Organisasi: Hizbullah

  • Panas! Suriah Tuduh Hizbullah Culik-Bunuh 3 Tentaranya di Lebanon

    Panas! Suriah Tuduh Hizbullah Culik-Bunuh 3 Tentaranya di Lebanon

    Damaskus

    Pemerintah Suriah menuduh kelompok Hizbullah menculik tiga tentara mereka yang dibawa ke Lebanon dan membunuh mereka di sana. Hizbullah telah membantah keterlibatan mereka dalam bentrokan dengan pasukan militer Suriah.

    “Sekelompok milisi Hizbullah menculik tiga anggota militer Suriah di perbatasan Suriah-Lebanon, sebelum membawa mereka ke wilayah Lebanon dan menghabisi mereka,” tuduh Kementerian Pertahanan Suriah dalam pernyataannya, seperti dikutip kantor berita SANA dan dilansir AFP, Senin (17/3/2025).

    “Kementerian Pertahanan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan setelah eskalasi berbahaya dari milisi Hizbullah,” tegas Kementerian Pertahanan Suriah.

    Disebutkan lebih lanjut oleh Kementerian Pertahanan Suriah bahwa insiden itu terjadi di dekat Bendungan Zeita, sebelah barat Homs.

    Hizbullah, dalam tanggapannya, membantah kelompoknya terlibat dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Suriah atau bentrokan di dalam wilayah Suriah.

    “Dengan tegas membantah adanya keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi hari ini di perbatasan Lebanon-Suriah,” demikian bantahan Hizbullah.

    Bantahan itu ditegaskan Hizbullah dalam pernyataannya, dengan menyatakan mereka “menegaskan kembali pengumuman sebelumnya bahwa Hizbullah tidak memiliki hubungan dengan peristiwa apa pun di wilayah Suriah”.

    Sementara itu, laporan kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), menyebut rentetan roket ditembakkan dari wilayah Qusayr, Suriah dan jatuh di desa Qasr, Lebanon, dekat perbatasan.

    Seorang sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada AFP bahwa “ketegangan dimulai setelah tiga personel keamanan umum Suriah menyeberang ke wilayah Lebanon, di desa Qasr, tempat mereka ditembak oleh orang-orang bersenjata setempat yang berafiliasi dengan sebuah keluarga yang terlibat penyelundupan”.

    Sumber itu menyebut alasan tiga personel keamanan Suriah masuk ke desa Lebanon itu tidak diketahui.

    Setelah kematian itu, menurut sumber keamanan Lebanon itu, “orang-orang bersenjata setempat menyerahkan jenazah mereka kepada militer Lebanon yang kemudian menyerahkannya kepada pihak Suriah”.

    NNA juga melaporkan bahwa jenazah tiga tentara Suriah itu telah diserahkan ke Suriah melalui Palang Merah Lebanon.

    Buntut penyerangan tiga jenazah tentara Suriah itu, sebut sumber keamanan Lebanon tersebut, “eskalasi kemudian terjadi oleh pasukan keamanan Suriah, yang menembaki rumah-rumah di Qasr”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Militer Israel Klaim Temukan 90 Terowongan Gaza-Mesir di Sepanjang Koridor Philadelphia – Halaman all

    Militer Israel Klaim Temukan 90 Terowongan Gaza-Mesir di Sepanjang Koridor Philadelphia – Halaman all

    Militer Israel Klaim Temukan 90 Terowongan Gaza-Mesir di Sepanjang Koridor Philadelphia

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) menyatakan telah menemukan sebanyak 90 terowongan di sepanjang Koridor Philadelphia di Jalur Gaza, khaberni melaporkan, Kamis (13/3/2025).

    Pernyataan IDF itu menyebut temuan pasukannya menunjukkan kalau beberapa terowongan di antaranya melintasi perbatasan, beberapa mencapai perbatasan Gaza-Mesir, dan lainnya masih dalam tahap pembangunan.

    Laporan itu menyebut, sumber-sumber informasi Israel menyatakan kalau pasukan teknik tentara Israel berhasil menemukan sekitar 90 terowongan berbagai jenis di sepanjang koridor Philadelphia, yang membentang dari penyeberangan Rafah yang ditutup hingga ke laut.

    “Menurut perkiraan militer Israel, mungkin ada terowongan tambahan yang belum ditemukan,” kata laporan itu.

    Sumber keamanan Israel juga menyakini kalau kontrol dan patroli Jalan Raya Philadelphia sangat penting untuk mencegah upaya pergerakan penyelundupan melalui penggunaan pesawat nirawak, kapal, dan terowongan.

    Militer IDF mencatat kalau  masih ada terowongan terbuka yang belum ditutup dengan metode rekayasa buatan.

    “Sebagian besar terowongan ini telah ditutup menggunakan beton khusus, beberapa dengan peledakan, dan yang lainnya di bawah kendali Israel untuk tujuan penelitian intelijen,” kata laporan tersebut.

    TEROWONGAN – Satu dari beberapa foto yang dirilis pasukan Israel soal klaim mereka atas ditemukannya terowongan besar di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza. Dalih ini digunakan IDF untuk bertahan dan tak mau menarik pasukannya dari akses koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah. Manuver Israel ini mengabaikan peringatan Mesir yang mewanti-wanti Tel Aviv kalau perang akan meluas. (khaberni)

    Cuma Dalih, Perjanjian Damai dengan Mesir Terancam

    Ini bukan kali pertama Israel mengklaim adanya keberadaan terowongan di Koridor Philadelphia.

    Faktanya, Israel sudah sering menyuarakan niatnya mengusai Koridor Philadelphia.

    Mesir juga sudah berkali-kali menyatakan, militernya memastikan pelaksanaan patroli rutin di sepanjang perbatasan untuk memastikan tidak ada terowongan yang terakses.

    Pada masa awal-awal pelaksanaan agresi militer ke Jalur Gaza, Israel juga sudah menyatakan hal ini dan menjadikannya dalil untuk menempatkan pasukannya di sepanjang garis perbatasan Gaza-Mesir ini.

    Hal itu dinyatakan langsung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada akhir 2023 silam soal pentingnya Israel menguasai Koridor Philadelphia.

    Sejumlah analis geopolitik menyatakan, aksi IDF menguasai Koridor Philadelphia justru akan mengancam perjanjian perdamaian dengan Mesir.

    Pakar keamanan nasional Mesir, Mohamed Makhlouf menilai, pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai penguasaan Rute Philadelphia bersifat provokatif.

    Makhlouf menambahkan, pernyataan Netanyahu itu merupakan serangan terhadap perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel yang dikenal dengan nama Camp David,

    Diketahuhi, pada Sabtu (30/12/2023), Netanyahu menyatakan kalau Poros Philadelphia harus berada di tangan Tel Aviv, dan menekankan kalau Israel tidak akan menerima opsi lain demi memberantas Hamas.

    Makhlouf, wakil pemimpin redaksi di “Dar Akhbar Al Youm,” menyatakan kalau ia melihat pernyataan Netanyahu sebagai upaya untuk menyeret Mesir sebelum waktunya ke dalam peperangan langsung sebagai tanggapan terhadap pernyataan provokatif tersebut.

    Seperti dilansir media Mesir, Khaberni, Makhlouf menegaskan, Mesir lazimnya enggan merespons aksi verbal.

    Sebaliknya, kata dia, Mesir tanpa basa-basi akan selalu merespons secara praktis terhadap aksi yang melewati garis merah, tidak hanya melalui pernyataan.

    Dia mencontohkan aksi Mesir yang langsung bertindak saat eskalasi meningkat dan garis merah cenderung dilanggar di Sirte-Jufra saat konflik terjadi di Libya pada 2020 silam.

    Gambar yang diambil dari Rafah menunjukkan asap mengepul di atas Khan Yunis di Jalur Gaza selatan selama pemboman Israel pada 30 Desember 2023, ketika pertempuran antara gerakan Hamas Palestina dan Israel terus berlanjut. (AFP)

    “Pernyataan ini adalah upaya putus asa Netanyahu untuk menyiratkan kelanjutan pemerintahannya dan untuk menenangkan masyarakatnya dengan pernyataan simpatik yang akan dengan cepat membayangi pengurangan kehadirannya dalam otoritas Israel,” kata Makhlouf menegaskan.

    Makhlouf menyebut, rasa frustasi Netanyahu terutama karena ia telah terekspos secara politik, ekonomi, dan secara militer terhadap gerakan perlawanan di Palestina.

    Lebih jauh lagi, ia memperingatkan Netanyahu agar tidak mendekati perbatasan Mesir.

    Dia menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak bisa ditolerir.

    “Tanah Mesir tidak pernah dan tidak akan pernah dilanggar,” katanya.

    Ia juga membenarkan kabar kalau Angkatan Bersenjata Mesir berada dalam kondisi kesiapan penuh.

    “Angkatan Bersenjata Mesir tidak akan membiarkan ancaman atau pelanggaran apa pun terhadap perbatasannya, berapa pun akibatnya,” katanya.

    Perang Ketuk Pintu Mesir

    Niat Israel menguasai Poros Salah al-Din atau Koridor Philadelphia dalam upaya mereka memberantas Hamas dinilai sejumlah pengamat geopolitik seolah menjadi ketukan di pintu Mesir oleh api perang yang masih berkobar di Gaza.

    Ketukan pintu ini ditandai oleh para pejabat Israel yang dilaporkan merencanakan operasi militer berisiko untuk mengambil kendali sisi Gaza di perbatasan Mesir, sebidang tanah yang dikenal sebagai Poros Salah al-Din atau Koridor Philadelphia, demikian yang dilaporkan Wall Street Journal (WSJ) pada 14 Oktober 2024 sialm.

    Menurut pejabat saat ini dan mantan pejabat Israel serta pejabat Mesir yang berbicara dengan WSJ, operasi tersebut akan memungkinkan Israel untuk mengambil kendali atas titik penyeberangan utama, Penyeberangan Perbatasan Rafah, yang telah lama menjadi satu-satunya rute bagi warga Palestina ke dunia luar di tengah kehancuran karena blokade Israel selama bertahun-tahun.

    “Kami tidak mungkin membiarkan penyeberangan ini beroperasi seperti sebelumnya,” kata Michael Milshtein, mantan kepala Departemen Urusan Palestina di intelijen militer Israel.

    Tel Aviv ingin menempatkan pasukan Israel di sepanjang 14 km dari perbatasan Gaza-Israel-Mesir di tenggara hingga Laut Mediterania di barat daya wilayah kantong yang terkepung.

    Hal ini diklaim Israel akan memungkinkan IDF untuk memblokir penyelundupan melalui terowongan bawah tanah dari Sinai, Mesir.

    Milisi Perlawanan Palestina disebut-sebut menggunakan terowongan ini untuk membawa senjata ke Gaza, sementara warga Palestina menggunakannya untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.

    Beberapa pejabat Israel telah mengumumkan ambisi mereka untuk menduduki Rute Philadelphia.

    Dalam konferensi pers pada 30 Desember 2023, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, “Koridor Philadelphia – atau, lebih tepatnya, titik penghentian di selatan – harus berada di tangan kita. Harus ditutup.”

    Dua hari sebelumnya, mantan menteri pertahanan Avigdor Lieberman memposting di X bahwa koridor tersebut harus dihancurkan.

    Penduduk Palestina di Khan Younis di Jalur Gaza Selatan. Foto diambil Sabtu (13/1/2024).

    Apa itu Koridor Philadelphia?

    Koridor Philadelphia, juga dikenal sebagai Rute Philadelphi, adalah jalur sepanjang 14 km (8,7 mil) yang mewakili keseluruhan wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir.

    Wilayah ini ditetapkan sebagai zona penyangga yang dikendalikan dan dipatroli oleh angkatan bersenjata Israel sebagai bagian dari perjanjian damai tahun 1979 dengan Mesir yang mengakhiri pendudukan Israel di Semenanjung Sinai dan membuka kembali Terusan Suez.

    Tujuannya adalah untuk menghentikan senjata dan material agar tidak sampai ke tangan warga Palestina di Jalur Gaza, yang diduduki Israel, dan untuk mencegah orang berpindah antara tanah Palestina dan Mesir tanpa pemeriksaan yang ketat.

    Di mana Posisi Mesir Soal Wilayah Perbatasan Ini?

    Pada tahun 2005, Israel menarik diri dari Jalur Gaza di bawah tekanan internasional dan malah mengubah tanah Palestina yang padat penduduknya menjadi ‘penjara terbuka terbesar di dunia’.

    Mesir menjadi pemain utama yang mengendalikan koridor tersebut, yang menandakan satu-satunya hubungan dengan dunia luar yang tidak dikendalikan oleh Israel – karena Tel Aviv mempertahankan blokade darat, laut dan udara terhadap jalur tersebut dari semua sisi lainnya.

    Sebuah perjanjian setelah keluarnya Israel dari wilayah tersebut pada tahun 2005 memungkinkan Mesir untuk mengerahkan 750 tentara dan senjata berat untuk berpatroli dan menjaga sisi koridor Mesir, dengan tanggung jawab pihak lain diserahkan kepada Otoritas Palestina.

    Namun Hamas memegang kendali penuh atas Jalur Gaza sekitar dua tahun setelah penarikan Israel, dan keadaan berubah.

    Selama bertahun-tahun, Mesir mengatakan pihaknya terus menghancurkan terowongan yang digali oleh warga Palestina untuk menyelundupkan senjata dan manusia, namun Israel mempertanyakan efektivitas tindakan Kairo.

    Kini, Israel menginginkan kendali penuh atas wilayah perbatasan, termasuk penyeberangan Rafah yang penting, untuk menjamin keamanannya.

    Namun hal ini berarti pendudukan kembali Jalur Gaza secara de facto, sesuatu yang secara terbuka menimbulkan perselisihan Israel dan sekutu abadi mereka, Amerika Serikat.

    Baik Mesir maupun Hamas menentang Israel untuk mendapatkan kembali kendali atas koridor tersebut.

    Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah berulang kali mengatakan Kairo tidak akan membiarkan warga Palestina mengungsi dari tanah air mereka ke Mesir.

    Bukan apa-apa, bagi Mesir, terusirnya pengungsi Palestina dan berpindah ke wilayah otoritas mereka, bisa menjadi masalah besar nantinya.

    Belajar dari kejadian dan sikap Israel pada tahun-tahun sebelumnya, Mesir tidak ingin wilayahnya dibombardir Israel dengan dalih memberantas kelompok perlawanan Palestina yang berbasis di wilayah Mesir.

    Ini adalah masalah keamanan nasional bagi Mesir.

    Karena itu, Mesir sudah menyatakan sikap tegas, Israel memancing perang dengan niat mengendalikan koridor ini. 

    Apa yang diinginkan Israel?

    Netanyahu ingin meyakinkan audiens domestiknya – yang semakin marah dan kritis terhadap cara dia menangani perang dan kegagalannya membawa kembali puluhan tawanan yang masih berada di Gaza – menurut Rami Khouri, seorang jurnalis dan peneliti terkemuka di American University of Beirut.

    Pada saat yang sama, kata Khouri, PM Israel ingin menanamkan lebih banyak ketakutan di kalangan warga Palestina dan menciptakan pengaruh baru untuk negosiasi dengan AS dan Mesir.

    “Jadi, apa pun yang dia katakan memiliki banyak audiens, berbagai tujuan, dan tidak boleh dianggap remeh,” kata Khouri kepada Al Jazeera.

    “Kita harus menganggap ini sebagai elemen lain yang dia lemparkan ke dalam pot negosiasi.”

    Khouri mengatakan Mesir tidak akan setuju jika Israel mengambil kembali kendali atas koridor tersebut dan membangun kehadiran militer di sana beberapa dekade setelah Israel meninggalkannya.

    Dia mengatakan komentar Netanyahu juga dapat dilihat dalam konteks upaya Israel yang terus-menerus melakukan ekspansionisme teritorial sejak pembentukannya pada tahun 1948 – meskipun hal ini tidak membawa keamanan bagi negara tersebut.

    “Semakin mereka berekspansi, semakin mereka menguasai tanah, semakin mereka mencoba untuk mengamankan tanah mereka dengan mengambil alih tanah-tanah penduduk dan mengusir orang-orang dari rumah mereka, semakin tidak aman mereka karena mereka hanya memicu bentuk perlawanan yang lebih besar dan lebih intens dari warga Palestina dan orang lain, termasuk Hizbullah di Lebanon.”

     

    (oln/khbrn/aja/wsj/*)

     
     

  • Lebanon Bantah Akan Ada Normalisasi Hubungan dengan Israel: Hanya Negosiasi Perbatasan – Halaman all

    Lebanon Bantah Akan Ada Normalisasi Hubungan dengan Israel: Hanya Negosiasi Perbatasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Meski bersedia bernegosiasi, Lebanon membantah akan menormalisasi hubungannya dengan Israel.

    Sebelumnya, baik Lebanon maupun Israel sudah sepakat untuk duduk di meja perundingan guna membahas perbatasan di antara kedua belah pihak.

    Lebanon dan Israel juga sudah mengumumkan ada tiga tim kerja yang akan dibentuk.

    Tim itu akan berfokus membahas lima tempat yang masih diduduki Israel di Lebanon, Garis Biru yang menjadi perbatasan Israel-Lebanon, tempat-tempat yang disengketakan, dan warga Lebanon yang ditahan Israel.

    Seorang narasumber Israel mengaku Israel tertarik untuk melakukan normalisasi dengan Lebanon.

    Namun, para pejabat Lebanon pada hari Rabu membantah bahwa negosiasi dengan Israel akan mengarah kepada normalisasi hubungan.

    Menurut para narasumber di kantor kepresidenan Lebanon, pernyataan bahwa perundingan Israel-Lebanon akan menjadi awal negosiasi adalah hal yang tidak berdasar.

    Kepada Al Mayadeen, mereka juga mengatakan akan dibentuk tiga tiga komite untuk mengatasi masalah dengan Israel demi penerapan Resolusi PBB 1701.

    Namun, ketiganya tidak akan terlibat dalam negosiasi langsung antara Lebanon dan Israel.

    “Komite ini akan menangani masalah lama, terutama sengketa perbatasan dan tempat-tempat yang masih disengketakan sejak tahun 2006,” kata narasumber itu.

    LEBANON SELATAN – Foto yang diambil dari The Times of Israel tanggal 11 Februari 2025 memperlihatkan tiga tentara Israel beroperasi di Lebanon selatan, 20 November 2025. Perang Israel-Hizbullah diprediksi kembali meletus. (The Times of Israel/Emmanuel Fabian)

    Mereka mengonfirmasi bahwa lima titik di Lebanon yang masih diduduki Israel akan menjadi salah satu topik perundingan.

    Media Israel juga mengatakan tidak ada negosiasi mengenai normalisasi hubungan Israel dengan Lebanon.

    Narasumber media itu mengklaim hanya ada kemungkinan kecil normalisasi.

    “Klaim seperti itu (normalisasi) bisa mengganggu pembicaraan saat ini yang berfokus pada garis perbatasan,” kata dia.

    Sebelumnya, para pejabat Israel berkata kepada Channel 12, “Kami mengupayakan normalisasi dengan Lebanon, dan pembicaraan saat ini menjadi bagian dari upaya itu.”

    Israel akan bebaskan 5 warga Lebanon

    Israel sepakat untuk membebaskan lima warga Lebanon yang ditahan Israel. Menurut Kantor Perdana Menteri Israel, pembebasan itu dikoordinasikan dengan Amerika Serikat (AS).

    Di sisi lain, Lebanon mengaku sudah menerima empat warga Lebanon yang disandera Israel. Sandera kelima akan diserahkan pada hari Rabu.

    Media AS Axios mengatakan salah satu warga Lebanon yang dibebaskan adalah anggota Hizbullah.

    Menurut laporan di Lebanon, ada sebanyak 11 warga Lebanon yang masih ditahan oleh Israel.

    Axios melaporkan tiga tim kerja yang dibentuk di atas bisa bertemu bulan depan.

    Israel dan Lebanon pernah merundingkan perjanjian perbatasan di laut tahun 2022 dengan ditengahi oleh AS. Namun, keduanya belum menerapkan perjanjian perbatasan di darat.

    Gencatan senjata

    Israel dan Hizbullah sepakat mengadakan gencatan senjata yang berlangsung mulai akhir November 2024 hingga 18 Februari 2025.

    Gencatan itu menyudahi sebagian besar serangan di antara keduanya. Israel dan Hizbullah mulai saling menyerang sehari setelah perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    Serangan Hizbullah ditujukan untuk membantu Gaza yang diinvasi oleh Israel.

    Hingga saat itu Israel masih melancarkan serangan di Lebanon. Pada hari Selasa lalu drone Israel dilaporkan membunuh seorang panglima Hizbullah.

    The Times of Israel menyebut panglima itu adalah Hassan Abbas Izzedine. Sementara itu, media Lebanon merilis foto-foto mobil Izzedine yang diserang drone.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan Izzedine bertugas di satuan pertahanan udara. Dia berusaha membangun kembali infrastruktur pertahanan udara yang rusak karena perang.

    Serangan IDF lainnya di Lebanon selatan menargetkan fasilitas Hizbullah.

    (*)

  • Israel Bebaskan 5 Tahanan Lebanon Sebagai Bagian dari Kesepakatan yang Disponsori Amerika Serikat – Halaman all

    Israel Bebaskan 5 Tahanan Lebanon Sebagai Bagian dari Kesepakatan yang Disponsori Amerika Serikat – Halaman all

    Israel Bebaskan 5 Tahanan Lebanon Sebagai Bagian dari Kesepakatan yang Disponsori AS

    TRIBUNNEWS.COM- Palang Merah Internasional menyelamatkan lima tahanan Lebanon di Lebanon selatan yang dibebaskan dari tahanan Israel pada 11 Maret.

    Kesepakatan ini, yang juga melibatkan Prancis, bertujuan untuk ‘menyelesaikan masalah-masalah yang belum terselesaikan’ termasuk wilayah Lebanon yang telah diduduki selama beberapa dekade.

    Palang Merah mengirim kendaraan ke persimpangan Naqoura di Lebanon selatan untuk menyelamatkan para tahanan. 

    Jurnalis Israel dan koresponden Axios , Barak Ravid, melaporkan pada hari Selasa bahwa “setelah mediasi Amerika, Israel dan Lebanon telah sepakat untuk membuka negosiasi guna menyelesaikan perselisihan mengenai perbatasan darat antara kedua negara,” mengutip seorang pejabat senior AS. 

    “Menurut [pejabat AS], sebagai bagian dari kesepahaman antara kedua belah pihak, Israel membuat isyarat untuk membebaskan lima warga Lebanon yang ditangkap oleh pasukan IDF selama pertempuran tahun lalu,” tambah Ravid. 

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sebagai “isyarat niat baik” kepada Presiden Lebanon Joseph Aoun, Tel Aviv memutuskan untuk membebaskan kelima tahanan tersebut.

    Kantor Netanyahu juga mengatakan ada kesepakatan bagi AS, Prancis, dan Lebanon untuk membentuk “kelompok kerja” yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah perbatasan.

    Utusan AS untuk kawasan tersebut, Morgan Ortagus, mengatakan pada 11 Maret bahwa AS “menyatukan Lebanon dan Israel untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menyelesaikan beberapa masalah yang belum terselesaikan secara diplomatis,” termasuk pembebasan tahanan dan “titik-titik yang disengketakan di sepanjang Garis Biru,” serta lima lokasi di selatan tempat Israel mempertahankan pendudukan setelah gencatan senjata yang melanggar kesepakatan.

    Daerah seperti Shebaa Farms, perbukitan Kfar Shuba, kota Ghajar, dan lainnya telah diduduki secara ilegal oleh Israel selama beberapa dekade.

    “Semua pihak yang terlibat tetap berkomitmen untuk mempertahankan perjanjian gencatan senjata,” tambah Ortagus. 

    Tentara Israel menangkap banyak tawanan selama operasi darat melawan Hizbullah pada bulan Oktober dan November tahun lalu, dan bahkan setelah gencatan senjata, yang terus dilanggarnya dengan serangan tanpa henti dan pendudukan lima lokasi utama di sepanjang perbatasan. 

    Pada hari Minggu, seorang tentara Lebanon ditembak di kaki dan diculik oleh pasukan Israel. 

    Penyerahan tahanan Lebanon itu dilakukan setelah beberapa serangan udara di Lebanon selatan pada hari Selasa, yang menewaskan sedikitnya dua orang. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Israel Bebasan 5 Tahanan Lebanon

    Israel Bebasan 5 Tahanan Lebanon

    JAKARTA – Israel mengonfirmasi pembebasan lima tahanan Lebanon yang ditahan militer Israel.

    Media Israel Axios sebelumnya melaporkan dengan mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, Israel dan Lebanon sepakat untuk membuka negosiasi guna menyelesaikan sengketa perbatasan darat antara kedua negara.

    Belum ada rincian mengenai proses pembebasan tahanan Lebanon termasuk identitas mereka.

    Sebelumnya Lebanon menganggap keberadaan pasukan Israel Defense Forces (IDF) setelah batas yang ditentukan sesuai kesepakatan gencatan senjata sebagai pendudukan. Lebanon pernah meminta bantuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk memastikan aturan main gencatan senjata dipatuhi.

    Juru bicara Kepresidenan Lebanon mengatakan, setiap keberadaan pasukan Israel yang tersisa di wilayahnya sebagai pendudukan dan berhak menggunakan segala cara untuk memastikan penarikannya.

    Setelah pertemuan antara Presiden Joseph Aoun, Perdana Menteri Nawaf Salam dan juru bicara Parlemen Nabih Berri, ketiga pemimpin tersebut mengatakan tentara Lebanon siap “untuk mengemban semua tugasnya di sepanjang perbatasan,” kata juru bicara kepresidenan Najat Charafeddine, melansir The Times of Israel 18 Februari.

    Lebanon juga akan meminta bantuan Dewan Keamanan PBB untuk “menangani pelanggaran Israel dan memaksa Israel untuk segera menarik pasukan.”

    Berdasarkan gencatan senjata yang ditengahi oleh Washington pada Bulan November 2023, pasukan Israel diberi waktu 60 hari untuk menarik diri dari Lebanon selatan tempat mereka melancarkan serangan darat terhadap pejuang dari Hizbullah yang didukung Iran sejak awal Oktober.

  • Israel Lancarkan Serangan ke Lebanon, Militan Senior Hizbullah Meninggal

    Israel Lancarkan Serangan ke Lebanon, Militan Senior Hizbullah Meninggal

    Jakarta

    Angkatan Udara Israel melancarkan serangan udara di Lebanon Selatan. Militan senior Hizbullah, Hassan Abbas Ezzedine meninggal dalam serangan tersebut.

    Dilansir dari AFP (11/3/2025) serangan dilakukan pada pada Selasa (11/3/2025) waktu setempat. Hassan Abbas Ezzedine merupakan sosok yang bertanggung jawab atas senjata drone dan roket.

    “Sebelumnya hari ini, IAF (angkatan udara) melakukan serangan berbasis intelijen yang tepat di daerah Nabatiyeh di Lebanon Selatan, menewaskan Hassan Abbas Ezzedine, kepala susunan udara Hizbullah di unit regional Bader,” kata militer dalam pernyataannya.

    Masih dilansir AFP, serangan sebelumnya juga dilakukan di daerah Nabatiyeh. Beberapa militan juga terkena serangan yang dilancarkan.

    “Sebelumnya hari ini (Selasa), beberapa teroris diidentifikasi di sebuah situs yang digunakan oleh Hizbullah di daerah Froun di Lebanon selatan. Sebuah pesawat IAF (angkatan udara) menabrak para tersangka,” kata tentara dalam sebuah pernyataan.

    (wnv/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Perang Multifront, Israel Dalam Sehari Bombardir Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah – Halaman all

    Perang Multifront, Israel Dalam Sehari Bombardir Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah – Halaman all

    Perang Multifront, Israel Dalam Sehari Bombardir Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel dilaporkan melancarkan serangan ke berbagai wilayah di kawasan dalam apa yang digambarkan Ynet sebagai perang multifront yang sedang dihadapi pasukan negara tersebut (IDF). 

    Dalam sehari, Senin (11/3/2025), Israel melancarkan serangan dan bombardemen ke Gaza, Tepi Barat, Lebanon Selatan, dan Suriah.

    “Serangan pesawat nirawak Israel menargetkan sebuah kendaraan di Lebanon selatan pada Senin sore,” menurut Ynet, Senin mengutip laporan sumber dari negara tersebut. 

    Serangan itu terjadi antara Deir al-Zahrani dan Roumine, laporan media lokal menunjukkan satu orang tewas karena serangan Israel tersebut. 

    “Laporan dari Lebanon menyatakan kalau target serangan itu adalah seorang perwira senior di unit pertahanan udara Hizbullah,” tambah laporan tersebut.

    SERANGAN UDARA – Serangan skala besar Israel ke wilayah Suriah di masa transisi kekuasaan pasca-tergulingnya Rezim Bashar al-Assad. (MNA/screenshot)

    Bombardir Koridor Netzarim dan Suriah

    Pada saat yang sama, lima warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di wilayah koridor Netzarim di Jalur Gaza.

    Sebelumnya pada hari itu, menyusul gelombang serangan udara Israel terluas di Suriah dalam lebih dari dua bulan, serangan lain dilaporkan terjadi di negara itu. 

    Menurut media Suriah, serangan terbaru Israel menargetkan bandara militer al-Khalhalah dekat al-Suwayda di Suriah selatan.

    Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel melanjutkan operasi di Tepi Barat utara.

    Sebuah pernyataan bersama dari IDF, badan keamanan Shin Bet , dan polisi mengatakan kalau unit kontraterorisme, termasuk pasukan elit Yamam dan Duvdevan, melakukan penggerebekan di Jenin dan Qabatiya.

    Pihak keamanan Israel menyatakan, operasi penyerbuan itu menewaskan milisi bersenjata dan menangkap seorang anggota senior sel perlawanan di daerah tersebut.
     
    Selama agresi di Jenin, pasukan Israel berhadapan dengan orang-orang bersenjata yang bersembunyi di dalam sebuah gedung.

    “Dua milisi tewas dalam baku tembak yang terjadi, sementara yang ketiga terluka,” kata laporan Ynet. 

    Pasukan keamanan Israel juga menangkap 10 tersangka lainnya, termasuk Liwaa Jaaz, seorang anggota senior jaringan perlawanan yang bermarkas di Jenin.
     
    Secara terpisah, pasukan Duvdevan IDF menewaskan seorang pria bersenjata lainnya yang menembaki mereka.

    Pasukan Israel juga menemukan dua kendaraan di Jenin yang diklaim berisi senjata yang dimaksudkan untuk penyerangan dan menghancurkan tentara Israel. 

    Menurut laporan Palestina, seorang wanita berusia 58 tahun tewas akibat tembakan Israel di Jenin pada hari sebelumnya.

    RUMAH DIHANCURKAN – Foto tangkapan layar dari video yang diunggah akun X @Palhighlight tanggal 2 Februari 2025 memperlihatkan banyak rumah di Kota Jenin dihancurkan tentara Israel. Sementara itu, para pemukim Israel dilaporkan membakar sebuah masjid di barat laut Kota Jericho. (X/Palhighlight)

    Terus Langgar Gencatan Senjata di Lebanon

    Meskipun ada perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, IDF terus menyerang target-target di Lebanon untuk mencegah pelanggaran kesepakatan dan menghentikan transfer senjata yang bertujuan membangun kembali kemampuan militer Hizbullah. 

    Kelompok yang didukung Iran tersebut telah menderita kerugian yang signifikan dalam pertempuran tersebut, yang melemahkan posisi internalnya di Lebanon.

    Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, militer Lebanon diharuskan mengambil alih kendali wilayah di Lebanon selatan yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Hizbullah.

    Meskipun IDF telah menarik diri dari sebagian besar wilayah, IDF tetap ditempatkan di lima lokasi strategis.

    Pada hari Senin, Presiden Lebanon Joseph Aoun mendesak kepala komite pemantau gencatan senjata PBB untuk menekan Israel agar menarik diri dari posisi tersebut dan membebaskan tahanan Lebanon.

    Di Gaza, gencatan senjata sementara telah resmi berakhir, meskipun kedua belah pihak sebagian besar telah menahan diri dari pertempuran baru sementara para mediator berupaya memperpanjang gencatan senjata. Israel mendorong pembebasan sandera lebih lanjut sebagai syarat untuk mempertahankan gencatan senjata.

    Namun, IDF terus menargetkan milisi yang mereka klaim diidentifikasi berusaha menanam bahan peledak atau mendekati pasukan Israel yang beroperasi di zona penyangga dan Koridor Philadelphia.

  • Kepala Staf IDF Mau Perang Lagi di Gaza, Kemenhan Israel: Jumlah Prajurit Cacat Tembus 78 Ribu – Halaman all

    Kepala Staf IDF Mau Perang Lagi di Gaza, Kemenhan Israel: Jumlah Prajurit Cacat Tembus 78 Ribu – Halaman all

    Kepala Staf IDF Mau Perang Lagi, Kemenhan Israel: Jumlah Prajurit Cacat Tembus 78 Ribu

    TRIBUNNEWS.COM – Niatan Kepala Staf baru Militer Israel (IDF), Eyal Zamir yang mengindikasikan melanjutkan pertempuran di Gaza dan front lainnya, disambut realitas yang tidak mendukung hal tersebut.

    Baru-baru ini, Kementerian Pertahanan dan Keamanan (Kemenhan) Israel mengungkapkan kalau jumlah yang terluka dan cacat di jajaran tentara Israel telah meningkat menjadi 78 ribu, sebagai akibat dari perang belakangan ini di berbagai lini.

    Dikutip dari Khaberni, laporan kementerian tersebut menunjukkan kalau sebagian besar dari mereka adalah prajurit dari divisi cadangan (reserve division).

    Divisi cadangan kemiliteran Israel merupakan tulang punggung karena dikerahkan ke berbagai wilayah pertempuran dengan merekrut mereka dari unsur sipil.

    Dari jumlah tersebut, kata laporan itu, lebih dari 50 persen dari mereka berusia di bawah tiga puluh tahun.

    “Laporan menunjukkan kalau 62 persen dari mereka menderita cedera psikologis, dan 10 persen dari yang terluka berada dalam kondisi sedang hingga kritis. Laporan juga mencatat bahwa saat ini ada 194 tentara di rumah sakit Israel,” tulis laporan Khaberni, mengutip pernyataan kementerian Israel tersebut.

    Dalam konteks terkait, surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, Minggu (9/3/2025) melaporkan kalau ada kekhawatiran dari para petinggi militer di Staf Umum Angkatan Darat Israel mengenai “kekurangan tenaga kerja yang parah”,”.

    “Kekhawatiran akan krisis personel ini muncul di tengah perkiraan kalau ada “tekanan berat pada tentara reguler yang tidak akan kembali ke rumah mereka dalam beberapa tahun mendatang.”

    Terlebih, Kepala IDF saat ini sudah menyatakan, kalau tahun 2025 akan menjadi ‘Tahun Perang’

    Menurut Divisi Operasional IDF, diperkirakan bahwa “Israel akan mengalami kekurangan tenaga kerja selama bertahun-tahun, yang belum pernah disaksikannya sejak masa sabuk keamanan di Lebanon selatan, yang berlanjut segera setelahnya hingga tahun-tahun intifada kedua.”

    PIMPIN IDF – Mayor Jenderal (Purn) Eyal Zamir mengambil alih sebagai panglima baru tentara Israel pada hari Rabu (5/3/2025). Dia menggantikan Herzi Halevi , yang memimpin militer selama perang genosida di Jalur Gaza. (Anews/Tangkap Layar)

    Eyal Zamir Nyatakan 2025 Sebagai Tahun Perang

    Niatan Kepala Staf baru IDF, Eyal Zamir, untuk melanjutkan perang, baik di Gaza, maupun di front lainnya, terindikasi dari sejumlah gerak cepat yang dia lakukan setelah menjabat.

    Eyal Zamir dilaporkan langsung merombak struktur kepemimpinan IDF beberapa jam setelah menduduki jabatannya, menggantikan Herzi Halevi yang mengundurkan diri.

    Anadolu, mengutip media Israel, Jumat (7/3/2025) melaporkan kalau Eyal Zamir memutuskan untuk menunjuk Mayor Jenderal Yaniv Asor sebagai komandan Komando Selatan, dan Itzik Cohen sebagai kepala Divisi Operasi dan mempromosikannya ke pangkat Mayor Jenderal.

    “Kepala Staf baru IDF juga menyetujui perubahan struktural di militer Israel, dengan menganggap tahun 2025 sebagai “tahun perang, dengan fokus pada Gaza dan Iran,” menurut media Israel dikutip Anadolu.

    Sebelumnya pada Rabu malam, Eyal Zamir secara resmi menduduki jabatannya, menggantikan Halevi, yang mengundurkan diri pada Januari, dan mengumumkan tanggung jawabnya atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Upacara pelantikan Zamir berlangsung di markas besar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, di hadapan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sejumlah pejabat, dipimpin oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dan Herzi Halevi.

    “Setelah resmi mengemban tugasnya, Zamir mengadakan pertemuan pertamanya dengan Forum Staf Umum IDF , di mana ia menyampaikan arahan dan keputusan utama,” menurut laporan Channel 14 Israel.

    LARAS TANK MERKAVA – Foto tangkap layar Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan pasukan Israel (IDF) menjejerkan posisi laras meriam tank Merkava dalam agresi militer di Gaza. Pasukan Israel dijegal krisis keuangan saat mereka berniat melanjutkan perang di Gaza karena potensi berakhirnya gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar)

    Bentuk Dua Brigade Baru IDF

    Menurut sumber yang sama, Zamir mengumumkan penunjukan Mayor Jenderal (Cadangan) Sami Turgeman sebagai kepala tim yang akan dibentuk untuk memeriksa investigasi atas peristiwa 7 Oktober, mengambil pelajaran darinya, dan menyerahkan laporan langsung kepadanya.

    Eyal Zamir, dilaporkan memerintahkan pembentukan brigade tank baru IDF, di samping pembentukan brigade infanteri baru.

    “Zamir memutuskan untuk membubarkan “Divisi Strategi dan Iran” yang dibentuk pada tahun 2020. Dia lalu memutuskan membentuk brigade tank tambahan, mempelajari pembentukan brigade infanteri tambahan, dan menyusun kembali unit pengintaian lapis baja yang sudah dibongkar,” menurut laporan media Israel tersebut.

    Dalam pertemuan tersebut, Eyal Zamir mengatakan kalau 2025 akan menjadi “tahun perang. Dengan fokus pada Gaza dan Iran serta mempertahankan dan memperdalam pencapaian di bidang lain,” menurut Channel 14.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar) (khaberni/tangkap layar)

    Depak Daniel Hagari

    Eyal Zamir, juga memutuskan untuk memberhentikan tugas juru bicara IDF, Daniel Hagari, dalam beberapa minggu mendatang, menurut apa yang dilaporkan oleh Channel 14 Israel.

    Koresponden saluran tersebut melaporkan kalau, “Zamir telah membuat keputusan untuk menggantikan Hagari, dan diharapkan seorang perwira tempur dari pasukan darat akan ditunjuk untuk posisi ini dalam waktu dekat.” 

    Pada bulan Maret 2024, sejumlah pejabat senior dalam perangkat propaganda dan media IDF mengundurkan diri, dipimpin oleh Kolonel Shlomit Miller-Butbul, yang dianggap sebagai orang kedua dalam komando di Departemen Juru Bicara IDF setelah Daniel Hagari.

    Selain itu ada juga pengunduran diri Moran Katz, kepala departemen komunikasi di Unit Juru Bicara IDF, dan Letnan Richard Hecht, juru bicara IDF untuk urusan media luar negeri.

    Sebelum menduduki jabatan juru bicara “angkatan darat”, Hagari adalah komandan unit “Shayetet 13”, menjabat sebagai asisten mantan Kepala Staf Gadi Eisenkot, dan juga merupakan bagian dari tim inti Menteri Benny Gantz.

    Perlu dicatat kalau media Israel sebelumnya telah meliput keterkejutan yang dialami IDF setelah serangkaian pengunduran diri besar-besaran para petingginya.

    Herzi Halevi, Kepala Staf, adalah orang pertama yang mengundurkan diri, diikuti oleh sejumlah pemimpin militer, termasuk kepala Divisi Operasi di IDF, Oded Basiuk, yang mengundurkan diri setelah gagal mengusir serangan 7 Oktober 2023.

    Siap Kembali Perang ke Gaza

    Eyal Zamir, juga mengatakan bahwa tentara Israel harus memutuskan pertempuran melawan Hamas.

    Dia mengindikasikan, IDF segera mengerahkan kembali pasukan ke Gaza guna kembali berperang dengan tujuaan utama pembebasan sandera Israel di tangan Hamas.

    “Kami sedang bersiap untuk kembali bertempur dan masalah penculikan menjadi prioritas utama kami,” tambahnya.

    Situs Israel, Walla melaporkan kalau Zamir merencanakan manuver skala besar di Jalur Gaza dan meningkatkan tekanan militer terhadap Hamas.

    PANGLIMA PERANG BARU – Kepala Staf baru Militer Israel (IDF), Eyal Zamir. Pergantian panglima perang ini dilaporkan akan mengubah sifat pertempuran di Gaza, sebuah sinyal yang mengindikasikan Israel tak mau meneruskan negosiasi gencatan senjata dengan Hamas di Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Pajang Foto Sandera Israel di Markas IDF

    Kepala Staf baru IDF juga menanggapi soal sandera Israel yang masih berada di tangan Hamas di Gaza dengan mengatakan bahwa, “Kepulangan mereka merupakan kewajiban moral”.

    Dia juga mengatakan kalau “tentara Israel akan berupaya untuk membawa mereka semua kembali.”

    Ia mengatakan, foto-foto para tahanan tersebut akan dipajang di kantor Kepala Staf hingga mereka kembali.

    Selama kariernya, Zamir memegang posisi militer terkemuka, termasuk Wakil Kepala Staf, Panglima Wilayah Selatan, dan jabatan terakhirnya adalah Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan.

    Zamir diketahui dekat dengan Netanyahu dan Katz, dan juga dipandang sebagai sosok yang memiliki hubungan kuat dengan mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant.

    Pengangkatannya ke jabatan terjadi pada momen kritis kelanjutan gencatan senjata.

    Israel mengatakan pihaknya sedang bersiap untuk melanjutkan perang di Gaza meskipun ada perjanjian gencatan senjata sejak 19 Januari.

    Minggu tengah malam lalu, 28 Februari 2025, tahap pertama perjanjian gencatan senjata di Gaza, yang berlangsung selama 42 hari, secara resmi berakhir tanpa persetujuan Israel untuk memasuki tahap kedua dan mengakhiri perang.

    Forum Jenderal Israel: Negara Zionis Bisa Pecah

    Niatan Israel untuk melanjutkan perang di Gaza juga ditentang “Panglima Keamanan Israel”, sebuah forum jenderal yang berisi sejumlah besar mantan perwira senior tentara pendudukan Israel (IDF).

    Mereka dilaporkan telah mengirimkan pesan keras terhadap pemerintah Israel yang dipimpin Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu.

    Sebagai informasi, “Panglima Keamanan Israel” dipimpin oleh Mayor Jenderal (Cadangan) Matan Vilnai, mantan Wakil Kepala Staf IDF.

    Forum ini dilaporkan memiliki sebanyak lebih dari 550 mantan perwira senior militer Israel.

    Dilansir Khaberni, dalam pesan keras yang dikirim oleh Vilnai, forum tersebut memperingatkan agar pemerintah Israel tidak memulai kembali perang di Gaza.

    Forum itu juga mengatakan kalau melancarkan perang tanpa tujuan strategis yang jelas akan menyebabkan terbunuhnya sandera Israel, kondisi pendudukan berdarah di Jalur Gaza, dan menimbulkan isolasi regional bagi Israel.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar)

    Risiko Israel Kalau Nekat Kembali Berperang di Gaza, Negara Bisa Pecah

    Vilnai mengawali suratnya dengan peringatan keras, yang menyatakan bahwa “Memulai pertempuran lagi akan menyebabkan terbunuhnya tentara IDF yang diculik, terus menipisnya kekuatan tentara Israel dengan mengorbankan banyaknya korban jiwa, dan akan menyebabkan situasi pendudukan berdarah dan berkepanjangan, yang akan menyebabkan hilangnya kesempatan regional yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

    Dalam surat tersebut, Vilnai menawarkan alternatif lain selain kembali mulai berperang di Gaza, yaitu berfokus pada aksi politik sambil mengambil keuntungan dari pencapaian tentara Israel, klaimnya.

    Surat itu mengatakan bahwa “Pemerintah Israelsaat  bekerja melawan keinginan rakyat Israel dan menyerah pada tuntutan kelompok minoritas ekstremis sambil mempromosikan agenda untuk mencaplok tanah di Tepi Barat, memermanenkan pendudukan di Gaza, dan memperdalam konfrontasi militer.”

    Surat itu juga memperingatkan, kalau “Kebijakan saat ini membawa Israel pada pendudukan berdarah di Jalur Gaza, memperburuk mimpi buruk keamanan di Tepi Barat, mengekspos dirinya ke arah isolasi regional, dan membuang-buang kesempatan untuk menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi.”

    Dalam konteks ini, surat tersebut mempertanyakan hak pemerintah untuk meneruskan perang setelah 500 hari perang.

    “Pemerintah Israel (memang) memiliki kewenangan resmi, tetapi tidak memiliki kewenangan yang sah dan moral untuk mengeluarkan perintah kepada tentara Israel setelah 500 hari pertempuran yang melelahkan tanpa mencapai tujuan perang untuk melanjutkan pertempuran,” tulis surat tersebut.

    Menurut pejabat senior Israel tersebut, “Pemerintah Israel berkewajiban untuk menilai kembali situasi, menetapkan tujuan yang realistis, dan menghindari membahayakan tentara dan tahanan IDF dengan slogan-slogan kosong, seperti kemenangan mutlak atau melenyapkan Hamas.”

    Para mantan perwira dalam froum jenderal tersebut memberikan ringkasan perang Israel di Gaza dan Lebanon, dengan mengklaim bahwa “pendudukan tersebut mencapai prestasi operasional dan membawa perubahan kepentingan strategis, karena sebagian besar kerangka tempur Hamas dibongkar, Hizbullah dihancurkan, dan kelemahan Iran terungkap.”

    Namun pada saat yang sama, mereka melihat bahwa “Israel masih terlibat konflik di 8 front, yang paling berbahaya adalah front internal, yaitu perpecahan di dalam negara dan serangan terhadap lembaga keamanan sebagai ‘musuh rakyat yang dipimpin dan diarahkan dari atas.’”

    Menurut surat tersebut, pemerintah sengaja menghindari penanganan “The Day After” di Gaza, yang menimbulkan bahaya nyata, tidak hanya bagi para tahanan, tetapi juga bagi eskalasi menyeluruh di Tepi Barat.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar)

    Tiga Tujuan Utama

    Surat tersebut juga menyerukan kepada pemerintah untuk menetapkan tiga tujuan utama dalam kebijakannya terkait situasi saat ini.

    “Yang pertama adalah pembebasan tahanan “sebagai syarat pertama untuk tindakan apa pun di masa mendatang,” dan menjelaskan bahwa “menetapkan tujuan yang saling bertentangan—menggulingkan Hamas dan membebaskan para sandera—telah menyebabkan terbunuhnya para sandera,” kata surat tersebut

    Sebagai balasannya, para perwira senior Israel di forum tersebut juga menyerukan diakhirinya pertempuran di berbagai arena “sebagai bagian dari proses politik yang memungkinkan Israel untuk fokus pada ancaman Iran.”

    Menurut surat tersebut, “Penyelesaian masalah dengan Hamas mungkin akan terjadi di masa mendatang, tetapi sekarang upaya harus difokuskan pada pembebasan para sandera bahkan jika hal itu mengorbankan penarikan pasukan Israel.”

    Mengenai tujuan kedua, yaitu mendirikan pemerintahan alternatif bagi Hamas di Gaza yang dipimpin oleh Amerika Serikat, negara-negara Arab, dan Otoritas Palestina, para mantan pejabat itu menegaskan kalau “Hamas tidak dapat digulingkan tanpa pemerintahan alternatif, dan membahas pemindahan (pemindahan) dan ide-ide tidak praktis lainnya mengalihkan perhatian dari pokok bahasan utama. Setiap hari tambahan tanpa merumuskan alternatif bagi Hamas memberinya pencapaian lain.”

    “Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan Otoritas Palestina melalui reformasi ke dalam payung keamanan regional,” imbuh mereka.

    Surat itu juga melihat kalau tujuan ketiga yang harus diperjuangkan Israel adalah merehabilitasi militer dan masyarakat Israel.

    Hal ini  mengingat bahwa “terkikisnya ketahanan sosial adalah ancaman eksistensial terbesar, dan bahwa kebijakan pemerintah saat ini membahayakan Israel lebih dari ancaman eksternal apa pun.”

    Surat itu juga menyoroti implikasi regional dari kelanjutan perang, dengan mengatakan, “Dukungan pemerintah Israel terhadap gagasan pemindahan warga Palestina dari Gaza sebenarnya membahayakan perjanjian damai dengan Mesir dan Yordania, Perjanjian Abraham, dan kemungkinan normalisasi dengan Arab Saudi, serangkaian aset strategis kelas satu.”

    Surat dari mantan perwira senior Israel menekankan bahwa “kebijakan yang bertanggung jawab memerlukan kerja sama dengan rezim moderat, bukan tindakan yang akan merugikan mereka.”

    Surat tersebut diakhiri dengan seruan tegas kepada pemerintah: “Berdasarkan pencapaian IDF yang mengesankan di berbagai bidang, pelajaran harus dipelajari dan pasukan keamanan diperkuat, tetapi batas-batas kekuatan juga harus dipahami, dan pada saat yang sama perlu untuk merumuskan strategi nasional yang akan memanfaatkan pencapaian IDF dalam aksi politik untuk mencapai tujuan nasional.”

    (oln/khbrn/anadolu/chn14/*)

     
     

     
     

  • Hizbullah Intip Pangkalan Udara Ramat David Israel, IDF Mendadak Gelar Latihan Serangan Infiltrasi – Halaman all

    Hizbullah Intip Pangkalan Udara Ramat David Israel, IDF Mendadak Gelar Latihan Serangan Infiltrasi – Halaman all

    Pangkalan Udara Ramat David di Israel Dipantau Hizbullah, IDF Mendadak Gelar Latihan Serangan Infiltrasi

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) dilaporkan melakukan latihan militer dadakan yang menskenariokan adanya serangan infiltrasi (penyusupan) terhadap sejumlah pangkalan militer dan pos pengawasan mereka, Minggu (9/3/2025). 

    “Di bawah perintah Kepala Staf IDF yang baru, Letnan Jenderal Eyal Zamir, militer pagi ini meluncurkan latihan mendadak yang mensimulasikan serangan infiltrasi terhadap pangkalan dan pos IDF,” kata laporan Times of Israel, Minggu.

    Laporan menyebutkan, sebagai bagian dari latihan militer dadakan tersebut, Pangkalan Udara Ramat David di Israel utara akan berlatih skenario serangan infiltrasi mendadak dari berbagai arah, kata IDF.

    Secara terpisah, Eyal Zamir memerintahkan pengawas keuangan IDF, Brig. Jenderal (purn.) Ofer Sarig, untuk melakukan inspeksi mendadak terhadap Komando Utara.

    “Pengawas akan memeriksa kesiapan, disiplin, dan kegiatan rutin unit-unit di Komando Utara,” kata IDF.

    Tangkapan layar dari video Hizbullah yang dipublikasikan pada 24 Juli 2024, memperlihatkan Pangkalan Udara Ramat David di Israel utara. (Foto: media Hizbullah)

    Ramat David Sudah Dipantau Hizbullah

    Sejak resmi menjabat sebagai Kepala Staf baru IDF, Eyal Zamir telah berulang kali menegaskan perombakan IDF di berbagai aspek, merujuk pada kegagalan militer negara tersebut pada serangan Banjir Al Aqsa oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Eyal Zamir menyebut, Gaza dan tangan-tangan Iran, termasuk Hizbullah Lebanon, menjadi dua prioritas IDF dalam masa jabatannya.

    Terkait latihan militer di Pangkalan Udara Ramat David dan audit dadakan di Komando Utara ini, sejumlah analis menyatakan hal ini terkait dengan prioritas Eyal Zamir soal kesiapsediaan IDF melanjutkan perang di berbagai front, termasuk di Utara melawan gerakan Hizbullah.

    Kesepakatan gencatan senjata yang terjadi antara Hizbullah dan Israel terhitung akhir November 2024 silam, rapuh karena manuver IDF yang menolak angkat kaki sepenuhnya dari Lebanon Selatan.

    Adapun Pangkalan Udara Ramat David di utara wilayah pendudukan Israel, telah menjadi target rutin peluncuran roket Hizbullah.

    Bahkan, pada Juli silam para petempur Hizbullah di Lebanon telah merilis rekaman drone Pangkalan Udara Ramat David Israel.

    “Ini mungkin pertama kalinya drone musuh menembus wilayah udara di atas pangkalan militer Israel,” tulis laporan TC saat itu.

    “Hizbullah telah menerbitkan rekaman video baru yang diambil oleh salah satu drone mereka, yang menunjukkan informasi rinci tentang Pangkalan Udara Ramat David yang terletak 50 km dari perbatasan Lebanon di Israel utara,” tulis media Israel, Yedioth Ahronoth melaporkan pada 24 Juli.

    Menurut gerakan perlawanan Lebanon, rekaman tersebut diambil pada hari Selasa (23/7/2024) oleh pesawat tak berawak Hudhud, yang sebelumnya telah merekam infrastruktur penting di Teluk Haifa dan pangkalan militer di Dataran Tinggi Golan.

    Video drone yang dirilis oleh Hizbullah adalah yang ketiga dari seri berjudul “Inilah yang dibawa kembali oleh Hoopoe.”

    Video drone Hoopoe 3 yang dirilis media Hizbullah pada Rabu (9/10/2024). Hizbullah memantau Israel lagi dan mengancam lokasi militer Israel di Haifa akan menjadi sasaran baru Hizbullah. (X/Telegram/Media Hizbullah)

    Klip berdurasi sembilan menit tersebut memperlihatkan berbagai fasilitas yang terlihat dalam rekaman tersebut, antara lain tangki bahan bakar pesawat, markas Skuadron 109, platform pertahanan udara Iron Dome, depo amunisi, markas Skuadron 157, hanggar, dan markas besar Pasukan Skuadron ke-105.

    Kelompok tersebut juga menerbitkan foto kantor komandan pangkalan, yang diduga mengungkapkan rincian pribadinya. Rekaman tambahan menunjukkan gudang lain dan markas Skuadron 101 dan 160, serta area teknis Skuadron 193.

    Video tersebut mencakup gambar yang diambil pada 9 Juli, menampilkan helikopter Apache, penyimpanan bahan bakar, dan pesawat Hercules.

    Tentara Israel menyatakan, “Video yang dirilis oleh Hizbullah difilmkan oleh kendaraan udara tak berawak semata-mata untuk tujuan pengintaian. Operasi pangkalan tidak terpengaruh.”

    Sumber Hizbullah mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa rekaman itu terkait dengan perjalanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Washington namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Hizbullah mengakhiri rekaman video tersebut dengan kalimat “[Israel] lebih lemah dari jaring laba-laba,” sebuah kalimat yang diulangi oleh mendiang Sekretaris Jenderal kelompok Perlawanan Lebanon, Hassan Nasrallah, dalam pidatonya pada Mei 2024 untuk merayakan pembebasan Lebanon selatan dari pendudukan Israel pada bulan Mei 2000.

    Para pejabat AS yang berbicara kepada CNN pada bulan Juni menyatakan kekhawatiran kalau jika terjadi perang skala penuh, Hizbullah akan membanjiri sistem pertahanan udara Israel dengan “persenjataan rudal dan drone yang sangat besar.”

    Setelah pertukaran serangan, Hizbullah dan Israel, dimediasi PBB dan AS, menyepakati gencatan senjata per 27 November 2024 silam.

    Namun gencatan senjata tersebut sudah berakhir 60 hari sejak kesepakatan terjadi dan perang potensial kembali pecah seiring memanas kembalinya situasi Gaza dan pelanggaran gencatan senjata oleh Israel di Lebanon Selatan.

     

    (oln/toi/tc/*)

     

     

     

  • Informasi Bocor, Pejabat AS Akui Israel Ingin Menyabotase Pembicaraan Hamas dan AS – Halaman all

    Informasi Bocor, Pejabat AS Akui Israel Ingin Menyabotase Pembicaraan Hamas dan AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel diduga berupaya menyabotase pembicaraan antara Amerika Serikat (AS) dan Hamas.

    Media Israel Yedioth Ahronoh menyampaikan dugaan itu lewat tulisan salah satu analisnya, Ronen Bergman, hari Jumat lalu.

    Dengan mengutip pernyataan pejabat AS, Bergman menyebut Israel ingin mengganggu pembicaraan AS-Hamas di Kota Doha, Qatar.

    Para pejabat AS pergi ke Doha untuk bertemu dengan pejabat Hamas guna membahas pembebasan sandera Israel yang juga berkewarganegaraan AS. AS tidak memberi tahu Israel tentang hal itu.

    Dikutip dari The Cradle, Israel menentang adanya pembicaraan antara Hamas dan AS tanpa adanya juru penengah. Israel takut bakal ada perkembangan mengenai pembicaraan masa depan Gaza.

    Pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kecewa dengan pembicaraan langsung antara Hamas dan AS.

    Seorang narasumber The Times of Israel mengatakan Israel berada di balik bocornya informasi tentang pembicaraan AS-Hamas.

    NETANYAHU – Foto ini diambil dari publikasi Instagram Netanyahu pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato dan mengancam Hizbullah Lebanon pada 24 September 2024. (Instagram @b.netanyahu)

    Menurut narasumber itu, Gedung Putih mengklaim telah berkoordinasi dengan Israel tentang pembicaraan itu. Namun, Netanyahu ternyata tidak tahu.

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu baru mengetahui pembicaraan AS-Hamas setelah pembicaraan,” kata narasumber itu.

    Menurut laporan Axios tanggal 5 Maret, Hamas dan AS sudah menggelar pembicaraan diam-diam untuk membebaskan warga AS di Gaza dan membahas kemungkinan perjanjian yang lebih besar guna mengakhiri perang.

    Sementara itu, seorang narasumber Israel Hayom menyebut Israel sangat khawatir dengan adanya pembicaraan tersebut.

    Komentar Israel mengenai pembicaraan itu juga abu-abu alias tidak jelas.

    “Kepada AS, Israel telah mengungkapkan sikapnya mengenai pembicaraan langsung dengan Hamas,” demikian kata kantor Netanyahu.

    Kontak langsung antara AS dan Hamas itu menandai tahap baru pembicaraan antara Hamas-Israel.

    Sejak menetapkan Hamas sebagai “organisasi teroris” tahun 1990-an, AS menolak melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas.

    Hamas mengonfirmasi bahwa pejabatnya memang menggelar pembicaraan dengan AS di Qatar.

    Ibrahim Al Madhoun, seorang komentator terafiliasi Hamas, mengatakan pembicara kedua belah pihak umumnya berkisar tentang Idan Alexander, seorang sandera yang juga memiliki kewarganegaraan AS.

    BRIGADE AL-QUDS – Foto ini diambil pada Kamis (13/2/2025) dari publikasi resmi Telegram Brigade Al-Quds (sayap militer Jihad Islam), memperlihatkan anggota Brigade Al-Quds diapit oleh anggota Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) saat berpatroli selama pertukaran tahanan gelombang ke-3 Kamis (30/1/2025) yang membebaskan sandera Israel; Agam Berger, Arbel Yehud dan Gadi Moses serta 5 warga Thailand dengan imbalan pembebasan 110 warga Palestina. (Telegram Brigade Al-Quds)

    Israel marah

    Israel dilaporkan marah mengetahui pemerintah AS berbicara langsung dengan Hamas.

    Tujuan pembicaraan itu adalah untuk mengamankan pembebasan warga AS yang disandera oleh Hamas di Jalur Gaza.

    Israel Hayom melaporkan tindakan itu membuat berang para pejabat Israel.

    “Ini tindakan yang sangat problematik,” kata seorang pejabat Israel.

    Israel disebut sudah mengetahui adanya saluran rahasia yang digunakan AS dan Hamas untuk berkomunikasi langsung.  Akan tetapi, para pejabat Israel membeci keberadaan saluran itu.

    Israel Hayom mengatakan pembicaraan itu dipimpin oleh Adam Boehler, utusan Presiden AS Donald Trump yang ditugasi mengurus pemulangan warga AS yang disandera.

    Narasumber dari Hamas mengatakan delegasi Hamas telah bertemu langsung dengan utusan Trump. Dia menyebut pembicaraan Hamas-AS berfokus pada persoalan warga AS yang disandera.

    Trump dukung pembicaraan AS-Hamas

    Trump mendukung pembicaraan langsung AS dengan Hamas di Qatar. 

    Menurut Trump, pembicaraan itu dilakukan demi kebaikan Israel dan mengamankan pembebasan sandera Israel.

    “Kita membantu Israel dalam pembicaraan itu karena kita membicarakan sandera Israel,” kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari The Times of Israel.

    “Kita tidak melakukan apa pun terkait dengan Hamas. Kita tidak memberikan uang.”

    “Kalian harus bernegosiasi. Ada perbedaan antara bernegosiasi dan membayar. Kita ingin memulangkan orang-orang ini.”

    (*)