NGO: WHO

  • Mengenal Berbagai Jenis Virus Dari Flu Biasa hingga Virus Mematikan, Ini Kategorinya

    Mengenal Berbagai Jenis Virus Dari Flu Biasa hingga Virus Mematikan, Ini Kategorinya

    Jakarta

    Virus adalah sejenis mikroorganisme yang sangat kecil, tapi bisa berdampak besar bagi kesehatan manusia. Berbeda dengan mikroorganisme para umumnya seperti bakteri, virus tidak memiliki inti sel sehingga tidak dikategorikan mikroorganisme sejati.

    Keberadaan virus sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Berbagai jenis virus sudah dikenal sejak lama, mulai dari yang memicu infeksi ringan hingga berbahaya.

    Setiap virus memiliki cara penularan dan tingkat bahaya yang berbeda. Berdasarkan struktur dan materi genetiknya, jenis-jenis virus dapat digolongkan menjadi virus DNA dan RNA.

    Virus DNA

    Virus DNA memiliki asam deoksiribonukleat atau Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) sebagai materi genetiknya. Dikutip dari laman ByJus, virus ini menunjukkan tingkat mutasi yang rendah. Beberapa contoh dari jenis virus DNA yaitu:

    1. Virus Herpes

    Dikutip dari laman WHO, Herpes Simplex Virus (HSV) atau yang dikenal sebagai herpes adalah infeksi umum yang bisa menyebabkan lepuh atau luka yang menyakitkan. Penyakit ini terutama menyebar lewat kontak kulit ke kulit.

    Selain lepuh, herpes yang baru menginfeksi bisa menyebabkan demam, nyeri badan, dan juga pembengkakan kelenjar getah bening.

    2. Virus Hepatitis B

    Hepatitis B adalah infeksi hati serius yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang menyerang dan merusak hati. Hepatitis B ditularkan lewat kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh tertentu yang terinfeksi.

    Hepatitis B bisa menyebabkan infeksi kronis dan membuat orang berisiko meninggal akibat sirosis dan kanker hati.

    3. Pox Virus

    Pox virus adalah salah satu dari sekelompok virus dalam famili Poxviridae yang bertanggung jawab atas berbagai macam penyakit cacar pada manusia dan hewan.

    Dikutip dari laman Cepi, Infeksi ini biasanya dimulai dengan demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, dan muntah. Beberapa hari kemudian, ruam mulai muncul di lidah, mulut, dan tenggorokan berupa bintik-bintik merah dan luka. Dalam waktu sehari, ruam menyebar dalam bentuk benjolan kecil di kulit, lengan, kaki, badan dan seluruh tubuh.

    4. Human Papillomavirus

    Human papillomavirus (HPV) adalah virus umum yang bisa memengaruhi berbagai bagian tubuh. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, ada lebih dari 100 jenis HPV, termasuk galur HPV yang menyebabkan kutil di tangan, kak, dan wajah. Sekitar 30 galur HPV bisa mempengaruhi alat kelamin.

    Virus RNA

    Seperti namanya, virus RNA memiliki asam ribonukleat atau Ribonucleic Acid (RNA) sebagai materi genetiknya. Virus ini menunjukkan tingkat mutasi yang lebih tinggi.

    1. Influenza

    Virus influenza A, B, dan C menyebabkan influenza, infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan.
    Dikutip dari laman Kemenkes, berikut perbedaanya:

    Influenza A: Penyebab paling umum dari wabah flu dan pandemi globalInfluenza B: Umuma menyebabkan wabah yang lebih lokal dan biasanya lebih ringan dibandingkan influenza AInfluenza C: Penyebab gejala flu paling ringan dan tidak menyebabkan wabah.

    Gejala dari influenza yaitu demam tinggi tiba-tiba, batuk kering, sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, kelelahan dan lemas, sakit otot dan sendi, hingga muntah dan diare.

    2. Rotavirus

    Rotavirus adalah infeksi virus yang menyerang saluran pencernaan dan dapat menyebabkan penyakit Gastroenteritis. DIkutip dari laman Kementerian Kesehatan, rotavirus bisa menular melalui kontak fisik terhadap tinja yang mengandung rotavirus atau melalui makanan, minuman, peralatan, serta benda-benda yang telah terkontaminasi dengan virus ini.

    Infeksi rotavirus biasanya dimulai dalam dua hari setelah terpapar virus. Dikutip dari laman Mayo Clinic Gejala awalnya meliputi demam dan muntah, diikuti diare berair selama 3-7 hari.

    3. Polio Virus

    Polio menyerang sistem saraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam. Virus ini ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui jalur fekal-oral atau melalui air, makanan terkontaminasi, dan berkembag biak di usus.

    Gejala awalnya yaitu demam, kelelahan, sakit kelapa, muntah, leher kaku, dan nyeri pada anggota badan.

    4. SARS COV-2

    SARS-COV-2 merupakan virus penyebab COVID-19 yang diidentifikasi pertama kali pada bulan Desember tahun 2019. Dikutip dari laman Live Science, studi pada tahun 2021 menunjukkan bahwa virus ini kemungkinan berasal dari kelelawar, berpindah melalui hewan perantara, dan menginfeksi manusia. Namun demikian, asal-usul virus ini masih kontroversial.

    Gejalanya berupa demam, batuk kering, sesak napas, nyeri tenggorokan, pegal-pegal, atau merasa kelelahan. Hingga tahun 2023. ada sebanyak 6.811.780 kasus COVID-19 di Indonesia dengan angka kematian 161.865 orang.

    5. Dengue

    Dengue adalah virus utama yang menyebabkan penyakit demam berdarah lewat nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya meliputi demam mendadak yang tinggi, mencapai 39 derajat celcius. Demam berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat. Gejala lainnya meliputi nyeri kepala menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot, dan tulang, hingga bintik merah pada kulit. Di Indonesia, tahun 2024 menjadi puncak kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan lebih dari 1.400 kematian.

    (elk/up)

  • Tekan Lonjakan Kecelakaan Roda Dua, Pijar Foundation dan Kemenhub Dorong Regulasi Keselamatan Adaptif

    Tekan Lonjakan Kecelakaan Roda Dua, Pijar Foundation dan Kemenhub Dorong Regulasi Keselamatan Adaptif

    Jakarta: Pijar Foundation bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) menyelenggarakan program Road Safety Fellowship 2025 bertema “Mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui Sistem Keselamatan Roda Dua yang Inovatif dan Adaptif”.

    Inisiatif ini berfungsi sebagai platform strategis yang mempertemukan lebih dari 30 aparatur sipil negara dari 12 Kementerian dan Lembaga untuk merumuskan solusi nyata terhadap tingginya jumlah kecelakaan sepeda motor terutama pada kelompok usia produktif demi tercapainya visi Indonesia Emas 2045.

    “Bonus demografi akan jadi sia-sia jika generasi produktif meninggal di jalan. Kecelakaan roda dua tak boleh lagi dianggap hal biasa. Tanpa regulasi yang tegas dan sistem keselamatan yang memadai, ini akan menjadi ancaman mematikan bagi masa depan bangsa,” ujar Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Dr. Muhammad Taufiq, DEA

    Data dari Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri mencatat lonjakan kecelakaan kendaraan roda dua meningkat lebih dari 50 persen dalam lima tahun terakhir. Sepanjang 2024, tercatat lebih dari 150.000 kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan roda dua, sebanyak 26.893 korban jiwa mayoritas berasal dari kelompok usia produktif 15 – 24 tahun.

    “Data menunjukkan ada tiga korban jiwa setiap jam akibat kecelakaan jalan. Ini bukan sekadar angka, ini adalah peringatan bahwa tanpa intervensi kebijakan yang kuat, Indonesia bisa kehilangan aset terpentingnya untuk menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Cazadira F. Tamzil, Executive Director Pijar Foundation.
    Teknologi dan Regulasi sebagai Kunci Menurunkan Fatalitas
    Salah satu poin utama dalam diskusi ini adalah pentingnya penguatan regulasi untuk teknologi keselamatan aktif seperti Anti-Lock Braking System (ABS). Teknologi ini dinilai dapat menurunkan resiko kecelakaan fatal dengan mencegah penguncian roda saat pengereman mendadak dan  memberikan waktu bagi pengendara untuk beraksi, sehingga risiko kecelakaan fatal dapat ditekan.

    “Data menunjukkan bahwa pengendara rata-rata hanya memiliki 0,75 detik untuk bereaksi sebelum kecelakaan. Ironisnya, hampir 50% pengendara tidak merespons sama sekali. Hal ini dapat diminimalkan jika kendaraan dilengkapi dengan teknologi keselamatan yang tepat seperti ABS” ungkap Pakar Transportasi ITB/Perwakilan Tim Pakar Economic Impact of Road Safety Research ITB, Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo, M.T, Ph.D.

    Tak hanya berdampak pada keselamatan jiwa, kecelakaan roda dua juga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Hasil riset dari Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat kecelakaan yang melibatkan kendaraan roda dua diperkirakan mencapai 2,9–3,1% dari total Produk Domestik Bruto (PDB).
    Belajar dari Negara Tetangga

    Negara-negara di Asean seperti Malaysia telah lebih dahulu mengadopsi teknologi keselamatan aktif untuk kendaraan roda dua. Setelah melalui kajian selama dua tahun, pemerintah Malaysia mengharuskan pemasangan sistem pengereman ABS pada sepeda motor baru yang terbukti menurunkan angka kecelakaan dan kematian hingga 30 persen. 

    “Inovasi teknologi kendaraan saat ini semakin pesat membawa banyak manfaat bagi kita semua. Antara lain dalam meningkatkan efisiensi bahan bakar, kenyamanan berkendara, pengurangan emisi gas buang, dan juga sistem pengereman yang berdampak pada peningkatan keselamatan jalan,” jelas Aan, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI, melalui pidatonya yang disampaikan oleh Yusuf Nugroho, Direktur Sarana dan Keselamatan Jalan. 

    Dalam menghadapi tantangan keselamatan jalan yang semakin kompleks, kolaborasi lintas sektor serta adopsi teknologi keselamatan menjadi penting. Regulasi perlu dikembangkan secara responsif terhadap inovasi. Sinergi antar pemangku kepentingan menjadi kunci untuk mendorong kebijakan keselamatan berkendara yang lebih progresif dan adaptif.
     

     

    Menuju Regulasi yang Inklusif dan Adaptif

    Sebagai output utama, Road Safety Fellowship 2025 menghasilkan sejumlah rekomendasi kebijakan strategis antara lain:

    Peninjauan dan penguatan regulasi melalui peninjauan UU LLAJ 2009, Permenhub 12/2019, dan PP 55/2012
    Pembentukan Task Force atau Pokja lintas K/L
    Studi kelayakan dan uji coba teknologi di proving ground untuk pengujian implementasi teknologi pengereman seperti ABS, disertai pilot project dan roadmap 5–10 tahun
    Integrasi kurikulum keselamatan di sekolah menengah
    Kewajiban produsen kendaraan menyediakan edukasi keselamatan berbasis teknologi kepada konsumen. 

     
    Kombes Pol Arief Bahtiar dari Korlantas Polri menegaskan pentingnya untuk melindungi kelompok usia produktif dari risiko kecelakaan.

    “Jika kita gagal melindungi kelompok usia produktif dari risiko kecelakaan, Indonesia akan kehilangan daya saingnya. Kecelakaan lalu lintas bukan sekedar membawa kerugian ekonomi, tetapi luka batin bagi bangsa.” 

    Dengan target global dari WHO untuk menurunkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas hingga 50%, Indonesia tidak bisa lagi menunda. Langkah konkret dari lintas kementerian atau lembaga kini menjadi landasan penting untuk menciptakan sistem keselamatan jalan yang modern, adaptif, dan berpihak pada perlindungan nyawa.

    Jakarta: Pijar Foundation bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) menyelenggarakan program Road Safety Fellowship 2025 bertema “Mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui Sistem Keselamatan Roda Dua yang Inovatif dan Adaptif”.
     
    Inisiatif ini berfungsi sebagai platform strategis yang mempertemukan lebih dari 30 aparatur sipil negara dari 12 Kementerian dan Lembaga untuk merumuskan solusi nyata terhadap tingginya jumlah kecelakaan sepeda motor terutama pada kelompok usia produktif demi tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
     
    “Bonus demografi akan jadi sia-sia jika generasi produktif meninggal di jalan. Kecelakaan roda dua tak boleh lagi dianggap hal biasa. Tanpa regulasi yang tegas dan sistem keselamatan yang memadai, ini akan menjadi ancaman mematikan bagi masa depan bangsa,” ujar Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Dr. Muhammad Taufiq, DEA

    Data dari Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri mencatat lonjakan kecelakaan kendaraan roda dua meningkat lebih dari 50 persen dalam lima tahun terakhir. Sepanjang 2024, tercatat lebih dari 150.000 kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan roda dua, sebanyak 26.893 korban jiwa mayoritas berasal dari kelompok usia produktif 15 – 24 tahun.
     
    “Data menunjukkan ada tiga korban jiwa setiap jam akibat kecelakaan jalan. Ini bukan sekadar angka, ini adalah peringatan bahwa tanpa intervensi kebijakan yang kuat, Indonesia bisa kehilangan aset terpentingnya untuk menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Cazadira F. Tamzil, Executive Director Pijar Foundation.

    Teknologi dan Regulasi sebagai Kunci Menurunkan Fatalitas
    Salah satu poin utama dalam diskusi ini adalah pentingnya penguatan regulasi untuk teknologi keselamatan aktif seperti Anti-Lock Braking System (ABS). Teknologi ini dinilai dapat menurunkan resiko kecelakaan fatal dengan mencegah penguncian roda saat pengereman mendadak dan  memberikan waktu bagi pengendara untuk beraksi, sehingga risiko kecelakaan fatal dapat ditekan.
     
    “Data menunjukkan bahwa pengendara rata-rata hanya memiliki 0,75 detik untuk bereaksi sebelum kecelakaan. Ironisnya, hampir 50% pengendara tidak merespons sama sekali. Hal ini dapat diminimalkan jika kendaraan dilengkapi dengan teknologi keselamatan yang tepat seperti ABS” ungkap Pakar Transportasi ITB/Perwakilan Tim Pakar Economic Impact of Road Safety Research ITB, Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo, M.T, Ph.D.
     
    Tak hanya berdampak pada keselamatan jiwa, kecelakaan roda dua juga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Hasil riset dari Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat kecelakaan yang melibatkan kendaraan roda dua diperkirakan mencapai 2,9–3,1% dari total Produk Domestik Bruto (PDB).
    Belajar dari Negara Tetangga

    Negara-negara di Asean seperti Malaysia telah lebih dahulu mengadopsi teknologi keselamatan aktif untuk kendaraan roda dua. Setelah melalui kajian selama dua tahun, pemerintah Malaysia mengharuskan pemasangan sistem pengereman ABS pada sepeda motor baru yang terbukti menurunkan angka kecelakaan dan kematian hingga 30 persen. 
     
    “Inovasi teknologi kendaraan saat ini semakin pesat membawa banyak manfaat bagi kita semua. Antara lain dalam meningkatkan efisiensi bahan bakar, kenyamanan berkendara, pengurangan emisi gas buang, dan juga sistem pengereman yang berdampak pada peningkatan keselamatan jalan,” jelas Aan, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI, melalui pidatonya yang disampaikan oleh Yusuf Nugroho, Direktur Sarana dan Keselamatan Jalan. 
     
    Dalam menghadapi tantangan keselamatan jalan yang semakin kompleks, kolaborasi lintas sektor serta adopsi teknologi keselamatan menjadi penting. Regulasi perlu dikembangkan secara responsif terhadap inovasi. Sinergi antar pemangku kepentingan menjadi kunci untuk mendorong kebijakan keselamatan berkendara yang lebih progresif dan adaptif.
     

     

    Menuju Regulasi yang Inklusif dan Adaptif

    Sebagai output utama, Road Safety Fellowship 2025 menghasilkan sejumlah rekomendasi kebijakan strategis antara lain:

    Peninjauan dan penguatan regulasi melalui peninjauan UU LLAJ 2009, Permenhub 12/2019, dan PP 55/2012
    Pembentukan Task Force atau Pokja lintas K/L
    Studi kelayakan dan uji coba teknologi di proving ground untuk pengujian implementasi teknologi pengereman seperti ABS, disertai pilot project dan roadmap 5–10 tahun
    Integrasi kurikulum keselamatan di sekolah menengah
    Kewajiban produsen kendaraan menyediakan edukasi keselamatan berbasis teknologi kepada konsumen. 

     
    Kombes Pol Arief Bahtiar dari Korlantas Polri menegaskan pentingnya untuk melindungi kelompok usia produktif dari risiko kecelakaan.
     
    “Jika kita gagal melindungi kelompok usia produktif dari risiko kecelakaan, Indonesia akan kehilangan daya saingnya. Kecelakaan lalu lintas bukan sekedar membawa kerugian ekonomi, tetapi luka batin bagi bangsa.” 
     
    Dengan target global dari WHO untuk menurunkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas hingga 50%, Indonesia tidak bisa lagi menunda. Langkah konkret dari lintas kementerian atau lembaga kini menjadi landasan penting untuk menciptakan sistem keselamatan jalan yang modern, adaptif, dan berpihak pada perlindungan nyawa.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    (RUL)

  • Ncuti Gatwa Beber Kemungkinan Kembali ke Doctor Who Usai Keluar Mei Lalu

    Ncuti Gatwa Beber Kemungkinan Kembali ke Doctor Who Usai Keluar Mei Lalu

    JAKARTA – Aktor Ncuti Gatwa bicara kemungkinan kembali ke serial Doctor Who setelah keluar dari produksi pada Mei lalu. Ia keluar setelah membintangi serial selama dua musim dan mengungkap efek negatif yang ia alami.

    Sebelumnya, ia pernah mengungkap alasan ia keluar dari Doctor Who karena merasa mulai lelah selama proses syuting.

    “Saya semakin tua dan tubuh saya lelah dan saya mulai belajar balet jadi saya membuat keputusan yang baik,” kata aktor 32 tahun.

    Ketika berbicara dalam acara terbaru Alex Jones, Gatwa mendapat pertanyaan apa ia pernah menyesal bergabung dengan serial ini.

    “Saya tidak pernah melawan Dalek. Dalek atau Cyberman. Maksud saya, hanya bagian dari Doctor Who,” kata Ncuti Gatwa.

    “Jadi saya mungkin melakukannya! Mungkin saya akan melawan Dalek!” katanya membocorkan kemungkinan kembali ke serial tersebut.

    Ncuti Gatwa menjadi satu dari dua dokter yang tidak melawan Dalek bersama Paul McGann. Komentar ini dianggap kemungkinan sebagai petunjuk ia kembali ke serial.

    Karakter Gatwa dalam serial ini diketahui terjadi regenerasi dan digantikan oleh Billie Piper yang turut kembali ke produksi.

  • 1 Agustus Hari Apa? Ada Hari Kanker Paru hingga World Wide Web – Page 3

    1 Agustus Hari Apa? Ada Hari Kanker Paru hingga World Wide Web – Page 3

    Setiap tanggal 1 Agustus, dunia memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia. Peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran global akan bahaya kanker paru-paru, yang merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Kampanye ini juga menekankan pentingnya pencegahan, deteksi dini, serta pola hidup sehat untuk mengurangi risiko penyakit tersebut.

    Selain itu, 1 Agustus juga dikenal sebagai Hari World Wide Web. Peringatan ini mengingatkan kita akan peran besar internet dalam kehidupan sehari-hari sejak ditemukan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1989. Momen ini menjadi ajakan untuk menggunakan internet secara bijak, produktif, dan aman.

    Tanggal ini juga menandai awal Pekan ASI Sedunia, yang berlangsung hingga 7 Agustus. Peringatan ini, yang didukung oleh WHO dan UNICEF, bertujuan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. ASI memberikan nutrisi terbaik dan perlindungan alami terhadap berbagai penyakit.

    Beberapa peringatan lain yang jatuh pada 1 Agustus meliputi Hari Pacar Nasional, Hari Bebas Anak Internasional, dan Hari Syal Pramuka Sedunia. Hari Bir Internasional juga dirayakan pada Jumat pertama bulan Agustus, yang pada tahun 2025 jatuh tepat di tanggal 1 Agustus. Ada pula Hari Pendakian Gunung Nasional, Hari Mahjong Internasional, Hari Menghormati Orang Tua, Hari Kesadaran Donor Minoritas, Hari Kue Krim Raspberry Nasional, dan Hari Balon Air Nasional yang dirayakan pada Jumat pertama bulan Agustus.

  • Kondisi Mengenaskan Bayi Malnutrisi di Gaza, Lengannya Cuma Sebesar Ibu Jari

    Kondisi Mengenaskan Bayi Malnutrisi di Gaza, Lengannya Cuma Sebesar Ibu Jari

    Jakarta

    Warga di Gaza dilanda kelaparan parah yang menyebabkan banyak anak mengalami malnutrisi. Banyak anak yang tubuhnya mulai melemah karena tidak bisa makan.

    “Dia selalu lesu, berbaring seperti ini. Anda tidak akan melihat responsnya,” kata Zeina Radwan, ibu dari bayi bernama Maria Suhaib Radwan yang berusia 10 bulan, dikutip dari Reuters.

    Zeina mengatakan ia tidak dapat menemukan susu atau makanan yang cukup untuk bayinya. Bahkan, ia tidak bisa menyusui karena kekurangan gizi dan hanya bertahan hidup dengan satu kali makan dalam sehari.

    “Anak-anak saya dan saya tidak dapat hidup tanpa nutrisi,” sambungnya.

    Reuters melaporkan kondisi di Kompleks Medis Nasser selama lima hari, satu dari hanya empat pusat yang tersisa di Gaza yang mampu merawat anak-anak yang sangat kelaparan. Selama berada di sana, 53 kasus anak-anak dengan gizi buruk akut dirawat, menurut kepala bangsal.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 154 orang, termasuk 89 anak-anak, meninggal dunia akibat malnutrisi, jumlah tertinggi terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Sebuah lembaga pemantau kelaparan global mengatakan pada hari Selasa bahwa skenario kelaparan sedang terjadi.

    “Kami membutuhkan susu untuk bayi, membutuhkan pasokan medis, membutuhkan makanan, dan makanan khusus untuk departemen gizi,” kata Dr Ahmed al-Farra, kepala departemen pediatrik dan maternitas di Kompleks Medis Nasser.

    Para pejabat Israel mengatakan banyak dari mereka yang meninggal akibat malnutrisi di Gaza menderita penyakit bawaan. Para ahli mengatakan hal ini lazim terjadi pada tahap awal krisis kelaparan.

    “Anak-anak dengan kondisi bawaan lebih rentan. Mereka terdampak lebih awal,” kata Marko Kerac, profesor klinis di London School of Hygiene and Tropical Medicine, yang membantu menyusun pedoman pengobatan WHO untuk malnutrisi akut berat.

    Dr Farra mengatakan rumah sakitnya kini menangani anak-anak malnutrisi tanpa masalah kesehatan sebelumnya. Seperti yang dialami bayi Wateen Abu Amounah, yang lahir sehat hampir tiga bulan lalu dan kini beratnya 100 gram lebih ringan daripada berat badannya saat lahir.

    “Selama tiga bulan terakhir, berat badannya tidak naik satu gram pun. Sebaliknya, berat badan anak itu justru menurun,” beber Dr Farra.

    “Ada kehilangan total otot. Hanya kulit di atas tulang, yang merupakan indikasi bahwa anak tersebut telah memasuki fase malnutrisi berat. Bahkan wajah anak itu, ia telah kehilangan jaringan lemak di pipinya,” sambungnya.

    Ibu bayi itu, Yasmin Abu Sultan, menunjuk ke arah anggota tubuh bayi itu. Terlihat lengannya hanya selebar ibu jari ibunya.

    “Kau lihat? Ini kakinya… Lihat lengannya,” keluhnya.

    Ibu dari Wateen mengatakan ia mencoba memasukkan putrinya ke rumah sakit bulan lalu, tetapi pusat kesehatan itu penuh. Setelah 10 hari tanpa susu dan hampir tidak ada makanan sehari untuk seluruh keluarga, dan kondisi anaknya semakin memburuk.

    Banyak juga bayi yang kondisinya seperti Wateen mengalami demam dan diare berulang, penyakit yang lebih rentan dialami anak-anak yang kekurangan gizi dan membuat kondisi mereka semakin berbahaya.

    “Jika dia terus seperti ini, aku akan kehilangan dia,” lanjutnya.

    Kini, Wateen masih dirawat di rumah sakit. Ibunya dianjurkan memberikannya susu formula sedikit demi sedikit dari botol.

    “Efek samping dari kekurangan gizi parah, yang berlawanan dengan intuisi, adalah hilangnya nafsu makan,” jelas dokter kepada Reuters.

    Naasnya, salah satu bayi berusia lima bulan bernama Zainab Abu Haleeb tidak bisa bertahan di tengah kelaparan. Ia rentan terhadap infeksi karena malnutrisi yang parah dan meninggal akibat sepsis.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Geger Sound Horeg, Segini Batas Desibel Suara yang Aman Bagi Manusia

    Geger Sound Horeg, Segini Batas Desibel Suara yang Aman Bagi Manusia

    Jakarta

    Sound horeg ramai diperbincangkan setelah mendapatkan fatwa haram dengan catatan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Keputusan ini di ambil salah satunya mempertimbangkan kesehatan masyarakat.

    Sound horeg sendiri merujuk kepada penggunaan pengeras suara bervolume tinggi. Pengeras suara ini biasanya marak dijumpai di acara hajatan, konvoi, atau hiburan rakyat.

    Kebisingan ekstrem dari sound horeg dapat membahayakan kesehatan pendengaran. Bahkan, bagian dalam telinga dapat mengalami kerusakan permanen.

    Tingkat suara yang dihasilkan sound horeg bisa mencapai 120-135 desibel (dB). Sementara batas aman suara jauh di bawah itu.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa ambang batas aman paparan suara adalah 85 dB selama maksimal 8 jam per hari. Paparan suara di atas 100 dB digambarkan sebagai suara yang sangat keras dan berpotensi membahayakan.

    120 dB adalah tingkat desibel yang menggambarkan suara sangat keras. Faktanya, pada grafik desibel, 120 dB menandai batas suara yang menyakitkan dan sangat berbahaya bagi telinga manusia. Ini seperti mendengarkan sirine dan batas aman berada di dekatnya hanya 12 detik.

    “Bahkan paparan satu kali terhadap suara yang sangat keras dapat merusak sel-sel telinga bagian dalam dan menyebabkan kehilangan pendengaran,” tulis WHO.

    Di samping efek ke pendengaran, Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, dr Gina Noor Djalilah SpAMM menegaskan paparan bising kronis bisa memicu lonjakan hormon stres, dan dalam jangka panjang berdampak ke kondisi fisik maupun mental.

    Kondisi ini juga berdampak pada penurunan konsentrasi dan produktivitas, terutama anak-anak dan remaja. Bahkan tak sedikit mengeluh sakit kepala atau kesulitan berkomunikasi akibat lingkungan yang terlalu bising.

    “Jika muncul gejala seperti telinga berdenging, nyeri, atau penurunan kemampuan mendengar setelah terpapar suara keras, sebaiknya segera periksa ke dokter THT. Jangan tunggu sampai terlambat,” ujar dr Gina.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Viral ‘Thomas Alfa Edisound’, Apa Efeknya Jika Terlalu Banyak Dengar Suara Keras?

    Viral ‘Thomas Alfa Edisound’, Apa Efeknya Jika Terlalu Banyak Dengar Suara Keras?

    Jakarta

    Nama ‘Thomas Alfa Edisound’ mendadak viral di media sosial. Dia adalah seorang teknisi sound horeg di Jawa Timur yang bernama asli Ahmad Abdul Azis atau biasa disapa Memed.

    Dia mengatakan sudah bergabung dengan sound horeg sejak 2019. Ia bergabung dengan Brewog Audio sampai dengan saat ini dan bertugas sebagai salah satu teknisi di Brewog Audio.

    Terlepas dari hal tersebut, tidak sedikit warganet yang menyoroti gangguan kesehatan yang bisa dialami Azis karena terpapar suara keras dari sound horeg dalam waktu lama.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa ambang batas aman paparan suara adalah 85 dB selama maksimal 8 jam per hari. Saat intensitas suara meningkat menjadi 100 dB, dengan sound horeg berada di kisaran 120-150dB, telinga manusia hanya dapat mentoleransi selama sekitar 15 menit sebelum terjadi risiko kerusakan pendengaran permanen.

    “Apakah itu berisiko untuk merusak pendengaran? Ya, artinya pendengaran kita itu kalahnya itu dengan suara yang keras dan lama,” ujar dokter THT dr Ashari Budi, SpTHTBKL dalam temu media, Selasa (29/7/2025).

    Senada, Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, dr Gina Noor Djalilah SpAMM mengatakan paparan suara keras seperti sound horeg dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel rambut halus di koklea. Atau bagian dalam telinga yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak.

    Selain kehilangan pendengaran, dampak lainnya dari sound horeg ialah tinnitus, yakni dengingan terus-menerus di telinga, hiperakusis (sensitivitas berlebih terhadap suara) hingga merusak sistem keseimbangan tubuh yang dikendalikan oleh telinga. Memicu pusing hingga vertigo.

    “Kerusakan ini bersifat irreversibel karena sel-sel tersebut tidak dapat tumbuh kembali. Awalnya mungkin hanya terasa sulit mendengar percakapan di tengah keramaian. Namun jika terus terpapar, bisa berujung pada ketulian,” jelas dr Gina.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Peserta Sound Horeg di Pati Jatuh Terpental Kena Kabel Listrik”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Ciri-ciri Seseorang ‘Burnout’ Menurut Ahli Jiwa, Kelelahan Mental yang Berbahaya

    Ciri-ciri Seseorang ‘Burnout’ Menurut Ahli Jiwa, Kelelahan Mental yang Berbahaya

    Jakarta

    Belakangan burnout dikaitkan sebagai salah satu penyebab kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) ADP (39). Hal ini disebut akibat dari beban pekerjaan dan peran humanistik yang selama ini dilakukan.

    “Ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar dengan trauma, dinamika psikologis itu kami temukan di masa akhir kehidupannya,” kata Ketua Umum Apsifor Nathanael Sumampouw dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

    Dikutip dari Everyday Health, burnout mungkin dibayangkan kondisi seseorang yang benar-benar kelelahan. Seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Albert Einstein College of Medicine di New York City, Carol Bernstein, MD, menjelaskan secara klasik tentang burnout.

    “Secara klasik, kita menyebut burnout sebagai depersonalisasi, kelelahan emosional, dan perasaan sinisme, keterasingan, serta kurangnya pencapaian,” jelas Bernstein.

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), burnout mengacu pada stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Tetapi, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh stres di luar pekerjaan, dan menyebabkan gejala yang kurang terlihat.

    Seorang psikolog klinis di Mindwell Modern Psychology and Therapy di Kuala Lumpur, Malaysia, Dr Cassandra Aasmundsen-Fry, Psy, kelelahan kerja atau burnout bisa jadi merupakan akibat dari pekerjaan atau serangkaian tanggung jawab tertentu. Misalnya seperti menjadi pengasuh utama pasangan atau anak yang mengalami penyakit kronis, tetapi dampaknya cenderung mempengaruhi aspek kehidupan lainnya.

    “Biasanya orang-orang merasakan peningkatan rasa tidak sehat secara fisik dan mental, serta kesulitan menghadapi kehidupan sehari-hari,” sambungnya.

    Gejala dari burnout bisa beragam. Tanda kelelahan kerja dapat tumpang tindih dengan gejala depresi dan masalah kesehatan mental lainnya, tetapi kelelahan kerja itu sendiri bukanlah diagnosis medis.

    Sebab, kelelahan kerja dapat memiliki dampak yang begitu luas dan merugikan bagi kesehatan dan kesejahteraan. Maka dari itu, penting untuk mengenali gejala dan melakukan sesuatu untuk mengatasinya.

    “Jika tidak, konsekuensi fisik yang berkepanjangan serta membebani hubungan dan kemampuan Anda untuk bekerja,” jelas Dr Aasmundsen-Fry.

    Berikut delapan tanda kelelahan atau burnout yang kerap tidak disadari:

    1. Merasa Terlalu Pesimis

    Seseorang yang mengalami kelelahan mungkin memiliki pandangan kritis dan pesimis. Tidak hanya di tempat kerja, tetapi juga terhadap dunia di sekitar mereka.

    Jika dari tempat kerja, ini berarti mereka mungkin memiliki sikap yang lebih negatif terhadap klien dan lebih mudah tersinggung.

    “Seseorang mungkin merasa kesal atau apatis, seolah-olah Anda tidak memiliki tujuan atau makna terhadap apa yang Anda lakukan,” beber Dr Bernstein.

    Dalam kasus burnout yang ekstrem, seseorang mungkin mempertanyakan apakah hidup ini layak untuk dijalani atau tidak.

    2. Sulit Tidur

    Orang cenderung kurang tidur dengan nyenyak saat sedang berjuang melawan burnout atau kelelahan. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan profesor manajemen dan dekan sekolah administrasi bisnis di Widener University di Chester, Pennsylvania, Anthony Wheeler, PhD, pada karyawan stres, burnout, dan kepemimpinan.

    Kegelisahan dan insomnia adalah dua masalah terkait tidur yang berkaitan dengan kelelahan. Kurang tidur dapat memicu kelelahan (seperti dalam lingkaran setan), karena kurang mampu berpikir jernih saat kurang istirahat.

    3. Sakit Perut atau Sakit Kepala

    Jika seseorang mengalami sakit perut atau sakit kepala dan tidak tahu penyebabnya, itu bisa jadi karena burnout. Penelitian yang melibatkan pekerja sosial mengalami kelelahan menemukan bahwa sekitar 9 persen mengalami sakit kepala dan 10 persen mengalami masalah gastrointestinal atau masalah pencernaan.

    Menurut tinjauan sistematis, sakit kepala akibat kelelahan kemungkinan besar merupakan akibat dari stres psikologis. Sementara masalah perut, seperti nyeri, kembung, dan mual cenderung lebih umum terjadi pada saat stres.

    Ternyata, stres dapat membuat seseorang diare atau sembelit.

    4. Menurunnya Daya Tahan Tubuh’

    “Sering terserang flu dan merasa tidak enak badan mungkin merupakan gejala kelelahan karena sistem kekebalan tubuh menjadi terganggu,” kata Dr Wheeler.

    Menurut penelitian, stres dapat memicu respons peradangan tubuh, dan peradangan kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, hingga merusak jaringan dalam tubuh. Dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah, seseorang mungkin mengalami pilek lebih sering dan menempatkan diri pada risiko kondisi serius seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, hingga diabetes tipe 2.

    5. Berat Badan Naik

    Orang yang mengalami kelelahan fisik atau burnout mungkin mengalami kenaikan berat badan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal itu terjadi.

    “Ini kombinasi dari beberapa hal, seperti respons biologis tubuh Anda meningkatkan kemungkinan kenaikan berat badan, ditambah dengan berkurangnya waktu tidur, depresi, dan perubahan kebiasaan makan,” kata Dr Wheeler.

    Perubahan biologis yang dimaksud melibatkan hormon stres kortisol. Stres kronis (seperti yang menyebabkan kelelahan fisik) meningkatkan kadar kortisol, dan kadar kortisol yang tinggi telah dikaitkan dengan lingkar pinggang yang lebih besar dan peningkatan kemungkinan kelebihan berat badan dan obesitas.

    Jika kenaikan berat badan menjadi masalah, hal itu dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya, seperti stroke, penyakit jantung, kanker, dan artritis.

    6. Isolasi Diri

    Orang yang mengalami burnout dapat merasa bahwa apapun yang mereka lakukan tidak dihargai atau tidak membuat perbedaan. Akibatnya, mereka mungkin mengisolasi diri dari orang lain.

    “Pada akhirnya, hal itu dapat menyebabkan memburuknya hubungan, dan hal itu tidak membantu,” kata Dr Wheeler.

    Menurutnya, hal-hal yang dapat membantu seseorang keluar dari burnout adalah kontak sosial yang bisa meredakan stres. Itu merupakan salah satu cara yang direkomendasikan untuk membantu seseorang merasa lebih baik.

    7. Nyeri Otot

    Ternyata pegal dan nyeri tubuh juga bisa menjadi tanda fisik dari burnout. Saat stres, otot-otot secara otomatis menegang untuk melindungi tubuh dari rasa sakit dan cedera.

    Biasanya, ketegangan otot ini mereda setelah stres berlalu. Tetapi, stres kronis menyebabkan tubuh berada dalam kondisi stres dan mempertahankan ketegangan tersebut.

    Tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat tubuh menahan ketegangan antara lain bahu, leher, kepala, dan punggung.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Survei: ChatGPT Berpeluang Jadi Medium Baru untuk Terapi Kesehatan Mental”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Video IDAI Tekankan Pentingnya Akses Pelayanan Kesehatan di RI

    Video IDAI Tekankan Pentingnya Akses Pelayanan Kesehatan di RI

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ungkap pada tahun 2023, Indonesia punya sebanyak 10.180 puskemas, 2.636 rumah sakit, 14.564 klinik pratama, 2.697 klinik Utama dan 12.411 praktik mandiri tenaga medis. Sementara standar internasional WHO ungkap setidaknya harus ada 2 puskesmas primer per 100.000 penduduk untuk memastikan akses layanan Kesehatan yang memadai, terutama di wilayah-wilayah yang padat penduduk atau sulit dijangkau.

    Atas hal ini, Pediatri Sosial IDAI dr.Hesti Lestari tekankan meskipun Indonesia butuh jumlah fasilitas dan layanan kesehatan yang memadai. Namun, kulitas pelayanan juga tak kalah penting. Berikut penjelasan lengkapnya…

    detikers, klik di sini untuk menonton video lainnya!

  • Terungkap! Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Cegah Serangan Jantung di Usia Muda

    Terungkap! Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Cegah Serangan Jantung di Usia Muda

    Jakarta

    Jalan kaki adalah aktivitas sederhana yang menyimpan banyak manfaat. Tak heran banyak orang berusaha mencapai target 10 ribu langkah per hari. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa kecepatan langkah justru lebih penting dari jumlah langkah untuk memaksimalkan manfaat kesehatan.

    Peneliti di Amerika Serikat menganalisis data jalan kaki dari 79.850 orang dewasa yang tinggal di wilayah berpenghasilan rendah pada rentang tahun 2002 hingga 2009. Hasilnya, mereka menemukan berjalan cepat dalam waktu singkat lebih bermanfaat dibandingkan berjalan lambat selama tiga jam.

    Peneliti menyimpulkan jalan kaki cepat merupakan bentuk olahraga yang efektif untuk melindungi kesehatan jantung.

    Aktivitas seperti berjalan di tempat kerja, olahraga ringan, atau berjalan bersama hewan peliharaan dikategorikan sebagai ‘jalan lambat’. Sementara itu, aktivitas yang lebih dinamis seperti berjalan cepat, naik tangga, atau olahraga diklasifikasikan sebagai ‘jalan cepat’.

    Dalam masa tindak lanjut hampir 17 tahun, peneliti menemukan jalan cepat setidaknya 15 menit per hari meningkatkan kesehatan jantung dan menurunkan risiko kematian akibat berbagai sebab hampir 20 persen.

    Menurut artikel yang ditulis di American Journal of Preventive Medicine, efek paling kuat terjadi pada kondisi kardiovaskular. Peneliti utama Prof Wei Zheng menyebut jalan cepat menurunkan risiko kematian dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung dan mengurangi obesitas.

    “Berjalan cepat adalah aktivitas yang mudah diakses, nyaman, dan berdampak rendah yang dapat dilakukan oleh orang dari segala usia dan tingkat kebugaran untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesehatan jantung secara khusus,” kata Prof Zheng, dikutip dari Daily Mail, Rabu (30/7/2025).

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kematian global tahunan akibat kurangnya aktivitas fisik mencapai sekitar dua juta orang per tahun. Ini menjadikannya salah satu dari sepuluh penyebab utama kematian dan disabilitas secara global.

    Kurangnya aktivitas fisik telah lama dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, obesitas, diabetes tipe 2 dan beberapa jenis kanker. Situasi mendorong kampanye kesehatan soal manfaat jalan kaki cepat harus ditingkatkan karena efeknya yang begitu besar.

    “Setiap individu sebaiknya memasukkan aktivitas fisik yang lebih intens ke dalam rutinitas harian mereka, seperti berjalan cepat atau bentuk olahraga aerobik lainnya,” tambah peneliti Prof Lili Liu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Olahraga yang Direkomendasikan Dokter untuk Penderita Obesitas”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/suc)