Organisasi: APJII

  • Regulasi Lemah, Iklan Kental Manis Masih Ancam Kesehatan Anak Indonesia

    Regulasi Lemah, Iklan Kental Manis Masih Ancam Kesehatan Anak Indonesia

    JAKARTA – Lemahnya regulasi soal iklan kental manis yang mengancam kesehatan anak di Indonesia, terus disorot pegiat di bidang kesehatan masyarakat.

    Iklan kental manis kerap dipersepsikan masyarakat sebagai susu, di mana hal ini menjadi salah satu sorotan UNICEF dalam laporan Child Nutrition Report 2025 yang mengulas peningkatan paparan anak terhadap iklan makanan dan minuman tinggi gula yang dipasarkan secara agresif.

    Terkait hal itu, Project Lead for Food Policy, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Nida Adzilah Auliani dalam keterangan di Jakarta, Sabtu menyebut regulasi iklan di Indonesia masih lemah dalam melindungi anak dari paparan promosi makanan dan minuman tidak sehat.

    “Regulasi iklan di Indonesia saat ini masih belum efektif, terutama dalam melindungi konsumen dari disinformasi dan praktik pemasaran yang menyesatkan. Terlebih dengan adanya kanal digital, termasuk media sosial, memperkuat pengaruh pemasaran yang tidak sehat,” kata Nida, dilansir dari ANTARA, Sabtu, 11 Oktober.

    Nida menyebut iklan kental manis mulai menjadi perhatian publik sejak ditemukan sejumlah kasus gizi buruk pada anak yang disebabkan oleh konsumsi kental manis sejak usia dini. Bahkan, sejumlah korban telah mengkonsumsi sebagai pengganti ASI sejak usia 3 bulan.

    Maka dari itu, per Oktober 2018 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mulai menegaskan bahwa kental manis bukan minuman untuk sumber gizi dan dilarang dijadikan sebagai pengganti ASI, yang diatur melalui Peraturan BPOM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.

    Namun demikian, dampak dari iklan tersebut masih terasa hingga kini, sebab masyarakat yang masih menganggap kental manis sebagai minuman susu untuk anak.

    Oleh karena itu, Nida menilai pengawasan iklan dan distribusi produk tak bisa dipandang sebelah mata.

    Lebih lanjut, ia berharap pemerintah dapat membuat kebijakan pangan secara komprehensif. Mulai dari pelabelan hingga pemasaran produk yang mudah diakses oleh anak-anak.

    “Kebijakan ini harus meliputi label depan kemasan berbasis bukti, pembatasan pemasaran produk tidak sehat, serta lingkungan pangan sehat di sekolah,” ujar Nida.

    Senada dengan itu, Peneliti dari Universitas Internasional Batam (UIB) Rahmi Ayunda menyebut keberadaan ruang digital yang sangat ramai menjadikan promosi dan iklan ultra-processed food menjadi begitu dekat dengan masyarakat.

    Ia mengungkapkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2024 mencatat 221,6 juta pengguna internet (sekitar 79,5 persen populasi), dan 9,2 persen di antaranya anak di bawah 12 tahun.

    “Artinya, jutaan anak menghabiskan waktu di jalan raya informasi, di mana promosi menyatu dengan hiburan. Iklan tak selalu tampil sebagai iklan; bisa berupa tantangan lucu, ulasan jujur, atau karakter favorit yang menyarankan camilan manis. Di sinilah aspek hukum menjadi krusial, anak belum memiliki kapasitas kognitif untuk membedakan mana hiburan dan mana ajakan membeli, sehingga mereka berhak atas proteksi khusus dari praktik promosi yang mengecoh,” tutur Rahmi Ayunda.

  • INET Ingin Kuasai Pasar Internet Rumah Bali, Incar 1,3 Juta Pelanggan Potensial

    INET Ingin Kuasai Pasar Internet Rumah Bali, Incar 1,3 Juta Pelanggan Potensial

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Sinergi Andalan Prima Tbk. (INET) berambisi untuk menjadi salah satu pemain besar internet rumah di Bali. Perusahaan mengincar pasar 1,3 juta pelanggan potensial fixed broadband atau internet tetap.

    Direktur Utama INET Muhammad Arif mengatakan perusahaan melihat Bali sebagai salah satu pasar potensial untuk internet tetap. Selain itu, sebagai wajah Indonesia di mata internasional, Bali membutuhkan dukungan internet cepat yang stabil, yang bisa diperoleh dari layanan fixed broadband.

    Saat ini INET telah memiliki sekitar 30.000-an pelanggan di Bali. INET ingin meningkatkan porsi pelanggan mereka mengingat potensi besar yang ada di Bali.

    “Kami ingin Bali jadi Digital HUB. Kami juga melihat Bali memiliki potensi 1,3 juta rumah,” kata Arif kepada Bisnis, Sabtu (4/10/2025).

    Untuk mengoptimalkan pasar di Bali, kata Arif, INET rencananya akan mendorong layanan WIFI 7 dengan kecepatan hingga 2 Gbps. Perusahaan menargetkan layanan tersebut dapat mengcover seluruh masyarakat di Bali.

    Adapun merujuk laporan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), dikutip Selasa (30/9/2025), penetrasi internet di Bali dan Nusa Tenggara pada 2025 sebesar 76,86%. Artinya masih ada 23,14% wilayah yang belum tersentuh internet.

    Penetrasi data di Bali & Nusa Tenggara lebih besar dibandingkan dengan penetrasi di Sulawesi (71,64%) dan penetrasi di Maluku & Papua yang sebesar 69,2%.

    Namun jika dibandingkan dengan penetrasi internet di Pulau Jawa (84,64%), Kalimantan (78,72%), dan Sumatra 77,12% maka penetrasi internet di Bali & Nusa Tenggara masih tertinggal.

    Di sisi lain kontribusi trafik data internet di Bali & Nusa Tenggara juga hanya 5,13% terhadap total trafik nasional. Bali & Nusa Tenggara masih tertinggal dari Pulau Jawa (58,14%), Sumatra (20,51%), Sulawesi (6,46%), dan Kalimantan yang sebesar 6,05% kontribusi trafik internetnya terhadap nasional.

    INET sendiri memiliki ambisi besar pada tahun ini seiring dengan rencana mereka melakukan Right Issue senilai Rp3,2 triliun. Rencana tersebut diumumkan pada akhir September 2025.

    INET akan menerbitkan hingga 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp250 per saham, dengan rasio 3:4 (setiap pemegang 3 saham lama berhak memperoleh 4 HMETD atau rights baru). Aksi ini jika berhasil sepenuhnya akan menghasilkan dana segar maksimal Rp3,2 triliun.

    Mayoritas dana yang dihimpun akan dialokasikan untuk ekspansi besar-besaran jaringan internet Fiber To The Home (FTTH) berbasis teknologi Wi-Fi 7 di Bali dan Lombok melalui anak usaha mereka, GPI.

  • Biznet akan Gelar Kabel Bawah Laut 1.000 Km: Hubungkan Jawa, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi – Page 3

    Biznet akan Gelar Kabel Bawah Laut 1.000 Km: Hubungkan Jawa, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi pengguna internet di Indonesia naik dari 79,5% pada 2024 menjadi 80,66% pada 2025, di mana 229 juta jiwa sudah terkoneksi internet.

    Data tersebut menjadi sinyal bahwa kebutuhan masyarakat akan konektivitas semakin tinggi dan harus diimbangi dengan fondasi digital yang memadai untuk mendukung aktivitas digital harian maupun operasional bisnis.

    Untuk memperkecil digital gap di Indonesia, Biznet akan menggelar kabel bawah laut fase 2 bernama Biznet Nusantara Cable System-2 (BNCS-2).

    “Nantinya BNCS-2 akan menghubungkan Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi yang ditargetkan akan selesai pada pertengahan 2026,” ujar Vice President Marketing Biznet, Hutomo Siswanto, dalam konferensi pers ‘Biznet 25th Anniversary’, Rabu (1/10/2025) di Jakarta.

    Sementara Senior Manager Marketing Biznet, Adrianto Sulistyo, mengungkapkan kabel bawah laut fase 2 ini memiliki panjang sekitar 1.000 km, dengan nilai investasi USD 200 juta atau sekitar Rp 3,3 triliun.

    “Panjangnya sekitar 1.000 km dengan nilai investasi yang sama dengan BNCS-1 yaitu USD 200 juta. Untuk menggarap proyek ini kami membangun kabel bawah laut sendiri dengan menggandeng beberapa instansi pemerintah,” Adri membeberkan.

    Untuk diketahui, proyek ini melanjutkan keberhasilan BNCS-1 yang diluncurkan pada 2024 dan menjadi fondasi penguatan konektivitas nasional.

     

  • APJII Berharap Komdigi Libatkan 1.370 ISP untuk Internet Kampung

    APJII Berharap Komdigi Libatkan 1.370 ISP untuk Internet Kampung

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) berharap Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melibatkan 1.370 penyedia layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) yang tersebar di seluruh Indonesia untuk Program Kampung Internet 2025. 

    Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif mengatakan pihaknya berharap keterlibatan dan kolaborasi bisa tercipta dengan baik dalam program pemerataan internet hingga ke pelosok desa tersebut. 

    “Tentunya ini juga harus didukung oleh para ISP di wilayah, karena saat ini anggota APJII sudah lebih dari 1.370 perusahaan,” kata Arif saat dihubungi Bisnis pada Selasa (30/9/2025). 

    Arif mengatakan seluruh ISP tersebut mewakili 18 wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, dia menyebut APJII mendukung penuh seluruh rencana Pemerintah dalam pemerataan akses internet. 

    “APJII [tentunya] mendukung penuh,” imbuhnya. 

    Sebelumnya, Komdigi telah meresmikan peluncuran Program Kampung Internet 2025 di Desa Kramat Gajah, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada 29 September 2025. Program ini ditujukan untuk memperluas akses internet hingga ke pelosok desa dengan membangun 1.194 titik penerima manfaat di lima provinsi. 

    Pada tahap awal, sebanyak 307 titik akan dibangun di provinsi tersebut, dengan tambahan jaringan kabel fiber optik sepanjang 196 kilometer. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengatakan pentingnya internet sebagai penggerak kemajuan desa.

    “Dengan Kampung Internet, anak-anak sekolah bisa belajar lebih mudah, UMKM bisa memperluas pasar, dan layanan publik desa makin cepat. Inilah motor penggerak kemajuan desa di era digital,” kata Meutya dalam laman resmi Komdigi pada Senin (29/9/2025). 

    Selain Sumatera Utara, titik Kampung Internet 2025 juga akan dibangun di NTB, Lampung, Jawa Barat, dan Banten. Program ini mendukung target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, yang mencakup penetrasi broadband rumah tangga 50%, pembangunan jaringan fiber optik hingga 90% kecamatan, serta kecepatan internet 100 Mbps pada 2029.

    “Saat ini baru 21% rumah tangga yang memiliki akses broadband tetap. Artinya, pekerjaan rumah kita masih besar. Kampung Internet adalah salah satu cara untuk mengejar target itu,” tambah Meutya.

    Dalam peresmian tersebut, Komdigi juga menyerahkan bantuan laboratorium fiber optik untuk SMK Negeri 1 Lubuk Pakam yang akan digunakan untuk melatih guru dan siswa menjadi tenaga terampil di bidang jaringan. Program Kampung Internet terlaksana melalui kolaborasi Komdigi dengan APJATEL, pemerintah daerah, serta berbagai pemangku kepentingan.

    “Untuk membangun konektivitas kita tidak bisa sendiri. Pemerintah pusat, daerah, industri, dan masyarakat harus saling bergandengan,” tandas Meutya.

  • Pemda Terlibat di Program Kampung Internet, Beban Gelar Jaringan Turun

    Pemda Terlibat di Program Kampung Internet, Beban Gelar Jaringan Turun

    Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah daerah diharapkan turut terlibat dalam program Internet Kampung yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Keterlibatan Pemda diyakini dapat membuat ongkos gelar lebih efisien. 

    Program Internet Kampung ditujukan untuk memperluas akses internet hingga ke pelosok desa dengan membangun 1.194 titik penerima manfaat di lima provinsi.

    Ketua Umum Mastel, Sarwoto Atmosutarno mengatakan Mastel mendorong anggota Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL) untuk bekerja sama dengan komunitas usaha desa, menyukseskan program ini.

    Dia juga mengatakan peran pemerintah daerah tidak kalah penting. Seluruh kolaborasi yang terjadi diharapkan mampu memperluas layanan sekaligus menciptakan efisiensi operasional.

    “Pemerintah pusat dan daerah dihimbau untuk mendukung dengan berbagai insentif agar beban biaya penyelenggaraan internet menjadi kompetitif,” kata Sarwoto kepada Bisnis, Selasa (30/9/2025).

    Sarwoto menjelaskan  Program Kampung Internet sebenarnya merupakan kelanjutan dari inisiatif lama yang sempat tertunda karena berbagai kendala.

    Menurutnya, skema program perlu dibedakan berdasarkan kategori wilayah. Desa-desa di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) merupakan tanggung jawab pemerintah. Sementara itu, desa non-3T bisa dikerjakan oleh penyelenggara jaringan swasta.

    “Praktiknya dapat kombinasi dari keduanya,” kata Sarwoto. 

    Sarwoto menambahkan, cita-cita menghadirkan kecepatan internet 100 Mbps saat ini masih banyak mengandalkan fiber optik. Namun, pemanfaatan teknologi satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) maupun Low Earth Orbit (LEO) masih terkendala kapasitas.

    Sebelumnya, Komdigi telah meresmikan peluncuran Program Kampung Internet 2025 di Desa Kramat Gajah, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. 

    Pada tahap awal, sebanyak 307 titik akan dibangun di provinsi tersebut, dengan tambahan jaringan kabel fiber optik sepanjang 196 kilometer. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan pentingnya internet sebagai penggerak kemajuan desa.

    “Dengan Kampung Internet, anak-anak sekolah bisa belajar lebih mudah, UMKM bisa memperluas pasar, dan layanan publik desa makin cepat. Inilah motor penggerak kemajuan desa di era digital,” kata Meutya dalam laman resmi Komdigi pada Senin (29/9/2025). 

    Selain Sumatera Utara, titik Kampung Internet 2025 juga akan dibangun di NTB, Lampung, Jawa Barat, dan Banten. Program ini mendukung target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, yang mencakup penetrasi broadband rumah tangga 50%, pembangunan jaringan fiber optik hingga 90% kecamatan, serta kecepatan internet 100 Mbps pada 2029.

    “Saat ini baru 21% rumah tangga yang memiliki akses broadband tetap. Artinya, pekerjaan rumah kita masih besar. Kampung Internet adalah salah satu cara untuk mengejar target itu,” tambah Meutya.

  • INET Bidik 2 Juta Homepass, Penetrasi Internet di Bali & Nusra Masih Rendah

    INET Bidik 2 Juta Homepass, Penetrasi Internet di Bali & Nusra Masih Rendah

    Bisnis.com, JAKARTA —  PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET) melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD I) atau rights issue jumbo senilai maksimal Rp3,2 triliun.

    Sebesar Rp2,8 triliun dari dana yang dihimpun akan digunakan untuk ekspansi jaringan ke Bali dan Lombok dengan membangun jaringan internet serat optik yang melewati 2 juta rumah (homepass) di Pulau Dewata.

    Adapun merujuk laporan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), dikutip Selasa (30/9/2025), penetrasi internet di Bali dan Nusa Tenggara pada 2025 sebesar 76,86%. Artinya masih ada 23,14% wilayah yang belum tersentuh internet. Penetrasi data di Bali & Nusa Tenggara lebih besar dibandingkan dengan penetrasi di Sulawesi (71,64%) dan penetrasi di Maluku & Papua yang sebesar 69,2%.

    Namun jika dibandingkan dengan penetrasi internet di Pulau Jawa (84,64%), Kalimantan (78,72%), dan Sumatra 77,12% maka penetrasi internet di Bali & Nusa Tenggara masih tertinggal.

    Di sisi lain kontribusi trafik data internet di Bali & Nusa Tenggara juga hanya 5,13% terhadap total trafik nasional. Bali & Nusa Tenggara masih tertinggal dari Pulau Jawa (58,14%), Sumatra (20,51%), Sulawesi (6,46%), dan Kalimantan yang sebesar 6,05% kontribusi trafik internetnya terhadap nasional.

    Sebelumnya, INET juga menyelesaikan akuisisi PT Garuda Prima Internetindo alias Bali Internet (Flynet).

    Dalam keterbukaan Garuda Prima Internetindo hari ini, Senin (22/9/2025), pengambilalihan telah dirampungkan dan tertuang dalam akta pernyataan para pemegang saham No. 6 bertanggal 19 September 2025 yang dibuat oleh notaris Delny Teoberto.

    “Direksi PT Garuda Prima Internetindo berkedudukan di Kota Denpasar dengan ini memberitahukan bahwa telah dilakukan pengambilalihan saham yang mengakibatkan beralihnya pengendalian perseroan oleh PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk,” tulis perusahaan dalam pengumuman di Neraca, Senin (22/9/2025).

  • 2.233 Desa Tak Tersentuh 4G, Pengusaha Usul Komdigi Petakan Wilayah Prioritas

    2.233 Desa Tak Tersentuh 4G, Pengusaha Usul Komdigi Petakan Wilayah Prioritas

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menilai masih adanya ribuan desa di Indonesia yang belum terkoneksi layanan internet 4G perlu ditangani dengan strategi yang tepat dan prioritas, mengingat kondisi geografis dan skala ekonomis setiap wilayah berbeda-beda.

    Direktur Eksekutif ATSI, Marwan O. Baasir mengatakan untuk mengatasi masalah blankspot di lebih dari 2.000 desa, pemerintah pertama-tama perlu melakukan pemetaan wilayah dengan cermat. 

    “Apakah dia sudah ada coverage, namun tidak optimum. Berarti dioptimalisasi. Kedua apakah dia tidak ada coverage sama sekali. Berarti kan harus dilakukan penambahan site. Biasanya kan juga harus ada perjanjian siapa operator yang akan ditunjuk di area situ,” kata Marwan ditemui usai upacara peringatan Hari Bhakti Postel ke-80 di Museum Pos Indonesia di Bandung, Jawa Barat pada Sabtu (27/9/2025), 

    Menurut Marwan, tidak mungkin semua operator masuk sekaligus ke wilayah yang sama karena harus mempertimbangkan skala keekonomian. Dia menambahkan, wilayah terdepan, terluar, tertinggal (3T) biasanya dapat dilayani oleh dua operator. 

    Adapun untuk mengatasi masalah konektivitas di 3T juga tidak mudah. Sebab, kebutuhan infrastruktur penunjang hingga akses transportasi masih sangat terbatas.

    “Infrastruktur harus dipikirkan. Infrastruktur apa? Skala penunjang, listrik, jalan, pengangkutan. Karena banyak barang material dan logistik yang dibawa itu ternyata sampai ke area itu tidak mudah. Tantangannya itu begitu banyak. Jadi itu juga jadi PR kita,” kata Marwan.

    Komitmen

    Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif mendorong kolaborasi dalam mewujudkan percepatan pemerataan internet di Indonesia. Terlebih Indonesia memiliki wilayah sangat luas dengan karakteristik topografi dan masyarakat yang beragam.

    Untuk mendukung percepatan digitalisasi, pihaknya siap menggerakkan lebih dari 1.300 anggotanya menjadi jembatan bagi ribuan desa yang belum terkoneksi untuk mendapatkan layanan jaringan internet.

    “Tidak hanya dari Komdigi sendiri tapi dari komunitas yang ada. Lebih dari 10 komunitas asosiasi, infrastruktur dan lainnya tadi melalukan deklarasi. Jadi saya pikir kolaborasi ini memang penting untuk mendukung visi Indonesia Digital 2045,” kata Arif.

    Senada, Direktur ICT Strategy & Bussines Huawei Indonesia Mohamad Rosidi mengatakan kolaborasi semua pihak menjadi momentum penting dalam percepatan digitalisasi sesuai dengan peran dan kontribusinya dalam industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Indonesia.

    “Huawei bersama ekosistem industri, mendukung penuh percepatan pemerataan broadband konektivitas, transformasi digital , dan pengembangan talenta digital di Indonesia,” kata Rosidi.

    Selain Huawei dan APJII, para pemangku kepentingan di sektor digital juga melakukan deklarasi untuk mendukung digitalisasi Indonesia.

    Deklarasi bersama industri ICT dan digital dibacakan oleh Co-Founder Indotelko Heru Sutadi. Selanjutnya dilakukan penandatangan dukungan oleh perwakilan industri dan asosiasi, meliputi PT Telkom Indonesia, PT Telkomsel, PT Indosat Tbk, PT. XL Smart Tbk, Huawei Indonesia, Ericsson Indonesia, Aspimtel, APJII, Apjatel, Askalsi, ATSI, Asiot, Indotelko, Pos Indonesia, Bakti Komdigi, serta Pandi. 

    Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyebut masih terdapat 2.333 desa di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet. Dari jumlah tersebut, 2.017 desa belum mendapat layanan 4G, sementara 316 desa lainnya mayoritas berupa ladang atau nonpemukiman.

    “Ada 2.333 desa di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet. Ada 2.017 desa tanpa layanan atau belum mendapat layanan 4G. Ada 316 desa yang mayoritas berupa ladang, non-pemukiman yang juga perlu kita bangun konektivitasnya,” kata Meutya dalam upacara perayaan Hari Bhakti Postel ke-80 di Museum Pos Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/9/2025).

    Menurut Menkomdigi, saat ini tingkat konektivitas nasional berada di angka 80%. Pemerintah menargetkan peningkatan yang lebih tinggi, termasuk penetrasi fixed broadband rumah tangga yang saat ini baru mencapai 27,4%.

  • Pemerintah dan Industri ICT Siap Kolaborasi Atasi 2.333 Desa yang Belum Terkoneksi Internet – Page 3

    Pemerintah dan Industri ICT Siap Kolaborasi Atasi 2.333 Desa yang Belum Terkoneksi Internet – Page 3

    Liputan6.com, Bandung – Sebanyak 2.333 desa di Indonesia dilaporkan masih belum terhubung dengan layanan internet. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, komunitas industri teknologi informasi komunikasi (ICT) dan digital telah menyatakan kesiapan berkolaborasi penuh dengan pemerintah untuk mendukung percepatan digitalisasi nasional.

    Kolaborasi ini bertujuan mewujudkan program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam mempercepat digitalisasi.

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, merinci dari total 2.333 desa yang belum terkoneksi, 2.017 desa di antaranya belum terjangkau layanan 4G, sementara 316 desa sisanya merupakan desa tidak berpenghuni namun tetap tercatat dalam peta pembangunan.

    Selain itu, Meutya juga menyoroti perlunya peningkatan penetrasi fixed broadband rumah tangga yang saat ini masih berada di angka 27,4 persen.

    “Kita juga masih perlu meningkatkan fixed broadband rumah tangga yang saat ini adalah 27,4 persen untuk terus meningkat, agar penetrasi fixed broadband rumah tangga bisa kita tingkatkan,” ujat Meutya dalam acara peringatan Hari Bhakti Postel ke-80 di Bandung, dikutip Sabtu (27/9/2025).

    Menanggapi tantangan pemerataan digital, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif, menekankan pentingnya kolaborasi mengingat luasnya wilayah dan beragamnya topografi Indonesia.

     

  • TikTok Kalah Jauh, 3 Miliar Orang Pilih Pakai Instagram

    TikTok Kalah Jauh, 3 Miliar Orang Pilih Pakai Instagram

    Jakarta, CNBC Indonesia – Instagram berhasil melampaui popularitas raksasa media sosial TikTok. Platform milik Meta itu telah mengalami pertumbuhan audiens hingga 3 miliar pengguna aktif bulanan (MAU)

    Angka tersebut jauh lebih besar dari capaian TikTok. Juru bicara perusahaan mengatakan aplikasi tersebut ‘baru’ mengantongi 1 miliar pengguna per bulan, dikutip dari Reuters, Kamis (25/9/2025).

    Sementara itu, penambahan 1 miliar pengguna Instagram terjadi selama tiga tahun. Pada 2022, CEO Mark Zuckerberg mengumumkan Instagram mendapatkan 2 miliar pengguna aktif bulanan.

    Perkembangan pesat Instagram terjadi setelah dibeli Facebook yang kini bernama Meta. Pembelian senilai US$1 miliar.

    Sejak saat itu, aplikasi berkembang pesat dari hanya platform berbagi foto saja. Beragam fitur diluncurkan sejak saat itu, termasuk Reels yang diluncurkan 2020.

    Reels memungkinkan pengguna membuat konten dengan durasi pendek. Fitur ini menantang para pesaingnya seperti TikTok hingga YouTube Shorts milik Google.

    Perkembangan signifikan Instagram juga bakal berdampak pada Meta. Sejumlah perusahaan memperkirakan aplikasi akan menghasilkan lebih dari setengah pendapatan iklan Meta di Amerika Serikat (AS) tahun 2025 ini.

    TikTok Raja Aplikasi RI

    Kendati Instagram menang secara global, namun Tiktok berada di puncak aplikasi media sosial yang sering digunakan masyarakat Indonesia. Informasi ini berdasarkan laporan ‘Profil Internet Indonesia 2025’ yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

    Pada 2025, terdapat 35,17% responden disurvei APJII yang mengakses Tiktok. Jumlah itu meningkat tajam dari tahun sebelumnya sebanyak 18,61%.

    Youtube berada di posisi ke-2 dengan 23,76%. Jumlahnya menurun 27,53% dari tahun 2024.

    Facebook mengalami penurunan tajam sebanyak 21,58% posisi ketiga. Aplikasi itu menurun peringkat dari posisi pertama (34,85%).

    Untuk posisi keempat ditempati Instagram sebanyak 15,94% dan X atau Twitter dengan jumlah 0,56%.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • PANDI Gelar Pelatihan Tata Kelola Internet untuk Talenta Digital – Page 3

    PANDI Gelar Pelatihan Tata Kelola Internet untuk Talenta Digital – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menggelar pelatihan tata kelola internet bagi talenta digital Indonesia.

    Acara yang bertajuk Internet Governance Training ini merupakan bagian dari rangkaian .idFest 2025 yang bertujuan membekali peserta dengan pemahaman tentang ekosistem internet global.

    Ketua PANDI, John Sihar Simanjuntak, menyatakan bahwa pelatihan ini bertujuan mendorong partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan, terutama generasi muda, dalam memahami tata kelola internet global.

    “Melalui keterlibatan berbagai stakeholder, kami ingin mendorong masyarakat khususnya generasi muda mengambil bagian dan memahami bagaimana tata kelola internet secara global dapat dilakukan,” ujar John, dikutip dari Antara News, Selasa (23/9/2025).

    Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta dari beragam instansi pemerintah dan lembaga, termasuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), Kementerian Koperasi, Kemenko Polkam, POLRI, serta Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan sejumlah registrar.

    Materi pelatihan disampaikan oleh narasumber ternama, mulai dari jajaran pemerintahan hingga perwakilan dari Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN), organisasi global yang mengatur penamaan domain internet.