Organisasi: Garis

  • Kiamat Gletser Jadi Ancaman Berikutnya untuk Manusia

    Kiamat Gletser Jadi Ancaman Berikutnya untuk Manusia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Para ilmuwan mengungkapkan Antartika berpotensi menjadi ‘kiamat gletser‘ yang menghasilkan ancaman terhadap naiknya permukaan laut secara global.

    Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Senin di jurnal Nature Geoscience, para ilmuwan memetakan sejarah ancaman gletser itu, dan berharap untuk belajar dari masa lalu apa yang kemungkinan akan dilakukan gletser di masa depan.

    Gletser Thwaites, disebut ilmuwan mampu menaikkan permukaan laut beberapa kaki, terkikis di sepanjang dasar bawah lautnya saat planet ini menghangat.

    Tim peneliti menemukan di beberapa titik dalam dua abad terakhir, dasar gletser copot dari dasar laut dan mundur dengan kecepatan 2,1 kilometer per tahun. Copotan itu dua kali lipat dari tingkat yang telah diamati para ilmuwan dalam dekade terakhir.

    Alastair Graham, penulis utama studi tersebut dan ahli geofisika kelautan di University of South Florida, mengatakan disintegrasi cepat itu kemungkinan terjadi “baru-baru ini pada pertengahan abad ke-20,”

    Hal ini menunjukkan Thwaites memiliki kemampuan untuk menjalani mundur cepat dalam waktu dekat, setelah surut melewati punggungan dasar laut yang membantu untuk tetap terkendali.

    “Thwaites benar-benar bertahan hari ini dengan kukunya, dan kita harus berharap untuk melihat perubahan besar dalam rentang waktu kecil di masa depan – bahkan dari satu tahun ke tahun berikutnya, setelah gletser mundur melampaui punggungan dangkal di tempat tidurnya,” kata Robert Larter, ahli geofisika kelautan dan salah satu rekan penulis studi dari British Antarctic Survey seperti dikutip dari CNN.

    Gletser Thwaites yang terletak di Antartika Barat, adalah salah satu yang terluas di Bumi dan lebih besar dari negara bagian Florida.

    Tapi gletser hanya bagian dari lapisan es Antartika Barat, yang menyimpan cukup es untuk menaikkan permukaan laut hingga 16 kaki, menurut laporan NASA.

    Karena krisis iklim semakin cepat, wilayah ini diawasi dengan ketat karena pencairannya yang cepat dan kapasitasnya untuk merusak pantai secara luas.

    Gletser Thwaites sendiri telah mengkhawatirkan para ilmuwan selama beberapa dekade. Pada awal 1973, para peneliti mempertanyakan risiko tinggi runtuhnya glester itu.

    Hampir satu dekade kemudian, mereka menemukan arus laut yang hangat dapat melelehkan gletser dari bawah, menyebabkannya tidak stabil dari bagian bawah karena gletser berada di dasar laut, bukan di daratan kering.

    Pada abad ke-21, para peneliti mulai mendokumentasikan kemunduran cepat Thwaites dalam serangkaian studi yang mengkhawatirkan.

    Pada 2001, data satelit menunjukkan garis landasan surut sekitar 1 kilometer per tahun. Pada 2020, para ilmuwan menemukan bukti air hangat memang mengalir melintasi dasar gletser melelehkannya dari bawah.

    Kemudian pada tahun 2021, sebuah penelitian menunjukkan Lapisan Es Thwaites, yang membantu menstabilkan gletser dan menahan es agar tidak mengalir bebas ke laut, dapat pecah dalam waktu lima tahun.

    Penelitian terbaru yang dipublikasikan ini, yang menunjukkan Thwaites mampu surut dengan kecepatan jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan, didokumentasikan setelah misi 20 jam dalam kondisi ekstrem yang memetakan area bawah laut seukuran Houston.

    Graham mengatakan penelitian ini “benar-benar misi sekali seumur hidup,” tetapi tim berharap dapat segera kembali untuk mengumpulkan sampel dari dasar laut sehingga mereka dapat menentukan kapan kemunduran cepat sebelumnya terjadi.

    Hal itu bisa membantu para ilmuwan memprediksi perubahan di masa depan pada “gletser kiamat”, yang sebelumnya diasumsikan oleh para ilmuwan akan lambat untuk mengalami perubahan.

    “Hanya tendangan kecil ke Thwaites bisa menghasilkan respon besar,” kata Graham.

    (lth/lth)

  • Cara Kerja Poligraf, Alat Deteksi Kebohongan untuk Periksa Istri Sambo

    Cara Kerja Poligraf, Alat Deteksi Kebohongan untuk Periksa Istri Sambo

    Jakarta, CNN Indonesia

    Istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, yang jadi tersangka pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, akan diperiksa penyidik Polri menggunakan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan. Bagaimana alat itu bisa bekerja?

    Tim khusus Polri telah menggelar pemeriksaan menggunakan lie detector terhadap tiga tersangka pembunuhan Brigadir J, yaitu Bharada Richard Eliezer (E), Bripka Ricky Rizal (RR) dan Kuat Maruf (KM).

    Pemeriksaan dilakukan untuk menguji tingkat kejujuran para tersangka dan saksi dalam memberikan keterangan terkait peristiwa pembunuhan Brigadir J.

    Sejauh ini kepolisian telah menetapkan lima orang sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Brigadir J. Mereka adalah Sambo serta istri, Putri Candrawathi. Kemudian, para ajudan yaitu Bharada E dan Bripka RR, serta asisten rumah tangga Kuat Maruf.

    Poligraf atau biasa disebut “detektor kebohongan” adalah instrumen yang memantau reaksi fisiologis seseorang. Instrumen-instrumen ini, seperti yang disarankan oleh nama panggilannya, tidak mendeteksi kebohongan namun hanya dapat mendeteksi apa reaksi yang dihasilkan oleh penipu.

    Dikutip American Psychological Association (APA) alat poligraf pada dasarnya merupakan gabungan dari alat kesehatan yang digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi pada tubuh.

    Saat seseorang ditanyai tentang peristiwa atau kejadian tertentu, pemeriksa melihat bagaimana detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan aktivitas elektrodermal (keringat, dalam jari-jari) orang tersebut berubah dibandingkan dengan tingkat normal.

    Fluktuasi mungkin menunjukkan seseorang tersebut menipu, tetapi hasil ujian terbuka untuk ditafsirkan oleh tim penyidik.

    Ujian poligraf paling sering dikaitkan dengan investigasi kriminal, tetapi ada contoh lain di mana mereka digunakan untuk ujian seleksi kerja di pemerintahan maupun sektor swasta.

    Pemeriksaan poligraf dirancang untuk mencari respons tak sadar yang signifikan yang terjadi dalam tubuh seseorang ketika orang tersebut mengalami stres, seperti stres yang terkait dengan penipuan.

    Instrumen poligraf telah mengalami perubahan dramatis dalam dekade terakhir. Selama bertahun-tahun, poligraf adalah instrumen yang kerap diperlihatkan di film dengan jarum-jarum kecil yang mencoret-coret garis pada selembar kertas gulir.

    Instrumen itu disebut sebagai poligraf analog. Saat ini, sebagian besar tes poligraf dilakukan dengan peralatan digital. Kertas bergulir telah diganti dengan algoritma canggih dan monitor komputer.

    Ketika seseorang yang hendak dites kebohongan, biasanya akan dipersilahkan untuk duduk di kuri pemeriksaan poligraf, beberapa tabung dan kabel terhubung ke tubuh pemeriksa di lokasi tertentu untuk memantau aktivitas fisiologis.

    Perilaku menipu seharusnya memicu perubahan fisiologis tertentu yang dapat dideteksi oleh poligraf dan pemeriksa terlatih, yang kadang-kadang disebut psikofisiologis forensik (FP), menurut laporan How Stuff Works.

    (can/lth)

  • Ahli Temukan Dinosaurus Afrika Tertua di Zimbabwe

    Ahli Temukan Dinosaurus Afrika Tertua di Zimbabwe

    Jakarta, CNN Indonesia

    Spesies dinosaurus Afrika tertua ditemukan berada di Zimbabwe. Penemuan fosil yang kemudian diberi nama Mibresaurus Raathi itu memakan waktu kurang lebih lima tahun.

    Melansir Live Science, para ahli melakukan penggalian di formasi Pebbyl Arkose di utara Zimbabwe sejak 2017. Setelah lima tahun ekskavasi dan penundaan karena covid-19, para ahli kemudian berhasil menemukan spesimen fosil tersebut.

    Para ahli lalu memberi nama ‘Mbire’ kepada fosil itu, diambil dari dinasti Shona yang pada masa lampau menjadi penguasa di daerah tersebut. Selain itu, nama Raathi diambil untuk menghargai Michael Raath yang membantu menemukan fosil pertama.

    Para ahli menduga, fosil itu sudah berusia 230 juta tahun. Hal itu membuatnya satu level dengan dinosaurus tertua yang pernah ditemukan.

    Sebelumnya, para ahli menemukan fosil-fosil dinosaurus tertua di barat daya Argentina yang termasuk ke dalam genus Herrerasaurus, Eoraptor, dan Eodromaeus.

    “Dinosaurus pada awal-awalnya berukuran kecil, jauh dari bayangan kita,” kata Christian Kammerer, kurator periset paleontolgi dari North Carolina Museum of Natural Sciences, yang tak terlibat dalam riset ini.

    M. raathi diprediksi hidup pada akhir periode Triassic yakni 252 juta hingga 201 juta tahun yang lalu. Mereka hidup di pinggiran sungai kuno yang pada akhirnya menjadi Zimbabwe.

    Tempat tinggal M. raathi tergolong kaya ekosistem. Di sana, tak hanya hidup dinosaurus melainkan spesies lain seperti cynodont, serta buaya lapis baja, reptil berparuh aneh yang disebut rhynchosaurus, dan bahkan bukti dinosaurus pemakan daging awal.

    “Saya kira banyak cerita tentang beragam binatang yang kami temukan bersama,” ujar paleontologis, Christopher Griffin dari Yale University yang terlibat dalam studi ini.

    Selama periode Triassic, benua di Bumi bergabung menjadi satu dengan nama Pangaea. Karena kedekatan itulah, benua-benua yang kini terpisah lautan dan samudera berbagi flora dan fauna yang sama.

    Mengutip National Geographic, Pangaea itu dikelilingi samudera raksasa bernama Panthalassa. Kemudian cuaca di pesisir benua Pangaea mayoritas diisi musim hujan.
    Namun sirkulasi samudera membuat cuaca di bagian dalam benua tersebut hangat dan kering. Bahkan, kutub di Pangaea bebas dari es.

    “Jika Anda menggambar garis melintasi Pangaea, menghubungkan sebelah utara Argentina dan sebelah selatan Brasil, Anda melintasi sebelah utara Zimbabwe juga,” kata Griffin.

    Karena itu pula, M. raathi diduga punya kemiripan dengan spesies lain di akhir periode Triassic yakni Saturnalia. Ia merupakan dinosaurus jenis sauorpodomorphs seukuran anjing.

    Sebetulnya, para ahli lain juga menemukan fosil dinosarurus lain bernama Nyasasaurus di Tanzania. Nyasasaurus boleh jadi lebih tua daripada M. raathi, ditaksir berumur 245 juta tahun.

    Namun para ahli belum dapat memastikan apakah Nyasasaurus masuk kategori dinosaurus atau bukan. Pasalnya, mereka hanya menemukan beberapa fosil tulang.

    (lth/lth)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kenapa Bintang Tampak Runcing-runcing?

    Kenapa Bintang Tampak Runcing-runcing?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Taburan bintang di malam hari, terutama jika dilihat dari daerah tanpa polusi cahaya, kerap memperlihatkan pancaran sinar yang dengan banyak sudut runcing. Mengapa bintang bersifat demikian?

    Para ilmuwan sejak lama mengungkap bahwa bintang merupakan bola plasma raksasa tanpa sudut signifikan. Jaraknya yang teramat jauh dari Bumi membuat mereka tampak sebagai titik-titik kecil berkelap-kelip sempurna.

    Ketika mata manusia melihat bintang, akan tampak cahaya yang memancar dari titik bintang ke sejumlah arah mata angin. Lazimnya, itu akan terlihat seperti empat atau enam garis runcing utama.

    Hal itu pula yang memicu penggambaran bintang oleh manusia, baik itu simbol militer, partai, hingga gambar bocah di TK, kerap berbentuk bintang bersudut tiga, lima, hingga enam, dengan istilahnya masing-masing. 

    Kenapa bisa begitu?

    Pertama, cahaya berperilaku sebagai partikel foton sekaligus gelombang (wave). Berkat karakteristik bak gelombang ini, dikutip dari Science ABC, gelombang cahaya yang dipancarkan dari objek yang jauh dipantulkan atau ditekuk sedikit di sekitar objek dan saling mengganggu.

    Hal itu menghasilkan berbagai pola. Misalnya, cahaya yang melewati pelat dengan celah kecil meninggalkan jejaknya dalam bentuk rangkaian garis tegak lurus. Inilah alasan mengapa setiap sumber cahaya tampak berkilau dengan sudut runcing saat Anda menyipitkan mata.

    Kedua, ada masalah ‘ketidaksempurnaan’ pada lensa mata manusia. Dikutip dari ABC Science, bola mata manusia, yang rata-rata seukuran bola golf dengan diameter 25 milimeter, memiliki ‘garis jahitan’ (suture lines).

    Garis ini terbentuk dari serat lensa mata yang sebenarnya adalah sel transparan yang berbentuk panjang (12 milimeter) dan ceking (diameter 3 sampai 10 mikron).

    Serat-serat ini bertemu dan menyatu pada garis jahitan berbentuk huruf Y. Ada dua garis jahitan ini. Yang depan adalah bentuk Y biasa, sedangkan yang belakang adalah bentuk Y terbalik.

    Garis jahitan ini lantas membelokkan gelombang cahaya yang melewatinya. Pembengkokan ini disebut difraksi. Hasilnya adalah bintang seperti yang bisa kita lihat hampir tiap malam.

    Garis jahitan ini sedikit berbeda di tiap orang. Bahkan mata kanan dan kiri Anda memiliki garis jahitan yang berbeda. Anda mungkin melihat empat sudut dengan satu mata, tetapi lima dengan mata lainnya.

    Mekanisme yang sama sebenarnya terjadi pada Teleskop Luar Angkasa Hubble yang diluncurkan pada tahun 1990. Setiap kali ada bintang yang difoto, hasilnya adalah berupa benda langit dengan empat ujung runcing.

    Pasalnya, Hubble memiliki cermin sekunder yang lebih kecil yang ditahan pada posisinya oleh empat penyangga menyilang seperti rambut. Cahaya yang masuk harus melewati penyangga ini untuk mendarat di cermin utama yang lebih besar.

    Cahaya ini kemudian membengkok dan memberikan bintang karakteristik empat bintang lancip.

    Sementara, dikutip dari The Verge, Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) memiliki cermin heksagonal yang menghasilkan gambar yang lebih tajam ketimbang Hubble yang memakai cerrmin bulat; bintang dengan enam sudut lancip difraksi.

    (can/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • Suar Matahari Bikin Kacau Sinyal di Eropa dan Afrika

    Suar Matahari Bikin Kacau Sinyal di Eropa dan Afrika

    Jakarta, CNN Indonesia

    Fenomena suar Matahari kuat menghantam Bumi dan mengacaukan sinyal di Eropa dan Afrika pada Jumat (26/8) lalu.

    “Sunspot AR3089 bergerak dengan serangkaian semburan matahari kelas M [sedang] yang semakin intensif,” kata SpaceWeather.com pada Jumat (26/8).

    Solar Dynamics Observatory Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap suar yang sangat kuat pada pukul 07:16 EDT (18:16 WIB). Suar Matahari ini disebut membuat masyarakat di Eropa dan Afrika mengalami pemadaman radio singkat, seperti dikutip Live Science.

    Aktivitas matahari cukup kuat dalam beberapa waktu ke belakang, setelah bintang ini mengeluarkan sederet cuaca luar angkasa yang menandai dimulainya aktivitas maksimum siklus 11 tahunan Matahari.

    Samantha Cristoforetti dari Badan Antariksa Eropa yang tengah berada di luar angkasa pada awal pekan lalu mengatakan dirinya melihat sejumlah aurora di kutub utara dan selatan Bumi.

    Fenomena langit yang disebabkan cuaca luar angkasa ini bahkan terlihat dari luar angkasa, menandakan fenomena yang sangat kuat.

    Sebagian besar cuaca luar angkasa biasanya memberi pertunjukan luar biasa bagi orang-orang di atau dekat Bumi, tetapi beberapa badai yang sangat kuat dapat merusak saluran listrik, satelit, dan infrastruktur vital lainnya yang menjadi tumpuan teknologi planet kita.

    Matahari lebih rentan terhadap temper tantrum ketika mencapai aktivitas maksimumnya, karena bintik matahari menyebar di permukaan dan garis magnet berputar dan patah. Badai Matahari yang mengarah ke Bumi dapat menyebabkan aurora, pemadaman, dan efek lainnya.

    Selain pada Jumat (26/8), suar Matahari juga diketahui menghantam Bumi pada Senin (29/8). Suar Matahari kelas M8 tersebut menghantam Bumi pada 7:07 a.m. EDT (18:07 WIB), seperti dikutip Space.

    Sebagai informasi, para ilmuwan mengurutkan suar Matahari dalam lima kategori huruf, di mana M adalah yang terkuat keempat. Dalam setiap kategori, angka yang lebih tinggi mewakili ledakan yang lebih besar.

    (lom/fea)

    [Gambas:Video CNN]