NGO: World Bank

  • Malaysia Tolak Usulan Bank Dunia Naikkan Harga BBM, RON 95 Tetap Rp 8.000

    Malaysia Tolak Usulan Bank Dunia Naikkan Harga BBM, RON 95 Tetap Rp 8.000

    Jakarta

    Pemerintah Malaysia menegaskan tetap berkomitmen pada skema subsidi tepat sasaran untuk bensin RON95 melalui program BUDI MADANI RON 95 (BUDI95), dan menolak usulan Bank Dunia yang ingin menaikkan harga ke tingkat pasar.

    Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim menyatakan, subsidi tepat sasaran untuk RON95 adalah langkah yang bijak karena mampu menekan belanja negara tanpa membebani masyarakat. Bank Dunia mengusulkan semua jenis BBM menjadi RM 2,65 per liter atau Rp 10.732 (kurs Rp 4.050).

    “Usulan Bank Dunia adalah menaikkan harga semua jenis bensin menjadi RM 2,65 per liter, lalu memberikan subsidi hanya untuk kelompok tertentu. Karena itu, saya dan para anggota kabinet menolak usulan tersebut dan memutuskan menurunkan harga RON95 menjadi RM 1,99 per liter (Rp 8.059) untuk warga Malaysia dan RM 2,60 per liter (Rp 10.530) untuk warga asing,” ujar Anwar Ibrahim, dilansir dari Bernama, Sabtu (6/12/2025).

    “Ini menunjukkan bahwa pendekatan pemerintah sudah tepat, dan langkah-langkah yang kami ambil memberi manfaat bagi rakyat. Alhamdulillah, subsidi RON95 berbasis ketepatan sasaran di seluruh Malaysia mendapat respons yang sangat baik,” sambung Anwar.

    Anwar yang juga merangkap sebagai Menteri Keuangan menambahkan bahwa penerapan subsidi yang lebih terarah memastikan mayoritas warga tetap menerima bantuan, sekaligus menekan kebocoran subsidi kepada non warga dan penggunaan untuk kegiatan bisnis.

    Ketika pemerintah menghentikan subsidi ayam dan telur serta membiarkan harganya mengikuti pasar, pemerintah memastikan harga tetap stabil, pasokan cukup, dan masyarakat tidak terdampak.

    Anwar juga mengatakan bahwa pemerintahannya menargetkan efisiensi subsidi dan penghematan sekitar RM 15,5 miliar per tahun melalui pelepasan harga ayam dan telur ke mekanisme pasar, serta penyempurnaan subsidi listrik, diesel, dan RON95.

    Sementara itu, ia menyebut bahwa dalam Anggaran 2026, pemerintahannya memilih untuk tidak memperkenalkan pajak baru, melainkan memperbaiki tata kelola, menargetkan subsidi dengan lebih tepat, dan memperkuat kepatuhan pajak.

    “Biasanya, ketika ada tambahan belanja negara, pemerintah akan memberlakukan pajak baru. Namun dalam kondisi ini, Malaysia bisa meningkatkan alokasi anggaran dengan signifikan tanpa pajak baru. Ini dimungkinkan berkat subsidi yang lebih terarah serta berbagai langkah penghematan dan pencegahan kebocoran,” tutur Anwar.

    “Jika pemerintah pusat bisa melakukan hal ini, saya mengajak pemerintah negara bagian untuk melakukan hal yang sama dan berhati-hati agar kebijakan baru dan pajak tambahan tidak membebani rakyat,” tutupnya.

    (ily/hns)

  • Malaysia Tolak Usulan Bank Dunia Naikkan Harga BBM, RON 95 Tetap Rp 8.000

    Harga Bensin RON 95 di Malaysia Cuma Rp 8 Ribu, Syaratnya Nggak Bikin Ribet

    Jakarta

    Pemerintah Malaysia menolak usulan Bank Dunia yang menyarankan harga bensin mengikuti harga pasar. Kini, bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin RON 95 di Malaysia harganya tetap Rp 8 ribuan per liter.

    Iya benar, harga bensin RON 95 di Malaysia yang kualitasnya lebih tinggi jauh lebih murah dibanding bensin RON 90 di Indonesia. Pemerintah Malaysia memberikan subsidi bensin RON 95 dalam program Budi Madani RON 95 (Budi95). Bensin RON 95 tetap dijual seharga 1,99 ringgit per liter atau setara Rp 8.020, lebih murah dari Pertalite di Indonesia yang dijual Rp 10.000.

    Diberitakan Kantor Berita Malaysia, Bernama, Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim mengatakan, pemerintah Malaysia tetap berkomitmen pada program subsidi Budi Madani RON 95 (Budi95). Bensin RON 95 tetap dijual seharga 1,99 ringgit per liter atau setara Rp 8.020.

    “Usulan (Bank Dunia) adalah menaikkan harga menjadi RM 2,65 (Rp 10.680) per liter untuk semua jenis bensin, dan kemudian memberikan subsidi untuk kategori tertentu. Oleh karena itu, saya dan rekan-rekan anggota kabinet menolak usulan tersebut dan menurunkan harga RON 95 menjadi RM 1,99 (Rp 8.020) per liter untuk warga negara Malaysia dan RM 2,60 per liter untuk warga negara asing,” kata Anwar Ibrahim.

    Menurutnya, program subsidi Budi 95 it telah berhasil mengurangi pengeluaran pemerintah tanpa membebani rakyat.

    “Ini menunjukkan bahwa pendekatan kami (pemerintah) bijaksana dan kami mengambil tindakan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Alhamdulillah, subsidi RON 95 yang ditargetkan di seluruh Malaysia telah mendapat respons yang sangat baik dan positif,” kata Anwar.

    Program subsidi bensin RON 95 itu membuat setiap warga negara Malaysia menerima batas kelayakan bulanan sebanyak 300 liter bensin RON 95 bersubsidi.

    Syarat untuk mendapatkan bensin RON 95 murah itu nggak bikin ribet. Penggunaan MyKad atau KTP pintar yang sudah dimiliki warga Malaysia dan catatan Dinas Perhubungan Jalan (JPJ) menjadi dasar verifikasi. Anwar Ibrahim meminta masyarakat Malaysia memastikan chip di KTP pintar MyKad berfungsi dengan baik.

    Selain itu, untuk mendapatkan subsidi BBM warga Malaysia juga harus memiliki SIM yang sah.

    “Warga negara dengan SIM yang sah (bisa menerima subsidi). Jadi, yang belum diperbarui, (segera) perbarui,” kata Anwar Ibrahim dikutip Kantor Berita Bernama.

    Bagi yang lebih memilih teknologi digital, terdapat opsi seperti Touch n Go dan aplikasi perusahaan SPBU seperti aplikasi Setel oleh Petronas dan Shell App dari Shell. Penggunaan aplikasi itu bisa dimanfaatkan tanpa perlu menggunakan KTP untuk setiap transaksi.

    (rgr/dry)

  • Pendanaan Transisi Energi JETP Tambah Jadi Rp356,2 Triliun, Airlangga Beberkan Realisasinya

    Pendanaan Transisi Energi JETP Tambah Jadi Rp356,2 Triliun, Airlangga Beberkan Realisasinya

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan komitmen pendanaan transisi energi dalam skema Just Energy Transition Partnership (JETP) meningkat peningkatan dari kesepakatan awal US$20 miliar menjadi US$21,4 miliar.

    Angka itu setara Rp356,2 triliun (kurs JISDOR 4 Desember 2025 sebesar Rp16.646 per dolar AS).

    Airlangga merinci bahwa kenaikan angka komitmen tersebut berasal dari dukungan International Partners Group (IPG) sekitar US$11 miliar dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) sekitar US$10 miliar.

    “Ini menunjukkan kuatnya kepercayaan internasional terhadap proyek-proyek renewable di Indonesia,” ujarnya usai rapat koordinasi perkembangan implementasi JETP di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (5/12/2025).

    Meski komitmen pendanaan naik, mantan menteri perindustrian itu membeberkan bahwa realisasi pencairan dana masih berjalan bertahap.

    Dari total komitmen awal, dana yang telah dimobilisasi baru mencapai US$3,1 miliar melalui skema JETP. Sementara itu, sekitar US$5,5 miliar lainnya saat ini masih dalam proses negosiasi untuk pembiayaan proyek-proyek konkret.

    Airlangga merinci sejumlah proyek prioritas yang masuk dalam radar pendanaan ini antara lain Green Corridor Sulawesi, program dedieselisasi pembangkit listrik, pengembangan panas bumi (geothermal) di Sumatra, serta proyek Waste to Energy yang dikombinasikan dengan inisiatif Asia Zero Emission Community (AZEC).

    “Inggris dan Irlandia juga menyampaikan studi mengenai Just Framework yang memberikan langkah-langkah implementatif untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan inklusivitas dalam transisi energi,” tambah Airlangga.

    Prioritas Donor

    Dalam pembahasan teranyar dengan duta-duta besar negara anggota IPG, Uni Eropa, GFANZ, ADB, GIZ, hingga World Bank, Airlangga menyebut pihak donor meminta pemerintah untuk memprioritaskan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap (solar rooftop).

    Selain itu, para mitra internasional juga menyoroti pentingnya proses pengadaan dan tender energi terbarukan yang lebih jelas.

    Airlangga mengaku berbagai permintaan itu sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025–2034 yang telah memasukkan target penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 70 Gigawatt (GW).

    Untuk mengakselerasi penyerapan dana jumbo tersebut, pemerintah tengah memfinalisasi skema ‘JETP 2.0’ melalui satuan tugas (task force) yang melibatkan lintas kementerian, termasuk Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan, dan Kementerian ESDM.

    “Task force ini akan mempercepat dan mengakselerasi JETP 2.0 agar dana yang tersedia sebesar US$21,4 miliar ini betul-betul bisa mempercepat arahan Bapak Presiden untuk mencapai NZE [Net Zero Emission/nol emisi bersih] di Indonesia,” tutupnya.

    Sementara itu, Duta Besar Jerman untuk Indonesia yang diwakilkan Deputy Head of Mission Thomas Graf meyakini pendanaan JETP akan berhasil mendukung transisi energi di Indonesia. 

    “Kami juga yakin berdasarkan yang kami dengar di rapat hari ini, kita akan dapat bekerjasama dan mencapai hasil bersama demi kebaikan kita semua, kebaikan Indonesia, kebaikan iklim,” ucap Graf pada kesempatan yang sama.

  • Komitmen Pendanaan JETP Naik Jadi USD 21,4 Miliar

    Komitmen Pendanaan JETP Naik Jadi USD 21,4 Miliar

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, komitmen pendanaan untuk program Just Energy Transition Partnership (JETP) bagi Indonesia resmi meningkat dari USD 20 miliar menjadi USD 21,4 miliar.

    Kenaikan ini disampaikan dalam rapat koordinasi terbaru yang dipimpin Menko Airlangga yang dihadiri oleh oleh perwakilan dari duta besar negara-negara yang masuk dalam International Partner Group. Perwakilan Uni Eropa dari Glasgow Financial Alliance.

    “Kemudian dari ASEAN Development Bank, World Bank, dan Geisel Software International dan beberapa duta besar hadir dari EU, dari Inggris, kemudian juga dari Denmark. Kemudian perwakilan dari pimpinan Just Energy Transition Partnership, yaitu dari Jerman dan Jepang. Kemudian juga hadir dari Itali. Kemudian juga dari Perancis, dari Kanada. Dan dari UK tadi sudah. Nah kemudian tadi dibahas komitmen kembali JETP,” kata Menko Airlangga dalam konferensi pers, di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (5/12/2025).

    Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan bahwa tambahan dana tersebut menunjukkan konsistensi dan keyakinan komunitas internasional terhadap strategi transisi energi Indonesia.

    “Komitmennya USD 20 miliar dan sekarang sudah meningkat menjadi USD 21,4 miliar,” ujarnya.

    Airlangga menjelaskan, dari total komitmen USD 21,4 miluar tersebut, senilai USD 11 miliar berasal dari International Partner Group (IPG), sementara USD 10 miliar lainnya disalurkan melalui skema Defence.

     

     

     

     

  • Masuk Blue Book, Empat Proyek PGEO Berpeluang Dapat Pendanaan 613 Juta Dolar AS

    Masuk Blue Book, Empat Proyek PGEO Berpeluang Dapat Pendanaan 613 Juta Dolar AS

    JAKARTA – Sebanyak empat proyek panas bumi milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) masuk dalam Blue Book 2025–2029 oleh Kementerian PPN/Bappenas.

    Dengan masuknya proyek ini, PGEO berpotensi mendapatkan pendanaan indikatif sebesar 613 juta dolar AS untuk pengembangan proyek panas bumi.

    Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE Edwil Suzandi merinci, keempat proyek PGE yang masuk dalam Blue Book 2025-2029 diantaranya Lumut Balai Unit 3, Lumut Balai Unit 4, Gunung Tiga/Ulubelu Extension I, serta Lahendong Unit 7–8 & Binary.

    Total nilai investasi untuk keempat proyek ini mencapai lebih dari 1,09 miliar dolar AS. 

    Realisasi proyek-proyek ini diproyeksikan menambah 215 MW kapasitas listrik rendah emisi, yang direncanakan beroperasi secara bertahap mulai tahun 2029 hingga 2032.

    “Hal ini mempertegas komitmen dalam pengembangan potensi 3 GW panas bumi Perseroan,” ujar Edwil, Kamis, 4 Desember.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, keempat proyek ini berpotensi memperoleh pendanaan luar negeri melalui skema indicative concessional loan dengan nilai mencapai 613 juta dolar AS, yang berpotensi berasal dari sejumlah lembaga multilateral seperti World Bank, ADB, JBIC, atau JICA.

    “Pengembangan proyek-proyek ini tidak hanya meningkatkan bauran energi terbarukan nasional, tetapi juga menghadirkan multiplier effects bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi, mulai dari penciptaan lapangan kerja baru hingga bertumbuhnya aktivitas ekonomi lokal,” beber dia.

    Lebih lanjut, kata Edwil, masing-masing proyek memiliki karakteristik serta peran strategis yang berbeda dalam memperkuat portofolio panas bumi nasional. Adapun belanja modal atau capex PLTP Lumut Balai Unit 3 mencapai 305 juta dolar AS dan Lumut Balai Unit sebesar 290 juta dolar AS akan memperkokoh klaster pengembangan panas bumi PGE di Sumatera Selatan.

    Sementara itu, Gunung Tiga/Ulubelu Extension I dengan capex sebesar 227 juta dolar AS akan menambah pasokan energi bersih di Provinsi Lampung melalui penerapan teknologi two-phase binary yang menawarkan efisiensi lebih tinggi.

    Di Sulawesi Utara, proyek Lahendong Unit 7–8 & Binary dengan belanja modal sebesar 274 juta dolar AS memperluas pengembangan panas bumi di salah satu wilayah dengan potensi geothermal terbesar di Indonesia.

    Edwil juga menyebut, melalui skema Subsidiary Loan Agreement (SLA), yakni mekanisme pinjaman terusan dari salah satu lembaga multilateral kepada Pemerintah Indonesia yang menawarkan pembiayaan berbiaya rendah dan berjangka panjang, kelayakan ekonomi proyek menjadi semakin kuat.

    Skema pembiayaan ini berpotensi meningkatkan Internal Rate of Return (IRR) proyek sebesar 1–3 persen sehingga memberikan nilai tambah bagi perusahaan sekaligus memastikan keberlanjutan investasi jangka panjang.

    “Pada tahap selanjutnya, PGE akan memasuki proses negosiasi dengan lembaga multilateral untuk memperoleh term pendanaan paling optimal termasuk struktur pembiayaan, tingkat suku bunga, tenor, serta persyaratan teknis dan lingkungan,” tandas dia.

  • Malaysia Tolak Tawaran Bank Dunia, Harga Bensin RON 95 Tetap Rp 8.000!

    Malaysia Tolak Tawaran Bank Dunia, Harga Bensin RON 95 Tetap Rp 8.000!

    Jakarta

    Pemerintah Malaysia menolak usulan Bank Dunia untuk membuat harga bensinnya mengikuti harga pasar. Harga bensin RON 95 di Malaysia tetap di angka Rp 8.000-an per liter.

    Diberitakan Kantor Berita Malaysia, Bernama, Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim mengatakan, pemerintah Malaysia tetap berkomitmen pada program subsidi Budi Madani RON 95 (Budi95). Bensin RON 95 tetap dijual seharga 1,99 ringgit per liter atau setara Rp 8.020.

    “Usulan (Bank Dunia) adalah menaikkan harga menjadi RM 2,65 (Rp 10.680) per liter untuk semua jenis bensin, dan kemudian memberikan subsidi untuk kategori tertentu. Oleh karena itu, saya dan rekan-rekan anggota kabinet menolak usulan tersebut dan menurunkan harga RON 95 menjadi RM 1,99 (Rp 8.020) per liter untuk warga negara Malaysia dan RM 2,60 per liter untuk warga negara asing,” kata Anwar Ibrahim.

    Menurutnya, program subsidi Budi 95 it telah berhasil mengurangi pengeluaran pemerintah tanpa membebani rakyat.

    “Ini menunjukkan bahwa pendekatan kami (pemerintah) bijaksana dan kami mengambil tindakan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Alhamdulillah, subsidi RON 95 yang ditargetkan di seluruh Malaysia telah mendapat respons yang sangat baik dan positif,” kata Anwar.

    “Ketika pemerintah mengakhiri subsidi untuk ayam dan telur dan mempertahankan harganya, pemerintah memastikan harga tetap stabil, pasokan mencukupi, dan masyarakat tidak terdampak. Pemerintah Madani bertujuan untuk menargetkan subsidi dan mencapai penghematan sekitar RM 15,5 miliar per tahun melalui kebijakan mengambangkan harga ayam dan telur (mengikuti harga pasar), serta penargetan subsidi listrik, solar, dan RON 95,” kata Anwar.

    Menurut Anwar Ibrahim, subsidi yang tertarget ini juga memastikan bahwa mayoritas masyarakat menerima bantuan sekaligus memerangi kebocoran subsidi ke non-warga negara dan penggunaan bisnis.

    Program subsidi di Malaysia membuat harga bensin RON 95 jauh lebih murah dibanding bensin di Indonesia. Bahkan, bensin dengan RON 95 di Malaysia yang dijual Rp 8.000-an per liter jauh lebih murah dibanding Pertalite dengan RON 90 di Indonesia yang harganya Rp 10.000 per liter.

    Sejak September hingga 30 November 22025, 13,9 juta dari 16,55 juta penduduk Malaysia yang memenuhi syarat (84%) telah membeli 2,59 miliar liter bensin RON 95 dengan harga subsidi RM 1,99 per liter.

    (rgr/din)

  • Kemenperin jaga ambang batas 1,5 celsius lewat dekarbonisasi industri

    Kemenperin jaga ambang batas 1,5 celsius lewat dekarbonisasi industri

    Target Net Zero Emission 2050 itu bukan masalah ujungnya Net Zero Emission. Tapi ada yang namanya kita menjaga suhu bumi 1,5 derajat (celsius),

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian berusaha untuk tidak melampaui ambang batas kenaikan suhu bumi sebesar 1,5 derajat dengan membentuk peta jalan dekarbonisasi sektor industri dan menargetkan nol emisi karbon (net zero emission) pada 2050.

    “Target Net Zero Emission 2050 itu bukan masalah ujungnya Net Zero Emission. Tapi ada yang namanya kita menjaga suhu bumi 1,5 derajat (celsius),” ujar Kepala Pusat Industri Hijau (PIH) Kementerian Perindustrian Apit Pria Nugraha dalam acara seminar Energy Outlook yang digelar di Jakarta, Kamis.

    Apit menyampaikan bahwa peta jalan dekarbonisasi industri yang diluncurkan oleh Kementerian Perindustrian sudah sejalan dengan upaya menjaga ambang batas 1,5 derajat celsius.

    Kementerian Perindustrian memproyeksi reduksi emisi yang signifikan, yaitu sebesar 66,5 juta tCO2e emisi atau sekitar 30 persen emisi pada tahun 2035 dan 289,7 juta tCO2e emisi pada tahun 2050​, alias mencapai target nol emisi karbon.

    Sektor industri yang disasar oleh peta jalan tersebut adalah semen, besi dan baja, pupuk, kimia, pulp dan kertas, tekstil, kaca dan keramik, otomotif, serta makanan dan minuman.

    Sebagai sektor yang berkontribusi sebesar 34 persen terhadap gas rumah kaca (GRK) nasional, Apit menegaskan pentingnya industri melakukan dekarbonisasi.

    Selain itu, ia menambahkan, peta jalan dekarbonisasi yang sejalan dengan ambang batas 1,5 derajat celsius juga membuka kesempatan bagi Indonesia untuk memperoleh pembiayaan dari Bank Dunia atau institusi internasional lainnya.

    “Kita bisa saja nggak mau sejalan dengan 1,5 derajat celsius, tetapi berarti mampu membiayai diri sendiri untuk target penurunan emisinya. Kita sadar, kita butuh uang, butuh investasi, makanya harus sejalan,” kata dia.

    Melalui paparannya, Apit mengatakan, perusahaan yang rendah emisi karbonnya lebih mudah mendapatkan pendanaan transisi dan kontrak jangka panjang.

    Upaya transisi energi juga membantu industri untuk menjaga akses pasar dan ekspor, sebab pemasok yang tidak melakukan upaya-upaya transisi energi akan terkena biaya tambahan atau kalah tender.

    “CBAM UE (mekanisme penyesuaian perbatasan karbon Uni Eropa) dan tuntutan Scope-3 dari OEM (Original Equipment Manufacturer) global mengharuskan produk berjejak karbon rendah,” kata Apit.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • KPPU: Peningkatan kualitas persaingan usaha wujudkan pertumbuhan 8%

    KPPU: Peningkatan kualitas persaingan usaha wujudkan pertumbuhan 8%

    Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, kita membutuhkan peningkatan kualitas persaingan usaha secara signifikan,

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Aru Armando menilai, peningkatan kualitas persaingan usaha menjadi salah satu faktor penting bagi Indonesia untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada periode 2025-2029.

    “Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, kita membutuhkan peningkatan kualitas persaingan usaha secara signifikan,” kata Aru dalam jumpa media di Jakarta, Rabu.

    Lebih lanjut, ia mengatakan, hal ini juga mengacu pada laporan World Bank B-Ready 2024 di mana Indonesia memiliki skor 52 dari 100, masih di bawah negara-negara tetangga seperti Vietnam (57,67) dan Singapura (62,29). Sementara, Indeks Persaingan Usaha Indonesia berada di angka 4,95 dari skala 7.

    Studi menunjukkan, dibutuhkan peningkatan tingkat persaingan usaha sebesar 29 persen, atau skala indeks persaingan usaha sebesar 6,33 untuk tujuan tersebut.

    Menurut Aru, persaingan usaha yang sehat bukanlah pelengkap pertumbuhan ekonomi, melainkan infrastrukturnya yang juga terbentuk dengan baik dan suportif.

    “Dengan memastikan level playing field yang adil, menghapus hambatan masuk, dan menindak tegas para pelanggar, KPPU berkomitmen menjaga agar kue pembangunan ekonomi Indonesia dapat dinikmati secara merata, bukan hanya oleh segelintir konglomerasi, guna jalan menuju efisiensi yang berkeadilan,” ujar Aru.

    Lebih lanjut, ia mengatakan KPPU juga memiliki peran vital untuk memastikan pasar bekerja sebagai alat pertumbuhan, bukan arena pertempuran bagi para pemburu rente.

    Selama satu tahun pemerintahan berjalan, Aru mengatakan, paradigma pengawasan persaingan usaha di Indonesia telah bergeser menuju apa yang disebut sebagai persaingan terpimpin (guided competition).

    “Filosofinya jelas, pasar dibiarkan bebas, namun negara akan mengintervensi dengan keras jika terjadi distorsi yang mengancam kepentingan nasional atau terjebak dalam praktik yang diistilahkan Presiden (Prabowo Subianto) sebagai ‘Serakahnomics’, sebuah pola ekonomi di mana pelaku usaha mengambil keuntungan berlebih dengan cara mematikan pesaing kecil,” ujar Aru.

    “Keberadaan KPPU dan persaingan usaha merupakan cara untuk mengatasi ‘Serakahnomics’. Jadi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, kompetisi harus ditingkatkan”, katanya menambahkan.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pemerintah Genjot Asuransi buat Aset Negara, Ini Sumber Dananya

    Pemerintah Genjot Asuransi buat Aset Negara, Ini Sumber Dananya

    Jakarta

    Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) meluncurkan program asuransi Barang Milik Negara (BMN) dengan skema pendanaan menggunakan Dana Bersama Penanggulangan Bencana atau Pooling Fund Bencana (PFB).

    Pada tahap pertama, asuransi BMN dengan skema PFB dilakukan secara piloting pada tiga kementerian yaitu Kementerian Agama untuk BMN berupa bangunan pendidikan, Kementerian Kesehatan untuk BMN berupa bangunan kesehatan, serta Kementerian Sekretariat Negara untuk BMN berupa bangunan perkantoran khususnya kawasan istana negara.

    “Pendekatan ini memungkinkan pemerintah menguji tata kelola, mekanisme pendanaan dan koordinasi kelembagaan secara terbatas sebelum program ini diterapkan secara
    menyeluruh pada tahun-tahun berikutnya,” kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam keterangan resmi, Selasa (2/12/2025).

    Sebagai informasi, program asuransi BMN merupakan upaya mitigasi pemerintah untuk menjaga ketahanan fiskal saat terjadi bencana. Dilaksanakan sejak 2019, program tersebut mengandalkan sumber pendanaan dari DIPA masing-masing K/L dan merupakan bagian dari Strategi Pembiayaan dan Asuransi Risiko Bencana (PARB) yang telah diluncurkan pemerintah pada 2018.

    Hanya saja dalam perkembangannya, upaya asuransi BMN sering terkendala oleh keterbatasan alokasi anggaran K/L. Hal itu lah yang melatarbelakangi perumusan kebijakan asuransi BMN dengan skema PFB.

    Dana PFB dikelola oleh BLU Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) yang bersumber dari APBN, APBD, hibah, investasi dan penerimaan klaim asuransi. Melalui pemanfaatan hasil pengembangan PFB, implementasi asuransi BMN dapat diakselerasi sebagai pelengkap atas asuransi BMN yang didanai dengan DIPA K/L sehingga diharapkan mampu memperluas cakupan perlindungan BMN.

    Suahasil berharap K/L dapat meningkatkan pengamanan BMN melalui pengalokasian anggaran asuransi sehingga perlindungan terhadap aset negara semakin optimal.

    “Namun demikian, kami berharap pengamanan BMN melalui alokasi anggaran asuransi dalam DIPA masing-masing K/L dapat terus dilaksanakan secara efektif agar perlindungan terhadap aset negara semakin optimal,” ucap Suahasil.

    Program tersebut merupakan hasil sinergi antara jajaran di Kemenkeu dengan para pemangku kepentingan terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri asuransi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Bank Dunia yang turut memberikan asistensi teknis dalam pengembangan PFB.

    “Melalui peluncuran program asuransi BMN dengan skema PFB, Kemenkeu berharap perlindungan terhadap BMN semakin meningkat sehingga ketahanan fiskal pemerintah dan keberlangsungan pelayanan publik tetap terjaga ketika terjadi bencana,” imbuhnya.

    (acd/acd)

  • Mimpi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Setelah Empat Dekade

    Mimpi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Setelah Empat Dekade

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah kembali mendeklarasikan ambisi besar untuk membawa perekonomian nasional tumbuh 8% dalam lima tahun ke depan. Target pertumbuhan ekonomi yang pernah lekat dengan ekonomi Indonesia empat hingga lima dekade lalu. Meski demikian, sejumlah tantangan struktural yang mengemuka sejak awal reformasi masih membayangi.

    Sebagai pengingat, pertumbuhan tinggi ekonomi Indonesia terjadi pada era Presiden Soeharto. Rinciannya, ekonomi tertinggi sepanjang sejarah Indonesia terjadi pada 1968 yakni mencapai 10,9%. Pertumbuhan tinggi di atas 8% kembali terjadi pada 1973 (8,1%), 1977 (8,3%), 1980 (10%), dan 1995 (8,2%). Meski demikian, rezim ini menutup kejatuhannya dengan anjlok -13,1% pada 1998 saat terjadi penggulingan kekuasaan lewat demonstrasi massa. 

    Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan (Kemenkeu) 2025–2029 yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.70/2025, mengamanatkan jajaran di kementeriannya mendukung arah pertumbuhan ekonomi 8% ini melalui optimalisasi pendapatan negara, belanja negara, perluasan sumber dan inovasi pembiayaan, serta pengendalian inflasi untuk mengejar target pertumbuhan.

    Dalam rencana tersebut, indikator sasaran strategis pendapatan negara yang optimal antara lain rasio pendapatan negara terhadap PDB sebesar 12,36% pada 2025 dan naik ke kisaran 12,86% hingga 18% pada 2029.

    Rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB juga ditargetkan meningkat. Pada 2025, targetnya sebesar 10,24% dan naik ke kisaran 11,52% hingga 15% pada 2029.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P. Roeslani menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp13.032 triliun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029. “Kalau kita lihat, dalam 5 tahun ke depan, pertumbuhan investasi yang diharapkan kurang lebih adalah Rp13.032 triliun atau kurang lebih US$869 miliar,” ucap Rosan dalam Kompas 100 CEO Forum di Tangerang, Rabu (26/11/2025).

    Menurut Rosan, target investasi tersebut memiliki rata-rata pertumbuhan sekitar 15,7% dibandingkan realisasi investasi 10 terakhir. Ia mengakui target itu menantang, tetapi upaya memperbaiki iklim investasi terus ditempuh, termasuk penyempurnaan sistem perizinan. Integrasi perizinan dari 18 kementerian kini berada dalam kewenangan Kementerian Investasi dan Hilirisasi.

    Rosan juga mencontohkan percepatan layanan perizinan berdasarkan ketentuan dalam PP No.28, yang memungkinkannya mengeluarkan izin apabila kementerian terkait tidak memberi respons dalam waktu yang ditentukan. “Dalam waktu 2 bulan, saya sudah mengeluarkan 151 perizinan,” katanya.

    Mimpi pertumbuhan ekonomi 8% juga pernah disinggung waktu era Presiden Joko Widodo dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Kala itu mantan bos Bank Dunia itu menyebut ekonomi Indonesia sebesar 7% hingga 8% hanya terjadi di era kepemimpinan Soeharto. Sejak itu, perekonomian sulit melampaui kisaran 7%.

    Pertumbuhan tertinggi pasca-Soeharto terjadi pada era Susilo Bambang Yudhoyono, yakni 6,3% pada 2007. Adapun pada era Joko Widodo, pertumbuhan ekonomi rata-rata berada di sekitar 4,23%.

    “Dalam 50 tahun sejarah Indonesia, pertumbuhan tertinggi sebenarnya dicapai pada tahun 1990-an ketika kita mampu mencapai sekitar 8%. Itu sama persis dengan India saat ini,” ujarnya dalam The International Seminar and Growth Academy Asean di Aula Dhanapala Kemenkeu, Senin (23/9/2024).

    Meski ekonomi tumbuh solid, sejumlah catatan menunjukkan stabilitas ekonomi Orde Baru pada dekade 1970-an turut dipengaruhi booming minyak dan gas. Penerimaan migas mengalir deras ke kas negara, membuat pemerintah relatif leluasa menjalankan program pembiayaan. Akan tetapi, resesi global pada 1982 menjadi titik balik ketika harga minyak jatuh dan pendapatan negara tertekan. Ekonomi hanya tumbuh 2,2% pada tahun itu.

    Meski reformasi pajak dan pengembangan sektor nonmigas kemudian dilakukan, tekanan ekonomi kembali muncul menjelang akhir Orde Baru. Tensi politik meningkat pada 1996, inflasi naik menjadi 8,86%, defisit transaksi berjalan melebar, dan krisis finansial Asia 1997 memperparah kondisi ekonomi. Krisis tersebut menunjukkan kerentanan struktural perekonomian dan lemahnya tata kelola. Inflasi mencapai 77,6%, ekonomi terjun ke -13,7%, dan Soeharto akhirnya lengser setelah 32 tahun berkuasa.

    Reformasi 1998 membawa perubahan tata kelola politik, tetapi ekonomi masih belum kembali pada pertumbuhan tinggi seperti sebelum krisis. Pada 1998, ekonomi minus -13,13%, lalu berbalik tipis menjadi 0,79% pada 1999. Upaya pemulihan melalui penataan aset, penjualan BUMN, dan berbagai kebijakan fiskal membuat ekonomi tumbuh 3,64% pada 2001 dan 4,5% pada 2002.

    Pada 2003, pemerintahan Presiden Megawati menyampaikan optimisme bahwa pertumbuhan dapat mencapai 7% dalam tiga tahun namun tak pernah terealisasi. Menteri Keuangan Boediono, kala itu, menilai sasaran tersebut masih dalam jangkauan jika perbaikan iklim investasi dilakukan. Ia menekankan pentingnya kepastian hukum, keamanan, dan perlindungan hak usaha. Persoalan kelembagaan, aturan yang tumpang tindih, serta pungutan daerah menjadi tantangan.

    Hingga kini, data BPS menunjukkan ekonomi Indonesia belum pernah kembali menembus pertumbuhan tahunan di atas 7% setelah reformasi. Rekor pertumbuhan tertinggi tercatat pada 2007, yakni 6,35%. Pada era pemerintahan Joko Widodo, pertumbuhan tertinggi berada di kisaran 5%.