NGO: WHO

  • Pengakuan Miliarder Terobsesi Hidup Abadi, Ini Ritualnya Agar Tak Menua

    Pengakuan Miliarder Terobsesi Hidup Abadi, Ini Ritualnya Agar Tak Menua

    Jakarta

    Bryan Johnson, miliarder di Amerika Serikat berusia 47 tahun dikenal dengan obsesinya agar bisa hidup lebih lama. Rutinitas hariannya agar hidup abadi juga disorot karena melibatkan putranya, Talmage, yang berusia 19 tahun.

    Keduanya, yang banyak dipuji karena tampak seperti saudara, sempat bikin heboh saat mengumumkan mereka menjalani “pertukaran plasma multigenerasi pertama di dunia,” bersama dengan ayah Johnson, yang kini berusia 71 tahun, untuk mencoba tetap awet muda.

    Setelah merilis dokumenter Netflix barunya, “Don’t Die: The Man Who Wants to Live Forever,” Johnson berbicara tentang rutinitas hariannya agar bisa hidup lebih lama dan tidak menua.

    Dalam dokumenter tersebut, Johnson dan Talmage bangun pukul 5 pagi, makan “makanan terakhir mereka hari itu,” kombinasi sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan beri, pada siang hari dan tidur pada pukul 8:30 malam.

    “Saat saya tidur pukul 8:30 malam, pencernaan utama telah selesai dan detak jantung saya saat istirahat sekitar 47-49 bpm,” kata Johnson.

    “Jika saya makan di sore hari, detak jantung saya saat istirahat akan berada di antara 55-58 bpm karena tubuh saya masih mencerna makanan dan itu akan mengurangi kualitas tidur saya hingga ~30%,” tambah dia.

    Ia mengatakan bahwa ia mampu mencapai “tidur yang sempurna” sebagian dengan melakukan ritual menenangkan diri di malam hari dan mengurangi aktivitas larut malam. Ia juga tidak mengonsumsi kafein atau alkohol.

    Tidak mengherankan bahwa ayah dan anak itu mengonsumsi suplemen lengkap yang diberi nama Johnson’s Blueprint. Protokol hidup awet muda Johnson yang berat meliputi metformin untuk pengaturan glukosa darah dan proferrin untuk produksi zat besi dan sel darah merah.

    Ia juga menjalani diet vegan. Sehari-harinya, dia dan putranya biasanya mengonsumsi 2.250 kalori sehari, 130 gram protein, 206 karbohidrat, dan 101 gram lemak.

    Sarapannya berupa campuran protein dengan kakao, minyak zaitun murni, dan susu kacang macadamia, sementara makan siang pukul 9 pagi berupa semangkuk sayuran super.

    Duo yang gemar berolahraga ini melakukan latihan 60 menit setiap hari yang memadukan kekuatan, kardio, fleksibilitas, dan keseimbangan. Pushup terbalik, pull-up, squat, bicep curl, dan latihan interval intensitas tinggi (HIIT) selama 10 menit termasuk dalam latihan yang dijadwalkan. Dan terakhir, keduanya melakukan “latihan yang terfokus”.

    Ketika ditanya tentang dokumenter tentang hubungannya dengan Talmage, Johnson mengatakan bahwa, “Talmage memandang saya sebagai dirinya di masa depan, dan saya memandang Talmage sebagai diri saya yang dulu.”

    (kna/kna)

  • Virus HMPV Bukan Penyakit Baru, Hanya Bersifat Ringan Seperti Flu Biasa  – Halaman all

    Virus HMPV Bukan Penyakit Baru, Hanya Bersifat Ringan Seperti Flu Biasa  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –  Lonjakan infeksi saluran pernapasan baru-baru ini di China utara dan wilayah lain di Asia memicu gelombang ketakutan dan misinformasi di media sosial.

    Beberapa informasi di media sosial bahkan ada menunjukkan bahwa pandemi serupa Covid-19 mungkin akan segera terjadi.

    Sebagai informasi, China dilaporkan sedang menghadapi lonjakan infeksi saluran pernapasan mirip flu yang gejalanya meliputi batuk, demam, hidung tersumbat yang disebabkan oleh human metapneumovirus atau HMPV.

    Otoritas kesehatan di Malaysia, India, Kazakhstan dan tempat lain juga telah mencatat kasus HMPV.

    Namun, dilansir dari VOA, klaim bahwa HMPV adalah virus misterius, atau spekulasi bahwa virus baru mungkin muncul dari China, adalah salah.

    HMPV adalah virus terkenal yang ditemukan pada tahun 2001 di Belanda, dan termasuk dalam famili virus Pneumoviridae, yang mencakup virus sinsitial pernapasan, yang umumnya dikenal sebagai RSV.

    Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan sebagian besar kasus HMPV bersifat ringan, dengan gejala serupa dengan flu biasa.

    “Tidak ada ‘penyakit misterius’ yang beredar di Tiongkok saat ini,” kata kantor pers WHO dilansir dari VOA, Rabu (8/1/2025). 

    HMPV merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas.   (Bloomberg)

    Dengan meningkatnya kekhawatiran akan “virus China baru” di India, Menteri Kesehatan Jagat Prakash Nadda mengatakan kepada publik pada tanggal 6 Januari bahwa “HMPV bukanlah virus baru.”

    “Tidak ada alasan untuk khawatir. Kami terus memantau situasi,” katanya.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan HMPV paling aktif selama akhir musim dingin dan musim semi dan dapat “beredar secara bersamaan selama musim virus pernapasan” dengan RSV dan influenza, yang umumnya dikenal sebagai flu.

    Media berita AS Nexstar melaporkan bahwa CDC sedang memantau laporan peningkatan kasus HMPV di China, mengutip juru bicara lembaga tersebut.

    “CDC menyadari adanya laporan peningkatan HMPV di Tiongkok dan secara berkala melakukan kontak dengan mitra internasional serta memantau laporan peningkatan penyakit tersebut,” kata juru bicara tersebut.

    Data dari Sistem Pengawasan Virus Pernapasan dan Enterik Nasional CDC, yang memantau aktivitas virus di Amerika Serikat, menunjukkan kasus HMPV telah meningkat di AS sejak 2 November tetapi masih mendekati tingkat “pra-pandemi” yang umum.

     

     

  • DKI perlu sosialisasikan HMPV pada masyarakat

    DKI perlu sosialisasikan HMPV pada masyarakat

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Kesehatan DKI Jakarta perlu menyosialisasikan tentang “Virus Human Metapneumovirus” (HMPV) termasuk pencegahannya kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan.

    “Untuk pemerintah, memberikan sosialisasi kesehatan yang luas, khususnya karena HMPV sudah jadi berita utama di berbagai media,” kata pakar kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

    Hal itu perlu dilakukan mengingat informasi HPMV telah mencuat di berbagai media dalam beberapa waktu terakhir seiring merebaknya kasus penyakit tersebut di China dan dilaporkan telah ditemukan di Indonesia.

    Selain sosialisasi, Tjandra juga meminta Pemprov DKI mengamati dengan cermat perkembangan kasus di China.

    “Ini mengingat HMPV baru-baru ini merebak di China,” kata Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 itu.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga perlu melakukan pengamatan dan pengumpulan data secara sistematis dan terus-menerus untuk mendapatkan informasi terkait masalah kesehatan atau penyakit (surveilans) terhadap HMPV dari kasus penyakit mirip influenza (Influenza Like Illness/ILI di Jakarta.

    HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan dengan gejala mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam dan sesak napas. Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Walaupun sejauh ini HMPV bukan kasus berat tapi pemerintah tetap perlu mengamati dengan cermat perkembangan kasus di China. “Lalu, melakukan surveilan (epidemiologik dan genomik) dari kasus di Jakarta,” ujar Tjandra.

    Dia menuturkan, penularan HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi.

    Karena itu, demi mengurangi risiko tertular virus ini, masyarakat dapat menerapkan langkah-langkah preventif seperti mencuci tangan teratur. Selain itu juga menjaga pola hidup sehat dan menggunakan masker di tempat umum.

    “Mereka yang sakit jangan menulari orang lain misalnya dengan menggunakan masker dan menghindari kerumunan,” kata Tjandra.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Usia Pensiun Naik Jadi 59 Tahun, Dari Sisi Kesehatan Bisakah Tetap Produktif ? – Halaman all

    Usia Pensiun Naik Jadi 59 Tahun, Dari Sisi Kesehatan Bisakah Tetap Produktif ? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Mulai 2025, usia pensiun pekerja di Indonesia resmi menjadi 59 tahun yang sebelumnya 58 tahun.

    Aturan ini merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun.

    Perubahan ini bertujuan untuk memperpanjang masa aktif pekerja dengan harapan pekerja bisa menyiapkan keuangan dan perlindungan di masa tua lebih matang.

    Misalkan menyiapkan dana pensiun atau melunasi utang.

    Bisakah di usia 59 tahun seseorang  efektif bekerja?

    Merujuk data dari WHO disebutkan bahwa usia produktif seseorang berlangsung pada usia 15-64 tahun, dimana usia tersebut seseorang bisa dengan efektif dan efisien dalam beraktivitas sehari-hari dan bekerja.

    Sementara di Indonesia usia Angkatan kerja berada pada rentang usia 19 – 64 tahun.

    Di berbagai negara, usia produktif merupakan penggerak kemajuan perekonomian, pendapatan, dan kesejahteraan. 

    Karena itu menjaga kesehatan usia produktif penting dan wajib dilakukan untuk mendukung produktivitas dan kualitas hidup.

    Kesehatan pada rentang usia dewasa ini dipengaruhi oleh pola hidup sehat, seperti makanan sehat dan seimbang, aktivitas fisik teratur, serta pengelolaan stres yang efektif.

    Orang dewasa perlu memperhatikan asupan makanan yang sehat dan bergizi,  menjaga berat badan serta kesehatan jantung dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur.

    Stres yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Orang dewasa juga harus belajar cara mengatasi stres dan mencari dukungan ketika dibutuhkan.

    Ilustrasi (dok.)

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahkan menganjurkan pemeriksaan kesehatan berkala sebagai upaya mencegah dan mengidentifikasi dini kondisi kesehatan yang memerlukan perawatan medis.

    Orang dewasa perlu memeriksakan kesehatan mereka secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter atau fasilitas kesehatan terdekat jika ada keluhan atau tanda-tanda tidak sehat.

    Pola hidup sehat dapat membantu menjaga kesehatan usia produktif dan mendukung produktivitas dan kualitas hidup yang optimal.

    Tidak bisa dipungkiri, usia yang semakin tua membuat perubahan pada fisik dan mental makin terlihat.

    Kondisi umum terjadi bisa berupa gangguan pendengaran, gangguan penglihatan katarak dan kelainan refraksi, nyeri punggung dan leher serta osteoartritis.

    Maupun keluhan berupa penyakit paru obstruktif kronik, diabetes, depresi, dan demensia. Seiring bertambahnya usia, orang cenderung mengalami beberapa kondisi sekaligus.

     

  • Apa Itu Malanutrisi dan Stunting yang Bisa Diatasi dengan Program Makan Bergizi Gratis?

    Apa Itu Malanutrisi dan Stunting yang Bisa Diatasi dengan Program Makan Bergizi Gratis?

    Jakarta, Beritasatu.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan yang diusung Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk mengatasi malanutrisi dan stunting di Indonesia.

    Program ini resmi dimulai pada Senin (6/1/2025), dan bertujuan untuk pemenuhan gizi di seluruh Indonesia. Fokus utama program Makan Bergizi Gratis adalah untuk mengatasi masalah malanutrisi dan stunting yang masih menjadi isu besar di Tanah Air.

    Program ini menyasar balita, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui, serta dilaksanakan pada 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di 26 provinsi, termasuk Aceh, Bali, Lampung, hingga DI Yogyakarta.

    Namun, apa itu malanutrisi dan stunting yang bisa diatasi dengan program Makan Bergizi Gratis? Berikut ini penjelasannya.

    Apa Itu Malanutrisi?
    Malanutrisi merujuk pada kondisi ketidakseimbangan asupan nutrisi, baik kekurangan maupun kelebihan. Malanutrisi terdiri dari berbagai bentuk, seperti kekurangan gizi (wasting, stunting, dan underweight) serta kelebihan berat badan atau obesitas.

    Gejala malanutrisi bisa berupa penurunan berat badan yang tidak direncanakan, kehilangan otot, dan kelelahan berlebihan. Selain itu, malanutrisi dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem tubuh, termasuk memperlemah sistem kekebalan tubuh dan memperlambat proses penyembuhan luka. Diagnosis malanutrisi dan stunting biasanya dilakukan oleh dokter melalui pengamatan terhadap penampilan, perilaku, serta distribusi lemak tubuh pasien.

    Apa Itu Stunting?
    Sementara stunting adalah gangguan pada pertumbuhan anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang tepat, infeksi berulang, serta kurangnya stimulasi psikososial.

    Menurut data dari World Health Organization (WHO), seorang anak dikatakan mengalami stunting jika tinggi badannya lebih dari dua standar deviasi di bawah median standar pertumbuhan anak yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut. Terutama terjadi dalam 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak pembuahan hingga usia dua tahun. Stunting dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan kemampuan pendidikan anak, serta meningkatkan risiko gangguan kesehatan di masa dewasa.

    Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia pada 2023, prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 21,5%, meskipun terjadi penurunan yang sangat kecil dibandingkan tahun sebelumnya.

    Program Makan Bergizi Gratis menjadi salah satu solusi penting dalam mencegah dan mengurangi angka stunting serta malanutrisi di Indonesia. Program ini tidak hanya menyediakan makanan bergizi, tetapi juga memberikan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang.

    Sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga sudah mengimplementasikan berbagai program, seperti pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil, pemberian ASI eksklusif untuk bayi hingga usia 6 bulan, serta imunisasi dan suplementasi vitamin A. Semua langkah ini diharapkan dapat mengurangi prevalensi stunting dan malnutrisi yang masih menjadi masalah serius di Indonesia.

    Dengan adanya program Makan Bergizi Gratis dan berbagai upaya pencegahan lainnya, diharapkan Indonesia dapat mencapai kemajuan signifikan dalam mengatasi malanutrisi dan stunting, serta menciptakan generasi yang sehat dan produktif.

  • Cegah Virus HMPV, Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Gencar Sosialisasikan Hidup Sehat

    Cegah Virus HMPV, Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Gencar Sosialisasikan Hidup Sehat

    Cegah Virus HMPV, Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Gencar Sosialisasikan Hidup Sehat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Anggota Komisi IX
    DPR
    RI
    Irma Suryani Chaniago
    meminta pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan wabah virus Human Metapneumovirus (
    HMPV
    ) secara maksimal.
    Irma menilai, upaya pencegahan yang baik dari pemerintah dengan memastikan masyarakat tetap hidup sehat sehingga dapat meminimalisir anggaran yang dikeluarkan untuk pengobatan masyarakat.
    “Untuk pemerintah, promotif atau preventivenya harus lebih disosialisasikan agar dapat meminimize kuratif yang selain menghabiskan anggaran masyarakat juga tidak sehat,” kata Irma kepada Kompas.com, Selasa (7/1/2025).
    Namun, Irma menekankan bahwa virus
    HMPV
    bukanlah jenis virus yang berbahaya.
     
    Meskipun demikian, dia mengimbau agar masyarakat harus cepat berobat jika merasakan gejala seperti batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, sesak nafas, dan diare.
    “Intinya jika terjadi gejala di atas segera ke dokter, jika batuk tidak membaik dalam waktu tujug hari,” kata Politikus Partai Nasdem itu.
    “Virus ini tidak berbahaya jika segera diobati, tidak perlu antisipasi berlebihan, yang penting masyarakat jaga kesehatan dan kebersihan,” ujarnya lagi.
    Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyebaran
    virus HMPV
    dan influenza tipe A saat ini masih terbatas di wilayah China.
    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus melakukan pemantauan melalui surveilans dan pelaporan terhadap penyakit infeksi emerging atau penyakit menular jenis baru.
    Saat ini, Kemenkes belum menerapkan kebijakan pembatasan atau larangan perjalanan dari dan ke China.
    Meski demikian, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
    Virus HMPV
    sendiri adalah virus yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip dengan gejala flu pada umumnya.
    “HMPV bukanlah virus yang mematikan. Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
    Dia juga mengatakan bahwa sistem imunitas manusia sudah mengenali virus ini sejak lama, sehingga mampu meresponsnya dengan baik.
    Menurut Budi, sebagian besar orang yang terinfeksi virus HMPV akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.
    Dia juga menegaskan bahwa virus HMPV tidak sama dengan Covid-19. Sebab, Covid-19 adalah virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • AS Laporkan Kematian Pertama Manusia Akibat Flu Burung H5N1

    AS Laporkan Kematian Pertama Manusia Akibat Flu Burung H5N1

    Jakarta

    Orang pertama yang terjangkit flu burung H5N1 parah di Amerika Serikat (AS) meninggal dunia, menurut Departemen Kesehatan Louisiana, kasus ini adalah kematian manusia pertama akibat flu burung di AS.

    Pasien dilaporkan berusia 65 tahun dan memiliki kondisi medis yang mendasarinya. Ia dirawat di rumah sakit karena flu setelah terpapar kawanan burung di halaman rumahnya.

    Pejabat kesehatan Louisiana mengatakan bahwa penyelidikan mereka tidak menemukan kasus manusia lain yang terkait dengan infeksi pasien ini. Sementara itu para ahli telah memperingatkan bahwa virus H5N1 bisa memicu infeksi fatal.

    “Kami telah mempelajari silsilah virus ini selama 25 tahun, dan ini mungkin bentuk virus yang paling ganas yang pernah kami lihat. Jadi fakta bahwa virus ini akhirnya menyebabkan infeksi yang fatal di sini merupakan hal yang tragis tetapi tidak mengejutkan,” kata Dr Richard Webby, yang memimpin Pusat Kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia untuk Studi Ekologi Influenza pada Hewan dan Burung di Rumah Sakit Penelitian Anak St Jude, dikutip CNN.

    Sejak 2003, telah dilaporkan sekitar 900 kasus infeksi flu burung pada manusia di seluruh dunia, dan sekitar setengahnya telah meninggal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini berarti virus tersebut memiliki tingkat kematian kasus sebesar 50 persen, yang membuatnya sangat mematikan.

    Akan tetapi para ahli tidak benar-benar berpikir virus itu membunuh setengah dari orang yang terinfeksi. Meskipun tingkat kematian kasus sebenarnya 10 kali lebih rendah, sekitar 5 persen, virus ini tetap merupakan virus yang serius untuk dilawan.

    Sebuah studi terkini oleh para ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS terhadap 46 kasus manusia pertama H5N1 di AS tahun lalu menemukan bahwa hampir semuanya bersifat ringan, kecuali satu kasus yang terjadi setelah terpapar hewan ternak yang terinfeksi.

    Pasien Louisiana terinfeksi virus flu burung H5N1 dengan subtipe D1.1, jenis yang beredar pada burung liar dan unggas. Jenis ini berbeda dengan varian yang beredar pada sapi perah.

    Para ilmuwan tidak tahu apakah virus ini terkait dengan penyakit yang lebih parah pada manusia. D1.1 juga menginfeksi seorang remaja yang sakit kritis dan dirawat di rumah sakit di Kanada. Remaja tersebut, seorang gadis berusia 13 tahun, menerima perawatan intensif dan pulih, tetapi para peneliti tidak tahu bagaimana ia bisa terpapar.

    Infeksi D1.1 juga telah diidentifikasi pada pekerja peternakan unggas di Washington. Kasus-kasus tersebut tampaknya lebih ringan.

    (suc/suc)

  • Virus HMPV Beda dengan Covid-19, Begini Faktanya

    Virus HMPV Beda dengan Covid-19, Begini Faktanya

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memastikan bahwa virus Human Metapneumovirus (HMPV) tidak mematikan. Virus ini berbeda dengan Covid-19 meski penyebarannya sama-sama berasal dari China.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah memastikan bahwa virus HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Menurutnya, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu.

    Dia mengatakan sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujarnya, dikutip Selasa (7/1/2025).

    Budi juga menekankan bahwa pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di China, sama sekali tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti China sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar,” katanya. 

    Teridentifikasi di Indonesia

    Adapun sejauh ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menemukan kasus virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia. 

    Kemenkes mencatat semua kasus virus HMPV yang ditemukan di Indonesia ternyata melibatkan anak-anak.

    Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik, meski virus tersebut sudah masuk ke Tanah Air. Pasalnya, kata dia, HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV bukanlah virus yang mematikan. Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus,” ujarnya. 

    Dia menuturkan penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Karena itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti Covid-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” imbuhnya. 

  • Menkes Ungkap Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Begini Penularannya

    Menkes Ungkap Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Begini Penularannya

    loading…

    Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan virus HMPV yang merebak di China telah ditemukan di Indonesia. Semua kasus yang ditemukan melibatkan anak-anak. Foto/Dok SINDOnews

    JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang baru-baru ini merebak di China dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Semua kasus yang ditemukan melibatkan anak-anak.

    Menkes pun meminta masyarakat untuk tidak panik, karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Menkes dalam keterangannya, dikutip Selasa (7/1/2025).

    Menkes menjelaskan, virus HMPV berbeda dengan virus COVID-19. Menurutnya, COVID-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu.

    Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujar Menkes.

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di Chiina, Menkes menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti China sering terjadi saat musim dingin.

  • Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Jangan Panik, Mirip Flu Biasa

    Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Jangan Panik, Mirip Flu Biasa

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan kasus virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia. Virus HMPV baru-baru ini menjadi sorotan setelah merebak di China. 

    Kemenkes mencatat semua kasus virus HMPV yang ditemukan di Indonesia ternyata melibatkan anak-anak.

    Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik, meski virus tersebut sudah masuk ke Tanah Air. Pasalnya, kata dia, HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV bukanlah virus yang mematikan. Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (7/1/2024). 

    Dia menuturkan penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Karena itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti Covid-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” imbuhnya. 

    Perbesar

    HMPV Beda dengan Covid-19

    Lebih lanjut, Budi Gunadi menjelaskan virus HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Menurutnya, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Dia mengatakan sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujarnya. 

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di China, Budi Gunadi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti China sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar,” katanya.