Organisasi: Hizbullah

  • Iran Pamer Rudal Balistik Terbaru, Bisa Jangkau 1.200 Km

    Iran Pamer Rudal Balistik Terbaru, Bisa Jangkau 1.200 Km

    Teheran

    Iran memamerkan rudal balistik terbaru buatannya, yang dibuat menggunakan bahan bakar padat dan diklaim memiliki jangkauan hingga 1.200 kilometer. Rudal balistik terbaru buatan Teheran ini dipamerkan ke publik saat ketegangan dengan Barat semakin meningkat.

    Rudal balistik terbaru itu, seperti dilansir AFP, Senin (5/5/2025), ditunjukkan dalam tayangan televisi pemerintah Iran pada Minggu (4/5) waktu setempat.

    “Rudal balistik berbahan bakar padat Ghassem Basir memiliki jangkauan setidaknya 1.200 kilometer dan merupakan pencapaian pertahanan terbaru Iran,” demikian diklaim oleh televisi pemerintah Iran dalam tayangannya.

    Negara-negara Barat telah menyuarakan kekhawatiran tentang kemampuan rudal Teheran, yang dituduh telah mengganggu stabilitas kawasan Timur Tengah.

    Iran mendukung jaringan yang disebut “Poros Perlawanan”, yang menentang Amerika Serikat (AS) dan Israel. Jaringan itu mencakup kelompok pemberontak Houthi di Yaman, kelompok Hizbullah di Lebanon, kelompok Hamas di Jalur Gaza, dan kelompok milisi Syiah di Irak.

    Pada Oktober tahun lalu, Iran dan musuh bebuyutannya, Israel, saling menyerang secara langsung untuk pertama kalinya.

    Militer Tel Aviv pada saat itu menyerang lokasi-lokasi militer di Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran pada 1 Oktober tahun lalu, yang diluncurkan untuk membalas kematian para pemimpin militan yang didukung Iran dan kematian komandan Garda Revolusi Iran.

    Pada Minggu (4/5) waktu setempat, televisi pemerintah Iran menyiarkan cuplikan rekaman yang menunjukkan rudal terbaru itu selama wawancara dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Aziz Nasirzadeh.

    “Jika kami diserang dan perang dilancarkan terhadap kami, kami akan menanggapi dengan kekuatan dan akan menargetkan kepentingan mereka dan pangkalan mereka,” tegas Nasirzadeh dalam pernyataannya.

    “Kami tidak memiliki permusuhan terhadap negara-negara tetangga, tetapi pangkalan Amerika adalah target kami,” katanya.

    Rudal terbaru itu dipamerkan ke publik setelah Iran dan AS menggelar perundingan nuklir, yang dimediasi Oman, selama tiga putaran sejak 12 April lalu. Itu menjadi pertemuan tingkat tertinggi sejak Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2018 lalu.

    Iran telah berulang kali membantah negaranya berupaya memperoleh senjata nuklir, dan bersikeras bahwa ambisi nuklirnya bertujuan damai dan untuk tujuan sipil. Teheran juga mengesampingkan pembahasan dengan Washington mengenai kemampuan militer dan pertahanannya, termasuk program rudal balistiknya.

    Presiden AS Donald Trump sempat mengancam akan menyerang Iran jika upaya diplomasi gagal, dan telah menjatuhkan sanksi tambahan menargetkan sektor minyak negara tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kami Tidak Akan Menghentikan Serangan Jika Gaza Belum Dibersihkan

    Kami Tidak Akan Menghentikan Serangan Jika Gaza Belum Dibersihkan

    PIKIRAN RAKYAT – Pernyataan kontroversial diungkapkan oleh Menteri Keuangan Israel penjajah, Bezalel Smotrich. Dia mengatakan Israel tidak akan menghentikan genosida di Gaza jika ratusan ribu warga Palestina belum pindah dari Gaza.

    Tak hanya itu, dia menyebut Israel juga tak akan menghentikan serangan jika Suriah belum bubar, dan Iran yang memiliki kekuatan nuklir dilucuti dari kekuatannya tersebut.

    “Dengan pertolongan Tuhan, kami akan mengakhiri kampanye ini ketika Suriah dibubarkan, Hizbullah dikalahkan dengan telak, Iran dilucuti dari ancaman nuklirnya, Gaza dibersihkan dari Hamas dan ratusan ribu warga Gaza sedang dalam perjalanan keluar ke negara lain,” kata Smotrich dalam pidatonya di Tepi Barat yang diduduki dilaporkan Middle East Eye.

    Soal pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza, Israel tengah berupaya melakukan hal tersebut. Tentu saja apa yang dilakukan Israel ini telah dikecam oleh banyak pihak.

    Belum lagi, jumlah korban terus meningkat sejak serangan Oktober 2023 dengan jumlah korban jiwa mencapai 52.400 orang berdasarkan laporan otoritas kesehatan setempat. Selain itu, lebih dari 100 ribu warga Palestina lainnya mengalami luka-luka.

    Kondisi di tengah genosida juga diperparah dengan blokade bantuan yang dilakukan Israel. Sejak 2 Maret 2025, Israel melakukan blokade yang membuat bantuan-bantuan internasional tidak bisa memasuki Gaza.

    Padahal, bantuan-bantuan berupa makanan, air, bahan bakar, dan kebutuhan dasar lainnya sangat diperlukan penduduk Gaza. Israel telah didesak untuk menghentikan blokade bantuan ini.

    Perempuan, anak-anak, dan lansia jadi korban

    Kantor Media Pemerintah yang berpusat di Gaza melaporkan 65% korban serangan Israel di Gaza adalah perempuan, anak-anak, dan lansia.

    Sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 18.000 anak-anak, 12.400 wanita. Israel telah membantai 2.180 keluarga secara keseluruhan

    Tak hanya itu, ada sekitar 5.070 keluarga lainnya kini selamat namun hanya satu anggota keluarga yang tersisa. Lebih dari itu, Israel juga menewaskan 1.400 personel medis, 212 jurnalis, dan 750 pekerja kemanusiaan. 

    “Serangan sistematis telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan Gaza dan berusaha membungkam kebenaran,” demikian pernyataan tersebut.

    Data tersebut juga ditambah dengan fakta di lapangan berdasarkan kesaksian dari pilot Israel dan kebocoran militer, diakui bahwa pengeboman sengaja dilakukan terhadap rumah dan lingkungan warga sipil.

    “Fakta-fakta tersebut tidak menyisakan keraguan bahwa menargetkan warga sipil di Gaza merupakan kebijakan sistematis Israel dalam rencananya untuk melakukan kejahatan genosida dan pembersihan etnis,” kata pernyataan tersebut.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Netanyahu Bilang Israel Pernah Cegat Pesawat Iran Coba Selamatkan Assad

    Netanyahu Bilang Israel Pernah Cegat Pesawat Iran Coba Selamatkan Assad

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan sejumlah pesawat tempur Israel, tahun lalu, mencegat pesawat Iran yang terbang menuju ke Suriah untuk menyelamatkan mantan Presiden Bashar al-Assad yang saat itu di ambang penggulingan.

    Netanyahu menyebut pengerahan pesawat-pesawat tempur Israel bertujuan mencegah Teheran mengirimkan pasukan yang dimaksudkan untuk membantu Assad pada saat itu. Assad lengser dari kekuasaannya di Suriah pada Desember 2024 lalu, setelah penyerbuan pasukan pemberontak dengan cepat ke Damaskus.

    Pernyataan ini, seperti dilansir Associated Press, Selasa (29/4/2025), disampaikan oleh Netanyahu saat berbicara dalam konferensi yang digelar oleh Jewish News Syndicate, kantor berita pro-Israel, pada Minggu (27/4) waktu setempat.

    Pengakuan Netanyahu itu juga memberikan pandangan baru tentang pemikiran Israel di hari-hari terakhir kekuasaan Assad, musuh lama Tel Aviv.

    Netanyahu, dalam pernyataannya, mengklaim bahwa musuh bebuyutannya, Iran, ingin menyelamatkan Assad setelah menyaksikan kelompok Hizbullah yang mereka dukung di Lebanon mengalami kerugian besar dalam pertempuran dengan militer Israel.

    “Mereka (Iran-red) harus menyelamatkan al-Assad,” ucap Netanyahu, mengklaim bahwa Iran pada saat itu ingin mengirimkan “satu atau dua divisi udara” untuk membantu mantan pemimpin Suriah itu.

    “Kami menghentikannya. Kami mengirimkan beberapa F-16 ke sejumlah pesawat Iran yang mengudara melewati beberapa rute ke Damaskus. Mereka berbalik arah,” sebutnya.

    Dalam pertempuran musim gugur lalu, Israel mendalangi ledakan massal ratusan pager dan walkie-talkie, yang dipasangi bom kecil, yang digunakan mayoritas anggota Hizbullah di Lebanon. Beberapa hari setelah itu, salah satu gempuran Tel Aviv berhasil menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

    Saat berbicara dalam konferensi tersebut, Netanyahu mengungkapkan bahwa dirinya mendorong serangan bom pager itu setelah Israel menyadari Hizbullah mulai curiga dan mengirimkan beberapa perangkat ke Iran untuk diuji.

    “Saya mengatakan, ‘Kita harus melakukannya sekarang juga’,” katanya.

    Israel dan Hizbullah yang melemah telah mencapai kesepakatan gencatan senjata pada November tahun lalu, yang mengakhiri pertempuran selama lebih dari setahun. Namun hingga kini, pasukan Israel masih ada di beberapa bagian wilayah Lebanon bagian selatan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Klaim Serang Lebih dari 50 Target di Lebanon Sejak Bulan Lalu

    Israel Klaim Serang Lebih dari 50 Target di Lebanon Sejak Bulan Lalu

    Beirut

    Militer Israel mengklaim telah menyerang lebih dari 50 target teroris di seluruh Lebanon sejak bulan lalu. Serangan tetap dilancarkan meskipun gencatan senjata telah tercapai pada bulan November lalu yang seharusnya mengakhiri perang antara Israel dan militan Hizbullah.

    Dilansir AFP, Selasa (29/4/2025), Israel menyerang Beirut selatan untuk ketiga kalinya sejak gencatan senjata yang seharusnya mulai berlaku pada 27 November lalu. Imbas serangan itu, Presiden Lebanon Joseph Aoun meminta penjaminnya, Prancis dan Amerika Serikat, untuk menghentikan gencatan senjata.

    “Selama bulan lalu, IDF (militer) telah menyerang lebih dari 50 target teroris di seluruh Lebanon. Serangan ini dilakukan setelah pelanggaran gencatan senjata dan kesepakatan antara Israel dan Lebanon, yang menimbulkan ancaman bagi Negara Israel dan warganya”, kata Militer Israel dalam sebuah pernyataan.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan hari Minggu menargetkan salah satu gedung yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyimpan rudal berpemandu presisi dan berjanji untuk menghentikan kelompok militan yang didukung Iran tersebut menggunakan pinggiran selatan Beirut sebagai “tempat berlindung yang aman”.

    Sementara itu, Pemimpin Hizbullah Naim Qassem mengatakan dalam sebuah pidato bahwa serangan itu “tidak memiliki pembenaran apa pun”, dan selanjutnya menyebutnya sebagai “serangan politik yang bertujuan untuk mengubah aturan dengan kekerasan”.

    Sebagai informasi, Israel terus melakukan serangan rutin di Lebanon meskipun ada gencatan senjata, yang bertujuan untuk menghentikan lebih dari setahun permusuhan dengan Hizbullah yang berpuncak pada kampanye pemboman besar-besaran Israel dan serangan darat.

    Israel akan menarik seluruh pasukannya dari Lebanon selatan, tetapi pasukannya tetap berada di lima posisi yang dianggap “strategis”.

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Bombardir Pinggiran Beirut, Gencatan Senjata di Ambang Kehancuran – Halaman all

    Israel Bombardir Pinggiran Beirut, Gencatan Senjata di Ambang Kehancuran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel melancarkan serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada Minggu (27/4/2025).

    Agresi Tel Aviv menargetkan sebuah gedung yang diklaim digunakan oleh kelompok Hizbullah yang didukung Iran.

    Serangan ini terjadi meski gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah telah berlaku selama lima bulan, sejak berakhirnya konflik besar pada November tahun lalu.

    Militer Israel mengatakan mereka menargetkan gudang Hizbullah yang menyimpan “rudal berpemandu presisi”.

    Rezim Zionis juga menyebut fasilitas itu sebagai “ancaman terhadap Negara Israel dan warganya”.

    Dilansir BBC, serangan tersebut merupakan yang pertama kalinya dalam hampir sebulan terakhir Israel menyerang wilayah Dahieh, sebuah daerah di pinggiran selatan Beirut yang dikenal sebagai basis utama Hizbullah.

    Reaksi Keras Lebanon

    Kepresidenan Lebanon mengutuk keras serangan ini.

    Dalam pernyataannya di platform X, Presiden Lebanon Joseph Aoun meminta Amerika Serikat dan Prancis — dua negara yang menjadi perantara gencatan senjata — untuk menekan Israel menghentikan agresinya.

    “Amerika Serikat dan Prancis, sebagai penjamin perjanjian penghentian permusuhan, harus memaksa Israel untuk segera menghentikan serangannya,” tulis Kepresidenan Lebanon.

    Pernyataan tersebut juga memperingatkan bahwa terus berlanjutnya serangan Israel akan memperburuk ketegangan dan mengancam stabilitas kawasan.

    Serangan di Hadath disertai perintah evakuasi dari militer Israel satu jam sebelum serangan diluncurkan.

    Asap Tebal Mengepul

    Rekaman langsung Reuters menunjukkan asap tebal mengepul dari lokasi setelah serangan.

    Menurut Pertahanan Sipil Lebanon, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, dan tim penyelamat berhasil memadamkan api.

    Pemerintah Israel menegaskan bahwa penyimpanan rudal di daerah permukiman merupakan “pelanggaran terang-terangan” terhadap kesepakatan gencatan senjata.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan, “Israel tidak akan membiarkan Hizbullah tumbuh lebih kuat.”

    Mereka juga menegaskan bahwa “Lingkungan Dahieh di Beirut tidak akan berfungsi sebagai tempat berlindung yang aman bagi organisasi teroris Hizbullah.”

    Di sisi lain, menurut laporan BBC, para pejabat Barat yang berbicara secara anonim menyebut bahwa Hizbullah sebagian besar mematuhi gencatan senjata.

    Katanya, mereka justru menuduh Israel melakukan berbagai pelanggaran, termasuk serangan udara dan pengintaian menggunakan drone.

    Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, juga angkat bicara.

    Melalui pernyataan di X, ia mengatakan serangan itu “menimbulkan kepanikan dan ketakutan akan kekerasan baru di antara mereka yang sangat ingin kembali ke keadaan normal.”

    “Kami mendesak semua pihak untuk menghentikan tindakan apa pun yang dapat semakin merusak pemahaman tentang penghentian permusuhan,” tambahnya.

    Sebelumnya, pada awal bulan ini, serangan udara Israel di wilayah Dahieh juga menewaskan empat orang, termasuk seorang pejabat senior Hizbullah.

    Serangan terbaru ini menunjukkan betapa rapuhnya gencatan senjata yang ada, serta meningkatkan risiko eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Pejabat Senior Israel Bocorkan Informasi Rahasia, Termasuk Informasi Rencana Israel Serang Iran – Halaman all

    Pejabat Senior Israel Bocorkan Informasi Rahasia, Termasuk Informasi Rencana Israel Serang Iran – Halaman all

    Pejabat Senior Israel Bocorkan Informasi Rahasia, Termasuk Persiapan Rencana Serang Iran

    TRIBUNNEWS.COM- Tentara Israel telah membuka penyelidikan terhadap kebocoran dokumen militer sensitif baru-baru ini oleh anggota Skuadron 69 angkatan udara, yang mencakup persiapan untuk serangan potensial terhadap Iran. 

    Data tersebut diunggah ke Click Portal, sistem manajemen berkas yang digunakan oleh tentara Israel, oleh anggota skuadron angkatan udara elit, menurut laporan Haaretz .

    Sistem ini paling sering digunakan untuk berkas dan data yang tidak diklasifikasikan. Siapa pun yang memiliki akses ke Click Portal dapat melihat dokumen yang bocor, termasuk ratusan ribu anggota cadangan, veteran, dan rekrutan. 

    “Materi yang diunggah oleh perwira senior dapat diakses oleh semua pengguna. Beberapa berkas telah dipindai dan diunggah menggunakan [aplikasi China] CamScanner, aplikasi pemindai dokumen seluler yang sebelumnya dihapus dari Google Play Store karena kerentanan keamanan,” kata laporan tersebut.

    “Dokumen-dokumen ini mencakup ringkasan investigasi keselamatan dan jadwal untuk berbagai acara mendatang, termasuk yang dirahasiakan seperti pengarahan tentang status kesiapan tempur menjelang potensi serangan terhadap Iran. Menurut catatan sistem, beberapa dokumen ini diunggah oleh komandan skuadron sendiri,” tambahnya. 

    Beberapa berkas memuat presentasi pelatihan rahasia untuk penggunaan persenjataan rahasia dan metode untuk menangani persenjataan musuh.

    Tidak ada kerusakan yang terjadi dan berkas telah dihapus dari sistem. 

    Namun, insiden tersebut telah memicu kekhawatiran atas “kerentanan yang mengkhawatirkan” pada sistem komputasi awan yang digunakan oleh militer, seperti Click Portal. 

    “Ini melanggar dua prinsip dasar doktrin keamanan informasi IDF: pemisahan berbagai bagian pasukan, dan kerahasiaan informasi pasukan,” kata pakar keamanan kepada Haaretz .

    Para pejabat angkatan udara terkejut bahwa pelanggaran itu terjadi dari unit elit, yang terlibat dalam pembunuhan kepala Hizbullah Hassan Nasrallah tahun lalu.

    Kepala angkatan udara saat ini, Tomer Bar, sebelumnya adalah anggota Skuadron 69.

    Seorang juru bicara Israel mengatakan insiden itu adalah “masalah serius yang segera ditangani,” seraya menambahkan bahwa “Investigasi menyeluruh sedang dilakukan, dipimpin oleh Kepala Departemen Keamanan Informasi bekerja sama dengan angkatan udara.”

    Kebocoran tersebut muncul di tengah laporan bahwa Israel sedang mempersiapkan serangan potensial terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Laporan New York Times (NYT) minggu lalu mengutip sumber yang mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump menolak usulan Israel untuk melakukan serangan gabungan terhadap fasilitas nuklir Iran. 

    Menurut laporan NYT, usulan serangan Israel memuat sejumlah opsi untuk sejumlah skenario, termasuk satu skenario yang melibatkan pasukan komando Israel yang melakukan operasi darat terhadap fasilitas nuklir Iran dengan dukungan jet tempur AS.

    Sehari kemudian, sejumlah pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah Israel “tidak menutup kemungkinan” untuk melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dalam waktu dekat.

    Menteri luar negeri Israel membantah laporan bahwa rencana semacam itu sedang dibuat dalam wawancara baru-baru ini. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Jangan Ikut Campur Urusan Dalam Negeri!

    Jangan Ikut Campur Urusan Dalam Negeri!

    Beirut

    Otoritas Lebanon melontarkan peringatan untuk Duta Besar Iran terkait komentarnya yang menuding Beirut menyerah pada tuntutan Amerika Serikat (AS) untuk melucuti senjata kelompok Hizbullah. Pemerintah Lebanon mengingatkan Dubes Iran untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara tersebut.

    Kementerian Luar Negeri Lebanon, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (25/4/2025), memanggil Dubes Iran di Beirut, Motjaba Amani, untuk dimintai penjelasan pada Kamis (24/4). Amani memenuhi panggilan itu dan bertemu dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Luar Negeri Lebanon, Hani Chemaitelly.

    Disebutkan Kementerian Luar Negeri Lebanon bahwa Amani dipanggil “karena sikap publiknya baru-baru ini”.

    Dalam pertemuan itu, menurut pernyataan yang dilihat oleh Al Arabiya, Chemaitelly memberitahu Amani tentang perlunya “berkomitmen pada protokol diplomatik” terkait kedaulatan negara, dan agar tidak “mencampuri urusan mereka”.

    Dubes Iran itu dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Lebanon beberapa hari setelah dia memposting komentarnya soal masalah senjata Hizbullah dan menuduh negara Lebanon tunduk pada tuntutan AS.

    Meskipun postingan Amani itu tidak secara eksplisit menyebut Lebanon atau Hizbullah, namun waktu dan konteksnya mengindikasikan komentar itu merujuk pada diskusi terkini tentang perlucutan senjata kelompok militan yang didukung Iran tersebut.

    “Proyek perlucutan senjata itu merupakan konspirasi yang jelas terhadap negara-negara lainnya. Di saat AS terus menyediakan senjata dan rudal terbaru bagi entitas Zionis… AS menekan negara-negara lainnya untuk mengurangi atau menghancurkan persenjataan mereka dengan dalih yang berbeda,” tulisnya dalam postingan tanggal 18 April.

    Lihat juga Video ‘Israel Serang Beirut Lebanon, 3 Orang Tewas dan 7 Terluka’:

    Hizbullah, sekutu lama Iran dan bagian dari “Poros Perlawanan”, sedang mengalami pelemahan dalam perang yang menghancurkan dengan Israel dan berakhir dengan perjanjian gencatan senjata rapuh yang dimediasi oleh Washington.

    AS telah menekan Lebanon untuk memaksa Hizbullah menyerahkan persenjataannya. Wakil Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Morgan Ortagus, mengatakan pada bulan ini bahwa perlucutan senjata Hizbullah harus dilakukan “secepat mungkin”.

    Namun pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, menegaskan kelompoknya “tidak akan membiarkan siapa pun melucuti senjata mereka”.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pakar Israel Tegaskan Hizbullah Masih Tangguh: Bahkan Bisa Mengudeta Pemerintah Lebanon – Halaman all

    Pakar Israel Tegaskan Hizbullah Masih Tangguh: Bahkan Bisa Mengudeta Pemerintah Lebanon – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pakar Israel bernama Dr. Moshed Elad mengakui bahwa kelompok Hizbullah di Lebanon saat ini masih tangguh meski sudah digempur Israel.

    Elad yang menjadi dosen di Kolese Galilea Barat itu menyebut Hizbullah masih menjadi kekuatan besar di Lebanon.

    “Terlepas dari serangan besar Israel yang mendera Hizbullah, organisasi itu masih lebih kuat daripada beberapa tentara Lebanon. Semuanya bergantung padanya,” kata Elad dikutip dari The Jerusalem Post.

    Menurut dia, Hizbullah bahkan mampu melakukan kudeta terhadap permintahan negara Timur Tengah itu.

    “Jika Hizbullah mau, organisasi itu bisa melakukan kudeta pemerintahan dan kembali mengklaim kontrol. Jika Hizbullah menginginkannya, jutaan Syiah akan mematuhinya,” ujarnya.

    Elad menegaskan bahwa Hizbullah tidak takut kepada pemerintah Lebanon, bahkan meski pemerintah itu dibekingi oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

    “Pemerintahan Lebanon di bawah Presiden Michel Aoun, Perdana Menteri Najib Mikati, dan Kepala Staf Joseph Aoun tak dianggap oleh Hizbullah,” katanya.

    Kata Elad, Hizbullah hanya mendengarkan pendapat masyarakat yang meminta adanya peluang mengenai pemerintahan baru guna membangun kembali Lebanon.

    GENCATAN SENJATA – Orang-orang berpose untuk difoto di peluncur roket Hizbullah yang terbakar di desa Kfar Tebnit di Lebanon selatan pada 27 November 2024, setelah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah berlaku. (Photo by Mahmoud ZAYAT / AFP) (AFP/MAHMOUD ZAYAT)

    Dia lalu mengkritik orang-orang yang mencibir pemimpin Lebanon, Naim Qassem.

    “Beberapa orang ingin memprovokasi, ‘sang penyapu’, pemimpin Hizbullah yang efektif, dan menggambarkannya seperti anjing pudel yang mengikuti perintah tuan barunya. Kita seharusnya tidak membuat kesalahan. Ketika Presiden Aoun meminta Hizbullah melucuti senjatanya, organisasi itu membuat batasan dan menyatakan, ‘Cukup.’”

    Elad mengatakan Qassem sudah memberikan penjelasan tentang penolakan Hizbullah untuk melucuti senjata.

    “Sepanjang Israel menduduki lima titik strategis di Lebanon, sepanjang ancaman dari Israel tetap ada dan hingga persoalan wilayah dengan Israel diselesaikan, Hizbullah akan tetap memegang senjatanya.”

    Menurut dia, para pemimpin Lebanon berupaya berkompromi dengan Hizbullah.

    “Beberapa pemimpin, termasuk Syiah moderat, mengusulkan sebuah kompromi: Hizbullah akan menyimpan senjatanya di gudang Tentara Lebanon dan tidak akan mengakses gudang itu selama negara itu mengarah kepada keamanan, ekonomi, dan perombakan sosial.

    Elad menyampaikan Hizbullah tampaknya tidak akan menyetujuinya.

    “Hizbullah tidak ingin menyerahkan rudal dan senjatanya,” katanya.

    Awal bulan ini Lebanon dilaporkan makin ditekan AS yang memberikan ultimatum kepada negara Timur Tengah itu.

    Media Lebanon Al-Akhbar menyebut AS meminta Lebanon untuk melucuti paksa kelompok Hizbullah dengan tenggat waktu tertentu.

    Jika Lebanon mengabaikannya, negara itu bisa menghadapi perang yang dikobarkan kembali oleh Israel.

    Sementara itu, utusan AS untuk kawasan Timur Tengah, Morgan Ortagus, memuji perang yang dilakukan Israel di Lebanon. Ortagus dikabarkan akan berkunjung ke Lebanon hari Sabtu, (5/4/2025).

    “Kunjungan itu membawa pesan AS yang meminta inisiasi rencana untuk melucuti senjata Hizbullah sebagai syarat untuk semua persoalan lainnya, mulai dari penarikan Israel hingga pembangunan kembali,” kata Al-Akhbar, Kamis, (3/4/2025).

    “Pesan-pesan ancaman sudah sampai kepada para pejabat yang menyimpang dari Resolusi PBB 1701 dan membawa usul yang buruk sekali untuk Lebanon,” ujar narasumber media itu.

    Menurut media itu, para pejabat Lebanon merasa terpojokkan dan tidak bisa menghindari tekanan AS dan Israel.

    Jika nekat melucuti Hizbullah, pemerintah Lebanon bisa menghadapi konflik internal. Namun, jika Lebanon tidak melucuti Hizbullah, serangan besar Israel bisa terjadi lagi.

    Narasumber media itu menyebut ada kemungkinan operasi militer baru Israel terhadap Lebanon.

    “Israel akan melancarkan operasi militer baru dalam jangka waktu tertentu, dan AS sudah memberikan lampu hijau untuk hal itu,” kata narasumber Al-Akhbar.

    “Tidak diketahui apakah hal itu akan terjadi setelah kunjungan Ortagus atau apakah dia akan menunda kunjungannya hingga setelah operasi itu dijalankan.”

  • Delegasi Hamas ke Kairo Bahas Gencatan Senjata saat Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 51 Ribu – Halaman all

    Delegasi Hamas ke Kairo Bahas Gencatan Senjata saat Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 51 Ribu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Delegasi Hamas dilaporkan menuju Kairo, Mesir, untuk melanjutkan putaran baru perundingan.

    Tujuannya adalah mencapai gencatan senjata, pembebasan tawanan, dan mengakhiri konflik berkepanjangan di Gaza, seperti dikutip dari Reuters dan AFP.

    Meskipun perundingan telah berlangsung, upaya untuk mencapai gencatan senjata masih menemui jalan buntu.

    Hamas bersikeras menuntut gencatan senjata permanen, sementara Israel hanya menawarkan gencatan senjata sementara dengan syarat Hamas melucuti senjatanya.

    Syarat tersebut ditola Hamas.

    Menurut dua sumber yang mengetahui proses mediasi, delegasi Hamas di Kairo akan membahas tawaran baru dari pihak perantara.

    Tawaran tersebut mencakup gencatan senjata jangka panjang selama lima hingga tujuh tahun.

    Kesepakatan itu akan diberlakukan setelah pembebasan tawanan dan berakhirnya pertempuran.

    Israel hingga saat ini belum memberikan tanggapan terhadap usulan gencatan senjata jangka panjang yang telah direvisi.

    AFP melaporkan bahwa pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya, memimpin delegasi kelompok tersebut dalam kunjungan ke Kairo.

    Ia dijadwalkan bertemu dengan pejabat Mesir untuk membahas sejumlah ide baru.

    Tujuannya adalah mencari jalan menuju gencatan senjata yang lebih stabil di Gaza.

    Kelompok Hamas hingga saat ini belum memberikan komentar resmi mengenai perkembangan perundingan tersebut.

    Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 51 Ribu

    Jumlah korban jiwa akibat agresi Israel di Jalur Gaza terus meningkat tajam.

    Menurut buletin harian yang dirilis Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (23/4/2025), sedikitnya 51.305 orang telah tewas sejak serangan dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Selain itu, sebanyak 117.096 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.

    Dalam 24 jam terakhir saja, sebanyak 39 jenazah dan 105 korban luka telah tiba di rumah sakit-rumah sakit di seluruh wilayah tersebut.

    Kementerian melaporkan bahwa masih banyak korban yang tertimbun di bawah reruntuhan atau tergeletak di jalanan.

    Mereka belum dapat dijangkau oleh ambulans dan tim pertahanan sipil akibat intensitas pengeboman yang terus berlangsung.

    Sejak 18 Maret, saat Israel kembali melanjutkan serangannya ke wilayah Gaza dan melanggar gencatan senjata yang disepakati, sedikitnya 1.928 warga Palestina tewas.

    Laporan ini disampaikan oleh media Al Jazeera dan outlet regional lainnya yang memantau perkembangan krisis kemanusiaan di Gaza.

    Situasi di lapangan terus memburuk seiring meningkatnya serangan udara dan darat oleh militer Israel, sementara akses bantuan kemanusiaan tetap terbatas.

    Israel Tangkap 50 Warga Palestina dalam Operasi Besar di Tepi Barat

    Pasukan Israel (IDF) melancarkan operasi penangkapan besar-besaran di wilayah Tepi Barat yang diduduki.

    IDF menahan setidaknya 50 warga Palestina dalam 24 jam terakhir, lapor Al Jazeera Arabic.

    Dikatakan mereka yang ditangkap mencakup anak-anak, perempuan, dan mantan tahanan yang sebelumnya telah dibebaskan.

    Operasi ini difokuskan di kota Kobar, sebelah utara Ramallah, tempat sedikitnya 24 orang ditangkap.

    Dari jumlah tersebut, sekitar 16 orang telah diidentifikasi, termasuk mantan tahanan Hanan Barghouti.

    Sumber Al Jazeera menyatakan bahwa rumah milik Nael Barghouti, tahanan Palestina terlama yang dibebaskan pada Februari dan dideportasi ke Mesir, telah diubah fungsinya.

    Bangunan tersebut kini digunakan sebagai barak militer dan pusat interogasi oleh otoritas Israel.

    Di wilayah selatan Hebron, pasukan Israel menyerbu kota Adh Dhahiriya saat fajar dan menangkap 10 warga Palestina. Tiga di antaranya adalah anggota dewan kota.

    Penangkapan juga dilaporkan terjadi di kota Azzun, Bethlehem, dan Beit Furik, di sebelah timur Nablus.

    Menurut data terbaru hingga April 2025, Israel menahan sekitar 9.792 warga Palestina, dengan 3.498 orang di antaranya ditahan tanpa tuduhan.

    Drone Israel Kembali Terbang di Langit Beirut, Warga Lebanon Resah

    Suara dengungan pesawat tanpa awak milik Israel kembali terdengar di langit ibu kota Lebanon, Beirut, pada Rabu (23/4/2025)pagi.

    Dilansir Al Jazeera, kehadiran drone Israel di wilayah udara Lebanon telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir.

    Dalam sepekan terakhir, drone pengintai Israel berulang kali terlihat melintasi wilayah Beirut dan sekitarnya.

    Kemunculan ini memicu kekhawatiran di kalangan warga, yang menganggap suara drone sebagai tanda potensi serangan militer.

    Pada hari sebelumnya, sebuah serangan drone Israel dilaporkan menewaskan seorang anggota kelompok Jamma Islamiya di wilayah Baawerta, sekitar 20 kilometer selatan Beirut.

    Jamma Islamiya adalah kelompok Islam Sunni yang berdiri pada tahun 1960-an sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Lebanon.

    Meningkatnya aktivitas udara Israel menambah ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel.

    Sejak awal tahun, wilayah ini telah menjadi titik konflik berkepanjangan antara militer Israel dan kelompok bersenjata di Lebanon, termasuk Hizbullah.

    Belum ada pernyataan resmi dari pihak Israel mengenai tujuan operasi udara terbaru ini.

    Para analis menilai langkah tersebut sebagai bagian dari upaya pengawasan intensif terhadap kelompok-kelompok yang dianggap berpotensi menyerang dari wilayah Lebanon.

    Sementara itu, pemerintah Lebanon belum memberikan respons resmi.

    Sejumlah pejabat setempat menyuarakan kekhawatiran akan pelanggaran wilayah udara yang terus berulang.

    Israel Serang Rumah Sakit Anak di Gaza, ICU dan Panel Surya Rusak Parah

    Sebuah serangan udara Israel menghantam Rumah Sakit Anak Moh El-Dorra di Kota Gaza pada Selasa (22/4/2025) malam.

    Serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas medis yang melayani anak-anak.

    Informasi ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.

    Menurut pernyataan resmi, serangan tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit.

    Selain itu, serangan itu juga menghancurkan sistem panel surya yang menopang kelistrikan fasilitas tersebut.

    Kementerian Kesehatan mengecam keras pengeboman ini dan menyebutnya sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan.

    Dalam pernyataannya, mereka menyatakan bahwa “Pendudukan tidak berhenti pada pencegahan obat-obatan dan makanan untuk menjangkau anak-anak Gaza, dan juga merampas kehidupan mereka.”

    Serangan terhadap infrastruktur sipil, terutama rumah sakit, semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Suriah Tahan 2 Pemimpin Senior Jihad Islam, Alasannya Misterius

    Suriah Tahan 2 Pemimpin Senior Jihad Islam, Alasannya Misterius

    Damaskus

    Otoritas Suriah menahan dua pemimpin senior kelompok militan Jihad Islam, yang bermarkas di Jalur Gaza dan masih merupakan sekutu Hamas. Alasan penahanan kedua pemimpin senior Jihad Islam itu tidak diketahui secara jelas.

    Kabar penahanan kedua pemimpin Jihad Islam itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (23/4/2025), diungkapkan oleh sayap bersenjata kelompok militan itu, Brigade Al Quds, seorang pejabat Suriah yang enggan disebut namanya.

    Brigade Al Quds dalam pernyataannya menyebut identitas kedua pemimpin senior itu, yakni Khaled Khaled yang mengepalai operasi Jihad Islam di wilayah Suriah dan Yasser al-Zafari yang memimpin komite organisasinya.

    Disebutkan oleh Brigade Al Quds dalam pernyataan pada Selasa (22/4) bahwa keduanya sudah berada di dalam tahanan otoritas Suriah selama lima hari.

    Menurut Brigade Al Quds, kedua pemimpin senior Jihad Islam itu ditahan “tanpa penjelasan apa pun tentang alasannya” dan “dengan cara yang tidak kami harapkan dari saudara-saudara kami” di Suriah.

    Brigade Al Quds menyerukan pembebasan kedua pemimpinnya itu segera.

    Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Suriah, yang tidak ingin disebut namanya, mengonfirmasi penahanan kedua pemimpin senior Jihad Islam tersebut. Namun pejabat Suriah itu tidak menanggapi pertanyaan lanjutan soal alasan penahanan keduanya.

    Jihad Islam ikut serta dalam serangan mematikan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 lalu, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza. Kelompok ini menerima pendanaan dan bantuan dari Iran, dan sudah sejak lama memiliki kantor di negara lain, seperti Suriah dan Lebanon.

    Namun, sekutu Jihad Islam yang ada di kedua negara tersebut baru-baru ini mengalami pukulan telak, di mana Hizbullah di Lebanon telah sangat dilemahkan oleh serangan udara dan darat Israel sejak tahun lalu, sedangkan mantan pemimpin Suriah Bashar al-Assad digulingkan oleh serangan pemberontak tahun lalu.

    Kepemimpinan baru di Damaskus telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan berharap untuk membangun kembali dukungan regional maupun internasional untuk Suriah, tidak hanya untuk menghilangkan sanksi dan mendanai rekonstruksi setelah perang brutal selama 14 tahun.

    Amerika Serikat (AS), menurut laporan Reuters bulan lalu, telah memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi Suriah sebagai imbalan atas keringanan sebagian sanksi. Beberapa sumber menyebut salah satu persyaratannya adalah menjaga jarak dengan kelompok-kelompok militan Palestina yang didukung Iran.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini