NGO: WHO

  • 4 Cara Tepat Menjaga Nutrisi Anak dan Lansia Saat Pemulihan Bencana

    4 Cara Tepat Menjaga Nutrisi Anak dan Lansia Saat Pemulihan Bencana

    Jakarta, Beritasatu.com – Cara menjaga nutrisi anak dan lansia menjadi perhatian penting setelah bencana alam, karena dua kelompok ini memiliki kerentanan tinggi terhadap masalah gizi.

    Dalam situasi darurat, pemenuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sering kali tidak terpenuhi. Salah satu solusi yang banyak digunakan adalah pangan darurat berbentuk batang (food bar), yaitu makanan padat gizi yang praktis dikonsumsi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dasar di tengah keterbatasan.

    Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, hingga banjir bandang mampu mengganggu produksi pangan, merusak jalur distribusi, dan menurunkan akses terhadap air bersih. Kondisi ini membuat masyarakat sulit memperoleh makanan bergizi maupun sanitasi yang layak.

    Pada fase ini, risiko malanutrisi meningkat drastis, terutama pada kelompok rentan, yakni anak-anak, bayi, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia. Kekurangan nutrisi pada anak dapat menyebabkan masalah serius, seperti stunting, wasting, atau melemahnya daya tahan tubuh.

    Sementara pada lansia, meski kebutuhan energi menurun, kebutuhan protein, vitamin, dan mineral tetap tinggi untuk menjaga fungsi tubuh, kesehatan tulang, serta massa otot.

    Oleh karena itu, pemenuhan gizi setelah bencana bukan sekadar soal makan, tetapi strategi penting untuk mempercepat pemulihan dan mencegah dampak kesehatan jangka panjang.

    Prinsip Dasar Nutrisi dalam Situasi Darurat dan Pascabencana

    Ahli gizi darurat menyarankan beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam cara menjaga nutrisi anak dan lansia setelah bencana:

    1. Prioritaskan kelompok rentan

    Anak-anak, bayi, ibu hamil dan menyusui, serta lansia harus menjadi prioritas dalam distribusi makanan karena mereka paling rentan mengalami malanutrisi.

    2. Pastikan kecukupan energi dan protein

    Kebutuhan dasar harian biasanya mengacu pada sekitar 2.100 kkal per orang, ditambah kebutuhan protein minimum. Fokus utama adalah memenuhi dua unsur ini agar tubuh tetap memiliki energi untuk bertahan dan pulih.

    3. Jaga keamanan pangan dan air bersih

    Pada masa krisis, kontaminasi makanan atau air sangat mudah terjadi. Kebersihan makanan, pengolahan yang tepat, dan akses air bersih sangat penting untuk mencegah penyakit seperti diare yang memperburuk kondisi gizi.

    4. Berikan intervensi gizi khusus jika diperlukan

    Jika asupan makanan tidak cukup memenuhi kebutuhan mikro maupun makronutrien, pemberian suplemen atau makanan tambahan perlu dipertimbangkan, terutama bagi anak kecil dan lansia.

    Strategi Praktis Menjaga Nutrisi Anak di Masa Pemulihan Bencana

    1. Pertahankan ASI eksklusif untuk bayi di bawah 6 bulan

    World Health Organization (WHO) menegaskan menyusui tetap menjadi sumber nutrisi terbaik selama situasi darurat. ASI mengandung energi, nutrisi penting, dan antibodi yang melindungi bayi dari infeksi.

    2. Berikan MPASI bergizi untuk bayi di atas 6 bulan

    Gunakan makanan lunak yang mudah dicerna, seperti puree, bubur, dan makanan kecil bergizi. Pilihan ini cocok ketika fasilitas memasak terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.

    3. Pastikan distribusi makanan bergizi atau tambahan gizi

    Dalam kondisi krisis, bantuan makanan sebaiknya mencakup energi, protein, dan jika mungkin zat gizi mikro. Makanan tambahan untuk balita sangat membantu mencegah wasting atau underweight.

    4. Jaga kebersihan air dan alat makan anak

    Gunakan air matang atau air kemasan untuk menyiapkan makanan anak dan membersihkan peralatan makan. Langkah ini penting untuk mencegah diare dan infeksi.

    Strategi Menjaga Nutrisi Lansia dan Dewasa Rentan

    Untuk lansia, cara menjaga nutrisi memiliki fokus berbeda dibanding anak-anak:

    1. Berikan makanan mudah dicerna namun bergizi seimbang

    Walau kebutuhan energi menurun, lansia tetap membutuhkan protein dan mikronutrien penting, seperti vitamin D, kalsium, dan mineral lain untuk menjaga fungsi tubuh.

    2. Batasi makanan tinggi garam, gula, dan lemak jenuh

    Makanan bantuan atau makanan olahan kadang tinggi garam dan lemak. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi, gangguan jantung, dan komplikasi kesehatan lainnya.

    3. Pastikan hidrasi yang cukup

    Lansia harus mendapat minimal 1 liter air bersih per hari untuk menjaga fungsi organ, mencegah dehidrasi, dan menurunkan risiko komplikasi.

    4. Pantau kondisi kesehatan dan status gizi

    Pengecekan berkala sangat penting untuk mendeteksi anemia, malanutrisi, atau masalah kesehatan lain sehingga intervensi dapat dilakukan sejak dini.

    Anak membutuhkan nutrisi untuk tumbuh, sedangkan lansia memerlukan nutrisi untuk mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, kedua kelompok ini mengalami risiko terbesar ketika akses pangan terganggu.

    Dampak malanutrisi pascabencana dapat berlangsung jangka panjang, mulai dari stunting, melemahnya imun tubuh, hingga meningkatnya risiko penyakit kronis.

    Dengan memahami cara menjaga nutrisi anak dan lansia dalam masa pascabencana serta menerapkan prinsip dasar pemenuhan gizi darurat, keluarga dan komunitas dapat membantu mencegah malanutrisi dan mempercepat proses pemulihan.

  • WHO Soroti Banjir Parah di Beberapa Negara Asia, Termasuk Indonesia

    WHO Soroti Banjir Parah di Beberapa Negara Asia, Termasuk Indonesia

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti bencana banjir parah yang melanda beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia. Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan pihaknya terus menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah dan mitra kesehatan di wilayah terdampak untuk memastikan bantuan bisa diberikan secara cepat dan tepat sasaran.

    Dalam pernyataan terbaru melalui akun X atau Twitter-nya, Dr. Tedros menyebut WHO telah melakukan koordinasi mendalam dengan Indonesia, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Negara-negara ini menghadapi banjir besar yang digambarkan sebagai salah satu peristiwa paling ekstrem dalam sejarah.

    “Kami berkoordinasi erat dengan mitra di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Malaysia untuk memastikan dukungan yang diperlukan tersedia bagi respons terhadap banjir besar akibat siklon #Ditwah,” ungkap Dr. Tedros.

    WHO kini menugaskan tim tanggap cepat (rapid response teams) ke negara-negara yang meminta bantuan. Selain itu, organisasi ini memperkuat sistem pengawasan penyakit untuk mencegah munculnya wabah dan memastikan layanan kesehatan penting tetap berjalan di daerah terdampak parah.

    “Tim tanggap cepat sedang dikerahkan ke wilayah yang membutuhkan, pengawasan penyakit diperkuat, dan dukungan untuk layanan kesehatan esensial terus kami pastikan bagi masyarakat terdampak,” tambahnya.

    Dr. Tedros juga menyampaikan rasa duka mendalam atas korban jiwa dan kerusakan luas yang ditimbulkan oleh banjir serta longsor di berbagai negara Asia.

    “Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada warga dan negara-negara yang kehilangan orang-orang terkasih atau terdampak oleh bencana ini,” kata Dr. Tedros.

    Di Indonesia, Kementerian Kesehatan melaporkan warga terdampak banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara mulai mengalami berbagai masalah kesehatan.

    Sumatera Barat mencatat jumlah keluhan demam paling tinggi dibanding provinsi lain yang terdampak. Dalam periode 25–29 November 2025, tercatat 376 laporan demam dari lima daerah: Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan, dan Tanah Datar.

    Keluhan kesehatan lain yang umum ditemukan meliputi 201 kasus nyeri otot, 120 kasus gatal-gatal, 118 gangguan pencernaan, 116 infeksi saluran pernapasan, 77 kasus hipertensi, 62 luka-luka, 46 sakit kepala, serta 40 kasus diare dan asma masing-masing.

    Di Sumatera Utara, pola serupa terlihat. Kabupaten Tapanuli Selatan melaporkan 277 kasus demam, 151 kasus nyeri otot, 150 keluhan kulit gatal, 94 gangguan pencernaan, 96 infeksi saluran pernapasan, 75 hipertensi, 45 luka-luka, 23 sakit kepala, 23 diare, dan 3 kasus asma pada periode 25 November–1 Desember 2025.

    Sementara itu, Aceh menunjukkan tren berbeda. Di Kabupaten Pidie Jaya, selama 25–30 November 2025, keluhan terbanyak adalah 35 kasus luka, diikuti 15 infeksi saluran pernapasan dan 6 kasus diare.

  • Bos WHO Respons Bencana Banjir Asia Termasuk yang Terjadi di Indonesia

    Bos WHO Respons Bencana Banjir Asia Termasuk yang Terjadi di Indonesia

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti terkait bencana banjir besar yang melanda sejumlah negara Asia, termasuk di Indonesia. Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pihaknya kini berkomunikasi erat dengan pemerintah dan mitra kesehatan di kawasan untuk memastikan dukungan dapat diberikan secara cepat dan tepat.

    Dalam pernyataan terbarunya melalui media sosial, Dr Tedros menyebut WHO telah menjalin koordinasi intensif dengan Indonesia, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Negara-negara tersebut terdampak banjir besar yang disebut sebagai salah satu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    “Kami berkomunikasi erat dengan mitra di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Malaysia untuk memberikan dukungan yang diperlukan dalam menanggapi banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat badai siklon #Ditwah,” ungkap Dr Tedros, dikutip Jumat (5/12/2025).

    WHO saat ini tengah mengerahkan tim tanggap cepat (rapid response teams) ke negara-negara yang telah meminta dukungan. Pihaknya juga memperkuat sistem pengawasan penyakit untuk mencegah terjadinya wabah, serta memastikan layanan kesehatan esensial tetap berjalan di wilayah-wilayah yang terdampak parah.

    “Kami sedang mengerahkan tim tanggap cepat ke negara-negara yang telah meminta dukungan, memperkuat pengawasan penyakit, dan mendukung keberlangsungan layanan kesehatan esensial bagi masyarakat terdampak,” tambahnya.

    Dr Tedros juga menyampaikan belasungkawa mendalam atas jatuhnya korban jiwa dan kerusakan luas yang ditimbulkan oleh banjir dan longsor di kawasan Asia.

    “Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada masyarakat dan negara-negara yang telah kehilangan orang-orang terkasih dan kehidupan mereka terdampak oleh tragedi ini.”

    Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memberikan laporan terkini kondisi kesehatan warga terdampak bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

    Berdasarkan data 3 Desember 2025, terdapat tiga keluhan kesehatan yang paling banyak muncul. Berikut datanya dihimpun dari laman Kemenkes:

    AcehPenyakit kulit: 238 kasusISPA: 126 kasusDiare: 49 kasusSumatera UtaraPenyakit kulit: 2.824 kasusISPA: 2.436 kasusInfluenza like illness (ILI): 738 kasusSumatera BaratISPA: 181 kasusDemam: 131 kasusDarah tinggi: 103 kasus

    Prioritas penanganan kesehatan yang diberikan mulai dari layanan darurat yang mencakup pemeriksaan kesehatan, pemberian obat dasar dan penanganan luka.

    Di samping itu juga dilakukan pengendalian penyakit seperti fogging, disinfeksi area tergenang dan pemakaian masker.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Data BNPB: Korban Meninggal Bencana Sumatera 780 Jiwa, 564 Masih Hilang

    Data BNPB: Korban Meninggal Bencana Sumatera 780 Jiwa, 564 Masih Hilang

    Jakarta

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 780 jiwa meninggal dunia dan 564 jiwa dinyatakan hilang pada penanganan darurat banjir dan longsor di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.

    Penambahan jumlah korban jiwa dan orang hilang tersebut didapat dari situs Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana (Pusdatin BNPB), dilihat detikcom pada Kamis (4/12/2025), pukul 06.00 WIB.

    Berikut rincian korban meninggal dunia dan hilang.

    Aceh: 277 jiwa meninggal dan 193 jiwa hilangSumatera Barat: 204 jiwa meninggal dan 212 jiwa hilangSumatera Utara: 299 jiwa meninggal dan 159 jiwa hilang

    Antisipasi Risiko Penyakit di Wilayah Terdampak

    Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono buka-bukaan soal kondisi terkini wilayah yang terdampak bencana alam di Sumatera. Ia menyebut saat ini pihak Kemenkes sudah mengirim tim ke daerah untuk melakukan mitigasi dan evaluasi pada beberapa penyakit penting yang mungkin berdampak.

    “Ini kan sekarang yang paling penting itu mitigasi dari korban-korban yang mengalami luka yang akut. Itu ada beberapa ya, ada yang patah tulang, kita sudah kirimkan timnya ke sana,” ungkap Wamenkes ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2025).

    Pasca bencana, beberapa penyakit seperti diare dan leptospirosis dapat meningkat. Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang dapat masuk melalui luka atau air tercemar. Gejala yang dapat ditimbulkan berupa nyeri otot, demam, hingga gangguan organ.

    “Ini yang paling penting karena kejadian pasca bencana itu berkaitan dengan penyakit-penyakit seperti diare, demam, batuk pilek, ada leptospirosis, akibat kejadian banjir,” ungkap Wamenkes.

    “Ini kita terus mitigasi. Kita juga melakukan evaluasi pada mereka-mereka yang mempunyai risiko tinggi. Misalnya lansia, ibu hamil, orang yang mengalami cuci darah, orang yang pakai insulin. Ini juga terus kita evaluasi,” tandas Dante.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Respons WHO soal Musibah Banjir di Asia Termasuk di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Fix! WHO Rilis Panduan Penggunaan Obat GLP-1 untuk Orang Obesitas

    Fix! WHO Rilis Panduan Penggunaan Obat GLP-1 untuk Orang Obesitas

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis panduan pertamanya tentang penggunaan terapi Glucagon-Like Peptide-1 (GLP-1) untuk mengobati obesitas sebagai penyakit kronis yang kambuh.

    Langkah ini diambil untuk mengatasi tantangan kesehatan global yang berkembang, dengan obesitas memengaruhi lebih dari 1 miliar orang di dunia.

    Pada September 2025, WHO telah menambahkan terapi GLP-1 ke dalam Daftar Obat Esensial (Essential Medicines List) untuk mengelola diabetes tipe 2 pada kelompok berisiko tinggi.

    Dengan panduan baru ini, WHO mengeluarkan rekomendasi bersyarat untuk menggunakan terapi GLP-1 termasuk liraglutide, semaglutide, dan tirzepatide guna mendukung orang yang hidup dengan obesitas.

    “Panduan baru kami mengakui bahwa obesitas adalah penyakit kronis yang dapat diobati dengan perawatan komprehensif dan seumur hidup,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (2/12/2025).

    Rekomendasi WHO terkait obat GLP-1

    Panduan baru WHO ini berisi dua rekomendasi bersyarat utama:

    Terapi GLP-1 dapat digunakan oleh orang dewasa, kecuali wanita hamil, untuk pengobatan obesitas jangka panjang. Meskipun efektivitas obat ini jelas, rekomendasinya bersifat bersyarat karena keterbatasan data tentang efikasi dan keamanan jangka panjang, biaya saat ini, kesiapan sistem kesehatan yang tidak memadai, dan potensi implikasi kesetaraan akses.

    Intervensi perilaku intensif, termasuk diet sehat dan aktivitas fisik terstruktur, dapat ditawarkan kepada orang dewasa dengan obesitas yang diresepkan terapi GLP-1, karena bukti menunjukkan hal ini dapat meningkatkan hasil pengobatan.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas

    Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas

    Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas

  • Kanker Usus Besar Hantui Usia 20-an, Ini 5 Gejala yang Harus Diwaspadai

    Kanker Usus Besar Hantui Usia 20-an, Ini 5 Gejala yang Harus Diwaspadai

    Jakarta

    Kanker kolorektal atau usus besar mungkin dianggap umum terjadi pada orang yang lebih tua, namun kanker tersebut kini juga menyerang usia muda.

    Menurut data dari CDC, dari tahun 1999-2020, ada peningkatan sebesar 185 persen pada kanker kolorektal di antara orang dwasa berusia 20-24 tahun, dan peningkatan 333 persen di antara remaja berusia 15-19 tahun.

    WHO melaporkan, kematian akibat kanker usus besar di tahun 2020 mencapai lebih dari 930.000 jiwa. Sehingga, penting untuk mengenali gejalanya sejak dini.

    Seorang ahli gastroentologi di California, Dr Saurabh Sethi membagikan lima tanda peringatan kanker usus yang tidak boleh diabaikan. Apa saja?

    Tanda-tanda Kanker Usus Besar yang Tidak Boleh Diabaikan

    Seperti namanya, kanker usus besar bermula di usus besar atau rektum. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker ini di antaranya usia, riwayat keluarga, mutasi terkait usus besar yang diwariskan, hingga gaya hidup. Berikut beberapa tanda-tandanya yang perlu diwaspadai.

    1. BAB Berdarah

    Pendarahan rektum bisa menjadi tanda peringatan kanker usus besar. Jadi, jika menemukan darah di feses, mangkuk toilet, atau tisu toilet setelah buang air besar, jangan abaikan.

    2. Perubahan Bentuk dan Ukuran Feses

    Jangan pernah mengabaikan perubahan pada pergerakan usus. Menurut dr Sethi, perubahan bentuk dan ukuran feses bisa jadi merupakan tanda penyempitan usus besar. Karena itu, jika perubahan tersebut terus berlanjut, segera periksakan diri ke dokter.

    3. Sakit Perut Kronis

    Sering merasakan sakit perut? Jangan anggap remeh. Dr Sethi mengingatkan, sakit perut kronos merupakan gejala utama dari kanker usus besar. Jika kram, kembung, atau rasa tidak nyaman tak kunjung hilang dengan pengobaan biasa, maka kondisi ini patut dikhawatirkan.

    4. Kelelahan

    Merasakan lelah sepanjang waktu, misalnya bangun dalam keadaan lelah bahkan setelah tidur nyenyak semalaman perlu diwaspadai. Sayangnya, gejala ini mungkin luput dari perhatian.

    Orang-orang sering menganggapnya sebagai kelelahan biasa. Jadi, jika sering merasa lelah tanpa alasan yang jelas, penting untuk memeriksakan diri ke dokter.

    5. Anemia Defisiensi Besi

    Anemia seringkali tidak terasa sampai terdeteksi lewat pemeriksaan darah. Tumor yang ada di usus bisa berdarah secara perlahan dan terus menerus, yang menyebabkan defisiensi besi.

    “Anemia defisiensi zat besi bisa terjadi bahkan jika Anda tidak merasakan adanya perdarahan yang nyata,” kata Dr Sethi.

    Pada kesimpulannya, tanda dan gejala yang disebutkan kemungkinan mengarah pada kanker usus besar, namun tidak selalu berarti demikian.

    “Ingatlah bahwa masalah ini bisa terlihat pada banyak kondisi medis lainnya. Jadi, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter,” kata Dr Sethi.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Pakar Soroti Potensi Lonjakan Penyakit di Aceh-Sumut Pasca Bencana Banjir

    Pakar Soroti Potensi Lonjakan Penyakit di Aceh-Sumut Pasca Bencana Banjir

    Jakarta

    Bencana banjir dan longsor yang terjadi di wilayah Aceh dan Sumatera Utara beberapa hari ke belakang menyita perhatian banyak pihak. Korban bencana kini harus bersiap menghadapi potensi penyakit menular dan memburuknya kondisi pasien penyakit tidak menular (PTM) di wilayah terdampak.

    Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan ada beberapa kelompok penyakit menular yang perlu menjadi perhatian, sehingga bisa diantisipasi oleh mereka yang ada di wilayah bencana, seperti:

    Penyakit yang ditularkan melalui air (water-borne diseases) seperti diare, hepatitis A, dan penyakit kulit.Penyakit yang ditularkan lewat makanan (foodborne diseases) akibat higienitas yang buruk, termasuk keracunan makanan.Penyakit paru dan pernapasan, misalnya ISPA dan pneumonia, yang mudah menular di lokasi pengungsian.Penyakit yang menular melalui kontak langsung antar-manusia, seperti infeksi kulit atau penyakit mata.

    “Keempat kelompok penyakit ini saling berkaitan. Dalam situasi bencana, penurunan kualitas air, sanitasi buruk, dan padatnya pengungsian membuat risiko penularan meningkat tajam,” beber pria yang sempat menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, saat dihubungi detikcom Jumat (28/11/2025).

    Pada kondisi pasca-bencana, definisi kelompok rentan menurut Prof Tjandra tidak hanya para anak-anak, lansia, serta mereka dengan komorbid atau imunitas lemah.

    “Masyarakat umum yang rumah atau desanya terdampak dapat menjadi rentan pula terhadap berbagai penyakit,” jelasnya.

    Populasi Sehat Mudah Terinfeksi

    Perubahan lingkungan yang drastis, stres, kurang tidur, air bersih terbatas, hingga paparan dingin membuat populasi sehat sekalipun menjadi lebih mudah terinfeksi penyakit pasca-bencana.

    Ketersediaan air bersih menjadi faktor paling krusial dalam mencegah penyakit pascabencana.

    Pakar menegaskan risiko yang muncul tidak hanya penyakit yang secara klasik dikategorikan sebagai water-borne disease, tetapi juga penyakit lain yang mekanisme penularannya dipengaruhi sanitasi yang buruk.

    “Keempat jenis penyakit menular tadi perlu diantisipasi bersamaan. Krisis air bersih memperburuk banyak aspek, dari kebersihan makanan, higiene pribadi, hingga kualitas lingkungan,” kata Prof Tjandra.

    Bencana juga berpotensi memperparah kondisi mereka yang mengidap penyakit tidak menula, seperti:

    Diabetes, akibat pola makan dan minum yang tidak teraturPenyakit paru kronik (PPOK), yang dapat mengalami eksaserbasi akut karena lembap atau paparan debu serta hipertensi.Penyakit jantung, yang bisa kambuh akibat stres dan kurangnya obat rutin.

    “Situasi bencana dapat membuat pasien PTM tidak bisa mengakses obat atau kontrol rutin, sehingga risiko komplikasi meningkat,” ujar Prof Tjandra.

    Untuk mencegah kejadian luar biasa pasca-bencana, beberapa langkah prioritas bisa segera dilakukan, seperti penyediaan air bersih, sarana mandi-cuci-kakus, dan fasilitas cuci tangan memadai.

    Pengawasan ketat pada kebersihan dapur umum juga harus dilakukan, sejalan dengan pemberian ventilasi yang baik dan mengatur kepadatan korban di ruang pengungsian, serta tersedianya obat-obatan rutin pasien dengan penyakit kronik.

    “Upaya ini harus berjalan paralel dengan penanganan bencana. Dalam hitungan hari, penyakit bisa meningkat jika tidak segera diantisipasi,” tutup Prof Tjandra.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Kasus Penyakit Kusta Indonesia Masuk 3 Besar Dunia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Pakar Ingatkan Risiko Penyakit Pascabencana di Aceh-Sumut

    Pakar Ingatkan Risiko Penyakit Pascabencana di Aceh-Sumut

    Jakarta

    Di tengah proses evakuasi dan penanganan darurat bencana banjir dan longsor di Aceh serta Sumatera Utara, para ahli kesehatan mengingatkan adanya potensi lonjakan penyakit menular dan memburuknya kondisi pasien penyakit tidak menular (PTM) di wilayah terdampak.

    Polda Sumatera Utara mencatat sedikitnya 34 orang meninggal dunia akibat bencana alam yang melanda sejumlah daerah sejak 24 hingga 26 November 2025. Korban jiwa terbanyak berada di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), yakni 17 orang, disusul Sibolga (8 orang), Tapanuli Tengah (4 orang), Pakpak Bharat (2 orang), Humbang Hasundutan (2 orang), dan Nias Selatan (1 orang).

    “Data ini masih bersifat sementara dan terus diperbarui,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Ferry Walintukan, Jumat (28/11/2025).

    Ancaman Penyakit Menular Pascabencana

    Kondisi lapangan yang masih rentan, bantuan logistik belum merata, sejumlah titik masih terdampak longsor dan banjir, membuat potensi penularan penyakit cukup tinggi.

    Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan setidaknya empat kelompok penyakit menular yang perlu diantisipasi di wilayah bencana, seperti

    Penyakit yang ditularkan melalui air (water-borne diseases) seperti diare, hepatitis A, dan penyakit kulit.Penyakit yang ditularkan lewat makanan (foodborne diseases) akibat higienitas yang buruk, termasuk keracunan makanan.Penyakit paru dan pernapasan, misalnya ISPA dan pneumonia, yang mudah menular di lokasi pengungsian.Penyakit yang menular melalui kontak langsung antar-manusia, seperti infeksi kulit atau penyakit mata.

    “Keempat kelompok penyakit ini saling berkaitan. Dalam situasi bencana, penurunan kualitas air, sanitasi buruk, dan padatnya pengungsian membuat risiko penularan meningkat tajam,” beber pria yang sempat menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, saat dihubungi detikcom Jumat (28/11/2025).

    Ia menambahkan kelompok rentan pada kondisi pascabencana tidak hanya terbatas pada lansia, anak-anak, pengidap komorbid dan gangguan imunitas.

    “Biasanya kita sebut rentan adalah lansia, anak-anak, dan mereka dengan komorbid atau imunitas lemah. Tetapi pada keadaan bencana, masyarakat umum yang rumah atau desanya terdampak dapat menjadi rentan pula terhadap berbagai penyakit,” jelasnya.

    Perubahan lingkungan yang drastis, stres, kurang tidur, air bersih terbatas, hingga paparan dingin membuat populasi sehat sekalipun menjadi lebih mudah terinfeksi.

    Ketersediaan air bersih menjadi faktor paling krusial dalam mencegah penyakit pascabencana.

    Pakar menegaskan risiko yang muncul tidak hanya penyakit yang secara klasik dikategorikan sebagai water-borne disease, tetapi juga penyakit lain yang mekanisme penularannya dipengaruhi sanitasi yang buruk.

    “Keempat jenis penyakit menular tadi perlu diantisipasi bersamaan. Krisis air bersih memperburuk banyak aspek, dari kebersihan makanan, higiene pribadi, hingga kualitas lingkungan,” katanya.

    Bencana juga berpotensi memperparah kondisi mereka yang mengidap penyakit tidak menular. Diabetes, akibat pola makan dan minum yang tidak teratur. Penyakit paru kronik (PPOK), yang dapat mengalami eksaserbasi akut karena lembap atau paparan debu serta hipertensi dan penyakit jantung, yang bisa kambuh akibat stres dan kurangnya obat rutin.

    “Situasi bencana dapat membuat pasien PTM tidak bisa mengakses obat atau kontrol rutin, sehingga risiko komplikasi meningkat,” ujarnya.

    Simak Video “Video: Menkes Pastikan Korban Longsor dan Banjir Sumut Dapat Layanan Kesehatan “
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Hong Thai Buka Suara usai Viral Inhaler Ditarik gegara Kontaminasi

    Hong Thai Buka Suara usai Viral Inhaler Ditarik gegara Kontaminasi

    Jakarta

    Sebuah merek inhaler herbal Thailand Hong Thai sempat ditarik akibat adanya kontaminasi. Kini, produsen disebut sudah bekerjasama dengan Institute of Nuclear Technology (TINT) untuk mensterilkan produknya menggunakan radiasi.

    Langkah ini diambil setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA), menemukan kontaminasi mikroba dalam Formula 2, Lot 332, inhaler herbal perusahaan tersebut.

    Pemilik Thai Herbal Hong Thai Company, Theerapong Rabuetham, menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Bahkan, pihaknya akan bertanggung jawab penuh atas masalah tersebut.

    “Kami sangat menyesalkan insiden ini dan berkomitmen untuk segera memperbaikinya. Krisis ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan standar kami guna memastikan keselamatan konsumen sepenuhnya,” terangnya, dikutip dari laman The Thaiger.

    Theerapong mengonfirmasi bahwa peningkatan sistem pabrik dan kantor sudah berlangsung, dan akan selesai dalam tujuh hari. Ini semua dilakukan di bawah pengawasan langsung TINT.

    Untuk memulihkan kepercayaan konsumen, Hong Thai telah beralih ke sterilisasi radiasi dingin. Itu merupakan sebuah proses yang berfungsi membunuh mikroba tanpa menggunakan bahan kimia.

    Menurut manajer pusat iradiasi TINT, Kamol Unchoo, teknik radiasi dingin itu dilakukan menggunakan sinar elektron (E-beam) dan radiasi cobalt-60 untuk membasmi bakteri dan spora hanya dalam satu hingga dua hari.

    “Proses ini memenuhi standar keamanan internasional dan tidak meninggalkan residu beracun. Proses ini juga tidak membuat produk menjadi radioaktif, sebagaimana dikonfirmasi oleh WHO, FDA, dan IAEA,” kata Kamol.

    Hal terpenting lainnya, Kamol mengatakan bahwa radiasi ini mengawetkan senyawa volatil dalam produk herbal. Ini untuk memastikan aroma dan khasiat obatnya tetap utuh.

    Kamol menambahkan insiden ini dapat menandai titik balik bagi industri herbal Thailand.

    “Hal ini dapat meningkatkan standar keamanan produk herbal di seluruh negeri. Ini juga merupakan contoh yang baik tentang bagaimana sektor publik dan swasta dapat bekerja sama untuk mengatasi masalah dan membangun kepercayaan konsumen,” jelas Kamol.

    Para pejabat mengatakan proses sterilisasi ini akan menjadi model bagi perusahaan lain, terutama di sektor kesehatan dan herbal, di mana keamanan produk sedang diawasi secara ketat.

    Sementara untuk Hong Thai, merek tersebut bertaruh bahwa transparansi, teknologi, dan tindakan cepat akan cukup untuk membuat pelanggan setianya tetap bernapas lega.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)