NGO: WHO

  • Trump Tutup USAID, Bagaimana Nasib Dana Kesehatan untuk Indonesia? Kemenkes Tunggu Info Resmi AS – Halaman all

    Trump Tutup USAID, Bagaimana Nasib Dana Kesehatan untuk Indonesia? Kemenkes Tunggu Info Resmi AS – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) merespons terkait Badan Kemanusiaan Internasional Amerika Serikat atau USAID yang ditutup Presiden AS Donald Trump.

    Saat ini, Kemenkes masih menunggu informasi resmi dari AS terkait program-program USAID di Indonesia yang turut terdampak.

    “Masih nunggu kebijakannya Amerika Serikat juga apakah hold 90 hari atau stop selamanya,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publikc Aji Muhawarman, ST, MKM kepada Tribunnews.com.

    Ia menerangkan, Kemenkes tengah melakukan kajian sambil menunggu kebijakan resmi pemerintah USA yang disampaikan kepada seluruh negara melalui jalur resmi diplomatik.

    “Kami di Kemenkes juga mengikuti Kemlu yang masih menunggu sikap resmi melalui jalur diplomatik dari pemerintah USA kepada negara lainnya terkait isu tersebut,” terang dia.

    Adapun secara bilateral, kedua negara (Indonesia dan USA) memiliki kerja sama erat di bidang kesehatan, khususnya dalam penanganan penyakit infeksi seperti Tuberkolosis (TB).

    Dari sisi hubungan bisnis juga robust, dimana Indonesia mendukung perluasan investasi manufakturing farma Amerika di Indonesia.

    Kerja sama kawasan dengan USA di bidang kesehatan cukup erat dan signifikan untuk diteruskan. Indonesia berharap kolaborasi bilateral dengan Amerika Serikat di bidang kesehatan dapat terus dipertahankan dalam penanganan penyakit menular, kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan dan perluasan kerjasama manufaktur Amerika dengan manufaktur di Indonesia.

    Di sisi lain, Indonesia akan terus mendukung peran WHO, sebagai organisasi kesehatan dunia dengan keanggotaan terbesar, dalam menjawab tantangan-tantangan kesehatan global.

    Bagi Indonesia Amerika Serikat dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sama-sama memainkan peranan penting dalam arsitektur kesehatan global yang lebih tangguh, terlebih paska Covid-19. Hal ini Indonesia majukan pada saat menjadi Presiden G20 Tahun 2022.

    “Scientifically and ethically right untuk kita terus berkolaborasi dengan keduanya dan pihak manapun, terutama dalam mengatasi tantangan kesehatan global secara bersama-sama,” tegas dia.

    Di kesempatan yang berbeda, Juru Bicara Kemlu RI Rolliansyah Roy Soemirat mengatakan, Indonesia belum menerima informasi resmi terkait program USAID yang terkena dampak kebijakan pemerintah AS tersebut.

    Indonesia ujar dia, masih menunggu informasi lebih lanjut dan resmi dari pihak Amerika bagaimana kelanjutan hibah tersebut.

     

  • Nana Mirdad dan Andrew White Ditunjuk Jadi Edukator HPV, Bantu Edukasi Cegah Kanker Serviks – Halaman all

    Nana Mirdad dan Andrew White Ditunjuk Jadi Edukator HPV, Bantu Edukasi Cegah Kanker Serviks – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pasangan artis Nana Mirdad dan Andrew White ditunjuk sebagai edukator HPV (Human Papillomavirus) 2025.

    HPV merupakan virus penyebab kanker serviks, kanker terbanyak kedua pada perempuan.

    Nana mengungkapkan, pencegahan menjadi kunci penting untuk melawan kanker serviks seperti dengan melakukan vaksinasi dan menerapkan hidup sehat.

    “Kami menyadari betapa pentingnya melakukan langkah pencegahan untuk proteksi dini. Karenanya, kami berupaya menerapkan berbagai upaya pencegahan infeksi HPV, di antaranya dengan menerapkan pola hidup sehat, rutin melakukan skrining sejak beberapa tahun lalu, serta melakukan vaksinasi,” ujar Nana dalam kegiatan yang diusung oleh MSD Indonesia di Jakarta, Selasa (4/2/2025).

    Hal senada juga diamini oleh Andrew White.

    Ia mengatakan, menjadi bagian kampanye ini merupakan bukti nyata untuk membantu mengurangi beban penyakit akibat HPV, terutama kanker.

    Nana Mirdad dan Andrew White (Instagram @nanamirdad_)

    Bukan tanpa tantangan, banyaknya stigma yang kurang tepat serta misinformasi yang merebak seputar HPV.

    “Masih banyak ditemui di tengah masyarakat. Banyak yang menganggap HPV bukan hal yang serius, padahal dampaknya bisa sangat fatal untuk kesehatan semua,” ujar dia.

    Platform NgobrolinHPV.com serta situs sosial media lainnya, menjadi medium yang dekat dan mudah diakses masyarakat, untuk mendapatkan informasi yang tepat seputar HPV. Masyarakat juga diajak untuk lebih terbuka dan berani berdiskusi seputar HPV dan penyakit yang disebabkan virus ini.

    Andrew menambahkan, dengan mendapatkan informasi yang akurat, dirinya berharap semakin banyak masyarakat yang lebih proaktif dalam melakukan berbagai langkah pencegahan, salah satunya melalui vaksinasi.

    “Jangan sampai terlambat. Ayo lindungi diri dan orang terkasih dari ancaman infeksi HPV melalui vaksinasi!,” imbuh Nana. 

    Dikesempatan yang sama, Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr. Darrell Fernando, SpOG, MRCOG, MM, MARS, FICS, Int. Aff. RANZCOG.  menjelaskan, terdapat lebih dari 100 tipe HPV dan banyak diantaranya dikategorikan sebagai high-risk yang dapat menyebabkan kanker.

    Namun, yang paling sering dan berbahaya ada 7 tipe.

    Sebagian besar penularan HPV terjadi karena hubungan seksual, bisa juga kontak kelamin dengan kelamin, kontak kelamin dengan anus, maupun karena oral seks.

    Maupun bergesekan kulit bisa jadi transmisi penularan HPV.

    “Sangat penting bagi masyarakat, terutama perempuan, untuk memahami bahaya virus ini, serta terbuka dan berupaya melakukan pencegahan melalui langkah-langkah yang direkomendasikan,” ujar dokter Darrell.

    Merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 99 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh HPV.

    Kanker serviks menempati urutan kedua dari jenis kanker yang paling umum ditemukan di perempuan, dengan sekitar 36.964 kasus baru dan angka kematian 20.708.

    Padahal, kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah, salah satunya melalui imunisasi HPV yang terbukti efektif mengurangi risiko terjadinya kanker serviks hingga lebih dari 90 persen.

    Tak hanya kanker serviks, infeksi HPV ternyata menjadi penyebab berbagai jenis kanker berbahaya lainnya, seperti kanker vagina, kanker vulva, kanker orofaring (tenggorokan), dan kanker penis. 

    Di Indonesia, kanker leher rahim menduduki urutan kedua kanker paling berisiko bagi perempuan dengan 36.964 kasus baru pada tahun 2022, dan menjadi salah satu beban pembiayaan kesehatan terbesar. 

    Imunisasi menjadi bagian dari rangkaian penanggulangan dan pencegahan kanker serviks. 

    Selain vaksinasi, penerapan hidup bersih dan sehat (PHBS),  melakukan hubungan seksual yang aman dan hindari kontak seksual berisiko juga menjadi upaya yang harus dilakukan guna mencegah kanker serviks.

    Langkah pencegahan lain adalah dengan deteksi dini di usia 35-55 tahun.

  • Thailand Kubur 64,7 Ton Durian usai Terdeteksi Pewarna Kuning

    Thailand Kubur 64,7 Ton Durian usai Terdeteksi Pewarna Kuning

    Jakarta

    Thailand mengubur 64,7 ton durian pasca China menolak impor buah tersebut dari negaranya lantaran terkontaminasi pewarna kuning. Demikian pengumuman Departemen Pertanian di Thailand pada Kamis (4/2/2025).

    Buah-buahan tersebut mengandung zat Basic Yellow 2 (BY-2) berdasarkan hasil pengujian negaranya, menurut The Nation. Basic Yellow 2 sering digunakan untuk meningkatkan warna durian.

    Beberapa eksportir diyakini telah mencelupkan buah tersebut ke dalam pewarna agar tampak lebih matang dan kuning. Thailand telah menangguhkan lisensi ekspor 26 pedagang grosir durian yang terkait dengan pengiriman yang terkontaminasi.

    Kementerian pertanian mereka juga akan memperbarui pedoman ekspor durian untuk mencegah kejadian di masa mendatang.

    Penemuan pewarna tersebut telah mendorong China untuk menerapkan pengujian laboratorium wajib, termasuk pewarna kuning pada semua impor durian, dari negara manapun.

    China mengimpor durian senilai US$6,99 miliar tahun lalu, dengan 57 persen di antaranya berasal dari Thailand, diikuti oleh Vietnam dengan pangsa 41,5%.

    Basic Yellow 2, zat yang diklasifikasikan oleh WHO sebagai karsinogen Grup 2B, dalam ekspor durian Thailand.

    Karsinogen 2b merupakan paparan yang digunakan untuk bahan, campuran, dan sudah terbukti bersifat karsinogen meskipun dalam sejumlah riset kecil pada manusia dan hewan.

    (naf/naf)

  • Menyoal Konsistensi Kebijakan Pemerintah
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 Februari 2025

    Menyoal Konsistensi Kebijakan Pemerintah Nasional 8 Februari 2025

    Menyoal Konsistensi Kebijakan Pemerintah
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

    There’s a tremendous gap between public opinion and public policy
    ” (Noam Chomsky)
    SEMAKIN
    jelas terasa di dalam praktik pemerintahan hari ini bahwa apa yang dikatakan oleh Noam Chomsky adalah benar adanya.
    Di satu sisi, masyarakat menginginkan kondisi kehidupan yang lebih baik. Namun di sisi lain, kesannya pemerintah justru bertindak sebaliknya, yakni memperumit kehidupan masyarakat.
    Bahkan belum lama ini, masyarakat sudah mengekspresikan ekspektasinya melalui hasil survei
    approval rating
    salah satu lembaga survei kenamaan di Indonesia, di mana pemerintahan yang baru diberi apresiasi tinggi, yakni sekitar 80,9 persen angka
    approval rating.
    Tentu Presiden Prabowo Subianto boleh saja mengatakan bahwa pemerintahannya tidak memerlukan penilaian dari siapapun, kecuali rakyat, sebagaimana disampaikan beliau saat menanggapi hasil survei dari Litbang
    Kompas.
    Masalahnya,
    approval rating
    adalah salah satu bentuk penilaian rakyat kepada pemerintahan baru, yang lahir dari proses survei dengan metode-metode statistik-scientific.
    Jadi mau tak mau, pemerintah harus belajar menjadikan hal-hal semacam itu sebagai “input positif” ke depannya, bukan justru mencoba untuk mencari pembenaran lain untuk mengelak.
    Nah, sebagaimana telah disaksikan, bersamaan dengan itu, justru kasus laut yang dikavling-kavling tak henti-hentinya menerpa ruang publik kita.
    Tidak lama berselang, masalah kelangkaan elpiji 3 kilogram mulai mengagetkan kita semua.
    Pengecer tak diperbolehkan lagi menjual elpiji melon, yang akhirnya justru menyuluk “rush” di tengah-tengah masyarakat.
    Antrean untuk mendapatkan elpiji malah mengular di mana-mana. Ibu rumah tangga, kepala rumah tangga, pelaku UMKM, pelaku usaha mikro, dan lainnya, justru mendadak diterpa kesulitan.
    Dalam waktu yang hampir bersamaan, beredar video rapat presiden dengan para pembantunya bahwa negara akan mengambil alih penggilingan-penggilingan padi di satu sisi.
    Lalu presiden meminta para jajarannya di dalam kabinet untuk
    menyerap dan membeli gabah kering petani dengan harga Rp 6.500 ke atas.
    Tak pelak, para petani mulai bersuara di berbagai lini media sosial, karena harga yang disebutkan oleh Prabowo justru jauh di bawah harga pasar yang sedang berlaku. Otomatis, jika harga tersebut diberlakukan, maka petani mendadak rugi berjamaah.
    Di satu sisi, pemerintah terus menggambarkan dirinya secara heroik, yang secara sakti mandra guna akan melakukan intervensi tanpa tedeng aling-aling atas berbagai persoalan yang muncul.
    Sayangnya di sisi lain, acapkali pemerintah mengambil kebijakan tanpa “bahan dasar sebuah kebijakan” yang lengkap, yang justru bertentangan dengan kepentingan dari stake holder utama kebijakan tersebut.

    The best public policy is made when you are listening to people who are going to be impacted
    ,” kata Elizabeth Dole.
    Jadi bagaimanapun, jika pemerintah ingin bertindak heroik atas apapun masalah yang ada di dalam masyarakat, suara dari para pihak yang paling terkait dengan rencana kebijakan harus menjadi pertimbangan utama, bukan malah sebaliknya, yakni suara yang merepresentasikan keinginan pemerintah.
    Masalah putusnya rantai pasok elpiji melon dan harga pokok Penjualan (HPP) gabah, misalnya, adalah dua contoh yang sangat jelas tentang kebijakan yang membuat target dari kebijakan tersebut malah menjadi korban seketika setelah kebijakan mulai diberlakukan.
    Sehingga muncul pertanyaan sederhana, apakah memang niatan di balik kebijakan tersebut memang untuk stake holder yang benar-benar sedang membutuhkan sentuhan dari pemerintah atau justru sedang terjadi “transaksi bisnis” di baliknya, yang hanya untuk mengenyangkan segelintir “interest group” yang berkecimpung di bidang tersebut?
    Apakah sedang terjadi “pergantian pelaku besar” di dalam bisnis distribusi elpiji melon atau memang hal itu terjadi semata-mata karena kelalaian pemerintah dalam menimbang dan memitigasi risiko teknis dari rencana kebijakan, misalnya?
    Atau, apakah kemunculan harga
    HPP Gabah
    murni karena presiden tidak dapat info terkini tentang harga yang sedang berlaku atau memang untuk mendorong pihak-pihak tertentu agar mendapatkan harga yang murah di pasaran? Dan seterusnya.
    Ambisi untuk segera menyelesaikan masalah tentu tidak salah. Sangat bisa dipahami bagaimana perasaan seorang pemimpin baru mendapati banyak masalah di tengah-tengah masyarakatnya.
    Apalagi pemimpin baru tersebut adalah seorang Prabowo Subianto, yang dikenal sangat empati kepada kepentingan publik.
    Namun, terburu-buru tanpa memikirkan risikonya bagi rakyat, baik temporal ataupun jangka panjang, semestinya sudah masuk ke dalam perhitungan awal rencana kebijakan.
    Namun jika yang terjadi malah sebaliknya, tentu akan menjadi pertanyaan publik, apakah ambisi dan empati seorang Prabowo telah salah diterjemahkan oleh para pembantunya?
    Dalam konteks inilah mengapa pemerintah, terutama presiden, harus mulai belajar banyak tentang kebijakan publik, bukan sekedar fokus kepada apa yang ingin dilakukan dan memaksakan dengan segala cara untuk melakukannya.
    Dampak kebijakan adalah input yang sangat penting bagi kebijakan publik.

    I learned that you have to evaluate the effects of public policy as opposed to intentions
    ,” kata Walter E. Williams.
    Sensitifitas pemerintah atas efek dan imbas dari kebijakan adalah bagian penting dari praktik kebijakan. Sebagus apapun niat di balik kebijakan, jika efeknya justru menyengsarakan rakyat, maka kebijakan tersebut sangat perlu untuk segera dievaluasi.
    Dari sisi hukum pun nampaknya juga sama, banyak pembuktikan yang harus ditunjukkan oleh pemerintah di satu sisi dan banyak pembelajaran yang harus segera direnungkan di sisi lain.
    Sebagaimana berkali-kali disinggung oleh Prabowo di dalam berbagai pidatonya tentang korupsi dan penegakan hukum, penegakan hukum harus konsisten dengan semangat negara hukum dan harus mulai menjauh dari upaya-upaya politisasi hukum dan politisasi aparat hukum yang kerap terjadi pada pemerintahan sebelumnya.
    Publik sedang menunggu presiden membuktikan kata-katanya dengan membersihkan institusi-institusi hukum dari praktik-praktik hukum yang berbasiskan kepentingan politik, bukan berbasiskan kepada mekanisme hukum.
    Bahkan akan lebih arif dan bijak jika Prabowo meminta para penegak hukum untuk meninjau kembali kasus-kasus yang nuansa politiknya kental tanpa bukti-bukti hukum yang jelas dan obejktif, sebagai bukti nyata kearifan dan kebijaksanaan seorang Prabowo dalam bernegara hukum di satu sisi dan dalam mementingkan rasa keadilan publik di sisi lain.
    Misalnya, kasus impor gula yang menimpa Thomas Lembong, yang menurut para ahli hukum sangat kental sisi politiknya.
    Prabowo tentu bisa meminta mitra kerjanya di Kejaksaan Agung untuk segera membuktikan secara jelas, terbuka, dan tegas atas keabsahan kasus tersebut.
    Toh semua orang di Indonesia mengetahui bahwa Prabowo adalah sosok yang “ikhlas” dan “tanpa pernah menyimpan dendam”.
    Dengan kata lain, urusan Thomas Lembong yang sebelumnya pernah berada di “kubu sebelah’ tentu bukanlah alasan yang arif dan bijak bagi Prabowo untuk terus membiarkannya berada di bawah ketidakpastian hukum, jika memang tidak terdapat bukti-bukti valid dan representatif.
    Artinya, publik mengetahui bahwa bagi Prabowo urusan politik tidak sama dengan urusan hukum. Dan sisi ini menjadi salah satu pembeda Prabowo dengan pendahulunya.
    Sehingga Prabowo tentu tidak akan membiarkan institusi-institusi hukum yang ada di dalam pemerintahannya bekerja hanya demi kepentingan segelintir pihak yang sedang menikmati keuntungan berupa “keselamatan dan kesenangan politik” dari kasus yang dipaksakan oleh institusi penegak hukum.
    Jika tidak bisa dibuktikan, maka sebaiknya diselesaikan atau disudahi secara baik-baik menurut hukum yang berlaku.
    Karena jika tidak bisa dibuktikan secara baik dan benar, otomatis institusi hukum justru akan mencederai anak-anak bangsa yang terseret ke dalam kasus ini.
    Ada belasan pengusaha yang sedang menderita di balik jeruji akibat ketidakjelasan kasus ini secara hukum.
    Lantas, jika institusi penegak hukum justru mencederai rasa adil dari warga negaranya, maka setelah 100 hari pertama, nampaknya sudah waktunya Prabowo mempertimbangkan nama-nama yang jauh lebih tepat dan kompeten untuk menduduki institusi-institusi penting ini sesegera mungkin, agar ambisi dan keinginan Prabowo untuk menempatkan orang-orang yang tidak mencederai rasa keadilan rakyat bisa segera terealisasi secara nyata dan faktual.
    Pendeknya, publik sangat menunggu konsistensi pemerintahan baru dalam membuat kebijakan. Jika memang pemerintah serius untuk mengurangi beban masyarakat, maka sebaiknya dibuktikan demikian.
    Bukan malah mengambil langkah sebaliknya dengan membuat kesulitan-kesulitan baru yang justru menambah beban dan persoalan masyarakat.
    Jika pemerintah memang menginginkan untuk menekan seminimal mungkin penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi, maka pertajam institusi penegakan hukum di satu sisi dan jauhkan proses penegakan hukum dari berbagai kepentingan politik oknum-oknum elite yang selama ini memang menggunakan institusi-institusi hukum untuk menggapai tujuan politiknya.
    Setidaknya, ini akan kembali menenangkan publik dan membuat publik yakin bahwa semua isi pidato Prabowo di berbagai panggung adalah utang yang akan ia cicil secara konsisten kepada rakyat Indonesia, bukan kepada elite-elite lainnya. Semoga.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • HNW dukung komunitas Internasional kolaborasi gagalkan manuver Trump

    HNW dukung komunitas Internasional kolaborasi gagalkan manuver Trump

    “Dunia internasional sudah menyatakan kritik terbuka dan penolakan keras. Maka agar berhasil, mereka perlu berkolaborasi agar dapat lebih efektif menggagalkan manuver Trump yang didukung Israel itu,”

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mendukung seluruh komunitas Internasional berkolaborasi untuk menggagalkan rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merelokasi warga Palestina ke luar Jalur Gaza dan mengambil alih Jalur Gaza yang berlawanan dengan hukum internasional.

    “Dunia internasional sudah menyatakan kritik terbuka dan penolakan keras. Maka agar berhasil, mereka perlu berkolaborasi agar dapat lebih efektif menggagalkan manuver Trump yang didukung Israel itu,” kata HNW, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

    HNW menilai hal itu juga bentuk nyata dari pembersihan etnis (ethnic cleansing) serta menjadi model ‘penjajahan’ baru, di samping pengalihan isu kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel terhadap Palestina saat gencatan senjata diberlakukan.

    “Itu adalah rencana yang sangat tidak masuk nalar pikiran orang yang akalnya sehat, dan tidak layak disampaikan oleh pemimpin suatu negara besar seperti Amerika Serikat. Rencana Trump itu termasuk ke dalam kategori pembersihan etnis, kejahatan internasional, dan penjajahan model baru yang tidak bisa diterima oleh masyarakat yang beradab,” ujarnya.

    Dia mengatakan bahwa dunia internasional tegas menolak rencana Trump tersebut, tak terkecuali Mesir dan Yordania yang dibidik Trump sebagai lokasi warga Gaza setelah diusir dari Palestina.

    “Presiden otoritas Palestina Mahmud Abbas yang sering memusuhi pejuang Gaza juga menolak usulan Trump itu. Bahkan, Arab Saudi yang sering difitnah Trump, juga keras menolak ide relokasi warga Gaza keluar Palestina dan menegaskan dukungannya terhadap Palestina merdeka,” tuturnya.

    Selain itu, lanjut dia, negara-negara yang tergabung sebagai anggota Liga Arab maupun Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), hingga negara-negar di benua Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa maupun non Uni Eropa juga menolak langkah Trump tersebut.

    “Belahan dunia lain, seperti di Amerika Selatan sejumlah negara seperti Brasil, Kolombia dan Kuba juga bersikap sama; menolak konspirasi Trump, dan yang tak kalah penting adalah semua anggota tetap Dewan Keamanan PBB di luar Amerika Serikat, seperti Inggris, Perancis, Rusia dan China juga secara terbuka menyatakan penolakan,” paparnya.

    Dia lantas mengamini penolakan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres terhadap rencana Trump tersebut dan pelapor Khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina Francesca Albanese.

    Untuk itu, HNW pun mengapresiasi sikap tegas Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI yang mengeluarkan pernyataan terbuka menolak rencana Trump tersebut, serta memastikan tetap berlakunya hak untuk menentukan nasib sendiri (right to self determination) warga Palestina terhadap wilayahnya.

    Dia juga sependapat dengan sikap Kemlu RI yang menilai bahwa akar penyebab konflik ialah pendudukan Israel yang ilegal dan berkepanjangan di wilayah Palestina sehingga apabila AS menghendaki perdamaian tercipta di Gaza hal tersebut yang harusnya dibenahi, bukan justru ingin menguasai Gaza dan mengusir warganya keluar dari tanahnya sendiri.

    “Karena manuver itu jelas membantu Israel meluaskan pendudukannya, padahal pendudukan Israel atas Palestina adalah illegal sebagaimana advisory opinion dari Mahkamah Internasional (International Court of Justice) yang diakomodasi PBB menjadi Resolusi Majelis Umum PBB,” katanya.

    Dia berharap sikap Kemlu RI dapat berhasil diwujudkan sehingga penting bagi Indonesia memaksimalkan momentum tersebut dengan lebih efektif berkolaborasi dengan negara-negara yang sudah menyatakan menolak ambisi Trump untuk menguasai Gaza dan mengusir warganya.

    Menurut dia, kolaborasi bisa dilakukan baik dengan negara-negara yang tergabung di OKI, Liga Arab, maupun PBB.

    “Maka penting bagi Indonesia untuk mengusulkan segera diselenggarakannya sidang darurat, selain untuk bersama-sama menggagalkan rencana itu, juga untuk mengawal semua ketentuan pelaksanaan gencatan senjata, dan menghukum Israel karena terbukti tidak melaksanakan secara benar semua butir dan tahapan gencatan senjata dengan Hamas,” ujarnya.

    HNW juga menyatakan bahwa sikap Trump yang terus berpihak pada Israel yang telah melanggar berbagai resolusi PBB itu dapat menjadi momentum untuk mereformasi sistem yang berlaku di PBB agar bisa lebih adil dan beradab, salah satunya terkait sistem veto yang ada di Dewan Keamanan PBB yang kerap digunakan AS untuk melindungi Israel.

    “Trump juga telah menyatakan akan keluar dari WHO dan Dewan HAM PBB, atau Trump seharusnya tidak perlu tanggung-tanggung, sekalian saja keluar dari Dewan Keamanan PBB atau bersama Israel keluar dari keanggotaan di PBB,” kata dia.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pakar nilai Pemeriksaan Kesehatan Gratis perlu mekanisme yang jelas

    Pakar nilai Pemeriksaan Kesehatan Gratis perlu mekanisme yang jelas

    Jakarta (ANTARA) – Pakar kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama meminta kejelasan mekanisme atau manajemen dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) bagi masyarakat seperti dokumen yang diperlukan dan pengaturan giliran pemeriksaan.

    “Perlu ada sistem manajemen yang baik tentang bagaimana warga masyarakat datang, dokumen apa yang perlu dibawa, bagaimana mengatur giliran datang dan diperiksa,” kata dia saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

    Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 juga mengatakan perlunya kejelasan terkait mekanisme PKG apabila masyarakat tak memiliki ponsel pintar (smartphone) dengan aplikasi yang diperlukan.

    Hal lainnya yang juga menjadi sorotan Tjandra yakni jenis pemeriksaannya. Dia berpendapat bahwa harus ada keseragaman di berbagai wilayah mengenai cakupan pemeriksaan yang akan dilakukan.

    “Apa saja cakupan pemeriksaan ini perlu diumumkan secara luas sejak sekarang, sehingga kita semua tahu apa yang akan diperiksa,” kata dia.

    Selain itu, menurut Tjandra, Pemerintah perlu menyiapkan berbagai hal demi kelancaran program termasuk prasarana yang memadai untuk jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

    Prasarana ini dapat meliputi mesin analisa laboratorium, reagen pemeriksaan darah, urine, dahak; pot penampungan feses (tinja), dahak dan lainnya.

    “Belum lagi kalau ada pemeriksaan lain seperti radiologi dan lain-lain yang masuk dalam cakupan pemeriksaan kesehatan gratis program pemerintah ini,” ujar Tjandra.

    Hal lainnya yakni kesiapan tenaga kesehatan di puskesmas dan luas ruang runggu di puskesmas.

    Adapun program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) akan resmi diadakan secara nasional pada 10 Februari 2025.

    Program ini menyasar semua kelompok usia dengan total sekitar 280 juta penduduk yang diproyeksikan bisa menjadi penerima manfaat.

    Sebagai program inisiasi, pada tahap awal program PKG ada sebanyak 10.000 puskesmas dan 15.000 klinik yang ikut serta.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ade irma Junida
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pakar: Kesiapan nakes penting agar pemeriksaan kesehatan gratis lancar

    Pakar: Kesiapan nakes penting agar pemeriksaan kesehatan gratis lancar

    Harus diingat selama ini puskesmas sudah sibuk dengan pelayanan pasien yang datang

    Jakarta (ANTARA) – Pakar kesehatan sekaligus Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti pentingnya kesiapan tenaga kesehatan (nakes) di puskesmas agar program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) dapat berjalan lancar.

    “Kesiapan SDM petugas kesehatan (diperlukan). Harus diingat selama ini puskesmas sudah sibuk dengan pelayanan pasien yang datang. Kita lihat sehari-hari banyak pasien yang antre diperiksa,” ujar dia saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

    Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dari Universitas Indonesia itu mengatakan jumlah petugas kesehatan perlu ditambah untuk meringankan beban kerja mereka dalam memberikan pelayanan.

    Beban kerja yang berlebihan, sambung dia, akan berpengaruh pada mutu pelayanan dan kepuasan pasien.

    “Kalau petugas kesehatannya sama saja jumlahnya seperti sekarang maka tentu tidak tepat, baik karena beban kerja jadi berlebihan maupun juga bagaimana jaga mutu dan kepuasan pasien dan pengunjung puskesmas jadinya,” jelas dia.

    Selain itu, Tjandra juga menyoroti perlunya mempertimbangkan menambah luas ruang tunggu pasien di puskesmas.

    Ini karena dalam keseharian terutama di kota besar, kebanyakan ruang tunggu puskesmas dipenuhi pasien menunggu berobat. Menurut dia, jika luas ruang tunggu tetap sama, maka berpotensi terjadi kepadatan.

    “Ini bukan saja tidak nyaman tetapi bisa saja ada risiko penularan dari pasien ke orang sehat yang datang untuk periksa kesehatan gratis,” kata dia.

    Pemerintah secara resmi menjalankan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) secara nasional pada 10 Februari 2025.

    Program PKG bakal menyasar semua kelompok usia dengan total sekitar 280 juta penduduk yang diproyeksikan bisa menjadi penerima manfaat.

    Program ini nantinya dilaksanakan dengan dua grup dibatasi usia, terdiri atas grup usia di bawah sekolah atau enam tahun ke bawah dan grup usia di atas enam tahun.

    Sebagai program inisiasi, pada tahap awal program PKG ada sebanyak 10.000 puskesmas dan 15.000 klinik.

    “Semoga program pemeriksaan kesehatan gratis memang dapat menyediakan sarana yang diperlukan agar kita semua dapat check up (diperiksa) dengan baik dan status kesehatan kita secara lengkap dapat terjaga,” demikian harap Tjandra.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Perangi Wabah Ebola Mematikan, Uganda Mulai Uji Klinis Vaksin Strain Baru

    Perangi Wabah Ebola Mematikan, Uganda Mulai Uji Klinis Vaksin Strain Baru

    Jakarta

    Dalam pertama kalinya secara global, Kementerian Kesehatan Uganda, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitra lainnya hari ini meluncurkan uji coba kemanjuran klinis pertama untuk vaksin dari Ebola dari spesies virus Sudan, dan pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk uji coba vaksin acak, dalam keadaan darurat.

    “Ini adalah uji coba pertama untuk menilai kemanjuran klinis vaksin terhadap penyakit virus Ebola Sudan,” kata WHO dalam keterangannya dikutip Jumat (7/2/2025).

    Peneliti utama dari Universitas Makerere dan Institut Penelitian Virus Uganda (UVRI), dengan dukungan dari WHO dan mitra lainnya, telah menyiapkan uji coba dalam 4 hari sejak wabah dikonfirmasi pada 30 Januari. Ini adalah uji coba pertama untuk menilai kemanjuran klinis vaksin terhadap penyakit Ebola akibat virus Sudan.

    Kandidat vaksin disumbangkan oleh IAVI, dengan dukungan keuangan dari WHO, Koalisi untuk Inovasi Kesiapan Epidemi (CEPI), Pusat Penelitian Pembangunan Internasional Kanada (IDRC), dan Otoritas Kesiapan dan Respons Darurat Kesehatan Komisi Eropa (HERA) dan dukungan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika).

    “Ini adalah pencapaian penting menuju kesiapsiagaan pandemi yang lebih baik, dan menyelamatkan nyawa ketika wabah terjadi,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

    Gejala infeksi Ebola termasuk demam, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan, diikuti dengan muntah, diare, ruam, dan pendarahan internal dan eksternal. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi.

    Virus Ebola Sudan memiliki tingkat kematian tinggi, membunuh setidaknya 40% dari mereka yang terinfeksi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Uganda saat ini sedang mengalami wabah penyakit keenam terkait Ebola.

    Empat puluh kontak korban pertama wabah ini akan divaksinasi dalam fase peluncuran ini yang dilakukan bersama dengan otoritas Uganda dan WHO. Sementara itu Kementerian kesehatan Uganda telah mengkonfirmasi 234 kontak yang terdaftar untuk dipantau.

    “Ini menandai tonggak utama dalam respons darurat kesehatan masyarakat dan menunjukkan kekuatan kolaborasi untuk keamanan kesehatan global,” kata direktur WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti.

    “Jika terbukti efektif, vaksin akan semakin memperkuat langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari wabah di masa depan,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Trump Beri Sinyal AS Bisa Tetap Gabung WHO, Tapi Ada Syaratnya

    Trump Beri Sinyal AS Bisa Tetap Gabung WHO, Tapi Ada Syaratnya

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut mengajukan syarat agar AS bisa tetap bergabung dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tuntutan ini datang setelah Trump meneken perintah eksekutif berisikan keputusannya mengeluarkan AS dari WHO.

    Langkah itu diambil hanya beberapa jam setelah dirinya dilantik sebagai presiden pada 20 Januari lalu. Dua sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan Trump meminta WHO mereformasi sistem dan organisasinya. Dirinya mendorong agar WHO menempatkan seorang warganya sebagai pemimpin di badan tersebut.

    Syarat dari Trump itu tertuang dalam dokumen yang dibagikan ke para penasihat sebelum dilantik pada 20 Januari lalu seperti dikutip Reuters pada Kamis (6/2).

    Dokumen itu merekomendasikan penarikan AS dari WHO dan “mengadopsi pendekatan yang radikal” untuk menangani badan ini. Rekomendasi tersebut termasuk mendorong pejabat AS untuk menjabat sebagai direktur jenderal usai Tedros Adhanom Ghebreyesus lengser pada 2027.

    Sebelumnya, Perintah Eksekutif Trump untuk keluar dari WHO merupakan salah satu langkah kebijakan pertamanya setelah menjabat. Hal itu akan menyebabkan badan kesehatan global tersebut kehilangan penyandang dana terbesarnya pada Januari 2026.

    Perintah tersebut menuduh organisasi tersebut salah menangani pandemi COVID-19 dan dipengaruhi secara tidak semestinya oleh negara lain, yang dibantah WHO. Trump kemudian mengisyaratkan AS dapat kembali jika WHO “dibersihkan,” tanpa memberikan perincian tentang apa yang diperlukan.

    Dua sumber itu mengatakan proposal reformasi sudah dibahas sejak sebelum Trump menjabat. Namun, tak ada informasi apakah pemerintahan dia akan mengadopsi rekomendasi lain.

    “Pemerintahan Trump akan terus meninjau proses dan badan layanan kesehatan saat ini untuk menerapkan reformasi yang dibutuhkan,” kata juru bicara Gedung Putih Kush Desai dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

    (suc/kna)

  • Trump Bawa AS ‘Cerai’ dengan PBB, dari WHO hingga Sinyal Keluar UNESCO

    Trump Bawa AS ‘Cerai’ dengan PBB, dari WHO hingga Sinyal Keluar UNESCO

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil langkah yang keras terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Hal ini dibuktikannya dari rencananya untuk menarik Washington dari sejumlah lembaga yang berada di bawah organisasi multilateral itu.

    Mulai dari WHO hingga UNHRC dan UNESCO, Trump menyebut niatnya untuk keluar dari seluruh organisasi itu didasari sikap lembaga yang seringkali kurang adil terhadap semua negara dunia. Ia juga menitikberatkan kontribusi AS yang besar dalam semua organisasi itu.

    Berikut sejumlah organisasi PBB yang diniatkan Trump untuk keluar dikutip dari berbagai sumber:

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

    Trump memutuskan untuk mengeluarkan Negeri Paman Sam dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (20/1/2025). Hal ini terjadi sesaat setelah Trump dilantik menjadi presiden.

    Trump menyebut serangkaian alasan dalam keluarnya AS dari WHO. Ini termasuk penanganan pandemi Covid-19 yang dianggap buruk dan kegagalan organisasi tersebut dalam melakukan reformasi yang mendesak.

    “WHO menuntut pembayaran yang sangat memberatkan dari AS,” ujar Trump, seraya menambahkan bahwa kontribusi China jauh lebih kecil.

    Keluarnya AS dari WHO pun memiliki sejumlah dampak bagi kesehatan dunia. Pasalnya, AS menyumbang sekitar 18% pendanaan untuk WHO. Diketahui, aggaran dua tahun lembaga tersebut untuk tahun 2024-2025 adalah US$ 6,8 miliar.

    Pada periode tersebut, AS membiayai 75% program WHO untuk HIV dan penyakit menular seksual lainnya. Selain itu, lebih dari setengah kontribusi dana itu untuk memerangi tuberkulosis, data lembaga tersebut menunjukkan.

    Di luar WHO, AS sejauh ini merupakan donor kesehatan global teratas di dunia. Washington tercatat memberikan US$ 15,8 miliar pada tahun 2022.

    Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) dan UNRWA

    Truump berencana menghentikan keterlibatan AS dengan Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) dan melanjutkan penghentian pendanaan untuk badan bantuan Palestina PBB, UNRWA. Hal ini terjadi setelah pertemuan Trump dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, Senin (3/2/2025).

    Mengutip Reuters, langkah ini diumumkan langsung oleh seorang pejabat Gedung Putih. Manuver ini sejalan dengan paham Netanyahu, yang telah lama mengkritik UNRWA dengan menuduh badan tersebut melakukan hasutan anti-Israel dan stafnya ‘terlibat dalam kegiatan teroris terhadap Israel’.

    “Dewan Hak Asasi Manusia secara agresif mempromosikan anti-Semitisme yang ekstrem. Pada saat yang sama, UNRWA telah lama kehilangan statusnya sebagai organisasi kemanusiaan yang independen, dan telah berubah menjadi otoritas teroris yang dikendalikan oleh Hamas dengan kedok badan kemanusiaan,” ucap Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon.

    Selama masa jabatan pertama Trump, dari tahun 2017-2021, ia juga menghentikan pendanaan untuk UNRWA dengan mempertanyakan nilai dari organisasi itu. Ia saat itu mengatakan bahwa Palestina perlu setuju untuk memperbarui perundingan damai dengan Israel, dan menyerukan reformasi.

    Pemerintahan Trump yang pertama juga keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia yang beranggotakan 47 negara karena apa yang disebutnya bias kronis terhadap Israel dan kurangnya reformasi. AS saat ini bukan anggota badan yang berkantor pusat di Jenewa tersebut. Namun, di bawah mantan Presiden Demokrat Joe Biden, AS sempat terpilih kembali dan menjabat untuk masa jabatan 2022-2024.

    Pada masa Biden, AS adalah donor terbesar UNRWA dengan menyediakan US$ 300 juta (Rp 4,9 triliun) – US$ 400 juta (Rp 6,5 triliun) per tahun. Namun Biden menghentikan pendanaan pada Januari 2024 setelah Israel menuduh sekitar selusin staf UNRWA mengambil bagian dalam serangan mematikan pada 7 Oktober 2023 di Israel oleh militan Palestina Hamas yang memicu perang di Gaza.

    Kongres AS kemudian secara resmi menangguhkan kontribusi ke UNRWA hingga setidaknya Maret 2025. UNRWA memberikan bantuan, layanan kesehatan, dan pendidikan kepada jutaan warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, Suriah, Lebanon, dan Yordania.

    Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO)

    Trump juga memerintahkan peninjauan ulang terhadap keanggotaan AS di badan kebudayaan PBB, UNESCO. Ia mengatakan hal ini merupakan bentuk sikapnya yang memandang PBB sebagai lembaga yang tidak bekerja dengan efektif.

    “Badan ini memiliki potensi besar dan berdasarkan potensi tersebut, kami akan terus mendukungnya, tetapi mereka harus bertindak bersama-sama,” kata Trump kepada wartawan. “Sejujurnya, badan ini tidak dikelola dengan baik dan mereka tidak melakukan tugasnya.”

    “Banyak konflik yang sedang kita tangani seharusnya diselesaikan, atau setidaknya kita harus mendapat bantuan untuk menyelesaikannya. Kita tampaknya tidak pernah mendapat bantuan. Itulah yang seharusnya menjadi tujuan utama PBB.”

    Pada masa jabatan pertamanya, Trump sempat mengeluarkan AS dari keanggotaan UNESCO karena bias anti Israel. Diketahui, UNESCO memasukan sejumlah tempat yang diklaim Israel menjadi milik Palestina, yang juga merupakan anggota lembaga yang berpusat di Paris itu.

    Pada masa administrasi Biden, AS kembali menjadi anggota UNESCO setelah secara resmi menerima konstitusi lembaga itu pada 10 Juli 2023.

    (luc/luc)