Jakarta, CNN Indonesia —
Pendiri dan CEO of NVIDIA, Jensen Huang, menerima apresiasi di bidang teknologi VinFuture Grand Prize 2024 yang dianugerahkan atas kontribusi inovatif memajukan pembelajaran mendalam, serta memelopori platform percepatan komputasi.
Penghargaan tersebut diterima atas kontribusi Jenseng bersama tim. Jensen menyempatkan berbagi pemikiran tentang penerimaan penghargaan, termasuk pandangannya terhadap AI, dan visi untuk Vietnam.
Jenseng sendiri mengaku optimis dan mengapresiasi penghargaan berkelas dunia, yang sekaligus merayakan pencapaian ilmiah yang inovatif, serta menjalin hubungan dengan para ilmuwan global.
“Vietnam telah menginisiasi penghargaan yang bermakna dan kelas dunia, mirip dengan Nobel Prize, untuk merayakan pencapaian ilmiah yang groundbreaking dan terhubung dengan para ilmuwan global. VinFuture Prize juga mengumpulkan dewan ilmuwan terkemuka dunia. Oleh karena itu, dinominasikan dan dianugerahi VinFuture adalah suatu kehormatan besar bagi saya,” kata Janseng.
Jadi, jika AI dapat melakukan 80 persen dari pekerjaan manusia, manusia dapat menggunakannya untuk meningkatkan produktivitas hingga lima kali lipat. Alih-alih khawatir AI akan mengambil pekerjaan manusia, manusia harus berpikir untuk memanfaatkan AI seoptimal mungkin guna meningkatkan efisiensi.
Faktanya, AI tidak akan mengambil pekerjaan manusia, tetapi seseorang yang tahu cara menggunakan AI yang akan melakukannya. AI sendiri diyakini tak memiliki empati, emosi, aspirasi, atau kebaikan
Masyarakat di area VinFuture pun disebut turut berperan jembatan efektif terhadap para ilmuwan terkemuka dunia, misalnya membangun jembatan antara para peneliti Vietnam dan ilmuwan lain dari seluruh dunia.
Melalui program VinFuture, banyak ilmuwan dan peneliti dunia terdorong mengunjungi Vietnam. Sebagai pionir pengembangan AI yang background, Jansen merespons kekuatiran AI akan dapat mengambil pekerjaan, serta dapat membahayakan langsungan hidup manusia. Secara tegas, Jansen menyatakan tak sepakat.
“Ada banyak hal yang kita manusia lakukan yang manusia penilaian manusia. AI tidak memiliki empati, emosi, aspirasi, atau kebaikan kita. Ada banyak hal yang kita lakukan, keputusan yang kita buat, yang AI tidak dapat lakukan saat ini,” kata Janseng.
Janseng menjelaskan, Vietnam saat ini telah mencapai lebihan di bidang STEM, dengan siswa putra-putri yang unggul dalam Matematika, Sains, dan Teknologi. Hal ini diyakini dapat memberikan fondasi yang solid untuk mengembangkan teknologi masa depan.
Vietnam ditegaskan menjadi negara dengan banyak keunggulan, yang terbesar adalah nilai-nilai kekeluargaan. Tepatnya, sebagai “superpower” Vietnam, di mana orang-orang sangat menghargai pendidikan dan menyadarinya sebagai kunci untuk kehidupan yang lebih baik.
Hingga saat ini, orang Vietnam telah mencapai keunggulan tingkat tinggi di bidang STEM, dengan banyak siswa muda unggul dalam Matematika, Sains, dan Teknologi, menyebabkan memberikan fondasi yang solid untuk mengembangkan teknologi masa depan.
“Sangat luar biasa bahwa negara kecil seperti Vietnam adalah penyedia insinyur perangkat lunak terbesar kedua secara global. Sangat sedikit orang di seluruh dunia yang menyadari fakta ini. Ini adalah salah satu alasan NVIDIA memutuskan untuk mendirikan pusat R&D di Vietnam,” papar Janseng.
(rea/rir)
[Gambas:Video CNN]