NGO: WHO

  • Bukan 10 Ribu Langkah, Jalan Kaki ala Jepang Diklaim Lebih Efektif Perpanjang Umur

    Bukan 10 Ribu Langkah, Jalan Kaki ala Jepang Diklaim Lebih Efektif Perpanjang Umur

    Jakarta

    Jalan kaki 10.000 langkah per hari sudah lama dikenal sebagai ‘standar emas’ gaya hidup sehat. Namun, benarkah harus sebanyak itu? Sebuah metode jalan kaki asal Jepang yang hanya butuh 30 menit sehari diklaim justru bisa memberi manfaat lebih besar, bahkan hingga 10 kali lipat.

    Konsep 10.000 langkah ini sebenarnya berasal dari kampanye pemasaran pedometer ‘Manpo-Kei’ di Jepang pada 1960-an. Meski bukan angka yang ditentukan lewat sains, jumlah ini jadi populer sebagai target harian. Namun, studi Universitas Granada pada 2023 menyebut 8.000 langkah saja sebenarnya sudah cukup untuk menurunkan risiko kematian dini secara signifikan.

    Masalahnya, mencapai 10.000 langkah butuh waktu lebih dari 90 menit per hari. Hal ini tentu tak mudah bagi mereka yang punya jadwal padat. Nah, di sinilah metode jalan kaki Jepang masuk sebagai alternatif.

    Dikutip dari The Independent, pelatih kebugaran Eugene Teo memperkenalkan metode jalan kaki interval, hanya 30 menit per hari, dilakukan lima kali dalam sehari. Formatnya simpel:

    Tiga menit jalan kaki dengan intensitas rendah (pace santai)Tiga menit jalan kaki dengan intensitas tinggi (pace cepat)

    Lebih Efektif dari Jalan Kaki Biasa?

    Metode ini bukan isapan jempol. Sebuah studi di jurnal Mayo Clinic Proceedings tahun 2007 menguji efektivitas metode interval ini, disebut interval walking training (IWT), dibandingkan jalan kaki biasa atau continuous walking training (CWT)

    Penelitian melibatkan lebih dari 240 orang usia rata-rata 63 tahun. Hasilnya, peserta IWT menunjukkan:

    Peningkatan kekuatan otot paha hingga 17 persenKapasitas aerobik naik 8 persenPenurunan tekanan darah sistolik yang lebih besar dibanding kelompok lain

    Menariknya, hasil itu didapat dengan waktu jalan kaki mingguan yang lebih sedikit dibanding peserta CWT.

    Menurut dr Elroy Aguiar, pakar jalan kaki dari University of Alabama, aktivitas intensitas tinggi, meski hanya satu menit per hari, bisa berdampak signifikan pada kesehatan metabolik.

    “Satu menit aktivitas paling intens setiap hari bisa jadi indikator kuat seseorang punya risiko sindrom metabolik atau tidak,” ujarnya.

    Dalam studinya di Scandinavian Journal of Medicine and Science in Sports, ia menyebut jalan kaki dengan ritme sekitar 100 langkah per menit sudah tergolong intensitas sedang, dan di situlah manfaat paling besar didapat.

    Metode jalan kaki ala Jepang ini, jika dilakukan 4 kali seminggu, nyaris menyentuh batas 150 menit aktivitas fisik sedang per minggu yang direkomendasikan organisasai kesehatan dunia (WHO). Cukup menambahkan latihan kekuatan ringan, dan sudah punya paket latihan sehat yang praktis dan minim waktu.

    Jadi, kalau 10.000 langkah terasa terlalu berat, coba saja cara Jepang ini. Lebih ringkas, tapi tetap bikin bugar.

    (naf/naf)

  • Cara Simpan MPASI Rumahan agar Tak Cepat Basi, Ini Tips dari Dokter Anak

    Cara Simpan MPASI Rumahan agar Tak Cepat Basi, Ini Tips dari Dokter Anak

    Jakarta

    Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang mudah dikonsumsi dan dicerna bayi. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, MPASI harus menyediakan nutrisi tambahan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang bertumbuh.

    Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi membutuhkan lebih banyak vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Kebutuhan gizi yang tinggi ini tak bisa didapatkan hanya dari ASI. Bukan berarti menghentikan pemberian ASI, MPASI hanya sebagai sarana untuk melengkapi ASI.

    MPASI rumahan menjadi pilihan banyak orang tua karena dinilai alami dan bergizi. Penting untuk mengetahui cara simpan MPASI agar tidak cepat basi dan terbuang sia-sia.

    Cara Simpan MPASI Rumahan agar Tidak Basi

    Dokter anak konsultan nutrisi metabolik, dr Yoga Devaera, Sp.AK menyarankan untuk menyimpan MPASI di freezer atau di kulkas.

    “Frozen atau simpan dalam kulkas, panaskan saat akan digunakan,” kata dr Yoga kepada detikcom, Sabtu (12/7/2025).

    Senada dengan hal tersebut, dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), makanan seperti daging, ikan, telur, susu, kedelai, nasi, pasta, dan sayur-sayuran harus disimpan di lemari pendingin dengan suhu kurang dari 5 derajat celsius. Sebab bakteri penyebab kontaminasi bisa tumbuh di makanan-makanan tersebut. Makanan beku yang ada di lemari pendingin bisa dipanaskan dengan microwave.

    Sementara itu, dikutip dari laman Bump, juru bicara American Academy of Pediatrics sekaligus dokter anak, Dina Dimaggio, MD dan Anthony F, Porto, MD, MPH menyarankan untuk membekukan pure seperti buah di wadah cetakan es batu. Sebagai informasi, menurut Academy of Nutrition and Dieteticd, pure adalah makanan berteksur halus yang disajikan sebagai makanan padat pertama bayi.

    Tuang dua sendok pure per wadah. Setelah dibekukan, pindahkan pure ke kantong freezer berlabel. Makanan bisa dibekukan hingga 1 bulan.

    Pure sayuran dengan kadar nitrat tinggi, serta daging, unggas, ikan, dan telur yang telah disaring bisa disimpan di lemari es selama satu hari atau dibekukan selama satu bulan.

    Tips Memberikan MPASI kepada Anak

    Ada sejumlah tips dalam memberikan MPASI kepada anak. Berikut di antaranya.

    1. Jangan Bingung dalam Memberikan Makanan Pertama ke Anak

    Tidak ada satupun makanan yang tepat untuk memulai. Bahkan beberapa dokter anak mungkin berbeda pendapat tentang saran yang diberikan kepada orang tua.

    IDAI menyarankan untuk memulai MPASI dengan makanan yang dihaluskan, sehingga menjadi pure. Adapun banyaknya energi tambahan yang diperlukan dari MPASI adalah sebanyak 200 kkal per hari.

    Mengenai jenis makanannya, Dina Dimaggio, MD dan Anthony F, Porto, MD, MPH memberi saran untuk memulai dengan buah dan sayuran utuh sederhana yang biasa dikonsumsi keluarga. Misalnya, pisang, apel, labu, wortel, atau ubi jalar.

    Jika suka makan alpukat, haluskan alpukat matang dengan ASI atau susu formula sampai halus dan memiliki konsistensi seperti sup. Berikan sedikit atau sebanyak yang diinginkan bayi.

    2. Ketahui Makanan yang Perlu Dihindari

    Bayi memang bisa menikmati beragam makanan, namun ada juga beberapa yang harus dihindari. Bayi di bawah 1 tahun tidak boleh diberikan madu atau makanan yang mengandung madu karena risiko botulisme.

    Botulisme adalah keracunan yang disebabkan oleh Clostridium botulinum. Makanan yang tidak dipasteurisasi seperti susu, daging, telur, ikan, atau ayam yang kurang matang juga harus dihindari karena bisa mengandung bakteri berbahaya.

    Biasanya, dokter anak akan menyarankan untuk menunda pemberian makanan yang berpotensi alergi sampai usia satu tahun. Contoh makanan yang berpotensi alergi yaitu kacang tanah, kacang kedelai, telur, gandum, ikan, kerang, dan lain sebagainya.

    Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa penting untuk memberi bayi makanan yang berpotensi alergi lebih awal. Dengan asumsi bayi tidak berisiko tinggi alergi makanan, setelah usia enam bulan, bicarakan dengan dokter tenang memasukkan makanan-makanan ini ke menu makan bayi.

    4. Ketahui Tanda-tanda Alergi

    Beberapa tanda-tanda alergi yang perlu diwaspadai, yaitu:

    Pembengkakan mulut atau lidah, pembengkakan mata, gatal di seluruh tubuh, eksim yang semakin parahMuntah atau diareBatuk, tersedak, atau kesulitan bernapasBibir, mulut atau jari kebiruan, atau denyut nadi lemahHilangnya kesadaranMPASI Kemasan Vs MPASI Rumahan

    Dikutip dari laman IDAI, MPASI komersial atau kemasan dibuat berdasarkan ketentuan khusus yang ditetapkan oleh lembaga kesehatan dunia (WHO). Ketentuan ini meliputi standar keamanan, higienitas dan kandungan nutrisinya. MPASI komersial juga mengandung zat pengawet yang aman bagi bayi, dibuat dengan steril, dan memiliki kandungan makro dan mikronutrien yang sesuai kebutuhan nutrisi bayi.

    dr Wiyani Pambudi SPA, IBLC juga mengatakan bahwa MPASI kemasan sudah diproduksi dengan aman dan mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain itu, MPASI kemasan mungkin juga lebih praktis.

    “Cuma concern-nya, sebisa mungkin ini sebagai alternatif aja. Karena kalau kita lihat, MPASI yang dibuat sendiri di rumah itu aset keluarga lho,” kata dr Wi, dikutip dari pemberitaan detikHealth sebelumnya.

    Aset keluarga yang dimaksud, yaitu dengan membuat MPASI home made, ibu akan mendapat pengetahuan dalam bahan makanan untuk menu rumahan sebagai bahan MPASI. Pengetahuan ini juga bisa diturunkan kepada anak.

    MPASI buatan sendiri juga memiliki kekayaan tekstur, aroma, rasa, dan kandungan gizi yang lebih terjamin. Keragaman pangan saat bayi makan MPASI yang dibuat di rumah juga memberi pengalaman makan yang lebih kaya dan kemudahan dalam proses pembelajaran makan bayi selanjutnya.

    (elk/tgm)

  • Tips Cegah Batuk Flu Anak Saat Musim Pancaroba Tanpa Obat

    Tips Cegah Batuk Flu Anak Saat Musim Pancaroba Tanpa Obat

    Jakarta

    Musim pancaroba, di mana ketika cuaca berubah-ubah kerap menjadi momen yang rawan bagi anak terkena batuk dan flu. Kondisi ini bisa membuat orang tua khawatir, apalagi jika anak mudah terserang penyakit.

    Untuk mencegah anak terkena batuk dan flu, ada sejumlah pencegahan yang dapat dilakukan, tanpa harus minum obat. Dengan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan, risiko batuk dan flu bisa diminimalisir.

    Tips Cegah Batuk Flu Anak Saat Musim Pancaroba Tanpa Obat

    Untuk mencegah batuk dan flu saat musim pancaroba, tingkatkan sistem kekebalan tubuh anak dengan memberi nutrisi seimbang hingga melakukan aktivitas olahraga. Penting juga untuk menjaga kebersihan untuk meminimalisir penularan penyakit.

    1. Berikan Nutrisi Seimbang

    Dikutip dari laman Families Fighting Flu, sistem kekebalan tubuh yang kuat bisa membantu anak melawan penyakit secara lebih efektif. Salah satu cara untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh adalah dengan memberikan nutrisi yang tepat.

    Berikan makan seimbang yang kaya buah, sayur, protein rendah lemak, dan biji-bijian utuh. Vitamin C, yang terdapat dalam buah seperti jeruk, stroberi, dan paprika dan Vitamin D, yang ada di telur, susu, dan sereal bisa mendukung fungsi kekebalan tubuh.

    2. Pastikan Anak Mendapatkan Tidur yang Cukup

    Anak-anak membutuhkan jam tidur yang disesuaikan dengan usianya. Dikutip dari laman Connection Academy, umumnya, anak dengan usia pra sekolah disarankan untuk tidur 10-13 jam, anak sekolah dasar 9-12 jam, dan sekolah menengah pertama dan di atas 8-10 jam.

    3. Jaga Kebersihan

    Anak-anak sering menyentuh wajah mereka. Sehingga, virus mudah masuk ke tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. Ajarkan anak untuk mencuci tangan, seperti saat sebelum makan, setelah batuk atau bersin, setelah menggunakan toilet, dan setelah berada di tempat umum.

    Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol dengan kadar minimal 60 persen. Tapi, ingatkan anak-anak untuk mencuci tangan dengan benar sesegera mungkin.

    4. Kurangi Stres

    Dikutip dari laman IOWA Health Care, meningkatkan hormon stres bisa menyebabkan penurunan kekebalan tubuh. Berikan anak-anak banyak waktu untuk beristirahat dan bermain kreatif untuk membantu menurunkan tingkat stres dan mencegah mereka jatuh sakit.

    5. Hindari Berbagi Barang yang Mengandung Kuman

    Berbagi barang yang sering digunakan bersama bisa menjadi tempat berkembang biaknya kuman. Ajari anak untuk tidak berbagi sedotan, gelas, atau menggunakan barang apapun yang bersentuhan dengan mulut atau wajah mereka.

    6. Lakukan Aktivitas Fisik

    Olahraga sedang secara teratur juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa berolahraga intensitas sedang bisa mengurangi frekuensi pilek. Dikutip dari laman WebMd, aktivitas tersebut mencakup hal-hal seperti berjalan kaki 20-30 menit setiap hari atau bersepeda beberapa kali dalam seminggu.

    7. Batasi Kontak dengan Orang Sakit

    Dikutip dari laman Hopkins Medicine, jika memungkinkan, batasi kontak anak dengan orang yang terinfeksi. Selain itu, minta anak untuk memakai masker saat berkontak dengan banyak orang.

    Apakah Anak Perlu Diberikan Vaksin Influenza?

    Dikutip dari laman Healthy Children, setiap anak usia 6 bulan ke atas memerlukan vaksin influenza setiap tahun. Menurut Prof dr Cissy B. Kartasasmita, PhD., MSc.m Sp.A (K), dalam laman Kementerian Kesehatan, sekitar 20-30 persen influenza terjadi pada anak-anak, sementara pada orang dewasa hanya 5-10 persen. Sehingga, vaksin influenza direkomendasikan berbagai badan kesehatan dunia, seperti World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

    Vaksinasi influenza bisa menurunkan laju infeksi, perawatan rumah sakit, dan kematian anak-anak. Menurut dr Cissy, dengan melakukan vaksinasi, berarti anak sudah terlindungi dari virus. Tak hanya orang tua, keluarga, atau teman si anak juga akan terlindungi.

    (elk/tgm)

  • Israel Tahan Bantuan, RS di Gaza Akan Berubah Jadi Kuburan Bagi Pasiennya

    Israel Tahan Bantuan, RS di Gaza Akan Berubah Jadi Kuburan Bagi Pasiennya

    Jakarta

    Para dokter dan pasien yang kewalahan di pusat medis terbesar di Gaza kemungkinan akan segera kehilangan pasokan karena menipisnya pasokan bahan bakar. Para dokter mengatakan hal ini mengancam melumpuhkan Rumah Sakit Al Shifa sementara Israel terus melanjutkan kampanye militernya.

    Diberitakan Reuters, sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membahas nasib para sandera Israel di Gaza dengan Presiden AS Donald Trump di Washington, para pasien di RS Al Shifa menghadapi bahaya yang mengancam, kata para dokter di sana.

    Ancaman tersebut datang dari “bukan serangan udara maupun rudal, melainkan pengepungan yang menghambat masuknya bahan bakar,” ujar Dr Muneer Alboursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, kepada Reuters.

    “Kekurangan ini merampas hak dasar orang-orang rentan ini untuk mendapatkan perawatan medis, mengubah rumah sakit menjadi kuburan yang sunyi,” sambung dia.

    Serangan udara dan pemboman Israel yang gencar telah menimbulkan kerugian besar di rumah sakit-rumah sakit di Gaza. Israel menuduh Hamas beroperasi dari fasilitas medis dan menjalankan pusat komando di bawahnya, sesuatu yang dibantah Hamas.

    Pasien yang membutuhkan perawatan medis, makanan, dan air menanggung akibatnya.

    Telah terjadi lebih dari 600 serangan terhadap fasilitas kesehatan sejak konflik dimulai, kata WHO, tanpa menyebutkan siapa yang bertanggung jawab. WHO menggambarkan sektor kesehatan di Gaza “berlutut”, dengan kekurangan bahan bakar, pasokan medis, dan seringnya kedatangan korban massal.

    Hanya setengah dari 36 rumah sakit umum di Gaza yang berfungsi sebagian, menurut badan PBB tersebut.

    Dr Muhammad Abu Salamiyah, direktur Al Shifa, memperingatkan bencana kemanusiaan akibat krisis bahan bakar yang menimbulkan ancaman langsung terhadap operasional rumah sakit, pabrik desalinasi, dan sistem pasokan air.

    Abu Salamiyah mengatakan departemen dialisis Al Shifa telah ditutup untuk melindungi unit perawatan intensif dan ruang operasi, yang tidak mungkin tanpa listrik bahkan untuk beberapa menit saja.

    Ada sekitar 100 bayi prematur di rumah sakit Kota Gaza yang nyawanya terancam, katanya.

    “Stasiun oksigen akan berhenti beroperasi. Rumah sakit tanpa oksigen bukan lagi rumah sakit. Laboratorium dan bank darah akan ditutup, dan unit darah di lemari es akan rusak,” ucap Abu Salamiyah, menambahkan bahwa rumah sakit itu bisa menjadi “kuburan bagi mereka yang berada di dalamnya”.

    (kna/kna)

  • Daftar Makanan Tinggi Lemak Trans yang Bahayakan Jantung, Ada Roti Maryam-Croissant

    Daftar Makanan Tinggi Lemak Trans yang Bahayakan Jantung, Ada Roti Maryam-Croissant

    Jakarta

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengungkap pangan olahan dan siap saji di Indonesia rata-rata mengandung lemak trans lebih dari dua persen.

    “Lemak trans ini trennya kita konsumsi berlebihan melebihi daripada kadar yang seharusnya,” beber dr Nadia dalam webinar hasil diseminasi pemasaran makanan tidak sehat, Kamis (10/7/2025).

    Padahal, konsumsi lemak trans dalam jumlah besar bisa memicu serangan jantung dan kematian akibat penyakit jantung koroner. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan orang dewasa membatasi konsumsi lemak trans di bawah satu persen dari total asupan energinya, yaitu kurang dari 2,2 gram per hari untuk asupan 2.000 kalori.

    Bukan hanya pada pangan siap saji, kandungan lemak trans juga relatif tinggi ditemukan di pangan olahan biskuit, wafer, dan sejumlah kue.

    Hasil dari pemeriksaan dan analisis lebih lanjut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) menunjukkan original pie biscuit dengan kandungan margarin dan baking fat memiliki setidaknya 9,34 gram lemak trans.

    Begitu pula dengan wafer coklat dengan krim coklat. Kandungan lemak inti sawit terhidrogenasi pada produk tersebut, ‘setara’ dengan kandungan lemak trans 2,38 gram.

    Belum lagi, ditambah sumbangan lemak nabati dan margarin dalam wafer coklat yang mengandung 2,33 gram lemak trans.

    Secara lebih rinci, berikut temuan makanan lain dengan tinggi kandungan lemak trans:

    Roti maryam

    Mengandung margarinKandungan lemak trans: 4,50 g per 100 gram.

    Martabak coklat

    Mengandung margarinKandungan lemak trans: 6,48 gram per 100 gram.

    Croissant pastry, danish pastry

    Mengandung margarin, baking fat.Kandungan lemak trans: 4,19 gram per 100 gram.

    Croissant isi coklat

    Mengandung margarin.Kandungan lemak trans: 5,34 gram per 100 gram.

    (naf/kna)

  • Banyak Gen Z Overweight dan Obesitas gegara Doyan Paket Promo-yang Penting Kenyang

    Banyak Gen Z Overweight dan Obesitas gegara Doyan Paket Promo-yang Penting Kenyang

    Jakarta

    Jumlah anak yang masuk kategori overweight atau berat badan berlebih hingga obesitas, meningkat dalam dua dekade terakhir di Asia timur dan pasifik. Indonesia mencatat satu dari 5 anak rentang usia 5-12 tahun dan 1 dari 7 remaja dengan rentang 13 hingga 18 tahun mengalami dua kondisi tersebut.

    Banyak faktor yang melatarbelakanginya, tetapi lebih sering berkaitan dengan pola makan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut warga dengan ekonomi menengah ke bawah mulai lebih banyak memilih makanan ultraproses dan pangan instan siap saji. Alasannya, lebih mudah diakses dan harga relatif jauh lebih murah.

    Makanan cepat saji dan minuman manis bahkan kini lebih mudah didapatkan dan lebih terjangkau ketimbang buah serta sayuran. Walhasil, meskipun pemerintah sudah memiliki pedoman sehat makanan, banyak anak tetap kesulitan mendapat pilihan makanan kaya gizi.

    Mirisnya, hal ini didorong dengan keterpaparan iklan makanan tidak sehat yang banyak ditemukan di media sosial. Terlihat dari hasil riset Inisiatif Fix My Food Indonesia (FIF) yang didukung Unicef.

    Mereka menganalisis keterkaitan paparan iklan dengan persepsi memilih makanan khususnya di kelompok muda, dengan partisipan berusia 14 hingga 29 tahun dan lebih banyak di perkotaan. Hasilnya, terbagi menjadi tiga aspek.

    Pertama, pemilihan konsumsi pangan tidak sehat pertama lebih banyak berkaitan dengan penyajian makanan. Ada 43 persen partisipan usia muda yang memilih makanan dengan melihat penampilan, aroma, dan penyajiannya.

    Pilihan kedua adalah terkait harga. Sebanyak 27 persen dari partisipan mengutamakan pilihan makanan yang murah dan menyenangkan ketimbang melihat kandungan gizi. Sementara 13 persen lainnya memilih makanan karena dipengaruhi oleh apa yang tersedia di dekat lingkungan mereka atau rutinitas dan kesehariannya.

    Adapula 11 persen partisipan yang makan lebih banyak dari perencanaan sebelumnya, imbas terpengaruh promo hemat atau buy one get one yang kerap dipasarkan industri. Kandungan gizi nyaris tidak pernah menjadi prioritas dalam memilih makanan.

    NEXT: Pengaruh di Medsos dan Influencer

    Pakar gizi UNICEF Indonesia David Colozza juga mengungkap hasil survey yang sejalan dengan temuan FIF. Survei dilakukan Juli hingga Agustus 2024 dengan total lebih dari 7 ribu responden, 69 persen di antaranya perempuan dan kelompok umur mulai dari 10 hingga lebih dari 24 tahun.

    Temuan menarik yang juga disoroti adalah pengaruh influencer dan selebritas dalam pemilihan makanan usia anak muda.

    “60 persen telah melihat iklan makanan tidak sehat yang menampilkan atlet, selebritas, influencer,” tutur David dalam webinar hasil diseminasi pemasaran makanan tidak sehat, Kamis (10/7/2025).

    Bila dirinci, angkanya lebih banyak pada influencer yakni 67 persen, diikuti 66 persen selebriti, dan 24 persen atlet.

    Karenanya, Unicef mendorong perbaikan regulasi yang saat ini dinilai belum memadai, utamanya dalam pemasaran pangan tidak sehat secara digital.

    David menyebut penting untuk membatasi pemasaran makanan tidak sehat di semua media dan mulai mengevaluasi model profil gizi untuk menentukan kategori yang seragam pada produk mana yang bisa dipasarkan pada kelompok anak, sesuai standar WHO.

    “Memperkuat pemantauan dan penegakan hukum dengan mengacu pada praktik terbaik global, misalnya pelarangan terbau pemasaran makanan tidak sehat pada anak-anak, seperti yang berlaku di Inggris dan Norwegia,” sambung David.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Mengapa Perempuan Asia Selatan Menua Lebih Cepat Dibandingkan AS?

    Mengapa Perempuan Asia Selatan Menua Lebih Cepat Dibandingkan AS?

    New Delhi

    Sumrin Kalia, seorang perempuan Pakistan yang tinggal di luar negeri, menikah pada usia 18 tahun dan sudah memiliki empat anak saat usianya baru 25. Ia secara mendadak mengalami menopause di usia 37 tahun, lebih awal daripada umumnya.

    “Saya mulai mengalami pendarahan berlebihan. Saya pergi ke dokter, yang mengatakan saya mungkin sedang dalam masa perimenopause,” kata Kalia, yang kini berusia pertengahan 40-an, kepada DW.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa rata-rata usia menopause secara global berkisar antara 45 hingga 55 tahun.

    “Tidak ada yang menjelaskan apa pun kepada saya. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Saya mulai mengalami pendarahan yang berat dan lebih sering dari biasanya,” ujar Kalia.

    Kalia menggunakan alat kontrasepsi IUD (intrauterine device), yang kemudian setelah ia lepas, menstruasinya berhenti total tanpa penjelasan medis yang jelas.

    Pengalaman Kalia juga dialami oleh sejumlah perempuan Asia Selatan lainnya yang berbicara kepada DW. Mereka menceritakan bagaimana gejala perimenopause muncul lebih awal dibandingkan perempuan di negara lain.

    Studi: Menopause pada perempuan Asia Selatan muncul lebih cepat

    Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa perempuan keturunan Asia Selatan di AS mengalami menopause pada usia rata-rata 48-49 tahun. Padahal, rata-rata usia menopause di AS adalah 52 tahun.

    Sementara itu, rata-rata jumlah anak per perempuan di Pakistan menurun tajam dari 3,61 pada tahun 2023 menjadi 3,19 pada 2024. Ini mencerminkan perubahan pola kesuburan. Sebagai perbandingan, rata-rata di India turun lebih moderat dari 2,14 menjadi 2,12.

    Belum dapat dipastikan apakah kedua data ini saling berkaitan. Namun, ada indikasi bahwa berbagai faktor mungkin berkontribusi terhadap percepatan proses penuaan pada perempuan Asia Selatan.

    Faktor genetik, biologi, dan kekurangan vitamin D

    Dr. Palwasha Khan, pakar kesehatan hormonal sekaligus dokter di Pakistan, menjelaskan bahwa waktu menopause sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik.

    “Tidak ada aturan pasti, tetapi studi menunjukkan bahwa perempuan cenderung mulai dan mengakhiri masa menstruasi pada usia yang mirip dengan ibu mereka,” ujarnya kepada DW. “Semakin awal seseorang mulai menstruasi, semakin besar kemungkinan menopause terjadi lebih awal.”

    Dr. Khan juga menyoroti faktor lain, seperti penurunan kadar vitamin D yang cepat di kalangan perempuan Asia Selatan, yang dapat memperparah masalah kesehatan kronis terkait penuaan.

    Selain itu, banyak perempuan mengalami kegagalan ovarium di akhir usia 30-an atau awal 40-an, sering kali diperparah oleh “masalah medis yang tidak terdiagnosis” dan kurangnya akses ke layanan kesehatan berkualitas sejak usia muda.

    Tekanan sosial: Kesuburan di atas kesehatan

    Di Asia Selatan, khususnya di Pakistan, norma sosial mendorong perempuan untuk segera memiliki anak setelah menikah sering kali mengorbankan kesehatan jangka panjang mereka.

    “Kesehatan perempuan sebagai isu tersendiri sering kali diabaikan,” ujar Dr. Khan. Kesadaran soal kesehatan hormonal sangat minim, dan pengobatan seperti terapi penggantian hormon (HRT) masih sangat jarang. “Dari 10 ribu perempuan, mungkin hanya dua yang pernah menjalani HRT.”

    Fokus berlebihan pada kesuburan kerap mengesampingkan percakapan tentang menopause dan kesejahteraan perempuan.

    Sisi lain: Dampak emosional dari menopause

    Sabina Qazi, seorang perempuan Pakistan berusia pertengahan 40-an yang tinggal di Karachi, menceritakan tantangan emosional dan kognitif yang ia alami akibat menopause. Menopause yang dialaminya terjadi akibat histerektomi radikal, sebuah prosedur medis di mana rahim, tuba falopi, dan kedua ovarium diangkat karena risiko kanker.

    “Suami dan anak-anak saya berbicara kepada saya, tetapi kata-kata mereka terasa seperti hilang di tengah jalan… Saya merasa terus-menerus harus membuktikan bahwa saya tidak bodoh,” katanya kepada DW, menggambarkan kesulitan kognitif yang ia alami setelah menjalani histerektomi radikal.

    Qazi mengatakan bahwa hal yang paling mengecewakannya dari proses medis tersebut adalah minimnya perhatian terhadap dampak jangka panjangnya. Meskipun operasinya bersifat preventif, beban emosional dari keputusan tersebut tidak pernah benar-benar diakui.

    Operasi itu diperlakukan seolah-olah sudah pasti terjadi: Ia akan mengalami menopause juga dalam beberapa tahun, jadi kenapa tidak sekarang saja?

    Ia akhirnya menjalani terapi HRT untuk mengelola gejala menopause. Namun, kabut otak (brain fog) menurutnya muncul sebagai tantangan baru.

    Tumpang tindih antara menopause akibat pembedahan dan risiko kesehatan yang lebih luas juga terlihat dalam kasus kegagalan ovarium di usia 30-an dan 40-an di kalangan perempuan Asia Selatan. Sebagaimana diamati oleh Dr. Khan, kasus ini sering kali bersamaan dengan sejumlah kondisi kesehatan kronis yang saling berkaitan.

    Dampak emosional dari operasi tersebut masih membekas lama setelah Qazi pulih secara fisik. Ia nyaris tidak mendapat dukungan dari komunitasnya, dan teman-teman terdekat justru meremehkan pengalamannya, dengan menyiratkan bahwa ia tak perlu khawatir karena sudah memiliki tiga anak.

    Implikasi budayanya, kata Qazi, adalah bahwa organ reproduksinya dianggap telah “menunaikan tugasnya”, sehingga kehilangan rahim dan indung telurnya tidak dianggap penting. Padahal baginya, hal itu sangat berarti.

    ‘Perempuan Asia Selatan sudah terlalu burned out’

    Dr. Khan mengatakan sejumlah faktor tampaknya saling berkaitan dan mempercepat proses penuaan pada perempuan Asia Selatan: Penyakit kronis, stres, masalah kesehatan mental, serta tekanan sosial. Setiap faktor seakan memperkuat yang lain.

    “Perempuan Asia Selatan sudah terlalu burned out,” kata Khan. “Beban dari masyarakat. Beban dari ibu mertua. Perempuan kita memikul terlalu banyak tekanan, dan ini membuat mereka menua lebih cepat.”

    Banyak perempuan menghadapi ekspektasi sosial yang tak henti-hentinya dan minim dukungan, yang memperburuk tantangan kesehatan fisik dan mental.

    Seorang perempuan keturunan Asia Selatan yang tinggal di Arab Saudi berkata, “Saya merasa marah terus-menerus.”

    Artikel ini pertama kali dirilis dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Alfi MIlano Anadri
    Editor: Prihardani Purba

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kualitas udara Jakarta tak sehat dan terburuk se-Indonesia

    Kualitas udara Jakarta tak sehat dan terburuk se-Indonesia

    Ilustrasi – Seorang anak berjalan dengan latar belakang gedung-gedung di Jakarta. Setelah mengalami perbaikan signifikan selama masa libur Lebaran, kualitas udara Jakarta kembali berada dalam kondisi tidak sehat. ANTARA FOTO/Ferlian Septa Wahyusa/app/tom/pri.

    Kualitas udara Jakarta tak sehat dan terburuk se-Indonesia
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 09 Juli 2025 – 08:37 WIB

    Elshinta.com – Kualitas udara Kota Jakarta tidak sehat pada Rabu ini dan menempati posisi terburuk se-Indonesia, demikian seperti dinyatakan dalam laman IQAir dengan pembaruan informasi pada pukul 05.00 WIB.

    IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 151 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 56 mikrogram per meter kubik (m3) atau 11,2 kali lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    PM 2,5 merupakan partikel berukuran lebih lebih kecil 2,5 mikron (mikrometer) yang ditemukan di udara termasuk debu, asap dan jelaga. Paparan partikel ini dalam jangka panjang sering dikaitkan dengan kematian dini terutama pada orang yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru kronis.

    Rekomendasi kesehatan mengingat kualitas udara saat ini, yakni menghindari beraktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat berada di luar, menutup jendela demi menghindari udara luar yang kotor dan menyalakan penyaring udara.

    Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan pertama sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, diikuti Tangerang (Banten) dengan poin 145, Tangerang Selatan, Banten (110), Bekasi, Jawa Barat (106) dan Medan, Sumatera Utara (99).

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengembangkan Kawasan Rendah Emisi Terpadu (KRE-T) untuk mengendalikan polusi udara, menurunkan emisi, memperbaiki kualitas udara, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara adil dan inklusif.

    Ini merupakan kelanjutan komitmen Jakarta dalam Rencana Pembangunan Rendah Karbon sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 90 Tahun 2021 dan Keputusan Gubernur Nomor 576 Tahun 2023 tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU).

    Sumber : Antara

  • Jumlah Kematian Pengidap COVID-19 di Indonesia Selama Masa Pandemi

    Jumlah Kematian Pengidap COVID-19 di Indonesia Selama Masa Pandemi

    Jakarta

    Pandemi COVID-19 sempat menjadi permasalahan besar dunia. Selain memengaruhi sistem pelayanan medis, pandemi yang pertama kali muncul di awal 2020 tersebut juga menelan korban jiwa yang tidak sedikit.

    Hal tersebut juga dialami oleh Indonesia. Selama masa pandemi, ada jutaan orang yang menjadi pasien, dan tak sedikit juga yang meninggal dunia. Bagaimana situasi pandemi COVID-19 di Indonesia?

    Kasus COVID-19 di RI

    Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sampai tahun 2025 Indonesia mencatatkan total kasus positif COVID-19 hingga 6.830.274 kasus. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 20 dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

    Sedangkan untuk angka kematian akibat COVID-19 di RI sampai tahun 2025, tercatat ada 162.059 kasus. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 11 dengan angka kematian akibat COVID-19 terbanyak di dunia.

    Kondisi COVID-19 di Negara-negara Asia Tenggara

    Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan kasus kematian akibat COVID-19 terbanyak. Pada peringkat kedua ada Filipina dengan 66.864 kasus kematian, lalu ada Vietnam dengan 43.206 kematian.

    Berikut ini rincian lengkapnya:

    Indonesia – 162.059 kematian dari 6.830.274 kasus.Filipina – 66.864 kematian dari 4.140.383 kasus.Vietnam – 43.206 kematian dari 11.624.000 kasus.Malaysia – 37.351 kematian dari 5.329.836 kasus.Thailand – 34.871 kematian dari 5.247.981 kasus.Myanmar – 19.494 kematian dari 643.349 kasus.Kamboja – 3.056 kematian dari 139.326 kasus.Singapura – 2.024 kematian dari 3.006.155 kasus.Brunei – 182 kematian dari 350.550 kasus.Laos – 671 kematian dari 219.060 kasus.

    Harus Tetap Waspada

    Kasus harian dan efek dari infeksi COVID-19 sudah jauh menurun bila dibandingkan semasa pandemi. Spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) menuturkan infeksi COVID-19 saat ini sebenarnya lebih mirip dengan flu musiman.

    Gejalanya cenderung lebih ringan lantaran daya tahan tubuh masyarakat jauh lebih baik setelah vaksinasi diberikan.

    “Karena ini sudah dianggap ringan, jadi kita ya untuk kewaspadaan sendiri aja. Terutama untuk orang-orang yang punya komorbid, kemudian orang-orang yang punya orang tua, kemudian anak-anak itu yang rentan terhadap infeksi seperti itu,” kata dr Erlang dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    “Iya betul, perilaku hidup bersih sehat sama seperti COVID yang dulu, pakai masker, cuci tangan, hindari kerumunan itu aja sih,” sambungnya.

    Meski gejalanya cenderung ringan, dr Erlang mengingatkan virus COVID-19 akan selalu ada. Jangan sampai terlena dan tidak menerapkan perlindungan sama sekali, khususnya pada pengidap komorbid seperti diabetes, penyakit paru kronik, jantung, dan sebagainya.

    Infeksi COVID-19 dapat memperburuk masalah kesehatan yang sudah ada.

    “Ya, karena dia penyakitnya ringan, beberapa masyarakat menganggap itu seperti batuk pilek biasa. Ya, kita kan memang normal ya jadi terinfeksi virus seperti itu, batuk pilek dalam satu tahun bisa kena sampai beberapa kali,” tambahnya.

    “Yang jadi masalah sebenarnya, kalau pada orang-orang yang rentan. Seperti anak-anak atau bayi, balita, kemudian orang tua dan yang punya komorbid, itu kadang-kadang infeksi yang sedikit saja, yang ringan saja, itu membuat komorbidnya jadi tambah berat,” jelas dr Erlang.

    Terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Aji Muhawarman beberapa waktu lalu mengimbau untuk vaksinasi booster. Vaksin booster sangat disarankan untuk kelompok-kelompok rentan seperti lansia, orang dengan imunitas rendah, serta orang dengan komorbid atau penyerta.

    Jumlah vaksin gratis yang disediakan saat ini sudah sangat terbatas. Di luar program pemerintah, vaksin COVID-19 masih bisa didapatkan secara mandiri dengan kisaran harga Rp 200 ribuan.

    “Gratis di fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Tetapi jumlahnya sudah terbatas,” tutur Aji beberapa waktu lalu.

    Daftar Negara dengan Kasus COVID-19 Terbanyak

    Berikut ini 10 negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia:

    Amerika Serikat – 103 juta kasus.China – 99,4 juta kasus.India – 45,1 juta kasus.Prancis – 39 juta kasus.Jerman – 38,4 juta kasus.Brasil – 37,7 juta kasus.Korea Selatan – 34,6 juta kasus.Jepang – 33,8 juta kasus.Italia – 27 juta kasus.Britania Raya – 25,1 juta kasus.

    Berikut ini 10 negara dengan angka kematian COVID-19 terbanyak di dunia:

    Amerika Serikat – 1,2 juta kasus kematian.Brasil – 703 ribu kasus kematian.India – 534 ribu kasus kematian.Rusia – 404 ribu kasus kematian.Meksiko – 335 ribu kasus kematian.Britania Raya – 232 ribu kasus kematian.Peru – 221 ribu kasus kematian.Italia – 199 ribu kasus kematian.Jerman – 175 ribu kasus kematian.Prancis – 168 ribu kasus kematian.

    (avk/tgm)

  • Bukan Cuma Tikus, Ini 5 Hewan yang Bisa Tularkan Penyakit ke Manusia

    Bukan Cuma Tikus, Ini 5 Hewan yang Bisa Tularkan Penyakit ke Manusia

    Jakarta

    Tikus adalah salah satu hewan yang tinggal berdekatan dengan manusia. Meski begitu, manusia harus lebih hati-hati lantaran tikus bisa membawa banyak jenis penyakit. Misalnya seperti leptospirosis, penyakit pes, rat bite fever, hingga virus Hanta.

    Belum lama ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga mengumumkan temuan 8 kasus penyakit hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS) akibat virus Hanta yang disebarkan oleh tikus terinfeksi.

    Penyakit HFRS dapat memicu gejala seperti mual, mata kemerahan, ruam, demam, sakit kepala, hingga nyeri punggung. Dalam kondisi parah, HFRS dapat memicu gangguan saraf hingga sistem pencernaan.

    Hewan Penyebar Penyakit

    Tikus bukan satu-satunya hewan yang menyebarkan penyakit pada manusia. Mengetahui hewan-hewan yang dapat menyebarkan penyakit bisa menjadi langkah awal untuk pencegahan.

    Berikut ini beberapa hewan yang dapat menyebarkan penyakit pada manusia.

    1. Kelelawar

    Ilustrasi kelelawar. Foto: Ian Waldie/Getty Images.

    Ada banyak virus yang bisa ditularkan kelelawar pada manusia. Beberapa di antaranya seperti ebola, coronavirus, marburg, rabies, nipah, dan masih banyak lagi.

    Sebagai contoh, virus nipah dari kelompok Paramyxovirus dapat menyebabkan pneumonia, gondongan, campak. Dikutip dari laman Kemenkes, virus nipah dapat menginfeksi ketika manusia bersentuhan langsung dengan cairan tubuh kelelawar yang terinfeksi seperti liur, darah, dan urine.

    Virus ini pertama kali diidentifikasi di Malaysia di sebuah peternakan babi. Saat itu, hewan yang diternakan menunjukkan gejala demam, sulit bernapas dan kejang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat virus ini berasal dari kelelawar buah yang menularkan ke hewan peternakan. Virusnya lalu dapat menyebar ke manusia ketika hewan yang terkontaminasi dikonsumsi.

    2. Babi

    Ilustrasi babi. Foto: Getty Images/iStockphoto/pidjoe

    Beberapa jenis penyakit yang bisa disebabkan oleh babi meliputi leptospirosis, flu babi, hingga infeksi bakteri Streptococcus suis. Flu babi atau H1N1 mungkin menjadi jenis penyakit yang paling umum di telinga masyarakat Indonesia.

    Dikutip dari Mayo Clinic, flu babi merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Influenza A. Penularan virus ini ke manusia bisa terjadi melalui droplet atau kontak dekat.

    Gejala virus ini mirip dengan flu biasanya, meliputi demam, nyeri otot, menggigil, batuk, sakit tenggorokan, hidung berair, mata merah, pegal, sakit kepala, diare, dan mual. Masa inkubasi berlangsung selama 1-4 hari setelah terpapar virus.

    3. Unggas

    Ilustrasi ayam. Foto: Pixabay/klimkin

    Terdapat banyak penyakit yang bisa menyebar dari unggas ke manusia. Beberapa di antaranya seperti Campylobacteriosis, infeksi E.coli, hingga yang paling populer flu burung atau avian influenza.

    Ada banyak jenis flu burung yang dapat dialami manusia. Dikutip dari Cleveland Clinic, subtipe virus yang paling banyak menyebar ke manusia seperti influenza A (H5N1) dan influenza A (H7N9).

    Beberapa gejala yang dapat ditimbulkan flu burung seperti demam, kelelahan, batuk, nyeri otot, sakit tenggorokan, mual dan muntah, diare, hidung tersumbat, serta sesak napas. Penyakit ini dapat menyebar ke manusia melalui kontak langsung unggas terinfeksi, lingkungan yang terkontaminasi, hingga mengonsumsi daging unggas yang tidak ditangani dengan baik.

    Meski kasusnya jarang, risiko penyebaran secara langsung dari unggas ke manusia tetap ada.

    4. Sapi

    Ilustrasi sapi. Foto: Getty Images/Stopboxstudio

    Beberapa jenis penyakit yang dapat menyebar dari sapi ke manusia meliputi antraks, leptospirosis, dan infeksi bakteri brucella. Khusus antraks, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Anthrax atau Bacillus anthracis.

    Selain sapi, antraks juga bisa menyerang hewan ternak lain seperti kambing, domba, babi, kerbau, dan babi. Penularan ke manusia bisa melalui kontak antara kulit, terhirupnya spora dalam saluran pernapasan, hingga mengonsumsi produk pangan hewan yang mengandung spora antraks.

    Antraks dapat menimbulkan gejala di kulit dan saluran pencernaan. Pada kulit, gejala yang muncul seperti benjolan yang menonjol dan gatal (biasanya berwarna hitam), pembengkakan di area luka dan kelenjar getah bening terdekat, dan disertai gejala mirip flu dan sakit kepala.

    Sedangkan pada saluran pencernaan, gejala yang dapat muncul meliputi mual, diare, muntah, sakit perut, feses berdarah, hingga gangguan menelan.

    5. Anjing

    Ilustrasi anjing. Foto: Getty Images/iStockphoto/Liudmila Chernetska

    Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh anjing adalah ringworm, toxocariasis, leptospirosis, dan yang paling umum di telinga masyarakat ialah rabies. Rabies merupakan penyakit menular akut fatal yang disebabkan oleh virus rabies.

    Infeksi virus rabies dapat menyerang sistem saraf pusat, seperti otak dan sumsum tulang belakang, dan bisa berakibat fatal. Infeksi virus ini bisa menyebar melalui gigitan anjing terinfeksi, luka terbuka yang terkena liur, hingga dalam kasus jarang berupa cakaran hewan rabies.

    Selain anjing, rabies juga dapat menyebar melalui kucing, kelelawar, musang, rubah, serigala, hingga kera. Beberapa gejala yang dapat muncul seperti demam, badan lemas, sakit kepala hebat, kesemutan, hingga dalam kasus parah sebelum meninggal muncul phobia pada air.

    (avk/tgm)