Organisasi: ASEAN

  • Ekspor Batu Bara Anjlok 21,74 Persen, Ini Alasannya!

    Ekspor Batu Bara Anjlok 21,74 Persen, Ini Alasannya!

    JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara terkait penurunan ekspor komoditas batu bara sejak Januari hingga Juli 2025 menurun sebesar 21,74 persen menjadi 13,82 miliar dolar AS.

    Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Tri Winarno mengakui, penurunan nilai ekspor ini memang terjadi dikarenakan terdapat peningkatan kapasitas produksi di China dan India belakangan ini.

    Apalagi, lanjut dia, China dan India merupakan dua negara ekspor utama batu bara Indonesia.

    “Itu China dan India memang kapasitas produksinya naik. Nah, sedangkan kita ekspor utamanya ke kedua negara itu. Nah, jadi wajar-wajar saja sebetulnya,” ujar Tri kepada awak media di Kawasan Parlemen, Rabu, 3 September.

    Ia menambahkan naik turunnya nilai ekspor merupakan hal yang wajar terjadi, seperti fluktuasi harga komoditas batu bara.

    “Sebetulnya ini siklusnya ya, naik turun gitu, harga naik turun. Seperti itulah kira-kira,” sambung Tri.

    Untuk mengatasi penurunan ini, Tri menyebut kementeriannya telah menjajaki alternatif negara ekspor lain selain China dan India. Alih-alih mengekspor ke Eropa, Tri telah meminta Asosiasi Pertambangan Batu Bara (APBI) agar menyasar negara-negara Asean seperti Vietnam, Malaysia, Thailand dan Filipina.

    “Kita sudah ngomong juga dengan APBI, coba dijajakin misalnya Vietnam, Malaysia, Thailand, terus kemudian Filipina,” jelas dia.

    Sebelumnya, BPS melaporkan kinerja ekspor komoditas emas hitam ini pada periode Januari hingga Juli 2024 tercatat sebesar 17,66 miliar dolar AS.

    “Nilai ekspor batu bara turun 21,74 persen secara kumulatif,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Senin, 1 September.

    Dia menjelaskan, secara kumulatif penurunan ekspor ini disebabkan karena adanya penurunan volume ekspor sebesar 6,95 persen.

    Asal tahu saja, ekspor batu bara memiliki pangsa pasar sebesar 9,08 persen dari total ekpsor nonmigas sejak Januari hingga Juli 2025.

  • Asia Healthcare Summit Soroti RI Sebagai Mercusuar Kesehatan Digital

    Asia Healthcare Summit Soroti RI Sebagai Mercusuar Kesehatan Digital

    Jakarta, CNBC Indonesia – InterSystems menggelar Asia Healthcare Summit 2025 yang mempertemukan lebih dari 200 pemimpin regional dan lokal dari pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan sektor teknologi informasi Indonesia ini diposisikan sebagai mercusuar inovasi kesehatan di Asia.

    Founder dan CEO InterSystems, Terry Ragon, mengatakan, dengan dukungan kebijakan progresif, investasi swasta yang terus meningkat, serta ekosistem kolaboratif yang menghubungkan keahlian global dengan inovasi lokal, Indonesia muncul sebagai penggerak utama transformasi kesehatan digital di Asia. Perkembangan ini memicu terobosan baru dalam perawatan pasien yang berbasis data.

    Sistem kesehatan Indonesia berkembang pesat dalam hal digitalisasi, didorong oleh agenda transformasi Kementerian Kesehatan serta meningkatnya kebutuhan akan data yang terpercaya, dapat saling terhubung, dan sistem bertenaga AI.

    “Kita sedang berada di awal perubahan besar dalam dunia komputasi ketika memasuki era AI. Asia Tenggara adalah pusat inovasi, dan di Summit ini para pelanggan kami menunjukkan bagaimana mereka menghadirkan layanan kesehatan kelas dunia dengan teknologi kami,” ungkap dia dikutip Rabu (3/9/2025).

    Regional Managing Director, Asia Pacific, InterSystems, Luciano Brustia, menegaskan, meski momentumnya kuat, sektor kesehatan di Asia masih menghadapi tantangan, seperti sistem lama yang terfragmentasi, literasi digital yang belum merata, dan kekhawatiran publik soal keamanan data.

    “Transformasi kesehatan Indonesia bukan hanya pencapaian nasional, melainkan juga katalis untuk negara-negara lain di kawasan. Kepemimpinan yang visioner, kolaborasi lintas industri, serta kesiapan untuk mengadopsi teknologi yang aman dan dapat diperluas menjadi tolok ukur baru,” kata dia.

    Dalam gelaran ini, InterSystems memamerkan platform data InterSystems IRIS for Health™ yang dapat menghubungkan data dari beragam sistem secara real time dan menyeragamkannya agar dapat diolah dengan standar yang sama. Sehingga siap dipakai untuk AI dan analitik tanpa harus mengganti infrastruktur lama.

    Platform ini membantu rumah sakit melakukan modernisasi bertahap tanpa gangguan. Sistem rekam medis elektronik InterSystems TrakCare®, yang digunakan oleh banyak rumah sakit dan laboratorium terkemuka di Indonesia, dibangun di atas platform ini.

    Solusi ini mengadopsi standar global seperti HL7® FHIR® serta mendukung inisiatif nasional seperti SATUSEHAT. Di Indonesia, teknologi InterSystems digunakan oleh penyedia layanan kesehatan, termasuk Prodia, EMC Healthcare, Tzu Chi Hospital, EKA Hospital, Pondok Indah Group, Asia One Healthcare, dan Bali International Hospital.

    Kemitraan ini mencakup jaringan laboratorium nasional hingga rumah sakit swasta modern, sejalan dengan visi Kementerian Kesehatan untuk menghadirkan layanan terhubung dan berpusat pada pasien.

    Salah satu momen penting di acara ini adalah ketika EMC Healthcare diumumkan sebagai rumah sakit pertama di dunia yang menggunakan InterSystems IntelliCare™, EHR terpadu bertenaga AI yang baru diluncurkan dan dibangun di atas data platform InterSystems.

    CEO EMC Healthcare Jusup Halimi mengatakan IntelliCare dirancang agar tenaga medis bisa lebih fokus pada pasien.

    “Sementara data pasien mengalir aman dan instan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat,” kata dia.

    Sementara itu, Head of Global Healthcare Solutions InterSystems, Don Woodlock, memaparkan portofolio produk InterSystems untuk mendukung kelancaran aliran data di bidang kesehatan, termasuk solusi Unified Care Record yang meraih penghargaan 2025 Best in KLAS di Eropa untuk kategori Shared Care Records/HIE. Dia juga memperkenalkan kapabilitas baru agentic AI di InterSystems IntelliCare, yang akan menjadi asisten cerdas bagi tenaga medis untuk membantu merencanakan dan mengeksekusi tugas, menghemat waktu, serta meningkatkan kualitas keputusan.

    Sorotan lain datang dari Chief Commercial and Operations Officer Bali International Hospital Dr. Noel Yeo. Ia memaparkan transformasi yang tengah dijalankan rumah sakit tersebut sejak peresmiannya pada Juni 2025 di Kawasan Ekonomi Khusus Sanur.

    Dia menggarisbawahi inovasi layanan dan pemanfaatan TrakCare mampu merevolusi praktik perawatan di Indonesia. Forum ini juga menampilkan demo produk secara langsung, mulai dari konsultasi berbasis AI dan wawasan pasien, avatar AI yang membantu dokter dengan tugas rutin, hingga berbagi data lintas sektor kesehatan yang mulus, menjembatani visi kebijakan dengan praktik klinis.

    Selain itu, sepuluh mitra solusi dan layanan InterSystems ikut serta di Partner Pavilion, termasuk ST Engineering, grup teknologi, pertahanan, dan rekayasa global yang baru bergabung sebagai mitra implementasi di kawasan ASEAN.

    “Dengan mengintegrasikan sistem pintar kami dengan platform data kesehatan InterSystems, pusat komando AGIL® Care kami memperkuat interoperabilitas rumah sakit, efisiensi operasional, dan ketahanan dalam menghadapi krisis ataupun pandemi,” kata President of Enterprise Digital di ST Engineering Tan Bin Ru.

    Lebih lanjut, acara ditutup dengan penghargaan untuk pelanggan di Asia yang menjadi benchmark kematangan kesehatan digital yang meraih validasi Stage 6 atau 7 HIMSS EMRAM, level tertinggi dalam transformasi digital rumah sakit secara global. Pencapaian ini menunjukkan bahwa rumah sakit telah menjadi benchmark dunia dalam penggunaan teknologi kesehatan.

    Para peraih penghargaan yakni Pondok Indah Hospital Group, rumah sakit pertama di Indonesia yang mencapai Stage 6 dan kini mencapai Stage 7 di ketiga rumah sakitnya. Lalu EMC Grha Kedoya yang baru mencapai HIMSS EMRAM 6, serta National Heart Institute of Malaysia sebagai rumah sakit pertama di Malaysia yang meraih HIMSS EMRAM Stage 6.

    Para delegasi sepakat bahwa integrasi data yang aman dan penerapan sistem bertenaga AI dapat mengurangi beban kerja, mempercepat diagnosis, serta meningkatkan keterlibatan dan hasil pasien. Semua ini langsung mendukung visi pemerintah Indonesia untuk ekosistem kesehatan digital yang aman, inklusif, dan berpusat pada pasien.

    Para pembicara menegaskan, langkah ke depan harus menyeimbangkan ambisi teknologi dengan etika AI, tata kelola yang transparan, keamanan data yang kuat, serta perawatan yang tetap berpusat pada manusia. Mereka juga menegaskan kesiapan Indonesia untuk memimpin lahir dari kombinasi visi pemerintah, kemampuan sektor swasta, dan keterbukaan terhadap kolaborasi global.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sewa Kios UMKM Blok M Tembus Rp 25 Juta, Pramono Anung: Tidak Boleh Semena-mena – Page 3

    Sewa Kios UMKM Blok M Tembus Rp 25 Juta, Pramono Anung: Tidak Boleh Semena-mena – Page 3

    Ia mengaku telah menegur langsung Direktur Utama MRT Jakarta, Tuhiyat. “Kalau memang tidak bisa dijalankan kerja sama-nya, maka saya minta untuk dibatalkan. Bagi saya, UMKM itu menjadi lebih utama,” tegasnya.

    Pramono menambahkan bahwa Blok M bukan sekadar pusat belanja, melainkan akan menjadi sentra ASEAN kebanggaan Jakarta.

    “Saya memastikan Blok M adalah wadah bagi UMKM dan produk lokal untuk berkembang, bukan ladang oknum mencari keuntungan pribadi,” ujarnya.

    Banyak akun pengguna media sosial tak jarang memberi komentar keluhan hingga semangat pada kolom komentar unggahan laman Tiktok Pramono Anung dengan akun @pramonoanung.

    “Harusnya harga sewa Rp 1 juta per bulan soalnya tidak ada wastafel juga. Karyawannya kalau menyuci peralatan harus jongkok di luar. Kalau Rp 2 juta harus ada fasilitas lengkap baru masuk akal,” tulis akun @Elite maid.

     

  • Nilai Tambah Manufaktur RI Peringkat 13 Dunia, Tembus Rp 4,3 Kuadriliun

    Nilai Tambah Manufaktur RI Peringkat 13 Dunia, Tembus Rp 4,3 Kuadriliun

    Jakarta

    Indonesia mencatat capaian penting di sektor manufaktur global sepanjang 2024. Data terbaru Bank Dunia menunjukkan nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia tembus US$ 265,07 miliar atau setara Rp 4.349 triliun (kurs Rp 16.400)

    Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-13 dunia, melampaui rata-rata MVA global yang hanya US$ 78,73 miliar. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, capaian ini mencerminkan daya saing manufaktur yang semakin kuat.

    “Data terkini yaitu dari Global Manufacturing Value Added atau MVA pada tahun 2024 yang dirilis oleh Bank Dunia, nilai MVA Indonesia pada tahun 2024 mencapai US$ 265,07 miliar dolar, jauh melampaui rata-rata MVA dunia yang sebesar hanya US$ 78,73 miliar,” kata Agus dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (3/9/2025).

    Industri manufaktur di Indonesia dinilai memiliki struktur yang cukup mendalam dari sektor hulu sampai hilir. Hal ini berdampak positif pada peningkatan nilai tambah (value added) sehingga memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

    Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memimpin jauh di atas Thailand yang berada di urutan kedua. Menurut Agus, MVA Thailand hanya setengah dari nilai MVA Indonesia.

    “Di Asia Tenggara tentu kita pasti lebih tinggi dari negara-negara lain dan ranking kedua MVA di Asia Tenggara atau ASEAN itu diduduki oleh Thailand yang jumlah atau nilai MVA-nya hanya setengah dari jumlah atau nilai MVA yang dicatat oleh Indonesia,” ungkapnya.

    Agus juga menegaskan bahwa Indonesia masih di bawah China, Jepang, India, dan Korea Selatan untuk level Asia. Namun, Agus optimis dalam beberapa tahun ke depan Indonesia mampu menyusul MVA negara-negara lain.

    “Kami sangat meyakini dalam lima sama sepuluh tahun ke depan kalau kita bisa menerapkan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk sektor manufaktur, kita akan mudah bisa menyusul negara-negara yang tadi saya sampaikan,” tutup Agus.

    (ily/ara)

  • Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN

    Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN

    Jakarta

    Tahun 2025 menandai Golden Jubilee ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE), forum kerja sama sektor energi regional yang beranggotakan 10 perusahaan migas nasional dan otoritas energi negara ASEAN. ASCOPE telah menjadi wadah penting bagi kolaborasi energi lintas negara ASEAN, mulai dari mengelola potensi migas, membangun infrastruktur strategis, hingga memperkuat ketahanan energi kawasan.

    ASCOPE merupakan penghubung antarnegara lewat proyek migas untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi yang terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi ASEAN. Secretary In Charge ASCOPE sekaligus SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) Henricus Herwin menjelaskan organisasi ini harus terus beradaptasi dengan perubahan peta energi global, tantangan geopolitik, serta tuntutan transisi menuju energi bersih agar tetap relevan dan memperkuat eksistensinya di masa depan.

    “Setengah abad perjalanan ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi ASEAN dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi,” ungkap Henricus dalam keterangan tertulis, Rabu (3/9/2025).

    Tonggak Sejarah Migas ASEAN

    ASCOPE dibentuk tahun 1975, ketika negara-negara ASEAN tengah gencar mengeksplorasi sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pembangunan ekonomi. Saat itu, kebutuhan forum kerja sama lintas negara amat terasa, terutama karena infrastruktur energi regional masih terfragmentasi. Dari sinilah lahir ASCOPE yang bertugas untuk membangun jejaring kolaborasi energi ASEAN.

    Warisan terpenting ASCOPE adalah Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) proyek yang diinisiasi oleh Gas Advocacy Task Force. Kini, lebih dari 3.600 kilometer jaringan pipa gas telah terhubung lintas negara menghubungkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia. Infrastruktur ini bukan hanya simbol kerja sama, tetapi juga sebagai instrumen strategis untuk memastikan ketersediaan energi kawasan.

    Seiring berkembangnya LNG sebagai virtual pipeline, ASCOPE turut mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa) yang memperluas mobilitas gas lintas negara. Infrastruktur ini menawarkan fleksibilitas bagi negara-negara untuk memindahkan energi dari pusat produksi ke pusat konsumsi, bahkan melampaui keterbatasan jaringan pipa fisik.

    ASCOPE juga menginisiasi ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA), perjanjian solidaritas energi untuk menghadapi potensi krisis pasokan. APSA menegaskan pentingnya perspektif keamanan energi kolektif di ASEAN.

    Disamping itu, Exploration and Production Task Force (EPTF) meluncurkan ASCOPE Decommissioning Guideline yang menstandarisasi proses penonaktifan fasilititas migas (facility decommissioning) secara aman dan andal.

    Transisi Energi Jadi Tantangan Baru

    ASEAN Energy Outlook 2024 memproyeksikan konsumsi energi kawasan akan melonjak dua kali lipat pada 2050 seiring pertumbuhan populasi yang mencapai 680 juta jiwa. Dalam hal tersebut, gas bumi akan memegang peran vital sebagai energi transisi. Tetapi dalam jangka panjang, negara-negara ASEAN sudah berkomitmen mencapai net zero emissions pada paruh kedua abad ini.

    ASCOPE tidak lagi bisa berfokus semata-mata pada migas, tetapi juga harus menjadi pendorong dalam pengembangan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), pengurangan emisi metana, hingga integrasi energi terbarukan serta pemanfaatan infrastruktur gas untuk transportasi hidrogen.

    Langkah Nyata telah Dilakukan

    Policy, Research and Capability Building Task Force menggagas penyusunan template perjanjian lintas negara untuk CCUS. Pada 2023, ASCOPE membentuk Clean Energy Task Force untuk mengeksplorasi peluang teknologi rendah karbon, memperluas diskusi mekanisme perdagangan karbon, insentif investasi energi hijau, serta strategi penggunaan jaringan pipa gas untuk transportasi hidrogen di masa depan.

    Geopolitik dan Diplomasi Energi

    Permintaan energi yang tinggi dan perubahan iklim bukan menjadi satu-satunya alasan mengapa peran ASCOPE kian relevan. Geopolitik global dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa rapuhnya rantai pasok energi internasional. Krisis energi yang dipicu konflik Rusia-Ukraina, serta lonjakan harga minyak dan gas pada 2022-2023, menjadi pengingat bahwa diversifikasi pasokan, pembangunan infrastruktur bersama, dan solidaritas regional bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

    Berbeda dengan organisasi energi lain, ASCOPE beranggotakan langsung otoritas energi nasional dan BUMN migas, seperti Petroleum Authority (Brunei Darussalam), Ministry of Mines and Energy (Cambodia), Pertamina (Indonesia), Petroliam Nasional Berhad/PETRONAS (Malaysia), Lao State Fuel Company (Lao PDR), Myanma Oil and Gas Enterprise/MOGE (Myanmar), Philippine National Oil Company PNOC (Philippines), Singapore LNG Corporation Pte Ltd/SLNG (Singapore), PTT (Thailand), dan Petrovietnam (Vietnam). Kolaborasi BUMN energi ini memberi daya tawar kolektif ASEAN di panggung global dan menjadikan ASCOPE sebagai aktor strategis dalam diplomasi energi.

    Momentum 50 Tahun

    Setengah abad ASCOPE bisa dibaca sebagai cermin perjalanan energi ASEAN dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi. Namun agar tetap relevan, ada empat catatan penting yang perlu diperhatikan.

    1. Adanya penguatan kelembagaan

    Untuk menghadapi tantangan baru, diperlukan payung hukum dan tata kelola yang lebih kokoh, melalui ASCOPE Charter dan Governance & Institutional Framework. Piagam ini diharapkan menjadi dasar komitmen bersama dalam kerja sama energi lintas batas.

    2. Perluasan fokus ke energi bersih

    Gas bumi akan selalu memegang peran penting, tetapi relevansi ASCOPE ke depan ditentukan oleh kemampuannya mengintegrasikan agenda transisi energi. Pengembangan CCUS, mekanisme perdagangan karbon, hingga peluang hidrogen hijau perlu menjadi bagian dari peta jalan baru organisasi.

    3. Peningkatan daya tarik investasi

    ASCOPE mendorong skema insentif dan kemudahan regulasi lintas negara untuk menarik investasi energi bersih dan infrastruktur strategis ASEAN.

    4. Penguatan riset dan inovasi

    ASEAN tidak bisa hanya bergantung pada teknologi impor. Kolaborasi penelitian, pembangunan pusat riset bersama, hingga kemitraan dengan swasta dan akademisi akan menentukan seberapa cepat kawasan ini beradaptasi.

    Dahulu, cerita energi ASEAN dimulai dari kilang dan anjungan minyak. Sekarang cerita itu berkembang menjadi jaringan pipa gas lintas negara hingga integrasi energi bersih dalam sistem kelistrikan regional. Golden Jubilee ASCOPE adalah momentum emas untuk mendefinisikan babak baru energi ASEAN dengan menegaskan komitmennya menjadi motor penggerak transisi menuju masa depan energi yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif bagi Asia Tenggara.

    (ega/ega)

  • Video: Rayakan 1 Dekade BATIC, Telin Dorong Transformasi Digital ASEAN

    Video: Rayakan 1 Dekade BATIC, Telin Dorong Transformasi Digital ASEAN

    Jakarta, CNBC Indonesia- Bali Annual Telkom International Conference atau BATIC menegaskan kiprahnya sebagai penghubung utama ekosistem digital Asia Pasifik melalui gelarannya di tahun ini.

    PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), melalui anak usahanya Telin, menghadirkan lebih dari seribu lima ratus peserta dari ratusan perusahaan dan puluhan negara dalam forum BATIC tahun ini. Forum ini membuka ruang diskusi seputar infrastruktur digital, kemitraan lintas negara, hingga teknologi masa depan yang membentuk lanskap industri telekomunikasi.

    Tidak hanya menghadirkan pemimpin industri, BATIC 2025 juga menyelenggarakan Future Tech Leaders’ Summit, yang dirancang untuk memberdayakan generasi inovator berikutnya melalui interaksi langsung dengan pemimpin global.

    CEO Telin Budi Satria Dharma Purba menyebut, dalam satu dekade terakhir BATIC tumbuh signifikan dalam skala maupun dampak, sekaligus menjadi momentum penting bagi kolaborasi global dan percepatan pertumbuhan digital lintas batas.

    Sejalan dengan visi Telin for Tomorrow, acara ini juga menekankan komitmen pada keberlanjutan. Telin mengukur jejak karbon perjalanan peserta dan menyeimbangkannya melalui penanaman mangrove sebagai bagian dari implementasi prinsip ESG.

    Dengan semangat kolaborasi global, Telin menegaskan BATIC sebagai panggung digital internasional, sekaligus penghubung menuju masa depan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan

    Selengkapnya simak dialog Serliana Salsabila dengan CEO PT Telekomunkasi Indonesia Internasional (TELIN), Budi Satria Dharma Purba dalam Profit, CNBC Indonesia (Rabu, 03/09/2025)

  • 50 Tahun ASCOPE, Pertamina Perkuat Kolaborasi Energi di Asia Tenggara

    50 Tahun ASCOPE, Pertamina Perkuat Kolaborasi Energi di Asia Tenggara

    Jakarta

    Memasuki tahun ke-50 ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE), PT Pertamina (Persero) memperkuat kolaborasi perusahaan energi di kawasan. Upaya ini dilakukan untuk mengelola potensi migas, membangun infrastruktur strategis, hingga memperkuat ketahanan energi kawasan dalam rangka memenuhi pasokan energi di wilayah Asia Tenggara.

    SVP Strategy & Investment Pertamina, Henricus Herwin menyampaikan Pertamina sebagai salah satu pendiri ASCOPE yang terbentuk sejak 1975, aktif membangun kerja sama migas antarnegara. Kini, Pertamina bersama anggota ASCOPE beradaptasi dengan dinamika global untuk memimpin transisi energi bersih ASEAN.

    “Saat ini, Pertamina berperan penting dan strategis dalam mengoordinasikan kegiatan ASCOPE dan diplomasi antarnegara pada tingkat kementerian energi di negara ASEAN,” ujar Henricus dalam keterangannya, Rabu (3/9/2025).

    Menurutnya, ASCOPE telah mencatat tonggak sejarah. ASCOPE hadir di era 1970-an, ketika negara-negara ASEAN tengah gencar mengeksplorasi sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pembangunan ekonomi. Forum kerja sama lintas negara sangat diperlukan, terutama karena infrastruktur energi regional masih terfragmentasi.

    Dari sinilah lahir ASCOPE dengan mandat utama membangun jejaring kolaborasi energi ASEAN. Salah satunya pada Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP), proyek yang digawangi oleh Gas Advocacy Task Force. Hingga kini, sepanjang lebih dari 3.600 kilometer jaringan pipa gas telah terhubung lintas negara, menghubungkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia.

    Selain itu, ASCOPE turut mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa), yang memperluas mobilitas gas lintas negara. ASCOPE juga menginisiasi ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA), perjanjian solidaritas energi untuk menghadapi potensi krisis pasokan serta meluncurkan standarisasi proses penonaktifan fasilitas migas secara aman dan andal serta memfasilitasi pertukaran pengalaman antar-BUMN energi, mulai dari eksplorasi migas lepas pantai, teknologi LNG dan regasifikasi, hingga advokasi gas.

    “Setengah abad perjalanan ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi ASEAN, dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi,” imbuhnya.

    Henricus mengungkapkan pada usia 50 tahun ASCOPE, perlunya memperhatikan penguatan kelembagaan, perluasan fokus ke energi bersih, peningkatan daya tarik investasi serta penguatan riset dan inovasi.

    “Golden Jubilee ASCOPE merupakan momentum emas untuk mendefinisikan babak baru energi ASEAN dengan menegaskan komitmennya menjadi motor penggerak transisi menuju masa depan energi yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif bagi Asia Tenggara,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa Pertamina berkomitmen untuk mempererat kolaborasi perusahaan energi antarnegara ASEAN untuk memastikan pasokan energi di kawasan Asia Tenggara tetap aman.

    “Peran strategis ASCOPE sangat diperlukan dalam mempererat kolaborasi perusahaan energi antarnegara ASEAN untuk memastikan pasokan energi di kawasan Asia Tenggara tetap aman. Seiring dengan itu, strategi pertumbuhan ganda Pertamina, yakni penguatan bisnis migas eksisting dan akselerasi energi hijau rendah karbon, menjadi komitmen bahwa Pertamina turut andil dalam menjaga ketahanan energi di kawasan ASEAN,” pungkasnya.

    (akd/akd)

  • Daftar Harga Mitsubishi Destinator, Paling Murah Segini

    Daftar Harga Mitsubishi Destinator, Paling Murah Segini

    Jakarta

    Harga Mitsubishi Destinator di awal bulan September 2025 belum berubah. Ini daftar harga Mitsubsihi Destinator terbaru.

    Memasuki awal September 2025, harga Mitsubishi Destinator masih sama dengan awal peluncuran. Dilihat detikOto dalam laman resmi Mitsubishi Motors Indonesia, tertulis harganya masih sama seperti pertama kali diluncurkan.

    Harga Mitsubishi Destinator September 2025

    Destinator GLS dibanderol Rp 385 juta, Exceed Rp 405 juta, dan Ultimate Rp 465 juta. Namun demikian, kalau diperhatikan, ada catatan kecil di bawah tertulis untuk harga reguler OTR Jabodetabek berbeda dengan harga di atas. Ada kenaikan sebesar Rp 10-15 juta dari harga sebelumnya.

    Harga Mitsubsihi Destinator GLS misalnya tertulis ‘Harga reguler OTR Jabodetabek Rp 395 juta’. Artinya ada perbedaan Rp 10 juta dari harga yang tertera di situs tersebut. Mitsubishi Destinator Exceed pun demikian, tertulis harga reguler OTR Jabodetabek Rp 415 juta atau selisih Rp 10 juta dibandingkan sebelumnya. Terakhir Destinator Ultimate tertulis harga reguler OTR Jabodetabeknya Rp 480 juta, selisih Rp 15 juta dari harga peluncuran.

    Harga Mitsubishi Destinator Exceed Foto: Dok. Mitsubishi MotorsHarga Mitsubishi Destinator GLS Foto: Dok. Mitsubishi MotorsHarga Mitsubishi Destinator Ultimate Foto: Dok. Mitsubishi Motors

    Saat dikonfirmasi, Mitsubishi menegaskan harga Destinator masih sama seperti peluncuran. Belum ada kenaikan sebagaimana tertulis sebagai harga OTR Jabodetabek di situs resminya.

    “Silakan mengacu di harga utama yg tertera di website karena belum ada kenaikan harga Destinator hingga saat ini,” Intan Vidiasari, GM of Marketing Communication & PR Division PT MMKSI kepada detikOto, Selasa (3/9/2025) malam.

    Sebelumnya, President Director PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia Atsushi Kurita memang sudah mengungkap pihaknya bakal melakukan penyesuaian harga pada bulan September 2025. Pun di laman resmi Mitsubishi itu juga tertulis harganya hanya berlaku hingga September tanpa menyebutkan tanggal pastinya.

    “Harga ini berlaku bagi konsumen yang melakukan SPK hingga akhir September. Setelah itu akan direvisi, cuma berapanya belum bisa kita bilang karena harus melihat performa penjualan kendaraan ini hingga akhir September mendatang. Jadi ditunggu ya,” jelas Atsushi Kurita disela-sela pameran GIIAS 2025.

    Wujud Mitsubishi Destinator Ultimate yang dites oleh redaksi detikOto Foto: Muhammad Zaky Fauzi Azhar

    Mitsubishi Destinator merupakan midsize SUV terbaru dari Mitsubishi Motors yang diluncurkan secara global di Indonesia pada 17 Juli 2025. Mobil ini dikembangkan untuk pasar ASEAN termasuk Vietnam, Filipina, serta untuk Kawasan Asia Selatan, Amerika Latin, Timur Tengah, dan juga Afrika. Di Indonesia, ada tiga varian Mitsubishi Destinator yang ditawarkan yaitu GLS, Exceed, dan Ultimate. Masing-masing varian memiliki keunggulan. Pertama ada varian GLS yang dilengkapi dengan fitur esensial sehingga cocok untuk digunakan sehari-hari.

    Selanjutnya varian Exceed menawarkan kenyamanan dengan teknologi pintar. Destinator varian Exceed ini diklaim ideal bagi yang menginginkan pengalaman berkendara yang lebih menyenangkan. Terakhir ada varian Ultimate yang ditujukan bagi mereka yang mengutamakan kemewahan. Varian Ultimate ini juga dilengkapi dengan teknologi tinggi dan diklaim sebagai varian terbaik dari Destinator.

    (dry/din)

  • PYFA Gaet Perusahaan Korsel Distribusi Produk Perawatan Luka ke ASEAN – Page 3

    PYFA Gaet Perusahaan Korsel Distribusi Produk Perawatan Luka ke ASEAN – Page 3

    Antes melanjutkan, kemitraan ini bukan hanya memperluas jangkauan geografis, tapi juga meningkatkan kapasitas perseroan dalam menghadirkan inovasi kesehatan berstandar dunia.

    “Kami optimistis dapat mendorong penetrasi pasar, membangun sinergi distribusi lintas negara, dan memberikan solusi kesehatan yang relevan bagi masyarakat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” imbuh dia.

    CEO Genewel Sang Deok Han meyakini, kemitraan strategis dengan PYFA bakal memperkuat distribusi produk perusahaan di lingkup internasional, utamanya pasar ASEAN.

    “Bersama PYFA, kami tidak hanya memperluas pasar produk Genewel, tapi juga turut berkontribusi dalam meningkatkan standar layanan kesehatan di Asia Tenggara. Kami percaya kolaborasi ini akan membuka peluang pertumbuhan jangka panjang yang saling menguntungkan,” tuturnya.

  • Pertamina Perkuat Kolaborasi Bidang Energi di Asia Tenggara pada Momentum 50 Tahun ASCOPE – Page 3

    Pertamina Perkuat Kolaborasi Bidang Energi di Asia Tenggara pada Momentum 50 Tahun ASCOPE – Page 3

    Tak hanya itu, ASCOPE juga mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa), memperluas mobilitas gas antarnegara. Organisasi ini turut meluncurkan ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA) sebagai bentuk solidaritas energi dalam menghadapi potensi krisis pasokan.

    Di samping itu, ASCOPE menginisiasi standarisasi penonaktifan fasilitas migas secara aman, serta menjadi wadah pertukaran pengalaman antar-BUMN energi, mulai dari eksplorasi lepas pantai, teknologi LNG dan regasifikasi, hingga advokasi gas.

    “Setengah abad perjalanan ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi ASEAN, dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi,” imbuh Henricus.

    Meski demikian, menurut Henricus, memasuki usia 50 tahun, ASCOPE menghadapi tantangan baru. Diperlukan penguatan kelembagaan, fokus yang lebih luas ke energi bersih, peningkatan daya tarik investasi, serta penguatan riset dan inovasi.

    “Golden Jubilee ASCOPE merupakan momentum emas untuk mendefinisikan babak baru energi ASEAN dengan menegaskan komitmennya menjadi motor penggerak transisi menuju masa depan energi yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif bagi Asia Tenggara,” katanya.

    Ia menegaskan, Pertamina juga berkomitmen memperkuat kerja sama di tingkat global, khususnya dengan perusahaan energi di ASEAN.

    “Peran strategis ASCOPE sangat diperlukan dalam mempererat kolaborasi perusahaan energi antaranegara ASEAN untuk memastikan pasokan energi di kawasan Asia Tenggara tetap aman. Seiring dengan itu, strategi pertumbuhan ganda Pertamina, yakni penguatan bisnis migas eksisting dan akselerasi energi hijau rendah karbon, menjadi komitmen bahwa Pertamina turut andil dalam menjaga ketahanan energi di kawasan ASEAN,” ujar Henricus.