NGO: WHO

  • Pramono Wacanakan Penyaluran KJMU Bisa Sampai S3, PSI Sebut itu Urusan Pemerintah Pusat

    Pramono Wacanakan Penyaluran KJMU Bisa Sampai S3, PSI Sebut itu Urusan Pemerintah Pusat

    JAKARTA – Anggota Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta Justin Adrian mengkritik rencana Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang ingin menyalurkan bantuan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) kepada mahasiswa hingga S3.

    Justin menilai bahwa beasiswa atau bantuan pendidikan yang diberikan untuk jenjang S2 dan S3 semestinya menjadi urusan pemerintah pusat.

    “Sedangkan untuk beasiswa S2 dan S3, sebaiknya kita serahkan kepada pemerintah pusat, agar bisa berbagi program dan tanggung jawab secara proporsional,” kata Justin dalam keterangannya, Selasa, 29 April.

    Justin menekankan, Pemprov DKI cukup memperluas bantuan kepada mahasiswa di jenjang S1 dan tak perlu sampai S3. Perluasan KJMU bisa dilakukan khususnya jurusan-jurusan yang strategis seperti kedokteran.

    Menurutnya, biaya yang tinggi untuk masuk sekolah kedokteran ini menyulitkan pemerintah dan swasta untuk memenuhi kebutuhan terhadap dokter-dokter baru dalam rangka mengisi kekurangan di seantero negeri.

    “Menurut standar WHO, jumlah dokter yang ideal itu 1:1000. Sedangkan, perbandingannya di Indonesia pada tahun 2020 lalu adalah 0,4:1000. Artinya, ada kurang dari 1 dokter bagi 1000 orang yang sakit di tanah air,” urai Justin.

    Selain kedokteran, jurusan strategis lain yang mahasiswanya memerlukan bantuan menurut Justin adalah ilmu komputer dan teknik, melihat perkembangan industri saat ini.

    “Menurut saya, berencana tidak perlu terlalu tinggi sampai S3. Melainkan, pemberian KJMU harus bersifat strategis agar sejalan dengan kebutuhan sosial dan perkembangan industri yang ada, supaya penggunaan uang pajak dari rakyat dapat memberikan dampak signifikan secara maksimal,” ucap Justin.

    Sebelumnya, Pramono mengungkap Pemprov DKI akan memperluas batas jenjang pendidikan dalam penyaluran KJMU hingga S3.

    “Untuk KJMU, yang dulu hanya S1, saya bilang enggak. Harus S1, S2, bahkan sampai S3. Selama IPK-nya baik, diberi jaminan untuk bisa sekolah sampai dengan S3,” ucap Pramono, Minggu, 27 April.

    KJMU untuk mahasiswa hingga jenjang S3 ini, menurut Pramono, bisa membawa harapan mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.

    “Kalau S1, maka banyak yang kemudian setelah S1 masih belum bisa langsung bekerja. Saya meyakini kalau sudah bisa sampai dengan S3, berarti secara akademis sudah paling mentok, biasanya bisa diterima di mana-mana dan bisa memotong jalur ketidakberuntungan keluarganya,” tandasnya.

  • Lirik Hands Up MEOVV, Lengkap dengan Terjemahan Indonesia

    Lirik Hands Up MEOVV, Lengkap dengan Terjemahan Indonesia

    TRIBUNJATENG.COM – Girlgprup Meovv merilis lagu baru berjudul Hands Up untuk comeback mereka.

    Lagu ini menjadi single pra-rilis untuk album perdana mereka bertajuk My Eyes Open Wide yang akan rilis pada 12 Mei mendatang.

    Berikut ini lirik dan terjemahan lagu Hand Up.

    [Refrain: Ella, Gawon, Anna]
    I gillo galge we gotta
    See above okay
    We back on track
    Imi baekbeonjjae nareul dead it
    Tteugeoun haetbitcheoreom lit it
    Samadhi, we burn again

    [Verse 1: Narin, Sooin]
    Ne wireul bwa, you can’t deny
    Makim eopji, deo mutjima
    Do what you please, geochimeopge
    Don’t cross the li-li-li-li-li-li-li-li-li-line

    [Pre-Chorus: Ella, Anna, Gawon]
    One, two, three, set it off
    Try and catch up, supyeong neomeoro
    Nopi yong soseum chyeo
    Mabeopgateun purr
    Irae jeorae haedo neon
    ‘Bout it, ’bout that, no, you not
    So what we gonna do?
    I see you, look at me now

    [Chorus: Narin, Ella, Sooin, Gawon]
    Hands up
    Crack the sky open, put your hands up
    Break the sky, let the water fall
    Son wiro dabeul mollado
    Throw it up, what you wanna do?
    Hands up
    Crack the sky open, put your hands up
    Break the sky, let the water fall
    Son wiro dabeul mollado
    Throw it up, what you wanna do?

    [Refrain: Anna, Gawon, Ella]
    I gillo galge we gotta
    See above okay
    We back on track
    Imi baekbeonjjae nareul dead it
    Tteugeoun haetbitcheoreom lit it
    Samadhi, we burn again

    [Verse 2: Narin, Gawon, Ella]
    Provocation ain’t nothing new to me
    Hwidulleo bwa ne nokseun sword
    Jiltu gadeukan admiration
    Self-affirmation, yet still unsure
    Beonjjeok tteuilgeoya du nuni
    Me and my girls you dealin’ with
    So arittaun killin’, janinhan willin’
    Hands up, who the real villain?

    [Pre-Chorus: Sooin, Anna, Narin]
    Nae anui bulssideul won’t let it die
    Kkeojijin ankesseo, I will survive
    Irae jeorae haedo neon
    ‘Bout it, ’bout that, no, you not
    So what we gonna do?
    I see you, look at me now

    [Chorus: Ella, Anna, Gawon]
    Hands up
    Crack the sky open, put your hands up
    Break the sky, let the water fall
    Son wiro dabeul mollado
    Throw it up, what you wanna do?
    Hands up
    Crack the sky open, put your hands up
    Break the sky, let the water fall
    Son wiro dabeul mollado
    Throw it up, what you wanna do?

    [Bridge: Gawon, Sooin, Narin]
    Bultaneun maeum da taewobwa
    Eochapi tto pieonal tenikka
    Ije dasi geoseulleo wiro araero
    Da dwijibeo
    Let that drum go, rum-pu-pu-pum

    [Outro: Narin, Anna]
    Hands up, up, up, up, up, up, up, up, up
    Crack the sky open, put your hands up
    Up, up, up, up, up, up, up, up
    Crack the sky open, put your hands up
    Crack the sky open, put your hands up
    Break the sky open, put your hands up

    Terjemahan:

    [Refrain: Ella, Gawon, Anna]
    Aku menuju ke arah ini, kita harus
    Lihat di atas, oke
    Kita kembali ke jalur yang benar
    Sudah keseratus kalinya aku melakukannya
    Seperti matahari yang panas menyinarinya
    Samadhi, kita terbakar lagi

    [Verse 1: Narin, Sooin]
    Lihat ke atas, kau tak bisa menyangkal
    Tak ada yang menghalangiku, jangan tanya lagi
    Lakukan apa yang kau mau, tak ada yang menahan
    Jangan melewati batas li-li-li-li-li-li-li-li-li-li

    [Pre-Chorus: Ella, Anna, Gawon]
    Satu, dua, tiga, mulai
    Coba kejar, di balik cakrawala
    Terbang tinggi seperti naga
    Itu dengkuran ajaib kita
    Coba lakukan ini dan itu, tapi kau
    Tentang itu, tentang itu, tidak, bukan itu
    Jadi, apa yang akan kita lakukan? Aku melihatmu, lihat aku sekarang

    [Chorus: Narin, Ella, Sooin, Gawon]
    Angkat tangan
    Pecahkan langit, angkat tanganmu
    Pecahkan langit, biarkan air jatuh
    Angkat tangan tinggi, bahkan tanpa jawaban
    Lemparkan ke atas, apa yang ingin kau lakukan?
    Angkat tangan
    Pecahkan langit, angkat tanganmu
    Pecahkan langit, biarkan air jatuh
    Angkat tangan tinggi, bahkan tanpa jawaban
    Lemparkan ke atas, apa yang ingin kau lakukan?

    [Refrain: Anna, Gawon, Ella]
    Aku menuju ke arah ini, kita harus
    Lihat di atas oke
    Kita kembali ke jalur yang benar
    Sudah keseratus kalinya aku mematikannya
    Seperti matahari yang panas menyinarinya
    Samadhi, kita terbakar lagi

    [Verse 2: Narin, Gawon, Ella]
    Provokasi bukanlah hal baru bagiku
    Coba ayunkan pedang berkaratmu
    Semua tentang kekaguman yang cemburu
    Penegasan diri, namun masih tidak yakin
    Matamu akan terbuka lebar
    Aku dan gadis-gadisku yang kau hadapi
    Begitu indah membunuh dengan kejam
    Angkat tangan, siapa penjahat sebenarnya?

    [Pre-Chorus: Sooin, Anna, Narin]
    Api dalam diriku, aku tidak akan membiarkannya padam
    Tidak akan membiarkannya padam, aku akan bertahan
    Bahkan jika kau mencoba melakukan ini dan itu
    Tentang itu, tentang itu, tidak, tidak
    Jadi apa yang akan kita lakukan?
    Aku melihatmu, lihat aku sekarang

    [Chorus: Ella, Anna, Gawon]
    Angkat tangan
    Pecahkan langit, angkat tanganmu
    Pecahkan langit, biarkan air jatuh
    Angkat tangan tinggi, meski tak ada jawaban
    Lemparkan, apa yang ingin kau lakukan?
    Angkat tangan
    Pecahkan langit, angkat tanganmu
    Pecahkan langit, biarkan air jatuh
    Angkat tangan tinggi, meski tak ada jawaban
    Lemparkan, apa yang ingin kau lakukan?

    [Bridge: Gawon, Sooin, Narin]
    Bakar semua hati yang berapi-api itu
    Karena aku akan mekar juga
    Sekarang mari kita kembali, ke atas dan ke bawah
    Balikkan semuanya
    Biarkan drum itu berbunyi, rum-pu-pu-pum

    [Outro: Narin, Anna]
    Angkat tangan, ke atas, ke atas, ke atas, ke atas, ke atas, ke atas, ke atas
    Buka langit, angkat tanganmu
    Naik, ke atas, ke atas, ke atas, ke atas, ke atas, ke atas
    Buka langit, angkat tanganmu
    Buka langit, angkat tanganmu

  • Deteksi Dini Kesehatan Makin Mudah, Pemeriksaan Sehari Selesai Jadi Pilihan – Halaman all

    Deteksi Dini Kesehatan Makin Mudah, Pemeriksaan Sehari Selesai Jadi Pilihan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Di tengah ritme hidup modern yang serba cepat, kesehatan sering kali menjadi prioritas yang tertunda. 

    Kesibukan harian, tuntutan pekerjaan, dan berbagai aktivitas lain kerap membuat banyak orang baru memperhatikan kesehatannya setelah gejala penyakit mulai terasa.

    Padahal, deteksi dini memainkan peran penting dalam mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan jantung — yang hingga kini masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia dan dunia.

    “Dalam keseharian, waktu sering menjadi kendala untuk melakukan medical check-up. Padahal, pemeriksaan rutin sangat penting, terutama di usia produktif,” ujar dr. Vincentius Agung Kristiawan, M.Kes, PIC CEO RS Premier Jatinegara saat peluncuran layanan terbaru MCU Same Day Result di Jakarta belum lama ini.

    Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa hanya sekitar 65,7 persen masyarakat Indonesia yang pernah menjalani pemeriksaan medis rutin. 

    Sementara itu, lebih dari 60?lum pernah memeriksa kadar gula darah atau kolesterol mereka — dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jangka panjang.

    Kondisi ini memperlihatkan masih adanya tantangan dalam membangun kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan preventif. 

    Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 60% kematian global disebabkan oleh penyakit tidak menular, banyak di antaranya yang bisa dicegah atau dikelola dengan lebih baik bila dideteksi lebih awal.

    Memahami kebutuhan masyarakat yang serba dinamis, layanan pemeriksaan kesehatan dengan hasil di hari yang sama kini mulai diperkenalkan di sejumlah rumah sakit, termasuk melalui Paket Good to Health di RS Premier Jatinegara. 

    Dengan konsep “same day result”, pemeriksaan dapat diselesaikan secara praktis tanpa harus menunggu hasil berhari-hari.

    Namun, dr. Vincentius menekankan bahwa kecepatan bukanlah satu-satunya prioritas. 

    “Same Day Result bukan hanya tentang kecepatan, tapi juga menjaga ketelitian dan akurasi melalui proses pemeriksaan yang mengikuti standar medis yang ketat. Tujuannya agar pasien tetap merasa aman dan mendapatkan hasil yang valid,” jelasnya.
    Lebih dari sekadar menawarkan kemudahan, pendekatan ini mengangkat pesan penting: pemeriksaan rutin adalah bentuk perhatian diri yang berdampak jangka panjang.

    “Menunda pemeriksaan sering kali berarti menunda pengelolaan penyakit. Mengenali kondisi tubuh lebih awal memberi kita peluang lebih besar untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup,” tutur dr. Vincentius.

    Dengan berbagai inovasi layanan kesehatan yang makin adaptif terhadap kebutuhan zaman, menjaga kesehatan kini tidak lagi harus berbenturan dengan kesibukan. 

    Justru di tengah mobilitas yang tinggi, mengambil waktu untuk melakukan medical check-up menjadi langkah sederhana namun krusial untuk memastikan masa depan yang lebih sehat.

  • Kiamat Makin Cepat, Tandanya Terlihat dari Nasi dan Susu

    Kiamat Makin Cepat, Tandanya Terlihat dari Nasi dan Susu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemanasan global yang menjadi tanda ‘kiamat’ di Bumi membawa petaka baru bagi umat manusia. Suhu Bumi yang kian panas membuat bakteri dan kuman lebih mudah terkontaminasi ke makanan.

    Salah satu korbannya adalah Sumitra Sutar, 75 tahun, yang tinggal di desa Haroli, Maharashtra, India.

    Selama lebih dari 5 dekade, Sutar kerap mengonsumsi sisa nasi dan kari lentil sebagai makanan pokoknya. Namun, tiba-tiba makanan rutinnya itu membuat tubuh Sutar bereaksi berbeda.

    Sekitar 5 tahun lalu, Sutar muntah-muntah setidaknya 15 kali sehari usai mengonsumsi makanan rutinnya tersebut. Akhirnya, ia mengetahui penyebabnya adalah bakteri bawaan makanan yang menghasilkan racun berbahaya.

    Racun itu menyebabkan muntah, radang mata, hingga infeksi saluran pernapasan, dikutip dari LiveScience, Senin (28/4/2025).

    Pemanasan global telah membuat patogen jenis Bacillus cereus lebih mudah tumbuh dalam makanan yang disimpan setelah dimasak. Sebuah penelitian menemukan bahwa memasak nasi di rumah tidak cukup untuk menonaktifkan sporanya.

    Peneliti dan pekerja kesehatan memberikan peringatan soal fenomena ini. Suplai makanan disebut lebih rentan terhadap pembusukan yang lebih parah akibat panas ekstrem yang lebih sering, banjir, dan kekeringan.

    Hal ini meningkatkan risiko kontaminasi dan wabah penyakit bawaan dari makanan. Menurut para ahli, panas ekstrem dapat mempercepat pembusukan makanan karena memungkinkan bakteri berkembang biak lebih ganas.

    Meningkatnya air akibat banjir besar dapat mencemari tanaman dengan limbah. Sementara itu, kelembapan yang lebih tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri salmonella pada selada dan produk lain yang dimakan mentah.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 600 juta orang jatuh sakit setiap tahun akibat penyakit bawaan makanan, yang menyebabkan 420.000 kematian.

    Anak-anak di bawah usia 5 tahun berada pada risiko yang sangat tinggi, dan setiap tahun 125.000 anak kehilangan nyawa mereka karena penyakit yang sebagian besar dapat dicegah tersebut.

    Banyak faktor yang memperkuat masalah ini, misalnya praktik pertanian dan rantai pasokan pangan global yang tidak ramah lingkungan.

    Sebuah studi tinjauan yang diterbitkan dalam eBiomedicine tahun ini menemukan bahwa untuk setiap kenaikan suhu 1,8 F (1 C), ancaman salmonella non-tifoid dan campylobacter meningkat 5%. Bakteri tersebut menyebabkan orang sakit, biasanya melalui keracunan makanan.

    Markas Bakteri

    Desa tempat tinggal Sutar melaporkan kenaikan temperatur yang signifikan dalam satu dekade terakhir. Musim panas di desa tersebut bisa mencapai 43 derajat Celcius.

    Penduduk di wilayah tersebut dan sekitarnya melaporkan peningkatan sakit akibat keracunan makanan, menurut pekerja medis setempat, Padmashri Sutar.

    “Peningkatan temperatur mendorong pertumbuhan bakteri seperti listeria, campylobacter, dan salmonella di makanan-makanan seperti daging, produk susu, dan seafood,” kata Ahmed Hamad, dosen di Benha University, Mesir.

    Sebuah studi di Meksiko Barat Laut melihat bagaimana faktor lingkungan memengaruhi penyebaran spesies salmonella yang memicu beragam penyakit dari makanan.

    Penelitian lainnya yang dirilis di Applied and Environmental Microbiology pada tahun ini menemukan perubahan iklim akan meningkatkan risiko penyakit dari makanan yang disebabkan salmonella. Bakteri ini telah berdampak pada 1,2 juta orang di AS setiap tahunnya.

    “Selama gelombang panas, level patogen mikroorganisme di produk-produk makanan bisa meningkatkan risiko penyakit,” tertulis dalam laporan tersebut.

    Bersamaan dengan gelombang panas, banjir bisa menyebabkan limpahan kotoran ternak dari penggembalaan hewan yang berdekatan dengan lahan pertanian, sehingga mencemari hasil pertanian, termasuk sayur-sayuran yang biasanya dikonsumsi mentah.

    “Memasak makanan dengan suhu 70 derajat Celcius selama setidaknya 2 menit bisa menghancurkan patogen yang menempel di permukaan makanan,” kata Martin Richter, kepala unit keamanan makanan di German Federal Institute for Risk Assessment.

    Kesalahpahaman Masyarakat

    Pakar mengatakan perlu edukasi yang lebih mendalam bagi masyarakat terkait bahaya perubahan iklim dalam meningkatkan penyakit dari makanan.

    “Banyak orang menilai perubahan iklim semata-mata sebagai isu lingkungan, tanpa melihat efeknya ke kesehatan publik, termasuk peningkatan risiko penyakit dari makanan,” kata Hamad.

    Hamad mengatakan ada kesalahpahaman di masyakarat bahwa cuaca dingin bisa membunuh patogen. Padahal, ia menegaskan beberapa bakteri seperti listeria tetap dapat tumbuh pada temperatur dingin. Hal ini memicu risiko pada perubahan iklim yang membuat cuaca dingin.

    Padmashri yang merupakan pekerja medis di desa Haroli mengatakan penduduk setempat kerap menginterupsi ketika ia menjelaskan tentang alasan di balik meningkatkan penyakit dari makanan.

    Penduduk setempat memiliki persepsi bahwa penyakit dari makanan semata-mata disebabkan penanganan yang buruk. Ia harus bersabar dalam menjelaskan bahwa perubahan iklim menjadi faktor utama munculnya penyakit dari makanan.

    “Orang-orang tak mau menerima bahwa perubahan iklim menyebabkan penyakit dari makanan,” kata dia.

    Ia mengatakan penduduk di desanya tidak mau peduli terkait isu perubahan iklim dan dampaknya, meski sudah dirasakan langsung.

    (fab/fab)

  • Dianggap Membahayakan Kesehatan WHO Minta Praktik Sunat Perempuan Dihentikan – Halaman all

    Dianggap Membahayakan Kesehatan WHO Minta Praktik Sunat Perempuan Dihentikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut perlu langkah mendesak untuk membendung meningkatnya langkah medis berupa female genital mutilation (FGM) atau sunat pada perempuan. Di beberapa belahan dunia, bukti menunjukkan praktik tersebut kini semakin banyak dilakukan oleh petugas kesehatan.

    Hingga tahun 2020, diperkirakan ada 52 juta anak perempuan dan perempuan dewasa menjadi korban FGM di tangan petugas kesehatan, sekitar 1 dari 4 kasus.

    Pedoman WHO baru berjudul ‘Pencegahan Mutilasi Alat Kelamin Perempuan dan Manajemen Klinis Komplikasi’ memberikan rekomendasi untuk mencegah praktik tersebut dan memastikan perawatan berbasis bukti bagi para penyintas. Mencakup tindakan untuk sektor kesehatan, pemerintah, dan masyarakat yang terkena dampak.

    “Mutilasi alat kelamin perempuan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak perempuan dan sangat membahayakan kesehatan mereka,” kata Direktur Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Penelitian WHO, dan Program Khusus PBB untuk Reproduksi Manusia (HRP), Dr Pascale Allotey, dilansir dari website resmi, Senin (28/4/2025).

    “Sektor kesehatan memiliki peran penting dalam mencegah FGM petugas kesehatan harus menjadi agen perubahan dan bukan pelaku praktik berbahaya ini. Dan juga harus menyediakan perawatan medis berkualitas tinggi bagi mereka yang menderita dampaknya,” lanjutnya.

    FGM yang biasanya dilakukan pada gadis-gadis muda sebelum mereka mencapai pubertas mencakup semua prosedur yang membuang atau melukai bagian-bagian alat kelamin perempuan untuk alasan non-medis.

    Bukti menunjukkan bahwa siapapun yang melakukannya, FGM tetap dapat menimbulkan bahaya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa FGM bahkan dapat lebih berbahaya jika dilakukan oleh petugas kesehatan, karena dapat mengakibatkan luka yang lebih dalam dan lebih parah.

    Karena alasan ini, pedoman baru WHO merekomendasikan kode etik profesi yang secara tegas melarang petugas kesehatan melakukan FGM.

    Selanjutnya, mengakui peran mereka yang terhormat dalam masyarakat, pedoman ini menekankan perlunya melibatkan dan melatih petugas kesehatan secara positif untuk pencegahan. Pendekatan komunikasi yang sensitif dapat membantu petugas kesehatan secara efektif menolak permintaan untuk melakukan FGM, sekaligus memberi tahu masyarakat tentang risiko serius yang ditimbulkannya, baik langsung maupun jangka panjang.

    “Penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan dapat menjadi pemimpin opini yang berpengaruh dalam mengubah sikap terhadap FGM, dan memainkan peran penting dalam pencegahannya,” kata Christina Pallitto, Ilmuwan di WHO dan HRP yang memimpin pengembangan pedoman baru tersebut.

    “Melibatkan dokter, perawat, dan bidan harus menjadi elemen kunci dalam pencegahan dan penanggulangan FGM. Karena negara-negara berupaya untuk mengakhiri praktik tersebut dan melindungi kesehatan perempuan dan anak perempuan,” tambah Christina.

    Selain undang-undang dan kebijakan yang efektif, pedoman tersebut menyoroti perlunya pendidikan dan informasi masyarakat.  Kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat yang melibatkan laki-laki dan anak laki-laki dapat efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang FGM, mempromosikan hak-hak anak perempuan, dan mendukung perubahan sikap.

    Selain pencegahan, pedoman tersebut mencakup beberapa rekomendasi klinis untuk membantu memastikan akses ke perawatan medis berkualitas tinggi yang berempati bagi penyintas FGM.

    Mengingat luasnya masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang diakibatkan oleh praktik tersebut, penyintas mungkin memerlukan berbagai layanan kesehatan pada berbagai tahap kehidupan. Mulai dari perawatan kesehatan mental hingga pengelolaan risiko obstetrik dan jika sesuai, perbaikan bedah.

    Bukti menunjukkan bahwa dengan komitmen dan dukungan yang tepat, FGM dapat dihentikan.

  • Waspada! HPV Bukan Hanya Ancaman untuk Perempuan, Pria Juga Berisiko Tinggi – Halaman all

    Waspada! HPV Bukan Hanya Ancaman untuk Perempuan, Pria Juga Berisiko Tinggi – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Selama ini, Human papillomavirus (HPV) lebih dikenal sebagai ancaman kesehatan bagi perempuan. 

    Namun, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, FRSPH, FINASIM, mengingatkan bahwa pria pun memiliki risiko tinggi terhadap virus ini.

    “Infeksi HPV tidak hanya terjadi pada perempuan. Satu dari empat laki-laki bisa terpapar virus ini. Selain kanker serviks, HPV juga bisa menyebabkan kutil kelamin, kanker tenggorokan, hingga kanker penis,” kata dr. Dirga saat ditemui di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

    Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, HPV bertanggung jawab atas sekitar 620.000 kasus kanker pada perempuan dan 70.000 kasus pada laki-laki di seluruh dunia.

    Di Indonesia sendiri, kanker serviks menempati posisi kedua sebagai jenis kanker terbanyak pada perempuan. 

    Hampir seluruh kasus ini, sekitar 99 persen berkaitan erat dengan infeksi HPV.

    Meski demikian, dr. Dirga menekankan infeksi HPV dapat dicegah melalui vaksinasi. 

    “Vaksinasi memungkinkan tubuh membentuk kekebalan tanpa harus terinfeksi virus lebih dulu. Ini prinsip kerja vaksin yang sangat penting untuk pencegahan,” jelasnya.

    Cinta Laura saat melakukan suntik HPV di talkshow ‘Perempuan Aktif dan Mandiri Tanpa Kanker Serviks’ di pameran foto #IamTrulyWoman di Plaza Indonesia, Rabu (13/3/2019). (Tribunnews.com/Apfia Tioconny Billy)

    Ia menambahkan, negara-negara dengan cakupan vaksinasi HPV yang tinggi seperti Inggris, Australia, dan Swedia, telah berhasil menurunkan angka infeksi dan kasus kanker yang berkaitan dengan HPV secara signifikan.

    “Sejak diperkenalkan secara luas pada 2006, lebih dari 1,2 miliar dosis vaksin HPV telah digunakan di lebih dari 140 negara, dan hingga kini tidak ditemukan masalah keamanan serius,” imbuhnya.

    Vaksinasi HPV disarankan untuk semua orang, baik anak-anak maupun dewasa. 

    Dr. Dirga merekomendasikan vaksin ini untuk perempuan usia 9 hingga 45 tahun dan laki-laki usia 9 hingga 26 tahun.

    Sebagai bagian dari strategi nasional untuk mengurangi beban kanker serviks, pemerintah Indonesia juga telah menjalankan Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim. 

    Program ini meliputi skrining dini, pemberian imunisasi HPV, pengobatan lesi

  • Remaja Indonesia Rentan Obesitas & Diabetes, Saatnya Terapkan Pola Makan Bergizi Seimbang Sejak Dini – Halaman all

    Remaja Indonesia Rentan Obesitas & Diabetes, Saatnya Terapkan Pola Makan Bergizi Seimbang Sejak Dini – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

     

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) terus mendorong remaja di Indonesia agar mengadopsi gaya hidup sejak dini seperti menerapkan pola makan bergizi seimbang.

     

    Dinas Kesehatan Kota Samarinda dengan dukungan Kemenkes dan World Food Programme (WFP) menghadirkan acara Roadshow Si Paling Megang pada Sabtu (26/4) di GOR 27 September Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

    Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kemenkes RI dr. Elvieda Sariwati, M.Epid mengatakan, program ini merupakan salah satu langkah strategis dalam merespons meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular di kalangan remaja, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.

    Fenomena ini banyak dipicu oleh pola konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak, serta minimnya aktivitas fisik dalam keseharian mereka.

     

    “Harapannya mendorong perubahan perilaku yang lebih sehat, dengan cara yang relevan, menyenangkan, dan dekat dengan dunia remaja masa kini,” tutur dr Elvieda yang ditulis di Jakarta.

    Hadir sekitar 150 remaja dalam kegiatan yang dikemas dalam kegiatan yang menyenangkan seperti kuis dan permainan mencari harta karun.

     

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda dr. H. Ismid Kusasi menuturkan, saat ini penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke di Kalimantan Timur menempati peringkat ketiga tertinggi di Indonesia.

     

    “Kami melihat peranan penting acara seperti ini untuk menginspirasi remaja di Kalimantan Timur, terutama Samarinda untuk mengadopsi gaya hidup sehat sejak dini,” ujar dia di Jakarta.

     

    Roadshow ini merupakan bagian dari kampanye Si Paling Megang (Menyala dengan Gerak dan Gizi Seimbang), sebuah inisiatif nasional untuk mendukung gaya hidup sehat serta gizi seimbang melalui konten media sosial, lokakarya daring, dan aktivitas interaktif secara luring.

     

    Peserta didorong untuk mencatat asupan makanan dan aktivitas fisik mereka melalui aplikasi Si Paling Megang. Pencatatan ini diharapkan dapat membantu para peserta untuk menyadari terkait pola makan dan aktivitas harian mereka.

     

    Country Director World Food Programme Indonesia menambahkan, kegiatan ini menegaskan kembali dukungan perubahan perilaku di kalangan remaja dan anak muda sangat penting.

     

    “Gerakan ini menjadi bagian pemerintah menuju Indonesia Emas 2045, kesehatan dan kesejahteraan generasi muda menjadi fondasi utama dalam membangun masyarakat yang kuat dan sehat,” ujar Jennifer Rosenzweig.

     

    Melalui pendekatan yang inklusif dan adaptif, kegiatan dapat direplikasi di wilayah lain. Anak muda merupakan fondasi masa depan. Memastikan kesehatan dan kesejahteraan mereka saat ini merupakan langkah penting untuk membangun generasi yang lebih kuat dan tangguh.

     

    Merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menghimpun jumlah kematian berdasarkan penyebabnya pada Januari 2017 hingga 2020/2022, kematian terbanyak berasal dari sakit karena penyakit tidak menular, dengan 7,03 juta kasus.

     

    Data WHO menunjukkan terdapat 10 penyakit sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia, diantaranya stroke 131,8, jantung iskemik 95,68, Diabetes 40,78 kasus kematian per 100 ribu penduduk.

     

  • Pasien Gagal Ginjal di Gaza Terancam Meninggal karena Sulit Cuci Darah

    Pasien Gagal Ginjal di Gaza Terancam Meninggal karena Sulit Cuci Darah

    Jakarta

    Dua kali seminggu, kursi roda Mohamed Attiya berderak di jalanan Gaza yang rusak agar ia dapat mengunjungi mesin yang membuatnya tetap hidup.

    Pria berusia 54 tahun itu melakukan perjalanan dari tempat penampungan sementara di sebelah barat Kota Gaza ke Rumah Sakit Shifa di utara kota. Di sana, ia menjalani dialisis untuk gagal ginjal yang didiagnosisnya hampir 15 tahun lalu. Namun, perawatan yang terbatas karena kerusakan akibat perang dan kurangnya persediaan tidak cukup untuk membuang semua produk limbah dari darahnya.

    “Itu hanya menghidupkan Anda kembali dari kematian,” kata ayah enam anak itu kepada APNews.

    Banyak pasien gagal ginjal lain seperti dia yang tidak berhasil. Mereka adalah beberapa korban tewas akibat perang di Gaza yang lebih tenang, tanpa ledakan, tanpa puing-puing. Namun, jumlah korbannya sangat mengejutkan: Lebih dari 400 pasien, yang mewakili sekitar 40 persen dari semua kasus dialisis di wilayah Gaza, meninggal selama konflik dalam 18 bulan karena kurangnya perawatan yang tepat untuk menangani penyakitnya.

    Angka itu termasuk 11 pasien yang telah meninggal sejak awal Maret, ketika Israel memblokade bantuan termasuk makanan, pasokan medis, dan bahan bakar. Pejabat Israel mengatakan tujuannya adalah untuk menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera setelah Israel mengakhiri gencatan senjata mereka.

    Hingga baru-baru ini, Attiya berjalan kaki ke rumah sakit untuk menjalani dialisis. Namun, ia mengatakan perawatan yang terbatas, dan melonjaknya harga air mineral yang seharusnya ia minum, telah membuatnya harus duduk di kursi roda.

    Sistem kesehatan yang hancur karena perang

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan enam dari tujuh pusat dialisis di Gaza telah hancur selama perang. Wilayah itu memiliki 182 mesin dialisis sebelum genosida terjadi dan sekarang hanya memiliki 102. Dua puluh tujuh di antaranya berada di Gaza utara, tempat ratusan ribu orang bergegas pulang selama gencatan senjata selama dua bulan.

    “Kekurangan peralatan ini diperburuk oleh nolnya persediaan obat ginjal,” kata WHO.

    Di Rumah Sakit Shifa, kepala departemen nefrologi dan dialisis, Dr. Ghazi al-Yazigi, mengatakan sedikitnya 417 pasien gagal ginjal meninggal di Gaza selama perang karena kurangnya perawatan yang tepat.

    Seperti Attiya, ratusan pasien dialisis di seluruh Gaza kini terpaksa menerima sesi yang lebih sedikit dan lebih pendek setiap minggu.

    “Hal ini menyebabkan komplikasi seperti peningkatan kadar racun dan akumulasi cairan … yang dapat menyebabkan kematian,” kata al-Yazigi.

    (kna/kna)

  • WHO Peringatkan Wabah Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Vaksin Kembali Meningkat  – Halaman all

    WHO Peringatkan Wabah Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Vaksin Kembali Meningkat  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Peningkatan wabah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin kini kembali mengancam. 

    Upaya imunisasi berada di bawah ancaman yang semakin besar karena misinformasi, pertumbuhan populasi, krisis kemanusiaan, dan pemotongan dana.

    Wabah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti campak, meningitis, dan demam kuning meningkat di seluruh dunia.

    Penyakit seperti difteri, yang telah lama tertahan atau hampir menghilang di banyak negara, berisiko muncul kembali. 

    Sebagai tanggapan, lembaga-lembaga tersebut menyerukan perhatian dan investasi politik yang mendesak dan berkelanjutan untuk memperkuat program imunisasi.

    Seruan ini bertujuan untuk  melindungi kemajuan signifikan yang dicapai dalam mengurangi angka kematian anak selama 50 tahun terakhir.

    “Vaksin telah menyelamatkan lebih dari 150 juta jiwa selama lima dekade terakhir,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus pada keterangan resmi, Minggu (27/4/2024). 

    Menurutnya, pemotongan dana untuk kesehatan global telah membahayakan pencapaian yang telah susah payah dicapai selama ini. 

    Wabah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin meningkat di seluruh dunia.

    Kondisi ini sangat membahayakan nyawa dan membuat negara-negara menanggung biaya yang lebih besar dalam mengobati penyakit dan menanggapi wabah. 

    Menurutnya, negara-negara dengan sumber daya terbatas harus berinvestasi dalam intervensi yang berdampak paling tinggi. Salah satunya termasuk vaksin.

    *Meningkatnya wabah dan sistem kesehatan yang menegang*

    Campak kembali mewabah dengan sangat berbahaya. 

    Jumlah kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun sejak 2021, mengikuti penurunan cakupan imunisasi yang terjadi selama dan setelah pandemi COVID-19 di banyak komunitas. 

    Kasus campak diperkirakan mencapai 10,3 juta pada tahun 2023, meningkat 20 persen dibandingkan dengan tahun 2022.

    WHO memperingatkan bahwa tren peningkatan ini kemungkinan berlanjut hingga tahun 2024 dan 2025, karena wabah telah meningkat di seluruh dunia.

    Dalam 12 bulan terakhir, 138 negara telah melaporkan kasus campak, dengan 61 negara mengalami wabah besar atau mengganggu – jumlah tertinggi yang diamati dalam periode 12 bulan sejak 2019.

    Kasus meningitis di Afrika juga meningkat tajam pada tahun 2024, dan tren peningkatan ini terus berlanjut hingga tahun 2025. 

    Dalam tiga bulan pertama tahun ini saja, lebih dari 5.500 kasus yang diduga dan hampir 300 kematian dilaporkan di 22 negara. 

    Hal ini menyusul sekitar 26.000 kasus dan hampir 1.400 kematian di 24 negara tahun lalu.

    Kasus demam kuning di kawasan Afrika juga meningkat, dengan 124 kasus terkonfirmasi dilaporkan di 12 negara pada tahun 2024. 

    Hal ini terjadi setelah penurunan dramatis dalam penyakit tersebut selama dekade terakhir, berkat persediaan vaksin global dan penggunaan vaksin demam kuning dalam program imunisasi rutin. 

    Di kawasan Amerika milik WHO, wabah demam kuning telah terkonfirmasi sejak awal tahun ini, dengan total 131 kasus di 4 negara.

    Wabah ini terjadi di tengah pemotongan dana global. 

    Pada saat yang sama, jumlah anak yang tidak mendapatkan vaksinasi rutin telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

    Bahkan ketika negara-negara berupaya mengejar ketertinggalan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi selama pandemi. 

    Pada tahun 2023, diperkirakan 14,5 juta anak tidak mendapatkan semua dosis vaksin rutin mereka – naik dari 13,9 juta pada tahun 2022 dan 12,9 juta pada tahun 2019. 

    Lebih dari separuh anak-anak ini tinggal di negara-negara yang menghadapi konflik, kerapuhan, atau ketidakstabilan, di mana akses ke layanan kesehatan dasar sering kali terganggu.

    *Imunisasi mengatasi tantangan-tantangan ini*

    Setiap tahun, vaksin menyelamatkan hampir 4,2 juta jiwa dari 14 penyakit  dengan hampir setengah dari nyawa ini diselamatkan di Kawasan Afrika.

    Kampanye vaksinasi telah berhasil memberantas meningitis A di wilayah meningitis Afrika.

    Sementara vaksin baru yang melindungi terhadap lima jenis meningitis menjanjikan perlindungan yang lebih luas, dengan upaya yang sedang dilakukan untuk memperluas penggunaannya guna menanggulangi dan mencegah wabah.

    Kemajuan juga telah dicapai dalam mengurangi kasus dan kematian akibat demam kuning melalui peningkatan cakupan imunisasi rutin dan persediaan vaksin darurat

    Tonggak sejarah lainnya adalah pengenalan vaksin malaria di tingkat sub nasional di hampir 20 negara Afrika.

    Menjadi dasar untuk menyelamatkan setengah juta jiwa tambahan pada tahun 2035, karena semakin banyak negara yang mengadopsi vaksin tersebut dan percepatan peningkatan skala sebagai bagian dari upaya untuk memerangi malaria.

     

  • Tiga Pengusaha Perempuan Berbagi Kiat Membangun Bisnis yang Berkelanjutan – Halaman all

    Tiga Pengusaha Perempuan Berbagi Kiat Membangun Bisnis yang Berkelanjutan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aktif berdiskusi, berbagi pengalaman, hingga menjalin koneksi antarpengusaha perempuan menjadi salah satu kunci penting untuk membangun bisnis yang berkelanjutan.

    Hal ini mengemuka dalam diskusi inspiratif bertajuk Women Who Lead: Strategi Bangun Profit di Tengah Tantangan Bisnis yang diselenggarakan Sribu, platform freelancer di Jakarta, belum lama ini.

    Chief Operating Officer Sribu, Alexandro Wibowo, menegaskan pentingnya menghadirkan ruang bagi pelaku usaha perempuan untuk berbagi wawasan dan membangun jaringan.

    “Perempuan memiliki peran krusial dalam ekosistem wirausaha. Melalui acara Women Who Lead, kami ingin menciptakan ekosistem yang memberdayakan dan mendukung mereka agar bisa terus berkembang,” ujar Alexandro.

    Acara ini menghadirkan wadah pembelajaran, pertukaran pengalaman, dan kolaborasi nyata di kalangan pelaku bisnis, khususnya sektor UMKM dan freelancer.

    Di sesi diskusi panel, tiga narasumber perempuan membeberkan strategi sukses mereka, yaitu Zahra Amalina, CEO Tetrajaya Plusindo sekaligus Miss Indonesia Jawa Barat 2016, Clara Vania, Co-Founder Tentang Kita dan Henny Kurniawan, CEO Inoui Print.

    Mereka membahas berbagai topik seperti strategi efisiensi operasional, adaptasi strategi pemasaran digital, hingga kepemimpinan perempuan dalam mengelola krisis.

    Zahra Amalina membagikan pengalamannya dalam membangun bisnis percetakan kreatif yang tetap relevan di tengah persaingan ketat industri.

    “Aku berharap acara seperti ini bisa diperbanyak, supaya semakin banyak pebisnis perempuan yang terbantu dan berkembang melalui Sribu,” ungkap Zahra.

    Syntia Balina Dewi dari komunitas Inspire Mom mengaku mendapatkan banyak insight baru yang langsung bisa diaplikasikan dalam bisnisnya.

    “Acara ini karena sangat inspiring, khususnya buat para wanita, jadi jangan ragu untuk menginspirasi dan menciptakan ide-ide kreatif dalam berbisnis,” ujar Syntia.

    Melalui acara ini, Sribu mempertegas komitmennya mendukung pertumbuhan ekosistem UMKM dan freelancer di Indonesia.

    “Ke depan, kami berencana menggelar lebih banyak program komunitas dan pelatihan bisnis yang membuka peluang lebih luas bagi para pelaku usaha, terutama perempuan, untuk berkembang,” kata Alexandro.

    Dengan semangat kolaboratif dan pemberdayaan, acara ini  diharapkan menjadi katalisator lahirnya lebih banyak pemimpin perempuan tangguh di dunia bisnis Indonesia.