Organisasi: ASEAN

  • Anggota Komisi I: Indonesia Bisa Jembatani Komunikasi Thailand-Kamboja
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        26 Juli 2025

    Anggota Komisi I: Indonesia Bisa Jembatani Komunikasi Thailand-Kamboja Nasional 26 Juli 2025

    Anggota Komisi I: Indonesia Bisa Jembatani Komunikasi Thailand-Kamboja
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Anggota
    Komisi I
    DPR
    TB Hasanuddin
    menegaskan, Indonesia harus memiliki tanggung jawab moral dan strategis untuk ikut berperan dalam proses perdamaian.
    Terutama dalam konflik bersenjata yang tengah terjadi antara
    Thailand
    dan
    Kamboja
    dalam beberapa waktu terkahir.
    “Sebagai negara besar dan berpengaruh di ASEAN, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam menjembatani komunikasi antara Kamboja dan Thailand,” kata TB Hasanudin dalam keterangan resmi, Sabtu (26/7/2025).
    “Baik melalui diplomasi bilateral maupun dalam kerangka ASEAN,” lanjutnya.
    Seperti diketahui, konflik telah pecah antara Thailand dan Kamboja di sepanjang perbatasan sejak hari Kamis (24/7/2025).
    Perang ini merupakan letupan konflik lama soal sengketa wilayah di sekitar kuil suci Preah Vihear.
    Selain peran Indonesia menjembatani perdamaian Thailand dan Kamboja, TB Hasanuddin menyerukan penyelesaian damai melalui peran aktif ASEAN sebagai organisasi kawasan.
    “Karena penyebabnya soal perbatasan, saya menyarankan sebaiknya kedua kepala negara, Kamboja dan Thailand, segera diundang oleh Ketua ASEAN, yaitu Malaysia,” ujar TB Hasanuddin.
    “Sekretariat ASEAN perlu difungsikan untuk memediasi dan mendamaikan kedua pihak secara regional,” tambahnya.
    Ia juga mendorong agar ASEAN mempertimbangkan menggelar pertemuan tingkat tinggi jika situasi tidak segera mereda.
    “Jika diperlukan, ASEAN harus mengadakan pertemuan khusus di tingkat kepala negara untuk menyelesaikan sengketa ini secara damai dan konstruktif,” ujar TB Hasanuddin.
    Menurutnya, pendekatan damai melalui ASEAN sangat penting untuk menjaga kohesi internal organisasi tersebut.
    “Masalah antarnegara ASEAN harus diselesaikan oleh ASEAN sendiri. Ini penting untuk menjaga keutuhan dan kredibilitas ASEAN dalam menghadapi tantangan kawasan,” ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu.
    Diketahui, ketegangan memuncak pada Mei lalu setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak singkat dengan pasukan Thailand di wilayah sengketa yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, lokasi pertemuan perbatasan antara Thailand, Kamboja, dan Laos.
    Kedua pihak saling menuduh dan mengklaim bertindak untuk membela diri. Meski pimpinan militer kedua negara sempat menyatakan niat untuk meredakan situasi, langkah-langkah provokatif terus diambil.
    Thailand memperketat pengawasan di pos perbatasan, membatasi lalu lintas warga, hingga mengancam memutus aliran listrik dan internet ke kota-kota perbatasan Kamboja.
    Sebagai balasan, Kamboja menghentikan impor buah dan sayuran dari Thailand serta melarang penayangan film dan drama Thailand.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • WNI di Thailand dan Kamboja Dipastikan dalam Keadaan Aman

    WNI di Thailand dan Kamboja Dipastikan dalam Keadaan Aman

    Bisnis.com, JAKARTA — Warga Negara Indonesia (WNI) di Thailand dan Kamboja dipastikan dalam kondisi aman. Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Wamenko Polkam) Lodewijk Freidrich Paulus mengatakan sejauh ini belum ada laporan insiden dari WNI di kedua negara yang tengah berkonflik itu.

    “Sejauh ini aman, tidak ada masalah. Karena deputi politik luar negeri kita tetap monitor,” kata Lodewijk saat ditemui di kantor Kemenko Polkam, Jakarta Pusat, Jumat (25/7/2025).

    Menurut Lodewijk, tidak ada WNI yang berada persis di lokasi konflik karena medan peperangan berada di wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja.

    Kawasan perbatasan itu merupakan wilayah hutan yang jauh dari permukiman ataupun pusat kota masing-masing negara.

    Walau demikian, pihaknya melalui Kementerian Luar Negeri akan terus memantau situasi konflik untuk mencari tahu kemungkinan adanya WNI yang terjebak di sana.

    Sebelumnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phonm Penh mendapat konfirmasi dari Kamboja bahwa tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand.

    Konfirmasi tersebut diterima oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kamboja, Santo Darmosumarto, saat menerima pengarahan langsung dari Menteri Luar Negeri (Menlu) dan Kerja Sama Internasional Kamboja, Prak Sokhonn.

    “Menlu Kamboja menyampaikan informasi adanya korban di wilayah Kamboja, tetapi belum dapat memberikan konfirmasi terkait jumlah orang yang meninggal, luka-luka, ataupun bangunan-bangunan yang rusak. Ditekankan bahwa tidak ada warga negara asing yang menjadi korban,””kata pernyataan KBRI Phnom Penh yang diterima di Jakarta, Jumat.

    KBRI Phnom Penh mencatat terdapat WNI yang menetap dan bekerja di O’Smach, ibu kota Provinsi Oddar Meanchey. Informasi ini didapatkan dari aduan yang diterima via Hotline KBRI Phnom Penh. Namun demikian, tidak diketahui jumlah pasti WNI di provinsi tersebut.

    Sementara itu, tidak ada data mengenai keberadaan WNI di Provinsi Preah Vihear. Kedua provinsi yang berdekatan dengan zona konflik itu, berjarak lebih dari 6 jam jalan darat dari ibu kota Kamboja, Phnom Penh.

    Lebih lanjut, KBRI menjelaskan bahwa pada pertemuan antara Menlu Kamboja dan korps diplomatik di Phnom Penh tersebut, Sokhonn menyampaikan kronologis eskalasi konflik semenjak pertama kali ketegangan terjadi akibat bentrok senjata yang menyebabkan seorang serdadu Kamboja meninggal pada 28 Mei 2025.

    Sokhonn turut menyampaikan komitmen Pemerintah Kamboja untuk mencari solusi damai — berdasarkan hukum internasional — dari permasalahan yang saat ini dihadapi dengan Thailand.

    “Menlu Kamboja menjelaskan bahwa Perdana Menteri (PM) Kamboja, Hun Manet, telah melayangkan surat kepada Presiden Dewan Keamanan PBB agar dilakukan pembahasan mengenai konflik yang berkembang dengan tujuan untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata,” kata KBRI Phnom Penh.

    Surat serupa juga disampaikan kepada PM Malaysia Anwar Ibrahim sebagai Ketua ASEAN, seraya menyampaikan apresiasi atas upaya PM Malaysia berkomunikasi langsung dengan kedua negara yang bertikai.

    Di saat yang sama, Menlu Kamboja menyampaikan imbauan agar warga lokal dan asing tidak melakukan perjalanan ke daerah-daerah sekitar zona konflik di Provinsi Oddar Meanchey dan Provinsi Preah Vihear.

  • Perang Thailand Kamboja, dan Menanti Peran Mediasi ASEAN – Page 3

    Perang Thailand Kamboja, dan Menanti Peran Mediasi ASEAN – Page 3

    Anwar mengingatkan Thailand dan Kamboja bahwa perang akan membawa kerugian bagi pihak yang menang maupun kalah. Untuk itu, dia mengimbau kedua negara segeramenghentikan peperangan dan menyelesaikan masalah mereka melalui perundingan.

    “Marena bagaimanapun juga seperti kata peribahasa “menang jadi arang, kalah jadi abu. Kata-kata ini hendaknya benar-benar disadari oleh kedua belah pihak karena jika perang ini terus berlanjut maka baik yang menang maupun yang kalah akhirnya akan sama-sama mengalami kerugian dan kehancuran,” tutur Anwar.

    Sebelumnya, Pejabat Kamboja melaporkan korban tewas akibat konflik perbatasan yang sedang berlangsung dengan Thailand bertambah 12 orang, yang kini totalnya mencapai 32 orang dari kedua belah pihak.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata, mengatakan bahwa tujuh warga sipil dan lima tentara lagi telah dikonfirmasi tewas. Sebelumnya, seorang pria Kamboja dilaporkan tewas ketika roket Thailand menghantam pagoda Buddha tempat ia berlindung pada Kamis (24/7).

     

  • Thailand Setuju Usul Gencatan Senjata dengan Kamboja

    Thailand Setuju Usul Gencatan Senjata dengan Kamboja

    JAKARTA – Kementerian Luar Negeri Thailand menyatakan setuju secara prinsip dengan usulan Malaysia untuk gencatan senjata antara pasukan Thailand dan Kamboja.

    Thailand akan mempertimbangkan rencana tersebut, tetapi harus didasarkan pada kondisi lapangan yang sesuai.

    “Perlu ditegaskan bahwa sepanjang hari, pasukan Kamboja terus melanjutkan serangan tanpa pandang bulu di wilayah Thailand,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Thailand dalam sebuah unggahan di X dilansir Reuters, Jumat, 25 Juli.

    “Tindakan Kamboja menunjukkan kurangnya itikad baik dan terus membahayakan warga sipil,” sambung Kemlu Thailand.

    Perdana Menteri Kamboja Hun Manet lebih dulu menyatakan mendukung usulan Perdana Menteri Malaysia untuk gencatan senjata dengan Thailand, yang kemudian menarik dukungan awalnya terhadap rencana tersebut.

    Kedua negara tetangga Asia Tenggara ini saat ini tengah terlibat dalam pertempuran terberat mereka dalam lebih dari satu dekade, yang sedang diupayakan penyelesaiannya oleh Anwar Ibrahim dari Malaysia—yang juga ketua blok regional ASEAN.

    PM Malaysia Anwar Ibrahim sebelumnya mengimbau pemimpin Kamboja dan Thailand segera menerapkan gencatan senjata terhadap militernya, untuk meredakan eskalasi di perbatasan kedua negara.

    PM Anwar telah menghubungi Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, dan Penjabat Perdana Menteri Kerajaan Thailand Phumtham Wechayachai, untuk menyampaikan imbauannya tersebut.

    “Saya menyampaikan keprihatinan Malaysia atas meningkatnya ketegangan di sepanjang perbatasan kedua negara. Sebagai Ketua ASEAN 2025, saya mengimbau kedua pemimpin untuk segera menerapkan gencatan senjata guna mencegah eskalasi konflik lebih lanjut dan membuka jalan bagi dialog damai dan penyelesaian diplomatik,” ujar Anwar, Kamis, 24 Juli.

    Anwar menyambut baik sinyal positif dan kesediaan yang ditunjukkan oleh Bangkok dan Phnom Penh dalam mempertimbangkan masalah ini. Malaysia siap membantu dan memfasilitasi proses ini dengan semangat persatuan dan tanggung jawab bersama ASEAN.

    “Saya sangat yakin bahwa kekuatan ASEAN terletak pada solidaritasnya, dan perdamaian harus selalu menjadi pilihan kolektif dan tak tergoyahkan kita,” kata Anwar.

  • SBY Prihatin atas Konflik Kamboja-Thailand, Desak Asean Ambil Peran Damai

    SBY Prihatin atas Konflik Kamboja-Thailand, Desak Asean Ambil Peran Damai

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan keprihatinan mendalam atas pecahnya konflik bersenjata antara Kamboja dan Thailand di wilayah perbatasan kedua negara.

    Melalui akun pribadinya di platform X (dulu Twitter), @SBYudhoyono, SBY menyebut konflik tersebut sebagai kemunduran bagi sejarah panjang kerja sama Asean yang nyaris enam dekade menjadi model stabilitas kawasan.

    “Secara pribadi saya sangat bersedih. Terus terang ini sebuah set back, dari kisah sukses Asean sebagai model kerja sama regional yang telah berlangsung hampir 60 tahun,” tulis SBY.

    SBY juga menyoroti eksodus besar-besaran warga sipil dari daerah perbatasan akibat konflik tersebut sebagai pemandangan yang menyedihkan dan bertentangan dengan semangat solidaritas kawasan.

    Kendati demikian, SBY tetap optimistis bahwa penyelesaian damai masih sangat mungkin dilakukan. Dia mendesak agar Asean segera mengambil peran aktif dan kepemimpinan yang kuat untuk menghentikan konflik ini.

    “Asean sebagai rumah bersama, termasuk di dalamnya Kamboja dan Thailand, masih memiliki sumber daya politik untuk mendorong pengakhiran konflik kedua negara tersebut. Kita semua menunggu langkah cepat dan tepat Asean, termasuk kepemimpinan yang efektif,” ujarnya.

    SBY juga mengingatkan bahwa konflik antara Kamboja dan Thailand bukan hal baru, dan memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleksitas tersendiri. Ia mengenang perannya sebagai Ketua Asean pada 2011 saat menjadi mediator dalam situasi serupa.

    “Tahun 2011, dalam kapasitas saya sebagai Ketua Asean, saya juga melakukan peran mediasi, karena terjadi lagi kontak tembak di tahun itu,” kenangnya.

    Dalam pertemuan segitiga di Jakarta yang melibatkan dirinya, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, dan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, kesepakatan damai berhasil dicapai dan bertahan selama 14 tahun.

    “Artinya, saya tetap memiliki optimisme, konflik ini insya Allah bisa dicarikan solusinya secara damai, sesuai dengan jiwa dan semangat Asean Charter 2007,” pungkas SBY.

  • Korban Tewas Serangan Kamboja di Thailand Bertambah Jadi 20 Orang

    Korban Tewas Serangan Kamboja di Thailand Bertambah Jadi 20 Orang

    Bangkok

    Bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/7), meskipun ada seruan gencatan senjata segera dari Phnom Penh. Otoritas Thailand melaporkan jumlah korban tewas akibat serangan-serangan militer Kamboja kembali bertambah menjadi sedikitnya 20 orang.

    Pertikaian perbatasan sejak lama antara kedua negara kembali memanas hingga menjadi pertempuran intens, yang melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pengerahan pasukan darat pada Kamis (24/7) dan berlanjut hingga Sabtu (26/7).

    Kedua negara, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), melaporkan bentrokan kembali terjadi pada Sabtu (26/7) pagi, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dengan Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan “lima peluru artileri berat” ke sejumlah lokasi di Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat di Thailand.

    Sedangkan militer Thailand, menurut laporan Bangkok Post, melaporkan pertempuran meletus di area Ban Chamrak, distrik Muang, pada akhir pekan.

    Sejumlah jurnalis AFP di kota Samraong, Kamboja, dekat area perbukitan yang dipenuhi hutan melaporkan wilayah itu menjadi lokasi pertempuran paling sengit. Mereka mendengar dentuman artileri pada Sabtu (26/7) siang waktu setempat.

    Seorang warga desa Thailand yang dihubungi melalui telepon saat berlindung di sebuah bunker di Provinsi Sisaket — hanya 10 kilometer dari perbatasan — juga melaporkan dirinya mendengar tembakan artileri.

    Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7), sehingga jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini. Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan sedikitnya 13 orang tewas — terdiri atas delapan warga sipil dan lima tentara — akibat serangan militer Thailand. Lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan itu.

    Secara total, sedikitnya 33 orang tewas dalam bentrokan berdarah di perbatasan Thailand dan Kamboja.

    Angka itu lebih tinggi daripada 28 korban tewas dalam pertempuran besar terakhir antara kedua negara pada tahun 2008 dan tahun 2011 lalu.

    Pertempuran sengit antara kedua negara itu telah memaksa lebih dari 138.000 orang dievakuasi dari area perbatasan Thailand, dan lebih dari 35.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di Kamboja.

    Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand.

    Thailand belum memberikan tanggapan langsung, namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN.

    Lihat juga Video: SPBU di Thailand Dibom Kamboja, 6 Orang Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Muhammadiyah Desak ASEAN Hentikan Konflik Thailand–Kamboja – Page 3

    Muhammadiyah Desak ASEAN Hentikan Konflik Thailand–Kamboja – Page 3

    Pejabat Kamboja melaporkan korban tewas akibat konflik perbatasan yang sedang berlangsung dengan Thailand bertambah 12 orang, yang kini totalnya mencapai 32 orang dari kedua belah pihak.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata, mengatakan bahwa tujuh warga sipil dan lima tentara lagi telah dikonfirmasi tewas. Sebelumnya, seorang pria Kamboja dilaporkan tewas ketika roket Thailand menghantam pagoda Buddha tempat ia berlindung pada Kamis (24/7).

    Menurutnya, tak kurang 50 warga sipil Kamboja dan lebih dari 20 tentara juga dilaporkan terluka.

    Thailand melaporkan bahwa 13 warga sipil, termasuk anak-anak, serta enam tentara tewas selama dua hari terakhir pertempuran. Sebanyak 29 tentara Thailand dan 30 warga sipil juga dilaporkan terluka akibat serangan dari pihak Kamboja.

    Seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (26/7/2025), surat kabar Kamboja The Khmer Times, mengutip pejabat di Provinsi Preah Vihear, melaporkan sekitar 20.000 penduduk telah dievakuasi dari wilayah perbatasan utara negara itu dengan Thailand.

    Sementara itu, lebih dari 138.000 orang juga telah dievakuasi dari wilayah perbatasan Thailand, dengan sekitar 300 pusat evakuasi dibuka, menurut pejabat Thailand.

  • Terpopuler, Indonesia ke final dan wanita jatuh dari apartemen Tebet 

    Terpopuler, Indonesia ke final dan wanita jatuh dari apartemen Tebet 

    Jakarta (ANTARA) – Terdapat sejumlah berita unggulan Antara pada Jumat (26/7) yang masih menarik disimak pada hari ini. Mulai dari Timnas Indonesia maju ke final Piala AFF 2025 setelah singkirkan Thailand hingga jatuhnya seorang wanita di sebuah apartemen di Tebet.
    Berikut daftar beritanya:

    1. Indonesia maju ke final setelah singkirkan Thailand lewat adu penalti

    Timnas U-23 Indonesia berhasil maju ke final setelah menyingkirkan Timnas U-23 Thailand lewat adu penalti pada semifinal Kejuaraan ASEAN U-23 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (25/7).

    Baca selengkapnya di sini.

    2. Seorang wanita jatuh dari lantai 33 apartemen di Tebet

    Pihak Kepolisian mendalami kasus wanita inisial JA (24) yang jatuh dari lantai 33 sebuah apartemen di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada Jumat pagi pukul 05.30 WIB.

    Baca selengkapnya di sini.

    3. KPK: Ridwan Kamil samarkan kepemilikan kendaraan dengan nama pegawai

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) menyamarkan kepemilikan kendaraan yang disita lembaga antirasuah itu dengan nama pegawainya.

    Baca selengkapnya di sini.

    4. Pemerintah pastikan WNI di Thailand dan Kamboja dalam keadaan aman

    Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Wamenko Polkam) Lodewijk Freidrich Paulus memastikan warga negara Indonesia yang berada di Thailand dan Kamboja dalam kondisi aman.

    Baca selengkapnya di sini.

    5. Daftar lengkap merek dan mobil baru yang tampil di GIIAS 2025

    Tahun ini, GIIAS 2025 menampilkan lebih dari 60 merek otomotif global, didukung oleh lebih dari 120 industri pendukung, dan menempati area seluas 120.000 meter persegi.

    Pameran ini juga menjadi ajang peluncuran berbagai kendaraan baru, termasuk mobil listrik, kendaraan hybrid, hingga mobil konsep masa depan.

    Baca selengkapnya ada di sini.

    Pewarta: Agita Tarigan/Fatihani Syahira
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bertambah, 13 Orang Tewas Akibat Gempuran Thailand di Kamboja

    Bertambah, 13 Orang Tewas Akibat Gempuran Thailand di Kamboja

    Phnom Penh

    Korban tewas akibat serangan militer Thailand di area perbatasan Kamboja dilaporkan bertambah menjadi sedikitnya 13 orang. Sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil yang terjebak bentrokan berdarah antara militer kedua negara di wilayah perbatasan yang disengketakan.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, seperti dilansir AFP dan Khmer Times, Sabtu (26/7/2025), melaporkan bahwa para korban tewas terdiri atas delapan warga sipil dan lima personel Angkatan Bersenjata Kamboja.

    Lebih dari 70 orang lainnya, sebut Socheata, mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan yang dilancarkan militer Thailand sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7).

    Puluhan korban luka itu terdiri atas 21 tentara Kamboja dan setidaknya 50 warga sipil, dengan kondisi luka-luka mereka memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Disebutkan Socheata bahwa warga sipil yang luka-luka itu terjebak serangan artileri yang menargetkan desa Ekphap, Thmar Da Commune, di distrik Veal Veng.

    Dalam pernyataannya, Socheata juga menyebut sedikitnya 35.829 warga sipil telah dievakuasi dari area-area berisiko tinggi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat yang ada di wilayah perbatasan yang menjadi lokasi bentrokan.

    Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand telah melanggar hukum kemanusiaan internasional, termasuk Konvensi Jenewa, dengan melancarkan serangan membabi-buta terhadap warga sipil, mengebom desa-desa, dan tempat-tempat suci, serta dilaporkan menggunakan amunisi cluster.

    “Thailand telah mengerahkan lebih banyak pasukan di sepanjang perbatasan untuk menyerang Kamboja tanpa ada tanda-tanda langkah penanggulangan konflik,” ujar Socheata dalam pernyataannya.

    “Kementerian Pertahanan Nasional menyerukan kepada masyarakat internasional, termasuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ASEAN, mitra internasional, dan semua pihak terkait, untuk mengeluarkan kecaman keras terhadap agresi dan serangan Thailand terhadap Kamboja,” cetusnya.

    Pertikaian perbatasan sejak lama antara kedua negara kembali memanas menyusul ledakan ranjau yang melukai tentara Thailand di perbatasan pada Rabu (23/7). Sehari kemudian, atau Kamis (24/7), pertempuran sengit terjadi dengan melibatkan serangan roket, jet tempur, artileri, tank dan pengerahan pasukan darat.

    Pertempuran pada Kamis (24/7), menurut militer Thailand, difokuskan di enam lokasi, termasuk di sekitar dua kuil kuno di area perbatasan yang disengketakan.

    Pasukan Kamboja menembakkan rentetan roket dan peluru artileri ke wilayah Thailand. Sedangkan militer Thailand mengerahkan sejumlah jet tempur F-16 untuk menyerang target-target militer di dalam wilayah Kamboja. Kedua negara saling menyalahkan sebagai yang melepaskan tembakan terlebih dahulu.

    Pertempuran kembali berlanjut pada Jumat (25/7) pagi, sekitar pukul 04,00 waktu setempat, di tiga wilayah perbatasan. Militer Thailand mengklaim pasukan Kamboja melancarkan pengeboman dengan senjata berat, artileri lapangan, dan sistem roket BM-21. Pasukan Thailand merespons dengan “tembakan dukungan yang sepadan”.

    Kementerian Kesehatan Thailand, dalam laporannya, menyebut sedikitnya 15 orang — terdiri atas 14 warga sipil dan satu tentara — tewas akibat serangan-serangan Kamboja. Sekitar 46 orang lainnya, termasuk 15 tentara, mengalami luka-luka. Lebih dari 138.000 orang juga telah dievakuasi dari area perbatasan Thailand.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa pertempuran mulai mereda pada Jumat (25/7) sore. Dia mengatakan Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN.

    Lihat juga Video: SPBU di Thailand Dibom Kamboja, 6 Orang Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Kamboja Serukan Gencatan Senjata, Apa Respons Thailand?

    Kamboja Serukan Gencatan Senjata, Apa Respons Thailand?

    Phnom Penh

    Kamboja menyerukan gencatan senjata “segera” dengan Thailand, setelah dua hari pertempuran lintas batas antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara. Thailand belum memberi komentar atas seruan ini.

    Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, mengatakan negaranya meminta gencatan senjata “tanpa syarat”. Ia menambahkan, Phnom Penh menginginkan “penyelesaian damai sengketa” batas wilayah dengan Thailand.

    Sejauh ini, Thailand belum memberikan pernyataan publik mengenai usulan gencatan senjata tersebut. Sebelumnya, Thailand telah memberlakukan hukum darurat di delapan distrik yang berbatasan dengan Kamboja.

    Setidaknya 16 orang tewas dan puluhan ribu orang mengungsi di kedua negara, yang saling menuduh sebagai pihak yang pertama kali menembak pada Kamis.

    Artileri Thailand melepaskan tembakan ke wilayah Kamboja pada hari kedua pertikaian, Jumat (25/07) (Reuters)

    Pemimpin Thailand mengatakan bahwa pertempuran sengit antara Thailand dan Kamboja, yang telah menewaskan sedikitnya 16 orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi, dapat “bergerak menuju perang”.

    Thailand mengatakan sejauh ini korban tewas mencakup 14 warga sipil dan satu tentara. Di pihak Kamboja, otoritas negara itu menyebut sebanyak satu warga sipil tewas.

    Selain itu, bentrokan melukai puluhan orang dan membuat lebih dari 100.000 warga sipil Thailand mengungsi di Provinsi Ubon Ratchathani dan Provinsi Surin.

    Di sebuah kompleks olahraga yang telah diubah menjadi pusat evakuasi di Provinsi Surin, Thailand, mayoritas pengungsi adalah anak-anak dan lansia. Mereka mengatakan terguncang oleh serangan roket dan artileri yang mereka saksikan pada Kamis (24/07).

    Di Kamboja, sekitar 1.500 keluarga di Provinsi Oddar Meanchey telah dievakuasi.

    Para pengungsi lanjut usia yang selamat dari pemboman selama Perang Saudara Kamboja tahun 1980-an mengatakan kepada BBC bahwa pertempuran terkini adalah yang terburuk yang pernah mereka alami.

    Reaksi berbagai negara

    Berbagai negara telah menyerukan agar Thailand dan Kamboja segera memberlakukan gencatan senjata.

    Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang memimpin ASEAN, mengimbau para pemimpin kedua negara untuk segera melakukan gencatan senjata.

    “Saya menyambut baik sinyal positif dan kesediaan yang ditunjukkan oleh Bangkok dan Phnom Penh untuk mempertimbangkan langkah ini ke depan,” tulis Anwar di Facebook, Kamis (24/07) malam.

    Terlepas dari optimisme Anwar, pertempuran terus berlanjut hingga malam.

    AS juga menyerukan “penghentian segera permusuhan, perlindungan warga sipil, dan penyelesaian konflik secara damai”.

    “Kami … sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja, dan sangat sedih dengan laporan mengenai korban jiwa warga sipil,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, dalam jumpa pers.

    China, yang memiliki hubungan politik dan strategis dengan Kamboja dan Thailand, mengatakan “sangat prihatin” dan berharap kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi.

    Australia, Uni Eropa, dan Prancis juga telah menyerukan perdamaian.

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa diperkirakan akan bertemu pada Jumat (25/07) untuk membahas konflik tersebut.

    Pertempuran kedua negara pertama kali berlangsung di beberapa wilayah Kamis (24/07) pagi.

    Thailand mengklaim Kamboja melepaskan tembakan terlebih dahulu. Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menuduh Thailand sengaja mengerahkan pasukan dalam jumlah banyak, menggunakan senjata berat, dan melancarkan serangan udara guna menduduki wilayah Kamboja.

    Bagaimana kronologi versi Thailand?

    Angkatan Darat Kerajaan Thailand menyatakan insiden berawal pada Kamis (24/07), tepat setelah pukul 07.30 waktu setempat. Saat itu, militer Kamboja mengerahkan pesawat tanpa awak untuk melakukan pengawasan terhadap pasukan Thailand di dekat perbatasan, menurut juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) Thailand.

    Tak lama kemudian, menurut militer Thailand, enam personel militer Kamboja bersenjata lengkap, termasuk granat berpeluncur roket (RPG), berkumpul di dekat perbatasan. Tentara di pihak Thailand mencoba bernegosiasi dengan berteriak, tetapi tidak berhasil, kata juru bicara NSC.

    Juru bicara NSC menambahkan, tentara Kamboja melepaskan tembakan sekitar pukul 08.20, yang memaksa pihak Thailand untuk membalas tembakan dan mengerahkan enam pesawat tempur F-16 untuk menyerang target militer Kamboja. Militer Thailand menyatakan bahwa Komando Daerah Militer Khusus 8 dan 9 Kamboja “telah dihancurkan”.

    Thailand menuduh Kamboja mengerahkan senjata berat, termasuk kendaraan peluncur roket BM-21 dan artileri, yang menyebabkan kerusakan pada rumah dan fasilitas umum di sepanjang sisi perbatasan Thailand.

    Baca juga:

    Sesaat setelah pertempuran berlangsung, Thailand menutup semua pintu perbatasannya dengan Kamboja. Kemudian, Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh mendesak warga negara Thailand untuk meninggalkan Kamboja.

    Bagaimana kronologi versi Kamboja?

    Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja mengklaim tentara Thailand memulai konflik pada Kamis (24/07) sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menuduh Thailand sengaja melancarkan serangan udara guna menduduki wilayah Kamboja.

    Kamboja menuding Thailand melanggar perjanjian sebelumnya dengan maju ke sebuah kuil di dekat perbatasan dan memasang kawat berduri di sekitar pangkalan militernya.

    Tentara Thailand kemudian mengerahkan pesawat nirawak tepat setelah pukul 07.00, dan melepaskan tembakan “ke udara” sekitar pukul 08.30, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja.

    Pukul 08.46, tentara Thailand “secara preemptif” melepaskan tembakan ke arah pasukan Kamboja, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional, Maly Socheata. Kamboja tidak punya pilihan selain menggunakan hak membela diri, menurut surat kabar Phnom Penh Post.

    Socheata selanjutnya menuduh Thailand mengerahkan pasukan secara berlebihan, menggunakan senjata berat, dan melakukan serangan udara di wilayah Kamboja.

    Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menyebut tindakan Thailand sebagai “agresi militer yang brutal dan ilegal” dan “pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, norma-norma ASEAN, dan prinsip-prinsip inti hukum internasional”.

    Kementerian tersebut juga mengklaim bahwa jet tempur Thailand menjatuhkan dua bom di wilayah yang dikuasai Kamboja ketika bentrokan antara kedua negara meningkat pada Kamis (24/07) pagi.

    “Tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan tidak bertanggung jawab ini tidak hanya menimbulkan ancaman serius bagi perdamaian dan stabilitas regional, tetapi juga merusak fondasi tatanan internasional,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata.

    Kementerian tersebut lebih lanjut memperingatkan bahwa militer sepenuhnya siap untuk mempertahankan kedaulatan Kamboja “dengan segala cara”.

    Bentrokan kedua negara terjadi sehari setelah Thailand menarik duta besarnya dari Kamboja, menyusul ledakan ranjau darat yang melukai seorang tentara Thailand di perbatasan.

    Pada Rabu (23/07), pemerintah Thailand juga mengatakan akan mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok.

    BBC

    Kesaksian warga Thailand di perbatasan ‘Menegangkan dan menakutkan’

    Sutian Phiwchan, warga lokal Distrik Ban Dan di Provinsi Buriram, yang dekat perbatasan Kamboja, mengatakan kepada BBC bahwa penduduk di kawasan itu mulai mengungsi, termasuk keluarganya. Dia membawa mereka ke shelter di dekat rumahnya.

    “Situasinya benar-benar serius. Kami sedang mengungsi,” ujar Sutian.

    Dia mengatakan kondisinya menegangkan dan menakutkan. “Mereka menembak langsung ke sini. Tepat di sana [ke perbatasan Thailand, tempat penduduk bermukim]. Anak-anak dan semuanya…kami benar-benar ketakutan.”

    Ketika ditanya apakah pertempuran kali ini lebih buruk dari sebelumnya, dia menjawab: “Ya, karena sekarang mereka tidak hanya menggunaka senapan, artileri berat dilibatkan juga’.

    BBC

    Kedua negara tidak mau menurunkan tensi

    Jonathan Head

    Koresponden BBC di Asia Tenggara

    Menurut militer Thailand, pasukan mereka melepaskan tembakan setelah berhadapan dengan sekelompok tentara Kamboja yang bersenjata lengkap tepat di perbatasan yang disengketakan.

    Pihak Kamboja mengatakan bahwa pihak Thailand-lah yang melepaskan tembakan terlebih dahulu.

    Kini, penduduk di wilayah perbatasan sisi Thailand telah diperintahkan untuk mengungsi. Hal ini menyusul keputusan Thailand untuk mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok dan menarik duta besarnya dari Phnom Penh.

    Untuk saat ini, kedua negara tampaknya belum siap untuk meredakan ketegangan. Namun, konflik ini sejatinya telah meletus bulan lalu, setelah Pemimpin Kamboja, Hun Sen, mempermalukan Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, dengan membocorkan percakapan telepon mereka tentang perbatasan yang disengketakan.

    Tidak ada yang tahu mengapa ia memilih melakukan hal ini. Faktanya, ia telah merusak hubungan dekat antara kedua keluarga yang telah terjalin selama beberapa dekade.

    Paetongtarn Shinawatra kemudian diskors sebagai perdana menteri oleh Mahkamah Konstitusi Thailand, dan pemerintahannya yang tidak populer kini tidak bisa terlihat lemah dalam menghadapi Kamboja.

    Dampaknya adalah meningkatnya perang kata-kata antara kedua negara, runtuhnya perdagangan perbatasan yang bernilai miliaran dolar, dan meningkatnya risiko bentrokan yang lebih serius antara kedua negara.

    BBC

    Sejarah hubungan Thailand-Kamboja

    Ini bukan pertama kalinya terjadi ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Setiap kali tensi meningkat, biasanya disebabkan oleh sengketa perbatasan atau ketegangan politik, seperti:

    Pada 1958 dan 1961, Kamboja mengakhiri hubungan diplomatik dengan Thailand terkait sengketa Kuil Preah Vihear.

    Pada 2003, menyusul kerusuhan dan serangan terhadap Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh, Perdana Menteri Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, melancarkan Operasi Pochentong. Operasi ini mengirimkan pesawat militer untuk mengevakuasi semua warga negara dan diplomat Thailand dari Kamboja dan mengusir diplomat Kamboja sebagai balasan.

    Pada 2008 dan 2011, bentrokan militer pecah di Kuil Preah Vihear.

    Pada 2009, Thailand menurunkan hubungan sebagai tanggapan atas dukungan Kamboja terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang saat itu sedang diasingkan.

    Artikel ini akan diperbarui secara berkala.

    (nvc/nvc)