Organisasi: Gaikindo

  • Punya Alphard, NAV1, Camry, Vios dan Yaris? Buruan ke Bengkel Resmi!

    Punya Alphard, NAV1, Camry, Vios dan Yaris? Buruan ke Bengkel Resmi!

    Jakarta

    Pemilik Toyota Alphard, NAV1, Camry, Vios dan Yaris tahun 2001-2016 diminta segera merapat ke bengkel resmi. Imbauan ini langsung disampaikan PT Toyota-Astra Motor kepada seluruh konsumennya sebagai rasa tanggung jawab pabrikan di Indonesia. Tidak perlu khawatir, pengecekan ini dilakukan secara gratis.

    Dalam siaran resmi yang diterima detikOto, PT Toyota-Astra Motor (TAM) mengingatkan kembali pelanggan Alphard, NAV1, Camry, Corolla, Vios, dan Yaris tahun produksi 2001-2016 untuk melakukan pengecekan airbag inflator di bengkel resmi Toyota.

    Seperti diketahui, PT TAM telah mengadakan campaign ini sejak tahun 2015 silam. Demi keamanan berkendara di jalan, Toyota mengajak kembali pelanggan untuk berkunjung ke bengkel resmi Toyota guna menjalani pemeriksaan airbag inflator.

    “Sejalan value Customer First, Toyota Indonesia berkomitmen untuk selalu memberikan perhatian dan tanggung jawab kepada semua produk yang dipasarkan, termasuk tahun produksi lama. Mengingat ada kemungkinan bahaya jika dibiarkan, kami mengajak para pemilik Alphard, NAV1, Camry, Corolla, Vios, dan Yaris tahun produksi 2001-2016 yang belum melakukan inspeksi airbag inflator, supaya datang ke bengkel resmi Toyota di seluruh Indonesia. Selanjutnya, Toyota akan memeriksa dan mengganti airbag inflator untuk memastikan komponen ini sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan,” jelas Vice President Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Henry Tanoto.

    Langkah ini dijelaskan sebagai tindak lanjut atas adanya informasi kejadian pengembangan airbag di area penumpang depan yang disertai serpihan logam di beberapa negara lain.

    Ilustrasi Meningkatnya segmen MPV Luxury merupakan salah satu indikasi respon positif konsumen terhadap produk MPV yang mewah serta nyaman. Untuk memperkuat segmen MPV Luxury ini, bersamaan dengan penyelenggaraan GIIAS 2016, PT Toyota-Astra Motor (TAM) kembali memperkenalkan line-up baru dengan meluncurkan New Vellfire dengan Tipe G Limited di pameran akbar Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang tengah berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang dari 11-21 Agustus 2016. Foto: Toyota

    Untuk itu Toyota ingin memastikan bahwa potensi tersebut tidak akan terjadi pada kendaraan yang telah dipasarkan di Indonesia. Mengingat fungsi dari kantong udara yang penting dalam urusan safety, pelanggan Alphard, NAV1, Camry, Corolla, Vios, dan Yaris tahun produksi 2001-2016, berkenan datang ke bengkel resmi Toyota terdekat. Meski ada catatan, perbaikan ini tidak terjadi pada semua kendaraan dalam rentang produksi di atas terlibat, hanya VIN tertentu saja.

    Selanjutnya, pihak bengkel resmi Toyota akan melakukan pemeriksaan dan/atau penggantian komponen airbag inflator. Dikerjakan oleh teknisi ahli bersertifikat Toyota global sehingga prosesnya berlangsung dengan cepat dan aman, estimasi pengerjaan sekitar 1-3,5 jam tergantung model kendaraan.

    Pelanggan Toyota disarankan supaya melakukan booking service terlebih dahulu, agar dealer dapat mempersiapkan stall dan teknisi, serta tidak perlu terlalu lama menunggu antrean karena sudah terjadwal. Seluruh proses pemeriksaan hingga final check tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis.

    Untuk mengetahui apakah mobil pelanggan masuk ke dalam unit yang perlu diganti airbag inflator-nya, silakan sambangi https://www.toyota.astra.co.id/ssc, atau via Toyota Customer Care yang beroperasi 24 jam di nomor telepon 1-500-315. Pelanggan dapat berinteraksi dengan Toyota Interactive Virtual Assistant (TARRA) melalui Whatsapp di nomor 0811-1500-315. Siapkan nomor rangka mobil untuk melihat statusnya apakah butuh penggantian atau tidak.

    “Program ini merupakan salah satu upaya Toyota untuk selalu memastikan kendaraan customer berada pada standar keselamatan yang tinggi di jalan. Kami menghimbau pelanggan untuk melakukan pengecekan airbag inflator beberapa mobil Toyota di workshop resmi terdekat. Langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab atas kualitas produk yang dipasarkan dan memberikan peace of mind kepada semua pelanggan. Oleh sebab itu, kami tidak memungut biaya apapun dari pemilik mobil terkait service ini,” tutup Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Jap Ernando Demily.

    (lth/rgr)

  • Mobil Listrik Murah Bisa Bikin Pasar Otomotif Bergairah?

    Mobil Listrik Murah Bisa Bikin Pasar Otomotif Bergairah?

    Jakarta

    Pasar mobil baru di Indonesia sedang mengalami tantangan. Faktor-faktor seperti kenaikan pajak, suku bunga tinggi, dan ketidakpastian ekonomi telah membuat penjualan mobil konvensional menurun. Fakta uniknya, di tengah kondisi yang lesu, mobil listrik justru tumbuh pesat. Apakah lantaran munculnya mobil listrik murah?

    Laporan Gaikindo menunjukkan pasar mobil listrik di Indonesia semakin berkembang. Selama delapan bulan pertama tahun 2025, penjualan wholesales (distribusi pabrik ke dealer) mobil listrik mencapai 51.191 unit dari total 500.951 unit mobil yang terjual. Angka ini setara dengan 10,14% dari pangsa pasar mobil nasional.

    Bandingkan pada 2021, pasar mobil listrik di Indonesia cuma 0,5 persen. Lalu melesat hampir 5 persen pada tahun 2024 yang terus berkembang mencapai lebih dari 10 persen pada kuartal tiga tahun 2025.

    BYD ambil bagian mendominasi pasar mobil listrik nasional dengan penjualan 18.989 unit pada 2025. Angka ini bukan sesuatu yang mengejutkan lagi, sebab BYD pernah memegang rekor sebagai penguasa pasar lebih dari 50 persen pada enam bulan pertama.

    Salah satu kunci keberhasilan melesatnya pertumbuhan mobil listrik di Indonesia ialah kehadiran model dengan harga lebih kompetitif. Contohnya BYD Atto 1 di segmen city car dan BYD M6 di kelas Multi Purpose Vehicles (MPV) dinilai bisa menjadi angin segar.

    Secara umum, harga mobil listrik yang lebih terjangkau memang berpotensi besar untuk meningkatkan pasar yang lesu. Selain harga di awal yang mulai terjangkau, biaya operasional dan perawatan mobil listrik juga lebih rendah dibanding mobil berbahan bakar konvensional. Ambil contoh dari Atto 1.

    Sebagai gambaran, misalnya city car bermesin bensin di segmen yang sama, harus menghabiskan biaya sekitar Rp 7.200.000 per tahun hanya untuk bahan bakar. Ditambah pajaknya sekitar Rp 3.000.000 dan biaya servisnya Rp 2.000.000. Jadi, total uang yang harus dikeluarkan setiap tahunnya mencapai Rp 12.200.000.

    Sementara itu, mobil listrik BYD Atto 1, jika menggunakan sistem pengecasan di SPKLU dengan tarif Rp 2.630 kWh, maka setiap tahunnya butuh Rp 4.455.529 hanya untuk biaya ngecas. Ditambah biaya pajak Rp 150.000 dan biaya servis Rp 1.000.000, totalnya jadi Rp 5.605.529.

    Biaya listrik BYD Atto 1 bakal lebih murah lagi jika menggunakan sumber listrik di rumah (home charging) yang punya tarif sekitar Rp 1.447 per kWh. Jadi setiap tahun hanya perlu keluar kocek Rp 2.451.388 untuk biaya ngecas. Ditambah biaya pajak Rp 150.000 dan biaya servis Rp 1.000.000, sehingga totalnya jadi Rp 3.601.388.

    Kehadiran mobil listrik yang terjangkau juga diamini pengamat otomotif Yannes untuk menyuntikkan gairah baru.

    “Harga yang kompetitif tersebut secara nyata meningkatkan aksesibilitas bagi konsumen kelas menengah, terutama kalangan milenial dan Gen Z yang tinggal di kawasan kota tier 1, di aktivitas harian mereka,” ungkap Yannes, akademisi dari Institut Teknologi Bandung, kepada detikoto, Kamis (18/9/2025).

    Yannes menambahkan, kelompok usia ini sangat responsif terhadap teknologi baru, nilai produk, dan kepraktisan.

    “Nilai-nilai ini menjadi pertimbangan utama bagi mereka dalam membeli produk,” jelasnya.

    Dengan harga yang lebih ‘ramah di kantong’, EV bisa menjadi alternatif menarik bagi mereka yang selama ini mungkin ragu untuk beralih dari mobil konvensional.
    Namun, Yannes juga memberikan perspektif lain. Meskipun pertumbuhan EV sangat pesat, kontribusinya terhadap total pasar otomotif secara keseluruhan masih terbatas.
    “Baru menyumbang di bawah 10% dari total pasar yang secara keseluruhan justru turun,” ujarnya.

    “Ini menunjukkan bahwa dampak kebangkitan EV saat ini masih bersifat niche dan belum cukup untuk sepenuhnya mengangkat pasar yang lesu. Faktor-faktor makroekonomi seperti kenaikan pajak dan suku bunga tinggi masih menjadi tantangan utama yang harus dihadapi industri ini,” ujar Yannes.

    Melihat data sebelumnya, mobil listrik kini bukan lagi sekadar tren, melainkan sudah menunjukkan daya tarik nyata di mata konsumen. Harga yang makin kompetitif, biaya perawatan yang lebih rendah, hingga dukungan infrastruktur membuat EV semakin dilihat sebagai pilihan rasional, bukan hanya gaya hidup.

    Lima tahun ke belakang, mobil listrik mungkin dianggap sebagai mainan mahal untuk para pencinta teknologi atau simbol status bagi kaum elite. Namun, sekarang, mobil listrik telah berkembang pesat dan menjadi kekuatan pasar yang tak bisa diabaikan. Mobil listrik mulai menancapkan dominasinya, menawarkan solusi yang efisien, ramah lingkungan, dan secara ekonomi semakin masuk akal bagi masyarakat luas.

    (riar/rgr)

  • Mobil ‘Misterius’ Kepergok Diuji Jalan di Indonesia, Inikah Modelnya?

    Mobil ‘Misterius’ Kepergok Diuji Jalan di Indonesia, Inikah Modelnya?

    Jakarta

    Sebelum benar-benar dijual, mobil baru biasanya lebih dulu diuji jalan di negara terkait. Ketika proses pengujian, produsen umumnya menutup bodi kendaraan dengan stiker kamuflase untuk menyamarkan identitasnya.

    Belum lama ini, redaksi detikOto sempat merekam detik-detik mobil dengan stiker kamuflase sedang diuji coba di suatu jalan raya di Indonesia. Menariknya, kendaraan tersebut melintas saat malam hari. Lantas, mobil apa gerangan?

    Meski ditutup stiker kamuflase, namun ada sejumlah detail atau bagian yang mampu kami kenali. Jika diperhatikan dari model lampu, tarikan garis, hingga boks persegi di bagian belakang, kendaraan tersebut kemungkinan besar merupakan iCar V23 yang telah dijual di China.

    Mobil diduga iCar V23. Foto: Doc. detikOto

    Mobil yang diduga iCar V23 tersebut sudah beberapa kali tertangkap kamera di jalan raya Indonesia. Sebelumnya, ada sejumlah warganet yang membagikan momen melihat kendaraan itu sedang wara-wiri di Jakarta.

    Jika dilihat dari timeline waktunya, iCar V23 kemungkinan besar akan meluncur saat pameran Gaikindo Jakarta Auto Week atau GJAW 2025. Hanya saja, belum diketahui pasti, apakah mobil listrik bergaya off-road itu akan berada di bawah merek Chery atau Jaecoo.

    Sebelumnya, iCar V23 telah meluncur di Thailand dengan nama Chery V23 dan masih berstatus impor utuh atau completely built up (CBU) dari China. Kendaraan tersebut hadir dalam tiga varian berbeda dan dibanderol mulai dari 689.900 baht atau Rp 350 jutaan.

    Ketiga varian tersebut merupakan Play 2WD, Plus 2WD dan Peak 4WD. Sementara untuk spesifikasinya, varian 2WD dibekali motor listrik berdaya 136 PS dengan torsi 180 Nm dan jarak tempuh 360 km. Sedangkan untuk 4WD punya semburan daya hingga 211 PS dengan torsi 292 Nm dan jarak tempuh 430 km.

    Mari bermain tebak-tebakkan, jika kelak masuk Indonesia, kira-kira iCar V23 akan dibanderol berapa, ya?

    (sfn/lth)

  • 70% Lebih Murah dari Mobil Bensin

    70% Lebih Murah dari Mobil Bensin

    Jakarta

    Bukan hanya harga jualnya, ternyata biaya kepemilikan atau total cost ownership (TCO) mobil listrik BYD Atto 1 sangat terjangkau. Bahkan, nominalnya bisa 50-70 persen lebih murah dibandingkan mobil bensin!

    Sebagai perbandingan, jika mobil bensin memerlukan biaya Rp 10 ribu/liter untuk mengisi bensin Pertalite, maka BYD Atto 1 hanya memerlukan ongkos 2.530/kwh untuk pengisian di SPKLU dan Rp 1.447/kWh untuk pengisian melalui wall charger.

    Jika dihitung untuk penggunaan 40 km/hari, mobil bensin menghabiskan Rp 20 ribu/hari atau Rp 600 ribu/bulan dan Rp 7,2 juta/tahun. Sementara BYD Atto 1 hanya menghabiskan dana Rp 4,4 juta/tahun untuk pengisian SPKLU dan Rp 2,4 jutaan untuk pengisian wall charger.

    BYD Atto 1 Foto: Dok. BYD Motor Indonesia

    Kemudian, untuk perbandingan terakhir, mobil bensin punya pajak tahunan kasar Rp 3 juta/tahun dengan biaya perawatan Rp 2 juta/tahun. Sedangkan mobil listrik seperti BYD Atto 1 pajak tahunannya hanya Rp 150 ribu per tahun atau lebih murah dari skuter matik (skutik) sekelas Honda BeAT! Sedangkan biaya perawatannya Rp 1 juta per tahun.

    Dengan hitung-hitungan itu, berikut kami rangkum perbandingan biaya kepemilikan atau total cost ownership BYD Atto 1 dan mobil bensin sekelasnya:

    Mobil Bensin: Rp 12,2 juta/tahunBYD Atto 1 (SPKLU): Rp 5,6 juta/tahunBYD Atto 1 (Wall Charger): Rp 3,6 juta/tahun.

    Nah, dengan hitung-hitungan tersebut, maka biaya kepemilikan BYD Atto 1 dengan wall charger bisa 70 persen lebih murah dibandingkan mobil bensin sekelasnya!

    Sebagai catatan, BYD Atto 1 pertama kali meluncur di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2025. Mobil listrik itu tersedia dalam dua varian berbeda, yakni Dynamic seharga Rp 195 juta dan Premium yang Rp 40 juta lebih mahal. Keduanya berstatus on the road Jakarta.

    BYD Atto 1 varian Dynamic menggunakan baterai Blade 30,08 kwh dengan jarak tempuh maksimum 300 km. Sementara varian Premium mengadopsi baterai Blade 38,88 kWh dengan jangkauan puncak 380 km.

    BYD Atto 1 menggunakan motor listrik yang mampu menghasilkan tenaga 75 kw, torsi 135 Nm dan kecepatan maksimum 120 km/jam. Sedangkan untuk berakselerasi dari nol ke 50 km/jam hanya memerlukan waktu 4,9 detik.

    Kesimpulannya, jika merujuk pada hitung-hitungan barusan, biaya kepemilikan BYD Atto 1 tentu sangat meringankan untuk konsumen pemula atau first buyer. Sebab, saat membeli kendaraan, kita tak hanya mengeluarkan dana di awal, melainkan juga di hari-hari berikutnya.

    (sfn/dry)

  • Mobil Listrik Murah Bisa Bikin Pasar Otomotif Bergairah?

    Murah Meriah! Biaya Perawatan BYD Atto 1 Setahun Cuma Habis Segini

    Jakarta

    Kemunculan BYD Atto 1 masih menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Karuan saja, selain harganya yang ‘murah’, biaya perawatannya juga sangat terjangkau. Itulah mengapa, kendaraan non emisi tersebut dianggap cocok untuk pembeli pemula atau first buyer.

    Sebagai catatan, first buyer merupakan konsumen yang belum pernah membeli atau memiliki mobil listrik. mereka biasanya menjadi harga dan biaya perawatan sebagai pertimbangan utama dalam membeli kendaraan baru.

    Biaya servis atau perawatan BYD Atto 1 jauh lebih murah dibandingkan mobil-mobil perkotaan bertenaga bensin. Bahkan, jika dihitung-hitung, penghematannya bisa mencapai 50 persen atau separuhnya!

    Mobil listrik BYD Atto 1. Foto: Dok. BYD Motor Indonesia

    Melalui data internal BYD Indonesia yang kami terima, biaya servis atau perawatan BYD Atto 1 setiap 20 ribu km atau per tahun hanya Rp 1 juta. Nominal itu terbilang murah dibandingkan mobil bensin sekelasnya.

    Data yang sama mengungkap, biaya perawatan mobil ICE (Internal Combustion Engine) di kelasnya bisa mencapai Rp 2 juta. Maka, bisa diartikan, perawatan BYD Atto 1 Rp 1 juta lebih murah dari mobin ICE atau 50 persennya.

    Tak heran jika biaya perawatan BYD Atto 1 cenderung lebih murah dibandingkan mobil bensin sekelasnya. Sebab, kendaraan tersebut memiliki struktur teknis yang lebih sederhana. Artinya, komponen yang perlu dicek secara berkala jauh lebih sedikit dibanding kendaraan bermesin ICE.

    Sistem powertrain mobil listrik seperti BYD Atto 1 tidak memiliki komponen-komponen seperti oli mesin, filter oli, busi, atau sistem knalpot, yang umumnya menjadi bagian dari jadwal servis rutin mobil konvensional.

    BYD Atto 1 Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Sementara perawatan rutin mobil listrik umumnya hanya mencakup pengecekan sistem kelistrikan, software, filter udara kabin (AC), sistem pengereman, serta kondisi baterai.

    Sebagai catatan, BYD Atto 1 pertama kali meluncur di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2025. Mobil listrik itu tersedia dalam dua varian berbeda, yakni Dynamic seharga Rp 195 juta dan Premium yang Rp 40 juta lebih mahal. Keduanya berstatus on the road Jakarta.

    BYD Atto 1 varian Dynamic menggunakan baterai Blade 30,08 kwh dengan jarak tempuh maksimum 300 km. Sementara varian Premium mengadopsi baterai Blade 38,88 kwh dengan jangkauan puncak 380 km.

    BYD Atto 1 menggunakan motor listrik yang mampu menghasilkan tenaga 75 kw, torsi 135 Nm dan kecepatan maksimum 120 km/jam. Sedangkan untuk berakselerasi dari nol ke 50 km/jam hanya memerlukan waktu 4,9 detik.

    Kesimpulannya, biaya perawatan BYD Atto 1 jauh lebih murah dibandingkan mobil ICE. Bayangkan, dengan hitung-hitungan barusan, pemilik bisa hemat Rp 5 juta selama lima tahun. Keunggulan itu tentu menjadi kabar baik untuk konsumen yang tak mau mengeluarkan banyak biaya untuk perawatan rutin kendaraan.

    (sfn/sfn)

  • Definisi Kemewahan Tanpa Rasa Khawatir

    Definisi Kemewahan Tanpa Rasa Khawatir

    Jakarta

    Mungkin masih banyak konsumen yang memiliki kekhawatiran terhadap daya jangkau mobil listrik lantaran stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) tidak sebanyak SPBU untuk kendaraan konvensional. Tapi, teknologi mobil listrik saat ini semakin canggih. Cuma mengandalkan pengisian di rumah, mobil listrik sudah bisa melaju jauh dan kembali ke rumah untuk dicas lagi.

    Seperti diketahui, pasar mobil listrik di Indonesia berkembang begitu pesat. Permintaan kendaraan listrik terus tumbuh. Terbukti, dari data wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) yang dirilis Gaikindo, sepanjang Januari sampai dengan Agustus 2025 penjualan mobil listrik mencapai 50.831 unit. Pangsa pasar mobil listrik terus tumbuh. Di tahun 2024 mobil listrik hanya menyumbang 5 persen, kini di tahun 2025 baru sampai bulan Agustus pangsa pasarnya meningkat jadi 10 persen. Hal itu menunjukkan peningkatan dua kali lipat dalam waktu belum setahun.

    Di segmen MPV listrik premium, sub-brand luxury di bawah naungan BYD Group, Denza, menempati posisi teratas. Denza, yang baru jualan satu model yaitu Denza D9, telah mengirimkan 6.548 unit mobil listrik, menjadi yang tertinggi di segmennya.

    Pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik tersebut membuat cara pengisian baterai jadi semakin fleksibel. Tidak hanya di SPKLU, pengisian baterai mobil listrik bisa dilakukan di dealer Denza. BYD Group berkomitmen untuk memperluas jaringan showroom ke berbagai wilayah strategis yang dilengkapi dengan charging station. Peningkatan layanan purnajual yang menjadi prioritas utama Denza tersebut menambah kenyamanan konsumennya.

    Selain di SPKLU dan di dealer Denza, mobil listrik Denza D9 juga bisa dicas di rumah menggunakan home charging. Mobil listrik premium dari Denza ini bisa digas hingga ratusan kilometer dalam kondisi baterai penuh. Untuk penggunaan harian saja, Denza D9 bahkan tidak perlu ngecas di luar rumah.

    Denza D9. Foto: Rifkianto Nugroho

    Home charging atau fasilitas pengecasan mobil listrik yang terpasang di rumah menjadi salah satu solusi pemilik kendaraan listrik. Pulang beraktivitas, mobil listrik bisa langsung dicas di rumah. Keesokan harinya ketika akan memulai aktivitas kembali, posisi baterai sudah terisi penuh.

    Denza D9 menawarkan performa melalui platform e-Platform 3.0. Denza D9 memiliki baterai Blade LFP khas BYD. Kapasitas baterainya nggak nanggung-nanggung, mencapai 103,36 kWh. Alhasil, dalam kondisi baterai penuh mobil ini bisa melaju hingga 600 km (NEDC).

    Dengan daya jangkau yang sangat jauh itu, untuk penggunaan harian sudah lebih dari cukup. Jika dipakai aktivitas harian di dalam kota yang rata-rata 50-60 km per hari, maka mobil listrik ini bisa dipakai seminggu lebih tanpa harus mampir ke SPKLU. Jadi, tak perlu was-was menggunakan mobil ini di perkotaan yang masih jarang SPKLU, karena daya jangkau yang jauh menjadi nilai kemewahan Denza D9.

    Selain dipakai di dalam kota, mobil listrik ini juga bisa digunakan untuk perjalanan jauh. Buat mendukung perjalanan jauh, SPKLU sekarang sudah tersedia banyak, mulai dari rest area jalan tol, restoran, hotel, hingga perkantoran ada. Denza D9 juga mendukung pengisian cepat 166 kW. Cukup ngecas 10 menit saja, daya jangkau mobil ini bertambah 150 km.

    Denza D9 juga menghadirkan fitur VtoL (Vehicle-to-Load) yang memungkinkan kendaraan menyuplai listrik untuk perangkat eksternal, mendukung aktivitas outdoor, perjalanan, dan keadaan darurat.

    Spesifikasi Denza D9

    Denza D9 dilengkapi pula dengan DiSus intelligent body control system. Teknologi ini mencakup DiSus-C sebagai suspensi aktif yang dapat mendukung stabilitas di semua kondisi perjalanan, serta DiSus-A yang memberikan penyesuaian dinamis guna menghadirkan kenyamanan maksimal dan kemampuan off-road yang optimal.

    Kehadiran teknologi canggih ini juga dipadukan dengan Intelligent Driving Assist System, yaitu Denza Pilot-Advanced Driver Assistance System yang didukung oleh LiDAR (Light Detection and Ranging), radar, kamera, sensor ultrasonik, AI canggih, dan peta HD.

    LiDAR, teknologi berbasis laser yang memindai lingkungan sekitar kendaraan dengan akurasi tinggi, mampu mendeteksi objek dan jarak secara real-time. Teknologi ini memungkinkan DENZA D9 untuk mengenali kondisi jalan, kendaraan lainnya, serta rintangan dengan presisi.

    Di atas kertas, Denza D9 bisa memuntahkan tenaga 230 kW dan torsi 360 Nm. Denza D9 menawarkan performa yang mengesankan dengan akselerasi halus dan efisiensi energi yang luar biasa dimana memiliki waktu akselerasi yang mengesankan mencapai 9.5 detik pada jarak 0-100 km.

    Dari sisi safety, Denza D9 disematkan 8 airbags untuk keamanan optimal. Mobil ini juga memiliki sistem Auto Emergency Brake.

    Bodi kendaraan dari Denza D9 telah menggunakan hampir 80% baja berkekuatan tinggi, diperkuat oleh balok anti tabrakan depan ganda.

    (rgr/dry)

  • 70% Lebih Murah dari Mobil Bensin

    Harga di Bawah 200 Juta, BYD Atto 1 Bisa Jadi Pilihan Pemilik Mobil Pertama?

    Jakarta

    BYD Atto 1 punya harga jual yang sangat kompetitif. Cocok nggak nih buat pembeli mobil pertama?

    BYD bikin kejutan di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang digelar belum lama ini. Di pameran otomotif tahunan itu, BYD meluncurkan lini produk terbaru berupa Atto 1. Atto 1 adalah mobil listrik bergaya hatchback sekaligus menambah lengkap portofolio produk pabrikan asal Shenzhen itu di Indonesia.

    Lebih menariknya lagi saat BYD mengumumkan harga resmi Atto 1. Harganya bikin banyak pihak terkejut, soalnya BYD Atto 1 dibanderol mulai Rp 195 juta hingga yang paling mahal Rp 235 juta. Harganya cukup kompetitif di segmen city car. Dengan banderol tak sampai Rp 250 juta itu, BYD membekali Atto 1 dengan ragam fitur unggulan.

    BYD Atto 1 Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Misalnya saat masuk ke dalam kabin, kamu bakal disuguhkan jok dengan material kulit dan bentuknya mengikuti kontur body. Di area dasbor dilengkapi layar sentuh 10 inci 1080p yang mendukung fitur Apple CarPlay dan Android Auto dengan wired dan wireless. Ada juga cruise control yang aktif di kecepatan 40 km/jam, ada soft opening box, hingga electric auto up down power window di kursi pengemudi.

    Konsol tengahnya ada power outlet 12V, USB type C dan A, wireless charging, electric parking brake with auto hold, hingga driving mode (eco, normal, sport). Tak hanya itu, Atto 1 juga sudah memiliki fitur perintah suara alias voice command dalam bahasa Inggris, Indonesia, hingga bahasa Mandarin. Fitur ini bisa untuk menyalakan musik, pengaturan AC, suara, hingga kontrol semburan angin AC.

    Interior BYD Atto 1. Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Fitur keamanan dan keselamatannya juga lengkap. Ada enam airbag, tyre pressure monitoring system, isofix, kamera belakang, tiga radar di belakang, traction control, hill-start assist control, cruise control system, hingga comfort braking function.

    BYD Atto 1 Cocok untuk Pembeli Mobil Pertama?

    Dengan harga kompetitif dan fitur yang berlimpah, BYD Atto 1 pas buat generasi Z dan milenial yang kini menjadi pembeli mobil pertama. Sebab, pembeli mobil pertama sangat memperhatikan value for money sekaligus menginginkan produk ‘future ready’. Itu semua bisa didapat pada BYD Atto 1 yang menghadirkan kombinasi fitur premium serta biaya operasional rendah, sehingga cocok jadi “mobil pertama yang modern & ramah lingkungan.”

    BYD Atto 1. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

    Pertama, kalau urusan value for money, BYD membekali Atto 1 dengan baterai berkapasitas 30,08 kWh dan 38,88 kWh. Baterai tersebut menjanjikan jarak tempuh masing-masing 300 km dan 380 km. Bila baterai penuhi, buat digunakan sehari-hari dengan jarak tempuh sekitar 40 km, maka dalam sembilan hari tak perlu keluar biaya operasional di luar tol. Pun kalau ngecas di SPKLU dengan tarif Rp 2.630 per kWH, dengan konsumsi rata-rata 8,5 km/kWH, dan asumsi jarak tempuh harian 40 km, maka biaya per hari hanya Rp 12.376. Dikalikan sebulan, biaya yang kamu keluarkan hanya Rp 371.280. Per tahun, duit buat ngecas hanya sebesar Rp 4.455.529.
    Jika mau biayanya lebih murah, kamu bisa ngecas di rumah dengan tarif Rp 1.447 per kWH. Dengan asumsi jarak harian 40 km, maka biaya yang akan dikeluarkan per hari sebesar Rp 6.809, per bulan Rp 204.282, dan per tahun Rp 2.451.388.

    Sebagai perbandingan, untuk mobil bermesin konvensional yang menggunakan BBM jenis Pertalite, biaya operasional BYD Atto 1 jauh lebih murah. Katakanlah mobil tersebut punya konsumsi BBM rata-rata 20 km/liter dan jarak tempuh hariannya 40 km, maka keluar duit untuk BBM harian sebesar Rp 20.000. Dalam sebulan, biaya untuk isi BBM sebesar Rp 600.000. Kalau biaya bulanan itu dikalikan 12 untuk menghitung pengeluaran setahun, maka biayanya Rp 7,2 juta.

    Belum lagi pajak tahunannya juga rendah. Seperti diketahui bersama, mobil listrik mendapat insentif sehingga hanya perlu membayar SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan), sedangkan PKB-nya nol persen. Dengan demikian, pemilik Atto 1 tiap tahun hanya membayar Rp 143 ribu. Sedangkan pemilik mobil bermesin konvensional umumnya pajak tahunannya Rp 3 juta per tahun.

    Bagaimana dengan biaya perawatan? Pembeli mobil pertama biasanya nggak mau ribet urusan perawatan berkala. Biaya perawatan juga jadi pertimbangan tersendiri. Adapun biaya servis berkala BYD Atto 1 itu sekitar Rp 1 juta per tahun atau 20.000 km. Setidaknya, kamu bisa menyisihkan Rp 100 ribu per bulan untuk biaya perawatan berkala BYD Atto 1. Sementara untuk mobil konvensional, biaya perawatannya sekitar Rp 2 juta per tahun.

    Jika ditotal keseluruhan, pemilik mobil konvensional setiap tahun bakal keluar duit sebesar Rp 12,2 juta untuk biaya operasional, pajak, dan biaya perawatan berkala. BYD Atto 1 biaya kepemilikannya jauh lebih hemat. Kalau ditotal dengan asumsi ngecas di SPKLU, pajak tahunan, dan biaya perawatan per tahun, estimasi biayanya sebesar Rp 5,6 jutaan. Kalau kamu ngecasnya di rumah, biaya bahkan lebih hemat lagi yakni Rp 3,6 jutaan, 70 persen lebih murah dari mobil bermesin konvensional.
    Deretan fitur dan kemudahan yang ditawarkan itu membuat BYD Atto 1 patut dilirik bagi para pembeli mobil pertama.

    Pengamat otomotif sekaligus akademisi dari Institut Teknologi Bandung Yannes Pasaribu juga mengungkap bahwa BYD Atto sangat potensial memikat para pembeli mobil pertama. Terlebih kini para pembeli mobil pertama itu kebanyakan berasal dari kalangan generasi Z.

    “Atto 1 menawarkan desain yang lebih futuristik, teknologi EV (Blade Battery, jarak tempuh 300-380 km, fast charging 30 menit) dengan fitur premium seperti layar putar 10,1 inci, 6 airbag, dan Apple CarPlay, sementara LCGC seperti Honda Brio (Rp 182-198 juta) masih mengandalkan fitur dasar dan mesin konvensional dengan efisiensi terbatas. Keunggulan fitur ini bisa menarik konsumen muda yang awalnya ingin membeli LCGC karena dana terbatas khusunya bagi mereka yang mencari value for money,” ujar Yannes belum lama ini.

    (dry/din)

  • Buat Dongkrak Penjualan, Perlukah Pemerintah Bikin Program Mobil Murah Lagi?

    Buat Dongkrak Penjualan, Perlukah Pemerintah Bikin Program Mobil Murah Lagi?

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia pada 2025 mengalami tren penurunan. Selain disebabkan lesunya perekonomian nasional, harga mobil yang kian mahal juga bikin penjualannya turun. Apakah pemerintah perlu membuat lagi program mobil murah seperti LCGC (low cost green car)?

    Sebagai catatan, selama Januari-Agustus 2025, total penjualan mobil wholesales di Indonesia baru mencapai 500.951 unit, atau turun 10,6% YoY, dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebanyak 560.552 unit.

    Di masa lalu, pemerintah mengatasi lesunya penjualan kendaraan roda empat dengan membuat program mobil murah bernama LCGC. Meluncur tahun 2013, mobil-mobil low cost green car yang efisien bahan bakar dan punya harga relatif murah, terbukti diterima dengan sangat baik oleh konsumen Indonesia, khususnya pembeli mobil pertama.

    Pada awal diluncurkan tahun 2013 silam, program mobil LCGC atau Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) ini mendapat keistimewaan berupa pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

    Namun sejak 2021, keistimewaan itu dicabut. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 tahun 2019 yang telah diubah jadi PP No. 74 tahun 2021, maka mobil-mobil LCGC dikenakan PPnBM, melalui skema tarif sebesar 15% dengan dasar pengenaan pajak sebesar 20% dari harga jual. Singkatnya, kini mobil LCGC dikenai tarif PPnBM sebesar 3%.

    Harga mobil-mobil LCGC yang awalnya ada di bawah angka Rp 100 jutaan pun sekarang semakin mahal, mulai di angka Rp 130 jutaan hingga nyaris menyentuh angka Rp 200 jutaan. Dengan harga yang semakin tidak terjangkau, apakah pemerintah perlu membuat program mobil murah yang harganya lebih murah dari LCGC?

    Ketua Gaikindo Jongkie D. Sugiarto mengatakan, saat ini yang diperlukan adalah, bagaimana membuat mobil harganya menjadi terjangkau untuk konsumen. Jadi tidak terlalu penting, apakah mobil harga terjangkau itu mau diberi nama atau tidak.

    “Sekarang apa pun judulnya, mau dibilang LCGC, mau dibilang mobil listrik, atau mobil apa pun, pokoknya yang bikin harga terjangkau aja. Terserah mau dinamain, mau nggak dinamain, nggak apa-apa, yang penting harganya terjangkau,” buka Jongkie menjawab pertanyaan detikOto di Jakarta (29/9/2025).

    Jongkie mengakui bahwa program LCGC memang sukses mendongkrak penjualan. Tapi di sisi lain, sekarang juga banyak bermunculan mobil listrik murah dari China, sehingga konsumen semakin banyak pilihan.

    “Program LCGC berhasil. Dengan dilabeli persyaratan ini, itu dan lain sebagainya, berhasil. Sekarang tapi kan udah tersaingi dengan mobil-mobil dari Tiongkok. Jadi terpenting konsumen itu juga banyak pilihannya sekarang. Ya kan bagus lah. Udah makin maju, makin besar industri otomotif (kita),” terang Jongkie.

    (lua/rgr)

  • Video Wagub Erwan Buka GIIAS Bandung: Tingkatkan Perekonomian di Jabar

    Video Wagub Erwan Buka GIIAS Bandung: Tingkatkan Perekonomian di Jabar

    Pameran Otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 resmi digelar di Sudirman Grand Ballroom, Kota Bandung, Jawa Barat pada Selasa (1/10). Wagub Jabar Erwan Setiawan berharap gelaran ini bisa membuat perekonomian di Jabar meningkat.

    Sejumlah merek ternama menghadirkan inovasi terbaru, termasuk kendaraan listrik yang ramah lingkungan.GIIAS ini diharapkan sebagai momentum penting untuk menarik investasi sekaligus memperkuat daya saing Jawa Barat di sektor otomotif.

  • Pajak Mobil di Indonesia Ketinggian, Pemerintah Perlu Revisi?

    Pajak Mobil di Indonesia Ketinggian, Pemerintah Perlu Revisi?

    Jakarta

    Pajak mobil di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Jika diakumulasikan, pajak mobil di Indonesia nilainya bisa mencapai 40% dari harga jual mobil. Apakah pemerintah perlu melakukan revisi pajak supaya harga mobil bisa lebih murah lagi?

    “Saya dulu sudah bilang kalau harga mobil 100 (juta rupiah) berapa yang diterima ATPM? Berapa yang masuk ke kas pemerintah pusat maupun daerah? Itu (nilainya) sekitar 40% (dari harga mobil),” buka Ketua Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) Jongkie D. Sugiarto kepada wartawan di Jakarta (29/9/2025).

    Menurut Jongkie, ada beberapa instrumen pajak yang dikenakan untuk mobil. “Misalnya 12% PPN (Pajak Pertambahan Nilai), terus ada 15% PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) itu saja sudah 27%. Belum lagi ada PPh, itu masuk ke kas pemerintah pusat,” ungkap Jongkie.

    “Terus di pemerintah daerah ada BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor) nilainya 12,5%, terus ada PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) 2,5%, jadi 15%. Total semuanya kalau digabungin hampir 40% kan?” terang Jongkie.

    Dengan demikian, 40% pajak mobil yang dibayarkan masuk ke kas pemerintah pusat dan daerah. Maka, kata Jongkie, jika ingin harga mobil di Indonesia turun, pajak mobil harus diturunkan. Caranya bisa dengan mengurangi besaran tarif salah satu instrumen pajak, misalnya PPN.

    “Misal waktu PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) zaman pandemi COVID-19, itu kan (mobil baru) langsung turun harganya. Iya kan? Langsung turun terus dibeli (banyak) orang karena harganya terjangkau,” terang Jongkie lagi.

    “Tapi di lain sisi kita harus sadar juga bahwa pemerintah pusat dan daerah juga perlu dana. Perlu pemasukan. Untuk apa? Ya untuk bikin jalan, untuk bikin jembatan, untuk bikin (infrastruktur) macam-macam lah. Kan gitu. Nah itu kita harus berimbang juga,” tukas Jongkie.

    (lua/rgr)