NGO: WHO

  • 7 Penemu RI yang Ciptaannya Dipakai di Seluruh Dunia

    7 Penemu RI yang Ciptaannya Dipakai di Seluruh Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia tak kalah dari negara Barat soal ilmu pengetahuan. Ada sejumlah penemu hebat yang berasal dari tanah air dengan temuan yang digunakan di seluruh dunia.

    Hasil temuan itu tersebar hampir di berbagai bidang. Penerapannya bahkan masih bisa kita rasakan hingga sekarang.

    Berikut daftar penemu hebat asal Indonesia dari laporan Institut Teknologi Batam, dikutip dari Detik.com:

    1. R.M Sedyatmo (penemu fondasi cakar ayam)

    R.M Sedyatmo merupakan penemu fondasi cakar ayam. Hasil temuan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1934 itu masih bisa kita temui, salah satunya adalah landasan pacu Soekarno-Hatta.

    2. Khoirul Anwar (penemu konsep dua FFT)

    Dia menjadi orang di balik konsep dua Fast Fourier Transform (FFT) yang kemudian digunakan dalam 4G LTE dan menjadi standar International Telecoomunication Union (ITU). Temuan lain dari lulusan NAIST (Nara Institute of Science and Technology) Jepang adalah sistem deteksi ilegal transmitter yang berpotensi digunakan dalam teknologi 5G.

    3. Yogi Ahmad Erlangga (penemu rumus matematika dalam perminyakan)

    Salah satu yang dilakukan Yogi adalah mennyelesaikan persamaan Helmholtz dengan matematika numerik secara cepat (robust). Hasil itu digunakan untuk pemrosesan data seismik menjadi seratus kali lebih cepat, dinilai juga lebih baik dari yang diaplikasikan perusahaan minyak.

    Yogi juga menemukan rumus berbagai masalah di bidang perminyakan. Shell salah satu perusahaan yang tertarik dengan temuan milik Yogi.

    4. Randall Hartolaksono (penemu bahan bakar anti-panas dan anti-api)

    Lulusan Universitas London itu menemukan bahan anti api dan anti panas dari kulit singkong. Hasil temuannya kemudian digunakan oleh perusahaan otomotif dunia dan diakui oleh raksasa seperti Petronas dan Ford.

    5. Muhammad Nurhuda (penemu kompor ramah lingkungan)

    Penemuannya terkait kompor ramah lingkungan dan mengembangkan Rancang Bangun Pilot Plan Gasifikasi Sampah Menjadi Syngas untuk Alternatif Pembangkit Energi Listrik yang Ramah Lingkungan. Ini membuat limbah yang dihasilkan di bawah batas minimum yang telah ditetapkan WHO.

    6. Tjokorda Raka Sukawati (penemu sistem penyangga jalan layang)

    Dia adalah penemu konstruksi Sosrobahu atau Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH). Temuannya digunakan untuk sistem yang dapat memudahkan pembangunan jalan layanan tanpa mengganggu arus lalu lintas.

    Salah satu yang menggunakan konstruksi Sosrobahu adalah saat pembangunan jembatan di Seattle, Amerika Serikat (AS).

    7. Warsito P. Taruno (penemu alat terapi kanker)

    Warsito menciptakan alat terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). Inspirasinya berasal dari kakaknya yang pengidap kanker payudara stadium IV.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • WHO Nyatakan Suriname Bebas dari Malaria, Bagaimana dengan Indonesia?

    WHO Nyatakan Suriname Bebas dari Malaria, Bagaimana dengan Indonesia?

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan bahwa Suriname menjadi negara yang bebas dari penyakit malaria. Keputusan ini menjadikan Suriname sebagai negara pertama di kawasan Amazon yang berhasil mengatasi secara tuntas penyakit tersebut.

    Dengan pengakuan tersebut, Suriname menjadi negara ke-46 di dunia yang memperoleh sertifikasi bebas malaria dari WHO. Status bebas malaria ini diperoleh Suriname setelah upaya panjang selama lebih dari 70 tahun.

    Seperti diketahui, Suriname terletak di pesisir utara Amerika Serikat, yang menghadapi tantangan besar terhadap malaria karena kondisi geografisnya lembap dan banyak area tambang rakyat maupun industri, yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

    “Sertifikasi ini mencerminkan upaya berkelanjutan selama bertahun-tahun, terutama dalam menjangkau wilayah terpencil. Ini berarti generasi mendatang dapat tumbuh bebas dari penyakit yang berpotensi mematikan ini,” kata Direktur Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO), Jarbas Barbosa, dikutip dari laman resmi WHO, pada Minggu, 6 Juni 2025.

    Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus sangat mengapresiasi atas pencapaian Suriname mengatasi malaria. Ia menilai keberhasilan tersebut sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap kesehatan yang merata.

    “Komitmen teguh Suriname terhadap pemerataan kesehatan menjadi inspirasi bagi semua negara yang berjuang untuk masa depan bebas malaria,” tutur Tedros.

    Sampai saat ini, masih banyak negara di dunia yang berjuang mengatasi malaria, salah satunya Indonesia. Dikutip dari laman resmi Kemenkes RI, malaria masih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat Indonesia, terutama di wilayah timur seperti Papua.

    Lebih dari 93 persen bebas kasus malaria Indonesia masih terkonsentrasi di Papua. Wilayah Papua memiliki tantangan tersendiri yang membuat penanggulangan malaria menjadi lebih rumit.

    Faktor geografis yang merupakan daerah pegunungan, hutam lebat, dan keterpencilan menyulitkan distribusi layanan kesehatan. Selain itu, faktor sosial dan budaya, serta kertebatasan akses terhadap fasilitas kesehatan modern juga berdampak memperburuk penanganan malaria.

    Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengimbau masyarakat untuk turut melakukan pencegahan penyebaran malaria yang ditularkan nyamuk Anopheles betina, yang biasa berkembang biak di lingkungan lembap dan tergenang air.

    Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah seperti menggunakan kelambu untuk tidur demi mencegah gigitan nyamuk, menguras dan menutup tempat penampungan air, penggunaan obat pencegah, hingga edukasi yang lebih baik ke masyarakat.

  • Mengapa Anak Zaman Dulu Lebih Pendek dibanding Sekarang?

    Mengapa Anak Zaman Dulu Lebih Pendek dibanding Sekarang?

    Jakarta

    Secara rata-rata, tubuh anak-anak atau manusia zaman sekarang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya. Dalam sebuah penelitian di tahun 2016, peningkatan yang terjadi bervariasi untuk setiap negara.

    “Selama satu abad terakhir, tinggi badan orang dewasa telah berubah secara substansial dan tidak merata di negara-negara di dunia,” menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal eLife dikutip dari CNN.

    Tinggi Badan Anak Meningkat

    Penelitian dilakukan oleh Non-Communicable Diseases Risk Factor Collaboration (NCD-RisC), sebuah jaringan ilmuwan kesehatan yang bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka menggunakan 1.500 data survei populasi global untuk memperkirakan tinggi badan orang di seluruh dunia yang lahir antara 1896 hingga 1996 atau selama 100 tahun.

    Peneliti menuliskan ada beberapa manfaat menjadi orang yang tinggi. Misalnya seperti harapan hidup lebih panjang, risiko penyakit jantung dan pernapasan yang lebih rendah, serta menurunnya risiko komplikasi saat melahirkan bagi perempuan.

    Namun, peneliti juga mencatat orang dengan tinggi badan yang lebih besar dikaitkan dengan risiko kanker usus besar, payudara, dan ovarium yang lebih besar.

    Alasan Anak Lebih Tinggi

    Ada banyak faktor yang memicu peningkatan rata-rata tinggi badan anak zaman sekarang. Menurut studi tersebut, beberapa di antaranya disebabkan oleh faktor pertumbuhan dan nutrisi janin, nutrisi yang diberi, hingga infeksi selama masa kanak-kanak.

    Menurut peneliti, anak yang mengalami infeksi atau penyakit tertentu ketika kecil, memiliki risiko untuk untuk pendek ketika dewasa.

    “Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh faktor genetik, tetapi sebagian besar perbedaan tinggi badan antarnegara memiliki penyebab lain. Misalnya, anak-anak dan remaja yang kekurangan gizi, atau yang menderita penyakit serius, umumnya akan lebih pendek saat dewasa,” tulis peneliti.

    Pada masa lalu, khususnya negara Asia dan Afrika, akses untuk makanan sehat tinggi protein tidak sebaik sekarang. Selain itu, dulu ibu hamil sering kekurangan gizi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Ini membuat proses persalinan masa kini cenderung lebih aman dan baik untuk kesehatan bayi.

    Beberapa faktor lain yang memicu pergeseran ini adalah pengendalian penyakit yang lebih baik, kesadaran gizi yang meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik.

    Negara dengan Penduduk Tertinggi dan Terpendek

    Menurut studi, berikut ini adalah sederet negara dengan rata-rata tinggi badan tertinggi dan terpendek di dunia:

    Negara dengan Pria TertinggiBelanda – sekitar 182,5 cmBelgia – lebih dari 181 cmEstonia – lebih dari 181 cmLatvia – lebih dari 181 cmDenmark – lebih dari 181 cm

    Dari keseluruhan negara, total kenaikan rata-rata tinggi berkisar antara 10-12 cm dalam waktu 100 tahun.

    Negara dengan Pria TerpendekTimor-Leste – sekitar 160 cmYaman – sekitar 160 cmLaos – sekitar 160 cmMadagaskar – lebih dari 160 cmMalawi – Lebih dari 160 cm

    Dari keseluruhan negara, total kenaikan tinggi mencapai 5-8 cm dalam waktu 100 tahun.

    Negara dengan Wanita TertinggiLatvia – lebih dari 168 cmBelanda – lebih dari 168 cmEstonia – lebih dari 168 cmCeko – lebih dari 168 cmSerbia – sekitar 168 cm

    Kenaikan rata-rata tinggi badan yang kurang lebih berada di angka 8-10 cm dalam 100 tahun.

    Negara dengan Wanita TerpendekGuatemala – sekitar 149,4 cmFilipina – kurang dari 151 cmBangladesh – kurang dari 151 cmNepal – kurang dari 151 cmTimor-Leste – kurang dari 151 cm

    Kenaikan tinggi badan berada di angka 5-9 cm dalam waktu 100 tahun.

    Indonesia Gimana?

    Berdasarkan data yang sama, rata-rata tinggi badan orang Indonesia berada di angka 165 cm pada pria dan 153,3 cm pada wanita.

    Dalam waktu 100 tahun sampai tahun 1996, telah terjadi peningkatan rata-rata tinggi badan orang Indonesia sebanyak 6,2 cm pada pria (dari sebelumnya 158,8 cm) dan 4,4 cm pada wanita (dari sebelumnya 148,9 cm).

    Sedangkan menurut World Data, rata-rata tinggi badan pria mencapai 166 cm dan dan wanita 154 cm. Ini membuat Indonesia berada di peringkat 116 dari 127 negara untuk laki-laki dan peringkat 118 dari 126 untuk perempuan.

    (avk/tgm)

  • Waspada! Indonesia Peringkat 3 Kasus Kusta Baru Terbanyak di Dunia

    Waspada! Indonesia Peringkat 3 Kasus Kusta Baru Terbanyak di Dunia

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat bahwa Indonesia masih berada di peringkat ketiga dunia dalam jumlah kasus kusta baru. Berdasarkan data pada 2023, terdapat 14.376 kasus baru kusta di Indonesia, berada di bawah India dengan 107.851 kasus dan Brasil sebanyak 22.773 kasus.

    “Data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih termasuk wilayah dengan tingkat penularan kusta yang tinggi,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Ina Agustina dalam konferensi pers daring, Jumat (4/7/2025).

    Menurut Ina, hanya enam kabupaten/kota di Indonesia yang telah memenuhi standar eliminasi kusta menurut World Health Organization (WHO). Standar itu mencakup nihilnya kasus kusta anak dalam lima tahun terakhir dan tidak adanya kasus kusta dewasa dalam tiga tahun terakhir.

    Meski sebagian besar kabupaten/kota sudah tidak mencatatkan kasus kusta dewasa, Ina menekankan bahwa kasus kusta anak masih menjadi perhatian utama.

    Per 31 Mei 2025, jumlah kasus kusta anak mencapai 484 kasus, setara 13% dari total kasus baru. Sebelumnya, pada 2024, kasus kusta anak tercatat sebanyak 1.420 kasus atau 9,6% dari total.

    “Angka ini masih bisa berubah karena adanya keterlambatan pelaporan dari sejumlah daerah,” jelas Ina.

    Ia juga menekankan bahwa penanganan kusta telah menjadi bagian dari program prioritas nasional. Pemeriksaan dan pengobatan kusta disediakan gratis di puskesmas, sehingga masyarakat diimbau segera mencari pertolongan medis bila mengalami gejala.

    Gejala awal kusta biasanya berupa bercak putih atau merah pada kulit yang disertai mati rasa. Mereka yang tinggal serumah dengan penderita kusta juga dianjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

    “Jangan ragu untuk datang ke puskesmas dan melakukan pemeriksaan bila mengalami gejala,” imbau Ina.

    Kusta termasuk dalam kategori Neglected Tropical Diseases (NTDs) atau penyakit tropis terabaikan.

    Meskipun umumnya kurang mendapat perhatian global, Indonesia justru menjadikan penanggulangan kusta sebagai prioritas nasional, guna menekan penyebaran dan mengurangi stigma terhadap para penderita.
     

  • WHO Desak Harga Minuman Manis Naik 50 Persen demi Selamatkan Jutaan Nyawa

    WHO Desak Harga Minuman Manis Naik 50 Persen demi Selamatkan Jutaan Nyawa

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta sejumlah negara menaikkan harga minuman manis demi menekan kasus kematian akibat penyakit tidak menular. Selain minuman manis, kebijakan kenaikan harga juga didorong untuk produk alkohol dan tembakau.

    Desakan tersebut diminta WHO selambatnya berlaku pada 2035 melalui mekanisme perpajakan kesehatan, yang kemudian memungkinkan kenaikan harga produk hingga 50 persen.

    Konsumsi tembakau, alkohol, dan minuman manis memicu epidemi penyakit tidak menular (PTM). PTM, termasuk penyakit jantung, kanker, dan diabetes, yang menyebabkan lebih dari 75 persen dari total kematian seluruh dunia.

    Dorongan inisiatif dalam tajuk ‘3 by 35’ ini disebut mampu mencegah 50 juta kematian dini selama 50 tahun ke depan.

    “Pajak kesehatan adalah salah satu alat paling efisien yang kita miliki,” kata dr Jeremy Farrar, Asisten Direktur Jenderal, Promosi Kesehatan dan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, WHO dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (4/7/2025).

    “Pajak ini mengurangi konsumsi produk-produk berbahaya dan menciptakan pendapatan yang dapat diinvestasikan kembali oleh pemerintah dalam perawatan kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Saatnya bertindak.”

    Inisiatif ini memiliki tujuan yang ambisius tetapi dapat dicapai untuk mengumpulkan USD 1 triliun selama 10 tahun ke depan. Antara 2012 dan 2022, hampir 140 negara menaikkan pajak tembakau, yang mengakibatkan kenaikan harga riil rata-rata lebih dari 50 persen.

    Kolombia hingga Afrika Selatan telah memberlakukan pajak kesehatan. Dampaknya, ada penurunan konsumsi dan peningkatan pendapatan.

    Sayangnya, masih banyak negara terus memberikan insentif pajak kepada industri yang tidak sehat, termasuk tembakau. Perjanjian investasi jangka panjang dengan industri yang membatasi kenaikan pajak tembakau dapat semakin melemahkan tujuan kesehatan nasional.

    WHO mendorong pemerintah untuk meninjau dan menghindari pengecualian tersebut guna mendukung pengendalian tembakau yang efektif dan melindungi kesehatan masyarakat.

    WHO menyerukan kepada negara-negara, masyarakat sipil, dan mitra pembangunan untuk mendukung langkah tersebut dan berkomitmen pada perpajakan yang lebih cerdas dan adil yang melindungi kesehatan.

    (naf/kna)

  • Eropa Dibekap Musim Gelombang Panas Lebih Dini

    Eropa Dibekap Musim Gelombang Panas Lebih Dini

    Jakarta

    Peringatan bahaya panas ekstrem, sudah diterbitkan sejak akhir pekan di sejumlah wilayah di Spanyol, Portugal, Italia, Jerman, dan Inggris. Suhu udara diperkirakan naik drastis pada Rabu (2/7), sebelum hujan menjelang akhir pekan akan membawa sedikit keteduhan di beberapa area.

    “Panas ekstrem bukan lagi peristiwa langka. Hal ini telah menjadi kondisi normal yang baru,” cuit Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres dari Seville, Spanyol, di mana suhu di hari-hari belakangan ini mencapai lebih 42 derajat Celsius.

    Dia menyerukan aksi nyata untuk memerangi perubahan iklim, seraya memperingatkan bahwa “planet ini semakin panas dan berbahaya.”

    Kepala kantor regional Eropa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Hans Kluge, juga menyampaikan peringatan, gelombang panas “secara diam-diam mengancam mereka yang paling rentan, yakni orang lanjut usia, anak-anak, pekerja lapangan, dan siapa pun dengan kondisi kesehatan kronis.”

    Jerman dituntut berlakukan perlindungan panas

    Serikat guru dan tenaga pendidik Jerman pada Senin (30/6) menyerukan regulasi nasional perlindungan panas di sekolah. “Harus ada peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang seragam bagi siswa dan pegawai sekolah,” ujar Anja Bensinger-Stolze, anggota dewan serikat Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan (GEW), kepada surat kabar jaringan Redaktionsnetzwerk Deutschland (RND). Dia menambahkan , sekolah perlu dimodernisasi dengan atap hijau, tirai peneduh, serta pasokan air minum gratis untuk semua siswa dan staf. Pelatihan pertolongan pertama, serta keselamatan terkait penanganan panas ekstrem, juga wajib diselenggarakan secara luas.

    Gerhard Brand, Ketua Asosiasi Pendidikan dan Pengasuhan (VBE), menyarankan pemanfaatan ruang terbuka di luar sekolah saat cuaca panas, jika kurikulum memungkinkan. Dia menekankan, otoritas sekolah bertanggung jawab memastikan proses belajar tetap berlangsung, meski suhu luar ruangan sangat tinggi.

    Sementara itu, Federasi Rumah Sakit Jerman (DKG) menuntut dana tambahan untuk merenovasi bangunan rumah sakit lawas. “Panas ekstrem menjadi tantangan besar bagi rumah sakit dan staf. Karena kekurangan dana investasi, hanya sedikit rumah sakit yang memiliki ruang rawat, kantor, dan ruang tunggu berpendingin,” ujar Ketua DKG, Gerald Ga.

    Kebakaran hutan merajalela

    Sementara itu, kebakaran hutan mulai menjalar di kawasan Dresden, negara bagian Sachsen, Jerman timur. Petugas pemadam kebakaran dengan cepat berhasil mengendalikan sebagian besar api di lahan seluas satu hektar itu.

    Sebanyak dua puluh enam petugas pemadam dikerahkan dan berhasil memperkecil area kebakaran menjadi 8.000 meter persegi, menurut laporan outlet lokal Tag24.

    Di selatan Eropa, situasi berlangsung lebih dramatis. Prancis melaporkan kebakaran hutan pertama musim ini dengan sekitar 400 hektare hangus di wilayah Aude. Pemerintah mengerahkan pesawat pembom air dan 300 petugas pemadam.

    Langkanya pendingin udara di rumah tangga Prancis juga diwaspadai oleh pemerintah dengan memperketat pengawasan terhadap kelompok rentan, termasuk lansia dan tunawisma.

    Di Turki, kebakaran hutan memaksa penutupan sementara Bandara Izmir dan evakuasi empat desa. Di Hatay, 1.500 orang dievakuasi akibat api yang mendekati kawasan permukiman.

    Spanyol dan Portugal mencatat suhu hingga 43°C, dengan Spanyol mencatat suhu rata-rata nasional tertinggi untuk 29 Juni sejak pencatatan dimulai pada 1950. Italia menetapkan status siaga merah di 21 kota dan memberlakukan pembatasan kerja luar ruangan di Liguria dan Sisilia.

    Inggris: Rekor suhu udara di Wimbledon

    Di London, hari pertama turnamen tenis Wimbledon mencatat suhu mendekati 30°C, salah satu yang terpanas dalam sejarah. Aturan turnamen mengizinkan jeda 10 menit jika suhu melebihi 30,1°C saat pertandingan berlangsung.

    Sejumlah wilayah Inggris saat ini sedang dilanda gelombang panas kedua dalam sebulan, dengan suhu diperkirakan mencapai 34°C di London dan kawasan tenggara Inggris pada hari Senin.

    Suhu terpanas pada bulan Juni di Inggris tercatat mencapai 35,6°C di London pada 28 Juni 1976. Tingginya suhu di utara Eropa tahun ini menandakan rutinitas baru di belahan Bumi utara.

    Menurut Layanan Cuaca Jerman (DWD), suhu di Jerman diperkirakan memuncak pada Rabu (3/7), dengan angka lokal mendekati 40°C dan suhu umum berkisar antara 34°C hingga 38°C.

    Di Berlin yang juga dilanda panas, Kanselir Jerman Friedrich Merz dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Luksemburg Luc Frieden pada Selasa (1/7) untuk membahas kebijakan luar negeri, Eropa, dan kerja sama bilateral, di tengah suhu udara yang mendidih.

    rzn/as (AFP,AP)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Langsung Olahraga Setelah Bangun Tidur? Ini Bahayanya

    Langsung Olahraga Setelah Bangun Tidur? Ini Bahayanya

    Jakarta

    Olahraga merupakan salah satu faktor gaya hidup sehat yang berperan besar pada kebugaran fisik dan mental. Aktivitas fisik bermanfaat untuk meningkatkan energi, memperkuat imun, serta menurunkan berbagai penyakit kronis.

    Selain frekuensi dan jenis olahraga, memilih waktu kapan berolahraga nyatanya juga penting. Memilih waktu olahraga yang tepat dapat membantu mengoptimalkan performa tubuh, membakar lebih banyak kalori, hingga memperbaiki kualitas tidur.

    Efek Bangun Tidur Langsung Olahraga

    Salah satu waktu terbaik untuk berolahraga adalah pagi hari. Tapi perlu diingat, sebaiknya olahraga tidak dilakukan benar-benar setelah bangun. Spesialis kedokteran olahraga dan ahli bedah orthopedi Dr David Geier menuturkan tubuh memerlukan persiapan ketika baru bangun tidur.

    “Secara umum, hal yang penting adalah tubuh Anda membutuhkan semacam aktivasi, semacam masa pemanasan, agar siap untuk berolahraga setelah bangun tidur,” katanya dikutip dari Well and Good, Senin (30/6/2025).

    Berikut ini adalah dampak yang terjadi pada tubuh jika memaksakan diri olahraga setelah baru bangun tidur:

    1. Meningkatkan Risiko Cedera

    Karena kurangnya persiapan, tubuh bisa ‘kaget’ dan lebih rentan terkena cedera. Tubuh membutuhkan masa aktivitivasi atau pemanasan sebelum benar-benar siap bergerak.

    Tanpa pemanasan yang cukup, gerakan tiba-tiba dapat membebani otot dan sendi. Oleh karena itu, sebaiknya luangkan waktu 15-30 menit untuk melakukan peregangan atau gerakan ringan terlebih dahulu.

    2. Memicu Mual dan Ketidaknyamanan

    Latihan intens seperti high intensity interval training (HIIT) di pagi hari bisa memicu mual, terutama jika tanpa persiapan. Fisiolog olahraga Paul DiLauro menuturkan hal ini terjadi karena tubuh memproduksi laktat dalam jumlah besar dan tidak sempat dinetralisasi.

    “Kamu bisa mengalami mual tergantung pada susunan genetik Anda,” katanya.

    Mual adalah sinyal tubuh kesulitan menyesuaikan diri dengan lonjakan aktivitas. Risiko ini lebih besar jika tubuh belum aktif secara metabolik setelah tidur.

    3. Memicu Masalah Pencernaan

    Kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang memutuskan juga untuk sarapan dulu sebelum berolahraga. Setelah makan, lambung membutuhkan darah untuk mencerna makanan, sama halnya dengan otot membutuhkan aliran darah ketika berolahraga.

    Ini akan memicu ‘perebutan’ aliran darah, yang mengakibatkan ketidaknyamanan pada sistem pencernaan. Akibatnya, muncul perasaan mual, kembung, dan tidak bertenaga saat berolahraga.

    Jika ingin sarapan sebelum olahraga, sebaiknya pilih makanan ringan dan beri jeda waktu agar pencernaan tidak terganggu.

    Manfaat Olahraga Pagi

    Selama dilakukan dengan pemanasan dan persiapan yang benar, olahraga di pagi hari masih menjadi pilihan yang tepat. Hingga saat ini belum ada rekomendasi resmi jam berapa yang paling tepat untuk memulai olahraga, tapi jam 6.00 – 9.00 menjadi salah satu waktu yang disarankan. Pada waktu ini, tubuh juga dianggap lebih siap untuk berolahraga.

    Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Obesity menemukan berolahraga antara pukul 07.00 – 9.00 memberikan dampak terbaik untuk penurunan berat badan. Orang yang berolahraga di pagi hari memiliki indeks massa tubuh dan lingkar pinggang yang lebih kecil.

    Menurut imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak usia 5-17 tahun bisa melakukan olahraga tingkat moderat dan sedang selama 60 menit tiap hari. Untuk dewasa berusia 18-64 tahun durasi olahraga dibuat lebih fleksibel menjadi 150-300 menit per minggu untuk aktivitas intensitas sedang, dan 75-150 menit per minggu untuk aktivitas intensitas tinggi. Untuk dewasa disarankan juga untuk latihan penguatan otot minimal dua kali seminggu.

    Berikut ini adalah beberapa manfaat olahraga di pagi hari:

    Meningkatkan kewaspadaan.Meningkatkan energi sebelum beraktivitas.Meningkatkan fokus.Meningkatkan suasana hati.Membantu menurunkan berat badan.Mengontrol nafsu makan seharian.Menjaga kadar gula darah.Menjaga tekanan darah.Meningkatkan kualitas tidur di malam hari.

    (avk/tgm)

  • Cara Konsumsi Buah Sebelum Makan yang Aman untuk Lambung

    Cara Konsumsi Buah Sebelum Makan yang Aman untuk Lambung

    Jakarta

    Buah mengandung berbagai vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Serat dalam buah membantu melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit.

    Konsumsi buah secara rutin dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan menurunkan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung dan kanker. Buah juga membantu menjaga keseimbangan cairan dan mendukung fungsi organ tubuh agar lebih optimal.

    Sebenarnya aman nggak sih konsumsi buah sebelum makan besar? Begini penjelasan lengkapnya.

    Cara Makan Buah Sebelum Makan

    Pada dasarnya buah bisa dimakan sepanjang hari. Mengonsumsi buah yang tinggi serat sebagai makanan pembuka bisa memperlambat proses pencernaan dan membuat rasa kenyang lebih lama.

    Mengonsumsi buah sebelum makan juga membantu penyerapan nutrisi yang lebih baik. Buah mengandung gula alami yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna. Jika dibandingkan dengan makan buah setelah makan berat, tentu makan buah sebelum makan berat akan lebih cepat penyerapan nutrisinya.

    “Sistem pencernaan kita sudah diciptakan dengan sempurna. Maka makan buah dapat kapan saja, baik sebelum atau sesudah makan,” kata spesialis gizi Dr dr Samuel Oetoro, SpGK dalam sebuah wawancara.

    Jika masih was-was makan buah dalam keadaan perut kosong bisa berpengaruh ke lambung, berikut ini beberapa tips yang bisa diterapkan dikutip dari berbagai sumber:

    1. Pilih Buah yang Tepat

    Ada beberapa buah yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan lambung. Misalnya, buah-buahan yang bersifat asam seperti lemon, jeruk nipis, dan nanas.

    Daripada mengonsumsi buah-buahan seperti itu, coba pilih buah pisang, pepaya, semangka, apel, atau melon. Selain memiliki manfaat yang besar untuk kesehatan tubuh, buah-buah ini juga lebih ‘ramah’ untuk lambung.

    Pisang misalnya merupakan sumber kalium, serat, vitamin C, antioksidan, dan fitonutrien yang baik untuk tubuh. Serat yang ada dalam pisang mampu meningkatkan fungsi pencernaan dan mengurangi risiko refluks asam di lambung.

    2. Pastikan Buah dalam Keadaan Matang

    Buah yang matang lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan. Ini disebabkan oleh contohnya enzim alami papain pada buah pepaya.

    Papain merupakan enzim proteolitik yang membantu memecah protein menjadi peptida dan asam amino, sehingga mendukung pencernaan lebih efisien, mengurangi gejala kembung, dan sembelit.

    Pada studi in vitro, pepaya matang menunjukkan aktivitas enzim papain yang lebih tinggi dan menghasilkan disolusi ‘meat bolus’ yang maksimal. Artinya, pepaya matang lebih efektif membantu memecah makanan dalam lambung dibanding pepaya muda.

    Sebaliknya, pepaya muda mengandung latex dan papain dalam kadar tinggi dapat mengiritasi esofagus dan lambung.

    3. Atur Porsinya

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi sayur dan buah minimal 400 gram sehari. Agar seimbang dengan sayuran, konsumsi buah bisa dilakukan dalam 2-3 porsi sehari (80 gram per porsi).

    Untuk orang yang sehat dan aktif, jumlah konsumsi buah bisa ditingkatkan menjadi 4-5 porsi. Tapi untuk orang dengan masalah lambung sensitif bisa mengonsumsi sesuai buah dengan porsi standar WHO, yaitu 2-3 porsi sehari.

    (avk/tgm)

  • Lima Tahun Berlalu, Tim Investigasi WHO Belum Pecahkan Misteri Asal-Usul COVID-19

    Lima Tahun Berlalu, Tim Investigasi WHO Belum Pecahkan Misteri Asal-Usul COVID-19

    Jakarta

    Kelompok Penasihat Ilmiah WHO untuk Asal-usul Patogen Baru atau The WHO Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (SAGO), sebuah panel yang terdiri dari 27 pakar independen, internasional, dan multidisiplin, menerbitkan laporannya tentang asal-usul SARS-CoV-2, virus yang bertanggung jawab atas pandemi COVID-19.

    SAGO telah memajukan pemahaman tentang asal-usul COVID-19, tetapi dalam laporannya, banyak informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi sepenuhnya semua hipotesis belum tersedia.

    “Saat ini, semua hipotesis harus tetap dipertimbangkan, termasuk penularan zoonosis dan kebocoran laboratorium. Kami terus mengimbau China dan negara lain mana pun yang memiliki informasi tentang asal-usul COVID-19 untuk membagikan informasi tersebut secara terbuka, demi melindungi dunia dari pandemi di masa mendatang,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam keterangannya dikutip dari laman resmi WHO, Senin (30/6/2025).

    Marietjie Venter, ketua kelompok tersebut, mengatakan bahwa sebagian besar data ilmiah mendukung hipotesis bahwa virus corona baru berpindah ke manusia dari hewan.

    Namun, ia menambahkan bahwa setelah lebih dari tiga tahun bekerja, SAGO tidak dapat memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi apakah COVID merupakan hasil dari kecelakaan laboratorium, meskipun telah berulang kali meminta informasi terperinci kepada pemerintah China.

    “Oleh karena itu, hipotesis ini tidak dapat diselidiki atau dikecualikan,” katanya, namun menambahkan, “Hipotesis ini dianggap sangat spekulatif, berdasarkan opini politik dan tidak didukung oleh sains.”

    Venter juga mengatakan tidak ada bukti yang membuktikan bahwa COVID telah dimanipulasi di laboratorium, juga tidak ada indikasi bahwa virus tersebut telah menyebar sebelum Desember 2019 di mana pun di luar China.

    Pekerjaan untuk memahami asal-usul SARS-CoV-2 masih belum selesai. WHO menyambut baik bukti lebih lanjut tentang asal-usul COVID-19, dan SAGO tetap berkomitmen untuk meninjau informasi baru jika tersedia.

    (kna/kna)

  • FIKES UPH Buka Program Profesi Apoteker, Jawab Kebutuhan Tenaga Kefarmasian Nasional

    FIKES UPH Buka Program Profesi Apoteker, Jawab Kebutuhan Tenaga Kefarmasian Nasional

    Mohamad Mamduh • 28 Juni 2025 16:36

    Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Pelita Harapan (UPH) resmi membuka Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) sebagai langkah strategis dalam menjawab kebutuhan tenaga kefarmasian yang semakin meningkat di Indonesia. Program ini hadir dengan visi untuk mencetak apoteker profesional yang tidak hanya unggul secara kompetensi, tetapi juga menjunjung tinggi nilai etika dan integritas berlandaskan nilai-nilai Kristiani.

    PSPPA UPH akan memulai penerimaan mahasiswa angkatan pertamanya secara terbatas untuk Tahun Akademik 2025/2026, yang dimulai pada Agustus 2025. Pembukaan PSPPA UPH telah memperoleh izin resmi berdasarkan telah diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia nomor 419/B/O/2025 yang ditetapkan pada 12 Juni 2025.

    Pembukaan PSPPA UPH dilatarbelakangi oleh pentingnya peran apoteker dalam sistem kesehatan nasional, baik dalam pelayanan pasien secara langsung maupun di sektor industri farmasi. Selain itu, hadirnya Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 mempertegas bahwa lulusan sarjana farmasi wajib melanjutkan ke pendidikan profesi untuk dapat berpraktik di bidang kefarmasian. Dalam konteks ini, tenaga kefarmasian tidak hanya terbatas pada apoteker, tetapi juga mencakup Apoteker Spesialis dan Tenaga Vokasi Farmasi (TVF).

    Apt. Ernestine Arianditha Pranasti, M.Farm.Ind., Ketua Program Studi Profesi Apoteker UPH, menegaskan bahwa kehadiran PSPPA UPH merupakan respons terhadap kebutuhan nyata akan tenaga apoteker yang kompeten dan tersebar merata di Indonesia. Ia menyoroti fakta bahwa peran apoteker kini tidak hanya terbatas pada pelayanan di apotek, tetapi juga sangat krusial dalam sistem pelayanan kesehatan yang lebih luas, termasuk rumah sakit, industri farmasi, hingga sektor pemerintahan.

    “Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pemerataan apoteker, baik secara jumlah maupun kualitas. PSPPA UPH hadir untuk mencetak apoteker yang tidak hanya andal secara keilmuan, tetapi juga memiliki integritas dan tanggung jawab sosial untuk turut memperkuat layanan kesehatan nasional,” jelasnya.

    Mahasiswa PSPPA UPH akan menempuh masa studi selama 2 semester dengan total beban 36 SKS. Program ini dirancang untuk membekali lulusan sarjana farmasi dengan kompetensi profesional sebagai apoteker, baik dalam aspek keilmuan, keterampilan praktik, maupun etika profesi.

    Dari total 36 SKS, sebanyak 32 SKS dialokasikan untuk Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang wajib dijalani di lima tempat berbeda. Lokasi praktik ini mencakup berbagai bidang, seperti pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek, distributor obat dan alat kesehatan, industri farmasi/obat tradisional/kosmetik, serta instansi pemerintah. Melalui PKPA ini, mahasiswa akan memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman menyeluruh mengenai peran apoteker dalam sistem pelayanan kesehatan.

    Selain PKPA, mahasiswa juga diwajibkan menempuh 3 SKS studi kasus praktik kefarmasian dan 1 SKS untuk ujian komprehensif serta Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Apoteker Indonesia (UKMPPAI) sebelum mahasiswa menyandang gelar Apoteker (Apt).

    Setelah dinyatakan lulus dari seluruh tahapan pendidikan, mahasiswa dapat mengurus Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) sebagai legalitas untuk menjalankan praktik kefarmasian di Indonesia.

    Apt. Ernestine menjelaskan bahwa kurikulum PSPPA UPH disusun dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pakar kurikulum dari Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI), pengguna lulusan dari rumah sakit, industri farmasi, hingga instansi pemerintahan. Pendekatan ini memastikan kurikulum tetap relevan dengan perkembangan dunia kefarmasian yang terus berubah secara dinamis.

    “Kami menyadari bahwa apoteker masa kini dituntut untuk memiliki lebih dari sekadar pengetahuan teknis. Mereka harus adaptif, berintegritas, dan mampu berkolaborasi lintas sektor. Karena itu, kurikulum kami dirancang untuk mencakup aspek akademik, praktik langsung, serta pembentukan karakter profesional,” ujar Apt. Ernestine.

    PSPPA UPH juga telah menjalin kerja sama strategis dengan berbagai institusi nasional untuk memperkuat mutu pendidikan dan memperluas pengalaman praktik mahasiswa. Beberapa mitra tersebut antara lain Siloam Hospitals, PT Mersifarma Tirmaku, PT Pharos Indonesia, PT Etana Biotechnologies Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kabupaten Tangerang, serta apotek dan puskesmas mitra lainnya.

    Penyusunan kurikulum juga melibatkan organisasi profesi seperti Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Cabang Kabupaten Tangerang dan IAI Pengurus Daerah Banten, serta UPH juga melakukan studi banding ke beberapa perguruan tinggi farmasi seperti Universitas Pancasila, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, dan Universitas Padjadjaran.

    Selama menjalani PKPA, mahasiswa dibimbing langsung oleh apoteker pembimbing (preseptor) di berbagai wahana praktik. Dalam proses ini, mereka tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga ditanamkan nilai-nilai etika profesi, tanggung jawab, dan integritas yang menjadi fondasi utama seorang apoteker profesional.

    PSPPA UPH didukung oleh fasilitas kampus yang lengkap dan modern, dirancang untuk menunjang proses pembelajaran berbasis kompetensi. Mahasiswa mendapatkan banyak pengalaman praktis selama masa studi, salah satunya melalui Apotek Pendidikan milik UPH yakni Apotek UPH yang menjadi salah satu wahana pembelajaran utama.

    Untuk mendukung penilaian objektif dan transparan terhadap kompetensi mahasiswa, UPH menyediakan OSCE (Objective Structured Clinical Examination) Center serta CBT (Computer-Based Test) Center. Fasilitas ini memastikan mahasiswa dipersiapkan dengan baik dalam menghadapi ujian kompetensi nasional.

    Selain itu, pembelajaran didukung oleh berbagai laboratorium khusus yang mencerminkan berbagai bidang ilmu kefarmasian, seperti:

    – Laboratorium Kimia Farmasi
    – Laboratorium Farmasetika dan Teknologi Farmasi
    – Laboratorium Biologi Farmasi
    – Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
    – Laboratorium Mikrobiologi dan Klinis

    Dengan dukungan fasilitas yang terintegrasi ini, mahasiswa dibekali dengan lingkungan belajar yang komprehensif untuk mengembangkan keterampilan teknis dan profesionalisme mereka sebagai apoteker masa depan.

    PSPPA UPH berkomitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki integritas tinggi dan karakter yang kuat. Apt. Ernestine menjelaskan bahwa profil lulusan mengacu pada nine stars pharmacist dari World Health Organization (WHO) yakni sebagai Caregiver, Decision Maker, Communicator, Manager, Leader, Life-long Learner, Teacher, Researcher, dan Entrepreneur.

    “Keunggulan PSPPA UPH memang ada pada praktik farmasi klinis, tapi kami pastikan seluruh standar kompetensi apoteker sesuai regulasi Kementerian Kesehatan juga dipenuhi. Semua ini dibentuk sejak pendidikan sarjana dan dilengkapi dalam program profesi,” jelasnya.

    Prospek karier lulusan PSPPA UPH pun terbuka luas. Mereka dapat berkarier di berbagai bidang seperti rumah sakit, industri farmasi, apotek komunitas, instansi pemerintah seperti BPOM dan Kementerian Kesehatan, maupun sebagai akademisi dan peneliti.

    Dalam jangka panjang, PSPPA UPH menargetkan menjadi salah satu program profesi apoteker unggulan di Indonesia yang mampu menyerap lulusan S1 Farmasi dan mencetak apoteker profesional yang dikenal luas dalam kompetensi dan integritasnya.

    Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Pelita Harapan (UPH) resmi membuka Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) sebagai langkah strategis dalam menjawab kebutuhan tenaga kefarmasian yang semakin meningkat di Indonesia. Program ini hadir dengan visi untuk mencetak apoteker profesional yang tidak hanya unggul secara kompetensi, tetapi juga menjunjung tinggi nilai etika dan integritas berlandaskan nilai-nilai Kristiani.
     
    PSPPA UPH akan memulai penerimaan mahasiswa angkatan pertamanya secara terbatas untuk Tahun Akademik 2025/2026, yang dimulai pada Agustus 2025. Pembukaan PSPPA UPH telah memperoleh izin resmi berdasarkan telah diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia nomor 419/B/O/2025 yang ditetapkan pada 12 Juni 2025.
     
    Pembukaan PSPPA UPH dilatarbelakangi oleh pentingnya peran apoteker dalam sistem kesehatan nasional, baik dalam pelayanan pasien secara langsung maupun di sektor industri farmasi. Selain itu, hadirnya Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 mempertegas bahwa lulusan sarjana farmasi wajib melanjutkan ke pendidikan profesi untuk dapat berpraktik di bidang kefarmasian. Dalam konteks ini, tenaga kefarmasian tidak hanya terbatas pada apoteker, tetapi juga mencakup Apoteker Spesialis dan Tenaga Vokasi Farmasi (TVF).

    Apt. Ernestine Arianditha Pranasti, M.Farm.Ind., Ketua Program Studi Profesi Apoteker UPH, menegaskan bahwa kehadiran PSPPA UPH merupakan respons terhadap kebutuhan nyata akan tenaga apoteker yang kompeten dan tersebar merata di Indonesia. Ia menyoroti fakta bahwa peran apoteker kini tidak hanya terbatas pada pelayanan di apotek, tetapi juga sangat krusial dalam sistem pelayanan kesehatan yang lebih luas, termasuk rumah sakit, industri farmasi, hingga sektor pemerintahan.
     
    “Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pemerataan apoteker, baik secara jumlah maupun kualitas. PSPPA UPH hadir untuk mencetak apoteker yang tidak hanya andal secara keilmuan, tetapi juga memiliki integritas dan tanggung jawab sosial untuk turut memperkuat layanan kesehatan nasional,” jelasnya.
     
    Mahasiswa PSPPA UPH akan menempuh masa studi selama 2 semester dengan total beban 36 SKS. Program ini dirancang untuk membekali lulusan sarjana farmasi dengan kompetensi profesional sebagai apoteker, baik dalam aspek keilmuan, keterampilan praktik, maupun etika profesi.
     
    Dari total 36 SKS, sebanyak 32 SKS dialokasikan untuk Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang wajib dijalani di lima tempat berbeda. Lokasi praktik ini mencakup berbagai bidang, seperti pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek, distributor obat dan alat kesehatan, industri farmasi/obat tradisional/kosmetik, serta instansi pemerintah. Melalui PKPA ini, mahasiswa akan memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman menyeluruh mengenai peran apoteker dalam sistem pelayanan kesehatan.
     
    Selain PKPA, mahasiswa juga diwajibkan menempuh 3 SKS studi kasus praktik kefarmasian dan 1 SKS untuk ujian komprehensif serta Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Apoteker Indonesia (UKMPPAI) sebelum mahasiswa menyandang gelar Apoteker (Apt).
     
    Setelah dinyatakan lulus dari seluruh tahapan pendidikan, mahasiswa dapat mengurus Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) sebagai legalitas untuk menjalankan praktik kefarmasian di Indonesia.
     
    Apt. Ernestine menjelaskan bahwa kurikulum PSPPA UPH disusun dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pakar kurikulum dari Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI), pengguna lulusan dari rumah sakit, industri farmasi, hingga instansi pemerintahan. Pendekatan ini memastikan kurikulum tetap relevan dengan perkembangan dunia kefarmasian yang terus berubah secara dinamis.
     
    “Kami menyadari bahwa apoteker masa kini dituntut untuk memiliki lebih dari sekadar pengetahuan teknis. Mereka harus adaptif, berintegritas, dan mampu berkolaborasi lintas sektor. Karena itu, kurikulum kami dirancang untuk mencakup aspek akademik, praktik langsung, serta pembentukan karakter profesional,” ujar Apt. Ernestine.
     
    PSPPA UPH juga telah menjalin kerja sama strategis dengan berbagai institusi nasional untuk memperkuat mutu pendidikan dan memperluas pengalaman praktik mahasiswa. Beberapa mitra tersebut antara lain Siloam Hospitals, PT Mersifarma Tirmaku, PT Pharos Indonesia, PT Etana Biotechnologies Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kabupaten Tangerang, serta apotek dan puskesmas mitra lainnya.
     
    Penyusunan kurikulum juga melibatkan organisasi profesi seperti Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Cabang Kabupaten Tangerang dan IAI Pengurus Daerah Banten, serta UPH juga melakukan studi banding ke beberapa perguruan tinggi farmasi seperti Universitas Pancasila, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, dan Universitas Padjadjaran.
     
    Selama menjalani PKPA, mahasiswa dibimbing langsung oleh apoteker pembimbing (preseptor) di berbagai wahana praktik. Dalam proses ini, mereka tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga ditanamkan nilai-nilai etika profesi, tanggung jawab, dan integritas yang menjadi fondasi utama seorang apoteker profesional.
     
    PSPPA UPH didukung oleh fasilitas kampus yang lengkap dan modern, dirancang untuk menunjang proses pembelajaran berbasis kompetensi. Mahasiswa mendapatkan banyak pengalaman praktis selama masa studi, salah satunya melalui Apotek Pendidikan milik UPH yakni Apotek UPH yang menjadi salah satu wahana pembelajaran utama.
     
    Untuk mendukung penilaian objektif dan transparan terhadap kompetensi mahasiswa, UPH menyediakan OSCE (Objective Structured Clinical Examination) Center serta CBT (Computer-Based Test) Center. Fasilitas ini memastikan mahasiswa dipersiapkan dengan baik dalam menghadapi ujian kompetensi nasional.
     
    Selain itu, pembelajaran didukung oleh berbagai laboratorium khusus yang mencerminkan berbagai bidang ilmu kefarmasian, seperti:
     
    – Laboratorium Kimia Farmasi
    – Laboratorium Farmasetika dan Teknologi Farmasi
    – Laboratorium Biologi Farmasi
    – Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
    – Laboratorium Mikrobiologi dan Klinis
     
    Dengan dukungan fasilitas yang terintegrasi ini, mahasiswa dibekali dengan lingkungan belajar yang komprehensif untuk mengembangkan keterampilan teknis dan profesionalisme mereka sebagai apoteker masa depan.
     
    PSPPA UPH berkomitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki integritas tinggi dan karakter yang kuat. Apt. Ernestine menjelaskan bahwa profil lulusan mengacu pada nine stars pharmacist dari World Health Organization (WHO) yakni sebagai Caregiver, Decision Maker, Communicator, Manager, Leader, Life-long Learner, Teacher, Researcher, dan Entrepreneur.
     
    “Keunggulan PSPPA UPH memang ada pada praktik farmasi klinis, tapi kami pastikan seluruh standar kompetensi apoteker sesuai regulasi Kementerian Kesehatan juga dipenuhi. Semua ini dibentuk sejak pendidikan sarjana dan dilengkapi dalam program profesi,” jelasnya.
     
    Prospek karier lulusan PSPPA UPH pun terbuka luas. Mereka dapat berkarier di berbagai bidang seperti rumah sakit, industri farmasi, apotek komunitas, instansi pemerintah seperti BPOM dan Kementerian Kesehatan, maupun sebagai akademisi dan peneliti.
     
    Dalam jangka panjang, PSPPA UPH menargetkan menjadi salah satu program profesi apoteker unggulan di Indonesia yang mampu menyerap lulusan S1 Farmasi dan mencetak apoteker profesional yang dikenal luas dalam kompetensi dan integritasnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (MMI)