NGO: WHO

  • WHO Desak Israel Izinkan Bantuan Obat-obatan dan Bahan Bakar Masuki Gaza tanpa Hambatan

    WHO Desak Israel Izinkan Bantuan Obat-obatan dan Bahan Bakar Masuki Gaza tanpa Hambatan

    PIKIRAN RAKYAT – Dunia internasional telah berulang kali mendesak Israel agar menghentikan genosida di Gaza. Selain itu, Israel juga didesak untuk membuka blokade bantuan yang berlangsung sejak 2 Maret 2025.

    Blokade bantuan yang dilakukan Israel tersebut telah menyebabkan krisis parah. Saat ini, jutaan warga di Gaza mengalami kelaparan dan membutuhkan obat-obatan serta kebutuhan dasar lainnya.

    Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyatakan keprihatinannya atas memburuknya situasi fasilitas perawatan kesehatan di Jalur Gaza.

    Dia mendesak agar Israel mengizinkan masuknya bantuan seperti obat-obatan dan bahan bakar ke Gaza tanpa hambatan.

    “Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, #Gaza, tengah berjuang untuk tetap beroperasi di tengah tekanan yang tiada henti dan kurangnya pasokan,” katanya dalam sebuah posting di X pada Rabu malam.

    Pada Selasa pekan ini, rumah sakit Nasser menerima lebih dari 300 orang yang terluka. Para korban terkait dengan dua insiden di dekat lokasi distribusi makanan militer non-PBB. Dalam dua serangan ini, 75 orang tewas, termasuk 11 anak-anak.

    Saat ini sekitar 590 pasien dirawat di rumah sakit Nasser, yang mana jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari kapasitas rumah sakit tersebut.

    “Rumah sakit tidak dapat meningkatkan kapasitasnya karena kekurangan ventilator, monitor, tempat tidur, dan staf,” ujarnya.

    Rumah sakit Nasser telah ditetapkan berada di zona evakuasi, namun banyak petugas kesehatan tidak dapat mencapai rumah sakit karena khawatir akan keselamatan atau kekurangan bahan bakar untuk transportasi.

    Pada Rabu WHO telah mengirimkan bahan bakar dalam jumlah minimum yang cukup untuk mempertahankan operasi selama lima hari lagi. Namun, jika bahan bakar tersebut tidak sampai, layanan akan mulai ditutup.

    “WHO sekali lagi menyerukan perlindungan terhadap rumah sakit; agar bantuan kesehatan dan bahan bakar dapat masuk dan melintasi Gaza tanpa hambatan melalui semua rute yang memungkinkan,” katanya.

    “Waktu terus berjalan untuk menyelamatkan nyawa. Gencatan senjata!” tuturnya lagi.***

  • Infografis Ribuan Remaja Indonesia Usia 17-19 Tahun Terinfeksi HIV hingga Pencegahannya – Page 3

    Infografis Ribuan Remaja Indonesia Usia 17-19 Tahun Terinfeksi HIV hingga Pencegahannya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Belum lama ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat ada lebih dari 2.000 remaja hidup dengan Human Immunodeficiency Virus atau HIV.

    Data Kemenkes RI per Maret 2025, ada sekitar 2.700 remaja Indonesia usia 15-19 tahun. Mereka terinfeksi karena minim informasi, tidak tahu cara pencegahan, dan tidak sadar kalau perilaku mereka berisiko.

    “Masa puber adalah fase serba penasaran. Semua hal rasanya ingin dicoba dari gaya hidup, pergaulan, sampai urusan hubungan. Tapi jangan sampai keinginan eksplorasi bikin kamu lengah dan asal coba tanpa tahu risikonya,” tulis Kemenkes RI dikutip Liputan6.com dari sosial media Instagram @kemenkes_ri.

    “Faktanya, sampai Maret 2025, ada 2.700 remaja usia 15–19 tahun di Indonesia yang hidup dengan HIV. Banyak dari mereka terinfeksi karena minim informasi, nggak tahu cara pencegahan, dan nggak sadar kalau perilaku mereka berisiko,” sambung Kemenkes.

    Lalu, bagaimana penularan HIV? Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan World Health Organization (WHO), HIV menular melalui cairan tubuh tertentu.

    Misalnya, hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi HIV dan berbagi jarum suntik, misalnya di kalangan pengguna narkoba suntik.

    Lantas, bagaimana data penularan HIV pada remaja Indonesia? Seperti apa penularan dan gejala HIV? Dan bagaimana pencegahan HIV? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:

  • Pemerintah diminta tak gentar untuk terapkan cukai MBDK

    Pemerintah diminta tak gentar untuk terapkan cukai MBDK

    Jakarta (ANTARA) – Ketua Forum Warga Kota (Fakta) Indonesia Ari Subagyo Wibowo meminta pemerintah untuk tidak gentar menghadapi para pelaku industri untuk menetapkan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).

    Ari dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan, dalam beberapa dekade terakhir, konsumsi minuman manis di Indonesia menunjukkan peningkatan yang pesat.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, rata-rata konsumsi gula putih per kapita per minggu mencapai 1.123 gram.

    “Angka ini setara dengan sekitar 160 gram gula per hari, dan tiga kali lipat lebih tinggi dari anjuran Kementerian Kesehatan dan enam kali dari rekomendasi WHO,” katanya.

    Ari menjelaskan, tingginya konsumsi gula ini berperan dalam meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM). Konsumsi gula secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes.

    Hal tersebut akan berdampak buruk terhadap kualitas hidup masyarakat dan menambah beban ekonomi negara karena meningkatnya biaya perawatan kesehatan.

    “MBDK menjadi salah satu penyumbang konsumsi gula terbesar yang penyebarannya masih belum diatur secara tegas oleh negara,” tegasnya.

    Fakta Indonesia prihatin atas terus melonjaknya kasus PTM akibat konsumsi MBDK yang tidak terkendali. Ketiadaan kebijakan yang kuat membuat masyarakat semakin rentan, terutama anak-anak dan remaja yang menjadi target utama industri.

    Dia juga melihat urgensi dalam menerapkan label peringatan depan kemasan dan cukai pada MBDK untuk menurunkan konsumsi minuman berpemanis kemasan oleh masyarakat Indonesia.

    Sebagai bentuk respons atas kondisi ini, Fakta Indonesia telah aktif melakukan pelatihan dan sosialisasi di berbagai daerah mengenai pentingnya label depan kemasan (Front-of-Pack Labeling/FOPL) serta urgensi penerapan cukai terhadap MBDK.

    “Label yang jelas membantu konsumen memilih produk yang lebih sehat, sedangkan cukai menekan konsumsi dengan mekanisme harga, berdasarkan batas tingkatan gula dalam kemasan,” paparnya.

    Untuk memenuhi visi dan misi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, Fakta Indonesia pada Kamis ini melaksanakan sosialisasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bekerja sama dengan Pusat Perilaku dan Promkes FK-KMK UGM yang memiliki perhatian yang sama, yaitu kesehatan masyarakat Indonesia.

    FK-KMK mengekspresikan kekhawatirannya atas peningkatan obesitas pada anak dan dewasa dalam beberapa tahun belakangan, dan telah melaksanakan serangkaian kegiatan dan sosialisasi demi meningkatkan kesadaran masyarakat Yogyakarta akan bahaya MBDK.

    “Sosialisasi ini menekankan bahaya MBDK terutama pada pertumbuhan anak, juga kurangnya kesadaran masyarakat, terutama orang tua dalam mengenali dan mengontrol jumlah gula yang dikonsumsi,” jelasnya.

    Terlebih, masih banyak MBDK yang dikemas dalam ‘minuman sehat’ seperti susu atau vitamin, padahal memiliki gula yang sangat tinggi dan membahayakan kesehatan. Sehingga, dalam sosialisasi kali ini, masyarakat yang tergabung ikut mengekspresikan rasa kecewa dan kaget karena telah mengonsumsi MBDK yang dianggap sehat tersebut.

    “Walaupun perjalanan kampung sehat dan sosialisasi MBDK di daerah Yogyakarta mendapatkan dukungan tinggi dari masyarakat, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak di antara mereka yang kurang paham akan bahaya MBDK. Apalagi, mengingat murahnya harga minuman yang dijual bebas,” kata Ari,

    Fakta Indonesia bersama dengan Pusat Perilaku dan Promkes FK-KMK UGM melihat perlunya pemberlakuan cukai MBDK untuk mengurangi konsumsi MBDK secara sistematis.

    Hal ini juga diekspresikan melalui adanya surat dukungan warga Yogyakarta yang pada intinya menyatakan dukungan kepada Presiden Prabowo Subianto agar segera menerapkan cukai dan label peringatan pada MBD di tahun 2025 untuk mendukung pencapaian target APBN.

    Serta, menekan dampak negatif konsumsi MBDK yang memicu peningkatan kasus diabetes dan hemodialisis, terutama di usia muda; dan melindungi masyarakat dari risiko kesehatan akibat minimnya informasi pada kemasan MBDK.

    Hingga saat ini penerapan cukai MBDK belum terealisasi, meskipun sudah tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejak tahun 2022 hingga 2025. Bahkan, dorongan tidak hanya datang dari masyarakat sipil.

    DPR RI pun telah secara resmi menagih penerapan cukai MBDK kepada Kementerian Keuangan. Mereka menekankan bahwa ini bukan lagi sekadar wacana, tapi sudah menjadi bagian dari rencana penerimaan negara yang harus dilaksanakan.

    Ari menambahkan, pihaknya bersama dengan jaringan masyarakat sipil dari berbagai wilayah mendesak pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan cukai terhadap MBDK, dan tidak lagi menjadikannya sebagai sekadar retorika tanpa realisasi.

    “Pemerintah harus bertindak sesuai janji dan anggaran yang sudah dialokasikan. Sebab, isu ini bukan hanya soal uang, tapi soal nyawa dan masa depan generasi Indonesia yang dinilai sebagai generasi emas,” demikian Ari Subagyo Wibowo.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Soal Rumah Subsidi Mini, REI: Lebih Baik Fokus Hunian Vertikal

    Soal Rumah Subsidi Mini, REI: Lebih Baik Fokus Hunian Vertikal

    Bisnis.com, JAKARTA — Real Estat Indonesia (REI) menilai lebih baik pemangku kepentingan sektor perumahaan fokus terhadap hunian vertikal untuk mengatasi backlog di perkotaan, alih-alih memangkas ukuran rumah subsidi.

    Rencana perubahan luas rumah subsidi tercantum di dalam draf perubahan Keputusan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Nomor –/KPTS/M/2025. Dalam beleid itu, disebutkan luas tanah rumah bersubsidi minimal sebesar 25 meter persegi (m2) dan paling luas 200 m2. Adapun, luas lantai rumah paling rendah 18 m2 dan paling tinggi 36 m2.

    Sementara itu, dalam aturan lama yang masih berlaku, yakni Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 689/KPTS/M/2023, ditetapkan bahwa luas tanah rumah subsidi paling rendah 60 m2 dan paling tinggi 200 m2. Kemudian, luas lantai rumah subsidi minimal 21 m2 dan paling tinggi 36 m2.

    Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto menyampaikan pihaknya sudah menyampaikan masukan kepada Kementerian PKP terkait rencana pemangkasan ukuran minimal rumah subsidi. Ada tiga poin utama dalam pesan tersebut.

    Pertama, rencana kebijakan ini harus mengacu terhadap regulasi yang sudah ada, seperti Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan, hingga standar WHO.

    Menurut standar World Health Organization (WHO) luasan rumah minimal 9 m2 per jiwa, sedangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan luasan rumah minimal 7,2 m2.

    “Jadi mana standar yang mau diambil [untuk rumah subsidi] mestinya berdasarkan ke sana [aturan yang sebelumnya sudah ada],” ujar Joko Suranto mengutip kanal YouTube tvOneNews, Rabu (18/6/2025).

    Poin kedua, terkait tingkat kelayakan hunian. Masyarakat Indonesia memiliki budaya silaturahmi yang kuat. Jangan sampai adanya aturan atau kebijakan baru mengamputasi budaya kekerabatan ini karena kecilnya ruangan rumah.

    Poin ketiga, rumah subsidi harus terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Harapannya, pemerintah dapat membuat kebijakan jangka panjang yang terukur.

    “Karena itu, kami sangat mendukung Program 3 Juta Rumah yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Hunian vertikal 1 juta unit adalah jawabannya, dan hampir seluruh dunia melakukan itu,” jelas Joko.

    Kemudian target 2 juta rumah di pedesaan dan pesisir berpeluang bisa dilakukan. Penyediaan rumah selain memastikan keberadaan fasilitas tempat tinggal juga mendorong lapangan kerja dan pergerakan ekonomi.

    Menurutnya, pemangku kepentingan sektor perumahan sebaiknya mendiskusikan skema hunian vertikal untuk masyarakat perkotaan. Apalagi, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berkomitmen untuk memberikan pembiayaan senilai Rp130 triliun untuk mendukung pelaksanaan Program 3 Juta Rumah.

    “Mestinya kita bicara skema vertical housing bisa berjalan, sehingga tidak buang waktu mendiskusikan sesuatu yang mestinya lebih clear dari awal,” tutur Joko.

  • Bantah Hoax Lama yang Masih Beredar, BPOM RI Tegaskan Aspartam Aman!

    Bantah Hoax Lama yang Masih Beredar, BPOM RI Tegaskan Aspartam Aman!

    Jakarta

    Hoax tentang bahaya aspartam masih saja beredar, bahkan setelah berulang kali dibantah oleh pihak terkait. Termasuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang nama lembaganya turut dicatut dalam hoax yang disertai daftar sederet produk minuman tersebut.

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar menegaskan, hingga saat ini produk dengan kandungan aspartam aman dikonsumsi selama dalam batas yang ditentukan. Bahkan, hal ini juga sudah diatur oleh World Health Organization (WHO).

    “Menurut WHO, dalam Codex Alimentarius Commission (CAC) yang kita jadikan bahan rujukan, aspartam ini bukan bukan zat pemanis yang bisa menyebabkan berbagai macam penyakit yang beredar di masyarakat itu,” kata Prof Ikrar dalam detikcom Leaders Forum ‘Ancaman Obat & Pangan Ilegal di Era Digital, Sayangi Ginjal’, Rabu (18/6/2025).

    Selama disertai dengan izin edar BPOM, Prof Ikrar memastikan, produk mengandung aspartam di Indonesia terjamin keamanannya. Karenanya, konsumen tak perlu khawatir.

    “Kalau sudah mendapatkan stempelnya Badan POM, izin edarnya, itu berarti BPOM sudah mengecek secara maksimal, tidak melebihi dosis yang seharusnya dan itu aman untuk dikonsumsi,” katanya.

    Terkait masih beredarnya rumor bahwa aspartam dapat memicu munculnya penyakit-penyakit kronis, menurut Ikrar ini tak luput dari adanya ‘perang dagang’.

    “Saya kira ini ada faktor perang dagang antara mereka (produsen-produsen). Misalnya brand A mengandung zat ini (aspartam), yang lain kurang laku, ya biasa ada motif ekonomi,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Hari Paling Mematikan di Lokasi Bantuan, Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    Hari Paling Mematikan di Lokasi Bantuan, Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    PIKIRAN RAKYAT – Gaza kembali berduka. Pada hari Selasa 12 Juni 2025, pasukan Israel penjajah menembaki kerumunan warga Palestina yang sedang mengantre bantuan makanan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.

    Sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan tersebut, menjadikannya hari paling mematikan sejak pusat distribusi bantuan didirikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Serangan itu juga melukai lebih dari 200 orang, sebagian besar dalam kondisi kritis.

    Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    Menurut laporan saksi mata dan pernyataan dari petugas medis, pasukan Israel penjajah melepaskan tembakan dengan senapan mesin berat, peluru tank, dan drone tempur ke arah kerumunan warga yang sedang menunggu tepung dan makanan.

    “Drone Israel menembaki warga. Beberapa menit kemudian, tank Israel menembakkan beberapa peluru ke warga, yang menyebabkan sejumlah besar martir dan terluka,” tutur Mahmud Bassal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza.

    Serangan tersebut terjadi di sepanjang jalan timur utama kota Khan Younis, tempat warga berkumpul untuk mengakses distribusi makanan dari GHF. Para penyintas menggambarkan suasana mencekam saat suara tembakan dan ledakan menghantam kerumunan yang tidak bersenjata.

    “Saya selamat dengan keajaiban,” ucap Mohammed Abu Qeshfa, seorang warga yang lolos dari maut.

    “Tembakan berat dan penembakan tank menyasar kami tanpa henti,” ujarnya menambahkan.

    Yousef Nofal, salah satu saksi lainnya, menyebut peristiwa itu sebagai “pembantaian” dan mengaku melihat banyak tubuh berserakan tak bernyawa.

    “Prajurit menembaki orang-orang saat mereka mencoba melarikan diri,” katanya.

    Korban Terus Bertambah

    Petugas medis di Rumah Sakit Nasser melaporkan bahwa banyak korban datang dalam keadaan “hancur berkeping-keping” dan tidak bisa diidentifikasi karena luka-luka parah yang diderita. Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk anak-anak.

    “Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, tewas, dan tidak ada yang bisa membantu atau menyelamatkan nyawa,” tutur Saeed Abu Liba, warga Gaza yang menyaksikan kejadian.

    Menurut laporan Al Jazeera, lebih dari 300 orang telah tewas dan 2.800 lebih luka-luka sejak GHF memulai operasi bantuan pada 26 Mei lalu.

    PBB: “Ini Tidak Dapat Diterima”

    Insiden ini mendapat kecaman keras dari komunitas internasional. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres melalui juru bicaranya, Farhan Haq, menyatakan kemarahan atas jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar saat mereka hanya mencoba mencari makanan.

    “Sekretaris Jenderal mengutuk hilangnya nyawa dan cedera pada warga sipil di Gaza, di mana sekali lagi mereka ditembak saat mencari makanan. Ini tidak dapat diterima,” tutur Haq dalam pernyataan di Markas Besar PBB di New York.

    PBB juga menyebut angka resmi yang mengerikan: hingga 12 Juni, 338 orang tewas dan lebih dari 2.800 orang terluka saat mencoba mengakses bantuan pangan dari GHF.

    Blokade dan Tuduhan Terhadap GHF

    GHF, yang didukung oleh Israel penjajah dan Amerika Serikat, mulai mendistribusikan bantuan pangan setelah Israel penjajah mencabut sebagian blokade ketat terhadap makanan dan obat-obatan yang telah berlangsung selama hampir tiga bulan.

    Namun, organisasi-organisasi kemanusiaan internasional menolak bekerja sama dengan GHF karena dinilai tidak netral dan memprioritaskan kepentingan militer.

    Meski Israel penjajah mengklaim telah melakukan “tembakan peringatan” kepada individu yang dianggap mencurigakan, mereka tidak menyebutkan apakah tembakan tersebut mengenai warga sipil.

    Dalam praktiknya, hampir setiap hari terjadi insiden penembakan di sekitar lokasi distribusi bantuan.

    Sistem Kesehatan Gaza Runtuh

    Kondisi rumah sakit di Gaza juga semakin mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa krisis bahan bakar telah menyebabkan sebagian besar rumah sakit tidak dapat beroperasi.

    “Selama lebih dari 100 hari, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza dan upaya untuk mengambil persediaan dari zona evakuasi telah ditolak,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

    Saat ini, hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi secara minimal, dengan total kapasitas sekitar 1.500 tempat tidur, turun lebih dari 45 persen dari kapasitas sebelum perang.***

  • Serasa Disiksa, Gejala Covid Varian Baru Lebih Parah dari Demam

    Serasa Disiksa, Gejala Covid Varian Baru Lebih Parah dari Demam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Varian baru COVID-19 dengan nama kode NB.1.8.1 atau yang lebih dikenal sebagai “Nimbus” kini menjadi perhatian global. Varian turunan Omicron yang sangat menular ini telah menyebar cepat di berbagai belahan dunia dan menyebabkan lonjakan kasus, termasuk di Amerika Serikat dan Asia pada musim semi lalu atau sekitar bulan Maret.

    Gejala yang ditimbulkan oleh varian ini disebut-sebut lebih menyiksa dibanding varian sebelumnya.

    Sejumlah pasien yang terinfeksi melaporkan mengalami nyeri tenggorokan parah, bahkan digambarkan seperti “menelan pecahan kaca”. Rasa sakit ini bisa sangat intens hingga membuat penderita kesulitan bicara, makan, hingga minum.

    Varian Nimbus pertama kali terdeteksi di AS pada akhir Maret 2025 melalui program penyaringan di bandara bagi pelancong internasional.

    Saat ini, varian tersebut telah menyebar ke lebih dari selusin negara bagian di AS, dan diperkirakan terus bertambah.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengklasifikasikan NB.1.8.1 sebagai “variant under monitoring” (varian dalam pemantauan) pada 23 Mei 2025, karena penyebarannya yang cepat dan adanya mutasi pada protein spike yang berpotensi memengaruhi tingkat penularan.

    Nama “Nimbus” sendiri diperkenalkan oleh ahli biologi evolusioner asal Kanada, T. Ryan Gregory, yang juga dikenal sebagai pencetus nama-nama varian populer lainnya seperti “FLiRT”.

    Meski varian ini mendominasi lebih dari sepertiga kasus Covid-19 di AS, tren keseluruhan saat ini masih relatif stabil. Per 7 Juni 2025, tingkat positif tes Covid-19 di AS tercatat sebesar 3%, hanya naik tipis dari minggu sebelumnya. Rawat inap akibat Covid-19 pun dilaporkan menurun.

    Namun, para ahli memperingatkan bahwa situasi ini bisa berubah dengan cepat. Setiap musim panas sejak 2020, AS mengalami lonjakan kasus Covid-19. Munculnya varian baru seperti Nimbus meningkatkan kekhawatiran akan potensi lonjakan serupa pada tahun ini.

    Gejala Covid-19 varian baru NB.1.8.1 “Nimbus”

    Sejauh ini, gejala yang ditimbulkan oleh varian Nimbus tampaknya mirip dengan varian Omicron terbaru, yang mencakup:

    Sakit tenggorokan
    Batuk
    Hidung berair atau tersumbat
    Sesak napas
    Demam atau menggigil
    Sakit kepala
    Nyeri tubuh
    Kelelahan
    Kehilangan indera penciuman atau perasa secara tiba-tiba

    Siapa pun bisa tertular Covid-19, tetapi beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala berat, termasuk mereka yang berusia di atas 65 tahun, orang dengan sistem imun lemah, atau mereka yang memiliki penyakit penyerta, menurut CDC.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Palestina Tuding Israel Lakukan Pembantaian di Gaza

    Palestina Tuding Israel Lakukan Pembantaian di Gaza

    Jakarta

    Di selatan Jalur Gaza, sebuah insiden serius dilaporkan terjadi di dekat pusat distribusi bantuan: “Pesawat nirawak Israel menembaki warga. Beberapa menit kemudian, tank-tankIsrael menembakkan beberapa peluru ke warga, yang mengakibatkan banyak korban tewas dan cedera,” papar seorang juru bicara Pertahanan Sipil Palestina setempat. Setidaknya 50 orang tewas dan lebih dari 200 orang terluka.

    Pernyataan dari juru bicara itu belum bisa dipastikan secara independen. Jalur Gaza, wilayah Palestina di pesisir Laut Tengah, dikendalikan oleh Hamas. Serangan besar Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 memicu pecahnya perang di Gaza. Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Israel dan beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Jerman.

    Saksi mata melaporkan bahwa orang-orang, sebagian berjalan kaki dan sebagian lagi menggunakan kendaraan, sedang dalam perjalanan menuju titik distribusi ketika mereka ditembaki oleh tentara Israel di daerah antara Kota Rafah dan Khan Yunis.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan telah menerima laporan insiden serupa, yang mengindikasikan sedikitnya 20 kematian. Militer Israel sedang menyelidiki insiden tersebut.

    Tentara Israel melaporkan bahwa sebuah truk bantuan terjebak di dekat Khan Yunis. Kerumunan orang berkumpul di area tersebut dan mendekati para tentara. Rincian insiden tersebut saat ini sedang diselidiki.

    Tentara Israel menyebutkan “menyesalkan jatuhnya korban pada orang-orang yang tidak bersalah dan berusaha untuk meminimalkan dampak serangan.” Pada saat yang bersamaan, militer harus memastikan keselamatan pasukan Israel. Militer tidak memberikan rincian apa pun tentang korban.

    Sistem distribusi baru yang kontroversial

    Hampir setiap hari, kematian akibat tembakan di lokasi distribusi makanan di Jalur Gaza dilaporkan. Israel telah menyerahkan tanggung jawab untuk mendistribusikan sebagian besar bantuan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza kepada Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) baru yang didukung AS.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menolak cara pendistribusian bantuan yang dilakukan GHF. Mereka mengkritik distribusi bantuan oleh GHF sebagai tidak memadai, berbahaya, dan tidak netral. Sebelum adanya GHF, terutama organisasi-organisasi PBB seperti Badan Bantuan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah mendistribusikan barang secara luas. Sekitar 2,3 juta orang di Jalur Gaza menderita kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang sangat parah.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • China akan Mewajibkan Rumah Sakit Sediakan Anestesi Epidural untuk Persalinan

    China akan Mewajibkan Rumah Sakit Sediakan Anestesi Epidural untuk Persalinan

    JAKARTA – Otoritas China mewajibkan semua rumah sakit tersier harus menyediakan anestesi epidural untuk persalinan pada akhir tahun ini, langkah yang dikatakannya akan membantu mempromosikan “lingkungan yang ramah untuk melahirkan” bagi para wanita.

    Rumah sakit tersier, yang memiliki lebih dari 500 tempat tidur, harus menyediakan layanan anestesi epidural pada tahun 2025. Sementara, rumah sakit sekunder, yang memiliki lebih dari 100 tempat tidur, harus menyediakan layanan tersebut pada tahun 2027, Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Tiongkok mengatakan dalam sebuah pernyataan awal bulan ini.

    Pihak berwenang sedang berjuang untuk meningkatkan angka kelahiran di ekonomi terbesar kedua di dunia setelah populasi Tiongkok turun untuk tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2024 dengan para ahli memperingatkan penurunan tersebut akan memburuk dalam beberapa tahun mendatang.

    Sekitar 30 persen wanita hamil di Tiongkok menerima anestesi untuk menghilangkan rasa sakit saat melahirkan, dibandingkan dengan lebih dari 70 persen di beberapa negara maju, kata harian resmi Tiongkok, seperti melansir Reuters 9 Juni.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan epidural untuk wanita hamil yang sehat yang ingin menghilangkan rasa sakit dan epidural digunakan secara luas di banyak negara di seluruh dunia, termasuk Prancis, di mana sekitar 82 persen wanita hamil memilih untuk melakukannya, dan di Amerika Serikat dan Kanada di mana lebih dari 67 persen melakukannya.

    Langkah tersebut akan “meningkatkan tingkat kenyamanan dan keamanan layanan medis” dan “lebih jauh meningkatkan rasa bahagia orang-orang dan mempromosikan lingkungan yang ramah untuk melahirkan,” kata NHC.

    Semakin banyak provinsi di seluruh Tiongkok juga mulai memasukkan biaya anestesi persalinan sebagai bagian dari skema asuransi kesehatan untuk mendorong lebih banyak wanita memiliki anak.

    Diketahui, biaya pengasuhan anak yang tinggi serta ketidakpastian pekerjaan dan ekonomi yang melambat, membuat banyak anak muda Tiongkok enggan menikah dan memulai sebuah keluarga.

    Pada Bulan Juni, otoritas kesehatan di Provinsi Sichuan mengusulkan untuk memperpanjang cuti menikah hingga 25 hari dan cuti hamil hingga 150 hari, untuk membantu menciptakan “masyarakat yang ramah terhadap kesuburan.”

  • Kualitas udara Jakarta Sabtu ini tak sehat, BMKG sarankan memakai masker

    Kualitas udara Jakarta Sabtu ini tak sehat, BMKG sarankan memakai masker

    Ilustrasi – Warga melintas memakai masker untuk melindungi diri dari debu, di Jembatan Penyeberangan Sepeda (JPS) sekaligus Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sudirman, Jakarta. ANTARA FOTO/Reno Esnir/hp/aa.

    Kualitas udara Jakarta Sabtu ini tak sehat, BMKG sarankan memakai masker
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Sabtu, 14 Juni 2025 – 08:05 WIB

    Elshinta.com –  Kualitas udara Kota Jakarta tercatat tidak sehat pada Sabtu ini dan masyarakat disarankan mengenakan masker saat keluar rumah, demikian seperti dinyatakan dalam laman IQAir yang diperbaharui pada Sabtu pukul 05.00 WIB. IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 158 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 65,6 mikrogram per meter kubik atau 13,1 kali lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Adapun PM 2,5 merupakan partikel berukuran lebih lebih kecil 2,5 mikron (mikrometer) yang ditemukan di udara termasuk debu, asap dan jelaga. Paparan partikel ini dalam jangka panjang dikaitkan dengan kematian dini, terutama pada orang yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru kronis.

    Rekomendasi kesehatan mengingat kualitas udara saat ini, yakni menghindari beraktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat berada di luar, menutup jendela demi menghindari udara luar yang kotor, n menyalakan penyaring udara. Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kelima sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, selain Tangerang, Banten dengan poin 172; Depok, Jawa Barat (171); Surabaya, Jawa Timur (170); Tangerang Selatan, Banten (164).

    Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengajak masyarakat ikut tantangan #GerakLebihBersih selama 14 hari mulai dari 7-20 Juni 2025 untuk menjaga kondisi udara sekaligus memperingati perayaan puncak Hari Lingkungan Hidup (HLH) 2025. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan gerakan ini mengajak warga untuk beralih ke transportasi umum, berjalan kaki, bersepeda dan moda transportasi ramah lingkungan lainnya.

    Langkah ini, kata Asep dilakukan untuk mengurangi emisi PM 2.5 dan berkontribusi langsung dalam upaya memperbaiki kualitas udara di Jakarta.

    Sumber : Antara