NGO: WHO

  • WhatsApp Garap Fitur Mirip DM IG, Bisa Hindari Pesan dari Nomor Asing

    WhatsApp Garap Fitur Mirip DM IG, Bisa Hindari Pesan dari Nomor Asing

    Jakarta

    WhatsApp sedang menggarap fitur baru yang dapat membantu pengguna menyaring pesan dari nomor tidak dikenal. Fitur baru ini terinspirasi dari fitur serupa yang sudah ada di direct messages (DM) Instagram.

    Fitur baru yang ditemukan oleh WABetaInfo ini sebenarnya merupakan perluasan dari pengaturan privasi yang ada di WhatsApp. Saat ini fitur tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum tersedia untuk beta tester.

    Fitur bernama ‘Who can message me’ ini menawarkan dua opsi utama. Pertama, opsi Everyone atau semua orang yang merupakan pilihan default untuk semua akun WhatsApp.

    Ketika opsi ini dipilih, semua pesan baru dari nomor yang tidak dikenal akan muncul langsung di daftar chat. Opsi ini memastikan pengguna dapat menerima dan membaca pesan dari siapa saja tanpa batasan.

    Opsi kedua adalah ‘My Contacts’, yang memberikan lebih banyak kontrol kepada pengguna. Ketika mode ini diaktifkan, pesan baru dari nomor yang tidak dikenal dan tidak disimpan di kontak tidak akan muncul di daftar chat.

    Fitur privasi baru di WhatsApp Foto: WABetaInfo

    Namun, bukan berarti pesan WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal akan otomatis diblokir atau tidak diterima. Sebaliknya, opsi ini akan memasukkan pesan dari nomor tidak dikenal ke dalam folder terpisah bernama ‘Requests’.

    Cara kerja folder Requests mirip seperti fitur ‘Message Requests’ yang sudah ada di Instagram. Ketika pengguna menerima pesan dari orang yang tidak ada di daftar kontaknya, pesan itu akan muncul di folder baru ini, bukan di daftar chat utama.

    Di dalam folder Requests, pengguna bisa melihat informasi tentang pengirim pesan seperti nama dan foto profil, serta konten pesan yang dikirim. Pengguna juga bisa langsung membalas atau menghapus pesan, melaporkannya, atau memblokir kontak, seperti dikutip dari WABetaInfo, Selasa (11/11/2025).

    Pengguna tidak akan melewatkan pesan yang masuk ke folder Requests karena akan ada indikator pesan pending yang ditampilkan di halaman chat utama. Ketika pengguna sudah membalas pesan yang ada di folder Requests, chat itu secara otomatis akan dipindah ke daftar chat utama.

    Belum diketahui kapan WhatsApp akan merilis fitur baru ini. WABetaInfo mengatakan fitur baru ini akan menjadi pendamping fitur username yang sedang digarap oleh aplikasi milik Meta itu.

    Fitur username nantinya akan memungkinkan pengguna mengirim pesan ke orang lain tanpa mengetahui nomornya, asalkan sudah memiliki username orang yang dituju. Dengan adanya fitur Requests, pengguna akan menampung semua pesan dari orang yang mendapatkan kontaknya via username di folder terpisah, sehingga privasinya tetap terjaga.

    (vmp/afr)

  • Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Baik Pagi Ini, Warga Bisa Tenang Aktivitas di Luar Rumah

    Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Baik Pagi Ini, Warga Bisa Tenang Aktivitas di Luar Rumah

    Liputan6.com, Jakarta – Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (11/11/2025) pagi terpantau dalam kondisi baik berdasarkan data laman IQAir yang diperbarui pada pukul 06.00 WIB. Kondisi ini memungkinkan masyarakat beraktivitas di luar ruangan dengan tenang, aman dan nyaman.

    Menurut IQAir, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta berada di angka 19 dengan konsentrasi polutan PM2.5 sebesar 21 mikrogram per meter kubik. Angka tersebut masih memenuhi ambang batas panduan kualitas udara tahunan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Selain dapat tenang beraktivitas di luar rumah, warga disarankan membuka jendela untuk mendapatkan udara bersih dari luar. Adapun kota dengan kualitas udara terburuk se-Indonesia saat ini adalah Bandung, Jawa Barat dengan poin 115 (tidak sehat bagi kelompok sensitif).

    Sementara di laman resmi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mencatat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), kualitas udara terbaik ada di Kelapa Gading dengan angka 18 dan kualitas udara terburuk ada di Marunda dengan angka 53.

    Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memperkuat sistem pemantauan kualitas udara agar masyarakat dapat mengetahui kondisi lingkungan secara “real-time” melalui portal udara.jakarta.go.id dan JAKI. Demikian dikutip dari Antara.

     

  • Kualitas udara di Jakarta Selasa pagi dalam kategori baik

    Kualitas udara di Jakarta Selasa pagi dalam kategori baik

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di Jakarta pada Selasa pagi ini tercatat dalam laman IQAir dengan pembaruan pada pukul 06.00 WIB berada dalam kategori baik, sehingga masyarakat bisa tenang saat beraktivitas di luar rumah.

    IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 19 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 21 mikrogram per meter kubik atau memenuhi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Selain dapat tenang beraktivitas di luar rumah, warga disarankan membuka jendela untuk mendapatkan udara bersih dari luar.

    Adapun kota dengan kualitas udara terburuk se-Indonesia saat ini adalah Bandung, Jawa Barat dengan poin 115 (tidak sehat bagi kelompok sensitif).

    Sementara di laman resmi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mencatat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), kualitas udara terbaik ada di Kelapa Gading dengan angka 18 dan kualitas udara terburuk ada di Marunda dengan angka 53.

    Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memperkuat sistem pemantauan kualitas udara agar masyarakat dapat mengetahui kondisi lingkungan secara “real-time” melalui portal udara.jakarta.go.id dan JAKI.

    Melalui platform ini, warga bisa memantau indeks kualitas udara harian serta mengambil langkah antisipatif terhadap kondisi udara yang memburuk, seperti menggunakan masker hingga membatasi aktivitas di luar ruangan bagi kelompok sensitif.

    “Kami juga menyiapkan ‘Early Warning System’ (EWS) yang dikembangkan dari platform udara.jakarta.go.id agar masyarakat dapat mengetahui prakiraan kondisi polusi udara hingga tiga hari ke depan,” kata Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gaza Catat Angka Amputasi Anggota Tubuh Anak Tertinggi di Dunia

    Gaza Catat Angka Amputasi Anggota Tubuh Anak Tertinggi di Dunia

    JAKARTA – Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan Jalur Gaza saat ini mencatat angka amputasi anggota tubuh anak tertinggi di dunia, jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya.

    Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikeluarkan pada awal Oktober, lebih dari 5.000 orang telah menjalani amputasi selama agresi Israel di Jalur Gaza, dikutip dari WAFA 10 November.

    Lebih jauh, Kementerian Kesehatan mengumumkan rencana untuk meluncurkan kampanye penggalangan dana dan mobilisasi internasional guna mendukung dana khusus untuk rehabilitasi para penyandang amputasi.

    Inisiatif ini juga bertujuan untuk membangun kembali sistem rehabilitasi Gaza guna mencapai pemulihan yang berkelanjutan.

    Selain itu, inisiatif ini menyusul laporan bersama yang baru-baru ini dirilis yang mengungkapkan penurunan layanan rehabilitasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Jalur Gaza, akibat kerusakan infrastruktur kesehatan yang luas dan peningkatan tajam jumlah cedera akibat agresi Israel.

    Menurut laporan tersebut, jumlah korban luka telah melampaui 170.000 pada September 2025, dengan setidaknya seperempatnya diperkirakan memerlukan perawatan rehabilitasi jangka menengah dan panjang.

    Data menunjukkan, Gaza kini mencatat tingkat amputasi anggota tubuh tertinggi di kalangan anak-anak di seluruh dunia jika dibandingkan dengan jumlah populasinya, yang mencerminkan skala bencana kesehatan dan kemanusiaan di Jalur Gaza.

  • Peneliti Virus Dengue Tedjo Sasmono Minta Pemerintah Naikkan Dana Riset

    Peneliti Virus Dengue Tedjo Sasmono Minta Pemerintah Naikkan Dana Riset

    Jakarta

    Peneliti virus R. Tedjo Sasmono, S.Si., Ph.D. menekankan perlunya perhatian lebih dari pemerintah terhadap pendanaan riset dan pendidikan sains.

    Hal ini ia sampaikan saat berbicara di acara Habibie Prize 2025, sebagai salah satu dari lima ilmuwan terkemuka penerima penghargaan. Ia menjawab pertanyaan moderator yang menanyakan kontribusi apa yang dibutuhkan dari negara agar para peneliti seperti dirinya konsisten menghasilkan riset penting.

    “Tentu saja kontribusi negara sangat penting. Persentase APBN untuk riset masih kecil. Itu perlu dinaikkan nantinya. Negara maju sudah science-based dalam mengambil keputusan. Indonesia juga harus ke sana, semua kebijakan sebaiknya berbasis data dan sains,” ujarnya di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

    “Saya kira seperti itu. Ada perhatian dari pemerintah untuk meningkatkan lagi dana sains, pendidikan, dan sebagainya,” tegasnya.

    Peneliti virus dengue R. Tedjo Sasmono berbicara di panggung Habibie Prize 2025. Foto: Rachmatunnisa/detikINETPuluhan Tahun Meneliti Virus Dengue

    Nama Tedjo Sasmono tak asing di dunia penelitian bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Ia merupakan peneliti senior Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman BRIN, dan sudah menjadi periset di LBM Eijkman sejak 1994.

    Sederet prestasinya yang mentereng antara lain masuk dalam jajaran 2% saintis teratas dunia (Top 2% World Ranking Scientists) pada 2021 yang dirilis peneliti dari University of Stanford, John Ioannidis bersama Jeroen Baas dan Kevin Boyack.

    Setelah lebih dari 25 tahun meneliti virus dengue, Tedjo menerima Habibie Prize 2025 bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Konsistensinya memetakan genom virus dengue di berbagai wilayah Indonesia menjadi kontribusi penting bagi pengendalian penyakit demam berdarah di Tanah Air.

    “Ini soal istiqamah, konsistensi. Saya menekuni bidang ini lebih dari 25 tahun karena dengue itu penyakit yang kita hadapi setiap hari sebagai negara tropis,” ujarnya.

    “Bahkan anak saya sendiri sempat terkena dengue. Itu menunjukkan betapa dekatnya penyakit ini dengan kehidupan kita,” kenang Tedjo.

    Selama lebih dari dua dekade, Tedjo dan timnya berfokus pada virologi dan biologi molekuler dengue. Mereka meneliti bagaimana virus menular, beradaptasi, dan berevolusi di berbagai wilayah Indonesia.

    “Virus dengue ada empat tipe: 1, 2, 3, dan 4. Kami memetakan hampir seluruh Indonesia, dari 15 provinsi lebih, untuk melihat perbedaan genom dan perilakunya,” jelasnya.

    Menurutnya, data genomik lokal sangat penting karena setiap daerah memiliki karakter virus dan pola penularan berbeda. Informasi ini kini menjadi dasar untuk riset vaksin dan sistem diagnostik yang lebih akurat.

    Tedjo Sasmono (keempat dari kiri) menerima penghargaan Habibie Prize 2025 dari Kepala BRIN Laksana Tri Handoko (bersalaman). Foto: Rachmatunnisa/detikINETDari Laboratorium ke Kebijakan Publik

    Penelitian Tedjo tak berhenti di laboratorium. Data yang dihasilkan timnya kini digunakan oleh Kementerian Kesehatan dan World Health Organization (WHO) untuk memahami pola penyebaran virus di Indonesia.

    “Dari sisi genomiknya dimanfaatkan untuk pengembangan vaksin. Itu juga menggunakan genom Indonesia,” ujarnya.

    Ia juga menyebut keberhasilan ilmuwan dalam menurunkan kasus dengue melalui vaksin QDENGA dan penerapan teknologi Wolbachia, yang terbukti mampu mengurangi hingga 77% kasus dengue di Yogyakarta.

    “Itulah bukti bahwa ilmu pengetahuan itu bisa bermanfaat untuk kesehatan umat manusia. Karena dengan ilmu pengetahuan bisa didapatkan vaksin,” tambahnya.

    Bagi Tedjo, penelitian bioteknologi bukan hanya soal sains, tapi juga misi kemanusiaan. Ia menambahkan, COVID-19 mengajarkan bahwa Indonesia harus mandiri menghadapi pandemi berikutnya. Ia pun berharap banyak agar generasi muda peneliti Indonesia terus belajar dan konsisten.

    “Anak-anak, adik-adik yang masih muda-muda tetap konsisten a. Terus belajar, bermimpi besar boleh, didukung dengan infrastruktur, pengetahuan, update ilmu, supaya Indonesia tidak kekurangan critical mass untuk peneliti,” pesan Tedjo.

    Ia juga menyebut penghargaan Habibie Prize 2025 yang didapatkannya menjadi simbol penting pengakuan bagi peneliti Indonesia. “Terima kasih banyak untuk rekognisi ini,” ujarnya.

    Habibie Prize merupakan bentuk apresiasi tertinggi yang diberikan negara kepada para ilmuwan dan pakar yang telah mendedikasikan karya serta penelitiannya untuk kemajuan bangsa. Penghargaan ini sekaligus menjadi sarana untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Indonesia, serta menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan generasi muda.

    Nama penghargaan ini diambil dari sosok Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Republik Indonesia ke-3 sekaligus Menteri Riset dan Teknologi periode 1979-1998. Habibie dikenal luas sebagai tokoh visioner yang menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai motor pembangunan nasional.

    Tahun ini, BRIN memberikan penghargaan kepada lima penerima:

    Dr. rer. nat. Rino Rakhmata Mukti, S.Si., M.Sc. (Ilmu Pengetahuan Dasar)R. Tedjo Sasmono, S.Si., Ph.D. (Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi)Prof. Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt., M.Sc. (Ilmu Rekayasa)Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. (Ilmu Sosial, Politik, Ekonomi dan Hukum)Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A. (Ilmu Filsafat, Agama dan Kebudayaan)

    (rns/rns)

  • Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) merupakan salah satu penyakit paling umum terjadi dan kini menempati peringkat teratas penyebab kematian dan kesakitan global, menurut laporan terbaru di jurnal The Lancet.

    Temuan ini berasal dari studi Global Burden of Disease (GBD) 2023, yang menelusuri tren CKD pada populasi usia 20 tahun ke atas di 204 negara dan wilayah selama periode 1990 hingga 2023. Penelitian dipimpin oleh tim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, bekerja sama dengan New York University Grossman School of Medicine dan University of Glasgow.

    Studi tersebut menemukan jumlah kasus CKD telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 1990 dan kini memengaruhi hampir 800 juta orang di seluruh dunia. Bahkan kini peringkat 9 penyebab kematian terbesar di dunia pada 2023, dengan hampir 1,5 juta kematian, serta peringkat 12 penyebab kecacatan.

    Adapun China dan India mencatat jumlah pengidap tertinggi,masing-masing sekitar 152 juta dan 138 juta orang. Namun penyakit ini juga tersebar luas di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Brasil, Rusia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Iran, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Turki, yang masing-masing melaporkan lebih dari 10 juta orang dewasa hidup dengan CKD.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan krisis kesehatan global yang terus berkembang, namun sebagian besar dampaknya dapat dicegah. Mengurangi angka kematian sangat penting untuk mencapai target WHO, yaitu mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya sebelum tahun 2030,” ujar Lauryn Stafford, salah satu penulis dan peneliti di IHME, dikutip dari News Medical Net, Senin (10/11/2025).

    Apa pemicunya?

    Studi tersebut juga menegaskan CKD merupakan kontributor besar terhadap penyakit kardiovaskular. Pada 2023, gangguan fungsi ginjal berperan dalam hampir 12 persen kematian kardiovaskular global, menempati peringkat 7 faktor risiko kematian jantung, ebih tinggi dibandingkan diabetes maupun obesitas.

    Peneliti mengidentifikasi 14 faktor risiko utama CKD. Di antaranya, diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas menjadi penyebab terbesar hilangnya tahun hidup sehat. Pola makan rendah buah-sayur serta tingginya konsumsi natrium (garam) juga memberikan kontribusi signifikan.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan faktor risiko utama bagi penyebab utama penurunan kesehatan lainnya sekaligus beban penyakit yang signifikan. Namun, penyakit ini masih kurang mendapat perhatian kebijakan dibandingkan penyakit tidak menular lainnya, meskipun dampaknya tumbuh paling cepat di wilayah-wilayah yang sudah menghadapi kesenjangan kesehatan terbesar,” ucap Dr Theo Vos, penulis senior dan Profesor Emeritus IHME.

    Tak hanya itu, meningkatnya angka obesitas dan diabetes, ditambah dengan penuaan populasi global, menjadi pendorong utama lonjakan kasus CKD. Pada 2023, prevalensi terseragam usia CKD mencapai sekitar 14 persen pada orang dewasa usia 20 tahun ke atas.

    Prevalensi tertinggi ditemukan di Afrika Utara dan Timur Tengah (18 persen), Asia Selatan (15,8 persen), Afrika Sub-Sahara (15,6 persen), serta Amerika Latin dan Karibia (15,4 persen). Negara dengan prevalensi tertinggi mencakup Iran, Haiti, Panama, Nigeria, Mauritius, Seychelles, Grenada, Meksiko, Libya, dan Kosta Rika.

    Sebagian besar pengidap CKD masih berada pada tahap awal (stadium 1-3). Kondisi ini menegaskan pentingnya skrining rutin dan strategi pencegahan, termasuk pengendalian gula darah dan tekanan darah dengan terapi yang mudah diakses.

    Pendekatan tersebut dapat menurunkan risiko kematian akibat komplikasi jantung serta menunda kebutuhan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi.

    Namun, akses terhadap terapi pengganti ginjal masih sangat terbatas dan tidak merata di berbagai wilayah dunia. Karena itu, para ahli menekankan perlunya fokus pada pencegahan progresivitas penyakit dan pemerataan akses layanan kesehatan.

    Perluasan deteksi dini, ketersediaan perawatan terjangkau, pengendalian faktor risiko utama, serta investasi pada strategi yang memperlambat kerusakan ginjal akan menjadi langkah penting untuk mengurangi beban CKD terhadap pasien, keluarga, dan sistem kesehatan global.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • Hampir 800 Juta Orang di Dunia Idap Penyakit Ginjal, Negara Ini Penyumbang Terbanyak

    Hampir 800 Juta Orang di Dunia Idap Penyakit Ginjal, Negara Ini Penyumbang Terbanyak

    Jakarta

    Jumlah orang dewasa yang hidup dengan penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1990, dan kini mencapai hampir 800 juta jiwa di seluruh dunia, menurut riset terbaru yang diterbitkan di The Lancet.

    Temuan ini berasal dari studi Global Burden of Disease (GBD) 2023, yang menelusuri tren CKD pada populasi usia 20 tahun ke atas di 204 negara dan wilayah selama periode 1990 hingga 2023. Penelitian dipimpin oleh tim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, bekerja sama dengan New York University Grossman School of Medicine dan University of Glasgow.

    Dengan menganalisis 2.230 sumber data, studi ini menjadi penilaian paling komprehensif sejauh ini mengenai beban penyakit ginjal kronis, baik yang berujung kematian maupun yang tidak fatal, di seluruh dunia.

    Negara Penyumbang Kasus Penyakit Ginjal Terbanyak

    Pada 2023, CKD menjadi penyebab kematian ke-9 terbesar secara global, dengan hampir 1,5 juta kematian, serta penyebab ke-12 terbesar kecacatan. Berbeda dengan sebagian besar penyebab kematian utama lain, angka kematian global terseragam usia akibat CKD justru meningkat, dari 24,9 per 100.000 jiwa pada 1990 menjadi 26,5 per 100.000 jiwa pada 2023.

    China dan India, dengan beberapa negara dengan populasi terbesar di dunia, mencatat jumlah pengidap CKD tertinggi, masing-masing 152 juta dan 138 juta jiwa. Namun, penyakit ini juga meluas di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Brasil, Rusia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Iran, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Turki, yang masing-masing melaporkan lebih dari 10 juta orang dewasa hidup dengan CKD.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan krisis kesehatan global yang terus berkembang, namun sebagian besar dampaknya dapat dicegah. Mengurangi angka kematian sangat penting untuk mencapai target WHO, yaitu mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya sebelum tahun 2030,” ujar Lauryn Stafford, salah satu penulis dan peneliti di IHME, dikutip dari News Medical Net, Senin (10/11/2025).

    Penelitian ini juga menyoroti CKD sebagai kontributor besar terhadap penyakit kardiovaskular, sekaligus mengungkap berbagai faktor risikonya. Pada 2023, gangguan fungsi ginjal menyumbang hampir 12 persen kematian kardiovaskular global, menempati peringkat ketujuh di antara faktor risiko kematian jantung, bahkan di atas diabetes dan obesitas.

    Studi ini mengidentifikasi 14 faktor risiko terperinci untuk CKD, dengan diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas sebagai faktor penyebab hilangnya tahun-tahun hidup sehat terbesar. Faktor-faktor pola makan, seperti rendahnya asupan buah dan sayur serta tingginya konsumsi natrium, juga memberikan kontribusi yang substansial.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan faktor risiko utama bagi penyebab utama penurunan kesehatan lainnya sekaligus beban penyakit yang signifikan. Namun, penyakit ini masih kurang mendapat perhatian kebijakan dibandingkan penyakit tidak menular lainnya, meskipun dampaknya tumbuh paling cepat di wilayah-wilayah yang sudah menghadapi kesenjangan kesehatan terbesar,” ucap Dr Theo Vos, penulis senior dan Profesor Emeritus IHME.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • 5 Kebiasaan yang Bisa Tingkatkan Risiko Batu Ginjal, Punya Salah Satunya?

    5 Kebiasaan yang Bisa Tingkatkan Risiko Batu Ginjal, Punya Salah Satunya?

    Jakarta

    Batu ginjal merupakan endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di saluran kemih. Meski kondisi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia, batu ginjal paling banyak terjadi pada usia 30 tahun ke atas.

    Risiko batu ginjal juga semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Meski begitu, ternyata kebiasaan juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengidap batu ginjal.

    Dr Craig Herman di Urology Center of Florida menjelaskan penyebab umum dari batu ginjal.

    “Urine Anda mengandung produk limbah, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Biasanya produk limbah keluar dari tubuh saat buang air kecil,” jelas Dr Herman yang dikutip dari Urology Center of Florida.

    “Jika urine Anda terlalu pekat, artinya tidak ada cukup cairan untuk mengencerkan produk limbah tersebut. Produk akan tetap berada di dalam tubuh dan mengkristal, membentuk batu ginjal,” sambungnya.

    Penyebab utama batu ginjal adalah tubuh tidak memiliki cukup cairan untuk mengeluarkan zat-zat pembentuk kristal. Tidak ada penyebab tunggal, tetapi berbagai faktor dapat menyebabkan kondisi ini.

    1. Kelebihan Berat Badan

    Kelebihan berat badan atau obesitas ternyata bisa berpengaruh pada ginjal. Orang dengan kondisi ini dapat meningkatkan risiko batu ginjal.

    2. Konsumsi Gula dan Garam Berlebihan

    Pola makan bisa juga menjadi pemicu dari batu ginjal. Penyebab umum termasuk konsumsi fruktosa, yang ditemukan dalam gula pasir dan sirup jagung fruktosa tinggi, serta garam yang berlebihan dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam ginjal.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menjelaskan bahwa konsumsi gula tambahan di atas 10 persen total energi harian dapat meningkatkan risiko inflamasi sistemik obesitas, dan diabetes. Maka dari itu, maksimal konsumsi gula adalah 50 gram/hari dan garam 5 gram/hari yang setara dengan satu sendok teh.

    3. Kurang Minum Air Putih

    Banyak orang yang mengidap batu ginjal disebabkan karena tidak minum cukup air putih. Maka dari itu, disarankan untuk rutin minum air putih agar tubuh dapat terhidrasi dengan baik.

    4. Makan Protein Hewani Berlebihan

    Protein hewani bisa terdiri dari daging merah, unggas, telur, produk susu, dan makanan laut. Semua itu dapat meningkatkan kadar asam urat, yang menyebabkan pembentukan batu ginjal jika dimakan secara berlebihan.

    Dikutip dari Mayo Clinic Health System, protein seharusnya menyumbang 10-35 persen dari kalori seseorang. Jadi, jika kebutuhan harian seseorang adalah 2.000 kalori, itu berarti 200-700 kalori dari protein atau 50-175 gram.

    Pada orang dewasa rata-rata, asupan gizi yang direkomendasikan untuk mencegah defisiensi bagi orang dewasa yang kurang gerak adalah 0,8 gram per kilogram berat badan.

    5. Konsumsi Makanan Kaya Oksalat

    Oksalat dapat ditemukan dalam banyak buah, sayuran, dan kacang-kacangan. Jika terlalu banyak mengonsumsinya, bisa menyebabkan pembentukan kristal batu ginjal.

    Meski begitu, tidak semua faktor penyebab batu ginjal dapat dikontrol. Misalnya, lebih mungkin terkena batu ginjal jika memiliki riwayat keluarga, dan seperti yang telah disebutkan, risiko meningkat seiring bertambahnya usia.

    Namun, jika memiliki salah satu faktor risiko ini, penting untuk ekstra hati-hati dan mengambil langkah apa pun yang Anda bisa untuk mencegah batu ginjal. Karena kebiasaan merupakan penyebab umum batu ginjal, seseorang dapat mengurangi risiko batu ginjal dengan mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.

    “Turunkan berat badan berlebih. Secara keseluruhan, ada baiknya untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan minum lebih banyak air, cukup untuk mengeluarkan urine yang jernih atau sebagian besar jernih,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Warga bisa tenang keluar rumah, kualitas udara DKI Sabtu pagi ini baik

    Warga bisa tenang keluar rumah, kualitas udara DKI Sabtu pagi ini baik

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara Kota Jakarta pada Sabtu pagi ini tercatat dalam laman IQAir pada pukul 05.00 WIB berada dalam kategori baik sehingga masyarakat bisa tenang saat beraktivitas di luar rumah.

    IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 22 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 4 mikrogram per meter kubik (m3) atau memenuhi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Selain dapat tenang beraktivitas di luar rumah, warga disarankan membuka jendela untuk mendapatkan udara bersih dari luar.

    Adapun kota dengan kualitas udara terburuk se-Indonesia saat ini adalah Surabaya, Jawa Timur, dengan poin 119 (tidak sehat bagi kelompok sensitif).

    Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memperkuat sistem pemantauan kualitas udara agar masyarakat dapat mengetahui kondisi lingkungan secara “real-time” melalui portal udara.jakarta.go.id dan JAKI.

    Melalui platform ini, warga bisa memantau indeks kualitas udara harian serta mengambil langkah antisipatif terhadap kondisi udara yang memburuk, seperti menggunakan masker hingga membatasi aktivitas di luar ruangan bagi kelompok sensitif.

    “Kami juga menyiapkan ‘Early Warning System’ (EWS) yang dikembangkan dari platform udara.jakarta.go.id agar masyarakat dapat mengetahui prakiraan kondisi polusi udara hingga tiga hari ke depan,” kata Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Perang Sudan, Milisi RSF Terima Tawaran Gencatan Senjata

    Perang Sudan, Milisi RSF Terima Tawaran Gencatan Senjata

    Jakarta

    Pasukan Dukungan Cepat atau RSF, Kamis (6/11) kemarin, menyatakan menerima usulan gencatan senjata dan jeda kemanusiaan yang dimediasi kelompok “Quad” pimpinan Amerika Serikat. Kelompok paramiliter yang dituduh membantai warga sipil di Darfur itu sudah lebih dari dua tahun berperang melawan militer Sudan.

    Gencatan senjata disepakati lebih dari sepekan setelah RSF merebut kota El-Fasher, yang sebelumnya dikepung selama 18 bulan. Kota yang usai pengungsian massal berpenduduk sekitar 400 ribu jiwa itu merupakan benteng terakhir militer Sudan di Darfur.

    “RSF menantikan pelaksanaan kesepakatan ini dan segera memulai pembahasan tentang penghentian aksi permusuhan serta prinsip-prinsip dasar proses politik di Sudan, demi mengatasi akar konflik dan mengakhiri penderitaan rakyat Sudan,” demikian pernyataan resmi RSF.

    Seorang pejabat militer Sudan mengatakan kepada Associated Press bahwa pihaknya menyambut baik usulan Quad, namun baru akan menyetujui gencatan senjata bila RSF menarik diri sepenuhnya dari area sipil dan menyerahkan senjata, sesuai perjanjian damai sebelumnya.

    Jutaan warga hadapi kelaparan dan pengungsian

    Perang antara RSF dan militer Sudan pecah pada 2023. Ketegangan itu bermula dari perselisihan dua sekutu lama yang semestinya mengawal transisi demokrasi usai pemberontakan 2019.

    Pertempuran sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 40 ribu orang dan membuat 12 juta lainnya mengungsi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, lembaga kemanusiaan memperkirakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi. Sekitar 24 juta jiwa kini mengalami krisis pangan akut, lapor Program Pangan Dunia (WFP).

    Massad Boulos, penasihat urusan Afrika dari pemerintah AS, mengatakan Washington tengah bekerja sama dengan kedua pihak untuk mewujudkan gencatan senjata kemanusiaan. “Kami telah berupaya hampir sepuluh hari terakhir untuk memfinalisasi rincian kesepakatan ini,” katanya. Rencana yang dipimpin AS itu mencakup gencatan senjata selama tiga bulan, dilanjutkan proses politik sembilan bulan.

    Kerja sama kuartet: AS, Saudi, Mesir, dan UEA

    “Kami mendesak kedua pihak agar segera merespons upaya AS dalam mewujudkan gencatan senjata kemanusiaan, mengingat urgensi menurunkan eskalasi dan mengakhiri penderitaan rakyat Sudan,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.

    Kota El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, menjadi salah satu dari dua wilayah yang dilanda kelaparan parah, menurut laporan lembaga pemantau pangan global Integrated Food Security Phase Classification (IPC). Wilayah lainnya adalah Kadugli di provinsi Kordofan Selatan.

    “Penyebab utama kelaparan ini bukan bencana alam, melainkan buatan manusia,” ujar Abdul Hakim Elwaer, perwakilan regional FAO untuk Timur Dekat dan Afrika Utara. “Konflik yang terus berlangsung, ketidakamanan, dan terhambatnya jalur bantuan membuat jutaan orang tidak bisa mendapatkan makanan.”

    Bantuan kemanusiaan terhambat

    Elwaer menambahkan, selama hampir dua tahun, pembicaraan soal pembukaan koridor kemanusiaan aman belum membuahkan hasil. “Saya optimistis pada akhir tahun ini kita bisa menemukan solusi. Kita tak bisa membiarkan jutaan orang mati kelaparan hanya karena bantuan tidak sampai,” ujarnya.

    Organisasi Islamic Relief memperingatkan dapur umum yang menjadi tumpuan banyak keluarga kini terancam tutup. Survei terbaru lembaga itu menemukan 83 persen keluarga di Sudan timur dan barat kekurangan makanan.

    Sudan sejak lama digolongkan sebagai salah satu negara dengan krisis pengungsian paling parah di dunia. Setelah RSF merebut El-Fasher, gelombang pengungsi kembali melonjak. Banyak warga menempuh perjalanan ratusan kilometer menuju kamp Al-Affad di kota Al-Dabbah, Negara Bagian Utara, sekitar 350 kilometer dari ibu kota Khartoum.

    Pelarian dari El-Fasher

    Kepada kantor berita AP, sejumlah pengungsi menuturkan kesaksian mengerikan selama pelarian. Othman Mohamed, seorang guru, mengatakan ia melihat jasad bergelimpangan di sepanjang jalan saat melarikan diri pada akhir September. Banyak yang tumbang karena kelelahan dan kekerasan.

    Ia menggambarkan kehidupan di El-Fasher di tengah serangan drone dan artileri. “Makanan hampir tak ada. Kami hidup dari ombaz — sisa hasil perasan minyak kacang tanah — sampai itu pun sulit diperoleh,” ujarnya.

    Rawda Mohamed, yang berjalan berjam-jam menuju kamp Al-Affad, menambahkan, “Di El-Fasher tak ada selain pemukulan dan pembunuhan oleh drone yang tak terlihat tapi mematikan.”

    Menurut Mathilde Vu dari Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), warga di El-Fasher bertahan hidup dengan pakan ternak dan air hujan. Mereka berlindung di lubang yang mereka gali sendiri. Banyak yang diserang saat mencoba melarikan diri.

    “Perjalanan itu memakan waktu berhari-hari, dengan rasa haus, lapar, dan kekerasan ekstrem. Beberapa akhirnya diangkut truk untuk sisa perjalanan terakhir. Ratusan harus segera dirawat. Banyak yang terlalu lemah bahkan untuk berbicara,” katanya.

    *Editor: Yuniman Farid


    (ita/ita)