NGO: WHO

  • Video: Dirjen WHO Puji  Cek Kesehatan Gratis di Indonesia

    Video: Dirjen WHO Puji Cek Kesehatan Gratis di Indonesia

    Video: Dirjen WHO Puji Cek Kesehatan Gratis di Indonesia

  • Tuai Apresiasi WHO, Cek Kesehatan Gratis Disebut Cegah Komplikasi Penyakit

    Tuai Apresiasi WHO, Cek Kesehatan Gratis Disebut Cegah Komplikasi Penyakit

    Jakarta

    Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno mengapresiasi dimulainya program cek kesehatan gratis (CKG) yang digagas oleh pemerintah. Dia meyakini kehadiran program ini dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

    “Kami meyakini program ini meningkatkan kualitas kesehatan sekaligus mencegah berbagai penyakit karena deteksi dini yang lebih cepat,” kata Eddy dalam keterangannya, Selasa (11/2/2025).

    “Setelah Program MBG berjalan, sekarang Cek Kesehatan Gratis juga dijalankan. Aksi nyata Presiden Prabowo ini kembali menegaskan komitmennya bahwa no one is left behind. Tidak ada rakyat yang ditinggalkan,” lanjutnya.

    Sebelumnya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus turut memuji program CKG, lantaran dianggap sebagai terobosan kebijakan preventif mencegah penyebaran penyakit lebih dini, sehingga peluang kesembuhan relatif lebih tinggi.

    “Saya kira apresiasi WHO cukup jelas menggambarkan urgensi program ini. Sekarang implementasinya yang harus berjalan dengan baik oleh kementerian pelaksananya,” ungkap Eddy.

    Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia ini mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata usia harapan hidup Indonesia telah mencapai berbagai kemajuan dalam bidang kesehatan, seperti peningkatan usia harapan hidup tahun 2024 menjadi 74,15 tahun.

    Di sisi lain, Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 10 negara di ASEAN dalam hal kematian Ibu. Sedangkan, kematian anak menempati peringkat ke-7 dari 10 negara di ASEAN.

    “Selain itu, angka stunting di Indonesia juga tergolong tinggi. Untuk itu, program ini saya kira baik sekali karena bisa membantu mendeteksi dini masalah kesehatan, memungkinkan intervensi lebih awal, dan mencegah komplikasi yang lebih serius,” jelasnya.

    “Dengan demikian program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi beban biaya kesehatan di masa depan. Program ini juga diharapkan bisa mendorong masyarakat agar semakin sadar akan pentingnya kesehatan diri dan keluarga,” tutup anggota DPR RI Dapil Cianjur dan Kota Bogor ini.

    (akn/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mengenal Pendekatan THR, Jurus Jitu Hentikan Kebiasaan Merokok

    Mengenal Pendekatan THR, Jurus Jitu Hentikan Kebiasaan Merokok

    Jakarta: Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan risiko merokok menjadi penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia. Situasi ini membutuhkan strategi yang bisa diterapkan, menurunkan risiko akibat rokok hingga membantu perokok berhenti merokok. 

    Pendekatan Tobacco Harm Reduction (THR) menjadi salah satu cara yang bisa diambil dalam mengatasi hal itu. Berdasarkan Laporan “Lives Saved Report” yang dikeluarkan oleh Global Health Consults, penerapan THR dapat menyelamatkan 4,6 juta nyawa perokok hingga 2060 di Indonesia.

    “Kalau melihat definisinya, THR ini fokus pada mengurangi dampak risiko dari merokok. THR bisa menjadi salah satu alternatif dalam upaya berhenti merokok. Kami akan menunggu hasil risetnya untuk masukan kebijakan kita,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi dalam acara diskusi di Jakarta, yang dikutip Selasa, 11 Februari 2025.

    THR merupakan salah satu metode alternatif, khususnya menurunkan risiko produk tembakau. Pendekatan ini bukan hanya menekankan pada peralihan penggunaan produk alternatif, melainkan keseluruhan upaya menurunkan risiko yang diwujudkan melalui kebijakan, riset, dan perkembangan teknologi hingga akhirnya membuat perokok berhenti merokok.

    Nadia mengatakan peran Kemenkes dalam merumuskan kebijakan menjadi salah satu poin penting dalam upaya mengatasi dampak risiko akibat rokok. Kemenkes masih berfokus pada penerapan Upaya Berhenti Merokok (UBM) melalui praktik konseling di tingkat Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) dalam membantu orang berhenti merokok.
     

    “Secara strategi kami punya UBM dan hotline berhenti merokok. Memang belum maksimal dan belum ada di semua tempat, ini masukan buat kami. Soal THR, kita lihat perkembangan studinya, apakah THR bisa jadi cara agar (regulasi yang terbit) bisa evidence-based,” kata Nadia.

    Penyusunan kebijakan berbasis bukti atau data menjadi hal yang harus didorong, terutama dalam mengatasi masalah perokok di Indonesia. Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung sekaligus salah satu penulis Laporan “Lives Saved Report”, Ronny Lesmana sepakat dengan hal itu.

    Menurut dia, selama ini gerakan untuk mengajak orang berhenti merokok sudah masif dilakukan, tetapi belum efisien dalam menurunkan angka perokok. Untuk itu, diperlukan pendekatan dan strategi lain, salah satunya dengan menerapkan metode THR.

    “Kita tidak bisa hanya berdiam diri. Kalau THR diterapkan, maka kualitas hidup dan angka harapan hidup masyarakat akan lebih baik. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, dampak penggunaan produk rendah risiko menunjukkan toksisitas lebih rendah dan menurunkan inflamasi paru-paru. Ini data kami,” ujar Ronny.

    Uji toksisitas tersebut dilakukan dengan menguji sel molekuler pada perokok konvensional dan perokok produk alternatif rendah risiko. Produk yang digunakan untuk penelitian disesuaikan dengan standar yang ditetapkan di seluruh dunia. Penelitian replikasi yang diuji di enam (6) negara pun menunjukkan bahwa beberapa produk alternatif tersebut terbukti lebih rendah risiko dibanding rokok konvensional.

    Kajian berbasis ilmiah yang dilakukan sesuai metodologi sangat dibutuhkan di Indonesia. Riset THR yang spesifik dengan dukungan dari pemerintah sangat penting, terutama dalam mewujudkan kolaborasi bersama lembaga penelitian dan lembaga pendidikan. 

    Nantinya, temuan tersebut akan menjadi basis data yang berperan sebagai pertimbangan pemerintah dalam menyusun regulasi. Saat ini, minimnya data soal THR berdampak pula pada keluaran regulasi yang belum tepat sasaran.

    Senada, peneliti dan mantan Direktur Riset Kebijakan World Health Organization (WHO) Tikki Pangestu menekankan pentingnya penelitian soal THR di Indonesia. Hasil penelitian tersebut akan menjadi basis awal dalam proses perumusan kebijakan agar hasilnya lebih efektif. Penelitian mengenai THR yang sebelumnya sudah dilakukan di luar negeri belum bisa sepenuhnya menggambarkan kondisi perokok sesungguhnya di Indonesia.

    “Penelitian lanjutan THR dalam konteks lokal harus diberi prioritas tinggi dan mendapat sokongan. Ini yang masih sangat kurang di Indonesia. Penelitian bisa berfokus pada dampak kesehatan dan dampak ekonomi, seperti apa perbandingannya antara rokok konvensional dengan produk alternatif,” kata Tikki.

    Jakarta: Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan risiko merokok menjadi penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia. Situasi ini membutuhkan strategi yang bisa diterapkan, menurunkan risiko akibat rokok hingga membantu perokok berhenti merokok. 
     
    Pendekatan Tobacco Harm Reduction (THR) menjadi salah satu cara yang bisa diambil dalam mengatasi hal itu. Berdasarkan Laporan “Lives Saved Report” yang dikeluarkan oleh Global Health Consults, penerapan THR dapat menyelamatkan 4,6 juta nyawa perokok hingga 2060 di Indonesia.
     
    “Kalau melihat definisinya, THR ini fokus pada mengurangi dampak risiko dari merokok. THR bisa menjadi salah satu alternatif dalam upaya berhenti merokok. Kami akan menunggu hasil risetnya untuk masukan kebijakan kita,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi dalam acara diskusi di Jakarta, yang dikutip Selasa, 11 Februari 2025.

    THR merupakan salah satu metode alternatif, khususnya menurunkan risiko produk tembakau. Pendekatan ini bukan hanya menekankan pada peralihan penggunaan produk alternatif, melainkan keseluruhan upaya menurunkan risiko yang diwujudkan melalui kebijakan, riset, dan perkembangan teknologi hingga akhirnya membuat perokok berhenti merokok.
     
    Nadia mengatakan peran Kemenkes dalam merumuskan kebijakan menjadi salah satu poin penting dalam upaya mengatasi dampak risiko akibat rokok. Kemenkes masih berfokus pada penerapan Upaya Berhenti Merokok (UBM) melalui praktik konseling di tingkat Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) dalam membantu orang berhenti merokok.
     

    “Secara strategi kami punya UBM dan hotline berhenti merokok. Memang belum maksimal dan belum ada di semua tempat, ini masukan buat kami. Soal THR, kita lihat perkembangan studinya, apakah THR bisa jadi cara agar (regulasi yang terbit) bisa evidence-based,” kata Nadia.
     
    Penyusunan kebijakan berbasis bukti atau data menjadi hal yang harus didorong, terutama dalam mengatasi masalah perokok di Indonesia. Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung sekaligus salah satu penulis Laporan “Lives Saved Report”, Ronny Lesmana sepakat dengan hal itu.
     
    Menurut dia, selama ini gerakan untuk mengajak orang berhenti merokok sudah masif dilakukan, tetapi belum efisien dalam menurunkan angka perokok. Untuk itu, diperlukan pendekatan dan strategi lain, salah satunya dengan menerapkan metode THR.
     
    “Kita tidak bisa hanya berdiam diri. Kalau THR diterapkan, maka kualitas hidup dan angka harapan hidup masyarakat akan lebih baik. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, dampak penggunaan produk rendah risiko menunjukkan toksisitas lebih rendah dan menurunkan inflamasi paru-paru. Ini data kami,” ujar Ronny.
     
    Uji toksisitas tersebut dilakukan dengan menguji sel molekuler pada perokok konvensional dan perokok produk alternatif rendah risiko. Produk yang digunakan untuk penelitian disesuaikan dengan standar yang ditetapkan di seluruh dunia. Penelitian replikasi yang diuji di enam (6) negara pun menunjukkan bahwa beberapa produk alternatif tersebut terbukti lebih rendah risiko dibanding rokok konvensional.
     
    Kajian berbasis ilmiah yang dilakukan sesuai metodologi sangat dibutuhkan di Indonesia. Riset THR yang spesifik dengan dukungan dari pemerintah sangat penting, terutama dalam mewujudkan kolaborasi bersama lembaga penelitian dan lembaga pendidikan. 
     
    Nantinya, temuan tersebut akan menjadi basis data yang berperan sebagai pertimbangan pemerintah dalam menyusun regulasi. Saat ini, minimnya data soal THR berdampak pula pada keluaran regulasi yang belum tepat sasaran.
     
    Senada, peneliti dan mantan Direktur Riset Kebijakan World Health Organization (WHO) Tikki Pangestu menekankan pentingnya penelitian soal THR di Indonesia. Hasil penelitian tersebut akan menjadi basis awal dalam proses perumusan kebijakan agar hasilnya lebih efektif. Penelitian mengenai THR yang sebelumnya sudah dilakukan di luar negeri belum bisa sepenuhnya menggambarkan kondisi perokok sesungguhnya di Indonesia.
     
    “Penelitian lanjutan THR dalam konteks lokal harus diberi prioritas tinggi dan mendapat sokongan. Ini yang masih sangat kurang di Indonesia. Penelitian bisa berfokus pada dampak kesehatan dan dampak ekonomi, seperti apa perbandingannya antara rokok konvensional dengan produk alternatif,” kata Tikki.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ADN)

  • Saran Pakar untuk Cek Kesehatan Gratis: Dokter Perlu Jelaskan Detail Hasil Pemeriksaan kepada Warga – Halaman all

    Saran Pakar untuk Cek Kesehatan Gratis: Dokter Perlu Jelaskan Detail Hasil Pemeriksaan kepada Warga – Halaman all

    Pakar Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan tim medis harus jelaskan detail hasil cek kesehatan gratis (CKG).

    Tayang: Selasa, 11 Februari 2025 07:39 WIB

    Tribunnews.com/Rina Ayu

    CEK KESEHATAN GRATIS – Seorang warga sedang melakukan pemeriksaan tekanan darah di puskesmas Tanah Abang saat cek kesehatan gratis yang dimulai Senin (10/2/2025). 

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, dokter atau tim medis harus menjelaskan detail hasil cek kesehatan gratis (CKG) kepada setiap warga yang diperiksa.

    Ia menyebut, cek kesehatan gratis yang dimulai hari ini menjadi satu paket yang lengkap dengan tindak lanjutnya, sehingga benar-benar bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia.

    “Sesudah selesai berbagai tes yang dilakukan di Puskesmas maka dokter perlu menjelaskan hasilnya ke tiap warga yang diperiksa,” kata Prof Tjandra kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/2/2025).

    Anjuran kesehatan yang diberikan akan tergantung dari hasil tes kesehatan masing-masing orang dan sangat spesifik.

    Inilah gunanya pemeriksaan kesehatan berkala agar masyarakat tahu masalah kesehatan secara spesifik dan anjuran khusus untuk hasil pemeriksaan.

    Prof Tjandra Yoga Aditama (HO/TRIBUNNEWS)

    “Pola hidup sehat harus mampu diyakinkan oleh dokter seusai melakukan pemeriksaan kesehatan gratis. Diperlukan penyuluhan kesehatan agar masyarakat semua menyadari bahwa kesehatan adalah aset berharga,” ungkap Direktur Pascasarjana Universitas YARSI.

    Prof Tjandra berharap, semoga program cek kesehatan gratis ini dapat menyediakan sarana yang diperlukan agar semua warga dapat check up dengan baik dan status kesehatan masyarakat secara lengkap dapat terjaga.

    Adapun CKG resmi dimulai hari ini. Masyarakat luas sudah bisa memanfaatkan CKG saat ulang tahun.

    Pemeriksaan ini bisa dilakukan di puskesmas dan klinik yang bekerja sama.

    Warga wajib mengunduh aplikasi SATUSEHAT Mobile sebelum mengikuti cek kesehatan gratis, untuk mengetahui jadwal dan mendapatkan tiket pemeriksaan di puskesmas.

     

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’61’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Polres Kediri Kota Gelar Operasi Semeru 2025 dengan 11 Fokus Penindakan

    Polres Kediri Kota Gelar Operasi Semeru 2025 dengan 11 Fokus Penindakan

    Kediri (beritajatim.com) – Polres Kediri Kota resmi menggelar Operasi Keselamatan Semeru 2025 yang berlangsung selama 14 hari, mulai 10 hingga 23 Februari 2025.

    Operasi terpusat ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aturan lalu lintas guna menekan angka kecelakaan dan pelanggaran jalan raya.

    Kegiatan ini diawali dengan apel gelar pasukan dan penyematan pita operasi di Lapangan Mapolres Kediri Kota, sebagai bentuk komitmen bersama dalam menciptakan budaya tertib berlalu lintas menjelang Bulan Suci Ramadhan 1446 H.

    Kapolda Jatim Irjen Pol Drs. Imam Sugianto, M.Si., dalam sambutan yang dibacakan Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji, S.H., S.I.K., M.Si menyatakan tertib berlalu lintas sebagai upaya bersama untuk menekankan pentingnya disiplin berkendara sebagai langkah preventif menekan angka kecelakaan lalu lintas.

    “Tertib berlalu lintas sebagai upaya bersama untuk menurunkan angka kecelakaan dan fatalitas korban,” kata AKBP Bramastyo Priaji, S.H., S.I.K., M.Si, Selasa (11/2/2025).

    Kecelakaan Lalu Lintas: Masalah Serius yang Harus Dicegah
    Berdasarkan data WHO, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan TBC.

    Di Jawa Timur sendiri, data Dit Lantas Polda Jatim menunjukkan tren positif dengan penurunan angka kecelakaan sebesar 12,37% dan korban meninggal dunia turun 9,66% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.

    Meski demikian, angka pelanggaran masih tinggi, terutama oleh pengendara roda dua yang kerap melawan arus, menggunakan ponsel saat berkendara, hingga tidak memakai helm berstandar SNI.

    Target Prioritas Operasi Keselamatan Semeru 2025
    Dalam operasi ini, beberapa pelanggaran menjadi fokus utama penindakan, antara lain:

    Penggunaan helm tidak SNI
    Melawan arus
    Menggunakan HP saat berkendara
    Berkendara di bawah pengaruh alkohol/narkoba
    Melebihi batas kecepatan
    Pengendara di bawah umur
    Kendaraan tidak sesuai spesifikasi teknis (termasuk knalpot brong)
    Balap liar
    Boncengan lebih dari satu orang
    Tidak memakai sabuk keselamatan
    Menerobos lampu merah

    Sinergi untuk Keselamatan Lalu Lintas

    Apel gelar pasukan dihadiri oleh TNI, Dishub, Satpol PP, dan Dinas Kesehatan Kota Kediri, menunjukkan dukungan penuh dari berbagai pihak. Dengan tema “Tertib Berlalu Lintas Guna Terwujudnya Asta Cita”, operasi ini diharapkan mampu menekan angka pelanggaran dan kecelakaan secara signifikan di Jawa Timur.

    Semoga Operasi Keselamatan Semeru 2025 menjadi langkah nyata dalam menciptakan budaya berkendara yang aman dan tertib bagi seluruh masyarakat. (ted)

  • Sosok Jung Jin Young Pemeran Jin Woo You Are The Apple of My Eye, Remake Film Taiwan dan Thailand

    Sosok Jung Jin Young Pemeran Jin Woo You Are The Apple of My Eye, Remake Film Taiwan dan Thailand

    Sosok Jung Jin Young Pemeran Jin Woo You Are The Apple of My Eye, Remake Film Taiwan dan Thailand

    TRIBUNJATENG.COM – Inilah sosok Jung Jin Young pemeran utama film You Are The Apple of My Eye versi Korea, berperan sebagai Jin Woo.

    Malam Spektakuler Show 3 Indonesian Idol semakin spesial dengan kehadiran Jung Jin Young dan Dahyun TWICE.

    Keduanya hadir sebagai bintang tamu untuk mempromosikan film terbaru mereka, You Are The Apple of My Eye, yang dijadwalkan tayang pada 21 Februari 2025.

    Sosok Jun Jin Young

    Jin Young lahir di Chungju, Korea Selatan, pada 18 November 1991.

    Ia dikenal sebagai pemimpin B1A4, boy group di bawah naungan WM Entertainment, sebelum akhirnya meninggalkan agensi tersebut pada Juni 2018.

    Setelah hengkang dari B1A4, Jin Young fokus pada karier solonya di bawah LINK8 Entertainment, yang menaungi aktivitas akting dan musiknya.

    Tak hanya berbakat dalam bernyanyi dan menari, Jin Young juga dikenal sebagai penulis lagu dan produser musik.

    Ia telah menggubah berbagai lagu, baik untuk grupnya sendiri maupun untuk penyanyi lain.

    Namun, sejak 2012, ia mulai mengeksplorasi dunia akting dengan debut perannya di drama The Thousandth Man.

    Setelah itu, Jin Young semakin aktif sebagai aktor.

    Beberapa drama terbarunya termasuk Sweet Home 2 (2023) dan Sweet Home 3 (2024) di Netflix, di mana ia memerankan karakter Park Chan-Yeong.

    Selain itu, ia juga akan membintangi drama Who Is She (2024-2025) sebagai Daniel Han.

    Tahun 2025 menjadi momen penting dalam karier akting Jin Young karena ia akan menjadi pemeran utama dalam film You Are The Apple of My Eye.

    You Are The Apple of My Eye adalah adaptasi dari novel Taiwan yang sebelumnya telah diangkat ke layar lebar dalam versi Taiwan (2011) dan Thailand, sebelum kini dibuat versi Korea.

    Dalam film ini, ia memerankan karakter Jin Woo, seorang siswa SMA yang sedang berada di masa pubertas bersama teman-temannya.

    Mereka memiliki satu kesamaan, yaitu tertarik pada gadis cantik dan pintar bernama Seon Ah, yang diperankan oleh Dahyun TWICE.

    Dahyun, yang dikenal sebagai salah satu anggota girl group terkenal TWICE, akan menjalani debut layar lebarnya sebagai Seon Ah.

    Seon Ah dikisahkan sebagai siswi teladan yang memiliki kepribadian baik dan penampilan menarik.

    Meskipun memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Jin Woo, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi lebih dekat.

    Film ini menjadi proyek layar lebar ketiga bagi Jin Young, setelah terakhir kali membintangi film The Dude in Me pada 2019 sebagai Kim Dong-Hyun.

    Sementara bagi Dahyun, proyek ini menjadi langkah besar dalam karier aktingnya, menandai transisinya dari dunia musik ke perfilman.

    Sebagai bagian dari promosi film terbarunya, Jin Young dan Dahyun hadir di panggung Indonesian Idol dan langsung disambut meriah oleh para penggemar.

    Kehadiran mereka menjadi sorotan utama malam itu, terutama bagi para pecinta K-Pop dan drama Korea.

    Selain berbincang mengenai film mereka, Jin Young dan Dahyun juga memberikan dukungan kepada para kontestan yang tengah berjuang di panggung Spektakuler Show 3.

    Interaksi mereka dengan juri dan peserta membuat suasana semakin hangat dan penuh kejutan. (*)

  • Lirik Lagu Making the Bed dari Olivia Rodrigo dan Terjemahannya

    Lirik Lagu Making the Bed dari Olivia Rodrigo dan Terjemahannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Making the Bed adalah lagu yang dipopulerkan oleh Olivia Rodrigo, penyanyi pop asal Amerika Serikat (AS). Lagu ini merupakan bagian dari album “GUTS” yang rilis pada 8 September 2023.

    Lirik lagu Making the Bed menggambarkan perasaan cemas yang ditimbulkan oleh ketenaran. Nama Olivia Rodrigo mulai melejit setelah merilis single berjudul “Driver’s License” pada 2021 silam.

    Setelah itu, dia pun mulai meluncurkan album perdananya dengan judul “Sour”. Rupanya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perjalanan hidup Olivia.

    Ketenaran tersebut membawa Olivia pada kondisi yang membuatnya bertanya-tanya apakah selama ini dia telah mengambil langkah yang tepat.

    Dalam lagu Making the Bed, Olivia bercerita betapa sulitnya menghadapi sesuatu yang dahulu hanya sebuah kegemaran kini berubah menjadi sebuah kewajiban.

    Olivia sangat menyayangkan hobinya dalam menyanyi dan menulis lirik lagu yang mulanya dapat membawa kesenangan tersendiri bagi dirinya, kini malah menuntutnya untuk terus menghasilkan karya sehingga sering kali membuatnya tertekan.

    Meski begitu, layaknya pepatah “nasi telah menjadi bubur”, Olivia merasa bertanggung jawab untuk menanggung konsekuensi atas tindakan yang telah diperbuat.

    Selain itu, ketenaran yang dialami oleh Olivia di usia muda juga membawa efek terhadap kehidupan sosialnya. Ia merasa kesulitan untuk menjadi dirinya sendiri karena terdapat banyak tuntutan sosial yang harus dipenuhi.

    Olivia juga mulai kesulitan untuk menemukan teman sejati di industri musik yang membuatnya ingin kabur dari ketenaran yang dimiliki.

    Secara keseluruhan, lagu ini menggambarkan kondisi seseorang yang mulai merasa jenuh dengan kegiatan yang semula dia gemari serta merasakan tuntutan dari orang lain untuk terus menjadi yang terbaik.

    Makna mendalam yang tertuang dalam lagu Making the Bed membuat siapa saja dapat relate dengan kondisi tersebut.

    Berikut ini lirik lagu Making the Bed dari Olivia Rodrigo dan terjemahannya.

    Lirik Lagu Making the Bed dari Olivia Rodrigo
    Want it, so I got it, did it, so it’s done
    Another thing I ruined I used to do for fun
    Another piece of plastic I could just throw away
    Another conversation with nothing good to say

    I thought it, so I said it, took it ’cause I can
    Another day pretendin’ I’m older than I am
    Another perfect moment that doesn’t feel like mine
    Another thing I forced to be a sign

    Well, sometimes I feel like I don’t wanna be where I am
    Gettin’ drunk at a club with my fair-weather friends
    Push away all the people who know me the best
    But it’s me who’s been making the bed

    I’m so tired of bein’ the girl that I am
    Every good thing has turned into something I dread
    And I’m playin’ the victim so well in my head
    But it’s me who’s been making the bed

    Me who’s been making the bed
    Pull the sheets over my head
    Making the bed
    And every night, I wake up from this one recurrin’ dream

    Where I’m drivin’ through the city and the brakes go out on me
    I can’t stop at the red light, I can’t swerve off the road
    I read somewhere it’s ’cause my life feels so out of control
    And I tell someone I love them just as a distraction

    They tell me that they love me like I’m some tourist attraction
    They’re changin’ my machinery and I just let it happen
    I got the things I wanted, it’s just not what I imagined
    Well, sometimes I feel like I don’t wanna be where I am

    Gettin’ drunk at a club with my fair weather friends
    Push away all the people who know me the best
    But it’s me who’s been making the bed
    I’m so tired of bein’ the girl that I am

    Every good thing has turned into something I dread
    And I’m playin’ the victim so well in my head
    But it’s me who’s been making the bed
    Me who’s been making the bed

    Pull the sheets over my head
    Making the bed
    Sometimes I feel like I don’t wanna be where I am
    Countin’ all of the beautiful things I regret

    But it’s me who’s been making the bed
    Me who’s been making the bed
    Pull the sheets over my head
    Making a bed, oh-oh

    Terjemahan Lirik Lagu Making the Bed dari Olivia Rodrigo
    Yang kuinginkan, kudapatkan, aku mengupayakan mimpiku, maka itu tercapai
    Hal yang biasa kulakukan untuk bersenang-senang kini telah sirna
    Sepotong plastik lain yang bisa kubuang begitu saja
    Percakapan lain tanpa ada hal baik untuk dikatakan

    Aku sudah memikirkannya, jadi aku mengatakannya, mengambil kesempatan karena aku merasa mampu
    Sekedar hari lain yang dipenuhi kepura-puraan untuk terlihat lebih dewasa
    Momen sempurna lainnya yang tidak terasa seperti milikku
    Hal lain yang kupaksakan menjadi pertanda

    Yah, kadang-kadang aku merasa tidak ingin berada di tempat ini
    Mabuk-mabukan di sebuah klub dengan teman-teman yang bermuka dua
    Merasa jauh dengan semua orang yang paling mengenalku
    Tetapi aku yang telah memilih jalan ini

    Aku sangat lelah menjadi gadis seperti diriku yang sekarang
    Setiap hal yang kusukai telah berubah menjadi sesuatu yang kutakuti
    Dan aku menyalahkan diri sendiri di dalam pikiranku
    Tetapi aku yang telah memilih jalan ini

    Aku yang telah memilih jalan ini
    Masalahnya ada pada diriku
    Memilih jalan ini
    Dan setiap malam, aku terbangun dari mimpi yang berulang ini

    Di mana aku mengemudi melalui kota dan remnya blong
    Aku tidak bisa berhenti di lampu merah, aku tidak bisa berbelok keluar jalan
    Aku membaca di suatu tempat mimpi itu terjadi karena hidupku terasa begitu di luar kendali
    Dan aku mengatakan pada seseorang bahwa aku mencintai mereka hanya sebagai bentuk basa-basi

    Mereka mengatakan kepadaku bahwa mereka mencintaiku hanya untuk sementara waktu
    Mereka mengganti kepribadianku dan aku membiarkan hal itu terjadi
    Aku mendapatkan hal-hal yang kuinginkan, tetapi tidak seperti yang kubayangkan
    Kadang-kadang aku merasa tidak ingin berada di tempat ini

    Mabuk-mabukan di sebuah klub dengan teman-teman yang bermuka dua
    Merasa jauh dengan semua orang yang paling mengenalku
    Tetapi aku yang telah memilih jalan ini
    Aku sangat lelah menjadi gadis seperti diriku yang sekarang

    Setiap hal yang kusukai telah berubah menjadi sesuatu yang kutakuti
    Dan aku menyalahkan diri sendiri di dalam pikiranku
    Tetapi aku yang telah memilih jalan ini
    Aku yang telah memilih jalan ini

    Masalahnya ada pada diriku
    Memilih jalan ini
    Kadang-kadang aku merasa tidak ingin berada di tempat ini
    Mabuk-mabukan di sebuah klub dengan teman-teman yang bermuka dua

    Merasa jauh dengan semua orang yang paling mengenalku
    Tetapi aku yang telah memilih jalan ini
    Aku sangat lelah menjadi gadis seperti diriku yang sekarang
    Setiap hal yang kusukai telah berubah menjadi sesuatu yang kutakuti

    Dan aku menyalahkan diri sendiri di dalam pikiranku
    Tetapi aku yang telah memilih jalan ini, oh-oh

    Itulah lirik lagu Making the Bed dari Olivia Rodrigo beserta terjemahannya yang dapat Anda dengarkan di platform streaming musik favorit Anda.

  • Fakta tentang Wabah Sindrom GBS di India yang Picu Kelumpuhan

    Fakta tentang Wabah Sindrom GBS di India yang Picu Kelumpuhan

    Jakarta

    Bulan lalu, seorang guru di kota Pune, India barat, mengamati kekesalan anak laki-lakinya yang berusia enam tahun. Awalnya, dia mengira putranya stres karena pekerjaan rumah.

    “Saya menghapus kata-kata yang salah di buku tugasnya. Lalu saya minta anak saya menulis jawaban yang benar. Saya kira dia marah gara-gara ini dan itulah mengapa dia tidak memegang pensil dengan benar,” kata ibu itu kepada surat kabar Indian Express.

    Dia tidak menyangka kesulitan memegang pensil adalah tanda-tanda pertama dari Sindrom Guillain-Barre (GBS).

    Kelainan langka ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel saraf sehingga menyebabkan kelemahan otot dan kelumpuhan.

    Beberapa hari kemudian, bocah laki-laki itu berada dalam perawatan intensif. Dia tidak dapat menggerakkan lengan atau kakinya.

    Kondisinya sempat memburuk sampai-sampai kehilangan kemampuan untuk menelan dan berbicara.

    Dia juga sempat membutuhkan bantuan ventilator untuk bernapas.

    Anak itu kini dalam masa pemulihan.

    Ini hanya satu dari sekitar 160 kasus GBS yang dilaporkan sejak awal Januari di Pune.

    Kota itu merupakan pusat pendidikan dan teknologi yang dikelilingi perindustrian dan pedesaan.

    Sejauh ini, diduga sudah ada lima kematian akibat GBS. Ketika berita ini diturunkan, 48 pasien berada dalam perawatan intensif. Menurut angka resmi, ada 21 pasien yang membutuhkan ventilator, sementaraa 38 lainnya sudah dipulangkan.

    GBS dimulai dengan rasa kesemutan atau mati rasa di bagian kaki dan tangan. Setelah itu, pasien akan mengalami kelemahan otot dan kesulitan menggerakkan sendi.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Gejala kemudian memburuk selama dua hingga empat minggu, biasanya dimulai di lengan dan kaki.

    Tingkat kematian yang dilaporkan bervariasi antara 3% dan 13%, tergantung tingkat keparahan dan kualitas perawatan kesehatan.

    Wabah di Pune diduga berasal dari patogen yang disebut Campylobacter jejuni. Bakteri ini adalah penyebab utama infeksi bawaan makanan dan pendorong terbesar GBS di seluruh dunia.

    Hubungan antara patogen itu dan GBS awalnya ditemukan pada 1990-an di pedesaan China.

    Saat itu, Campylobacter jejuni umum ditemukan pada ayam. Wabah GBS terjadi setiap musim hujan saat anak-anak bermain di air yang terkontaminasi kotoran ayam atau bebek.

    Getty ImagesWabah di Pune diduga berasal dari patogen yang disebut campylobacter jejuni.

    Bukannya GBS tidak pernah terjadi di India.

    Dua ilmuwan bernama Monojit Debnath dan Madhu Nagappa, dari Institut Kesehatan Mental dan Ilmu Saraf Nasional (NIMHANS) yang berbasis di Bangalore, meneliti 150 pasien GBS selama periode lima tahun antara 2014 dan 2019.

    Temuan mereka menunjukkan 79% pasien memiliki bukti infeksi sebelumnya dan sepertiganya dinyatakan positif campylobacter.

    Infeksi ganda terjadi cukup sering yakni 65% yang menunjukkan interaksi kompleks antara bakteri dan virus.

    Baru-baru ini, wabah terkait patogen ini dilaporkan dari seluruh dunia.

    Dalam tujuh bulan pertama tahun 2023, Peru melaporkan lebih dari 200 kasus dugaan GBS yang menyebabkan setidaknya empat kematian.

    Laporan ini mendorong pemerintah untuk menyatakan darurat kesehatan nasional dan memperkuat langkah-langkah kesehatan masyarakat. Dua pertiga kasus terkait dengan campylobacter.

    Para ahli menyebut negara-negara dengan kebersihan yang baik lebih jarang melaporkan kasus GBS yang terkait dengan campylobacter dengan infeksi pernapasan sebagai kontributor utama.

    Namun, campylobacter bukanlah satu-satunya pemicu.

    Baca juga:

    Pada 2015, Brasil melaporkan kelompok kasus GBS yang terkait dengan virus Zika.

    Vaksin jarang memicu GBS, tetapi satu vaksin Covid dilaporkan terkait dengan beberapa ratus kasus GBS di Inggris pada tahun 2021.

    “Campylobacter bersifat endemik. Ratusan ribu kasus terjadi setiap saat, selalu ada di lingkungan,” kata Hugh Willison, profesor neurologi di University of Glasgow.

    Di sisi lain, para ilmuwan mengatakan sindrom GBS tidak berkembang dengan mudah.

    Terdapat strain spesifik campylobacter yang memiliki lapisan luar yang dilapisi gula.

    Pada kasus-kasus yang jarang terjadi, struktur molekulnya cocok dengan lapisan sel saraf manusia.

    Ketika sistem kekebalan pasien menyerang bakteri, saraf akhirnya juga bisa menjadi target. Proses yang disebut peniruan molekuler ini menyebabkan GBS.

    Hanya sebagian kecil strain campylobacter yang memiliki lapisan seperti saraf ini.

    “Di Pune, kemungkinan besar strain campylobacter dengan fitur molekuler ini sedang beredar, dan lonjakan infeksi dengan strain ini menyebabkan jumlah kasus GBS yang lebih tinggi,” kata Prof Willison.

    Getty ImagesPara ahli mengatakan sebagian besar kasus GBS di seluruh dunia berasal dari unggas yang kurang matang

    Sebagian besar ahli memperkirakan sekitar satu dari 100 strain campylobacter membawa risiko GBS. Satu dari 100 orang yang terinfeksi strain tersebut mengembangkan GBS.

    Jadi, risiko keseluruhannya kira-kira satu dari 10.000.

    Prof Willison menggambarkan ini sebagai “rolet Rusia imunologis” dan memicu “tsunami neurologis akut” yang menyerang sistem saraf.

    Serangan akan melemah dengan sendirinya setelah respons imun mereda. Akan tetapi, tubuh masih membutuhkan waktu, perawatan medis, dan dukungan untuk memperbaiki kerusakan.

    Permasalahannya adalah tidak ada obat untuk GBS.

    GBS terjadi ketika tubuh memproduksi antibodi terhadap campylobacter, yang kemudian menyerang saraf.

    Untuk menangani GBS, dokter menggunakan metode “pertukaran plasma” yakni menyaring darah untuk menghilangkan antibodi berbahaya.

    Baca juga:

    Selain itu, dokter juga menggunakan imunoglobulin intravena (IVIG) alias antibodi terapeutik yang berasal dari darah normal, untuk membantu mengurangi tingkat keparahan penyakit.

    Tantangan lainnya adalah tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis GBS.

    Para dokter mengatakan diagnosis GBS terutama didasarkan pada fitur klinis. Gejala GBS hadir dalam bentuk kelumpuhan yang juga dapat disebabkan polio, virus, atau penyakit neurologis langka.

    “Diagnosis GBS merupakan konstelasi fitur klinis. Sangat mungkin terjadi salah diagnosis, tidak ada diagnosis, atau diagnosis terlambat,” kata Prof Willison.

    Sistem kesehatan masyarakat India yang tidak merata juga menjadi tantangan. Dokter-dokter di pedesaan mungkin kesulitan mendiagnosis GBS.

    Tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berada di Pune telah bekerja sama dengan petugas kesehatan federal dan negara bagian India untuk melacak, menguji, dan memantau kasus, serta menganalisis tren demi menemukan pengobatan yang efektif.

    Pihak berwenang mengatakan telah memantau lebih dari 60.000 rumah. Mereka mengambil 160 sampel air untuk pengujian, dan meminta masyarakat untuk minum air rebusan dan makan makanan segar serta bersih.

    Masyarakat juga diminta untuk tidak mengonsumsi “makanan basi dan ayam atau daging kambing yang dimasak setengah matang”.

    Para ahli mengatakan sebagian besar kasus GBS di seluruh dunia berasal dari unggas yang kurang matang. Namun, penyakit ini juga dapat menyebar melalui air, seperti halnya kolera atau salmonella.

    Air yang terkontaminasi dan digunakan untuk mencuci atau menyiapkan jajanan kaki lima memudahkan penyebaran bakteri.

    Fenomena ini jelas-jelas terjadi di Pune: strain campylobacter dengan fitur molekuler khas sedang beredar dan berdampak ke banyak orang.

    Belum dapat dipastikan apakah wabah ini disebabkan oleh kontaminasi skala besar pasokan air atau konsumsi unggas yang terinfeksi.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak panik,” ujar departemen kesehatan.

    Di tengah ketidakpastian, imbauan lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pakar: Penyuluhan perlu terus dilakukan agar warga sadar kesehatan

    Pakar: Penyuluhan perlu terus dilakukan agar warga sadar kesehatan

    Kalau mobil atau motor saja dipelihara dan setiap sekian ribu kilo meter di cek ke bengkel maka apalagi tubuh kita sendiri

    Jakarta (ANTARA) – Pakar kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama berpendapat penyuluhan kesehatan pada warga perlu terus menerus dilakukan agar menyadari kesehatan merupakan aset yang amat berharga.

    “Kalau mobil atau motor saja dipelihara dan setiap sekian ribu kilo meter di cek ke bengkel maka apalagi tubuh kita sendiri,” ujar Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 itu melalui pesan teksnya, Senin, terkait peran penyuluh kesehatan dalam mengedukasi pola hidup sehat di masyarakat.

    Dokter, kata Tjandra, harus mampu meyakinkan masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat.

    Anjuran pola hidup sehat Inilah yang menjadi semangat dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari pemerintah dan resmi dilaksanakan secara nasional pada hari ini.

    “Anjuran pola hidup sehat harus mampu diyakinkan oleh dokter sesudah selesai pemeriksaan kesehatan gratis,” ujar Tjandra.

    Lebih lanjut terkait cek kesehatan gratis, dia mengusulkan agar dokter menjelaskan hasil tes pada warga yang diperiksa. Ini karena anjuran atau rekomendasi kesehatan yang diberikan akan tergantung dari hasil tes kesehatan masing-masing orang, sangat spesifik.

    “Kalau anjurannya adalah periksa lebih rinci (laboratorium dan lainnya) maka perlu ada kemudahan birokrasinya, bagaimana prosesnya,” kata dia.

    Tjandra menambahkan program CKG berkala perlu menjadi satu paket yang lengkap termasuk tindak lanjutnya, sehingga benar-benar bermanfaat bagi kesehatan warga bangsa.

    Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan telah menyiapkan 44 puskesmas yang ada di tiap kecamatan serta nantinya 292 puskesmas pembantu untuk program CKG.

    Menurut Pemprov DKI, program ini bersifat skrining, tak termasuk pengobatan dan tindakan bila nantinya ditemukan penyakit.

    Adapun pengobatan dan tindakan, nantinya menggunakan mekanisme terpisah baik di puskesmas maupun rumah sakit.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • 5 Tanda Diabetes yang Bisa Muncul di Tangan dan Kaki, Kerap Kali Tak Disadari

    5 Tanda Diabetes yang Bisa Muncul di Tangan dan Kaki, Kerap Kali Tak Disadari

    Jakarta

    Diabetes menjadi salah satu penyakit kronis yang harus diwaspadai. Pasalnya, diabetes yang tak diobati dapat memicu komplikasi kesehatan yang serius seperti infeksi bakteri berulang, penyembuhan luka yang lambat, hingga kematian jaringan.

    Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 4 persen orang dewasa (di atas 18 tahun) hidup dengan diabetes.

    Dikutip dari Times of India, diabetes sendiri biasanya ditandai dengan beberapa perubahan yang terjadi di tubuh. Termasuk pada tangan dan kaki, yang bagi sebagian orang jarang disadari. Berikut adalah tanda-tanda penyakit diabetes yang bisa muncul di tangan dan kaki.

    1. Kulit Kering dan Pecah-pecah

    Salah satu tanda umum yang bisa menjadi indikasi penyakit diabetes adalah kulit kering dan pecah-pecah. Kondisi ini umumnya terjadi di tumit kaki dan jari tangan. Hal ini disebabkan oleh dehidrasi terkait diabetes.

    2. Sering Kesemutan

    Neuropati perifer, yakni jenis kerusakan saraf di ekstremitas menjadi salah satu tanda gula darah dalam tubuh tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki.

    3. Saraf Lebih Sensitif

    Gula darah yang tinggi membuat saraf-saraf di tangan dan kaki menjadi lebih sensitif akan sentuhan. Hal ini membuat pengidap mungkin merasa tidak nyaman ketika melakukan kegiatan sehari-hari seperti menggunakan sepatu atau mengetik.

    4. Rentan Infeksi

    Mereka dengan gula darah yang tinggi lebih rentan terhadap infeksi kulit, terutama di tangan dan kaki. Luka kecil, goresan, dan lepuh mungkin akan sembuh lebih lama dari biasanya, sehingga rentan terkena infeksi.

    5. Kapalan

    Kapalan pada kaki juga bisa menjadi salah satu tanda penyakit diabetes. Gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan kulit menebal dan mengeras karena tubuh berusaha untuk melindungi diri.

    (dpy/suc)