Organisasi: APPBI

  • Pengunjung Pusat Perbelanjaan di Hari Lebaran, APPBI: Hanya Meningkat 10%

    Pengunjung Pusat Perbelanjaan di Hari Lebaran, APPBI: Hanya Meningkat 10%

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia/APPBI menyampaikan tingkat kunjungan atau okupansi mal di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 10% selama libur Idulfitri/Lebaran 2025.

    Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja menyampaikan meski dihadapkan isu pelemahan daya beli, pusat belanja tetap ramai pengunjung di momen libur Idulfitri atau Lebaran 2025. 

    Sayangnya, Alphonzus tidak menjelaskan lebih lanjut dan secara perinci jumlah pengunjung di seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia. 

    “Rata—rata tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan selama Ramadan dan Idulfitri 2025 ini meningkat kurang lebih hanya sekitar 10% saja dibandingkan dengan 2024 yang lalu,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (1/4/2025). 

    Realisasi tersebut pun masih masih sesuai dengan perkiraan sebelumnya, yang diprediksi pertumbuhannya hanya “single digit“ saja atau kurang dari 10%.

    Sebagaimana diketahui, pusat perbelanjaan atau mal menjadi salah satu pilihan destinasi mengisi waktu liburan, baik di kota besar maupun daerah-daerah di seluruh Indonesia. 

    Adapun Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansjah menyampaikan hal serupa, bahwa adanya peningkatan kunjungan. 

    Lagi-lagi, Budihardjo belum dapat menyampaikan data terkini besaran peningkatan kunjungan di pusat perbelanjaan. 

    “Datanya belum ada, tapi ramai sampai hari ini ramai seluruh mal di Indonesia karena suasana liburan masih sampai ke pelosok-pelosok ramai semua,” ujarnya. 

    Berdasarkan pantauan Bisnis di salah satu pusat perbelanjaan di kota Depok, Jawa Barat, Selasa (1/4/2025) sore, terlihat pengunjung cukup ramai. Meski demikian, pengunjung pada hari H+2 Lebaran ini terpantau lebih lengang dari momen Ramadan. 

    Rafa (25), salah satu pengunjung di mal tersebut yang tidak pulang kampung, mengungkapkan memilih mengunjungi mal pada waktu libur Lebaran untuk makan bersama keluarga. 

    Sepanjang liburan Lebaran, Rafa kesulitan mencari makanan ataupun restoran karena tutup. Untuk itu, menurutnya lebih mudah mencarinya di mal sekaligus berbelanja. 

    “Memang agak mahal di mal, tetapi yang tersedia di situ. Restoran dan tempat makan lain masih tutup. Kebetulan juga banyak diskon, jadi saya memanfaatkan momen tersebut,” tuturnya. 

    Sementara itu, Ziyad (25), mengaku memilih mengunjungi pusat perbelanjaan karena memanfaatkan waktu libur bersama keluarga untuk pergi ke taman bermain alias playground. 

    “Di mall dapat dengan mudah memilih jenis playground yang akan dikunjungi, tempatnya-pun lebih nyaman karna indoor dan ber-AC berhubung diluar hujan cukup deras,” ungkapnya. 

    Ziyad menyampaikan di mal pun lebih leluasa untuk mencari makan dan jajanan di satu tempat yang sama. 

  • Kabar Gembira! Mall Beri Diskon 70% Sambut Ramadan, Waktunya Belanja Hemat!

    Kabar Gembira! Mall Beri Diskon 70% Sambut Ramadan, Waktunya Belanja Hemat!

    Jakarta: Ramadan selalu menjadi momen spesial bagi masyarakat, tidak hanya sebagai bulan penuh berkah tetapi juga saat yang tepat untuk berburu diskon besar-besaran. 
     
    Menyambut momen ini, berbagai pusat perbelanjaan di Indonesia menawarkan promo menarik, salah satunya adalah diskon hingga 70 persen untuk berbagai produk favorit.
     
    Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menyatakan peritel yang memiliki toko di pusat belanja memberikan diskon hingga 70 persen pada pengunjung dalam rangka menyambut periode libur Lebaran 2025.

    “Besarnya diskon adalah sampai dengan 70 persen. Program promosi belanja merupakan kerja sama atau kolaborasi antara peritel dan pusat perbelanjaan,” ujar dia dilansir Antara, Sabtu, 22 Maret 2025.
     
    Tak hanya diskon besar, pusat perbelanjaan juga menghadirkan berbagai program menarik lainnya. Dari acara hiburan, pertunjukan budaya, hingga kegiatan keagamaan yang dikemas untuk menemani masyarakat dalam menikmati suasana Ramadan dan Idul Fitri. 
     
    Dengan berbagai penawaran spesial ini, pusat perbelanjaan dipastikan akan menjadi tempat yang ramai dikunjungi selama bulan puasa hingga Lebaran nanti.
     

    Barang incaran masyarakat saat diskon lebaran
    Menjelang Hari Raya, masyarakat umumnya berburu barang-barang tertentu yang menjadi kebutuhan utama saat lebaran. 
     
    Masyarakat lebih gemar membeli busana, tas, sepatu, aksesori, perlengkapan atau peralatan rumah tangga dan kategori non-makanan atau minuman lainnya.
     
    “Sedangkan pada saat dan liburan Idul Fitri nanti akan beralih ke kategori makanan dan minuman serta hiburan,” ujar dia.
     
    Ia juga menyampaikan hingga saat ini rata-rata semua pusat perbelanjaan baik yang berlokasi di kota besar maupun yang berlokasi di luar kota besar mengalami peningkatan kunjungan dikarenakan pembangunan infrastruktur yang telah dibangun oleh pemerintah.
     
    Alphonzus menambahkan bahwa rata-rata mall, baik di kota besar maupun kota kecil, mengalami lonjakan pengunjung. Infrastruktur yang semakin berkembang, seperti jalan tol yang menghubungkan berbagai daerah, turut mempengaruhi pola pergerakan masyarakat. 
     
    “Terjadi pertukaran kunjungan di mana masyarakat kota besar melakukan mudik, tapi sebaliknya juga masyarakat di luar kota besar berkunjung ke kota besar pada saat liburan Idul Fitri,” ucap dia.
     
    Meski begitu, industri ritel tetap menghadapi tantangan, terutama dari sisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Alphonzus memperkirakan bahwa pertumbuhan penjualan ritel selama Ramadan dan Idul Fitri tahun ini tetap meningkat dibanding tahun sebelumnya, namun tidak terlalu signifikan. 
     
    “Rata-rata tingkat pertumbuhannya hanya akan single digit saja atau kurang dari 10 persen,” ungkap dia.
     
    Selain itu, kebijakan pemangkasan anggaran pemerintah juga ikut memberikan efek domino terhadap industri ritel. Walaupun dampaknya tidak langsung, Alphonzus menilai bahwa pada akhirnya hal ini tetap memengaruhi daya beli masyarakat, terutama di kelas menengah ke bawah.
     
    Namun, bagi masyarakat yang ingin berbelanja hemat, ini adalah kesempatan emas. Diskon besar-besaran hingga 70 persen tentu menjadi momen yang sayang untuk dilewatkan. 
     
    Jadi, sudah siap berburu diskon Ramadan? Manfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan barang incaran dengan harga terbaik!
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Penerimaan Pajak Februari Turun, APPBI: Penurunan di Ritel Terasa

    Penerimaan Pajak Februari Turun, APPBI: Penurunan di Ritel Terasa

    Jakarta, Beritasatu.com – Penerimaan negara melalui pajak tercatat menurun hingga 30% pada Februari 2025. Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD Jakarta Mualim Wijoyo menilai, kontraksi ini bukan hanya disebabkan oleh kinerja Direktorat Jenderal Pajak (DJP), tetapi juga mencerminkan pelemahan ekonomi Indonesia. Ia pun merasakan dampaknya secara langsung, terutama di sektor ritel.

    “Di sektor ritel, penurunan ini terasa sekali. Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan beberapa perusahaan. Ini menjadi cerminan bahwa perekonomian kita memang sedang tidak baik-baik saja,” ujar Mualim Wijoyo dalam Investor Market Today, Senin (17/3/2025).

    Mualim menjelaskan bahwa daya beli masyarakat mulai melemah sejak semester kedua 2024. Saat Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 serta perayaan Imlek, tingkat konsumsi jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

    Ia juga menyoroti kondisi pusat perbelanjaan yang biasanya ramai di minggu kedua Ramadan, khususnya di sektor food and beverage (F&B) untuk agenda buka bersama.

    “Namun, kali ini beberapa tempat tidak seramai dulu. Dampaknya terasa sekali bagi pusat perbelanjaan tahun ini. Mungkin juga karena Tunjangan Hari Raya (THR) belum cair,” tambahnya menegaskan pelemahan ekonomi Indonesia.

    Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa hingga Februari 2025, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp 31,2 triliun atau 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

    Defisit ini menjadi yang pertama sejak pandemi, setelah APBN selalu mencatat surplus pada awal tahun selama periode 2022-2024.

    Penurunan penerimaan negara menjadi faktor utama defisit ini. Hingga akhir Februari 2025, pendapatan negara tercatat sebesar Rp 316,9 triliun, dengan realisasi pajak Rp 187,8 triliun.

    Saat pajak turun jadi cerminan ekonomi Indonesia melemah, pendapatan negara secara keseluruhan juga mengalami kontraksi 21,48%, jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya 4,52%. Kontraksi terbesar terjadi pada penerimaan pajak, yang anjlok hingga 30%, jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi 3,93% pada tahun sebelumnya.

  • Bos-Bos Pengusaha Geram Dipalak Preman Ormas, Menaker Cuma Ucap Begini

    Bos-Bos Pengusaha Geram Dipalak Preman Ormas, Menaker Cuma Ucap Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kalangan pengusaha di Indonesia geram dengan tingkah laku organisasi masyarakat atau ormas yang kerap memalak atau melakukan pungutan liar, sambil meminta jatah proyek. Mereka pun akhirnya buka suara secara terang-terangan.

    Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyebut fenomena ini telah mengganggu iklim investasi dan berpotensi merugikan ekonomi nasional.

    Menurutnya, praktik semacam ini tidak hanya membebani pelaku usaha dengan biaya tambahan, tetapi juga menciptakan ketidakpastian dalam berbisnis. Bahkan, tak jarang ulah oknum ini menyebabkan gangguan keamanan dan menghambat operasional industri.

    “Kami memang banyak menangkap keluhan dan keresahan dari para pelaku usaha atas ulah oknum ormas yang meresahkan dunia usaha. Dari keluhan-keluhan yang masuk, modusnya bermacam-macam, dari mulai pungutan liar, uang keamanan, hingga jatah proyek,” ungkap Shinta kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (15/3/2025).

    Jika masalah ini terus dibiarkan, dampaknya bisa semakin luas. Ketidakpastian yang ditimbulkan akan membuat investor berpikir ulang untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

    Tak hanya itu, biaya ekonomi yang ditimbulkan dari praktik ini juga tidak kecil. Para pengusaha bukan hanya harus mengeluarkan dana tambahan, tetapi juga berisiko kehilangan kesempatan mendapatkan investasi baru yang seharusnya bisa masuk ke Indonesia.

    “Hitungan kerugiannya pun bukan hanya dari tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh para pelaku usaha, namun juga potensi hilangnya investasi yang masuk karena ketidakpastian berusaha,” imbuh dia.

    Preman Ormas Tagih Jatah THR

    Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, menjelang masa-masa tertentu, seperti Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Idul Fitri, oknum-oknum ormas ini meminta jatah Tunjangan Hari Raya atau THR.

    Karena permasalahan ini sudah berlarut-larut, Hariyadi mengatakan, sebagian pengusaha memberikan THR kepada Ormas sebagai langkah antisipasi agar bisnis tetap berjalan lancar. “Tapi kembali lagi, situasi dan kondisi tiap daerah beda-beda,” ujar Hariyadi kepada CNBC Indonesia.

    Menurutnya, di daerah yang tingkat masalah sosialnya tinggi, pengusaha cenderung lebih siap mengalokasikan dana untuk menghadapi permintaan semacam ini. Namun, bagi daerah yang relatif lebih aman dan tidak memiliki tekanan sosial yang besar, permintaan jatah THR dari Ormas bisa saja tidak terjadi.

    Fenomena ini tentu menambah beban pengusaha yang sudah harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk biaya operasional yang semakin meningkat. Meski begitu, banyak yang memilih untuk mengikuti “tradisi” ini demi menghindari potensi gangguan yang bisa menghambat bisnis mereka.

    “Kalau kita pendekatannya tidak luwes gitu ya, ya kenanya bisa banyak. Tapi kalau kita luwes artinya ya.. ‘ini mau gimana nih? Mau ngotot-ngototan?’ Yang ada jadi gak jalan tuh bisnisnya,” ungkap Hariyadi.

    Preman Ormas Sudah Muncul Sejak Awal Bangun Proyek

    Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja turut mengakui aksi-aksi premanisme oknum ormas yang mengganggu bisnis pusat perbelanjaan/ mal terjadi dalam jangka yang lama. Bahkan, katanya, aksi premanisme itu berlangsung sejak tahap pembangunan mal dilakukan hingga saat sudah beroperasi.

    “Kalau kami di industri ritel, industri pusat perbelanjaan, saya kira gangguan itu sudah terjadi sejak saat mulai pembangunan. Bahkan pada saat operasional pun, itu masih terjadi,” kata Alphonzus.

    Kalangan preman yang masuk ke dalam ormas-ormas pun kata dia meminta jatah uang dengan dalih pengelolaan sampah mal. “Padahal Kementerian Lingkungan Hidup berharap penanganan sampah ini lebih profesional, lebih ke arah hijau, menjaga lingkungan hidup. Tetapi di beberapa daerah, penanganan sampah ini juga dikuasai oleh beberapa oknum preman yang cukup mengganggu,” ujarnya.

    Alphonzus berharap pemerintah dapat mengambil langkah tegas, agar pelaku usaha bisa menjalankan bisnis tanpa tekanan. “Ini menimbulkan keresahan, ketidaknyamanan dalam berusaha, serta biaya tinggi. Kalau bisa diatasi, akan sangat membantu iklim usaha,” harapnya.

    Buruh Juga Ketiban Sial Aksi Preman Ormas

    Tidak hanya pengusaha yang harus menanggung beban biaya tambahan karena ormas yang berlaku seperti preman, kalangan buruh sebagai kelas pekerja juga kena imbasnya.

    Kalangan buruh yang sering diminta pungutan liar oleh ormas, yang meresahkan pabrik. Para ormas juga memakai modus mengutip uang lewat perekrutan karyawan perusahaan alias buruh PT.

    Terkadang perusahaan memang membuka kuota perekrutan pekerja baru yang dikhususkan untuk warga di sekitar pabrik atau lokasinya beroperasi. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan ormas untuk mendapatkan uang dengan cara perekrutan melewati jalurnya. Nilainya pun mencapai puluhan juta rupiah.

    “Ormas itu tidak hanya ketika ada acara, untuk masukin kerja. Itu sudah dari dulu, minta antara Rp 15 sampai Rp 25 juta, misal untuk satu orang cewek dikenakan Rp 15 juta, yang cowok Rp 25 juta,” ungkap Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristadi kepada CNBC Indonesia, Sabtu (8/3/2025).

    Sayangnya ‘pejabat wilayah’ seperti RT-RW yang seharusnya berperan untuk menenangkan terkadang justru turut serta satu sindikat dengan ormas. “Ada bekingan RT-RW setempat, kan harus ada KTP lingkungan terdekat jadi warga sekitar yang untuk direkrut,” sebut Ristadi.

    Pada akhirnya warga sekitar perusahaan atau pabrik yang seharusnya mendapatkan manfaat justru ikut terkena pungli. Ia pun meminta Presiden Prabowo untuk tegas membenahi masalah ormas yang sudah membudaya.

    “Pak Prabowo harus pakai manpowernya dia yang turun dengan Aura sebagai alumni Tentara biar bener-bener pada takut, Kadang-kadang takutnya hanya ke presiden, ke anak buahnya nggak takut. Mafianya itu Kadang-kadang kalau sudah Mafia begitu urusannya kan sudah pada nekat mereka itu,” ujar Ristadi.

    Respons Pemerintah, Menaker Bilang Begini

    Besarnya keluhan terhadap aksi premanisme ormas di dunia usaha pun telah mendapat respons dari pemerintah, salah satunya Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli.

    Dia pun menegaskan, jika suatu tindakan tergolong sebagai pemalakan, maka itu sudah jelas merupakan tindak pidana. “Itu kalau memalak artinya pidana dong ya. Ya Berarti harus hubungan nanti dengan aparat penegak hukum nanti,” kata Yassierli saat ditemui di kantor Kemnaker, Jakarta, Selasa (11/3/2025).

    Tak hanya itu, Yassierli menegaskan, jika terbukti terjadi pemalakan, maka tindakan tersebut sudah jelas merupakan pelanggaran hukum. “Kalau itu adalah memalak, memang memalak, artinya itu ya pelanggaran jatuhnya,” sambungnya.

    Kemudian ketika ditanya apakah dari Kemnaker akan ada tindakan tegas atau upaya pembukaan lapangan kerja untuk mengurangi keresahan yang terjadi. Dia pun menilai itu akan menjadi solusi yang menarik, dan akan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi Kemnaker ke depannya.

    “Menarik juga itu.. ya kita punya PR untuk penciptaan lapangan kerja,” ucap dia.

    Lebih lanjut, soal apakah pemerintah akan membuka lapangan kerja khusus bagi ormas agar tidak terus meresahkan, Yassierli menyebut penciptaan lapangan kerja tidak hanya untuk Ormas, melainkan untuk semua pencari kerja di Indonesia.

    “Itu tidak hanya untuk ormas, untuk semua. Tingkat pengangguran kita kan 4,71%, dan itu PR kita bersama untuk kita bisa.. istilah saya itu create better jobs untuk insan pencari kerja di Indonesia,” jelasnya.

    Yassierli memastikan pemerintah akan hadir untuk mengatasi persoalan ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya penciptaan lapangan kerja yang lebih baik untuk mengurangi motivasi di balik aksi-aksi pemalakan tersebut.

    (dce)

  • Ada Diskon hingga 70% di 402 Mal Jelang Lebaran

    Ada Diskon hingga 70% di 402 Mal Jelang Lebaran

    Jakarta

    Pengusaha pusat perbelanjaan menggelar diskon besar-besaran menjelang Hari Raya Idul Fitri. Program diskon bernama Belanja di Indonesia Aja (Bina) Diskon 2025 diadakan di 402 pusat perbelanjaan.

    Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan besaran diskon dalam gelaran itu mencapai 70%. Dengan gelaran itu, target transaksi masyarakat yang belanja mencapai Rp 36,3 triliun.

    “Hari ini launching gerakan Belanja di Indonesia Aja (Bina), ini sampai dengan tanggal 30 Maret 2025. Berlaku 17 hari, diikuti 80.000 gerai ritel di 402 pusat perbelanjaan baik itu pusat perbelanjaan, stasiun, dan bandara. Targetnya (transaksi) Rp 36,3 triliun,” kata Airlangga dalam peluncuran Belanja di Indonesia Aja (Bina) 2025 di Lippo Mall Nusantara, Jakarta Selatan, Jumat (14/3/2025).

    Pemerintah bersama pengusaha, Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) meluncurkan program diskon gede-gedean bernama Belanja di Indonesia Aja (Bina) Diskon 2025. Transaksi dengan adanya program ini ditargetkan Rp 36,3 triliun.

    Airlangga mengatakan diskon yang akan diberikan oleh pelaku usaha hingga 70%. Dengan program ini diharapkan dapat mendorong belanja masyarakat jelang Lebaran.

    “Nah tadi disampaikan diskonnya sampai 70%. Ini diharapkan ini bisa mendorong masyarakat untuk terus belanja,” terangnya.

    Kemudian, Ketua Umum Himpunan dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan gelaran diskon di mal seluruh Indonesia ini telah dilaksanakan pada momen Natal dan Tahun Baru 2025. Setelah gelaran diskon jelang Lebaran ini, akan dilaksanakan juga pada momen libur anak sekolah untuk menjaga momentum belanja masyarakat.

    “Bina diskon ini, Natal dan Tahun Baru sudah kemarin dibuka di Sarinah. Hari ini diskon, Bina diskon Lebaran, nanti tadi ada masukan diskon holiday atau back to school. Kita akan tunjukkan ini bukan acara satu asosiasi kita acara bersama,” ujarnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja, mengatakan puncak belanja masyarakat jelang Lebaran akan berlangsung pada minggu ini, maka diharapkan dengan adanya program diskon besar-besaran ini dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.

    “Beberapa perusahaan juga telah mencairkan THR-nya. Jadi diharapkan minggu ini mulai besok akan terjadi puncak penjualan sampai dengan nanti minggu depan. Karena setelah itu masyarakat akan mulai sibuk dengan mudik. Jadi saya kira ini momen yang kita harapkan bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi masyarakat untuk bisa berbelanja,” pungkasnya.

    (ada/ara)

  • 1.000 kantong darah terkumpul selama baksos di pusat perbelanjaan

    1.000 kantong darah terkumpul selama baksos di pusat perbelanjaan

    Jakarta (ANTARA) – Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta berhasil mengumpulkan 1.000 lebih kantong darah dalam kegiatan bakti sosial yang berlangsung dari tanggal 3-14 Maret 2025 di sejumlah pusat perbelanjaan.

    “Ada 18 pusat perbelanjaan yang mengikuti kegiatan donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis,” kata Ketua APPBI DPD DKI Jakarta Mualim Wijoyo di Jakarta, Jumat.

    Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan yang digelar oleh APPBI DKI Jakarta, terutama pada saat bulan Ramadhan mengingat pendonor darah berkurang.

    Ia mengatakan bahwa selama 12 hari pelaksanaan donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis yang digelar di 18 pusat belanja baik di Jakarta Barat, Timur, Utara, Selatan, dan Pusat berhasil mengumpulkan sebanyak 1.000 kantong darah lebih.

    “Bulan puasa stok darah menipis, maka kami tergerak untuk membantu dan disambut baik oleh anggota APPBI,” ujarnya.

    Ketua APPBI DPD DKI Jakarta Mualim Wijoyo memberi keterangan di Jakarta, Jumat (14/3/2025). ANTARA/Khaerul Izan

    Mualim mengatakan bahwa pelaksanaan bakti sosial tersebut berkat kolaborasi dengan PMI DKI Jakarta, perusahaan farmasi Biotek, dan juga komunitas Lions Clubs Indonesia.

    Sementara itu, Kepala Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta Ni Ken Ritchie M Biomed mengatakan selama bulan Ramadhan stok darah di PMI DKI menurun hingga 60 persen.

    Hal itu, kata dia, karena banyak instansi atau lembaga yang bisanya menggelar donor darah pada bulan biasa, selama Ramadhan tidak mengadakan.

    “Padahal kebutuhan darah di Jakarta per hari mencapai 1.000 kantong. Sedangkan selama Ramadhan ada penurunan pendonor darah,” katanya.

    Dia pun mengimbau kepada masyarakat agar bisa mendonorkan darahnya karena MUI juga telah memberikan fatwa bahwa donor darah tidak membatalkan puasa.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pemerintah Luncurkan Program Belanja Dorong Daya Beli di Momen Ramadan, Nyepi dan Idul Fitri 2025 – Halaman all

    Pemerintah Luncurkan Program Belanja Dorong Daya Beli di Momen Ramadan, Nyepi dan Idul Fitri 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah terus mendorong berbagai program guna menjaga daya beli masyarakat, terutama dalam menghadapi momen Ramadan, Nyepi, dan Idulfitri tahun ini.

    Pasar domestik Indonesia yang besar juga menarik perhatian negara lain, termasuk Vietnam.

    Dalam pertemuan dengan delegasi Vietnam baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Vietnam melihat Indonesia sebagai mitra strategis, dengan upaya peningkatan perdagangan antar kedua negara terus dilakukan.

    “Memang kalau kita lihat, pasar domestik kita besar. Kita ini negara USD1,3 triliun dan domestik marketnya 52 persen. Sehingga inilah pasar yang harus terus dijaga daya belinya,” ujar Airlangga dalam peluncuran Belanja di Indonesia Aja (BINA) Lebaran 2025 yang digelar secara hybrid dan serentak dilakukan di seluruh Indonesia, Jumat (14/3/2025).

    Airlangga menyoroti pentingnya program ini untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri.

    Untuk memastikan daya beli tetap kuat selama Ramadan, Nyepi, dan Idulfitri 2025, pemerintah juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 bagi ASN, TNI, Polri, hakim, pensiunan, serta karyawan swasta, BUMN, dan BUMD. Selain itu, pengemudi dan kurir online akan menerima bonus hari raya berdasarkan kinerja mereka.

    Dukungan lainnya mencakup diskon tiket pesawat domestik hingga 14 persen melalui insentif PPN DTP, serta diskon tarif tol sebesar 20% di jalur utama mudik.

    Pemerintah juga menggelar program Pariwisata Mudik Lebaran bersama BUMN serta Operasi Pasar untuk menjaga stabilitas harga pangan.

    *Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Wisata Belanja*

    Program BINA tidak hanya bertujuan meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi juga mempromosikan produk lokal serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    Program ini akan berlangsung sepanjang tahun dalam berbagai edisi, yaitu: BINA Lebaran (14-30 Maret 2025), BINA Back to School (Triwulan 2), BINA Merdeka 17 Agustus (Triwulan 3) dan BINA Discount End of Year (Triwulan 4)

    “Diskon hingga 70%. Kami harap ini bisa mendorong masyarakat untuk terus berbelanja,” ujar Airlangga.

    BINA Lebaran 2025 akan digelar selama 17 hari dengan partisipasi lebih dari 80.000 gerai ritel di 402 pusat perbelanjaan, stasiun, dan bandara.

    Target transaksi yang diharapkan mencapai Rp36,3 triliun.

    Lebih lanjut Airlangga juga menambahkan bahwa program ini menjadi momentum bagi Jakarta dan daerah lainnya untuk berkembang sebagai destinasi wisata berbasis event.

    Airlangga menyoroti bahwa pusat perbelanjaan di Indonesia, khususnya di Jakarta, sudah lebih baik dibandingkan beberapa negara lain. Ia menyebut pendapatan per kapita Jakarta yang mencapai USD 22.000 sebagai faktor pendukung daya beli yang kuat.

    “Indonesia memiliki petualangan belanja dan kuliner yang tak kalah menarik dari negara lain. Oleh karena itu, brand lokal harus mendapatkan tempat strategis di pusat perbelanjaan, bukan di sudut atau lantai atas, tetapi di area utama yang mudah diakses,” jelasnya.

    Acara peluncuran ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi, termasuk Menteri Perdagangan Budi Santoso, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, serta perwakilan dari Pemprov DKI Jakarta, Hippindo, dan APPBI.

     

     

     

  • Di Depan Airlangga cs, Pengusaha Mal Ungkap Dampak Pemangkasan Anggaran

    Di Depan Airlangga cs, Pengusaha Mal Ungkap Dampak Pemangkasan Anggaran

    Jakarta

    Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengungkap pemangkasan anggaran yang dilakukan pemerintah juga akan berdampak pada pelaku usaha ritel maupun pusat perbelanjaan. Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja menyebut pemangkasan anggaran secara langsung berdampak pada industri perhotelan dan ritel.

    Keterangan ini disampaikan Alphonzus saat peluncuran Belanja di Indonesia Aja (Bina) 2025. Acara itu dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Budi Santoso, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, dan jajaran kementerian dan lembaga (K/L) lainnya.

    “Pemangkasan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah memang tidak berdampak secara langsung terhadap industri ritel, yang berdampak langsung biasanya itu industri perhotelan, saya salah satunya, tetapi ujung-ujungnya nanti akan berdampak terhadap ritel, dan sebetulnya sekarang sudah mulai terasa hal tersebut,” kata Alphonzus di Lippo Mall Nusantara, Jakarta Selatan, Jumat (14/3/2025).

    Kondisi itu akan semakin menambah beban dari pelaku usaha, apalagi penurunan daya beli masyarakat menengah bawah masih terasa. Penurunan daya beli ini menurutnya telah terjadi sejak 2024.

    Untuk itu, dibutuhkan dorongan tambahan agar pendapatan pelaku usaha dan daya beli masyarakat meningkat, salah satu yang dilakukan pengusaha melalui program Belanja di Indonesia Aja (Bina) Diskon 2025.

    Program ini dilakukan untuk meningkatkan belanja masyarakat menjelang Hari Raya Lebaran. Bina 2025 dilaksanakan sampai 30 Maret 2025 di 402 pusat perbelanjaan.

    “Bina akan berlangsung di 402 pusat perbelanjaan yang menjadi anggota Asosiasi Pengolah Pusat Belanja Indonesia yang berlokasi di seluruh wilayah Indonesia,” terangnya.

    Sebanyak 80.000 gerai menggelar diskon besar-besaran. Target transaksi masyarakat dalam gelaran ini mencapai Rp 36,3 triliun.

    (ada/ara)

  • Bos Mal Blak-blakan Kelas Menengah RI Belum Pulih, Sorot Fenomena Ini

    Bos Mal Blak-blakan Kelas Menengah RI Belum Pulih, Sorot Fenomena Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengungkapkan, kondisi kelas menengah RI saat ini belum pulih. Karena itu, dibutuhkan pendorong agar belanja warga RI, khususnya kelas menengah, tidak terkuras.

    “Kami dorong lagi agar jangan sampai turun. Ini penting karena daya beli masyarakat masih dalam tahap pemulihan,” kata Alphonzus dalam acara peluncuran BINA Diskon Lebaran 2025 di Lippo Mal Nusantara, Jakarta, Jumat (14/3/2025).

    Apalagi, imbuh dia saat ini pemerintah tengah melakukan efisiensi anggaran secara besar-besaran. Hal ini, kata dia, memicu efek domino dan berdampak tak langsung ke industri ritel Indonesia. 

    Di sisi lain, Alphonzus mengungkapkan adanya fenomena yang belakangan terjadi ketika Jakarta sepi ditinggal warganya mudik ke kampung atau berlibur saat Lebaran. Banyak kendaraan berpelat nomor bukan Jakarta yang masuk ke Jakarta di saat Lebaran. 

    “Biasanya Jakarta sepi saat Lebaran, tetapi beberapa tahun terakhir tidak demikian. Banyak kendaraan dengan nomor polisi non-B masuk ke Jakarta,” kata Alphonzus.

    “Perubahan ini didorong oleh infrastruktur jalan tol yang semakin baik, sehingga memungkinkan mobilitas yang lebih mudah dari dan ke Jakarta. Hal ini berdampak langsung pada pusat perbelanjaan di ibu kota, yang tetap ramai saat libur Lebaran,” sambungnya. 

    Produk Ini Paling Banyak Dibeli Saat Ramadan

    Alphonzus menjelaskan, produk non-makanan, seperti fesyen, aksesori, dan perlengkapan ibadah adalah produk-produk yang paling banyak diburu konsumen saat belanja di Ramadan.

    Lalu akan terjadi perubahan saat mendekat momen Lebaran. 

    “Saat Ramadan, belanja lebih ke non-makanan dan minuman. Tapi menjelang libur Idulfitri, fokusnya bergeser ke makanan, minuman, dan hiburan,” jelas Alphonzus.

    Lebih lanjut, dia menyebut momentum puncak penjualan diperkirakan terjadi mulai pekan ini, seiring dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) yang sudah dilakukan oleh sejumlah perusahaan.

    “Kami prediksi puncaknya terjadi mulai besok hingga minggu depan, sebelum masyarakat mulai sibuk dengan mudik,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, program BINA Diskon Lebaran 2025 yang berlangsung pada 14-30 Maret 2025 diselenggarakan di 402 pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia, yang bertujuan untuk mengerek daya beli masyarakat.

    Foto: Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja dalam acara peluncuran BINA Diskon Lebaran 2025 di Lippo Mal Nusantara, Jakarta, Jumat (14/3/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
    Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja dalam acara peluncuran BINA Diskon Lebaran 2025 di Lippo Mal Nusantara, Jakarta, Jumat (14/3/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

    (dce)

  • Mendag meminta masyarakat utamakan pakaian produksi dalam negeri

    Mendag meminta masyarakat utamakan pakaian produksi dalam negeri

    Menteri Perdagangan Budi Santoso (kedua kanan) didampingi Ketua Umum ASENSI Susanty Widjaya (ketiga kiri) melihat produk yang dipamerkan saat acara Peluncuran Indonesia Licensing and Franchising Expo (ILFEX) 2025 di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (12/3/2025). . ANTARA FOTO/Fauzan/nz

    Mendag meminta masyarakat utamakan pakaian produksi dalam negeri
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 13 Maret 2025 – 11:49 WIB

    Elshinta.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso meminta masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas dengan mengutamakan produk dalam negeri, terlebih pada Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.

    Ia mengimbau agar masyarakat tidak membeli pakaian bekas asal impor yang masuk secara ilegal.

    “Menjelang datangnya Idul Fitri, biasanya konsumsi masyarakat meningkat, baik pangan maupun sandang. Sebaiknya, masyarakat mengutamakan produk dalam negeri dan tidak membeli pakaian bekas, apalagi pakaian bekas asal impor, pakaian bekas asal impor itu ilegal dan berbahaya,” ujar Budi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

    Semakin maraknya pakaian bekas asal impor dengan harga jual yang murah dibandingkan produk lokal, kata Budi dapat merugikan industri garmen lokal.

    Selain itu, pakaian bekas dapat berdampak pada kesehatan karena pakaian bekas berpotensi membawa penyakit dari negara asal atau mengandung cemaran seperti kapang/jamur yang dapat menimbulkan gatal-gatal dan reaksi alergi pada kulit, efek beracun iritasi, dan infeksi karena pakaian tersebut melekat langsung pada tubuh.

    Terdapat sejumlah langkah dalam menuntaskan masalah peredaran pakaian bekas asal impor, salah satunya pengawasan yang dilakukan terhadap pakaian bekas yang masuk secara ilegal, namun tidak terkait kegiatan perdagangan pakaian bekas di dalam negeri.

    “Mengingat pakaian bekas telah dilarang impor, diperlukan sinergi dan pengawasan bersama sesuai dengan kewenangannya masing-masing, antara lain dengan Ditjen Bea dan Cukai, Bakamla TNI, Polri di pelabuhan tikus/jalur tidak resmi, termasuk peran serta pemerintah daerah,” jelas Budi.

    Budi juga mendorong industri garmen untuk bermitra dengan industri kecil dan menengah (IKM) dan bermitra bisnis dengan toko pakaian bekas dalam penggunaan produk dalam negeri (pakaian jadi).

    Selain itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengusulkan kepada Kementerian Koperasi dan UKM agar mendorong pedagang pakaian bekas untuk dapat bersinergi dengan industri garmen dalam negeri dan memberikan kesempatan untuk memanfaatkan program pemerintah di sektor UMKM.

    Lebih lanjut, kewenangan pengawasan Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) adalah pengawasan setelah melalui kawasan pabean (post-border).

    Diperlukan sinergi dan koordinasi dengan instansi lain yang berwenang di wilayah perbatasan karena impor pakaian bekas diduga masuk melalui pelabuhan tikus.

    “Selain gencar melakukan pengawasan, Ditjen PKTN juga bersinergi dan melakukan koordinasi terkait penanganan dalam pengawasan pakaian bekas asal impor dengan K/L terkait dan aparat penegak hukum lainnya. Misalnya, pengawasan pakaian bekas oleh Polda Kalimantan Utara,” kata Budi.

    Lebih lanjut, Budi mengajak masyarakat untuk memanfaatkan program belanja selama Ramadhan dan Idul Fitri 2025, misalnya Belanja di Indonesia Aja (BINA) Lebaran.

    Program tersebut dijadwalkan berlangsung pada 14-30 Maret 2025. BINA Lebaran digelar secara serentak oleh anggota Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dan Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) di 80 ribu gerai ritel pada 402 mal/pusat perbelanjaan yang berada di 24 provinsi di Indonesia.

    Sumber : Antara