Organisasi: GMNI

  • Aksi GMNI dan PMII di Madiun Batal, TNI-Polri Perketat Pengamanan Objek Vital

    Aksi GMNI dan PMII di Madiun Batal, TNI-Polri Perketat Pengamanan Objek Vital

    Madiun (beritajatim.com) – Rencana aksi unjuk rasa yang digagas Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Kabupaten Madiun batal digelar pada Senin (1/9/2025). Meski demikian, aparat gabungan TNI-Polri tetap melakukan pengamanan ketat di sejumlah objek vital.

    Penjagaan difokuskan di Gedung DPRD Kabupaten Madiun serta Kantor Bupati yang berada di Kawasan Pusat Pemerintahan (Puspem) Mejayan. Puluhan personel gabungan diterjunkan untuk memastikan kondisi tetap aman dan terkendali.

    Kasihumas Polres Madiun, Iptu Anita Dyah Puspitosari, menjelaskan langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk antisipasi.

    “Menyikapi situasi kamtibmas terkini, kita melakukan pengamanan di objek-objek vital yang ada di wilayah hukum Kabupaten Madiun agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Kami berharap Kabupaten Madiun tetap kondusif, guyub rukun, menjaga kedamaian dan kerukunan,” jelasnya.

    Selain itu, Polres Madiun juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi isu-isu yang belum jelas kebenarannya.

    “Kami mohon kepada warga Kabupaten Madiun agar bersama-sama menjaga keamanan lingkungan, tetap tenang, serta tidak mudah percaya pada informasi yang belum jelas kebenarannya. Mari kita jaga Madiun agar selalu damai dan rukun,” tambah Iptu Anita. [rbr/beq]

  • Kapolres Sampang Tolak Tanda Tangan Tuntutan Aksi Demonstrasi

    Kapolres Sampang Tolak Tanda Tangan Tuntutan Aksi Demonstrasi

    Sampang (beritajatim.com) – Aksi demonstrasi yang digelar aliansi Cipayung Plus Sampang berlangsung panas. Massa turun ke jalan untuk menuntut keadilan atas meninggalnya Affan Kurniawan, seorang driver ojek online yang diduga menjadi korban tindakan represif aparat kepolisian saat aksi sebelumnya.

    Sejak pagi, ratusan massa telah berkumpul di depan Mapolres Sampang untuk menyampaikan tuntutan mereka. Suasana semakin tegang ketika Kapolres Sampang AKBP Hartono menolak menandatangani surat tuntutan yang diserahkan perwakilan demonstran.

    Merasa kecewa, massa kemudian bergerak menuju Jalan Jaksa Agung Suprapto dan melakukan blokade di perempatan utama Kota Sampang. Mereka membentangkan spanduk dan menggelar orasi, mendesak transparansi serta keadilan dari aparat. Aksi ini membuat arus lalu lintas di kawasan strategis kota lumpuh total.

    Dalam keterangan resminya, Cipayung Plus Sampang menegaskan tiga poin tuntutan:

    Kepolisian diminta bertanggung jawab penuh atas kematian Affan Kurniawan.
    Mengusut tuntas kasus tersebut secara transparan.
    Menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap rakyat kecil.

    Ahmad Dahlan, koordinator lapangan aksi, menegaskan bahwa tragedi ini bukan insiden biasa.

    “Kematian Affan adalah cerminan ancaman serius terhadap keselamatan rakyat sipil dari aparat yang seharusnya melindungi. Kapolres Sampang menolak menandatangani tuntutan kami, ini menunjukkan ketidakseriusan aparat dalam melindungi rakyat,” ujarnya, Minggu (31/8/2025).

    Sementara itu, Bung Saifi, Ketua Cabang GMNI Sampang, menilai tindakan represif terhadap rakyat tidak bisa dibenarkan dalam bentuk apa pun, apalagi ketika masyarakat sedang menyalurkan aspirasi secara damai.

    “Kami turun ke jalan sebagai wujud solidaritas untuk korban sekaligus seruan moral agar aparat penegak hukum bertindak profesional, adil, dan berpihak pada keadilan sosial,” tegasnya. (sar/ted)

  • DPP PA GMNI: Tegakkan keadilan, dengar suara rakyat

    DPP PA GMNI: Tegakkan keadilan, dengar suara rakyat

    Jakarta (ANTARA) – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional (GMNI) menyerukan agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan menegakkan keadilan seraya mendengarkan suara rakyat untuk merespons meluasnya aksi unjuk rasa.

    “Menyerukan agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan menegakkan keadilan secara cepat, transparan, dan tidak tebang pilih atas tuntutan masyarakat dan mahasiswa,” kata Ketua Umum DPP PA GMNI Arief Hidayat, sebagaimana keterangan diterima di Jakarta, Minggu.

    PA GMNI menyatakan aspirasi publik wajib didengar dan ditindaklanjuti melalui mekanisme partisipasi yang bermakna, termasuk rapat dengar pendapat terbuka, publikasi data kebijakan, dan kajian dampak sosial-ekonomi yang dapat diakses publik.

    Presiden Prabowo Subianto dinilai perlu menggelar musyawarah nasional untuk mendengar aspirasi rakyat dengan mengundang tokoh agama, tokoh adat, akademisi, perwakilan mahasiswa, serikat pekerja, organisasi masyarakat sipil, tokoh pers, pelaku dunia usaha, serta pimpinan lembaga negara.

    “Musyawarah Nasional perlu diagendakan dengan jelas, berbasis data, dan menghasilkan peta jalan kebijakan yang responsif agar terwujudnya keadilan sosial dan mengikis kesenjangan warga masyarakat secara cepat dan berkelanjutan,” ujar Arief.

    Di sisi lain, PA GMNI mengimbau para pejabat publik, eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk senantiasa menunjukkan pola hidup sederhana, berempati kepada rakyat, serta mengutamakan efisiensi anggaran.

    Ditekankan, kebijakan dan perilaku pejabat harus mencerminkan solidaritas terhadap beban ekonomi rakyat dan memprioritaskan belanja publik pada kebutuhan dasar, antara lain, pangan, kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial.

    “Jangan membuat kebijakan dan tindakan yang membebani rakyat,” seru DPP PA GMNI.

    Lebih lanjut, PA GMNI mengajak seluruh elemen bangsa untuk menahan diri, tidak terprovokasi oleh kejadian di lapangan maupun informasi yang belum terverifikasi. Gotong royong sesama anak bangsa perlu diperkuat, sembari menjaga ketertiban umum.

    PA GMNI juga menyerukan agar seluruh elemen bangsa menjaga dan merawat proses demokrasi untuk rakyat dan keadilan sosial.

    “Menyerukan kepada semua komponen bangsa untuk menahan diri dan menjaga dan merawat fasilitas publik karena itu dibangun dengan pajak rakyat. Kita ketahui bersama perusakan fasilitas publik hanya akan merugikan rakyat juga,” imbuh Arief.

    Di samping itu, PA GMNI menuntut dan mendesak penegak hukum untuk mengusut insiden dalam penanganan massa aksi di Jakarta, Kamis (28/8), yang menyebabkan pengemudi ojek daring Affan Kurniawan tewas, dengan cara independen, transparan, dan akuntabel.

    “Kami mendorong pembentukan tim investigasi yang kredibel, perlindungan saksi/korban, keterbukaan informasi kepada publik, serta sanksi tegas apabila adanya pelanggaran prosedur dan HAM sekaligus menjamin due process of law bagi semua pihak,” demikian seruan DPP PA GMNI.

    Pewarta: Fath Putra Mulya
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Demo di Mapolres Karawang, Sejumlah Massa Aksi dan Polisi Terluka
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        30 Agustus 2025

    Demo di Mapolres Karawang, Sejumlah Massa Aksi dan Polisi Terluka Bandung 30 Agustus 2025

    Demo di Mapolres Karawang, Sejumlah Massa Aksi dan Polisi Terluka
    Tim Redaksi
    KARAWANG, KOMPAS.com
    – Sejumlah peserta aksi dan polisi terluka dalam aksi demonstrasi di depan Mapolres Karawang, Jawa Barat, Jumat (29/9/2025).
    Pantauan
    Kompas.com
    , unjuk rasa itu diikuti mahasiswa, pengemudi ojek
    online
    dan pelajar.
    Koordinator Komite Rakyat Sipil Karawang (KRSK) Danny Rafael Manurung menyebut, ada 16 orang terluka dari massa aksi, baik mahasiswa maupun kalangan sipil.
    Salah seorang mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Karawang dan pendemo dari sipil misalnya mengalami luka di kepala. Ada juga yang mengalami luka di tangan, muka, hidung, lutut, kaki dan gigi.
    “Ada 16 yang terluka dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan dan ada juga yang belum berobat,” kata Danny, Sabtu (30/8/2025).
    Mereka terluka karena tindakan polisi dan ada juga yang terinjak massa saat polisi melakukan pembubaran.
    Tak hanya dari pengunjuk rasa, luka juga dialami anggota kepolisian. Namun, saat dikonfirmasi mengenai jumlah anggota polisi yang terluka, pihak Polres Karawang belum memberikan jawaban.
    Massa aksi dan polisi kemudian berdialog di depan Mapolres Karawang. Perwakilan massa dan polisi berdialog di dalam markas Mapolres Karawang.
    Akan tetapi, aksi di luar Mapolres Karawang memanas.
    Kasi Humas Polres Karawang Ipda Cep Wildan mengatakan, sejak awal pihak kepolisian berupaya menjaga keamanan dengan pendekatan persuasif.
    Namun, saat pagar mulai rusak dan tekanan massa semakin kuat, aparat kemudian berupaya menghalau massa hingga tejadi ketergangan.
    “Karena itu, langkah pembubaran terpaksa diambil,” kata Wildan.
    Wildan menyebutkan, kerusakan pagar membuat barisan polisi terdesak. Kondisi semakin sulit dikendalikan ketika sebagian peserta aksi mencoba masuk lebih dekat ke area dalam Mapolres Karawang.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Malam Berkabung di Jombang: Serba Hitam, Lilin, dan Tuntutan Keadilan untuk Affan Kurniawan

    Malam Berkabung di Jombang: Serba Hitam, Lilin, dan Tuntutan Keadilan untuk Affan Kurniawan

    Jombang (beritajatim.com) – Jumat malam, 29 Agustus 2025, halaman Mapolres Jombang berubah menjadi lautan hitam. Ratusan mahasiswa dari berbagai organisasi ekstra kampus yang tergabung dalam Aliansi Cipayung Plus berdiri berjejer, sebagian memegang bunga, sebagian lain menyalakan lilin.

    Hening menyelimuti udara sebelum teriakan-teriakan lantang pecah, menuntut keadilan untuk Afan Kurniawan, seorang pengemudi ojol (ojek online) yang meregang nyawa karena dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob dalam aksi unjuk rasa di Jakarta.

    Mereka datang bukan untuk ricuh, melainkan berduka. Bunga-bunga ditabur di aspal hitam di depan kantor polisi, seolah jalanan itu adalah nisan panjang yang menunggu doa. Orasi silih berganti terdengar, kalimat-kalimat penuh luka bercampur dengan amarah.

    “Tragedi dilindas mobil taktis Brimob adalah sesuatu yang sangat mengenaskan. Kami berharap tidak ada lagi korban dari masyarakat yang ingin menyuarakan pendapatnya,” seru Daffa Raihananta, Ketua DPC GMNI Jombang sekaligus koordinator lapangan. Suaranya bergetar, tapi tegas.

    Malam itu, Aliansi Cipayung Jombang menyuarakan dua tuntutan: Usut tuntas kematian Afan Kurniawan dan copot Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang dianggap gagal mengendalikan aparat.

    Di sisi lain pagar, aparat kepolisian berdiri berbaris. Tidak ada gesekan. Justru, dari dalam markas polisi, ucapan belasungkawa juga mengalir. Kapolres Jombang, AKBP Ardi Kurniawan, menegaskan pihaknya turut berduka.

    “Kami mengucapkan belasungkawa untuk saudara kita, Affan Kurniawan. Aspirasi dari teman-teman Cipayung Plus sudah kami terima dan sangat kami hargai,” katanya. Sebelum aksi berlangsung, ia mengaku telah memimpin doa bersama dan salat gaib di markasnya.

    Meski demikian, para mahasiswa tetap teguh pada sikap. Mereka menolak tragedi itu dianggap sekadar musibah. Bagi mereka, ini adalah luka bangsa yang tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja.

    “Informasi terakhir, anggota kepolisian yang diduga terlibat sedang diperiksa Propam Mabes Polri. Kami berharap proses hukum berjalan dengan adil,” tambah Kapolres.

    Namun di tengah kata-kata formal itu, wajah-wajah mahasiswa tetap muram. Bagi mereka, Affan Kurniawan bukan sekadar nama dalam berita. Ia adalah simbol rakyat kecil yang bersuara, lalu dibungkam dengan cara paling kejam.

    Malam di Jombang itu ditutup dengan doa bersama. Lilin-lilin kecil menyala, bunga-bunga berserakan, dan udara dipenuhi bisikan harapan: semoga keadilan benar-benar berpihak pada mereka yang lemah. [suf]

  • Usut Tuntas Tewasnya Ojol, Kapolri Harus Mundur!

    Usut Tuntas Tewasnya Ojol, Kapolri Harus Mundur!

    GELORA.CO – Dua elemen Cipayung plus, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), menggelar demonstrasi di depan pintu Utama Mabes Polri, Jakarta.

    Aksi ini merupakan reaksi atas tewasnya pengemudi ojek online akibat dilindas rantis Brimob saat aksi di Jakarta kemarin. 

    “Usut tuntas insiden tewasnya ojol,” kata salah seorang kader GMNI kepada redaksi di lokasi, Jumat 29 Agustus 2025.

    “Kapolri harus mundur,” tambahnya.

    Massa berkerumun di jalan Trunojoyo dan arah sebaliknya. Tidak ada kendaraan yang melintas dari arah Blok M ke Senopati maupun arah sebaliknya.

    Sejumlah border pembatas jalan dibakar massa. Hingga berita ini dilaporkan pukul 17.15 WIB, aksi masih berlangsung.

  • Dari Pasuruan untuk Literasi: Rumah Lujeng Jadi Magnet Pecinta Buku "Berat"
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        15 Agustus 2025

    Dari Pasuruan untuk Literasi: Rumah Lujeng Jadi Magnet Pecinta Buku "Berat" Surabaya 15 Agustus 2025

    Dari Pasuruan untuk Literasi: Rumah Lujeng Jadi Magnet Pecinta Buku “Berat”
    Tim Redaksi
    PASURUAN, KOMPAS.com
    – Terkadang, ada orang yang rajin membeli buku tetapi kemudian menjadikan buku seolah hiasan di lemari.
    Kebiasaan itu tidak berlaku bagi Lujeng Sudarto, warga Kelurahan Petung Sari, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
    Ia menyimpan buku bacaannya dengan rapi untuk dipinjamkan kepada orang lain dan menjadikan rumahnya sebagai tempat diskusi. 
    Rumah sederhana yang berlokasi Perum Batumas Blok E-II Nomer 11 Pandaan itu dikenal kerap kali didatangi tamu. 
    Meski tidak banyak, ada saja yang bertamu cukul lama. 
    “Ya memang kalau teman-teman yang datang atau orang bertamu di sini ya rata-rata mesti ajak diskusi,” ujar Lujeng sambil senyum saat ditemui
    Kompas.com
    , Jum’at (15/08/2025).
    Jika masuk di rumahnya, tamu langsung melihat rak buku yang sederhana. Namun, di sana terdapat ratusan buku yang tidak banyak orang miliki.
    Sebagian besar buku milik Lujeng bertema revolusi dan filsafat. Bahkan, sejumlah buku yang berjajar itu banyak diburu orang.
    Misalnya Seven theories of relegion karya Daniel L Pala, Bumi Manusia milik Pramoedya Ananta Toer, Memahami Bahasa Agama oleh Komarudin Hidayat, Second Sex karya Simone De Beauvior.
    Ada juga buku Zarathustra milik Nietzsche dan Summer karya Albert Camus.
    “Ya memang buku di sini bagi sebagian orang memang berat untuk dibaca, tapi bagi orang pergerakan ini adalah vitamin untuk memperkaya referensi atau pengetahuan agar tidak gampang menjustifikasi peristiwa atau fenomena yang sedang terjadi,” katanya.
    Sembari menemui tamu, dia menceritakan kecintaaan pada buku sejak masuk bangku perkuliahan di salah satu kampus di Malang.
    Setiap pulang dari kampus, dia mampir ke kakak kelas untuk membaca buku. Setelah sampai di indekos, dia langsung berkumpul dengan sejumlah aktifis untuk berdiskusi.
    “Kalau diskusi, syaratnya harus sudah punya bahan dari buku yang sudah dibaca. Kalau tidak ya mesti tampak bodoh. Karena di kos saya itu tempatnya mahasiswa kelompok cipayung ya ada PMII, HMI, GMNI dan yang lainnya,” kata Lujeng. 
    Sejak saat itu, kecintaaannya pada buku terus berlanjut. Bahkan, pria kelahiran Tuban itu mempunyai kebiasaan untuk berbelanja buku saat pergi ke mana pun.
    Hampir setiap minggu dia membeli buku dengan tema-tema “berat”, misalnya soal sosial budaya, filasafat, ideologi, dan kumpulan catatan kritis.
    Sementara itu, jumlah koleksi buku yang ada di rumahnya sebanyak 350 buku, di rumah Tuban 150 buku, dan di rumah lamanya sekitar 100 buku.
    “Untuk syarat meminjam buku di sini adalah orang yang sudah saya kenal. Kemudian setelah membaca, harus dapat didiskusikan bersama. Sehingga ada nilai (literasi) yang didapat. Buku itu jangan hanya berhenti dibaca, harus didiskusikan agar menambah pengetahuan,” tutur dia.
    Meski ruang tamu tidak terlalu lebar, rumah Lujeng juga sebagai tempat diskusi dari beberapa kalangan profesi, mulai dari mahasiswa, jurnalis, pegiat sosial, dan aktivis perempuan.
    “Saya beberapa kali ke rumah Mas Lujeng, koleksi bukunya bagus. Saya pernah baca buku The Eve of the French Revolution. Habis baca langsung diajak diskusi,” kata Akmal Taufik, mahasiswa pascasarjana asal Pasuruan.
    Menurut Taufik, buku seperti yang dikoleksi Lujeng saat ini jarang ditemui.
    “Kalau tidak akademisi, ya memang jarang orang baca buku seperti itu. Saya kagum masih ada orang dengan hobi membaca buku-buku setebal itu lalu mau diajak diskusi,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cak Imin Dorong Perusahaan Buka Magang dan Pelatihan 
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        5 Agustus 2025

    Cak Imin Dorong Perusahaan Buka Magang dan Pelatihan Nasional 5 Agustus 2025

    Cak Imin Dorong Perusahaan Buka Magang dan Pelatihan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menghadapi tantangan tingginya angka pengangguran, khususnya di kalangan pemuda, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin punya strateginya memperluas akses pemagangan dengan menggandeng dunia industri dan BUMN.
    “Ada gap antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia industri, bisnis, dan ekonomi. Ini yang sedang kita jembatani,” ujar Cak Imin di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
    Hal ini diungkapkan Cak Imin dalam dialog bersama organisasi kepemudaan Cipayung Plus seperti HMI, PMII, GMNI, IMM, dan PMKRI.
    Cak Imin mengungkapkan langkah utama yang tengah dirancang untuk memperkuat peran pemuda dan menjembatani dunia pendidikan dengan dunia kerja.
    Berikut “jurus” Cak Imin:
    Salah satu langkah konkret yang disiapkan adalah penyelenggaraan Perkemahan Kader Bangsa, yang akan mempertemukan pemuda-pemudi potensial dari seluruh kabupaten di Jawa Timur dengan pelaku dunia usaha, industri, hingga proyek sosial.
    “Kita ingin pemimpin sosial, politik, dan ekonomi dari organisasi-organisasi ini bisa terkoneksi dengan kebutuhan nyata masyarakat,” jelasnya.
    Menghadapi bonus demografi yang hanya tersisa sekitar tujuh tahun lagi, Cak Imin menekankan pentingnya pemanfaatan potensi generasi muda melalui pelatihan langsung di dunia kerja.
    “Kami sedang mendorong agar perusahaan-perusahaan membuka ruang pelatihan melalui program pemagangan. Kemarin kami sudah rapat dengan 10 besar industri nasional dan BUMN,” katanya.
    Pemagangan ini diharapkan menjadi jembatan antara lulusan pendidikan tinggi yang terampil dengan kebutuhan nyata dunia industri yang masih kekurangan tenaga kerja siap pakai.
    “Waktunya tinggal tujuh tahun. Kita tidak bisa lagi
    business as usual
    . Harus luar biasa. Kita harus pastikan bonus demografi ini produktif,” tegasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kongres GMNI di Bandung soroti kedaulatan dan solidaritas

    Kongres GMNI di Bandung soroti kedaulatan dan solidaritas

    Sumber foto: Supriyarto Rudatin/elshinta.com.

    Kongres GMNI di Bandung soroti kedaulatan dan solidaritas
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 15 Juli 2025 – 17:27 WIB

    Elshinta.com – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) resmi membuka Kongres Ke-XXII di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika No. 65, Kota Bandung. Acara yang mengusung tema “Bersatu, Lawan Penjajahan Gaya Baru” itu dihadiri oleh berbagai tokoh nasional, perwakilan organisasi mahasiswa se-Indonesia, akademisi, dan elemen masyarakat sipil.

    Gedung Merdeka dipilih sebagai lokasi kongres karena nilai historisnya sebagai tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika tahun 1955, simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan bentuk konkret solidaritas negara-negara dunia ketiga.

    Kongres ini menjadi momentum strategis bagi GMNI untuk merumuskan sikap politik organisasi dalam menghadapi tantangan global dan menguatkan kembali semangat perjuangan marhaenisme yang diwariskan oleh Bung Karno.

    “Ini mungkin momen spesial, karena sudah lima tahun GMNI tidak melaksanakan kongres. Biasanya dua tahun sekali. Tapi hari ini, di Gedung Merdeka—tempat kemerdekaan dan keberanian dulu didengungkan lewat Konferensi Asia Afrika—kita kembali bersatu untuk melawan bentuk penjajahan gaya baru,” ujar Ketua Umum GMNI Imanuel Cahyadi dalam sambutannya.

    Ia juga mengapresiasi kehadiran tamu undangan dari sejumlah kementerian, seperti Kemenpora, Kominfo, dan Kementerian Koperasi, serta tokoh-tokoh alumni GMNI, termasuk mantan Sekjen Presidium GMNI, Mas Cokro.

    “Kita ucapkan terima kasih kepada semua yang hadir. Ini menjadi bukti bahwa perjuangan mahasiswa tetap relevan dan penting dalam menyelamatkan masa depan bangsa,” tambahnya seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Supriyarto Rudatin, Selasa (15/7). 

    Acara pembukaan berlangsung khidmat dan meriah. Pembawa acara mengarahkan seluruh tamu undangan untuk berdiri sebagai bentuk penghormatan saat Kongres secara simbolis dibuka oleh tokoh senior GMNI, Suko Sudarsono.

    “Oke. Dengan ini saya menyatakan bahwa Kongres GMNI yang ke-22 saya buka. Merdeka! Merdeka!” seru Suko disambut pekikan semangat dari para peserta.

    Sebagai Informasi GMNI merupakan organisasi kemahasiswaan yang berdiri sejak tahun 1954 dan dikenal sebagai gerakan yang mengusung ideologi Marhaenisme. Dalam sejarahnya, GMNI aktif dalam dinamika politik dan sosial nasional dengan menempatkan mahasiswa sebagai agen perubahan.

    Kongres Nasional GMNI merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam struktur organisasi. Selain memilih kepemimpinan nasional yang baru, forum ini juga menjadi ajang konsolidasi ideologis dan penentuan arah perjuangan strategis.

    Tema besar tahun ini, “Bersatu, Lawan Penjajahan Gaya Baru”, mencerminkan kekhawatiran terhadap dominasi kekuatan asing dalam bidang ekonomi, budaya, dan digitalisasi. GMNI memandang pentingnya keberdaulatan bangsa di tengah ketimpangan global dan tekanan neoliberalisme yang kian kompleks.

    Kongres GMNI Ke-XXII dijadwalkan berlangsung selama beberapa hari ke depan dengan berbagai agenda, termasuk sidang pleno, diskusi panel, dan pemilihan ketua umum. Harapannya, kongres ini tidak hanya melahirkan pemimpin muda progresif, tetapi juga memperkuat gerakan mahasiswa nasional dalam menjawab tantangan zaman.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa

    Diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa

    Jakarta – Pemikiran Soekarno tentang perempuan sudah tergolong maju pada jamannya. Bukunya berjudul Sarinah tergolong buku pertama di Asia tentang emansipasi perempuan yang ditulis oleh seorang kepala negara. 

    Ia meramu pemikirannya tentang perempuan dengan landasan nasionalisme anti-kolonial, feminisme dengan dimensi praktik revolusioner. Namun sayangnya kemajuan gagasan tersebut urung menguat karena pergantian kekuasaan oleh Soeharto. 

    Di mana ia melakukan transformasi gerakan perempuan dari agen perubahan menjadi ‘mitra pembangunan’ yang apolitis. Untuk menghidupkan kembali pemikiran Sukarno tentang perempuan, Ruang Literasi Kaliurang menggelar diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa pada tanggal 28 Juni 2025. 

    Dua pembicara dihadirkan, Fanda Puspitasari (DPP GMNI) dan Sri Wiyanti Eddyono (Dosen Fakultas Hukum UGM), dimoderatori oleh Wasingatu Zakiyah. Diskusi tentang Sarinah ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Satu Pekan Bersama Bung Besar.
     

    Kegiatan ini diselenggarakan Ruang Literasi Kaliurang bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yayasan Bumi Pancasila, dan Yayasan Bung Karno.
     
    Kegiatan ini bukan seremonial semata, namun merupakan bagian dari gerakan literasi, yaitu merawat, menjaga, dan melakukan keteladanan pemikiran para pendiri bangsa, kata Ir. Prakoso MM, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP.

    Sementara itu dalam sambutan pembukaan diskusi, Kepala BPIP Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D menyampaikan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah peristiwa unik. 

    Lantaran peristiwa tersebut telah membebaskan dan menyatukan kembali minimal 57 negara/kerajaan yang ada di wilayah Indonesia saat ini. Selain itu juga proklamator kemerdekaan Indonesia adalah orang-orang sipil padahal waktu itu kita sedang berada dalam situasi Perang Dunia Kedua. 
     

    Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara besar, karena itu mendalami pemikiran para tokoh pendiri bangsa merupakan hal penting untuk terus dilakukan.
     
    Dalam diskusi Sri Wiyanti mengatakan, pemikiran Bung Karno tentang perempuan adalah sebuah gagasan yang maju dan luar biasa. Namun kita juga harus obyektif bahwa dalam praktiknya ada hal-hal problematis yang dilakukan Bung Karno terkait perempuan. 

    Sedangkan Fanda menyampaikan bahwa sosok Sarinah adalah sosok yang sangat mempengaruhi kehidupan Sukarno. Sosok ini oleh Sukarno disejajarkan tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi. 

    Padahal dia adalah sosok kelas bawah yang bekerja sebagai pengasuhnya. Bagi Sukarno, Sarinah inilah yang mengajarinya tentang kemanusiaan.

    Jakarta – Pemikiran Soekarno tentang perempuan sudah tergolong maju pada jamannya. Bukunya berjudul Sarinah tergolong buku pertama di Asia tentang emansipasi perempuan yang ditulis oleh seorang kepala negara. 
     
    Ia meramu pemikirannya tentang perempuan dengan landasan nasionalisme anti-kolonial, feminisme dengan dimensi praktik revolusioner. Namun sayangnya kemajuan gagasan tersebut urung menguat karena pergantian kekuasaan oleh Soeharto. 
     
    Di mana ia melakukan transformasi gerakan perempuan dari agen perubahan menjadi ‘mitra pembangunan’ yang apolitis. Untuk menghidupkan kembali pemikiran Sukarno tentang perempuan, Ruang Literasi Kaliurang menggelar diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa pada tanggal 28 Juni 2025. 

    Dua pembicara dihadirkan, Fanda Puspitasari (DPP GMNI) dan Sri Wiyanti Eddyono (Dosen Fakultas Hukum UGM), dimoderatori oleh Wasingatu Zakiyah. Diskusi tentang Sarinah ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Satu Pekan Bersama Bung Besar.
     

     
    Kegiatan ini diselenggarakan Ruang Literasi Kaliurang bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yayasan Bumi Pancasila, dan Yayasan Bung Karno.
     
    Kegiatan ini bukan seremonial semata, namun merupakan bagian dari gerakan literasi, yaitu merawat, menjaga, dan melakukan keteladanan pemikiran para pendiri bangsa, kata Ir. Prakoso MM, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP.
     
    Sementara itu dalam sambutan pembukaan diskusi, Kepala BPIP Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D menyampaikan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah peristiwa unik. 
     
    Lantaran peristiwa tersebut telah membebaskan dan menyatukan kembali minimal 57 negara/kerajaan yang ada di wilayah Indonesia saat ini. Selain itu juga proklamator kemerdekaan Indonesia adalah orang-orang sipil padahal waktu itu kita sedang berada dalam situasi Perang Dunia Kedua. 
     

     
    Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara besar, karena itu mendalami pemikiran para tokoh pendiri bangsa merupakan hal penting untuk terus dilakukan.
     
    Dalam diskusi Sri Wiyanti mengatakan, pemikiran Bung Karno tentang perempuan adalah sebuah gagasan yang maju dan luar biasa. Namun kita juga harus obyektif bahwa dalam praktiknya ada hal-hal problematis yang dilakukan Bung Karno terkait perempuan. 
     
    Sedangkan Fanda menyampaikan bahwa sosok Sarinah adalah sosok yang sangat mempengaruhi kehidupan Sukarno. Sosok ini oleh Sukarno disejajarkan tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi. 
     
    Padahal dia adalah sosok kelas bawah yang bekerja sebagai pengasuhnya. Bagi Sukarno, Sarinah inilah yang mengajarinya tentang kemanusiaan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (UDA)