TRIBUNJAKARTA.COM – Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) menolak dievakuasi oleh relawan, padahal dirinya berada di wilayah zona merah, Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, NTT.
Warga desa di tempat tinggal ODGJ berjenis kelamin laki-laki itu hampir semuanya sudah dievakuasi ke pengungsian.
Di video yang diunggah akun TikTok cakraabhiprayaofc, desa tersebut sudah tertutup abu dari hasil erupsi Gunung Lewotobi.
Relawan Cakra Abhipraya mengaku bertemu dengan ODGJ itu saat perjalanan menuju posko pengungsi.
“Dalam perjalanan ke posko tim Cakra menemukan seorang warga duduk sendirian di samping Gedung sekolah tanpa pakaian,” tulisnya.
ODGJ itu duduk sendirian sambil bertelanjang dada memegang sebuah pisau.
Relawan mengaku awalnya merasa ragu untuk mendekati ODGJ tersebut.
“Dalam perjalanan ke posko tim Cakra menemukan seorang warga duduk sendirian di samping Gedung sekolah tanpa pakaian, sedangkan daerah tersebut merupakan zona merah, yang tidak boleh lagi ditinggali.
Karena bahaya bisa datang kapan saja. Bahkan suara gemuruh gunung dan guguran lahar panas masih terus terjadi sampai saat ini,
Di sini butuh waktu lama untuk menyakinkan warga tersebut agar mau ikut,
Kamipun sedikit menjaga jarak, karena kami berfikir warga ini sedikit mengalami gangguan jiwa dan memegang senjata tajam,” tulisnya.
Setelah melakukan pendekatan secara perlahan, akhirnya terkuak alasan ODGJ tersebut memilih bertahan di desanya.
Ternyata ia enggan meninggalkan ayahnya yang sudah lanjut usia, dan kesulitan untuk berjalan.
“Ternyata salah satu factor penyebab warga tersebut menolak dievakuasi karena orangtuanya masih berada di dalam rumah,” tulis relawan Cakra.
“Setelah berdialog panjang akhirnya warga tersebut mau dievakuasi,” imbuhnya.
Ditemani warga relawan Cakra kemudian mendatangi gubuk reot tempat tinggal ODGJ tersebut bersama ayahnya.
Gubuk tersebut jauh dari kata layak huni. Atas dari gubuk tersebut sudah bolong-bolong.
Saat relawan masuk, ayah ODGJ tersebut tengah terbaring tak berdaya di atas dipan kayu.
“Dan kamipun langsung bergegas menuju ke rumah bapak itu setelah ditunjukkan oleh warga,” tulisnya.
“Ternyata benar! Dibalik gubuk bambu yang sudah setengah tidak beratap dan hampir rubuh. Ada seorang kakek renta yang sedang berbaring di kasur seorang diri,” imbuhnya.
Relawan akhirnya berusaha membujuk kakek tersebut berserta anaknya untuk mau dibawa ke posko pengungsian.
“Entah beberapa hari kakek ini belum makan dan untungnya tim Cakra tidak butuh waktu lama untuk mengajak kakek agar mau dievakuasi,” tulis relawan Cakra.
“Karena kondisi gunung yang terus bergemuruh dan jarak antara rumah kakek dengan gunung sangat dekat,” imbuhnya.
Influencer sekaligus relawan Cakra, Sania Leonardo akhirnya memiliki cara jitu agar ODGJ dan ayahnya mau dievakuasi.
Ia menyebut akan mengajak ayah dan anaknya tersebut untuk makan enak.
“Ini sudah kira-kira h+8 dari bencana ledakan yang keras itu,” kata Sania.
“Kita bilang biar bapaknya bisa dievakuasi ke posko, kita mau makan enak sama-sama di posko,” imbuhnya.
Sesampainya di posko, ayah dan anak itu langsung mendapatkan perawatan medis, mengingat keduanya sudah beberapa hari tak makan dan menghirup abu dari hasil erupsi Gunung Lewotobi.
Netizen yang melihat video tersebut mengaku terharu, atas tindakan ODGJ itu yang setia menemani ayahnya.
“sedangkan anaknya yg gangguan jiwa saja masih ingat dngn ortunya”
“yaampun terharu banget 🙂 walaupun dia punya gangguan tapi dia tetep inget orang tuanya”
“Dia lupa dg dirinya,tapi dia tdk lupa dg orgtua yg merawatnya,dia tdk mninggalkan bpknya..”
“Dia Mengalami Kekurangan tetapi dia Tdk pergi meninggalkan bpknya”
“Orang yang ganguan jiwa aja tau arti mengasihi orang tua lantas mengapa kita tidak bisa”
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya