Organisasi: ASEAN

  • Indonesia Bisa Jembatani Penyelesaian Perang Thailand-Kamboja Jika Dapat Mandat ASEAN
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        27 Juli 2025

    Indonesia Bisa Jembatani Penyelesaian Perang Thailand-Kamboja Jika Dapat Mandat ASEAN Nasional 27 Juli 2025

    Indonesia Bisa Jembatani Penyelesaian Perang Thailand-Kamboja Jika Dapat Mandat ASEAN
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Guru Besar Hukum Internasional Universitas
    Indonesia
    ,
    Hikmahanto Juwana
    menilai Indonesia berpeluang menjadi jembatan perdamaian dalam perang antara
    Thailand
    dan
    Kamboja
    , asalkan mendapatkan mandat dari Ketua
    ASEAN
    saat ini, yaitu Malaysia.
    Menurut Hikmahanto, secara mekanisme ASEAN, permintaan untuk melakukan mediasi harus datang dari pihak yang berkonflik dan disampaikan kepada Ketua ASEAN. Mandat ini dapat diberikan kepada negara anggota lain, termasuk Indonesia.
    “Bisa saja (Indonesia jadi jembatan perdamaian Thailand-Kamboja) asalkan dapat pendelegasian dari Ketua ASEAN,” kata Hikmahanto kepada
    Kompas.com
    , Minggu (27/7/2025).
    Hikmahanto juga mengingatkan bahwa Indonesia pernah memainkan peran serupa saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat sebagai Presiden sekaligus Ketua ASEAN.
    Kala itu, SBY memediasi konflik antara Thailand dan Kamboja pada 2011.
    “Ya, Pak SBY pernah. Tapi waktu itu SBY sebagai Ketua ASEAN,” ungkap Hikmahanto.
    Namun, situasi saat ini berbeda karena posisi Ketua ASEAN dipegang oleh Malaysia.
    Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim saat ini disebut sedang mencoba melakukan mediasi.
    Menurut Hikmahanto, jika upaya Anwar tidak membuahkan hasil, barulah ia dapat menunjuk kepala pemerintahan lain di ASEAN, termasuk Presiden Indonesia, untuk mengambil alih proses mediasi.
    Selain itu, Anwar juga memiliki opsi menunjuk sosok mediator non-pemerintah, seperti tokoh diplomasi Indonesia.
    “Pak Anwar bisa juga minta mediator yang bukan kepala pemerintahan. Misalnya menunjuk Pak JK (Jusuf Kalla), Pak Hasan Wirajuda, Pak Marty (Marty Natalegawa), bahkan Ibu Retno (eks Menlu RI, Retno Marsudi),” kata Hikmahanto.
    Diketahui sebelumnya, sejumlah pihak di dalam negeri mendorong agar Indonesia mengambil peran sebagai penengah konflik menyusul ketegangan terbaru antara Thailand dan Kamboja terkait sengketa wilayah perbatasan.
    Salah satu dorongan itu datang dari DPR sebagaimana diungkapkan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad.
    Dasco menilai bahwa Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan kedua negara tersebut dan karenanya memiliki posisi yang strategis untuk bertindak sebagai penengah.
    “Untuk urusan Kamboja dan Thailand, saya pikir hubungan Indonesia terhadap dua negara itu cukup baik. Mudah-mudahan Kementerian Luar Negeri maupun Presiden Indonesia juga bisa menjembatani agar hubungan kedua negara itu akan tetap baik,” kata Dasco di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (25/7/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ada Ancaman soal Tarif di Balik Trump Minta Gencatan Senjata Thailand-Kamboja

    Ada Ancaman soal Tarif di Balik Trump Minta Gencatan Senjata Thailand-Kamboja

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump menyebut Thailand dan Kamboja sepakat melakukan perundingan gencatan senjata terkait pertempuran lintas perbatasan. Trump mengaku tidak akan melakukan perundingan tarif dengan Thailand dan Kamboja hingga keduanya menghentikan pertempuran.

    Hal itu disampaikan Trump melalui akun media sosialnya Truth Social dilansir CNN, Minggu (27/7/2025). Trump mengatakan sebelumnya ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai terhadap upayanya memulihkan perdamaian.

    “Mereka telah sepakat untuk segera bertemu dan segera menyusun gencatan senjata dan, pada akhirnya, perdamaian!” tulis Trump di Truth Social dalam serangkaian unggahan yang menguraikan upaya diplomatiknya pada hari Sabtu.

    Trump mengaku telah memperingatkan kedua pemimpin negara tersebut bahwa dia tidak akan membuat kesepakatan perdagangan dengan kedua negara itu jika konflik perbatasan yang mematikan terus berlanjut.

    “Mereka juga ingin kembali ke ‘meja perundingan’ dengan Amerika Serikat, yang menurut kami tidak pantas dilakukan sampai pertempuran berhenti,” tulis Trump.

    Lebih lanjut, Hun Manet berterima kasih kepada Trump dan mengatakan bahwa Kamboja menyetujui “usulan gencatan senjata segera dan tanpa syarat antara kedua angkatan bersenjata.”

    Hunt Manet menambahkan sebelumnya ia telah menyerukan gencatan senjata kepada Ketua ASEAN dan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.

    Sebelumnya, Otoritas Thailand mengingatkan bahwa Kamboja perlu menunjukkan “ketulusan sejati dalam mengakhiri konflik” agar gencatan senjata atau perundingan dapat dilakukan. Phnom Penh menyerukan gencatan senjata segera dengan Bangkok, namun pertempuran di perbatasan terus berlanjut pada Sabtu (26/7).

    Thailand dan Kamboja terlibat pertikaian perbatasan sejak lama terkait area yang dikenal sebagai Segitiga Zamurd, tempat perbatasan kedua negara dan Laos bertemu. Perselisihan ini kembali memanas menjadi pertempuran intens sejak Kamis (24/7), hingga melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pasukan darat.

    Kedua negara melaporkan bentrokan terus berlanjut pada Sabtu (26/7) pagi, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dengan Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan “lima peluru artileri berat” ke sejumlah lokasi di Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat di Thailand.

    Sedangkan militer Thailand melaporkan pertempuran meletus di area Ban Chamrak, distrik Muang, pada akhir pekan.

    (yld/knv)

  • RI Didorong Jembatani Perdamaian Konflik Thailand-Kamboja
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        27 Juli 2025

    RI Didorong Jembatani Perdamaian Konflik Thailand-Kamboja Nasional 27 Juli 2025

    RI Didorong Jembatani Perdamaian Konflik Thailand-Kamboja
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sejumlah anggota DPR mendorong pemerintah Indonesia untuk mengambil peran aktif dalam meredakan ketegangan antara Thailand dan Kamboja yang belakangan memanas di kawasan perbatasan kedua negara.
    Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, menilai bahwa Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan kedua negara tersebut dan karenanya memiliki posisi yang strategis untuk bertindak sebagai penengah.
    “Untuk urusan Kamboja dan Thailand, saya pikir hubungan Indonesia terhadap dua negara itu cukup baik. Mudah-mudahan Kementerian Luar Negeri maupun Presiden Indonesia juga bisa menjembatani agar hubungan kedua negara itu akan tetap baik,” kata Dasco di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (25/7/2025).
    Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI-P, TB Hasanuddin, menyampaikan pandangan senada.
    Ia menilai posisi strategis Indonesia sebagai negara besar di ASEAN dapat digunakan untuk meredakan konflik yang berpotensi mengganggu
    stabilitas kawasan
    .
    “Sebagai negara besar dan berpengaruh di ASEAN, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam menjembatani komunikasi antara Kamboja dan Thailand,” kata TB Hasanuddin dalam keterangan resmi, Sabtu (26/7/2025).
    “Baik melalui diplomasi bilateral maupun dalam kerangka ASEAN,” tambahnya.
    Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR, Sukamta, menyatakan bahwa hubungan baik Indonesia dengan Thailand dan Kamboja bisa dimanfaatkan untuk mendorong proses perdamaian, bahkan jika perlu dengan menyelenggarakan forum ASEAN khusus.
    KOMPAS.com / IRFAN KAMIL Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (6/7/2025).

    “Hubungan baik antara Indonesia dengan kedua negara dapat digunakan untuk menjembatani proses perdamaian. Jika diperlukan Indonesia juga bisa mendorong adanya pertemuan tingkat ASEAN untuk membahas secara khusus upaya perdamaian antara Thailand dan Kamboja,” papar Sukamta, Sabtu.
    Sementara itu, pemerintah menyatakan keprihatinannya atas konflik yang meningkat dan berharap ketegangan tidak berujung pada eskalasi yang lebih besar.
    Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia memantau perkembangan situasi secara cermat dan mengantisipasi dampaknya terhadap kawasan, termasuk Indonesia sendiri.
    “Tentunya kita tidak berharap eskalasi akan meningkat, karena sekali lagi itu akan berdampak secara global, termasuk akan berdampak ke negara kita,” kata Prasetyo di Kompleks Istana, Jakarta, Jumat (25/7/2025).
    Pemerintah juga menekankan pentingnya penyelesaian damai dan kepercayaan pada mekanisme diplomasi di tingkat regional.
    Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan optimisme bahwa kedua negara bertetangga itu dapat mengatasi perbedaan secara damai.
    “Kami yakin sebagai negara yang bertetangga, kedua negara akan kembali ke cara-cara damai untuk menyelesaikan perbedaan mereka, sejalan dengan prinsip-prinsip yang tecermin dalam Piagam ASEAN dan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama,” tulis Kemenlu RI dalam pernyataan resminya.
    AFP Tentara Kamboja mengisi ulang peluncur roket BM-21 di Provinsi Preah Vihear ketika pertempuran berkecamuk melawan Thailand pada Kamis, 24 Juli 2025. Kamboja mendesak gencatan senjata tanpa syarat dengan Thailand usai bentrokan mematikan di perbatasan yang menewaskan belasan orang.

    Ketegangan terbaru antara Thailand dan Kamboja dipicu oleh insiden bentrokan bersenjata di wilayah sengketa perbatasan.
    Laporan media menyebutkan adanya korban jiwa dan warga sipil yang mengungsi, serta potensi meningkatnya ketegangan militer di kawasan.
    Aksi saling serang ini menunjukkan eskalasi sengketa antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara yang telah berlangsung selama satu abad.
    Thailand telah menutup wilayah perbatasannya dengan Kamboja.
    Sementara itu, Kamboja telah memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Thailand seraya menuduh negara tetangganya itu menggunakan kekuatan berlebihan.
    Masing-masing negara telah meminta warganya yang tinggal dekat perbatasan untuk mengungsi dari wilayah tersebut.
    Kondisi ini pun menimbulkan keprihatinan luas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Trump Akhirnya Turun Tangan ke ASEAN, Desak Gencatan Senjata Kamboja-Thailand

    Trump Akhirnya Turun Tangan ke ASEAN, Desak Gencatan Senjata Kamboja-Thailand

    JAKARTA – Presiden AS Donald Trump akhirnya turun tangan ke ASEAN. Selang 3 hari perang Thailand-Kamboja, Trump meminta kedua negara berdamai.

    Trump pada Sabtu menghubungi para pemimpin Kamboja dan Thailand untuk mendesak gencatan senjata karena pertempuran di sepanjang perbatasan berlanjut memasuki hari ketiga.

    “Panggilan telepon dengan Kamboja telah berakhir, tetapi kami akan menghubungi kembali mengenai penghentian perang dan gencatan senjata berdasarkan apa yang disampaikan Thailand. Saya mencoba menyederhanakan situasi yang rumit ini!” tulis Trump di platform media sosialnya dilansir Reuters, Sabtu, 26 Juli.

    Sementara panggilan telepon kepada pemimpin Thailand sedang dilakukan.

    Kamboja sebelumnya menyerukan gencatan senjata dengan Thailand setelah dua hari militer kedua negara bentrok di perbatasan.

    Hal ini disampaikan Chhea Keo, duta besar negara itu untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    “Kamboja meminta gencatan senjata segera — tanpa syarat — dan kami juga menyerukan solusi damai untuk sengketa ini,” kata Keo dikutip AFP sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu, 26 Juli.

    Pernyataan Keo disampaikan setelah pertemuan tertutup Dewan Keamanan yang dihadiri oleh Kamboja dan Thailand.

    Thailand dan Kamboja saling serang dengan artileri berat untuk hari kedua pada Jumat, 25 Juli, saat pertempuran di perbatasan meningkat dan meluas.

    Pemimpin Kamboja mengatakan Thailand telah menyetujui usulan gencatan senjata Malaysia tetapi kemudian mundur.

    Dilaporkan sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Thailand menyatakan setuju secara prinsip dengan usulan Malaysia untuk gencatan senjata antara pasukan Thailand dan Kamboja.

    Thailand akan mempertimbangkan rencana tersebut, tetapi harus didasarkan pada kondisi lapangan yang sesuai.

    “Perlu ditegaskan bahwa sepanjang hari, pasukan Kamboja terus melanjutkan serangan tanpa pandang bulu di wilayah Thailand,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Thailand dalam sebuah unggahan di X dilansir Reuters, Jumat, 25 Juli.

    “Tindakan Kamboja menunjukkan kurangnya itikad baik dan terus membahayakan warga sipil,” sambung Kemlu Thailand.

  • Pemerintah RI Diharapkan Proaktif Damaikan Konflik Thailand-Kamboja
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        26 Juli 2025

    Pemerintah RI Diharapkan Proaktif Damaikan Konflik Thailand-Kamboja Nasional 26 Juli 2025

    Pemerintah RI Diharapkan Proaktif Damaikan Konflik Thailand-Kamboja
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua
    Komisi I
    DPR
    Sukamta
    berharap pemerintah
    Indonesia
    proaktif untuk mendorong proses perdamaian antara
    Thailand
    dan
    Kamboja
    , baik melalui hubungan diplomatik dengan kedua belah negara maupun lewat ASEAN.
    “Hubungan baik antara Indonesia dengan kedua negara dapat digunakan untuk menjembatani proses perdamaian. Jika diperlukan Indonesia juga bisa mendorong adanya pertemuan tingkat ASEAN untuk membahas secara khusus upaya perdamaian antara Thailand dan Kamboja,” ujar Sukamta dalam keterangannya, Sabtu (26/7/2025).
    Ia menilai, konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja tidak akan berdampak langsung terhadap Indonesia. Karena, Indonesia tidak berbatasan langsung dengan kedua negara.
    Namun jika konflik semakin membesar, tentu akan berpotensi menimbulkan gangguan stabilitas di kawasan ASEAN, mengingat Asia Tenggara merupakan wilayah yang strategis di mata dunia.
    “Dalam situasi global yang sedang rentan konflik dan mengalami tekanan ekonomi, kerja sama kawasan regional sangat penting untuk dikuatkan. Kawasan ASEAN merupakan wilayah yang sangat strategis dan banyak dilirik oleh kekuatan dunia karena potensi ekonomi dan sumber daya alamnya. Jika hubungan antara negara ASEAN rapuh, akan rentan kepada konflik proxy,” ujar Sukamta.
    Pasalnya, ia khawatir jika konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja akan melemahkan stabilitas kawasan Asia Tenggara.
    Oleh karena itu, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu berharap kedua pihak segera melaksanakan gencatan senjata. Hal tersebut perlu dilakukan Thailand maupun Kamboja demi mencegah bertambahnya korban jiwa.
    “Tentu kita harapkan tidak ada eskalasi konflik dan kedua belah pihak bisa segera melaksanakan gencatan senjata. Meski konflik di wilayah perbatasan ini sudah berulang terjadi, selama ini juga cepat dilakukan de-eskalasi dan perdamaian,” ujar Sukamta.
    “Saya optimis proses perdamaian untuk konflik saat ini juga akan mudah diwujudkan. Baik Thailand maupun Kamboja tentu tidak ingin ada korban jiwa bertambah juga sektor ekonomi terpukul akibat perang,” sambungnya.
    Sebelumnya diberitakan, pertempuran antara tentara Thailand dan Kamboja terjadi di wilayah perbatasan yang disengketakan pada Kamis (24/7/2025).
    Aksi saling serang ini menunjukkan eskalasi sengketa antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara yang telah berlangsung selama satu abad. Thailand telah menutup wilayah perbatasannya dengan Kamboja.
    Sementara itu, Kamboja telah memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Thailand seraya menuduh negara tetangganya itu menggunakan kekuatan berlebihan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Korban Jiwa Perang Thailand Vs Kamboja Terus Berjatuhan

    Korban Jiwa Perang Thailand Vs Kamboja Terus Berjatuhan

    Jakarta

    Pertikaian perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang berlangsung sejak lama kini kembali memanas. Ketegangan kembali muncul setelah bentrokan terjadi beberapa hari lalu sehingga korban jiwa terus bertambah.

    Ketegangan kedua negara pun menjadi pertempuran intens yang melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pengerahan pasukan darat, berlangsung Kamis (24/7) dan berlanjut hingga saat ini.

    Serangan terjadi di beberapa provinsi di Thailand. Yakni Provinsi Sisaket, Provinsi Surin, Provinsi Ubon dan Provinsi Buriram. Sementara, provinsi Kamboja yang berbatasan langsung dengan keempat Provinsi ini adalah Provinsi Oddar Meanchey.

    Warga Thailand mengungsi ke tempat perlindungan akibat bentrokan artileri dengan Kamboja. Konflik semakin memanas, gencatan senjata belum tercapai. (Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha)Korban Tewas 13 Orang di Kamboja

    Korban tewas akibat serangan militer Thailand di area perbatasan Kamboja dilaporkan bertambah menjadi sedikitnya 13 orang. Sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil yang terjebak bentrokan berdarah antara militer kedua negara di wilayah perbatasan yang disengketakan.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, seperti dilansir AFP dan Khmer Times, Sabtu (26/7), melaporkan bahwa para korban tewas terdiri atas delapan warga sipil dan lima personel Angkatan Bersenjata Kamboja.

    Lebih dari 70 orang lainnya, sebut Socheata, mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan yang dilancarkan militer Thailand sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7).

    Puluhan korban luka itu terdiri atas 21 tentara Kamboja dan setidaknya 50 warga sipil, dengan kondisi luka-luka mereka memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Disebutkan Socheata bahwa warga sipil yang luka-luka itu terjebak serangan artileri yang menargetkan desa Ekphap, Thmar Da Commune, di distrik Veal Veng.

    Korban 20 Orang Tewas di Thailand

    Bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/7), meskipun ada seruan gencatan senjata segera dari Phnom Penh.

    Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7). Dengan begitu, jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini.

    Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.

    Potret Kuil Preah Vihear, Pangkal Konflik Kamboja-Thailand (Foto: Francis DEMANGE/Gamma-Rapho via Getty Images) Ratusan Ribu Warga Dievakuasi

    Pertempuran sengit antara kedua negara itu telah memaksa lebih dari 138.000 orang dievakuasi dari area perbatasan Thailand dan lebih dari 35.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di Kamboja.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyebut sedikitnya 35.829 warga sipil telah dievakuasi dari area-area berisiko tinggi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat yang ada di wilayah perbatasan yang menjadi lokasi bentrokan.

    Seruan Gencatan Senjata

    Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand.

    Thailand belum memberikan tanggapan langsung, namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN.

    Orang-orang mendonorkan darah di pusat donor darah, menyusul serangan artileri dari Thailand dan Kamboja yang menewaskan warga sipil saat pertempuran terburuk mereka dalam lebih dari satu dekade memasuki hari kedua, di Phnom Penh, Kamboja, 25 Juli 2025. (Foto: REUTERS/Chantha Lach)Kondisi WNI

    Thailand dan Kamboja saling serang hingga menyebabkan 15 warga di Thailand tewas. Kementerian Luar Negeri menyampaikan tidak ada WNI yang terdampak perang dua negara tetangga tersebut.

    “Sejauh ini tidak ada WNI yang terdampak dari situasi saat ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rolliansyah (Roy) Soemirat, Sabtu (26/7).

    Dalam surat edaran KBRI Bangkok, WNI diimbau agar waspada atas peperangan ini. Terutama WNI yang berada di daerah perbatasan, yakni di Trat, Sa Kaeo, Ubon dan Ratchathani.

    “Berdasarkan data lapor diri, saat ini terdapat 15 WNI yang tersebar di wilayah sekitar perbatasan Thailand-Kamboja,” tulisnya dalam edaran tersebut.

    “KBRI Bangkok kembali mengimbau kepada WNI yang menetap di Thailand lebih dari 6 bulan agar melakukan lapor diri melalui portal peduli WNI www.peduliwni.kemlu.go.id,” tambahnya.

    Halaman 2 dari 3

    (fca/fca)

  • Thailand-Kamboja Memanas, Malaysia Desak Gencatan Senjata

    Thailand-Kamboja Memanas, Malaysia Desak Gencatan Senjata

    Jakarta, CNBC Indonesia – Memasuki hari ketiga, pertempuran di perbatasan Thailand-Kamboja semakin memanas. Kedua belah pihak mengatakan mereka telah bertindak untuk membela diri dalam sengketa perbatasan dan meminta pihak lain untuk menghentikan pertempuran dan memulai negosiasi.

    Lebih dari 30 orang telah terbunuh dan lebih dari 130.000 orang mengungsi. Pertempuran tersebut menjadi yang terburuk antar tetangga Asia Tenggara dalam 13 tahun terakhir.

    Di Kuala Lumpur, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang juga sebagai ketua blok regional ASEAN, mengatakan pihaknya akan terus mendorong proposal gencatan senjata.

    Kamboja telah mendukung rencana Anwar, sementara Thailand telah mengatakan bahwa mereka setuju dengan Anwar.

    “Masih ada beberapa pertukaran tembakan,” kata Anwar, seperti dikutip Kantor Berita Bernama, dilansir Reuters, Sabtu (26/7/2025).

    Anwar sendiri telah meminta menteri luar negerinya untuk berhubungan dengan kementerian luar negeri masing-masing. “Dan jika memungkinkan, saya akan terus terlibat dengan mereka sendiri – setidaknya untuk menghentikan pertempuran,” imbuhnya.

    Terbarunya, ada bentrokan pada Sabtu pagi, di provinsi pesisir Thailand tetangga Trat dan Provinsi Pursat Kamboja, sebuah front baru lebih dari 100 km (60 mil) dari titik konflik lainnya di sepanjang perbatasan yang telah lama diperebutkan.

    Kedua negara telah berhadapan sejak pembunuhan seorang tentara Kamboja pada akhir Mei selama pertempuran singkat. Pasukan di kedua sisi perbatasan diperkuat di tengah krisis diplomatik yang membawa pemerintah koalisi Thailand yang rapuh ke ambang kehancuran.

    Thailand mengatakan tujuh tentara dan 13 warga sipil telah tewas dalam bentrokan. Sementara di Kamboja, lima tentara dan delapan warga sipil telah tewas.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Thailand dan Kamboja Konflik Lagi, SBY: Saya Sangat Sedih

    Thailand dan Kamboja Konflik Lagi, SBY: Saya Sangat Sedih

    Bisnis.com, Jakarta — Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sedih dengan konflik bersenjata antara Kamboja dan Thailand.

    Padahal, menurut SBY, selama 60 tahun terakhir ASEAN telah berhasil jadi contoh bagi negara lain sebagai negara nyaman dan aman. Namun kini, anggota ASEAN yaitu Thailand dan Kamboja malah saling angkat senjata.

    “Terhadap pecahnya konflik bersenjata di sepanjang perbatasan Kamboja dan Thailand, secara pribadi saya sangat bersedih,” tuturnya melalui akun media sosial X @SBYudhoyono, Sabtu (26/7/2025).

    SBY berpandangan bahwa eksodus yang kini terjadi saat ini di perbatasan kedua negara tersebut bukan pemandangan yang baik bagi negara ASEAN. 

    “Terus terang ini sebuah set back, dari kisah sukses ASEAN sebagai model kerja sama regional yang telah berlangsung hampir 60 tahun,” katanya.

    SBY meyakini bahwa kedua negara yang kini tengah berkonflik tersebut masih bisa berdamai melalui sumber daya politik yang dimiliki oleh kelompok negara ASEAN. Maka dari itu, SBY mengimbau semua negara yang ada di kawasan ASEAN untuk turun gunung dan mendamaikan Thailand dan Kamboja agar tidak berkonflik lagi.

    “ASEAN sebagai rumah bersama, termasuk di dalamnya Kamboja dan Thailand, masih memiliki sumber daya politik untuk dorong pengakhiran konflik kedua negara tersebut,” ujarnya.

    SBY bercerita ketika dirinya menjadi Ketua ASEAN, konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja juga sempat terjadi di tahun 2011 lalu.

    “Jadi dalam kapasitas saya sebagai Ketua ASEAN, saya juga melakukan peran untuk mediasi, karena terjadi lagi kontak tembak di tahun itu,” tuturnya.

    SBY pun mengaku bersyukur bahwa konflik 2011 antara Thailand dan Kamboja berhasil diredam setelah kedua pemimpin negara tersebut dipanggil untuk membuat kesepakatan damai di Jakarta dan terjaga selama 14 tahun lamanya.

    “Artinya, saya pun tetap memiliki optimisme, konflik ini Insya Allah bisa segera dicarikan solusinya secara damai, sesuai dengan jiwa dan semangat ASEAN Charter 2007,” kata SBY.

  • Ribuan Demonstran Malaysia Turun ke Jalan, Tuntut Anwar Ibrahim Mundur

    Ribuan Demonstran Malaysia Turun ke Jalan, Tuntut Anwar Ibrahim Mundur

    Kuala Lumpur

    Ribuan warga Malaysia turun ke jalanan ibu kota Kuala Lumpur pada Sabtu (26/7) waktu setempat dalam aksi memprotes biaya hidup yang melonjak. Dalam aksinya, para demonstran juga menuntut Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim, yang dianggap gagal memenuhi janji reformasi, untuk mundur dari jabatannya.

    Unjuk rasa yang diselenggarakan oleh partai-partai oposisi ini menandai aksi protes besar pertama di negara tersebut sejak Anwar naik ke tampuk kekuasaan setelah pemilu tahun 2022 lalu.

    Para demonstran, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), berkumpul di berbagai titik di sekitar pusat kota Kuala Lumpur sebelum berkumpul dalam jumlah besar di area Lapangan Merdeka pada Sabtu (26/7) waktu setempat.

    Sejumlah demonstran tampak membawa poster bertuliskan “Turun Anwar” saat para personel kepolisian secara ketat mengawasi jalannya aksi protes.

    “Dia (Anwar) telah memerintah negara ini selama tiga tahun dan belum memenuhi janji-janji yang dibuatnya,” kata salah satu demonstran, Fauzi Mahmud (35), yang datang dari Selangor.

    “Dia telah mengunjungi banyak negara untuk mendatangkan investasi, tetapi kami belum melihat apa pun,” ucapnya kepada AFP, merujuk pada kunjungan Anwar baru-baru ini ke luar negeri, seperti Rusia dan Eropa.

    “Biaya hidup masih tinggi,” ujar Fauzi yang seorang insinyur ini.

    Salah satu demonstran memakai ikat kepala bertuliskan “Turun Anwar” dalam unjuk rasa di Kuala Lumpur Foto: AFP/MOHD RASFAN

    Anwar ditunjuk sebagai PM Malaysia dengan tiket reformis dan berjanji untuk memberantas korupsi, nepotisme, dan kronisme dalam sistem politik yang terpecah belah di negara tersebut.

    Beberapa hari menjelang unjuk rasa, Anwar mengumumkan serangkaian langkah populis untuk mengatasi berbagai masalah dan keluhan rakyat. Salah satunya dengan memberikan bantuan uang tunai sebesar 100 Ringgit, setara Rp 387 ribu, kepada seluruh warga Malaysia yang berusia 18 tahun ke atas.

    Bantuan tunai itu akan dibayarkan satu kali, mulai 31 Agustus mendatang.

    Anwar juga mengumumkan bahwa sekitar 18 juta pengendara Malaysia akan memenuhi syarat untuk membeli bahan bakar yang disubsidi besar-besaran dengan harga 1,99 Ringgit (Rp 7.712) per liter, dibandingkan harga saat ini sebesar 2,05 Ringgit (Rp 7.944) per liter.

    Para analis politik menilai pengumuman itu sebagai langkah strategis untuk meredakan frustrasi publik yang semakin meningkat, dan mencegah orang-orang ikut dalam aksi protes pada Sabtu (26/7) ini.

    Namun, survei terbaru yang dilakukan Merdeka Centre for Opinion Research, lembaga independen yang berbasis di Malaysia, mendapati bahwa mayoritas pemilih Malaysia memberikan tingkat kepuasan positif sebesar 55 persen kepada Anwar. Alasannya antara lain meredanya gejolak politik dan upaya meningkatkan profil Malaysia melalui kepemimpinan di ASEAN tahun ini.

    Lihat juga Video: Bahas Blok Ambalat, Prabowo-Anwar Ibrahim Setuju Eksploitasi Bersama

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Kamboja Serukan Gencatan Senjata, Thailand Ingatkan Hal Ini

    Kamboja Serukan Gencatan Senjata, Thailand Ingatkan Hal Ini

    Bangkok

    Otoritas Thailand mengingatkan bahwa Kamboja perlu menunjukkan “ketulusan sejati dalam mengakhiri konflik” agar gencatan senjata atau perundingan dapat dilakukan. Phnom Penh menyerukan gencatan senjata segera dengan Bangkok, namun pertempuran di perbatasan terus berlanjut pada Sabtu (26/7).

    Thailand dan Kamboja terlibat pertikaian perbatasan sejak lama terkait area yang dikenal sebagai Segitiga Zamurd, tempat perbatasan kedua negara dan Laos bertemu. Perselisihan ini kembali memanas menjadi pertempuran intens sejak Kamis (24/7), hingga melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pasukan darat.

    Kedua negara melaporkan bentrokan terus berlanjut pada Sabtu (26/7) pagi, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dengan Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan “lima peluru artileri berat” ke sejumlah lokasi di Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat di Thailand.

    Sedangkan militer Thailand melaporkan pertempuran meletus di area Ban Chamrak, distrik Muang, pada akhir pekan.

    Bentrokan terbaru itu pecah setelah Duta Besar Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Chhea Keo, setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang digelar tertutup pada Jumat (25/7), menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand.

    “Kamboja meminta gencatan senjata segera — tanpa syarat — dan kami juga menyerukan solusi damai atas perselisihan tersebut,” katanya kepada wartawan.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Thailand, Maris Sangiampongsa, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), mengatakan bahwa agar gencatan senjata atau perundingan dapat dilakukan, Kamboja perlu menunjukkan “ketulusan sejati dalam mengakhiri konflik”.

    “Saya mendesak Kamboja untuk menghentikan pelanggaran kedaulatan Thailand dan kembali menyelesaikan masalah ini melalui dialog bilateral,” kata Maris saat berbicara kepada wartawan pada Sabtu (26/7).

    Sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7), menurut data resmi kedua negara, total sedikitnya 33 orang tewas di wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja.

    Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7), sehingga jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini. Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan sedikitnya 13 orang tewas — terdiri atas delapan warga sipil dan lima tentara — akibat serangan militer Thailand. Lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan itu.

    Thailand Bertekad Pertahankan Kedaulatan Negara

    Kementerian Luar Negeri Thailand, dalam pernyataan yang dirilis Jumat (25/7), menekankan perlunya melindungi kedaulatan dan warga negaranya, saat Kamboja terus melancarkan serangan lintas perbatasan.

    Dikatakan Kementerian Luar Negeri Thailand, seperti dilansir media lokal The Nation, bahwa pihaknya mengapresiasi proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Ketua ASEAN, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim.

    Proposal itu dimaksudkan untuk menghentikan permusuhan dan mencegah eskalasi lebih lanjut, sekaligus membuka jalan bagi perundingan damai dan penyelesaian diplomatik.

    Namun, Kementerian Luar Negeri Thailand dalam pernyataannya menyinggung soal serangan Kamboja yang terus berlanjut terhadap wilayah perbatasannya.

    “Setiap gencatan senjata harus didasarkan pada kondisi yang tepat dan selaras dengan situasi di lapangan. Keselamatan rakyat Thailand di wilayah terdampak tetap menjadi prioritas utama,” tegas Kementerian Luar Negeri Thailand.

    Kementerian Luar Negeri Thailand menambahkan bahwa tindakan Kamboja sejauh ini menunjukkan kurangnya ketulusan.

    Lihat juga Video: Perang Memanas, Warga Thailand di Perbatasan Dihantui Bunyi Ledakan

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)