NGO: WHO

  • Aksi Heboh Bocah Setahun di India Gigit Mati Ular Kobra

    Aksi Heboh Bocah Setahun di India Gigit Mati Ular Kobra

    Jakarta

    Peristiwa langka terjadi di India. Seekor ular kobra mati digigit anak usia setahun.

    Cerita bocah laki-laki membunuh ular dengan cara digigit itu menghebohkan publik India. Ular kobra yang biasanya membunuh manusia karena gigitan berbisa, kali ini mati karena gigitan manusia muda.

    Adalah Govind Kumar nama bocah yang menggigit ular kobra hingga mati. Peristiwa itu terjadi di Desa Mohchi Bankatwa, Negara Bagian Bihar, India utara, dekat perbatasan Nepal pada 24 Juli lalu.

    Saat itu, Govind Kumar sedang bermain di taman rumah. Sementara ibunya sedang bekerja di kebun belakang.

    Sang nenek, Matisari Devi, mengatakan orang-orang di rumah awalnya tidak menyadari kalau Govind Kumar menggigit salah satu reptil mematikan di dunia itu.

    ‘Anak ajaib’ dari India menggigit ular kobra sampai mati (Foto: BBC World)

    “Ia menangkap ular itu dan menggigitnya dengan giginya. Kami kemudian menyadari bahwa itu adalah ular kobra,” ujar Devi.

    Bocah setahun itu sempat tak sadarkan diri dalam beberapa saat setelah menggigit kobra sampai mati. Govind lalu dilarikan keluarganya ke rumah sakit (RS) setempat.

    “Ketika anak itu dirawat, wajahnya bengkak terutama di sekitar mulut,” kata dr. Kumar Saurabh yang merawat Govind di Government Medical College di ibu kota Negara Bagian Bihar, Bettiah.

    Kasus Lain: Bocah Dipatuk Kobra

    Pada hari yang sama, dr. Kumar juga merawat satu anak lain. Tidak seperti Govind, bocah ini digigit ular kobra.

    Namun, kedua anak itu telah sehat. Dokter mengatakan kasus digigit ular jauh lebih berbahaya dibanding menggigit ular.

    “Ketika seekor kobra menggigit manusia, bisanya masuk ke aliran darah kita. Ini menyebabkan neurotoksisitas, yang mempengaruhi sistem saraf kita. Hal ini dapat menyebabkan kematian,” jelas Kumar kepada BBC.

    “Ketika manusia menggigit kobra, racunnya mencapai sistem pencernaan kita. Tubuh manusia menetralkannya, dan racun tersebut melewatinya,” tambahnya.

    Menurutnya, efek bisa ular dapat menjadi lebih buruk jika terdapat titik-titik pendarahan, seperti tukak, di saluran pencernaan anak laki-laki tersebut.

    Kasus Orang Digigit Ular di India

    Di India terdapat hampir 300 spesies ular dan lebih dari 60 di antaranya berbisa. Adapun ular kobra dianggap sebagai yang paling berbahaya.

    Negara ini juga dijuluki “pusat gigitan ular dunia”. Tingkat kematian akibat gigitan ular meningkat karena musim hujan yang sedang berlangsung.

    Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperkirakan sekitar 81.000 hingga 138.000 orang meninggal dunia akibat gigitan ular di seluruh dunia setiap tahun.

    Antara tahun 2000 dan 2019, rata-rata 58.000 orang meninggal akibat gigitan ular di India per tahun, menurut WHO.

    Namun, jumlah kematian akibat gigitan ular di negara ini masih banyak yang belum dilaporkan, karena kurangnya akses ke fasilitas kesehatan di daerah-daerah tempat insiden ini terjadi, menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India.

    Lihat juga Video ‘Pelari Maraton Tertua Asal India Meninggal karena Ditabrak Mobil’:

    Halaman 2 dari 3

    (jbr/idn)

  • Kanselir Jerman Sambut Raja Yordania, Bahas Jembatan Udara ke Gaza

    Kanselir Jerman Sambut Raja Yordania, Bahas Jembatan Udara ke Gaza

    Jakarta

    Menurut Kementerian Luar Negeri Yordania, pertemuan di Jerman akan difokuskan pada penguatan hubungan bilateral kedua negara serta pembahasan “perkembangan paling mendesak di kawasan.”

    Pertemuan ini berlangsung sehari setelah kanselir Friedrich Merz menyampaikan bahwa pemerintah Jerman ingin membentuk jembatan udara guna mempercepat pengiriman bantuan ke Gaza.

    “Kami tahu bahwa ini hanya akan menjadi bantuan yang sangat kecil bagi rakyat di Gaza,” kata Merz pada Senin, seraya menambahkan, ini adalah “kontribusi yang dengan senang hati kami berikan.”

    Yordania sendiri telah berperan sebagai pusat distribusi bantuan dan pasokan, termasuk menjatuhkan makanan melalui udara ke Gaza dalam dua hari terakhir, menyusul pengumuman Israel tentang “jeda taktis” dalam pertempuran melawan kelompok militan Palestina, Hamas, yang juga diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

    Desakan dari komunitas internasional agar Israel bertindak lebih jauh dalam menangani krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, terus meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Kesehatan Dunia, dan berbagai lembaga bantuan memperingatkan, banyak warga sipil di Gaza kini menghadapi ancaman kelaparan.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pada Minggu, “tidak ada kelaparan di Gaza,” namun sehari kemudian, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyanggah pernyataan tersebut. Trump menegaskan, ada “kelaparan nyata” di wilayah yang terkepung itu, dan bahwa “kita harus memberi makan anak-anak.”

    Tiga dari empat warga Jerman ingin Berlin tekan Israel

    Sementara itu, sekitar tiga perempat warga Jerman menginginkan pemerintah federal memberikan tekanan lebih kepada Israel, untuk menangani situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza.

    Hasil survei menunjukkan adanya perbedaan sikap yang signifikan berdasarkan afiliasi politik: sekitar 94% pemilih Partai Kiri (Die Linke) dan 88% pemilih Partai Hijau mendukung penekanan lebih terhadap Israel.

    Adapun di kalangan pendukung partai-partai besar pemerintahan seperti CDU/CSU (kanan tengah) dan SPD (Sosial Demokrat, kiri tengah), sebanyak 77% ingin pemerintah Jerman melakukan upaya lebih serius, agar Israel meringankan krisis kemanusiaan yang sedang terjadi dan mengakhiri perang.

    Penolakan terkuat terhadap peningkatan tekanan diplomatik terhadap Israel, datang dari pendukung partai sayap kanan ekstrem AfD (Alternative für Deutschland), di mana 37% menentang gagasan tersebut. Meskipun begitu, mayoritas—yakni 61% pemilih AfD—masih mendukung sikap yang lebih tegas dari pemerintah Jerman terhadap Israel.

    Sebagai salah satu pendukung terkuat Israel di kancah internasional, Jerman menegaskan bahwa perlindungan terhadap keamanan dan eksistensi negara Israel adalah bagian dari raison d’etat atau “dasar pendirian negara” Jerman.

    Jerman bantah keretakan koalisi

    Kepala Kantor Kekanseliran Jerman, Thorsten Frei, membantah kekhawatiran soal adanya perpecahan dalam pemerintahan koalisi Jerman, terkait posisi negara itu terhadap Israel.

    Pernyataan tersebut muncul setelah Jerman memutuskan untuk tidak bergabung dengan puluhan negara Barat lainnya, dalam menandatangani pernyataan yang mengecam “pembunuhan tidak manusiawi” terhadap warga sipil Palestina di Gaza pada Senin lalu.

    Frei, yang merupakan tangan kanan Kanselir Friedrich Merz, menegaskan mitra-mitra dalam koalisi tetap bersatu dalam tujuan mereka terkait situasi di Gaza, meski terdapat perbedaan pandangan mengenai cara mencapainya.

    “Tidak ada selembar kertas pun yang memisahkan para mitra koalisi,” kata Frei kepada penyiar publik Jerman, ZDF. “Tentu saja, Anda bisa memiliki pandangan berbeda soal bentuk dan jalan menuju tujuan bersama.”

    Tokoh-tokoh terkemuka dari Partai Sosial Demokrat (SPD), mitra koalisi junior dari partai Merz, Uni Kristen Demokrat (CDU), Selasa (29/7) mendesak pemerintah agar bergabung dalam deklarasi bersama yang telah ditandatangani oleh 28 negara, termasuk Prancis, Italia, dan Inggris, serta oleh Komisi Eropa, lembaga eksekutif Uni Eropa.

    Deklarasi itu menyerukan penghentian segera perang di Gaza, dan mengutuk tindakan militer Israel. Namun, sejauh ini Jerman menolak untuk turut menandatanganinya.

    Frei membela posisi pemerintah, dengan alasan bahwa deklarasi tersebut tidak memberikan kejelasan dalam mengurutkan kronologi peristiwa. “Harus ditegaskan bahwa titik awal perang ini adalah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dan bahwa Hamas masih menyandera orang-orang,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa Jerman tetap memiliki “banyak saluran komunikasi” dengan pemerintah Israel.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Agus Setiawan


    (ita/ita)

  • WFP Desak Israel Segera Beri Persetujuan Bagi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    WFP Desak Israel Segera Beri Persetujuan Bagi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    JAKARTA – Badan bantuan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa membutuhkan persetujuan segera dari Israel agar truk-truknya dapat memasuki Gaza jika ingin memanfaatkan jeda kemanusiaan yang direncanakan Israel dalam pertempuran, ujar seorang pejabat senior Program Pangan Dunia (WFP) pada Hari Minggu.

    Menghadapi kecaman global yang semakin meningkat seiring dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kelaparan massal telah melanda Gaza, Israel kemarin mengatakan mereka akan menghentikan operasi militer selama 10 jam setiap harinya di beberapa bagian wilayah kantong tersebut dan mengizinkan koridor bantuan baru.

    “Kita tidak hanya membutuhkan kata-kata, tetapi kita membutuhkan tindakan di sana. Kita membutuhkan izin dan persetujuan yang sangat cepat,” ujar Ross Smith, direktur kedaruratan WFP, kepada Reuters pada Hari Minggu, seperti dikutip 28 Juli.

    “Jika waktu tunggu terus berlanjut hingga 10 jam, maka kita tidak akan dapat memanfaatkan jeda ini,” lanjutnya.

    Sementara itu, COGAT, badan koordinasi bantuan militer Israel, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Sejak Israel mencabut blokade 11 minggu di Gaza pada 19 Mei dan mengizinkan operasi kemanusiaan yang dipimpin PBB untuk melanjutkan pengiriman terbatas, salah satu keluhan utama PBB adalah penundaan panjang yang dilakukan Israel dalam mengizinkan konvoi meninggalkan titik penyeberangan untuk mengangkut bantuan ke gudang dan titik distribusi di Gaza.

    Data PBB menunjukkan hanya kurang dari 8 persen dari 1.718 truk WFP yang berhasil mencapai tujuan mereka di Gaza dalam hampir sepuluh minggu sejak Israel mencabut blokadenya.

    Sisanya dijarah “baik secara damai oleh orang-orang yang kelaparan maupun secara paksa oleh pelaku bersenjata selama transit,” menurut data PBB.

    Israel diketahui mewajibkan PBB dan kelompok-kelompok lain untuk menurunkan bantuan mereka di titik penyeberangan dan kemudian mengirim truk dari Gaza untuk mengambilnya dan mengangkutnya ke dalam wilayah kantong yang dilanda perang, tempat sekitar 2,1 juta orang masih tinggal.

    “Semua orang bisa melihat mereka berkendara masuk, jadi mereka tahu bahwa makanan akan segera dimuat, dan mereka mulai menunggu dan berkerumun,” kata Smith, menambahkan beberapa konvoi bisa menunggu hingga 20 jam sebelum Israel memberi mereka lampu hijau untuk memasuki Gaza.

    “Jika mereka menunggu di sana selama 10 jam, memuat dan menunggu, maka pada saat itu ada 10.000 orang yang berkerumun di luar,” tegasnya.

    Israel mengendalikan semua akses ke Gaza, mengatakan mereka mengizinkan cukup bantuan makanan masuk ke daerah kantong tersebut, tempat mereka berperang dengan militan Palestina, Hamas, selama hampir 22 bulan.

    Israel menuduh Hamas mencuri bantuan, yang dibantah oleh para militan, sementara PBB mengatakan belum melihat bukti pengalihan bantuan massal di Gaza oleh Hamas.

    Kemarin, Yordania dan Uni Emirat Arab menerjunkan 25 ton bantuan ke Jalur Gaza, pengiriman udara pertama mereka dalam beberapa bulan, kata seorang sumber resmi Yordania, menambahkan pengiriman udara tersebut bukanlah pengganti pengiriman melalui darat.

    Smith mengatakan, pengiriman bantuan melalui udara “sepenuhnya simbolis.”

  • Kemenperin Tata Ulang TKDN, Kapan Meluncur? – Page 3

    Kemenperin Tata Ulang TKDN, Kapan Meluncur? – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto buka suara terkait pembebasan syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diminta pemerintah Amerika Serikat (AS). Ketentuan dalam bagian negosiasi tarif itu hanya akan berlaku bagi sebagian produk.

    Syarat TKDN sendiri masuk dalam konteks permintaan pembebasan hambatan non-tarif dari pemerintah AS. Airlangga bilang, hal itu memungkinkan untuk produk sektor telekomunikasi, pusat data (data center), hingga alat kesehatan. Namun, ketentuan mengenai impor yang diatur kementerian terkait masih berlaku.

    “Terkait dengan local content ataupun TKDN, ini terbatas pada program Telecommunication, Information, and Communication (TIC), data center, alat kesehatan, dan tetap memenuhi peraturan impor yang dilakukan oleh kementerian teknis,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

    Sebagai informasi, dalam dokumen Agreement on Reciprocal Trade yang dirilis Gedung Putih, syarat TKDN disebut berkaitan dengan kesepakatan tarif antar kedua negara. Indonesia dan AS disebut sepakat untuk menyelesaikan berbagai hambatan non-tarif, termasuk TKDN yang berpengaruh pada perdagangan dan investasi bilateral.

    Sejalan dengan ini, Airlangga juga menyinggung soal permintaan Gedung Putih agar standar otoritas obat dan makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) untuk produk asal Amerika Serikat. Hal ini menurutnya pernah berlaku ketika Indonesia menggunakan vaksin luar negeri saat masa pandemi Covid-19.

    “Nah, ini pernah kita lakukan terkait mekanisme ini pada saat Covid-19. Kita bisa menerima vaksin yang dikeluarkan oleh negara-negara barat lainnya seperti mulai dari AstraZeneca sampai Pfizer, berbasis pada FDA masing-masing. Dengan protokol WHO, BPOM bisa menerima dan mendistribusikannya kepada masyarakat,” tutur dia.

  • Eks Pejabat WHO Beberkan Ciri-ciri Suara Parau karena COVID-19 Stratus

    Eks Pejabat WHO Beberkan Ciri-ciri Suara Parau karena COVID-19 Stratus

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI menyebut varian XFG atau yang belakangan dikenal Stratus sudah mendominasi setidaknya 75 persen dari total kasus COVID-19 di Indonesia pada Mei 2025. Bahkan meningkat menjadi 100 persen di Juni 2025.

    Meski sudah dominan, sejauh ini kasus yang bergejala berat atau membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit dan ICU relatif tetap rendah. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan laporan tersebut menandakan COVID-19 memang belum sepenuhnya lenyap.

    “Dengan itu, maka kita harus terima kenyataan bahwa dari waktu ke waktu akan ada saja laporan varian atau sub varian baru dari SARS-COV-2, baru2 ini ada Nimbus dan sekarang ada Stratus,” beber Prof Tjandra, yang juga seorang profesor pulmonologi, saat dihubungi detikcom Senin (28/7/2025).

    Sebagai catatan, stratus sebenarnya masuk ke dalam varian yang dipantau WHO atau variant under monitoring (VUM) sejak 25 Juni 2025. Sama seperti COVID-19 varian Nimbus yang ditetapkan masuk kategori tersebut di 23 Mei.

    “XFG atau Stratus dan juga nimbus adalah subvarian dari Omicron. Saat ini di dunia memang Nimbus yang dominan di dunia, tetapi Stratus juga makin banyak dan bukan tidak mungkin akan jadi paling banyak di dunia juga. Karena itu tidaklah heran kalau sekarang ada laporan bahwa Stratus jadi yang dominan di Indonesia,” lanjutnya.

    Meski gejala khas varian Stratus sulit dikenali, Prof Tjandra mewanti-wanti beberapa gejala yang perlu diwaspadai.

    “Gejala Stratus adalah suara parau, atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice,” tutur dia.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • COVID-19 Stratus Dominan di RI, Masih Mempan Dilawan Vaksin? Ini Kata Kemenkes

    COVID-19 Stratus Dominan di RI, Masih Mempan Dilawan Vaksin? Ini Kata Kemenkes

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI melaporkan varian baru COVID-19 bernama XFG atau dikenal Stratus, kini menjadi varian dominan di Indonesia. Pada Mei 2025, varian Stratus tercatat menyumbang 75 persen kasus COVID-19 di Tanah Air. Angka ini meningkat drastis hingga mencapai 100 persen pada Juni. Varian XEN juga sempat terdeteksi dengan kontribusi sebesar 25 persen pada Mei.

    Meski begitu, Kemenkes menegaskan varian yang saat ini beredar di Indonesia masih termasuk dalam kategori risiko rendah. Masyarakat diminta tetap tenang dan tidak panik, tetapi tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, terutama bagi kelompok yang rentan seperti lansia dan pengidap penyakit penyerta.

    “Varian dominan COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah, sehingga tidak perlu panik, namun tetap penting menjaga protokol kesehatan,” demikian laporan Kemenkes RI, dikutip Senin (28/7/2025).

    “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal Spread di mana per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara (paling banyak dari Eropa dan Asia) per Juni 2025,” lanjut laporan tersebut.

    Adapun varian Stratus diketahui masuk ke dalam varian yang dipantau WHO atau variant under monitoring (VUM) sejak 25 Juni 2025. Sama seperti COVID-19 varian Nimbus yang ditetapkan masuk kategori tersebut di 23 Mei.

    Di sisi lain, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama juga mengatakan laporan terbaru Kemenkes menandakan COVID-19 memang belum sepenuhnya lenyap.

    “Dengan itu, maka kita harus terima kenyataan bahwa dari waktu ke waktu akan ada saja laporan varian atau sub varian baru dari SARS-COV-2, baru2 ini ada Nimbus dan sekarang ada Stratus,” beber Prof Tjandra, yang juga seorang profesor pulmonologi, saat dihubungi detikcom Senin (28/7/2025).

    Apakah Vaksin Saat Ini Efektif Lawan Varian Stratus?

    Terkait efektivitas vaksin, Prof Tjandra menegaskan vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini masih dapat digunakan, terutama dalam mencegah gejala berat dan kasus yang bersifat simtomatik.

    Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian kesehatan RI (Kemenkes), Aji Muhawarman. Menurutnya, XFG atau Stratus masih merupakan turunan dari varian Omicron, dengan demikian vaksin yang ada masih efektif digunakan.

    “Dengan demikian vaksin yang ada masih bisa digunakan dan ampuh untuk membangun imunitas tubuh terhadap COVID,” tuturnya saat dihubungi detikcom, Senin (28/7).

    Meski begitu, jumlah vaksin gratis yang disediakan saat ini sudah sangat terbatas. Di luar program pemerintah, vaksin COVID-19 masih bisa didapatkan secara mandiri.

    Dikutip dari laman Kemenkes RI, penerima vaksin gratis program pemerintah terbagi ke beberapa kelompok per 1 Januari 2024, yakni masyarakat lanjut usia, lanjut usia dengan komorbid, dewasa dengan komorbid, tenaga kesehatan yang bertugas di garda terdepan, ibu hamil, serta remaja usia 12 tahun ke atas dan kelompok usia lainnya dengan kondisi immunocompromised (orang yang mengalami gangguan sistem imun) sedang-berat.

    Sementara itu, sesuai Surat Edaran Dirjen Farmalkes HK.02.02/E/2571/2023 tentang Penyediaan Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksin COVID-19 Pilihan, bagi masyarakat yang tidak masuk dalam kriteria di atas, imunisasi COVID-19 menjadi imunisasi pilihan secara mandiri, dan bisa didapatkan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan vaksinasi COVID-19.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/naf)

    Varian Stratus Intai RI

    12 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini mengungkapkan COVID-19 varian XFG atau Stratus sudah terdeteksi di Indonesia. Bahkan, disebutkan Stratus saat ini menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Temuan ini diungkapkan berdasarkan pemantauan rutin yang dilakukan Kemenkes terkait penyakit pernapasan di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan.

    “Pada bulan Juni varian dominan di Indonesia adalah XFG dengan 75 persen pada Mei dan 100 Mei pada Juni. Lalu ada XEN sebesar 25 persen pada Mei,” ujar pihak Kemenkes belum lama ini.

    Sebenarnya apa yang berbeda dari Stratus dibanding varian yang sudah ada sebelumnya?

    Menurut dokter umum di Harvey Street dan Hannah Clinic London, Dr Kaywaan Khan varian Stratus memiliki karakteristik khusus yang membuatnya lebih rentan menginfeksi.

    Meski begitu, ia mengingatkan dampak infeksi dari varian Stratus tidak lebih fatal bila dibandingkan dengan varian Omicron yang juga sempat bikin heboh sebelumnya. Vaksin yang sudah disetujui juga tetap disarankan untuk mencegah keparahan gejala.

    “Berbeda dengan varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike yang membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi,” ujar Khan dikutip dari Cosmopolitan, Senin (28/7/2025).

    “Meski demikian, penting diingat Stratus tampaknya tidak lebih parah dibandingkan varian Omicron sebelumnya dalam hal tingkat keparahan penyakit, rawat inap, atau kematian,” sambungnya.

    Gejala Varian Stratus

    Secara umum COVID-19 Stratus menimbulkan gejala yang mirip dengan varian-varian sebelumnya. Misalnya, hilangnya indera penciuman dan pengecap.

    Namun, varian ini juga memiliki gejala khas, yaitu suara serak atau parau. Dr Khan menuturkan pemeriksaan COVID-19 perlu dilakukan bila mengalami gejala-gejala tersebut.

    “Salah satu gejala yang paling terlihat dari varian Stratus adalah suara serak, termasuk suara yang kasar atau parau,” ujar Dr Khan.

    Senada, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan gejala Stratus dapat berupa suara parau atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Selain itu, gejala lain dari infeksi COVID-19 varian Stratus menurut Menurut National Health Service (NHS) Inggris meliputi:

    Suhu tubuh tinggiMenggigilKehilangan atau perubahan indera penciuman dan pengecapSesak napasKelelahanBadan pegal-pegalSakit kepalaSakit tenggorokanHidung tersumbat atau berairHilang nafsu makanDiareMual dan muntah

    Pencegahan Infeksi COVID-19 Stratus

    Berkaitan dengan dengan dominasi varian Stratus di Indonesia, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Pastikan juga untuk menerapkan etika batuk atau bersin untuk menghindari risiko penularan pada orang lain.

    Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Jika sedang sakit dan mengalami gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Terlebih bila ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Penggunaan masker juga sangat disarankan apabila mengalami masalah kesehatan seperti batuk, pilek, atau demam.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Wanti-wanti Kemenkes soal COVID-19 Varian ‘Stratus’ yang Mewabah di RI

    Wanti-wanti Kemenkes soal COVID-19 Varian ‘Stratus’ yang Mewabah di RI

    Jakarta

    Melalui laporan sistem surveilans penyakit pernapasan di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI melaporkan adanya varian baru COVID-19 di Indonesia yakni XFG atau dikenal Stratus.

    Berdasarkan data terbaru, varian XFG mencatat dominasi sebesar 75 persen pada Mei, dan meningkat menjadi 100 persen pada Juni 2025. Sementara itu, varian XEN menyumbang 25 persen pada Mei.

    Meski demikian, Kemenkes menyebutkan varian dominan COVID-19 yang merebak di Indonesia tergolong dalam kategori risiko rendah (low risk). Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun tetap menjaga protokol kesehatan, terutama bagi kelompok rentan.

    “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal Spread di mana per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara, paling banyak dari Eropa dan Asia per Juni 2025,” demikian laporan Kemenkes, dikutip Senin (28/7/2025).

    Di sisi lain, Kemenkes juga melaporkan dominansi global varian turunan dari LF.7.9 juga telah terpantau di 41 negara, dengan sebaran utama di kawasan Amerika dan Asia.

    Subvarian LF.7.9.1 dan LP.7 memiliki karakteristik yang serupa dengan varian JN.1, yang hingga kini masih dikategorikan sebagai Variants of Interest (VoI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak pertama kali ditetapkan pada Desember 2023.

    “JN.1 masih menjadi Variants of Interest (VoI) sejak ditetapkan pada Desember 2023. Berdasarkan penilaian risiko, JN.1 merupakan varian yang berisiko rendah (low) di tingkat global,” tutur Kemenkes.

    “Tidak ada indikasi subvarian ini lebih menular atau menyebabkan keparahan dibandingkan subvarian sebelumnya, namun perlu kewaspadaan bagi para lansia dan/atau orang yang memiliki komorbid,” lanjutnya.

    Imbauan Kemenkes RI

    Sebagai kewaspadaan, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk menerapkan sejumlah hal berikut.

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain.Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi masyarakat jika jika berada di kerumunan atau sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.Bagi pelaku perjalanan jika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/bandar udara/PLBN (Pos Lintas Batas Negara) setempat.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Jakarta

    Varian baru COVID XFG atau stratus sudah terdeteksi di Indonesia menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). Stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Laporan ini diberikan berdasarkan hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, seperti influenza dan COVID-19 di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, serta 14 Bala Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Hingga minggu ke 30, jumlah total kasus COVID sepanjang 2025 terdapat 291 kasus dari sebanyak 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif 2,26 persen. Sedangkan, jumlah kasus yang ada di lokasi sentinel sampai minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari sebanyak 2.613 spesimen.

    Positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.

    Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan gejala infeksi saluran pernapasan, menerapkan protokol; kesehatan dasar, dan melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala flu berat, batuk, atau demam tinggi. Sementara, vaksinasi dianjurkan bagi kelompok rentan.

    Gejala Varian COVID Stratus

    Menurut dokter umum di Harley Street, sekaligus pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkan virus ini menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi.

    Stratus dikatakan tidak tampak lebih berat atau parah jika dibandingkan dengan varian sebelumnya. Tapi, ada gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    dr Khan menyarankan, jika seseorang mendapat hasil positif, maka sebaiknya tetap di rumah dan menjalani isolasi. Sebab, varian stratus sangat mudah menular.

    Selain itu, beberapa gejala lainnya mirip varian COVID-19 sebelumnya. Dikutip dari laman National Health Service UK (NHS), gejalanya meliputi:

    Sesak napasKehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa,Kelelahan, demam atau menggigilHidung tersumbat atau berairNyeri ototBatuk terus-menerusSakit tenggorokanSakit kepalaDiareHilangnya nafsu makan, dan mual

    Varian Stratus Lebih Berbahaya?

    Stratus ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh WHO, sebab proporsinya terus meningkat secara global. Varian ini diperkirakan memiliki pertumbuhan yang relatif tertinggi dibandingkan dengan varian lain yang beredar, seperti Nimbus atau NB.1.8.1 terkini. Kendati demikian, stratus dikatakan tidak lebih parah dibandingkan varian lainnya yang beredar.

    “Data saat ini tidak menunjukkan varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian daripada varian lain yang beredar,” kata WHO, (7/7/2025).

    Terdapat bukti yang menunjukkan adanya peningkatan proporsi dari varian stratus. Tapi, WHO belum mengamati tanda-tanda yang menunjukkan peningkatan keparahannya.

    “Meskipun ada peningkatan kasus dan rawat inap yang dilaporkan di beberapa negara [Kawasan Asia Tenggara], yang memiliki proporsi XFG tertinggi, tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit terkait lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang beredar lainnya, kata WHO.

    Sementara itu, menurut konsultan epidemiologi di UK Health Security Agency (UKHSA), Dr Alex Allen mengatakan pula bahwa sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan varian stratus menyebabkan penyakit yang lebih parah dari varian sebelumnya.

    “Merupakan hal yang normal bagi virus untuk bermutasi dan berubah seiring waktu,” kata Dr Alex Allen, seraya menambahkan pihaknya terus memantau semua jenis COVID di Inggris, dikutip dari The Independent.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    5 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kekurangan DHA-EPA di Usia Emas Si Kecil, Waspadai Efeknya

    Kekurangan DHA-EPA di Usia Emas Si Kecil, Waspadai Efeknya

    Jakarta

    Dalam perkembangan anak, DHA berperan besar dalam mendukung kecerdasan serta perkembangan otak. Sayangnya, riset dari British Journal of Nutrition yang diterbitkan Cambridge University Press menunjukkan 80 persen anak Indonesia masih kekurangan asupan DHA.

    Penelitian tersebut menunjukkan sebagian besar anak-anak Indonesia usia 4-12 tahun mengonsumsi asam lemak esensial di bawah rekomendasi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)/Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Secara implisit, menunjukkan tingginya proporsi anak yang kekurangan EPA dan DHA.

    Padahal, kedua nutrisi tersebut diperlukan guna untuk perkembangan otak anak hingga meningkatkan kemampuan belajar anak. Berkaitan dengan hal ini, Spesialis Anak sekaligus influencer dr Ria Yoanita, SpA mengatakan EPA dan DHA adalah fondasi penting yang mendukung tumbuh kembang anak, membentuk kecerdasan, emosi yang seimbang, dan daya tahan tubuh yang kuat.

    “Kekurangannya di masa emas mungkin tidak langsung terlihat, namun bisa membatasi potensi yang seharusnya tumbuh sejak dini,” jelas dr Ria, dalam keterangan tertulis, Minggu (27/7/2025).

    Hal ini disampaikan dr Ria dalam talkshow ‘7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Pondasi Karakter Anak Pintar’ Pekan Seni Anak Indonesia Pina yang digelar PT Kalbe Farma Tbk melalui anak usaha PT Saka Farma Laboratories (Kalbe Consumer Health) dan brand Cerebrofort, di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Minggu (27/7).

    Dalam acara ini, dr Ria juga membagikan tips cara memilih minyak ikan yang baik dan solusi untuk anak yang punya kepekaan tertentu pada ikan, agar nutrisi EPA dan DHA dapat terpenuhi. Bagi anak yang punya kepekaan tertentu pada ikan atau tidak menyukai rasa amis, orang tua bisa mengolah makanan secara variatif atau memberikan alternatif suplemen dengan kandungan yang berkualitas seperti minyak ikan dalam bentuk gummy yang lebih disukai anak-anak.

    Pada kesempatan yang sama, Head of Vitamin Category Kalbe Consumer Health Adelia Theresia menyampaikan dukungan terhadap tumbuh kembang anak Indonesia. Dukungan ini salah satunya dihadirkan melalui produk Cerebrofort Gummy, Gummy-nya Anak Pintar, dengan kandungan minyak ikan, Omega 3 (EPA & DHA) yang mendukung perkembangan otak anak.

    Adelia pun berharap acara ini dapat menginspirasi keluarga Indonesia untuk terus mendampingi proses belajar dan bertumbuh anak-anak mereka dengan penuh cinta dan perhatian. Ia menambahkan nutrisi dan stimulasi pada anak berjalan beriringan.

    “Setiap anak berhak tumbuh dalam kasih sayang dan perhatian penuh. Melalui acara ini, kami ingin menginspirasi keluarga Indonesia untuk terus hadir, mendampingi, dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak secara menyeluruh, baik secara emosional maupun nutrisi,” kata Adelia.

    Sebagai informasi, Pekan Seni Anak Indonesia juga turut menggandeng Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan detikcom. Adapun kegiatan ini bertujuan untuk untuk mendorong tumbuh kembang anak Indonesia melalui pendekatan seni, edukasi, dan nutrisi sekaligus merayakan Hari Anak Nasional (HAN).

    Selain menggelar talkshow ‘7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Pondasi Karakter Anak Pintar’, rangkaian agenda Pekan Seni Anak Pintar Indonesia juga menggelar lomba menyanyi dan mewarnai untuk anak-anak.

    Berlangsung di tiga kota, yakni Jakarta, Cibubur, dan Solo, lomba ini bertujuan untuk mendukung kreativitas dan kecerdasan anak. Untuk pendaftaran lomba Pekan Seni Anak Pintar Indonesia dan informasi lebih lanjut, kunjungi akun Instagram @cerebrofort.id.

    (anl/ega)