Organisasi: FAO

  • Bapanas Bantah Harga Pangan RI Paling Tinggi di Asia, Ini Faktanya

    Bapanas Bantah Harga Pangan RI Paling Tinggi di Asia, Ini Faktanya

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) membantah harga pangan di Indonesia paling mahal dibandingkan di kawasan Asia Tenggara lainnya.

    Hal ini merespons pernyataan dari salah satu anggota DPR Komisi IV yang menyebut masyarakat Indonesia harus merogoh kocek senilai US$4,47 miliar atau Rp69.000 setiap hari untuk mendapatkan pangan bergizi.

    “Kalau harga pangan kita dibilang paling tinggi [di Asia], sebenarnya tidak juga, Pak,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV di DPR, Rabu (6/11/2024).

    Arief membuktikan bahwa dirinya sendiri sudah melakukan pengecekan dengan berkunjung ke beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, hingga Korea. Pada kunjungan itu, Arief mengaku harga pangan yang dijajakan di etalase ritel negara tetangga lebih mahal dibandingkan di Indonesia.

    “Harga di rak [ritel] itu semua kalau kita konversi lebih tinggi dari kita. Jadi saya sampai foto satu-satu untuk menunjukkan bahwa harga pangan kita sebetulnya tidak terlalu mahal,” ungkapnya.

    Kondisi harga pangan di ritel Malaysia per 10 Oktober 2024, misalnya, harga beras premium dibanderol 19,59–23,99 ringgit Malaysia per 5 kilogram (kg). Harganya setara dengan Rp14.104–Rp17.272 per kg jika dikonversikan ke mata uang Indonesia.

    Sementara itu, harga telur ayam di Malaysia adalah 7,8–8,5 ringgit Malaysia per 10 butir, atau sekitar Rp28.080–30.600 per 10 butir.

    Namun, Arief menyadari bahwa harga gula yang dijual di Malaysia lebih murah dibandingkan di Tanah Air. Ini lantaran gula konsumsi yang digunakan Indonesia adalah gula kristal putih. Di Malaysia, harga gula adalah senilai 5,25–5,75 ringgit Malaysia per kg, atau sekitar Rp18.900–20.700 per kg.

    “Kalau gula memang mereka sedikit lebih sedikit murah karena mereka menggunakan refined sugar. Gula konsumsi kita gula kristal putih, kita tidak menggunakan gula rafinasi, tapi gula rafinasi unutk industri,” terangnya.

    Masih di Malaysia, harga minyak goreng sawit dipatok 13,30–17,6 ringgit Malaysia per 2 kg, atau sekitar Rp19.152–25.344 per liter.

    Kemudian, bawang putih (kating) 7,7 ringgit malaysia per 0,5 kg, atau sekitar Rp55.440 per kg. Bawang merah (india) 4,5 ringgit Malaysia per 350 gram, atau sekitar Rp46.285 per kg, Sedangkan cabai merah kriting adalah 2,6 ringgit malaysia per 100 gram atau Rp93.000 per kg.

    “Saya bandingkan sendiri dan saya lihat sendiri angkanya, kecuali daging. Nanti kita cerita soal daging. Soal efisiensi, soal produksi. Sebetulnya daging ayam kendalanya ada di pakannya,” terangnya.

    Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS Riyono menyebut bahwa dalam laporan FAO, harga pangan bergizi Indonesia tertinggi di antara Asia Tenggara.

    “Untuk mendapatkan pangan bergizi masyarakat kita harus mengeluarkan US$ 4,47 atau Rp 69.000 per hari,” tuturnya.

    Sementara itu, kata dia, angka yang terjadi di negara tetangga lebih rendah dibandingkan Indonesia, seperti pengeluaran makan di Thailand US$4,3, Filipina US$4,1, dan Malaysia US$3,5.

    Di sisi lain, dia melanjutkan bahwa ada 183 juta penduduk Indonesia yang tidak bsia mengakses pangan bergizi.

  • Harga Pangan RI Disebut Paling Mahal di Asia, Bos Bapanas Jawab Begini

    Harga Pangan RI Disebut Paling Mahal di Asia, Bos Bapanas Jawab Begini

    Jakarta

    Harga pangan di Indonesia disebut termahal di Asia Tenggara. Hal tersebut membuat pengeluaran masyarakat Indonesia untuk makan lebih tinggi dibandingkan negara tetangga.

    “Laporan FAO disebut bahwa harga pangan bergizi Indonesia tertinggi di antara Asia Tenggara. Untuk mendapatkan pangan bergizi masyarakat kita harus mengeluarkan US$ 4,47 atau Rp 69.000 per hari,” kata Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS Riyono dalam rapat dengar pendapat dengan Bapanas dan Barantin, Rabu (6/11/2024).

    Sementara negara tetangga angkanya lebih rendah dibandingkan Indonesia. Seperti pengeluaran makan di Thailand US$ 4,3, Filipina US$ 4,1, dan Malaysia US$ 3,5.

    “Sementara ada 183 juta penduduk kita tidak bisa mengakses pangan bergizi,” tambahnya.

    Menanggapi itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan telah mengecek langsung harga pangan di negara tetangga seperti di Singapura, Malaysia, hingga Korea. Menurutnya harga pangan di sana lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

    “Harga di rak itu (ritel) semua, kalau kita konversi lebih tinggi dari kita. Saya foto-foto satu-satu, semua menunjukkan bahwa harga pangan kita sebenarnya tidak terlalu mahal,” ungkap dia.

    Dalam paparannya, harga beras premium di ritel Malaysia Rp 14.104/kg-Rp 17.272/kg, harga telur Rp 28.000 sampai Rp 30.600/10 butir, gula Rp 18.900-Rp 20.700/kg, minyak goreng sawit Rp 19.152/liter-Rp 25.344/liter, bawang putih Rp 55.440/kg, bawang merah Rp 46.285/kg, dan cabai merah keriting Rp 93.000/kg.

    Sementara di Indonesia, harga beras di ritel telah ditetapkan harga eceran tertinggi (HET), seperti harga beras premium Rp 14.900/kg dan beras medium Rp 12.500/kg. Untuk secara rata-rata nasional harga beras premium saat ini Rp 15.480/kg dan medium Rp 13.530/kg.

    Lebih lanjut, dikutip dari Panel Harga Pangan Nasional, bawang merah rata-rata nasional Rp 34.020/kg, bawang putih Rp 40.370/kg, cabai merah keriting Rp 39.570/kg, gula konsumsi Rp 17.990/kg, dan harga telur ayam Rp 28.570/kg.

    Saksikan juga video: Menlu Ungkap Rencana Kerja Sama Ketahanan Pangan RI-Vietnam

    (ada/ara)

  • Mentan ajak prajurit TNI perkuat Program MBG lewat pangan lestari

    Mentan ajak prajurit TNI perkuat Program MBG lewat pangan lestari

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak prajurit TNI bersinergi menggerakkan roda ekonomi melalui program pekarangan pangan lestari (P2L) dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

    “Kalau tentara semua buat pangan lestari di rumahnya, selesai setengah persoalan pangan ini, Pak. Bayangkan, cabai yang biasa mempengaruhi inflasi bisa kita selesaikan minimal 1 rumah tanam 3 pot. Nanti bibit cabainya dari saya, gratis, kemudian pelihara ayam 5 ekor dan ternak ikan lele sebagai protein segar,” kata Mentan dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

    Mentan menyampaikan hal itu saat memberi pembekalan Pendidikan Reguler (Dikreg) Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut ke-62 Tahun 2024.

    Menurut Mentan, program tersebut sangat strategis karena bisa mendukung program makan bergizi gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dalam memenuhi asupan gizi ibu dan anak usia dini.

    Ia mengatakan semua makanan segar yang dihasilkan dari program pangan lestari bisa membuat anak-anak Indonesia terhindar dari bahaya stunting atau kekurangan gizi.

    Lebih dari itu, lanjut Mentan, prajurit tentara juga bisa mendapat keuntungan ekonomi karena setiap gaji yang didapat bisa disimpan dan dikumpulkan.

    “Gaji tentara bisa dikumpulkan karena kebutuhan pangan mereka bisa dipenuhi dari pangan lestari. Bahkan tinggi anak anak kita ke depan kalau memberi asupan segar bisa 170 cm. Jadi ini sangat bisa menyelesaikan masalah,” katanya.

    Mentan menjelaskan berdasarkan hitungannya, Rp2 juta per bulan dikeluarkan setiap rumah tangga. Pengeluaran tersebut digunakan untuk memberi cabai, bawang, sayur, daging, telur dan kebutuhan dapur lainnya.

    Lebih lanjut, Mentan mengatakan, jika mereka mengoptimalkan pekarangan, Rp2 juta tersebut bisa dialihkan untuk kebutuhan yang lain.

    “Tapi kalau ini bisa kita hemat lewat pekarangan rumah, maka kita bisa mengurangi beban APBN hingga Rp1.400 triliun. Tidak ada cerita inflasi lagi kalau Rp1.400 triliun bisa kita selesaikan. Tidak ada stunting, yang ada anaknya cerdas,” katanya.

    Mentan menambahkan bahwa program pangan lestari sudah sejalan dengan program makan bergizi gratis yang rencananya akan berjalan di Januari 2025 mendatang.

    Karena itu, Mentan mengajak para prajurit tentara untuk memaksimalkan potensi pekarangan rumah masing-masing dengan pertanaman sektor pertanian.

    “Jadi makan bergizi gratis itu program yang sangat bagus karena bisa menggerakkan roda ekonomi,” katanya.

    Baca juga: Kementan siapkan program dukung makan bergizi gratis Prabowo
    Baca juga: Mentan: FAO lihat potensi luar biasa dari program makan bergizi
    Baca juga: Mentan ajak APPSI sukseskan program makan bergizi gratis
     

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2024

  • Mendukung swasembada pangan lewat pemanfaatan pangan biru

    Mendukung swasembada pangan lewat pemanfaatan pangan biru

    Jakarta (ANTARA) – Swasembada pangan menjadi salah satu misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang kini memimpin Kabinet Merah Putih.

    Masalah pangan menjadi kebutuhan primer masyarakat, segenap strategi pun mulai dipersiapkan pemerintahan yang tergabung untuk merealisasikan swasembada pangan pada 2028.

    Sejumlah kementerian terkait pun gotong royong saling berkoordinasi dalam menyusun jalur sutra menuju misi mulia itu, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Badan Gizi Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, hingga Badan Pangan Nasional.

    Dalam merealisasikan misi tersebut, sejumlah infrastruktur pendukung hingga lahan memiliki benang merah yang sudah seharusnya dirajut untuk menghadirkan strategi apik dan tujuan tercapai. 

    Sementara menyiapkan swasembada pangan, terutama untuk bahan pokok, Indonesia yang merupakan negara maritim yang dianugerahi luas wilayah laut total lebih dari 5,8 juta kilometer persegi ini memiliki kekayaan sumber daya pangan bawah laut yang melimpah.

    Kekayaan bawah laut itu pun menyimpan kandungan gizi yang beragam untuk mendukung ketahanan pangan nasional, sekaligus mendukung pembangunan sumber daya manusia lewat asupan gizi protein ikan.

    Gizi ikan

    Kandungan gizi ikan, terutama ikan laut, memang sudah dikenal memiliki manfaat yang baik bagi pertumbuhan, hal ini karena kandungannya yang kaya akan asam amino esensial.

    Dokter gizi medik dr Dyah Arum mengungkapkan ikan laut, seperti teri jengki, ikan kembung, ikan cakalang, kerapu, ikan layur, dan teri nasi memiliki kandungan arginin yang tinggi. Kandungan ini merupakan salah satu asam amino yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan atau menambah tinggi badan dari anak. Selain itu, arginin juga bisa membantu untuk menambah panjang tulang.

    Ikan-ikan kecil, seperti teri, memiliki kandungan kalsium hingga 2.000 mg per 100 gram. Angka tersebut jauh di atas susu yang selama ini dikenal sebagai sumber kalsium yang baik, yakni sekitar 100 mg per 100 gram.

    Ikan teri yang tidak diasinkan bisa menjadi alternatif sumber kalsium yang dapat dikonsumsi, karena harganya cenderung terjangkau di pasaran, dibandingkan dengan susu.

    Dengan kekayaan laut yang dimiliki, ikan laut yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia mampu mendukung swasembada pangan. Sementara itu, ikan air tawar tidak kalah memiliki kelebihan gizi yang patut dipertimbangkan sebagai asupan protein masyarakat, sehingga kualitas asupan makan pun diharapkan semakin meningkat.

    Selain ikan laut, ikan air tawar juga bisa menjadi opsi asupan protein, seperti ikan patin yang memiliki kandungan lemak baik yang kaya omega 3.

    Produksi perikanan

    Kekayaan alam laut Indonesia yang mampu menghasilkan ikan melimpah, tentu saja ini menjadi berkah tersendiri bagi bangsa Indonesia. Tidak ayal, Kementerian Kelautan dan Perikanan lewat program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) senantiasa menggaungkan pemanfaatan protein ikan agar semakin dicintai dan menjadi menu yang selalu hadir dalam setiap keluarga.

    Bahkan, baru-baru ini, KKP menggelar santap bersama 32.766 peserta di 150 unit pelaksana teknis (UPT) KKP yang tersebar di seluruh Indonesia pada peringatan HUT ke-25 (29/10) yang dipusatkan di Pulau Untungjawa, Kepulauan Seribu, Jakarta, untuk memperkenalkan ikan sebagai salah satu menu santap bersama itu.

    Pemanfaatan ikan di laut boleh saja dilakukan, namun dalam prosesnya perlu diterapkan pula penangkapan yang berfokus pada keberlanjutan sumber daya ikan, termasuk alam bawah laut. Penangkapan ikan seyogyanya dilakukan dengan cara-cara yang ramah lingkungan, sehingga tempat ikan bernaung dapat terjaga.

    Menilik data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan tangkap pada semester I 2024 mencapai 3,11 juta ton yang terdiri dari perairan di laut dan sebesar 0,23 juta ton perairan darat.

    Peningkatan itu terjadi pada 12 pelabuhan perikanan UPT pusat dan 66 daerah yang didominasi ikan laut, berupa tuna, cakalang, kembung, dan layang. Sementara target produksi perikanan tangkap pada 2024 sebanyak 6 juta ton yang terdiri dari perairan laut 5,64 juta ton dan perairan darat 0,38 juta ton. Dengan capaian itu penerimaan negara dari perikanan tangkap per 26 Juli tercatat mencapai Rp533,36 miliar dari target yang ditetapkan, yakni Rp1,85 triliun.

    Sementara itu, subsektor perikanan budi daya Indonesia pada periode Januari-Juni 2024 mencapai 3,34 juta ton atau 26,6 persen dari target 12,5 juta ton. Dengan capaian perikanan budi daya yang masih jauh dari target ini, KKP menyiapkan strategi untuk mengakselerasi kinerja, sehingga dapat terpenuhi pada semester II 2024.

    Adapun komoditas perikanan budi daya ditopang oleh komoditas rumput laut sebesar 5,14 juta ton, ikan kakap 3.860 ton, ikan nila, lele, bandeng, ikan mas, gurami, hingga kerapu.

    Melimpahnya sejumlah komoditas kelautan dan perikanan Indonesia, sudah sepatutnya negara maritim ini memanfaatkan kekayaan sumber daya pangan bawah laut itu. Jika berkaitan dengan selera, konsumsi protein ikan bisa saja ditingkatkan lewat diversifikasi, sehingga masyarakat memiliki variasi menu makan.

    Bahkan, data Badan Pangan Dunia (FAO) menyampaikan bahwa masyarakat dunia mengalami kekurangan pangan yang meningkat dari 7,9 persen pada 2019 menjadi 9,2 persen pada 2022. Kondisi ini pun diprediksi akan meningkatkan kebutuhan protein dunia hingga 70 persen.

    Kekayaan sumber daya ikan ini pun diharapkan mampu menopang kebutuhan protein dunia yang diproyeksikan akan meningkat itu. Sebelum beralih memenuhi kebutuhan protein dunia, alangkah baiknya memperkenalkan lebih dekat protein ikan pada masyarakat dalam negeri, sehingga mampu menjadi raja di negeri sendiri, layaknya Norwegia yang memiliki kebanggaan akan komoditas salmon di negaranya.

    Editor: Masuki M. Astro
    Copyright © ANTARA 2024

  • Swasembada Gula 2029 Butuh Sentuhan Teknologi, Perluasan Lahan Tidak Cukup

    Swasembada Gula 2029 Butuh Sentuhan Teknologi, Perluasan Lahan Tidak Cukup

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat pertanian menyebut Indonesia baru bisa mencapai swasembada gula pada 2029 melalui pendekatan teknologi, bukan perluasan lahan.

    Gagasan Kementerian Pertanian yang menargetkan Indonesia bisa swasembada gula pada 2028 dipertanyakan.

    Pengamat dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan bahwa saat ini 63% gula yang dimiliki Indonesia masih impor.

    Sementara itu, definisi swasembada menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization/FAO) adalah jika 90% kebutuhan kebutuhan dalam negeri dipenuhi dari domestik.

    Menurutnya, jika kebijakan yang dilakukan pemerintah masih keliru, maka akan berdampak pada lonjakan impor gula. Apalagi, penurunan produktivitas tebu dan pabrik gula yang tidak direvitalisasi bisa memicu peningkatan permintaan tebu.

    Kendati demikian, Eliza memandang Indonesia bisa mencapai swasembada gula, namun dengan pendekatan yang kebijakan yang tepat.

    “Untuk sampai ke swasembada gula perlu waktu lebih dari satu periode presiden,” kata Eliza kepada Bisnis, Rabu (30/10/2024).

    Eliza menilai, jika pemerintah melakukan pendekatan kebijakan berbasis inovasi teknologi dan bukan hanya sekadar perluasan lahan, maka Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor gula.

    “Kita bisa swasembada gula, asal pendekatannya kebijakannya tepat,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Eliza menyebut bahwa perlu waktu dan keberpihakan yang nyata dari pemerintah agar Indonesia bisa swasembada gula. Bahkan, bisa lebih tinggi produktivitas tebu dibandingkan Thailand.

    Terlebih, perbandingan rendemen tebu Indonesia dengan Thailand memiliki celah yang cukup jauh. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab rendahnya produksi gula nasional. Adapun, tingkat rendemen Indonesia hanya sekitar 7%, sedangkan Thailand adalah 11,82%.

    Eliza mengungkap, rendahnya rendemen Indonesia ini karena banyak pabrik-pabrik gula yang mesinnya sudah tua. Untuk itu, diperlukan adanya revitalisasi untuk meningkatkan produksi gula dan tidak hanya meningkatkan produktivitas tebu.

    Menurut Eliza, cita-cita mencapai swasembada gula ini bisa terjadi dengan empat langkah. Pertama, perlunya pengembangan ekosistem riset dan inovasi pada industri gula sehingga produktivitas industri dapat ditingkatkan dan efisien. Kedua, revitalisasi pabrik dan mesin yang usianya sudah ratusan tahun.

    Ketiga, peningkatan produktivitas pabrik gula terutama untuk kristal putih melalui pemberian insentif dan fasilitas kredit.

    Eliza menuturkan bahwa saat ini, gula yang beredar di pasaran adalah gula kristal putih yang berbasis tebu dan gula rafinasi yang berbasis raw sugar impor.

    Menurut dia, idealnya kredit gula bersifat bertahun-tahun, setidaknya minimal dua tahun. “Lembaga yang menjadi penyangga industri ini perlu dibentuk sebagaimana halnya BPDP yang dibentuk untuk mengurusi perkebunan sawit nasional,” tuturnya.

    Serta langkah keempat adalah melalui pemberian pupuk khusus untuk tebu, sehingga bisa meningkatkan produktivitas gula.

    Sebelumnya diberitakan, Plt Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Heru Tri Widarto mengatakan bahwa swasembada gula bisa segera dicapai melalui intensifikasi, mulai dari kualitas bibit hingga pengelolaan lahan. Pemerintah melalui Kementan juga akan menggenjot produksi lahan eksisting

    “Jadi dengan peningkatan produksi eksisting lahan yang ada, itu insya Allah di 2028 bisa swasembada gula konsumsi,” kata Heru saat ditemui di Jakarta, Senin (28/10/2024).

    Heru menekan bahwa untuk sementara ini, tidak ada perubahan lahan untuk memproduksi gula konsumsi.

    Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia masih banjir impor gula di sepanjang Januari—September 2024. Nilai impornya mencapai US$2,14 miliar dengan volume mencapai 3.663 ton gula.

    Berdasarkan data impor gula BPS yang diterima Bisnis, setidaknya ada lima negara yang menjadi negara importir gula yang mendominasi. Mereka di antaranya Brasil, Thailand, Australia, Vietnam, dan Afrika Selatan.

    Terungkap, Brasil merupakan negara importir gula terbanyak yang diterima Indonesia pada Januari—September 2024. Sepanjang periode itu, volume gula yang diimpor dari Brasil mencapai 2.126 ton dengan total nilai US$1,23 miliar.

  • Penghasilan Nelayan di Era Prabowo Bakal Dinaikkan Jadi Rp 7,5 Juta Sebulan, Bisa? – Page 3

    Penghasilan Nelayan di Era Prabowo Bakal Dinaikkan Jadi Rp 7,5 Juta Sebulan, Bisa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi IV DPR RI periode 2024-2029, Rokhmin Dahuri, menyatakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah kabinet Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka perlu menerapkan pendekatan terpadu dalam mewujudkan perikanan tangkap yang mampu menyejahterakan nelayan.

    Rokhmin menegaskan bahwa KKP di Kabinet Merah Putih harus serius dalam menetapkan kebijakan di sektor perikanan. Ia berharap pendapatan nelayan di era kepemimpinan Prabowo dapat meningkat, sehingga nelayan di Indonesia bisa mendapatkan penghasilan minimal Rp7,5 juta per bulan.

    “Kebijakan pada on fishing di KKP harus serius, perikanan tangkap terukur sebaiknya menggunakan pendekatan ekonomi, bukan pendekatan biologi. Pastikan berapa jumlah kapal ikan dan nelayan yang boleh beroperasi di setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) agar pendapatan nelayan minimal mencapai Rp7,5 juta per orang per bulan,” ujar Rokhmin dalam Diskusi Publik KNTI bertema ‘Arah Kebijakan Baru Pemerintah Indonesia pada Tata Kelola Perikanan’, Selasa (29/10/2024).

    Merusak Lingkungan

    Menurut Rokhmin, langkah lain untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah dengan memberantas Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) dan destructive fishing.

    Sebagai informasi, destructive fishing adalah praktik penangkapan ikan yang merusak, seperti menggunakan bahan peledak atau racun. Praktik ini menjadi ancaman utama bagi pengelolaan potensi perikanan Indonesia.

    “Berantas IUU dan destructive fishing, seluruh nelayan seharusnya mengikuti pedoman Responsible Fisheries yang diterbitkan oleh FAO,” tambahnya.

    Selain itu, Rokhmin menyoroti kurangnya penyediaan mata pencaharian alternatif bagi nelayan oleh KKP. Di Indonesia, banyak nelayan tidak dapat melaut selama 3-4 bulan karena cuaca buruk dan paceklik ikan. Akibatnya, mereka tidak memiliki penghasilan dan banyak yang terjebak dalam kemiskinan.

    “Mata pencaharian alternatif ini belum disediakan oleh KKP. Di seluruh dunia, termasuk Indonesia, nelayan minimal 3-4 bulan tidak bisa melaut akibat cuaca buruk atau paceklik ikan, dan pemerintah tidak memberikan alternatif penghasilan,” ujarnya.

     

  • Disebut masuk kabinet karena Haji Isam, Mentan: Saya profesional

    Disebut masuk kabinet karena Haji Isam, Mentan: Saya profesional

    Kami ini profesional, kami profesional. Menteri ini tidak cuma sekarang kan? 2014 juga kan?Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kariernya di Kabinet Merah Putih didasari atas rekam jejak seorang profesional yang pernah memberi manfaat kebaikan bagi bangsa Indonesia.

    Hal itu disampaikan Amran menjawab kritik dari warga net bahwa keterlibatan-nya di kabinet Prabowo-Gibran dilatarbelakangi atas faktor kekerabatan dengan seorang pengusaha kaya raya asal Kalimantan, Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam.

    “Kami ini profesional, kami profesional. Menteri ini tidak cuma sekarang kan? 2014 juga kan?” kata Amran yang pernah menduduki jabatan Menteri Pertanian periode 2014-2019, di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.

    Peraih Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) pada 2020, itu juga telah mempersembahkan penghargaan Agricola Medal dari The Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) yang diterima Jokowi pada 30 Agustus 2024.

    Penghargaan Agricola Medal merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh FAO kepada individu yang memiliki kontribusi luar biasa dalam bidang pangan dan pertanian.

    Agricola Medal tersebut disiapkan langsung oleh Kantor Pusat FAO di Roma yang menampilkan ukiran foto Presiden Jokowi dan slogan ‘Stronger Together for Resilient and Sustainable Agrifood Systems’.

    “Medali Agricola itu penghargaan untuk food security untuk Indonesia, itu tertinggi di dunia,” ujarnya.

    Dalam kariernya, Amran juga pernah meraih Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007.

    “Profesional enggak? Saya tanya balik, jawab dong, baik enggak? Food security yang terbaik di dunia bagus enggak? Jawab juga dong,” katanya bertanya balik ke awak media saat ditanya tentang kekerabatan-nya dengan Haji Isam.

    Haji Isam dikenal sebagai pengusaha ulung, yang memiliki Jhonlin Group (JG) yang bergerak di berbagai bidang mulai dari pertambangan, layanan pelabuhan, transportasi udara, hingga manufaktur.

    Perusahaan induk tersebut pun menaungi beberapa anak perusahaan seperti PT Jhonlin Baratama, PT Jhonlin Air Transport, PT Jhonlin Agromandiri, PT Jhonlin Marine and Shipping, PT Jhonlin Batu Mandiri, hingga Jhonlin Agro Raya.

    Karier Amran di Kabinet Merah Putih dikaitkan dengan sosok Haji Isam, karena ia merupakan sepupu dari Haji Isam yang pernah tercatat menjadi komisaris utama PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR) besutan Haji Isam.

    Pewarta: Andi Firdaus, Rangga Pandu Asmara Jingga
    Editor: Chandra Hamdani Noor
    Copyright © ANTARA 2024

  • Menjaga ketahanan pangan melalui urban farming di Kabupaten Bekasi

    Menjaga ketahanan pangan melalui urban farming di Kabupaten Bekasi

    Kabupaten Bekasi (ANTARA) –

    Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan alat pertahanan yang menjalankan tugas berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2024.

     

    Sebagai upaya melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, prajurit TNI juga bertekad mengambil peran dalam mencegah segala potensi persoalan negara yang terjadi di berbagai sektor kehidupan, termasuk perekonomian dengan menjaga kedaulatan pangan.

     

    Salah satu program yang kini sedang gencar dijalankan di antaranya adalah menginisiasi sekaligus mendorong masyarakat untuk mengembangkan urban farming, yakni aktivitas pertanian perkotaan sebagai wujud menjaga ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting pertanian lokal.

     

    Urban farming merupakan kegiatan bercocok tanam atau memelihara hewan ternak di wilayah perkotaan untuk menghasilkan bahan pangan atau kebutuhan lain yang dapat dilakukan di lahan terbatas seperti pekarangan, halaman sekolah, pinggir jalan maupun lahan tidur.

     

    Kegiatan pertanian perkotaan ini dinilai mampu menjadi solusi mengatasi beragam masalah seperti distribusi pangan yang tidak seimbang, penurunan kualitas lingkungan, kemiskinan perkotaan, ancaman krisis pangan hingga perubahan iklim.

     

    Urban farming juga dapat memberikan berbagai manfaat seperti meningkatkan ketahanan pangan perkotaan, keberagaman pangan, mendorong masyarakat perkotaan untuk lebih adaptif terhadap ketersediaan pangan, meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga bahkan berkontribusi terhadap kualitas lingkungan.

     

    Badan otoritas pangan dunia FAO mendefinisikan pertanian urban sebagai sebuah industri yang memproduksi, memproses dan memasarkan produk serta bahan bakar nabati, terutama untuk menanggapi permintaan harian konsumen di wilayah perkotaan.

     

    Pertanian perkotaan menerapkan metode produksi intensif dengan memanfaatkan serta mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman hingga hewan ternak. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk TNI melalui program penanaman komoditas pangan secara berkelanjutan.

     

     

    Komandan Korem 051/Wkt Brigjen TNI Riyanto terjun ke lapangan membantu petani lokal mempersiapkan lahan sebelum proses tanam bawang merah di lahan pertanian urban Desa Wanajaya, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (23/7/2024). (ANTARA/Pradita Kurniawan Syah).

     

    Contohnya, aktivitas pertanian urban di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang turut dijalankan TNI Angkatan Darat dari jajaran Korem 051/Wijayakarta (Wkt) sebagai bakti prajurit menjaga kedaulatan pangan wilayah itu.

     

    Program inisiasi Pangdam Jaya tersebut diimplementasikan Korem 051/Wkt melalui aktivitas pertanian di wilayah Kabupaten Bekasi dengan memproduksi bawang merah berkualitas tinggi secara berkelanjutan.

     

    Kegiatan yang sudah berlangsung selama setahun itu terpusat pada tiga lokasi seluas 34,5 hektare mencakup 13,5 hektare di Wanajaya, 17,5 hektare di Sukatani dan 3,5 hektare di kawasan Metland Cibitung.

     

    Dengan memanfaatkan teknologi canggih dan metode ramah lingkungan, lahan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan lokal melainkan juga memastikan pasokan bawang merah yang konsisten serta berkualitas bagi konsumen.

     

    Bawang merah dipilih sebagai komoditas utama program pertanian urban karena berperan sebagai salah satu penyumbang inflasi terbesar.

     

    Siklus produksi bawang merah di lahan pertanian urban berkelanjutan ini mencakup pembukaan lahan hingga penjualan yang dirancang untuk memberikan pemahaman menyeluruh kepada konsumen tentang proses dan manfaat dari program.

     

    Secara rinci siklus dimaksud meliputi persiapan awal lahan untuk penanaman, pengolahan tanah dan penambahan pupuk organik, proses penanaman bibit bawang secara berbaris serta perawatan rutin meliputi penyiraman dan penyiangan. Dilanjutkan kegiatan pemanenan bawang setelah masa tanam selesai, pembersihan serta pengelompokan bawang, pengemasan bawang untuk distribusi hingga pengangkutan dan penjualan bawang ke pasar.

     

    Sejumlah aktivitas dijalankan oleh prajurit bersama petani lokal seperti olah lahan menggunakan cultivator, layanan lahan, penyemprotan cairan pelindung tanaman dan tambahan nutrisi, hingga pembuatan bendungan.

     

    Penggunaan cultivator sebagai alat untuk mengolah lahan menjadi bagian penting dalam kegiatan perbaikan atau servis lahan di lahan urban farming Kabupaten Bekasi.

     

    Melalui kegiatan ini, masyarakat terlibat langsung dalam proses bercocok tanam, mulai dari persiapan lahan hingga perawatan tanaman. Layanan lahan juga memungkinkan individu untuk bertani meskipun mereka tidak memiliki lahan sendiri.

     

    Para petani binaan Korem 051/Wkt juga melakukan penyemprotan Sumo Golma dan Growt guna melindungi tanaman dari hama dan penyakit, serta memberikan nutrisi tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman.

     

    Tidak hanya itu, pembangunan bendungan juga dilakukan untuk mendukung irigasi sekaligus menjaga ketersediaan air bagi tanaman. Dengan memanfaatkan sumber daya air yang ada, pembuatan bendungan bertujuan menjaga keberlanjutan pertanian lokal. Kemudian, kegiatan penaburan zat kimia berupa dolomit dan fosfat dengan tujuan memperbaiki kualitas tanah sekaligus meningkatkan hasil pertanian.

     

    Dolomit digunakan karena mengandung magnesium dan kalsium yang penting bagi pertumbuhan tanaman sedangkan fosfat mengandung fosfor yang esensial untuk perkembangan akar serta produksi buah berkualitas.

     

    Budi daya bawang merah yang dikembangkan di lahan pertanian perkotaan ini berjenis varian Brebes Super yang dipilih dari sumber terpercaya dan telah melewati proses pemeriksaan kualitas ketat.

     

    Dengan ketersediaan bibit seberat 149 ton per tahun untuk tiga kali panen, aktivitas bercocok tanam ini mampu menghasilkan produksi berkapasitas 36,75 ton per bulan atau 588 ton per tahun.

     

    Proses penjualan komoditas ini juga menyesuaikan permintaan konsumen. Biasanya hasil panen bawang ini dikemas dalam ukuran satu dan lima kilogram dengan harga jual yang sangat kompetitif mengacu pengelompokan varian yang dihasilkan.

     

    Varian tersebut mencakup Grade A atau Super Cross Onion dan Super Cross Lite Onion untuk bawang kupas. Grade B yakni Super Fine Onion dan Super Fine Lite Onion untuk bawang kupas, serta Grade C atau dikenal dengan istilah Gross Fine Onion untuk bawang oplosan dan Gross Fine Lite Onion untuk bawang kupas oplosan.

     

    Bawang merah yang diproduksi jajaran Korem 051/Wkt memiliki sejumlah keunggulan antara lain jaminan kontinuitas produksi sepanjang tahun dengan sistem rotasi tanam dan pemeliharaan lahan yang berkelanjutan. Kualitas terjamin karena menggunakan pupuk organik, bibit diambil dari petani yang terjamin keandalannya, serta menawarkan harga kompetitif sesuai dengan pasar serta pengiriman tepat waktu melalui layanan efisien.

     

    Aktivitas pertanian urban ini juga mendapatkan respons positif dari warga sekitar lahan mengingat banyak dari mereka yang sudah dilibatkan sejak masa tanam hingga panen raya.

     

    Sinergi yang terjalin antara petani lokal dengan prajurit TNI ini sekaligus menjadi contoh positif dalam upaya mencapai ketahanan pangan secara berkelanjutan sehingga dapat membantu pemerintah daerah mencukupi kebutuhan pangan tanpa harus mendatangkan dari wilayah penghasil seperti Brebes.

     

    Menteri Pertanian  Andi Amran Sulaiman saat panen raya bawang merah di Desa Wanajaya, Bekasai,  mengatakan ada 107 juta penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian dan melalui kerja bersama, negara dapat terhindar dari krisis pangan dunia sekaligus memperkuat ketahanan pangan.

     

    Kerja nyata para prajurit TNI dalam menyokong sektor pertanian patut mendapatkan apresiasi terlebih skema pemanfaatan lahan tidur yang disulap menjadi lahan produktif ini dinilai mampu membantu menjaga kestabilan nilai inflasi.

     

    Upaya TNI ini juga merupakan bagian dari antisipasi serta mitigasi potensi bencana pangan. Komoditas bawang merah dinilai menjadi salah satu bahan pokok  selain beras dan cabai yang berpengaruh terhadap laju inflasi. Campur tangan pemerintah, dalam hal ini peran badan urusan logistik, untuk mengambil hasil panen sangat penting, agar petani tidak rugi. 

     

    Kabupaten Bekasi seperti Brebes yang merupakan penghasil bawang merah. Lahan urban farming ini bahkan memiliki potensi menjadi sentra bawang merah terbesar tanah air karena mampu panen hingga empat sampai lima kali dalam setahun.

     

    Dengan pendekatan yang tepat, potensi pertanian di Kabupaten Bekasi dapat terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, regional hingga nasional, sekaligus memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat sekitar.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2024

  • Resep Sukses Korsel Mendaur Ulang 97% Limbah Makanan

    Resep Sukses Korsel Mendaur Ulang 97% Limbah Makanan

    Jakarta

    “Ini sudah jadi kebiasaan saya,” kata Yuna Ku, seorang jurnalis BBC Korea yang tinggal di Seoul.

    Dia membayar untuk mendaur ulang sisa makanannya. Sisa-sisa makanan itu dimasukkan ke dalam mesin dengan sensor yang ada di berbagai titik apartemen tempat tinggalnya.

    Awalnya proses ini memang terlihat rumit, namun cara Korea Selatan mendaur ulang limbah makanan telah dijadikan contoh oleh negara-negara lain.

    “Menurut data terbaru dari Sistem Pengelolaan Sampah Nasional, ada sekitar 4,56 juta ton sampah makanan (dari rumah, usaha kecil dan restoran) yang diproses setiap tahunnya sejak 2022,” kata Jae-Cheol Jang, profesor Institut Pertanian di Universitas Nasional Gyeongsang yang punya penelitian terbaru soal sistem daur ulang limbah makanan di Korea.

    Pada 1996, Korea Selatan hanya bisa mendaur ulang kurang dari 3% limbah makanannya. (Getty Images)

    “Dari jumlah itu, sebanyak 4,44 juta ton didaur ulang untuk kebutuhan lain. Itu berarti sekitar 97,5% sampah makanan didaur ulang.

    Dibandingkan dengan Amerika Serikat, misalnya, Badan Perlindungan Lingkungan AS memperkirakan bahwa 60% dari 66 juta ton sampah makanan yang dihasilkan oleh rumah tangga, supermarket, dan restoran pada 2019 berujung di tempat pembuangan akhir.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa limbah makanan dari rumah tangga, perusahaan ritel, dan restoran secara global mencapai 931 juta ton pada tahun 2019.

    Masalah ini selalu disorot setiap tanggal 29 September pada Hari Kesadaran Internasional tentang makanan yang hilang dan sampah makanan (dalam rantai produksi serta di rumah dan restoran).

    Bagaimana Korea Selatan berhasil mendaur ulang limbah makanannya dengan sangat efisien? Apa yang bisa dipelajari oleh negara lain?

    Berawal dari protes warga

    Sistem yang berjalan di Korea adalah hasil dari usaha selama puluhan tahun.

    Pada 1996, Korea Selatan hanya mendaur ulang 2,6% sampah makanannya. Ini berubah sejak transformasi ekonomi pada era 1980-an.

    “Tahun 1980-an adalah periode penting bagi perkembangan ekonomi Korea Selatan,” kata Jang.

    “Dengan industrialisasi dan urbanisasi, masalah sosial juga muncul. Salah satunya adalah pengelolaan sampah,” sambungnya.

    Korea Selatan berpenduduk 50 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 530 orang per kilometer persegi.

    Perubahan ekonomi di Korea Selatan menyebabkan jumlah tempat pembuangan sampah meningkat. Beberapa di antaranya dekat dengan kawasan padat penduduk sehingga membuat warga protes.

    Industrialisasi dan urbanisasi pada tahun 1980-an mengubah wajah Korea Selatan (Getty Images)

    Sampah makanan yang bercampur dengan jenis sampah lainnya akan menimbulkan bau tidak sedap, menghasilkan limbah cair, hingga berkontribusi pada perubahan iklim.

    Sampah makanan yang terurai akan menjadi sumber metana. Ini adalah gas rumah kaca yang bahkan lebih kuat daripada karbon dioksida.

    Warga kemudian mendesak ada solusi soal masalah tempat pembuangan sampah.

    “Ada solidaritas yang kuat untuk mengatasi masalah sosial bersama-sama, dan kebijakan pengelolaan sampah pemerintah dengan upaya secara nasional akhirnya menghasilkan sistem saat ini,” tutur Jang.

    Baca juga:

    Pada 1995, sistem pembayaran untuk jumlah sampah yang dihasilkan telah disetujui tanpa memisahkan limbah makanan dari sampah umum.

    Pembuangan sampah makanan di tempat pembuangan akhir (TPA) dilarang secara hukum pada 2005.

    Kemudian pada 2013, sistem pembayaran berdasarkan berat sampah makanan (Weight Food Waste Fee atau WBWF) mulai diterapkan dan berlaku sampai saat ini.

    Sistem ini terus berkembang seiring kemajuan teknologi. Prinsip dasarnya: “Anda harus membayar setiap kali Anda membuang sisa makanan.”

    Bagaimana cara membuang limbah makanan?

    Sistem pembayaran sampah makanan berbeda-beda di setiap wilayah atau distrik. Bahkan di antar-blok apartemen pun bisa berbeda.

    Tapi umumnya ada tiga pilihan.

    1. Membeli kantong sampah resmi

    Kalau seorang warga terbiasa membuang sampah makanannya menggunakan kantong, maka dia wajib membuangnya menggunakan kantong sampah resmi.

    “Dalam kasus orang tua saya yang tinggal di rumah tapak, mereka membeli kantong-kantong itu ketika [sampah] sudah penuh. Mereka menaruhnya di taman karena bau, lalu kantong-kantong itu dikumpulkan seminggu sekali oleh dinas kota,” kata Yuna kepada BBC Mundo.

    Ada berbagai ukuran kantong sampah. Kantong berukuran tiga liter harganya 300 won (sekitar Rp3.500), sedangkan kantong berukuran 20 liter seharga US$1,5 (sekitar Rp23.500).

    2. Membeli stiker

    Bisnis makanan biasanya menggunakan stiker yang ditempatkan di setiap wadah sampah sesuai dengan beratnya. (BBC)

    Untuk bisnis makanan biasanya menggunakan stiker yang harus dibeli lebih dulu.

    Stiker ini kemudian ditempatkan di setiap wadah sampah sesuai dengan beratnya.

    Di Korea Selatan, ada banchan (kondimen yang mendampingi hidangan utama) dalam tradisi kuliner sehingga sisa-sisa makanan dari rumah dan restoran bisa sangat banyak.

    3. Menggunakan mesin dengan sensor

    Sampai Juni lalu, Yuna masih membeli kantong penampung limbah makanan. Tapi baru-baru ini blok apartemennya beralih ke sistem otomatis.

    Yuna tinggal memasukkan limbah makanan ke dalam mesin yang dilengkapi dengan sensor RFID atau sistem identifikasi yang menggunakan gelombang radio sehingga data limbah makanan tersebut bisa dikirim ke pusat data.

    “Setiap hari saya menaruh sampah di wadah baja kecil. Sesekali saya membawanya ke mesin yang tertutup. Mesin itu akan terbuka setelah saya memasukkan alamat saya, atau saya memindai kartu yang mereka berikan waktu saya pindah ke sini dan mengidentifikasi setiap apartemen,” jelas Yuna.

    Mesin tersebut secara otomatis menimbang limbah makanan setiap warga. Biayanya juga bisa dipotong dari kartu kredit penggunanya.

    Metode lain adalah sistem tagihan bulanan. Caranya, mesin menghitung setiap kali warga membuang limbah makanan, kemudian akumulasi biayanya ditagihkan ke warga yang bersangkutan setiap akhir bulan..

    “Jumlah yang dibayar per bulan itu tergantung berapa banyak sampah yang dibuang,” ujarnya.

    Baca juga:

    Yuna, yang tinggal sendiri, membayar kurang dari US$5 (Rp78.300) per bulan untuk membuang sampah makanannya.

    “Saya merasa mesin RFID ini lebih intuitif daripada menggunakan kantong sampah,” kata Yuna.

    “Menurut saya pribadi, sistem ini membuat orang lebih bijak dengan sampah mereka karena kita bisa melihat betapa berat limbah makanan yang kami buang,” sambungnya.

    Selain mesin-mesin yang tersedia di gedung-gedung apartemen, ada juga truk-truk yang siaga di sejumlah distrik.

    Truk-truk ini dilengkapi dengan RFID yang dapat menimbang sampah di kontainer-kontainer besar dan menghitung biayanya.

    Korea Environment CorporationSosialisasi sering dilakukan untuk mengingatkan warga soal cara mendaur ulang sampah makanan mereka

    Denda bagi yang melanggar

    Menurut Yuna, mayoritas warga mematuhi sistem daur ulang ini termasuk ketentuan soal sampah aluminium, plastik, dan material lainnya.

    Kalau seseorang membuang sampah makanan mereka dengan cara yang tidak benar, mereka harus membayar denda.

    Tindakan itu bisa ketahuan, terutama pada bisnis restoran atau katering. Membuang sampah yang tidak sesuai aturan juga bisa ketahuan melalui kamera keamanan.

    “Di gedung saya, misalnya, ada peringatan dengan pesan: ‘Seseorang baru saja membuang sampah makanan dengan cara yang melanggar. Kami memiliki kamera keamanan dan kami mengawasi Anda. Jadi, kalau Anda melakukannya, Anda harus membayar denda’.”

    Denda untuk rumah tangga bisa mencapai US$70 (Rp1,095 juta) tergantung seberapa sering melanggar. Untuk bisnis, dendanya bisa melebihi 10 juta Won (Rp116,2 juta).

    Getty ImagesSisa makanan di Korea Selatan bisa sangat banyak karena tradisi banchan

    Apa jadinya limbah makanan itu?

    Sisa-sisa makanan tersebut didaur ulang menjadi berbagai macam keperluan.

    Menurut data tahun 2022, Profesor Jang mengatakan sebanyak 49% dimanfaatkan untuk pakan ternak, 25% untuk pupuk, dan 14% untuk produksi biogas.

    Namun, sistem daur ulang di Korea Selatan masih punya tantangan.

    Salah satunya adalah potensi risiko terhadap kesehatan hewan. Pakan yang mengandung limbah makanan yang belum diolah dapat menularkan penyakit.

    “Saat ini, di sebagian besar negara industri, penggunaan sisa makanan untuk pakan ternak dilarang atau dibatasi,” ujar Rosa Rolle, pakar sampah makanan di Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), kepada BBC Mundo.

    Baca juga:

    Pada tahun 2019, beberapa negara Asia termasuk Korea Selatan mengalami wabah flu babi Afrika yang parah, infeksi virus mematikan yang menyebabkan demam berdarah pada babi.

    Wabah ini membuat pemerintah Korea Selatan melarang sementara pakan ternak dari limbah makanan di peternakan-peternakan babi.

    Getty ImagesWabah flu babi pada tahun 2019 menyebabkan pakan ternak yang terbuat dari limbah makanan dilarang sementara

    Tetapi Rolle menegaskan bahwa “ada penelitian yang menunjukkan kalau pengolahanya benar, pakan yang terbuat dari sampah makanan aman dikonsumsi hewan ternak. Industri daging babi di Korea Selatan tidak terdampak buruk oleh penggunaan pakan ini.”

    Sementara itu, Profesor Jang menambahkan bahwa Korea Selatan punya sistem yang secara ketat memproses limbah makanan menjadi pakan ternak melalui metode pemanasan dan fermentasi.

    Tantangan lainnya dalam daur ulang sampah makanan di Korea Selatan adalah tingginya kandungan garam pada makanan khas yang dapat berdampak buruk untuk hewan ternak.

    Perlu juga pengembangan teknologi agar produksi biogas bisa lebih efisien.

    Pelajaran dari Korea Selatan

    Salah satu rahasia kesuksesan Korea Selatan adalah sistemnya yang punya banyak pilar, seperti pembayaran berdasarkan berat sampah, denda, iklan layanan masyarakat mengenai cara memisahkan sampah, serta dampak lingkungannya kalau tidak dijalankan.

    “Pendekatannya komprehensif karena menggabungkan insentif keuangan dengan edukasi publik dan peraturan yang ketat,” kata Profesor Jang.

    “Sistem ini sudah terbukti efektif dalam mengurangi sampah makanan. Ini bisa menjadi model yang berharga bagi negara-negara lain yang ingin meningkatkan sistem pengelolaan sampah mereka.”

    Faktor penting lainnya adalah penerimaan masyarakat.

    “Secara umum, orang Korea cenderung taat aturan dan memiliki standar moral yang kuat,” kata Yuna.

    “Tentu saja tidak semuanya, tapi secara umum begitu. Selain itu, dibandingkan dengan gaji rata-rata di Korea Selatan, biaya bulanan untuk mendaur ulang sisa makanan ini tidak terlalu tinggi.”

    Getty Images”Secara umum, orang Korea cenderung taat aturan,” kata Yuna.

    Pendapatan bersih bulanan rata-rata di Korea Selatan adalah lebih dari US$2.000 (Rp31,3 juta).

    Tapi apakah sistem ini bisa berhasil di negara-negara yang pendapatan warganya jauh lebih rendah?

    Rosa Rolle mengatakan kebijakan di Korea Selatan memang sangat efektif meningkatkan kesadaran konsumen soal kebiasaan membuang sampah, mengubah perilaku, dan mempromosikan sistem daur ulang.

    Namun di negara-negara yang rawan pangan, justru yang perlu ditekankan adalah memaksimalkan pemanfaatan makanan dengan cara mengurangi makanan yang terbuang dan menyumbangkannya.

    Sistem di level negara harus berdasar pada data yang kuat dan pemahaman soal di mana, mengapa, dan berapa banyak pemborosan pangan terjadi. Solusi yang diberikan harus berbasis bukti dan sesuai konteks.”

    Menurutnya, tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua.

    Baca juga:

    (ita/ita)

  • Mentan Ajak Negara-negara G20 Tingkatkan Produksi Pangan Berkelanjutan

    Mentan Ajak Negara-negara G20 Tingkatkan Produksi Pangan Berkelanjutan

    Jakarta

    Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman mengajak negara-negara anggota G20 untuk meningkatkan produksi pangan seiring dengan upaya pelestarian sumber daya alam. Hal tersebut disampaikannya pada Pertemuan Menteri-Menteri Pertanian (Agriculture Minister Meeting) G20 di Chapada dos Guimaraes, Brasil, Kamis (12/9).

    Pada kesempatan tersebut, Amran menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Brasil sebagai Presidensi G20 yang mengangkat tema ‘Membangun Dunia yang Adil dan Planet yang Berkelanjutan’.

    “Tema yang penting ini memandu diskusi kami tentang pertanian global dan ketahanan pangan, terutama pada isu-isu prioritas,” ucap Amran dalam keterangan tertulis, Jumat (13/9/2024).

    Amran menyampaikan empat poin penting yang menjadi penekanan pada pertemuan tersebut. Pertama, sistem pertanian dan pangan menghadapi tekanan yang meningkat karena populasi global mendekati 8,6 miliar pada tahun 2030. Produksi pangan dan pelestarian sumber daya alam harus berjalan seiring.

    “Di Indonesia, kami berkomitmen untuk terus mengubah sistem pertanian dan pangan kami secara holistik dengan mengedepankan prinsip-prinsip orientasi lokal, kolaboratif, transformatif, tangguh dan berkelanjutan,” paparnya.

    Hasilnya, Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 2017, 2019, 2020, dan 2021 dan surplus dalam produksi jagung, bawang merah, minyak sawit, ayam, dan telur dalam beberapa tahun terakhir. Produksi ini mampu memenuhi kebutuhan 281 juta warga Indonesia.

    Amran juga menyampaikan bahwa Bulan Agustus lalu, Indonesia mendapat kehormatan menerima penghargaan tertinggi FAO Agricola Medal, yang merupakan bentuk pengakuan dunia atas komitmen Indonesia menuju pertanian yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

    Menurutnya, strategi yang diterapkan adalah fokus pada solusi yang fleksibel dan inovatif untuk meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan, memanfaatkan sumber daya alam dan manusia serta teknologi modern.

    Saat ini Indonesia fokus pada kesetaraan gender, penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas produk pedesaan untuk mendorong pertumbuhan yang komprehensif, mendukung ketahanan pangan, dan mendorong pembangunan ekonomi.

    Kedua, Indonesia mengakui petani keluarga, termasuk petani kecil, masyarakat adat, masyarakat lokal, perempuan dan pemuda, sangat penting untuk ketahanan pangan, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, dan konservasi keanekaragaman hayati.

    Indonesia memprioritaskan pertanian keluarga, mengakui pentingnya lebih dari 28 juta keluarga petani dan nelayan.

    “Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap Dekade PBB tentang Pertanian Keluarga, Indonesia telah menerapkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pertanian Keluarga untuk 2020- 2024, dan sedang menyelesaikan RAN untuk 2024-2030,” tambah Amran.

    Ketiga, sebagai negara kepulauan di mana 65% dari Indonesia adalah laut, perikanan sangat penting bagi perekonomian. Pada tahun 2023, Indonesia mengekspor 1,2 juta ton produk perikanan secara global.

    Menyusul Deklarasi Pemimpin G20 Bali pada November 2022, Indonesia mengadopsi kebijakan Ekonomi Biru untuk menjaga kesehatan laut, sejalan dengan Pedoman Akuakultur Berkelanjutan FAO.

    Keempat, Indonesia juga mengakui bahwa ketidakseimbangan perdagangan global berdampak pada ketahanan pangan sektor pertanian di negara-negara berkembang. Arus perdagangan yang transparan dan mudah diakses sangat penting untuk mengatasi tantangan ini.

    Menutup pidatonya, Amran menyatakan Indonesia menegaskan kembali dukungannya untuk dokumen hasil pertemuan ini dan menyerukan kepada semua anggota G20 untuk memajukan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan.

    “Dengan bekerja sama dan berbagi praktik terbaik, G20 diyakini dapat mengatasi tantangan, mendorong inklusivitas, dan membangun masa depan yang lebih adil dan lebih berkelanjutan,” pungkas Amran.

    (prf/ega)