NGO: WHO

  • Minggu Malam, Kualitas Udara di Depok Sangat Tidak Sehat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 Juni 2025

    Minggu Malam, Kualitas Udara di Depok Sangat Tidak Sehat Megapolitan 29 Juni 2025

    Minggu Malam, Kualitas Udara di Depok Sangat Tidak Sehat
    Editor
    DEPOK, KOMPAS.com

    Kualitas udara
    di Kota
    Depok
    , Jawa Barat, Minggu (29/6/2025) malam sangat tidak sehat.
    Berdasarkan data terbaru dari situs pemantau
    kualitas udara
    IQAir pukul 18.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Depok mencapai angka 265.
    Angka ini menempatkan Depok dalam kategori “Sangat Tidak Sehat”.
    Hal ini menandakan kualitas udara di Depok saat ini berisiko tinggi bagi kesehatan seluruh populasi.
    Sementara konsentrasi PM2.5 saat ini di Depok adalah 190 µg/m³, atau 38 kali nilai panduan PM 2.5 tahunan WHO
    Berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai kategori kualitas udara dan pengaruhnya:
    Dalam menghadapi kondisi kualitas udara yang tidak sehat, IQAir merekomendasikan agar kelompok sensitif, seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit paru-paru, untuk:
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Beredar Isu Jokowi Kritis dan Dilarikan ke RS, Ini Faktanya

    Beredar Isu Jokowi Kritis dan Dilarikan ke RS, Ini Faktanya

    Jakarta

    Di media sosial beredar kabar bahwa Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo sedang dalam keadaan kritis, hingga dirinya dilarikan ke rumah sakit. Narasi tersebut merupakan hoax.

    Dari unggahan video yang dilihat detikcom di X, pada Minggu (29/6/2025), kerumunan warga tampak di sebuah bangunan. Warga tampak sibuk merekam dengan HP masing-masing.

    Dalam video tersebut terlihat sebuah sosok yang diduga Jokowi sedang berada di sebuah bangunan dengan tulisan ‘Toko Obat Sumber Husodo’. Video tersebut disertai narasi yang tertulis ‘Jokowi kritis masuk rumah sakit’.

    Merespons hal ini, ajudan Jokowi Kompol Syarif Fitriansyah menepis kabar tersebut.

    “Tidak, beliau sedang tidak dirawat di rumah sakit,” kata Syarif saat dimintai konfirmasi, Sabtu (28/6/2025).

    Syarief menegaskan bahwa video dan narasi yang beredar merupakan berita bohong. Dirinya juga meminta kepada publik untuk memilah dan bijak dalam menerima informasi yang berseliweran di medsos.

    “Hoaks itu, mari kita bersama-sama lebih bijak dalam menerima dan membagikan informasi,” katanya.

    “Jangan mudah percaya sebelum memastikan kebenarannya. Menyebarkan hoaks hanya akan menimbulkan keresahan dan merugikan banyak orang. Verifikasi dulu, sebarkan kemudian,” lanjutnya.

    NEXT: Video Lama Tahun 2020

    Dikutip dari Antara, toko obat tersebut berlokasi di kawasan Malioboro, Yogyakarta.

    Video tersebut ternyata merupakan dokumentasi kerumunan yang terjadi pada Minggu (20/9/2020), saat penertiban terhadap para pengunjung Angkringan Kopi Jos yang melanggar protokol kesehatan COVID-19.

    Dengan demikian narasi bahwa Jokowi dilarikan adalah hoaks. Video tersebut merupakan video pengunjung Angkringan Kopi Jos yang melanggar protokol kesehatan COVID-19 pada 2020.

    Simak Video “Video WHO soal Gaza: Butuh Waktu 5-10 Tahun Evakuasi Semua Pasien Kritis”
    [Gambas:Video 20detik]

  • WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa semua kemungkinan asal usul pandemi COVID-19 masih terbuka, termasuk teori kebocoran laboratorium. Hal ini disampaikan setelah penyelidikan selama empat tahun belum juga membuahkan kesimpulan, akibat keterbatasan akses data penting.

    Dalam konferensi pers, Jumat (27/6/2025), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan belum ada satu pun teori yang bisa dipastikan.

    “Semua hipotesis masih harus berada di atas meja, termasuk penularan dari hewan dan kebocoran laboratorium,” ujar Tedros, dikutip dari CNA.

    Sebuah laporan dari Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (SAGO) menyebutkan, berdasarkan bukti ilmiah yang tersedia, penularan dari hewan ke manusia masih menjadi teori yang paling kuat. Namun, ketua SAGO Marietjie Venter menekankan bahwa asal usul virus belum bisa dipastikan tanpa data tambahan.

    “Selama belum ada informasi tambahan atau bukti baru, asal-usul SARS-CoV-2 dan bagaimana virus ini menjangkiti manusia akan tetap belum bisa disimpulkan,” katanya.

    Teori kebocoran laboratorium, lanjut Venter, juga belum bisa ditelusuri lebih jauh karena kurangnya data penting. Tedros secara terbuka menyebut kurangnya kerja sama dari pihak China, sebagai hambatan besar dalam penyelidikan ini.

    “China belum memberikan ratusan urutan genetik dari pasien awal, data detail tentang hewan di pasar Wuhan, maupun informasi soal penelitian dan keamanan laboratorium di Wuhan,” tegasnya.

    WHO juga telah meminta akses ke laporan intelijen dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, yang pada masa pemerintahan Donald Trump sempat mendukung teori kebocoran lab sebagai sumber pandemi.

    Tedros menyebut mengungkap asal usul COVID-19 adalah kewajiban moral untuk menghormati jutaan korban jiwa dan mencegah wabah di masa depan.

    “Virus ini terus bermutasi, mengambil nyawa, dan meninggalkan beban panjang seperti long COVID,” ujar Tedros.

    SAGO sendiri berkomitmen untuk terus mengevaluasi bukti ilmiah terbaru. Namun, laporan menyebut permintaan data ke negara lain seperti Jerman dan AS juga belum membuahkan hasil.

    Menariknya, laporan SAGO kali ini juga diwarnai dinamika internal. Satu anggota mengundurkan diri dan tiga lainnya meminta namanya dihapus dari laporan.

    (naf/up)

  • WHO Kirim Bantuan Medis Pertama ke Gaza Sejak 2 Maret

    WHO Kirim Bantuan Medis Pertama ke Gaza Sejak 2 Maret

    Gaza

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan telah mengirimkan bantuan medis pertamanya ke Gaza sejak 2 Maret. WHO mengibaratkan sembilan truk yang membawa bantuan medis itu adalah ‘setetes air di lautan’.

    Dilansir AFP, Kamis (26/6/2025), Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkap pengiriman bantuan itu pada akun X-nya. Dia mengatakan pengiriman pasokan, plasma, dan darah pada hari Rabu waktu setempat itu akan didistribusikan ke rumah sakit di wilayah Palestina dalam beberapa hari mendatang.

    Sebagai informasi, Israel memberlakukan blokade total di Jalur Gaza pada tanggal 2 Maret. Lebih dari dua bulan kemudian, Israel mulai mengizinkan masuknya sejumlah makanan, tetapi tidak ada barang bantuan lainnya hingga saat ini.

    Tedros mengatakan sembilan truk yang membawa pasokan medis penting, 2.000 unit darah, dan 1.500 unit plasma dikirim via penyeberangan Kerem Shalom dengan Israel, “tanpa insiden penjarahan, meskipun kondisi berisiko tinggi di sepanjang rute”.

    “Pasokan ini akan didistribusikan ke rumah sakit prioritas dalam beberapa hari mendatang,” kata Tedros.

    “Darah dan plasma dikirim ke fasilitas penyimpanan Kompleks Medis Nasser untuk didistribusikan ke rumah sakit yang menghadapi kekurangan kritis, di tengah meningkatnya jumlah korban luka, banyak yang terkait dengan insiden di lokasi distribusi makanan,” jelasnya.

    Minggu lalu, WHO mengatakan hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi minimal hingga sebagian. Sementara sisanya tidak dapat berfungsi sama sekali.

    “Namun, pasokan medis ini hanya setetes air di lautan. Bantuan dalam skala besar sangat penting untuk menyelamatkan nyawa,” katanya.

    “WHO menyerukan pengiriman bantuan kesehatan dengan segera, tanpa hambatan, dan berkelanjutan ke Gaza melalui semua rute yang memungkinkan,” tambahnya.

    Israel mulai mengizinkan pasokan masuk pada akhir Mei setelah blokade total selama lebih dari dua bulan. Akan tetapi distribusi telah dirusak oleh laporan hampir setiap hari pasukan Israel menembaki orang-orang yang menunggu jatah makanan.

    Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sistem distribusi makanan baru yang didukung AS dan Israel, mulai membagikan makanan di Gaza pada 26 Mei.

    Tetapi PBB dan kelompok-kelompok bantuan utama telah menolak untuk bekerja sama dengan GHF, karena kekhawatiran bahwa hal itu dirancang untuk memenuhi tujuan militer Israel.

    Tonton juga “WHO Minta Israel Setop Bombardir Rumah Sakit di Gaza” di sini:

    (lir/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Cara Bikin WhatsApp Offline Padahal Online Supaya Bebas Gangguan

    Cara Bikin WhatsApp Offline Padahal Online Supaya Bebas Gangguan

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ada cara mudah untuk membuat WhatsApp terlihat offline padahal sebenarnya sedang online. Fungsi ini bermanfaat bagi pengguna yang ingin tetap terhubung dengan orang lain, tetapi secara spesifik tak ingin diganggu oleh kontak tertentu. 

    Mekanismenya juga fleksibel. Pengguna bisa memanfaatkannya untuk satu momen saja atau seterusnya. Skenario paling relevan adalah ketika cuti atau liburan dan tak ingin diganggu oleh bos atau rekan kera. 

    Selengkapnya, berikut cara untuk mengubah WhatsApp supaya terlihat offline meski sedang online:

    1. Ubah Opsi Last Seen

    Last Seen merupakan fitur untuk memberitahu kontak kapan terakhir kali pengguna menggunakan WhatsApp, termasuk sedang online. Kamu bisa mematikan fitur ini untuk terlihat sedang offline.

    Cara menonaktifkannya adalah dengan menyentuh ikon tiga titik di sudut kanan atas, pilih Settings dan akun berikutnya klik Privasi. Pada menu Who Can See My Personal Info, klik Last Seen dan pilih Nobody. Opsi tersebut untuk semua orang, pada kontak yang disimpan atau tidak.

    2. Matikan Centang Biru

    Dengan tanda centang biru membuat kamu terlihat sudah membaca pesan yang dikirimkan. Berikut cara mematikannya:

    Klik ikon tiga titik di pojok kanan atas WhatsApp
    Pilih Setting
    Tekan Akun > Privasi
    Geser toggle untuk pilihan Laporan Dibaca atau Read Receipts
    Centang biru sudah non-aktif

    3. Sembunyikan Status

    Untuk tampil offline, kamu juga bisa menyembunyikan status. Yakni mengatur siapa saja yang bisa melihatnya. Caranya tekan opsi titik tiga di bagian kanan atas > Privasi > Status.

    Berikutnya kamu akan melihat pilihan pada siapa Status dibagikan, ada “Kontak Saya”, “Kontak Saya Kecuali…”, dan “Hanya Bagikan Dengan…”. Pilih sesuai yang diinginkan.

    4. Buat Status

    Selain menyembunyikannya, kamu juga bisa membuat status yang menyatakan untuk tidak diganggu selama dalam jangka waktu tertentu. Caranya buka menu ikon tiga titik > Settings > nama profil WhatsApp > About.

    Setelah itu klik ikon pensil, dan tuliskan status untuk memberitahu orang lain jika akun tersebut akan offline dalam waktu tertentu. Terakhir jangan lupa klik Save.

    5. Matikan Background Data

    WhatsApp bekerja di background dan membuat kamu terus menerima pesan. Kamu bisa mematikan Background Data untuk menghindari ini, tetapi perlu diingat cara ini hanya berlaku untuk Android.

    Cara untuk menonaktifkannya adalah dengan membuka Settings, berikutnya buka opsi data, dan pilih nonaktifkan Background Data.

    Nah, itu dia cara untuk membuat WhatsApp terlihat offline padahal online dengan mudah. Semoga informasi ini bermanfaat!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • WHO: Ya, Ada 3 Penyakit yang Lebih Berisiko dari Diabetes

    WHO: Ya, Ada 3 Penyakit yang Lebih Berisiko dari Diabetes

    Jakarta

    Diabetes adalah kondisi yang terjadi saat kadar gula darah (glukosa) terlalu tinggi. Kondisi ini terjadi saat pankreas tidak memproduksi insulin dalam jumlah cukup, atau sama sekali tidak memproduksi insulin, atau saat tubuh tidak merespons efek insulin dengan baik. Dikutip dari Cleveland Clinic, sejumlah gejala dari diabetes di antaranya meningkatnya rasa haus, sering buang air kecil, kelelahan, penglihatan kabur, hingga luka atau cedera yang lambat sembuh.

    Diabetes masuk ke dalam kategori penyakit tidak menular yang memiliki angka kematian lebih dari 2 juta orang. Meski demikian, menurut laman World Health Organization (WHO) , ada 3 penyakit yang lebih berisiko dengan angka kematian lebih tinggi dibandingkan diabetes.

    3 Penyakit yang Lebih Berisiko dari Diabetes

    Penyakit tidak menular (PTM) menewaskan sekitar 43 juta orang pada tahun 2021. Empat penyakit, seperti kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes menyumbang sekitar 80 persen dari seluruh kematian dini akibat PTM.

    Diabetes berada di urutan keempat. Artinya, 3 penyakit di bawah ini lebih berisiko dari diabetes dengan angka kematian yang lebih banyak.

    1. Penyakit Kardiovaskular

    Penyakit kardiovaskular menyumbang sebagian besar kematian akibat penyakit tidak menular. Setidaknya, ada sebanyak 19 juta kematian pada tahun 2021 akibat penyakit ini. Dikutip dari laman National Health Service, penyakit kardiovaskuler merupakan istilah untuk kondisi yang memengaruhi jantung atau pembuluh darah.

    Biasanya, kondisi ini dikaitkan dengan kerusakan arteri di organ-organ seperti otak, jantung, ginjal, dan mata. Adapun empat jenis utama penyakit kardiovaskular adalah

    Penyakit jantung koroner, yaitu kondisi yang terjadi ketika aliran darah kaya oksigen ke otot jantung tersumbat atau berkurangStroke, yaitu kondisi saat suplai darah ke bagian otak terputus, yang menyebabkan kerusakan otakPenyakit arteri perifer, yang terjadi saat ada penyumbatan pada arteri yang menuju anggota tubuh, biasanya tungkaiPenyakit aorta, yaitu sejumlah kondisi yang mempengaruhi aorta, pembuluh darah besar dalam tubuh

    2. Kanker

    Ada sebanyak 10 juta orang yang mengalami kanker di tahun 2021. Kanker adalah penyakit yang terjadi saat sel normal berubah menjadi sel kanker yang berkembang biak dan menyebar. Ada lebih dari 100 jenis kanker berdasarkan tempatnya tumbuh. Namun, ada tiga klasifikasi kanker secara umum:

    Kanker Padat (Solid Cancer)

    Kanker padat adalah jenis kanker yang paling umum, mencakup sekitar 80 persen hingga 90 persen dari semua kasus. Contohnya adalah karsinoma yang terbentuk di jaringan epitel seperti kulit, payudara, usus besar, dan paru-paru serta sarkoma yang ada di tulang dan jaringan ikat.

    Kanker Darah (Blood Cancer)

    Kanker darah bermula di sel darah atau sistem limfatik. Contohnya yaitu leukimia, limfoma, dan multiple myeloma

    Campuran

    Kanker ini melibatkan dua klasifikasi atau subtipe. Contohnya yaitu karsino sarkoma dan karsinoma adenoskuamosa

    3. Penyakit Pernapasan Kronis

    Penyakit pernapasan kronis memiliki angka kematian hingga 4 juta orang di tahun 2021. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, penyakit pernapasan kronis adalah kondisi medis jangka panjang yang bisa memengaruhi saluran pernapasan manusia, seperti sinus dan hidung atau saluran pernapasan bawah seperti bronkus dan paru-paru. Faktor risiko dari penyakit ini di antaranya polusi udara, infeksi saluran napas, merokok, dan faktor genetik.

    Beberapa contoh penyakit pernapasan kronis yaitu:

    Asma, yaitu kondisi di mana saluran napas menjadi bengkak dan menyempit sehingga membuat seseorang sulit bernapasBronkitis kronis, yaitu peradangan pada saluran pernapasan yang menghasilkan lendir berlebih dan menyebabkan batuk berkepanjanganEmfisema, yaitu kondisi di mana paru-paru mengalami kerusakan dan kehilangan elastisitasnya, sehingga membuat sulit bernapasPPOK, yaitu gabungan antara bronkitis kronis dan emfisema.

    (elk/elk)

  • Gempa Hari Ini Minggu 22 Juni 2025 Saat Akhir Pekan: Getarkan Indonesia Dua Kali – Page 3

    Gempa Hari Ini Minggu 22 Juni 2025 Saat Akhir Pekan: Getarkan Indonesia Dua Kali – Page 3

    Apa Itu Gempa Bumi?

    Untuk diketahui, gempa bumi adalah bencana alam yang bersifat merusak. Fenomena ini bisa terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Dan Indonesia termasuk wilayah rawan akan bencana gempa.

    Gempa bumi adalah bencana yang bisa menyebabkan kerugian nyawa dan materil.

    Menurut WHO, secara global gempa bumi menyebabkan 750 ribu kematian selama kurun 1998-2017. Lebih dari 125 juta orang terkena dampak gempa bumi selama periode ini.

    Tanggap Bencana Gempa Bumi

    Meski tak bisa dicegah, gempa bumi adalah bencana yang bisa dihadapi. Salah satu cara menghadapi gempa bumi adalah tanggap akan bencana gempa bumi.

    Contoh tanggap gempa bumi adalah mengetahui prosedur evakuasi dan mematuhi pedoman keselamatan ketika bencana ini datang.

    Menurut BNPB, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

    Menurut BMKG, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.

    Menurut WHO, gempa bumi adalah guncangan hebat dan tiba-tiba dari tanah, yang disebabkan oleh pergerakan antara lempeng tektonik di sepanjang garis patahan di kerak bumi.

    Gempa bumi dapat mengakibatkan goncangan tanah, likuifaksi tanah, tanah longsor, retakan, longsoran, kebakaran dan tsunami.

  • Bos Ducati Tegur Fans yang Cemooh Marc Marquez di MotoGP Italia

    Bos Ducati Tegur Fans yang Cemooh Marc Marquez di MotoGP Italia

    Jakarta

    Fans MotoGP terbelah memandang Marc Marquez saat melakoni sprint race MotoGP Italia. Tak sedikit yang menyoraki boo… kepada juara dunia 8 kali itu.

    Bos tim Ducati MotoGP, Davide Tardozzi, terlihat marah menghadapi para penonton yang mencemooh pebalapnya. Momen ini terjadi di lintasan lurus utama Grand Prix Italia setelah kemenangan Marc Marquez.

    Tidak pakai basa-basi, Davide Tardozzi langsung menengok ke arah tribun penonton. Dia meminta penonton untuk berhenti mencemooh Marc Marquez.

    Terlihat Tardozzi meletakkan jarinya di bibir untuk membungkam cemoohan itu.

    “Ya Tuhan, dia ini warnanya merah,” teriak Tardozzi merujuk pada warna kebesaran Ducati sambil menunjuk jersey timnya.

    Other angle of unc Tardozzi telling the fans to stop booing Marc (for the people who got region locked like me 🥲) pic.twitter.com/PrZYYgYP8D

    — Grace 🐈‍⬛️ 🐐 🦌 (@gracux) June 21, 2025

    Tardozzi lalu bertepuk tangan sembari menggelengkan kepalanya, dia meminta agar cemoohan itu dihentikan. Namun permintaan Tardozzi itu terlihat diabaikan.

    Sirkuti Mugello telah menjadi tempat yang sangat negatif bagi Marquez selama bertahun-tahun sejak perseteruannya dengan Rossi meletus.

    Marc Marquez memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan para penonton MotoGP Italia sejak pertengkaran hebatnya dengan Valentino Rossi pada tahun 2015.

    Terutama pada tahun 2016, saat keamanan paddock harus ditingkatkan di tengah ancaman terhadap Marc Marque saat itu, serta juara MotoGP 2015 Jorge Lorenzo.

    Marquez sering kali mendapati dirinya menjadi sasaran cemoohan setiap kali MotoGP berlangsung di Italia. Mskipun pebalap Spanyol itu kini membalap untuk tim Ducati.

    Setelah kemenangannya di sprint pada Sabtu sore (21/6/2025), Marquez menerima cemoohan dan siulan dari para penonton di lintasan lurus.

    Meski begitu, Marc Marquez tetap menjadi yang tercepat dalam 11 lap di Mugello dengan catatan waktu 19 menit 31,416 detik, menyusul kemudian ada Alex Marquez dan Bagnaia.

    “Saya sedikit bingung di awal, tapi untungnya saya berada di posisi yang tepat dan di jalur yang tepat di tiga tikungan pertama, jadi saya bisa mendekati Alex. Di trek ini, saya merasa nyaman berada di belakang rival-rival utama saya, tetapi pagi ini saya merasa sangat nyaman mengendarai motor saya sendiri dan mengatur batas kecepatan,” kata Marquez.

    (riar/mhg)

  • Long COVID: Luka yang Masih Tertinggal setelah Dunia Move On

    Long COVID: Luka yang Masih Tertinggal setelah Dunia Move On

    Jakarta

    Saya sendiri sudah lebih dari setahun tidak bisa berlama-lama melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar. Padahal di awal pandemi, saya bisa berjam-jam berdiri di dapur membuat roti. Tapi setelah sembuh dari COVID-19, hidup saya tidak pernah benar-benar kembali seperti semula.

    Selama dua tahun setelah sembuh, tubuh saya sulit diajak kompromi. Aktivitas fisik ringan pun bisa memicu rasa lelah yang tak biasa, pegal di sekujur badan, dan kadang nyeri pinggul. Dari luar, saya terlihat baik-baik saja. Tapi tubuh saya bicara sebaliknya.

    Bukan hanya orang dewasa, anak-anak ikut terdampak. Misalnya Indra (bukan nama sebenarnya), 11 tahun. Ia nyaris putus sekolah setelah didiagnosis epilepsi fokal usai sembuh dari COVID-19. Sebelum itu, ia kerap mengeluh sakit kepala selama berbulan-bulan, matanya terasa ‘melayang’, dan sulit fokus belajar. Kini, muncul pula alergi yang sebelumnya tidak pernah ada. Setiap bulan, kedua orang tuanya harus merogoh kocek dalam untuk pengobatan.

    Tapi siapa yang peduli sekarang?

    Ketika Dunia Ingin Cepat ‘Move On’

    Indonesia sudah masuk era endemi. Tapi Long COVID tetap nyata. Sayangnya, topik ini nyaris lenyap dari ruang publik.

    Tak ada lagi kampanye. Tak ada edukasi di media sosial. Tak ada layanan pemulihan khusus. Bahkan, pejabat pun jarang membicarakan masalah ini.

    Padahal WHO menegaskan, Long COVID bisa menyerang siapa saja-bahkan mereka yang saat terinfeksi hanya mengalami gejala ringan.

    Gejalanya bukan sekadar batuk. Tapi bisa berupa:

    Kelelahan ekstremKebingungan mental (brain fog)Detak jantung tidak stabilDepresi dan kecemasanGangguan pernapasan atau nyeri dada,

    Dan masih banyak lagi gejala yang dirasakan penyintas COVID.

    Riset WHO memperkirakan 10-20 persen penyintas mengalami kondisi ini. Di Asia, angka itu bisa lebih tinggi karena banyak kasus infeksi yang tidak terdiagnosis atau tercatat.

    Negara Diam, Warga Cuek

    Long COVID seperti tak dianggap. Pemerintah diam, masyarakat pun bosan.

    Bisa jadi ini karena kepercayaan publik yang sudah telanjur rusak. Selama pandemi, informasi terus berubah. Banyak yang akhirnya skeptis-bahkan sinis.

    Tak sedikit yang berkomentar, “Ah, ini cuma mau jual vaksin lagi,” atau, “Nakut-nakutin biar kita takut lagi.”

    Lebih buruk lagi, gejala-gejala usai terkena COVID seperti kelelahan, gangguan saraf, atau nyeri dada seringkali dianggap sebagai efek vaksin, bukan virus. Ini membuat para penyintas makin terpinggirkan. Keluhan mereka sering kali dibantah atau dialihkan ke isu lain.

    Padahal, baik vaksin maupun virus COVID-19 bisa menimbulkan efek samping. Tapi tanpa komunikasi publik yang jujur dan terbuka, kebingungan ini hanya akan memperburuk stigma dan memecah solidaritas.

    Hidup dengan gejala yang tak diakui

    Yang paling menderita adalah penyintas. Mereka dipaksa terlihat sembuh, padahal belum.

    Ketika memeriksakan diri, diagnosis yang ditegakkan sering kali hanyalah psikosomatis atau gangguan lain tanpa mempertimbangkan kemungkinan Long COVID. Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani. Hasilnya nihil. Yang ada biaya membengkak, hasil tetap buram.

    Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani, namun tak ada hasil. Yang ada, habis biaya yang tak sedikit untuk mencari pengobatan. Banyak penyintas akhirnya memilih diam. Mereka berdamai sendiri dengan tubuh yang tak lagi seperti dulu.

    Tak ada ruang bicara. Tak ada empati. Hidup dalam masyarakat yang ingin cepat move on.

    Di luar, taman hiburan dan konser sudah ramai lagi. Tapi di rumah, ada yang bahkan keluar kamar pun tak sanggup.

    NEXT: Ketika dampaknya tak lagi personal

    Ketika dampaknya tak lagi personal

    Long COVID bukan hanya tentang individu yang menderita diam-diam. Dampaknya bisa jauh lebih luas.

    Beberapa pakar menduga penurunan fungsi kognitif akibat Long COVID, seperti kebingungan atau gangguan konsentrasi, bisa berkontribusi terhadap meningkatnya kecelakaan lalu lintas. Gejala seperti brain fog, kelelahan akut, atau gangguan tidur bisa memengaruhi konsentrasi saat berkendara-tanpa disadari.

    Belum lagi meningkatnya kasus kematian mendadak pada usia produktif yang banyak dilaporkan belakangan ini. Meski tak semua bisa dikaitkan langsung, Long COVID patut dicurigai sebagai salah satu faktor tersembunyi yang memperburuk kondisi kesehatan tanpa gejala jelas.

    Beberapa perusahaan asuransi bahkan mencatat lonjakan klaim untuk masalah jantung, paru-paru, dan gangguan saraf dalam dua tahun terakhir. Gejala-gejala ini sejalan dengan daftar dampak Long COVID versi WHO.

    Apakah kita cukup serius melihat ini sebagai ancaman terhadap keselamatan publik?

    Long COVID adalah tes solidaritas

    Ini bukan cuma soal virus. Ini soal ingatan. Soal empati. Soal apakah kita benar-benar belajar dari pandemi.

    Jika negara terus mengabaikan, dan masyarakat terus melupakan, Long COVID akan menjadi luka kolektif yang tidak pernah sembuh.

    Saya menulis ini bukan untuk dikasihani. Tapi karena saya tahu masih banyak yang seperti saya, diam-diam menderita, tapi tak dianggap. Kami butuh didengar. Kami butuh diingat.

    Akhirnya, ini bukan lagi soal kesehatan. Ini soal solidaritas.

    Lalu apa yang bisa dilakukan?

    Untuk menghadapi Long COVID secara serius, beberapa langkah awal bisa dilakukan:

    Pemerintah daerah dan pusat perlu membentuk layanan rehabilitasi Long COVID di rumah sakit rujukan, bekerja sama dengan spesialis paru, neurologi, psikiatri, dan rehabilitasi medik. Selain itu menyediakan layanan booster vaksin untuk warga yang membutuhkan.Komunitas penyintas dan LSM bisa memperkuat peran advokasi dan pendampingan, terutama untuk kasus anak-anak dan penyintas rentan.Media massa perlu memberi ruang untuk cerita penyintas agar publik sadar bahwa penyakit ini belum selesai.Kita, sebagai individu bisa berkontribusi, misalnya dengan tetap memakai masker saat flu, rutin memeriksakan kesehatan pascainfeksi, dan berbagi informasi yang benar.

    Long COVID bukan aib. Ini bagian dari realitas pascapandemi yang harus kita hadapi bersama, dengan ilmu, dengan empati, dan tentu saja, dengan hadirnya kebijakan.

    Catatan Redaksi: Penulis merupakan anggota Covid Survivor Indonesia (CSI) dan jurnalis lepas

    Simak Video “Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]

  • 280.000 Liter BBM Akhirnya Masuk Gaza, Krisis dan Gempuran Bom Masih Mengancam

    280.000 Liter BBM Akhirnya Masuk Gaza, Krisis dan Gempuran Bom Masih Mengancam

    PIKIRAN RAKYAT – Di tengah gempuran serangan udara dan penembakan yang tak henti, sebanyak 280.000 liter bahan bakar akhirnya berhasil disalurkan ke wilayah Gaza, Kamis, 19 Juni 2025.

    Bahan bakar ini sangat krusial untuk menyokong layanan-layanan penting, termasuk rumah sakit, instalasi air bersih, dan jaringan komunikasi.

    Pasokan tersebut diangkut dari Stasiun Al Tahreer di Rafah ke Deir al Balah oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui koordinasi Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).  Ini merupakan pengiriman pertama setelah 110 hari tanpa bahan bakar masuk ke Gaza.

    “Meski hal ini memberi sedikit waktu tambahan, jumlahnya masih jauh dari cukup. Untuk menjaga agar operasi penyelamatan nyawa dapat terus dilakukan, bahan bakar yang dibeli dari luar harus diizinkan masuk ke Gaza. Jika hal ini tidak segera dilakukan, rumah sakit, ambulans, instalasi desalinasi air laut, jaringan telepon, dan layanan penting penunjang kelangsungan hidup lainnya akan terhenti,” ujar OCHA, dikutip dari Xinhua, Jumat, 30 Juni 2025.

    Kekerasan yang terus terjadi juga berdampak pada korban sipil. OCHA melaporkan banyak warga sipil tewas atau terluka, termasuk mereka yang sedang mencari bantuan.

    Akses terhadap informasi dan koordinasi bantuan pun terganggu akibat putusnya kabel serat optik, yang menyebabkan tiga hari gangguan komunikasi besar-besaran.

    Upaya perbaikan terhambat karena otoritas Israel Penjajah menghalangi pergerakan tim perbaikan.

    “Otoritas Israel awalnya menyetujui tetapi kemudian menghalangi pergerakan tim yang ditugaskan untuk mengidentifikasi lokasi putusnya kabel tersebut. Hal ini berdampak pada wilayah Gaza tengah dan selatan,” ucap OCHA.

    RS Krisis, Warga Gaza Terpaksa Tinggal di Reruntuhan

    Kondisi penampungan warga sipil kian memburuk. Menurut OCHA, sejak 1 Maret 2025 tidak ada bahan-bahan penampungan seperti tenda, kayu, dan terpal yang diizinkan masuk ke Gaza. Sementara itu, satu dari tiga warga Gaza terpaksa mengungsi kembali sejak gencatan senjata terakhir gagal dipertahankan.

    “Akomodasi darurat terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang hancur akibat bom, lahan-lahan publik, dan puing-puing perkotaan, sering kali melebihi kapasitas lokasi itu dan tanpa infrastruktur dasar,” kata OCHA.

    Sebanyak 980.000 barang kebutuhan penampungan, termasuk hampir 50.000 tenda, telah disiapkan PBB dan mitra kemanusiaan, tetapi pengirimannya belum memungkinkan karena masih terganjal akses.

    Tim PBB, bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), juga mengunjungi Kompleks Medis Nasser di Khan Younis yang kini dalam kondisi sangat kritis. Ratusan pasien memenuhi rumah sakit tersebut, melebihi kapasitas ganda dari jumlah ideal.

    Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Ghebreyesus mengatakan, “Kompleks Medis Nasser menampung jumlah pasien dua kali lipat dari kapasitas yang seharusnya.”

    Sebuah tenda bantuan WHO, yang semula dirancang untuk layanan anak dan bedah, kini berubah fungsi menjadi bangsal trauma dengan 100 tempat tidur dijejalkan ke dalam ruangan yang hanya mampu menampung 88 unit.

    Rumah sakit ini tak bisa memperluas kapasitas karena kekurangan ventilator, monitor, tempat tidur, serta tenaga medis.

    WHO sempat berhasil mengirimkan sejumlah minimum bahan bakar ke rumah sakit itu pada Rabu, 18 Juni 2025 untuk menghidupkan generator cadangan. Namun, letaknya yang berada di wilayah dengan perintah evakuasi dari otoritas Israel Penjajah membuat akses ke rumah sakit makin sulit.

    Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tinggi di kalangan tenaga medis dan pasien terkait keselamatan mereka. ****