington dan Tel Aviv. Ada yang lantang membela Palestina , tetapi ragu melawan arus kepentingan ekonomi dan geopolitik. Pertanyaannya tetap menggantung: apakah ini sekadar retorika yang menenangkan kegelisahan publik, atau benar-benar upaya nyata yang akan mengubah nasib Gaza?

    Beberapa negara Arab, seperti Yordania dan Aljazair, masih mempertahankan sikap tegas dalam mendukung Palestina. Namun, negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memiliki kepentingan ekonomi yang semakin dalam dengan Barat dan Israel. Dalam situasi seperti ini, solidaritas terhadap Palestina sering kali menjadi alat tawar-menawar politik. Bahkan, Arab Saudi yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung utama perjuangan Palestina, kini cenderung mengambil pendekatan pragmatis dengan mempertimbangkan dampak normalisasi hubungan dengan Israel terhadap stabilitas regional.

    Di tingkat global, peran Amerika Serikat menjadi variabel kunci. Steven A. Cook, dalam bukunya The End of Ambition: America’s Past, Present, and Future in the Middle East, menyoroti bagaimana kebijakan AS di Timur Tengah sering kali dipengaruhi ambisi yang tidak sejalan dengan realitas politik kawasan. Di era Trump, kebijakan pragmatis-transaksional AS lebih fokus pada kepentingan jangka pendek ketimbang stabilitas jangka panjang. Trump melanjutkan kebijakan pro-Israel dengan memperkuat hubungan dengan pemerintahan Netanyahu dan mempercepat implementasi Abraham Accords. Dukungan AS terhadap pemukiman ilegal di Tepi Barat dan sikapnya terhadap Gaza memberi tekanan bagi negara-negara Arab untuk menyesuaikan diri dengan strategi Washington.

    Fragmentasi dan Ketidakefektifan Liga ArabFragmentasi internal yang terus berlangsung menjadi tantangan utama bagi Liga Arab dan semakin menghambat efektivitas diplomasi regional. Perpecahan antara negara-negara Teluk, sikap ambivalen Mesir terhadap konflik Gaza, serta kepentingan strategis Turki dan Iran yang sering berbenturan dengan negara-negara Arab lainnya menjadikan langkah kolektif sangat sulit. Tanpa kesatuan visi dan aksi, pernyataan bersama yang dihasilkan dari KTT hanya menjadi dokumen tanpa dampak nyata.

    Kegagalan Liga Arab dalam merespons krisis regional—seperti perang saudara Suriah, intervensi di Yaman, serta normalisasi dengan Israel—menunjukkan betapa besar dampak dari fragmentasi ini. Dalam isu Palestina, misalnya, perbedaan sikap terhadap Israel semakin melemahkan posisi tawar Palestina. Rashid Khalidi dalam The Hundred Years’ War on Palestine menunjukkan bagaimana negara-negara Arab lebih fokus pada agenda domestik daripada membela Palestina secara kolektif.

    Sejarah mencatat bagaimana fragmentasi internal Liga Arab menghambat respons terhadap agresi Israel ke Lebanon pada 1982. Ketika Israel melancarkan invasi untuk menumpas Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), tidak ada respons militer atau diplomatik yang solid dari Liga Arab. Fragmentasi serupa juga terjadi dalam menangani konflik Gaza saat ini, di mana perbedaan kepentingan antarnegara anggota menghambat tindakan yang lebih konkret.

    Selain itu, peran Iran dalam mendukung kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk fragmentasi ini. Negara-negara Teluk yang pro-Barat dan negara-negara yang lebih terbuka terhadap pengaruh Iran, seperti Suriah dan Lebanon, memiliki sikap yang berbeda terhadap Tehran. Ketegangan ini semakin memperburuk kebijakan luar negeri negara-negara Arab secara keseluruhan, membuat mereka kesulitan untuk mengembangkan kebijakan kolektif yang efektif.

    Dinamika internal Liga Arab juga mencerminkan ketidakefektifan diplomasi regional akibat kurangnya kesatuan strategis. Shibley Telhami dalam The Stakes: America in the Middle East menegaskan bahwa negara-negara Arab sering kali tersandera oleh dinamika geopolitik global, yang semakin memperburuk fragmentasi. Ketidaksepakatan antarnegara Arab sering dimanfaatkan oleh kekuatan eksternal seperti Amerika Serikat dan Rusia untuk memperkuat posisi geopolitik mereka, semakin memperumit krisis di Timur Tengah.

    Jalan ke Depan: Retorika atau Tindakan Nyata?Liga Arab menghadapi dilema besar. Di satu sisi, mereka harus membuktikan bahwa pertemuan ini bukan sekadar ritual diplomasi tahunan. Di sisi lain, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa tanpa dukungan nyata dari kekuatan global, rekonstruksi Gaza akan tetap menjadi janji yang tak terwujud.

  • Eyal Zamir Kutip Ayat Taurat, Panglima Baru IDF Keturunan Arab Bersumpah Habisi Hamas di Gaza – Halaman all

    Eyal Zamir Kutip Ayat Taurat, Panglima Baru IDF Keturunan Arab Bersumpah Habisi Hamas di Gaza – Halaman all

    Eyal Zamir Kutip Ayat Taurat, Panglima Baru IDF yang Keturunan Arab Bersumpah Habisi Hamas

     
    TRIBUNNEWS.COM – Israel secara resmi melantik seorang panglima baru militernya (IDF) pada Rabu (5/3/2025).

    Komandan lama IDF, Jenderal Herzi Halevi secara resmi mengundurkan diri dan digantikan oleh Eyal Zamir sebagai panglima baru, menurut apa yang dilaporkan oleh surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth.

    Atas jabatan itu, Eyal Zamir, yang pensiun setelah 28 tahun di mkemiliteran dengan pangkat Mayor Jenderal, kembali dipromosikan menjadi Letnan Jenderal.

    Adapun pengunduran diri Herzi Halevi terjadi setelah ia menghabiskan lebih dari dua tahun di jabatannya, berlatar belakang kegagalan militer Israel dalam membendung serangan Banjir Al-Aqsa Hamas yang terjadi pada 7 Oktober 2023.

    Surat kabar Israel tersebut melaporkan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz secara resmi menunjuk Eyal Zamir sebagai penerus Halevi.

    Zamir menjadi Kepala Staf ke-24 dalam ketentaraan Israel.

    KEPALA STAF IDF – Foto ini diambil pada Senin (17/2/2025) dari publikasi resmi Kementerian Pertahanan Israel, memperlihatkan foto Eyal Zamir yang resmi diangkat sebagai Kepala Staf IDF untuk menggantikan Herzi Halevi yang mengundurkan diri pada bulan lalu. (Kementerian Pertahanan Israel)

    Keturunan Arab, Kutip Ayat Taurat

    Siapa Eyal Zamir?

    Khaberni melansir, Eyal Zamir lahir di Eilat, wilayah Palestina yang diduduki Israel.

    Eyal Zamir saat ini berusia 59 tahun dengan latar belakangan keturunan Arab.

    “Kakek dari pihak ayahnya beremigrasi dari Yaman pada tahun 1920-an, dan ibunya berasal dari kota Aleppo di Suriah,” kata laporan Khaberni.

    Sebelumnya ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Israel. Dalam tugas militer aktif terakhirnya, Zamir bertugas sebagai pimpinan di Divisi Komando Selatan IDF.

    Selama menjadi militer aktif, satu di antara prestasinya adalah saat dia memainkan peran penting dalam penjualan sistem pertahanan rudal Arrow 3 ke Jerman.

    Dalam pidato pertamanya sebagai Kepala Staf baru IDF, Rabu, Eyal Zamir dalam upacara pelantikannya di Tel Aviv, mengatakan bahwa tugas dan misi IDF di Gaza belum selesai, terlebih gerakan Hamas masih sangat eksis.

    “Hamas memang telah mengalami pukulan berat, tetapi belum dikalahkan. Misi belum berakhir,” katanya.

    Pernyataan ini adalah pengulangan apa yang diutarakan Eyal Zamir dalam konferensi Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv sebelumnya, saat dia ditunjuk menjadi Kepala Staf IDF bulan lalu.

    Saat itu, tulis laporan Khaberni, Eyal Zamir bersumpah, untuk terus berperang melawan milisi perlawanan Palestina, sambil mengutip ayat Taurat yang menyatakan hal itu.

    “Tahun 2025 akan menjadi tahun yang penuh dengan pertempuran dan tantangan militer. Krisis belum berakhir, dan tantangan masih ada di depan,” kata Zamir, kala itu.

    Netanyahu Bertekad Israel Akan Menang

    Sementara itu, Netanyahu mengatakan pada upacara pelantikan Zamir kalau Israel “bertekad untuk meraih kemenangan.”

    Netanyahu menyapa Zamir dengan mengatakan, “Tanggung jawab yang sangat besar berada di pundak Anda,” seraya menambahkan, “Hasil perang akan berdampak selama beberapa generasi, dan kami bertekad untuk meraih kemenangan.”

    AGRESI ISRAEL – Potret kehancuran total di Jalur Gaza akibat agresi militer Israel selama lebih dari setahun sejak 7 Oktober 2023. Israel juga memblokade bantuan kebutuhan dasar warga Palestina yang akan memasuki Gaza. (khaberni/HO)

    Tanda Besar Pecahnya Kembali Perang Gaza 

    Pernyataan-pernyataan Eyal Zamil ini dinilai sejumlah pengamat geopolitik sebagai sinyalemen kalau Israel segera memulai kembali pertempuran di Gaza yang terjeda selama 42 hari pada tahap I Gencatan Senjata pada Januari 2025 silam.

    Israel ogah meneruskan negosiasi Tahap II yang mensyaratkan penarikan mundur pasukan dari Gaza dan malah meminta perpanjangan Tahap I gencatan senjata.

    Belakangan, Israel menyatakan mau melanjutkan negosiasi Tahap II asal Hamas dilucuti persenjataan dan kekuatan militernya, sebuah hal yang ditolak tegas gerakan Palestina tersebut.

    “Karena kebuntuan atas gencatan senjata yang rapuh di Gaza meningkatkan risiko dimulainya kembali pertempuran tanpa kesepakatan untuk membawa pulang sisa sandera yang masih ditahan oleh Hamas,” tulis laporan Al Arabiya.

    Terkait situasi rapuh ini, Eyal Zamir mengatakan, “Misi yang diberikan kepada saya jelas, untuk memimpin [tentara Israel] menuju kemenangan,” katanya.

    Pertempuran di Gaza telah dihentikan sejak Januari di bawah gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar dan Mesir dan didukung oleh Amerika Serikat yang telah memungkinkan pertukaran 33 sandera Israel dan 5 warga Thailand dengan sekitar 2.000 tahanan dan tahanan Palestina.

    Perang terkait di Lebanon selatan, yang meletus setelah pasukan Hizbullah yang didukung Iran melancarkan serangan rudal terhadap Israel setelah serangan 7 Oktober, juga telah dibungkam oleh perjanjian gencatan senjata terpisah.

    Namun, menteri dan pejabat Israel telah memperingatkan kalau pasukan mereka dapat melanjutkan pertempuran jika tidak ada kesepakatan untuk membawa kembali 59 sandera yang masih ada.

    Pasukan Israel telah mundur dari beberapa posisi mereka di Gaza, tetapi pembicaraan yang dimaksudkan untuk menyetujui pembebasan para sandera dan penarikan penuh pasukan Israel sebelum perang berakhir belum dimulai.

    Israel telah menyerukan perpanjangan gencatan senjata hingga setelah hari raya Paskah Yahudi pada bulan April untuk memungkinkan pembebasan para sandera yang tersisa, sementara Hamas bersikeras untuk melanjutkan pembicaraan tentang akhir perang secara permanen sebelum menyetujui pembebasan lebih lanjut.

    HERZI HALEVI – Foto ini diambil dari Telegram IDF pada Jumat (28/2/2025) memperlihatkan Kepala Staf IDF Herzi Halevi bersama sejumlah komandan untuk berbicara tentang kegiatan ofensif di Tepi Barat pada 8 Oktober 2024. (Telegram IDF)

    Latar Belakang Mundurnya Herzi Halevi

    Pengangkatan Zamir dilakukan setelah serangkaian penyelidikan resmi dimulai untuk memeriksa kegagalan keamanan Israel yang membuat ribuan orang bersenjata pimpinan Hamas menyerbu komunitas Israel di sekitar Jalur Gaza, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang dalam salah satu bencana militer dan keamanan terbesar dalam sejarah Israel.

    Halevi memimpin militer selama kampanye Israel di Gaza yang menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah kantong itu, sehingga sebagian besar penduduk berlindung di tenda-tenda atau bangunan yang hancur karena bom.

    Namun, ia mengumumkan pada bulan Januari, segera setelah kesepakatan gencatan senjata Gaza disetujui, kalau ia akan mengundurkan diri dari komandonya, dan menerima tanggung jawab atas respons IDF yang tidak merata dan tidak terkoordinasi terhadap serangan 7 Oktober itu.

    Baik tentara Israel maupun badan keamanan Shin Bet telah mengakui kalau kegagalan mereka memungkinkan terjadinya serangan Hamas itu.

    Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sejauh ini menolak penyelidikan yang lebih umum yang akan menyelidiki tanggung jawab pemerintahannya.

    Eyal Zamir, sang komandan baru IDF kini juga harus menanggapi tuduhan dari badan-badan internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa kalau pasukan Israel melakukan kejahatan perang selama operasi di Gaza.

    Israel menolak tuduhan tersebut, yang menurutnya dimotivasi oleh permusuhan politik terhadap negara Israel, tetapi telah mendakwa beberapa prajurit cadangan atas penyiksaan berat terhadap tahanan.

    Israel mengatakan Hamas, yang juga dituduh melakukan kejahatan perang oleh badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, melakukan banyak kekejaman selama serangan 7 Oktober dan menyiksa para sandera Israel di Gaza. Hamas membantah tuduhan tersebut.

     

    (oln/khbrn/alarby/*)

     
     

  • Israel Rugi Rp 40 Triliun Akibat Perang dengan Hizbullah, Caplok Wilayah Perbatasan Lebanon Selatan – Halaman all

    Israel Rugi Rp 40 Triliun Akibat Perang dengan Hizbullah, Caplok Wilayah Perbatasan Lebanon Selatan – Halaman all

    Israel Rugi Rp 40 Triliun Akibat Perang dengan Hizbullah, Kini Caplok Wilayah Perbatasan Lebanon

    TRIBUNNEWS.COM – Israel melaporkan kerusakan senilai 9 miliar shekel (2,5 miliar dolar AS atau setara Rp 40,781 Triliun) dalam perang dengan kelompok Lebanon, Hizbullah.

    Sebuah laporan yang diserahkan kepada pemerintah oleh Ze’ev Elkin , seorang menteri di Kementerian Keuangan, menunjukkan ada 2.900 bangunan rusak di Israel utara selama konflik dengan Hizbullah sejak Oktober 2023, menurut Radio Angkatan Darat Israel pada Rabu (5/4/2025) dikutip Anews.

    Laporan tersebut menyatakan kalau sebanyak 19 persen bangunan yang rusak disebabkan oleh aktivitas militer Israel di wilayah tersebut.

    Menurut laporan tersebut, 67.500 pemukim Israel dievakuasi dari Israel utara sejak pecahnya konflik, dan sejauh ini hanya 19.000 pemukim yang kembali ke rumah mereka.

    Gencatan senjata telah berlaku sejak 27 November, namun berlangsung rapuh seiring banyaknya pelanggaran yang justru dilakukan Israel.

    Gencatan senjata pada akhir November itu mengakhiri perang lintas perbatasan selama berbulan-bulan antara Israel dan Hizbullah yang meningkat menjadi konflik skala penuh September tahun lalu.

    Pihak berwenang Lebanon telah melaporkan lebih dari 1.000 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, termasuk kematian sedikitnya 83 korban dan cedera pada 280 orang.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada tanggal 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga 18 Februari setelah Israel menolak untuk mematuhinya, karena masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.

    PASUKAN ISRAEL – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Selasa (18/2/2025) menunjukkan pasukan israel berada di pos di Lebanon Selatan pada 15 Februari 2025. Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani pada hari Senin (17/2/2025) mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menarik pasukan dari 5 pos di Lebanon Selatan. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    Caplok Wilayah Perbatasan Lebanon Jadi Zona Keamanan

    Belakangan, pihak Lebanon mengklaim kalau Israel tidak hanya mempertahankan keberadaan pasukannya di lima bukit di Lebanon Selatan, namun juga mencaplok sejumlah area di sepanjang perbatasan.

    “Israel telah menetapkan zona keamanan perbatasan di dalam Lebanon,” kata Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri pada Selasa (4/3/2025).

    “Pendudukan Israel tidak terbatas pada lima bukit perbatasan, tetapi diperluas hingga membangun jalur perbatasan sepanjang satu atau dua kilometer di dalam wilayah Lebanon,” tambah Berri kepada harian Lebanon, Addiyar.

    Gencatan senjata yang rapuh telah diberlakukan di Lebanon sejak 27 November silam.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan paling lambat tanggal 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga tanggal 18 Februari setelah Israel menolak mematuhinya.

    Israel masih mempertahankan kehadiran militer di wilayah Lebanon.

    “Lebanon tidak akan membiarkan Israel memaksakan kenyataan baru di lapangan,” kata Berri, sambil menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menghentikan pelanggaran berulang Israel terhadap kedaulatan Lebanon.

    “Lebanon tidak akan menerima upaya apa pun untuk memperdagangkan bantuan demi kondisi politik atau militer, baik yang terkait dengan senjata perlawanan di utara Sungai Litani atau masalah internal lainnya,” tegas Berri.

    KOMUNITAS DRUZE – Foto yang diambil dari The Times of Israel tanggal 28 Februari 2025 memperlihatkan Kota Hurfeish di Israel yang ditinggali oleh banyak komunitas Druze. Israel mempertimbangkan untuk menerima warga Suriah dari komunitas Druze untuk bekerja di Israel. (The Times of Israel)

    IDF Berdalih Lindungi Druze

    Ketua parlemen Lebanon itu juga menuduh Israel berusaha mencampuri urusan negara tetangga, khususnya Suriah dengan memanipulasi komposisi demografinya dan mengklaim melindungi kelompok tertentu seperti Druze.

    Komunitas Druze mencakup sekitar 3 persen dari populasi Suriah dan juga dikenal sebagai “Al-Muwahhidun” (Unitarian). 

    Mereka sebagian besar terkonsentrasi di provinsi selatan Suwayda, dengan komunitas yang lebih kecil di Damaskus, pedesaannya, Quneitra, dan Idlib utara.

    Setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad, Israel memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan Suriah dengan merebut zona penyangga demiliterisasi – sebuah tindakan yang melanggar perjanjian pelepasan diri dengan Suriah tahun 1974- Israel juga mengintensifkan serangan udara yang menargetkan posisi militer Suriah di seluruh negeri.

    Manuver militer Israel baru-baru ini di Dataran Tinggi Golan, yang telah didudukinya sejak 1967, telah menuai kecaman dari PBB dan beberapa negara Arab.

    (oln/anews/*)

  • Israel Mengklaim Telah Membunuh Tokoh Kunci di Pasukan Radwan Hizbullah di Lebanon Selatan – Halaman all

    Israel Mengklaim Telah Membunuh Tokoh Kunci di Pasukan Radwan Hizbullah di Lebanon Selatan – Halaman all

    Israel membunuh “tokoh kunci” di Pasukan Radwan Hizbullah di Lebanon selatan, Radio Angkatan Darat Israel mengklaim, mengutip sebuah sumber.

    Tayang: Rabu, 5 Maret 2025 15:17 WIB

    i24

    PASUKAN ELITE- Pasukan elite Radwan Hizbullah. Israel mengklaim membunuh “tokoh kunci” di Pasukan Radwan Hizbullah di Lebanon selatan, Radio Angkatan Darat Israel mengklaim, mengutip sebuah sumber. 

    Israel Mengklaim Telah Membunuh Tokoh Kunci di Pasukan Radwan Hizbullah di Lebanon Selatan

    TRIBUNNEWS.COM- Israel mengklaim membunuh “tokoh kunci” di Pasukan Radwan Hizbullah di Lebanon selatan, Radio Angkatan Darat Israel mengklaim, mengutip sebuah sumber.

    Hizbullah belum mengeluarkan pernyataan resmi dalam menanggapi laporan Radio Angkatan Darat israel.

    Sebelumnya, Kantor Berita Nasional Lebanon ( NNA ) melaporkan bahwa pesawat tak berawak Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan sebuah kendaraan di kota Rechknanay di distrik Tyre, yang mengakibatkan cedera.

    Badan Lebanon itu juga mencatat bahwa pesawat tak berawak Hermes 450 Israel terbang di ketinggian rendah di atas kota Tyre dan desa-desa tetangga.

    Ini adalah pelanggaran terbaru dalam daftar ratusan pelanggaran gencatan senjata yang ditandatangani antara Israel dan Lebanon yang mulai berlaku pada bulan November.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Shin Bet Akui Gagal Cegah Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober, Ronen Bar akan Mengundurkan Diri – Halaman all

    Shin Bet Akui Gagal Cegah Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober, Ronen Bar akan Mengundurkan Diri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Shin Bet, badan keamanan dalam negeri Israel, mengakui kegagalannya dalam mencegah serangan besar yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang dikenal dengan nama Operasi Banjir Al-Aqsa.

    Dalam laporan internalnya, Shin Bet mengungkapkan mereka gagal membaca tanda-tanda peringatan yang mengindikasikan bahwa serangan besar oleh Hamas akan terjadi.

    Mereka juga mengakui keliru dalam mempercayai kalau Hamas tidak menginginkan perang habis-habisan.

    Serangan tersebut menyebabkan lebih dari 1.200 orang Israel tewas dan lebih dari 250 orang lainnya disandera oleh Hamas, Daily Maverick melaporkan.

    Shin Bet mengungkapkan jika mereka bertindak berbeda dalam beberapa tahun terakhir, serangan ini mungkin bisa dicegah.

    Laporan tersebut menyebutkan kegagalan ini merupakan sebuah pelajaran pahit yang akan diingat oleh Shin Bet sebagai standar yang sangat buruk bagi mereka.

    Kepala Shin Bet Mundur dari Jabatannya

    Ronen Bar, Kepala Shin Bet, sangat menyesali kejadian tersebut, Al Jazeera melaporkan.

    Dalam pernyataannya, Bar mengungkapkan bahwa sebagai pimpinan, ia memikul sepenuhnya tanggung jawab atas kegagalan ini dan mengakui bahwa jika pihaknya bertindak dengan lebih tepat, serangan yang merusak ini dapat dicegah.

    Bar juga menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegagalan Shin Bet dalam melindungi warga sipil Israel.

    Pengunduran diri Ronen Bar merupakan langkah yang cukup signifikan, mengingat posisinya sebagai kepala Shin Bet, badan yang memiliki tanggung jawab besar dalam hal keamanan dalam negeri Israel.

    Keputusan ini datang lima hari setelah militer Israel merilis laporan mereka yang juga mengakui kegagalan besar dalam merespons serangan tersebut.

    Penyelidikan militer Israel menyatakan bahwa mereka meremehkan kemampuan Hamas dan gagal melindungi rakyat Israel.

    Laporan-laporan tersebut terbit di tengah meningkatnya seruan dari pihak oposisi dan masyarakat sipil di Israel untuk menyelidiki kegagalan pemerintah dalam merespons serangan yang paling mematikan dalam sejarah Israel ini.

    Meskipun demikian, hingga saat ini, kalangan politik Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, masih menghindari penyelidikan nasional yang lebih mendalam mengenai kegagalan tersebut.

    Konflik Israel vs Hamas

    Berikut ini ringkasan perkembangan terkini konflik Israel vs Hamas:

    Para pemimpin Arab mendukung rencana Mesir untuk rekonstruksi dan pemerintahan Gaza tanpa menggusur warga Palestina.

    Negara-negara Arab juga menentang usulan kontroversial Presiden AS Donald Trump agar Washington mengambil alih Jalur Gaza.

    Hamas menyambut baik rencana lima tahun tersebut.

    Israel Kecam Rekonstruksi Gaza

    Israel mengecam usulan tersebut.

    Tel Aviv mengatakan bahwa KTT Arab gagal mengatasi realitas situasi setelah serangan 7 Oktober.

    Katanya rencana mereka untuk Gaza pascaperang tetap berakar pada perspektif yang sudah ketinggalan zaman.

    Gedung Putih mengatakan pihaknya menyambut masukan dari negara-negara Arab, tetapi Hamas tidak dapat terus memerintah Jalur Gaza.

    Pasukan Israel menembak dan menewaskan seorang pria Palestina berusia 18 tahun serta tiga orang lainnya, termasuk pejuang Hamas Isser Saadi, di wilayah pendudukan Tepi Barat.

    Militer Israel juga mengklaim telah menewaskan komandan senior Hizbullah Hashem Khader dalam serangan udara di Lebanon selatan.

    Israel terus memblokir semua pasokan ke Gaza.

    Kantor Media Pemerintah wilayah tersebut mengatakan tindakan tersebut kembali meningkatkan kemungkinan kelaparan bagi penduduk yang memang sudah mengalami kerawanan pangan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Israel-Iran di Ambang Perang, 7 Ahli Nuklir Rusia Diam-Diam ke Teheran

    Israel-Iran di Ambang Perang, 7 Ahli Nuklir Rusia Diam-Diam ke Teheran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa spesialis rudal senior Rusia diam-diam telah mengunjungi Iran selama setahun terakhir. Hal ini terjadi setelah hubungan Teheran dengan musuh nomor satunya di kawasan, Israel, terus memanas.

    Mengutip Reuters, Selasa (4/3/2025), tujuh ahli senjata Rusia melakukan perjalanan dari Moskow ke Teheran dengan dua penerbangan pada 24 April dan 17 September tahun lalu. Ketujuh warga Rusia itu semuanya memiliki latar belakang militer senior, dengan dua pangkat kolonel dan dua letnan kolonel.

    “Catatan pemesanan tersebut mencakup nomor paspor pria, dengan enam dari tujuh paspor memiliki awalan 20. Itu menandakan paspor yang digunakan untuk urusan resmi negara, yang dikeluarkan untuk pejabat pemerintah dalam perjalanan kerja ke luar negeri dan personel militer yang ditempatkan di luar negeri,” menurut dekrit yang diterbitkan oleh pemerintah Rusia dan dokumen di situs Kementerian Luar Negeri Rusia.

    Secara rinci, informasi pemesanan tiket pesawat untuk tujuh pelancong itu ditujukan kepada Reuters oleh Hooshyaran-e Vatan, sekelompok peretas aktivis yang menentang Pemerintah Iran. Para peretas itu mengatakan ketujuh orang itu bepergian dengan status VIP.

    “Denis Kalko (48) dan Vadim Malov (46), termasuk di antara lima pakar senjata Rusia yang kursinya dipesan sebagai satu kelompok pada penerbangan April, menurut catatan itu. Kalko bekerja di Akademi Pertahanan Anti-Pesawat Militer Kementerian Pertahanan, menurut catatan pajak untuk tahun 2021. Malov bekerja untuk unit militer yang melatih pasukan rudal anti pesawat,” menurut catatan kepemilikan mobil untuk tahun 2024.

    Kemudian, kursi untuk Andrei Gusev (45), Alexander Antonov (43), dan Marat Khusainov (54), juga dipesan pada penerbangan bulan April. Gusev adalah seorang letnan kolonel yang bekerja sebagai wakil kepala fakultas Roket Serbaguna dan Amunisi Artileri di Institut Teknik Artileri Penza.

    Antonov telah bekerja di Direktorat Roket dan Artileri Utama Kementerian Pertahanan. Sementara data bank menunjukkan Khusainov, seorang kolonel, telah bekerja di tempat uji coba rudal Kapustin Yar.

    “Salah satu dari dua penumpang dalam penerbangan kedua ke Teheran pada bulan September adalah Sergei Yurchenko (46) yang juga bekerja di Direktorat Roket dan Artileri,” menurut catatan telepon seluler yang tidak bertanggal.

    Penumpang lain dalam penerbangan bulan September adalah Oleg Fedosov yang berusia 46 tahun. Catatan tempat tinggal menyebutkan alamatnya sebagai kantor Direktorat Riset Antar-Layanan Lanjutan dan Proyek Khusus. Itu adalah cabang Kementerian Pertahanan yang mengembangkan sistem persenjataan masa depan.

    Fedosov sebelumnya terbang dari Teheran ke Moskow pada Oktober 2023, menurut catatan penyeberangan perbatasan Rusia yang dilihat oleh Reuters. Pada kesempatan itu, seperti yang dilakukannya pada penerbangan bulan September 2024, Fedosov menggunakan paspornya yang disediakan untuk urusan resmi negara, menurut catatan tersebut.

    Seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan Iran mengatakan para ahli rudal Rusia telah melakukan kunjungan ke lokasi produksi rudal Iran tahun lalu, termasuk dua fasilitas bawah tanah. Pejabat tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan untuk membahas masalah keamanan, tidak menyebutkan lokasi tersebut.

    Seorang pejabat pertahanan Barat, yang memantau kerja sama pertahanan Iran dengan Rusia, mengatakan ahli Moskow mengunjungi pangkalan rudal Iran, sekitar 15 km (9 mil) di sebelah barat pelabuhan Amirabad di pantai Laut Kaspia Iran, pada bulan September.

    Iran di Ambang Perang

    Penerbangan mereka ke Teheran terjadi pada saat yang genting bagi Iran, yang mendapati dirinya terlibat dalam pertempuran sengit dengan musuh bebuyutannya, Israel, yang menyebabkan kedua belah pihak melancarkan serangan militer satu sama lain pada bulan April dan Oktober.

    Israel sejauh ini dilaporkan sedang mempersiapkan diri untuk menyerang Iran. Dalam laporan Wall Street Journal bulan lalu, Israel dikatakan akan menyerang fasilitas nuklir Iran dalam beberapa bulan mendatang.

    Dalam sebuah pernyataan terbaru, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk “menyelesaikan pekerjaan” melawan Iran dengan dukungan Presiden AS Donald Trump. Ia menyebut Iran telah menjadi sponsor teror nomor satu terhadap Israel.

    “Selama 16 bulan terakhir, Israel telah memberikan pukulan telak terhadap poros teror Iran. Di bawah kepemimpinan kuat Presiden Trump… Saya tidak ragu bahwa kita dapat dan akan menyelesaikan pekerjaan itu,” kata Netanyahu dikutip CNN.

    Sebelumnya diketahui, Iran merupakan rival terbesar dengan Israel. Teheran berulang kali memberikan dukungan persenjataan bagi milisi-milisi di Timur Tengah yang menjadi lawan dari Tel Aviv seperti Hizbullah, Houthi, dan Hamas.

    Selain itu, Negeri Persia itu dilaporkan tengah mengembangkan sebuah sistem persenjataan nuklir. Meski klaim ini berulang kali ditolak Iran, sejumlah laporan menyoroti kemampuan Teheran memurnikan nuklir hingga 60%.

    Di sisi lain, Trump sendiri telah mengambil langkah tekanan maksimum terhadap Negeri Persia. Hal ini ditargetkan untuk menghalangi jalan Teheran untuk mengembangkan persenjataan nuklir.

    Meski begitu, Trump juga membuka kesempatan untuk membuat kesepakatan dengan Iran. Walau begitu, sejauh ini Mullah Iran Ayatollah Ali Khamenei masih menolak untuk membuat kesepakatan baru dengan Presiden AS dari Partai Republik itu.

    (luc/luc)

  • Israel Digelontor Senjata AS, Pakar-Pakar Rudal Rusia Kunjungi Iran – Halaman all

    Israel Digelontor Senjata AS, Pakar-Pakar Rudal Rusia Kunjungi Iran – Halaman all

    Israel Digelontor Senjata AS, Pakar Rudal Rusia Kunjungi Iran

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan tengah dalam tingkat euforia dan kepercayaan diri yang tinggi menghadapi berbagai front dan konflik yang mereka hadapi.

    Satu di antara faktornya adalah dukungan penuh Amerika Serikat (AS) yang digambarkan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz sebagai ikatan yang ‘unbreakable’, tak terpatahkan.

    Hal itu diunggah Katz dalam platform media sosial seusai bertemu timpalannya dari AS, Pete Hegseth, RNTV melaporkan Selasa (4/3/2025).

    Dia menyatakan kalau ia setuju dengan Pete Hegseth mengenai perlunya membebaskan semua sandera Israel di Gaza dan mengakhiri kekuasaan Hamas di Jalur Gaza.

    “Katz membagikan rincian diskusinya dengan Hegseth di X (sebelumnya Twitter), menyebut percakapan itu “sangat bagus” dan berterima kasih kepada pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump atas dukungannya dalam mempercepat bantuan militer ke Israel.

    “Great conversation with @SecDef @PeteHegseth. I thanked him for the @realDonaldTrump administration’s support in expediting military aid to Israel and its unwavering commitment to Israel’s security.

    We agreed: All hostages must be brought home, and Hamas rule in Gaza must be eliminated. Iran remains the greatest threat to regional security – we will work together to prevent it from obtaining nuclear weapons. Our bond is unbreakable,” tulis Israel Katz.

    Israel Digelontor Senjata AS, Iran Tetap Target Utama

    Selama percakapan tersebut, Katz menekankan pandangan bersama bahwa Iran tetap menjadi “ancaman terbesar bagi keamanan regional”.

    Dia menegaskan, kalau kedua negara, Israel dan AS, akan bekerja sama untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.

    Pada hari Sabtu, Departemen Pertahanan AS, Pentagon, mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri telah menyetujui potensi penjualan bom, peralatan pembongkaran, dan senjata lainnya ke Israel, yang bernilai sekitar USD 3 miliar.

    Pentagon mengonfirmasi bahwa Kongres telah diberitahu tentang potensi penjualan senjata pada Jumat sore dalam situasi darurat dan mendesak.

    “Langkah AS ini menandai penjualan kedua dalam sebulan (ke Israel), melampaui praktik lama yang memberikan anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR dan Senat kesempatan untuk meninjau kesepakatan dan meminta informasi tambahan sebelum Kongres diberitahu secara resmi,” kata laporan RNTV.

    Penjualan senjata tersebut mencakup 35.529 bom serba guna dengan berat sekitar 1.000 kilogram, bersama dengan 4.000 bom penghancur bunker dengan berat yang sama, yang diproduksi oleh produsen senjata, General Dynamics.

    Gelontoran senjata AS ke Israel ini terjadi saat negara pendudukan tersebut bersiap memulai kembali Perang Gaza setelah mangkir dari ketentuan perjanjian gencata senjata tiga tahap yang telah disepakati.

    Israel juga memiliki front lainnya di Lebanon di mana pasukannya menolak mundur dari sejumlah titik di perbatasan Lebanon Selatan dalam gencatan senjata dengan kelompok Hizbullah.

    Di Suriah, Israel tetap mempertahankan pasukannya di sepanjang perbatasan negara itu di wilayah Golan. Israel juga menghadapi ancaman serius dari kelompok perlawanan di Yaman, Ansarallah Houthi yang mengancam menyerang jika Gaza kembali diagresi IDF.

    Dari ke semua front, Israel menilai Iran adalah mastermind di balik semua perlawanan dalam perang jangka panjang yang sudah terjadi dengan negara tersebut.

    PARADE RUDAL – Tangkap layar MNA, Selasa (4/3/2025) yang menunjukkan sebuah rudal balistik Iran dipamerkan dalam sebuah parade militer di Teheran, beberapa waktu lalu. Seiring meningkatnya ketegangan dengan Israel, Iran dilaporkan mendapat kunjungan supervisi dari para pakar rudal Rusia beberapa waktu lalu.

    Pakar-Pakar Rudal Rusia Kunjungi Iran

    Di tengah ketegangan yang semakin memuncak antara Israel dan Iran, sejumlah spesialis rudal senior Rusia dilaporkan telah mengunjungi Iran selama setahun terakhir.

    “Kunjungan terkait makin dalamnya hubungan kerja sama Teheran dan Moskow dalam hal pertahanan,” Reuters mengklaim dalam sebuah laporan.

    MNA, mengutip laporan tersebut, melansir kalau laporan kunjungan pakar rudal Rusia ke Iran juga menyertakan sejumlah tinjauan catatan perjalanan dan data ketenagakerjaan.

    “Ketujuh ahli senjata melakukan perjalanan dari Moskow ke Teheran dengan dua penerbangan pada 24 April dan 17 September tahun lalu,” menurut dokumen yang merinci dua pemesanan kelompok serta manifes penumpang untuk penerbangan kedua.

    Catatan itu menunjukkan sejumlah hal, termasuk nomor paspor pria, dengan enam dari tujuh memiliki awalan “20”.

    Nomor paspor dengan awalan angka ’20’, dijelaskan, menunjukkan kalau paspor yang digunakan ketujuh pakar rudal Rusia ini untuk bisnis resmi negara.

    “Lazimnya dikeluarkan untuk pejabat pemerintah tentang perjalanan kerja asing dan personel militer yang ditempatkan di luar negeri,” menurut sebuah dekrit yang diterbitkan oleh pemerintah Rusia dan sebuah dokumen di situs web kementerian luar negeri Rusia.

    Reuters tidak dapat merinci apa yang dilakukan ketujuh orang itu di Iran.

    Laporan tersebut mengklaim kalau seorang pejabat senior kementerian pertahanan Iran mengatakan para ahli rudal Rusia telah melakukan beberapa kunjungan ke lokasi produksi rudal Iran tahun lalu, termasuk dua fasilitas bawah tanah, dengan beberapa kunjungan berlangsung pada bulan September.

    Pejabat itu, yang meminta anonimitas untuk membahas masalah keamanan, tidak mengidentifikasi situs-situs rudal Iran tersebut.

    Ketujuh orang Rusia yang diidentifikasi oleh Reuters semuanya memiliki latar belakang militer senior, dengan dua kolonel peringkat dan dua letnan kolonel, menurut tinjauan database Rusia yang berisi informasi tentang pekerjaan warga atau tempat kerja, termasuk pajak, telepon dan catatan kendaraan.

    Dua ahli dalam sistem rudal pertahanan udara, tiga mengkhususkan diri dalam artileri dan peroketan, sementara satu memiliki latar belakang dalam pengembangan senjata canggih dan yang lainnya telah bekerja pada jarak uji coba rudal, catatan menunjukkan.

    Reuters tidak dapat menentukan apakah semua masih bekerja dalam peran-peran itu karena data ketenagakerjaan berkisar dari 2021 hingga 2024.

    Reuters menghubungi semua pria melalui telepon: lima dari mereka membantah mereka telah ke Iran, membantah mereka bekerja untuk militer atau keduanya, sementara satu menolak berkomentar dan satu menutup telepon.

    Kementerian pertahanan dan luar negeri Iran menolak berkomentar untuk laporan ini.

    Hal yang sama juga dilakukan kantor hubungan masyarakat dari Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC).

     

    (oln/rntv/mna/rtrs/*)

  • Eyal Zamir Kutip Ayat Taurat, Panglima Baru IDF Keturunan Arab Bersumpah Habisi Hamas di Gaza – Halaman all

    Panglima Perang Baru Israel Bakal Copot Besar-besaran Petinggi IDF, Perang Gaza Berubah Pola – Halaman all

    Panglima Perang Baru Israel Bakal Copot Besar-besaran Petinggi IDF, Perang Gaza Berubah Pola

    TRIBUNNEWS.COM – Media Israel, Channel 12 melaporkan, Kepala Staf baru Militer Israel (IDF), Eyal Zamir, akan mencopot sejumlah pimpinan militer yang namanya dikaitkan dengan kegagalan IDF pada 7 Oktober 2023.

    Laporan itu menjelaskan kalau di antara para petinggi militer IDF yang diperkirakan akan dicopot adalah para pimpinan Angkatan Udara Israel, pimpinan Front Dalam Negeri Israel, pemimpin Operasi militer IDF, dan petinggi Intelijen militer IDF.

    Adapun Otoritas Penyiaran Israel, KAN, mengutip sumber yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melaporkan, “Akan ada perubahan dalam sifat pertempuran dengan pergantian Kepala Staf IDF ini”.

    Laporan ini menguatkan indikasi kalau Israel akan melanjutkan perang Gaza dengan mengabaikan negosiasi gencatan senjata yang seharusnya sudah memasuki Tahap II dalam kerangka pertukaran sandera dan tahanan.

    Pada awal Februari lalu, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa Eyal Zamir telah ditunjuk sebagai Kepala Staf IDF, menggantikan Herzi Halevi, yang mengundurkan diri pada 21 Januari, menyusul kegagalan militer IDF pada serangan Banjir Al-Aqsa oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Halevi dan komandan Komando Selatan, Yaron Finkelman, mengakui kegagalan tentara dalam menghadapi operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.

    Menyusul pengumuman pengunduran dirinya, Menteri Pertahanan Yisrael Katz mengumumkan kalau dia akan memulai wawancara dengan kandidat kepala staf berikutnya, dengan Mayor Jenderal Eyal Zamir sebagai kandidat utama untuk posisi tersebut.

    Perkiraan tersebut memberikan preferensi kepada Zamir, karena ia adalah Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan, dan tidak berada di posisi dan jabatan ketentaraan Israel pada saat kegagalan 7 Oktober.

    Zamir menjabat sebagai wakil kepala staf angkatan darat dari tahun 2018 hingga 2021, menurut situs web angkatan darat.

    Ia juga sebelumnya mengepalai Komando Selatan, yang bertanggung jawab atas operasi militer dan pertahanan, termasuk perbatasan Gaza.

    Sebelumnya, ia menjabat sebagai sekretaris militer Netanyahu.

    BRIGADE AL-QASSAM – Foto ini diambil pada Jumat (28/2/2025) dari Telegram Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, pada Sabtu (7/10/2023) memperlihatkan seorang pejuang Hamas meluncur dengan parasut ketika melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa. Pada Jumat (28/2/2025), Hamas mengomentari investigasi militer Israel yang mengungkap kegagalannya mencegah serangan Hamas. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Ratusan IDF Tewas dalam Tiga Jam oleh Hamas

    Militer Israel dianggap telah gagal, sesuai hasil investigasi Israel terhadap Operasi Banjir al-Aqsa yang dilakukan Hamas dan pejuang Palestina, 7 Oktober 2023 lalu.

    Hamas dalam Operasi Perlawanan Palestina memberikan pukulan berat bagi pasukan pendudukan Israel dalam beberapa jam pertama saat serangan Oktober 2023 lalu.

    Bahkan, pasukan zionis Israel dalam Divisi Gaza secara efektif dikalahkan Hamas serta pejuang Palestina dalam waktu dua jam.

    Selain itu, sebagian besar komandan tingkat menengah Israel, termasuk batalion dan pemimpin perusahaan, tewas pada tahap awal.

    Di atas kerugian yang mengejutkan, komandan tiga brigade Israel juga dieliminasi Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Hal itu membuat total 157 tentara Israel tewas dalam tiga jam pertama.

    Surat kabar Israel, Walla!, melaporkan Hamas menargetkan pangkalan udara Angkatan Udara Israel dengan tembakan roket berat, mengganggu lepas landas, yang kemudian menyebabkan kebingungan lebih lanjut dalam hal respons militer.

    Penyelidikan terpisah oleh Maariv menggambarkan kinerja militer pasukan pendudukan Israel pada 7 Oktober sebagai kegagalan bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya.

    Seorang pejabat senior militer Israel pun mengakui hal itu.

    Maariv mengomentari laporan itu dengan mengatakan Divisi Gaza Israel dikalahkan dalam dua jam pertama perang oleh Hamas.

    Militer Israel Gagal

    Hasil investigasi juga telah mengungkap kegagalan kritis aparat militer dan intelijen pendudukan Israel, mereka telah melakukan kesalahan perhitungan, penyimpangan operasional, dan kerusakan komando.

    Media Israel Yedioth Ahronoth menyimpulkan intelijen militer Israel menderita arogansi dan kebutaan saat di medan perang melawan Hamas dan pejuang Palestina.

    Zionis itu gagal mengantisipasi skala serangan dari Hamas.

    Penyelidikan menemukan, Hamas awalnya berencana untuk meluncurkan serangan selama Paskah pada 2023 tetapi menundanya untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

    Dalam bulan-bulan menjelang serangan itu, Komando Selatan pasukan pendudukan Israel (IOF) menilai, skenario terburuk akan melibatkan infiltrasi sekitar 70 pejuang Hamas bersenjata melalui dua titik di sepanjang perbatasan Gaza. 

    Namun, kenyataan sekitar 5.000 pejuang Hamas telah melanggar pertahanan Israel.

    Kesalahpahaman militer Israel ini diperparah oleh arahan Perdana Menteri (PM)  Benjamin Netanyahu tiga bulan sebelum serangan itu, menginstruksikan IOF untuk memprioritaskan ancaman dari Iran, Hizbullah, dan Tepi Barat sambil tetap tenang di Gaza.

    Pergeseran fokus ini membuat pasukan Israel tidak siap untuk serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Investigasi mengungkapkan pasukan Israel di Gaza runtuh selama beberapa jam selama serangan yang dilakukan Hamas.

     

  • Mau Lengser, Bos Besar IDF Akui Remehkan Hamas, Kaget Serangan 7 Oktober Bisa Terjadi – Halaman all

    Mau Lengser, Bos Besar IDF Akui Remehkan Hamas, Kaget Serangan 7 Oktober Bisa Terjadi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letjen Herzi Halevi mengaku meremehkan kelompok Hamas di Jalur Gaza.

    Halevi mengatakan dia beserta IDF meyakini Hamas tidak akan mampu melancarkan serangan 7 Oktober 2023 yang membuat gempar seluruh Israel.

    Dalam serangan itu ada sekitar 1.200 orang yang tewas. Hamas lalu menculik 251 orang yang dijadikan sebagai sandera.

    Halevi mengaku kurang mencemaskan ancaman dari Gaza. Dia lebih mengkhawatirkan bahaya di perbatasan Israel lainnya.

    Kata dia, warga Israel saat serangan terjadi mempertanyakan keberadaan IDF.

    Halevi yang sebentar lagi lengser dari jabatannya itu mengaku bertanggung jawab secara pribadi atas kegagalan IDF. Menurutnya, dia dan IDF secara keseluruhan telah gagal melindungi warga Israel.

    “Saya tahu banyak orang tewas, dan kata-kata terakhir mereka adalah, ‘Di mana IDF?’ Saya mengetahui itu. Mengetahuinya adalah hal yang sangat berat bagi kami,” kata Halevi hari Minggu, (2/3/2025), dikutip dari The Times of Israel.

    Dia mengklaim tak pernah berpikir serangan seperti itu akan terjadi. Menurut dia, IDF akan bertindak dengan cara berbeda jika mengetahui serangan itu berpotensi terjadi.

    “Kami menganggap Hamas adalah kekuatan militer yang terbatas. Kami tidak melihat adanya skenario kejutan besar serangan Hamas sebagai skenario realistis,” kata dia.

    “Dan jika ada sesuatu seperti itu, asumsi kita adalah kita akan mendapatkan peringatan sebelumnya dari intelijen militer.”

    Hasil kajian IDF adalah bahwa kombinasi peringatan dari intelijen, pagar keamanan di sekitar Gaza, dan pengamanan dari pasukan IDF bakal memberikan perlindungan yang sesuai. Namun, hasil kajian itu “hancur”.

    Dia menyangka perbatasan Gaza adalah perbatasan yang paling sedikit memerlukan perhatian.

    “Kami merasa pembatas bawah tanah itu sangat tinggi kualitasnya, bahwa pengumpulan data intelijen sudah maju, dan bahwa topografi akan membantu, dan kami menempatkan perbatasan utara sebagai yang paling diperhatikan untuk menghadapi Hizbullah,” ujarnya menjelaskan.

    “Kami sempat berpikir situasi kita bagus secara keseluruhan.”

    IDF keliru mengambil kesimpulan

    Kepala Komando Selatan IDF Mayjen Yaron Finkelman juga membuat pernyataan mengenai gagalnya IDF menghadapi serangan Hamas.

    Finkelman mengatakan malam sebelum serangan adalah “malam tanpa tidur” bagi dia.

    Saat itu dia menyelidiki sinyal intelijen aneh yang muncul dari Gaza. Sinyal itu memang menjadi perhatian IDF, tetapi IDF tidak menganggapnya sangat penting sehingga Israel kehilangan peluang untuk mencegah serangan Hamas.

    “Saya begadang sepanjang malam untuk melakukan peninjuan situasi,” kata Finkelman.

    Dia mengaku bersikap acuh tak acuh mengenai sinyal itu.

    “Saya menantang dan menanyai para pejabat intelijen, empat pejabat independen yang berbeda.”

    “Gambaran yang mereka sodorkan kepada saya berisi dua unsur penting. Pertama ini bukan sesuatu yang sangat dekat dalam kerangka waktu dekat. Kedua, bahwa pasukan penyerang milik Hamas, Nukhba, beroperasi seperti biasa.”

    Sayangnya gambaran atau kesimpulan itu salah. Hamas pada akhirnya menyerang Israel.

    “Itu adalah kenyataan intelijen yang saya terima. Terlepas dari itu, komandan bertanggung jawab atas segalanya, termasuk intelijen.”

    “Kami mengambil beberapa tindakan, yang jika dipikir tentu tidak mencukupi.”

    (*)

     

  • AS Kirimi Israel Senjata ‘Pemungkas’ Lawan Iran, Netanyahu Happy

    AS Kirimi Israel Senjata ‘Pemungkas’ Lawan Iran, Netanyahu Happy

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas pengiriman amunisi yang sempat tertahan oleh pemerintahan sebelumnya.

    Netanyahu menegaskan bahwa bantuan ini akan memungkinkan Israel untuk “menyelesaikan tugas melawan poros teror Iran” yang mencakup kelompok-kelompok militan yang didukung oleh Teheran.

    “Donald Trump adalah sahabat terbesar yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video berbahasa Inggris yang dirilis pada Minggu (2/3/2025), sebagaimana dikutip AFP.

    “Dia telah membuktikannya dengan mengirimkan semua amunisi yang sebelumnya tertahan. Dengan cara ini, dia memberi Israel alat yang kami butuhkan untuk menyelesaikan tugas melawan poros teror Iran.”

    Adapun Netanyahu telah lama menyuarakan oposisi kerasnya terhadap Iran, terutama terkait program nuklir Teheran dan dukungan negara itu terhadap kelompok-kelompok militan di kawasan, termasuk Hamas yang berkonflik dengan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.

    Pernyataan Netanyahu ini mempertegas sikapnya yang sebelumnya telah ia ungkapkan dalam konferensi pers bulan lalu bersama Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.

    Dalam kesempatan tersebut, Netanyahu menegaskan bahwa dengan dukungan dari Amerika Serikat, Israel akan “menyelesaikan tugas” dalam menghadapi ancaman Iran.

    “Sejak perang di Gaza dimulai, Israel telah memberikan pukulan besar terhadap poros teror Iran,” kata Netanyahu, merujuk pada aliansi kelompok militan yang didukung Teheran, termasuk Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman.

    Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, seperti yang ia lakukan pada masa jabatan pertamanya. Langkah ini bertujuan untuk menekan ekonomi Iran dan membatasi kemampuan negara itu dalam mendukung kelompok-kelompok militan di Timur Tengah.

    Trump juga menunjukkan dukungan kuatnya kepada Israel dengan mengundang Netanyahu sebagai kepala negara pertama yang berkunjung ke Gedung Putih setelah ia kembali menjabat sebagai presiden.

    Sebelumnya, Rubio mengumumkan bahwa ia telah menandatangani deklarasi untuk mempercepat bantuan militer senilai sekitar US$4 miliar kepada Israel. Rubio menambahkan bahwa embargo senjata parsial yang sebelumnya diberlakukan oleh mantan Presiden Joe Biden telah dicabut, memungkinkan Israel mendapatkan persenjataan yang lebih cepat dan lebih banyak.

    Langkah ini disambut positif oleh Netanyahu yang menilai bahwa dukungan penuh AS terhadap Israel akan semakin memperkuat posisinya dalam menghadapi ancaman Iran dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Teheran.

     

    (luc/luc)