NGO: WHO

  • DKI harus tetap lakukan surveilans Mpox walau status darurat dicabut

    DKI harus tetap lakukan surveilans Mpox walau status darurat dicabut

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap harus tetap melakukan pemantauan penyebaran (surveilans) penyakit cacar monyet (Mpox) walau status darurat global telah dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Hal itu disampaikan oleh Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020, Prof Tjandra Yoga Aditama saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

    “Jakarta perlu terus melakukan surveilans dan pengendalian Mpox. Kita ingat data sampai Agustus 2024, di Indonesia tercatat selama periode 2022-2024, ada 88 kasus terkonfirmasi Mpox,” katanya.

    Dari jumlah kasus tersebut, terbanyak ada di DKI Jakarta dengan 59 kasus dan Jawa Barat 13 kasus serta Banten 9 kasus.

    Adapun keputusan WHO mencabut status darurat global Mpox pada Jumat (5/9) didasarkan pada penurunan kasus dan angka kematian yang berkelanjutan di Republik Demokratik Kongo dan negara lain yang terdampak seperti Burundi, Sierra Leone dan Uganda.

    Prof Tjandra Yoga Aditama. (ANTARA/HO-Tjandra Yoga Aditama)

    Tjandra mengatakan, alasan pencabutan status darurat juga karena ilmu pengetahuan sudah semakin memahami perjalanan penyakit dan penanganan penyakit Mpox. Negara-negara terjangkit juga telah melakukan program pengendalian penyakit dengan baik.

    Namun, kata dia, Mpox masih perlu diwaspadai dan program pengendalian tetap harus dijalankan.

    Kendati di level dunia, Mpox sudah tak lagi berstatus kedaruratan kesehatan masyarakat (PHEIC), tetapi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) menyatakan, Mpox masih tetap merupakan “Continent Emergency” atau keadaan darurat masyarakat bagi keamanan kontinental.

    “Indonesia harus tetap perlu mewaspadai Mpox, sama seperti berbagai penyakit menular yang berpotensi menjadi wabah di negara kita,” demikian Tjandra yang pernah menjabat sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI itu.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Video: WHO Cabut Status Darurat Cacar Monyet

    Video: WHO Cabut Status Darurat Cacar Monyet

    JakartaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status penyakit Mpox atau cacar monyet sebagai darurat kesehatan internasional. Pencabutan status darurat Mpox itu disampaikan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

    Meski demikian, pencabutan status darurat Mpox tak serta merta penyakit tersebut berakhir.

    (/)

  • WHO Cabut Status Darurat Global Penyakit Mpox, Ini Alasannya

    WHO Cabut Status Darurat Global Penyakit Mpox, Ini Alasannya

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan mencabut status darurat global atau public health emergency of international concern terkait Mpox. Pengumuman ini menyusul pertemuan kelima Komite Darurat IHR mengenai lonjakan mpox.

    “Tentu saja, mencabut deklarasi darurat tidak berarti ancaman telah berakhir, atau respons kita akan berhenti,” tutur Dirjen WHO Tedros Adhanom dikutip dari akun X pribadinya, Minggu (7/9/2025).

    Keputusan ini didasarkan pada penurunan kasus dan kematian yang berkelanjutan di Republik Demokratik Kongo dan di negara-negara lain yang terdampak, termasuk Burundi, Sierra Leone, dan Uganda. Kini terdapat pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor pendorong penularan dan risiko keparahan, dan negara-negara yang paling terdampak telah mengembangkan kapasitas respons berkelanjutan.

    WHO menyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, tingkat kewaspadaan tertingginya pada bulan Agustus tahun lalu, ketika wabah jenis baru mpox mulai menyebar dari DRC ke negara-negara tetangga.

    Menyoal Mpox

    Mpox, atau yang dulu dikenal sebagai penyakit cacar monyet dapat menyebar melalui kontak dekat. Biasanya ringan, namun fatal dalam kasus yang jarang terjadi. Penyakit ini menyebabkan gejala seperti flu dan lesi bernanah pada tubuh.

    Anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV, semuanya berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi.

    Meskipun mpox masih menjadi masalah kesehatan, WHO memutuskan untuk menurunkan status PHEIC berdasarkan saran dari Komite Darurat, yang bertemu setiap tiga bulan untuk mengevaluasi wabah tersebut.

    “Sementara kita mencabut status darurat, kita perlu mempertahankan urgensinya,” kata Dimie Ogoina dari Komite Darurat.

    Dari kasus-kasus yang tercatat, terdapat tingkat kematian yang mengkhawatirkan di antara orang yang hidup dengan HIV/AIDS, khususnya di Uganda dan Sierra Leone, serta tanda-tanda kerentanan di antara bayi dan anak-anak di Republik Demokratik Kongo, kata Ogoina.

    Bentuk baru mpox, klade Ib, masih dominan menyerang Afrika sub-Sahara. Kasus-kasus terkait perjalanan juga telah ditemukan di Thailand, Inggris, dan negara-negara lain.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • 10 Tanda Awal Diabetes, Termasuk Kesemutan di Bagian Tubuh Ini

    10 Tanda Awal Diabetes, Termasuk Kesemutan di Bagian Tubuh Ini

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan kasus diabetes global meningkat empat kali lipat selama beberapa dekade terakhir. Mereka menyoroti bagaimana gaya hidup yang kurang gerak dan pilihan makanan yang buruk memicu epidemi diabetes.

    “Kita telah melihat peningkatan kasus diabetes yang mengkhawatirkan selama tiga dekade terakhir, yang mencerminkan peningkatan obesitas, diperparah oleh dampak pemasaran makanan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan kesulitan ekonomi,” terang Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Times of India.

    Sebelum didiagnosis diabetes, beberapa orang mungkin menunjukkan beberapa tanda awal yang begitu samar hingga luput dari perhatian. Berbicara soal ini, seorang dokter metabolik dan fisioterapis olahraga, Dr Sudhanshu Rai, mengungkapkan 10 tanda awal gula darah tinggi dan resistensi insulin yang harus diwaspadai sebelum terlambat.

    “Kesadaran adalah langkah pertama, dengarkan tubuh Anda dan ambil tindakan sejak dini,” tuturnya.

    10 Tanda Awal Gula Darah Tinggi

    1. Sering Buang Air Kecil

    Ketika kadar gula darah tinggi, ginjal akan bekerja ekstra keras untuk membuang kelebihan gula darah. Sering buang air kecil merupakan gejala hiperglikemia atau gula darah tinggi.

    Diabetes juga dapat menyebabkan seseorang buang air kecil. Tetapi, gejala ini juga dapat disebabkan hal lain, seperti infeksi saluran kemih.

    2. Kerap Merasa Haus

    Tanda utama dari diabetes adalah selalu merasa haus, meski sudah minum banyak air. Sebab, tubuh mencoba mengganti cairan yang hilang akibat sering buang air kecil.

    Seseorang dengan diabetes tipe 1 tidak dapat memproduksi insulin. Pasien dengan diabetes tipe 2 mampu memproduksi insulin, tetapi tubuhnya tidak dapat menggunakannya secara efektif untuk membantu glukosa memasuki sel.

    Pada kedua kasus tersebut, glukosa dari makanan yang dicerna tetap berada dalam aliran darah. Ginjal mengeluarkan sebagian kelebihan glukosa melalui urine.

    Glukosa menarik air ke dalam urine, sehingga tubuh kehilang lebih banyak cairan daripada yang seharusnya. Hal ini yang menyebabkan seseorang menjadi mudah haus.

    3. Penglihatan Kabur

    Dr Sudhanshu Rai menyebutkan penglihatan kabur juga bisa menjadi tanda diabetes dan resistensi insulin. Sebab, gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di mata.

    Jika tidak diobati, diabetes bisa menyebabkan gangguan bahkan dapat menyebabkan gangguan penglihatan parah seiring berjalannya waktu.

    4. Luka yang Lambat Sembuh

    “Sirkulasi darah yang buruk dan gula darah tinggi menghambat penyembuhan,” tutur Dr Rai.

    Sistem kekebalan tubuh yang lemah memudahkan infeksi menjadi lebih parah, terkadang menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa seperti sepsis. Pasien diabetes juga menghadapi risiko lebih tinggi untuk memerlukan pengangkatan jaringan, atau bahkan amputasi jika luka terinfeksi parah hingga kehilangan suplai darah.

    5. Kesemutan di Kaki

    Kadar gula darah yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan saraf dalam jangka panjang, hingga menyebabkan kesemutan di kaki. Beberapa tanda serupa lainnya dari gula darah tinggi adalah rasa terbakar dan mati rasa di kaki.

    6. Penurunan Berat Badan

    Ketika kadar gula darah tinggi atau resistensi insulin, tubuh memecah otot dan lemak untuk energi. Hal ini yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak terduga.

    7. Bau Napas seperti Buah

    “Tanda awal diabetes yang samar lainnya adalah bau napas seperti buah,” ujar Dr Rai.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa keton muncul saat tubuh membakar lemak untuk energi.

    8. Infeksi Berulang

    “Gula darah tinggi melemahkan pertahanan kekebalan tubuh,” terang Dr Rai.

    Kondisi itu menyebabkan infeksi yang terus-menerus atau berulang. Sebuah artikel berjudul ‘Diabetes dan infeksi: tinjauan epidemiologi, mekanisme, dan prinsip pengobatan’ yang diterbitkan dalam ‘Diabetologia’ pada tahun 2024, menyoroti bagaimana penderita diabetes berisiko lebih tinggi terkena berbagai infeksi.

    Itu termasuk infeksi ginjal, pneumonia, infeksi kulit akibat respons imun yang terganggu.

    9. Muncul Bercak-bercak gelap di Kulit

    Tanda awal diabetes lainnya adalah akantosis nigrikans, yakni kondisi kulit yang ditandai dengan bercak-bercak gelap dan tebal yang biasanya muncul di lipatan tubuh seperti leher, ketiak, atau selangkangan.

    Menurut laporan yang dipublikasikan di International Journal of Research in Dermatology, kondisi ini sering dikaitkan dengan resistensi insulin dan diabetes.

    10. Rasa Lapar yang Ekstrem

    Muncul rasa sangat lapar yang ekstrem dapat menjadi tanda awal diabetes. Hal ini karena sel-sel tubuh kekurangan nutrisi, meski kadar gula darah tinggi.

    Menurut Asosiasi Diabetes Amerika, gula darah tinggi dan resistensi insulin menyebabkan rasa lapar dan keinginan makan berlebihan. Sebab, kebutuhan otak akan glukosa yang akhirnya menciptakan siklus yang mempersulit pengelolaan gula darah.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Ini Penyumbang Besar Bencana Iklim Dunia, di RI Kerap Terjadi!

    Ini Penyumbang Besar Bencana Iklim Dunia, di RI Kerap Terjadi!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkapkan kebakaran hutan akibat perubahan iklim menjadi salah satu penyebab polusi udara tertinggi pada tahun lalu.

    Melansir Reuters, Organisasi Kesehatan Dunia (WMO) menyatakan bahwa polusi udara ambien menyebabkan 4,5 juta kematian dini per tahun.

    Dalam laporan WMO untuk tahun 2024 menunjukkan titik-titik polusi di tempat-tempat yang mengalami kebakaran hebat seperti di lembah Amazon, Kanada, Siberia, dan Afrika Tengah.

    Seiring pemanasan global yang sebagian besar didorong oleh emisi bahan bakar fosil mengubah pola cuaca, kebakaran hutan menjadi lebih sering dan meluas di seluruh dunia, menambah partikel di udara yang juga dihasilkan oleh pembakaran batu bara, minyak, gas, dan kayu serta transportasi dan pertanian.

    “Kebakaran hutan merupakan penyumbang besar polusi partikel dan masalah ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan pemanasan iklim, yang menimbulkan risiko yang semakin besar bagi infrastruktur, ekosistem, dan kesehatan manusia,” kata WMO dalam sebuah pernyataan dikutip Jumat (5/9/2025).

    Wakil Sekretaris Jenderal Ko Barrett pun mengatakan perubahan iklim dan kualitas udara tidak dapat ditangani secara terpisah.

    “Keduanya harus ditangani bersama untuk melindungi planet kita, komunitas kita, dan perekonomian kita,” dilansir dari Reuters, Jumat (5/9/2025).

    Meskipun laporan WMO mencakup tahun 2024, WMO juga menyatakan bahwa kebakaran hutan yang memecahkan rekor di Eropa selatan tahun ini telah berkontribusi terhadap polusi di seluruh benua.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Riset Baru Temukan Kebiasaan yang Bikin Otak Cepat ‘Menua’

    Riset Baru Temukan Kebiasaan yang Bikin Otak Cepat ‘Menua’

    Jakarta

    Orang yang mengonsumsi pemanis buatan tertentu dalam jumlah tinggi, setara dengan satu soda diet sehari, berisiko mengalami gangguan kognitif. Terganggunya kemampuan mengingat kata-kata dibandingkan orang yang mengonsumsi dengan jumlah terendah, menurut sebuah studi baru.

    “Orang yang mengonsumsi pemanis rendah atau tanpa kalori terbanyak menunjukkan penurunan kognitif global 62 persen lebih cepat dibandingkan mereka yang mengonsumsi dalam jumlah terendah, setara dengan 1,6 tahun penuaan otak,” kata penulis utama studi, Dr Claudia Kimie Suemoto, seorang profesor madya geriatri dan direktur Biobank untuk Studi Penuaan di Fakultas Kedokteran Universitas São Paulo di Brasil.

    Orang-orang di tingkat tertinggi mengonsumsi rata-rata 191 miligram, atau sekitar 1 sendok teh, pemanis buatan setiap hari. Sebagai perbandingan, satu kaleng soda diet yang dimaniskan dengan aspartam mengandung sekitar 200 hingga 300 miligram, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Kelompok menengah mengonsumsi rata-rata 66 miligram pemanis buatan per hari, dengan konsumsi terendah hanya 20 miligram per hari, menurut Suemoto.

    “Peserta di kelompok menengah mengalami tingkat penurunan kognitif global 35 persen lebih cepat yaitu sekitar 1,3 tahun penuaan dibandingkan orang yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah paling sedikit,” ujarnya.

    “Saat ini, penelitian ini hanya bersifat observasional, saya tidak bisa mengatakan bahwa pemanis buatan menyebabkan penurunan kognitif. Namun, kita tahu bahwa pemanis ini berkaitan dengan perkembangan kognitif lebih buruk.”

    Pemanis non-nutrisi sering digunakan dalam makanan ultraproses rendah gula dan produk khusus yang dibuat untuk pengidap diabetes, menurut penelitian yang diterbitkan Rabu di Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology.

    “Asumsi luas bahwa LNCS (pemanis rendah dan tanpa kalori) merupakan pengganti gula yang aman mungkin keliru, terutama mengingat keberadaannya yang luas dalam produk-produk yang dipasarkan sebagai alternatif lebih sehat,” kata dr Thomas Holland, dalam editorial yang diterbitkan bersamaan dengan studi tersebut.

    “Mekanisme biologis yang mendasari temuan ini memiliki relevansi khusus bagi ahli saraf dan tenaga kesehatan profesional yang menangani pasien dengan penyakit serebrovaskular dan gangguan kognitif,” kata Holland, seorang instruktur di departemen penyakit dalam, divisi penyakit pencernaan dan nutrisi di Institut Penuaan Sehat Universitas Rush di Chicago.

    Asosiasi Pemanis Internasional atau International Sweetener Association (ISA) yang mewakili industri tersebut, mengatakan bahwa pemanis menyediakan cara aman dan efektif untuk mengurangi asupan gula dan kalori, sebuah tujuan kesehatan masyarakat utama untuk mengelola kondisi seperti obesitas dan diabetes tipe 2.

    “Meskipun studi ini telah menarik perhatian media, penting untuk menempatkan hasilnya dalam konsensus ilmiah yang lebih luas dan mapan tentang keamanan pemanis,” kata ISA.

    “Keamanan pemanis rendah/tanpa kalori telah dikonfirmasi secara konsisten oleh otoritas kesehatan global terkemuka.”

    Para peneliti menganalisis pola makan dan kemampuan kognitif hampir 13.000 warga Brasil berusia antara 35 dan 75 tahun yang berpartisipasi dalam Studi Longitudinal Kesehatan Dewasa Brasil.

    Informasi pola makan dikumpulkan pada awal penelitian, atau baseline, dan serangkaian tes kognitif dilakukan tiga kali selama rata-rata delapan tahun. Tes tersebut mengukur kelancaran verbal, memori kerja, ingatan kata, dan kecepatan pemrosesan.

    Memori kerja adalah kemampuan untuk menyimpan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas mental yang kompleks seperti belajar, bernalar, dan memecahkan masalah.

    Kemampuan ini sering diukur dengan meminta orang untuk mengingat kata atau angka tertentu dalam suatu rangkaian. Kefasihan verbal adalah kemampuan untuk secara cepat dan spontan menghasilkan kata-kata yang tepat saat berbicara. Kemampuan ini sering diukur dengan meminta orang untuk menyebutkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan huruf tertentu.

    Jika seseorang mengidap diabetes, penurunan daya ingat dan kognisi global bahkan lebih terasa, kata Suemoto, kemungkinan karena paparan mereka secara keseluruhan mungkin lebih tinggi daripada orang tanpa kondisi tersebut.

    “Selain itu, diabetes sendiri sudah merupakan faktor risiko yang kuat untuk penurunan kognitif yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, yang mungkin membuat otak lebih rentan terhadap paparan berbahaya,” tambahnya.

    “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan kami dan untuk menyelidiki apakah alternatif gula rafinasi lainnya, seperti saus apel, madu, sirup maple, atau gula kelapa, dapat menjadi alternatif yang efektif.”

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “WHO Ingatkan Efek Konsumsi Pemanis Buatan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Stunting dan Malnutrisi gara-gara Seblak, Mungkinkah? Ini Pendapat Para Pakar

    Stunting dan Malnutrisi gara-gara Seblak, Mungkinkah? Ini Pendapat Para Pakar

    Jakarta

    Seorang dokter di Bandung Barat baru-baru ini viral setelah membagikan pengalamannya menangani pasien radang lambung. Pasien tersebut disebutnya lebih sering makan seblak dibanding makan nasi.

    “Speechless saya… Pantes anak2 Indonesia byk yg stunting, kalo calon ibunya modelnya kaya gini semua,” tulis dr dr Mariska Haris dalam unggahan viralnya di TikTok tersebut.

    Kepada detikcom, dr Mariska menyebut pasien perempuan ini makan seblak hingga 2 kali sehari. Pasien tersebut menjalani observasi selama 14 jam dan sudah diperbolehkan pulang.

    Seblak dan Malnutrisi

    Ini bukan kali pertama seblak jadi perbincangan terkait gangguan nutrisi. Januari 2025, temuan 8 ribu kasus remaja putri di Karawang yang mengalami anemia juga dikaitkan dengan kebiasaan jajan tidak sehat, termasuk jajan seblak dan bakso, selain juga faktor lain seperti menstruasi.

    Dikutip dari Mayo Clinic, anemia merupakan kondisi tubuh kekurangan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang sehat. Sel-sel ini dibutuhkan untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

    Ada banyak penyebab anemia, salah satunya adalah defisiensi atau kekurangan zat besi. Selain karena perdarahan, defisiensi zat besi juga erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang.

    Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, anemia khususnya pada remaja putri perlu mendapat perhatian. Menurutnya, kondisi tersebut dapat mempengaruhi kehamilan kelak jika sudah menikah.

    “Jika tidak ditangani akan berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan, bayi berat badan lahir rendah, dan akhirnya melahirkan bayi stunting,” katanya dalam Webinar Hari Gizi Nasional Ke-61 dengan tema Remaja Bebas Anemia dan Stunting Kunci Masa Depan, Jumat (22/1/2025).

    Gara-gara Seblak?

    Tudingan bahwa seblak menjadi salah satu faktor pemicu anemia sempat jadi perdebatan. Tak dipungkiri, jajanan seperti seblak dan bakso kurang memberikan asupan zat besi.

    “Lebih dominan kandungan karbohidratnya, zat besi juga tidak ada,” kata dr Johanes Chandrawinata, SpGK dalam perbincangan dengan detikcom.

    Pendapat senada juga disampaikan pakar gizi komunitas dr Tan Shot Yen. Menurutnya, seblak tidak hanya minim zat besi tetapi juga tinggi garam yang juga dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan.

    “Konsumen seblak biasanya juga bukan pemakan menu sehat. Jadi akumulasi pangan amburadul membuat masalah gizi jangka panjang,” terang dr Tan.

    Namun demikian, menuding seblak sebagai satu-satunya penyebab sepertinya memang tidak fair. Bagaimanapun, ada faktor lain yang juga perlu diatasi sebagai penyebab anemia.

    Dokter spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, Dr dr Meta Herdiana Hanindita, SpA(K), mengatakan butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyebab anemia. Belum tentu seblak menjadi penyebab langsung, meski bisa juga berpengaruh secara tidak langsung.

    “Kalau memang seblaknya mengurangi konsumsi sumber zat besi hemnya ya bisa aja (memicu anemia). Tapi tidak selalu itu sebab akibat yang pasti karena itu,” jelas dr Meta dalam sebuah sesi temu media daring.

    Sementara itu, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan RI, Lovely Daisy, menyoroti kurangnya pemahaman tentang pola makan sehat sebagai salah satu faktor penyebab anemia defisiensi besi di berbagai wilayah Indonesia.

    “Zat gizi mikronya gak terpenuhi, zat gizi mikro itu kan vitamin mineral, vitamin A, B, C, D, mineral. Salah satunya, zat besi, asam folat itu penting sebetulnya, itu yang kurang, sehingga menyebabkan anemia pada anak,” jelasnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Data WHO soal Jumlah Orang yang Tewas karena Malnutrisi di Gaza”
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

    Darurat Seblak

    7 Konten

    Sudah banyak yang bilang, seblak bukan makanan yang kaya nutrisi. Tapi kalau mengaitkannya dengan risiko kesehatan yang lebih serius seperti malnutrisi, too much nggak sih? Ternyata nggak juga lho.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kelaparan Warga Jadi Metode Perang Tak Boleh Ditoleransi

    Kelaparan Warga Jadi Metode Perang Tak Boleh Ditoleransi

    Jakarta

    Kepala World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak Israel untuk menghentikan bencana kelaparan yang melanda Gaza. Dia menyebut setidaknya 370 orang meninggal akibat malnutrisi.

    “Ini adalah bencana yang sebenarnya bisa dicegah Israel, dan bisa dihentikan kapan saja,” ujar Tedros kepada wartawan, dilansir AFP, Sabtu (6/9/2025).

    “Kelaparan warga sipil sebagai metode perang adalah kejahatan perang yang tidak boleh ditoleransi: melakukannya dalam satu konflik berisiko melegitimasi penggunaannya dalam konflik di masa mendatang,” tambahnya.

    Komentarnya muncul dua minggu setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bencana kelaparan di Gaza dan menyalahkan “penghalang sistematis” pengiriman bantuan kemanusiaan oleh Israel.

    Israel dengan tegas membantah bahwa tindakannya telah menyebabkan kelaparan di Gaza, dan bersikeras bahwa wilayah tersebut menderita “kekurangan buatan manusia yang direkayasa oleh Hamas”.

    Tedros mengulangi angka tersebut dan mengatakan bahwa angka tersebut mencakup “lebih dari 300 orang hanya dalam dua bulan terakhir”.

    “Orang-orang mati kelaparan sementara makanan yang seharusnya bisa menyelamatkan mereka teronggok di truk-truk yang jaraknya cukup jauh,” keluhnya.

    “Kelaparan rakyat Gaza tidak akan membuat Israel lebih aman, juga tidak akan memfasilitasi pembebasan para sandera,” tegasnya.

    (azh/azh)

  • Rentetan Gempa Guncang Afghanistan dalam 24 Jam

    Rentetan Gempa Guncang Afghanistan dalam 24 Jam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dua gempa susulan dahsyat mengguncang Afghanistan timur dengan selisih 12 jam setelah Gempa berkekuatan M 6,2 mengguncang Afghanistan tenggara pada Kamis (4/9) waktu setempat.

    Melansir Reuters, gempa susulan tersebut memicu kekhawatiran akan lebih banyak korban jiwa dan kerusakan pada hari Jumat di wilayah yang telah dilanda gempa bumi dan menewaskan sekitar 2.200 orang saat tim penyelamat berjuang melawan medan pegunungan dan cuaca buruk.

    Para korban di wilayah rawan gempa tersebut berjuang keras untuk mendapatkan kebutuhan dasar sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan lainnya memperingatkan akan kebutuhan mendesak akan dana, makanan, pasokan medis, dan tempat tinggal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mengupayakan dana sebesar US$4 juta.

    Gempa susulan terbaru ini menyusul dua gempa bumi yang menghancurkan negara yang telah hancur akibat perang, kemiskinan, dan menyusutnya bantuan. Pemerintahan Taliban memperkirakan 2.205 korban tewas dan 3.640 korban luka hingga Kamis.

    Ambulans mengangkut 13 orang yang terluka ke rumah sakit setelah gempa berkekuatan 6,2 skala Richter pada Kamis malam di Provinsi Nangarhar, dengan episentrum di Distrik Shiwa dekat perbatasan Pakistan, kata juru bicara kesehatan regional Naqibullah Rahimi.

    Sepuluh orang dipulangkan setelah perawatan dan tiga orang dalam kondisi stabil, tambahnya. Seorang saksi mata Reuters mengatakan detail kerusakan masih dikumpulkan setelah gempa susulan terus-menerus terjadi di Nangarhar, berjarak sekitar 150 km (95 mil) dari Kabul.

    Gempa bumi berkekuatan 5,4 magnitudo pada hari Jumat mengguncang wilayah tenggara pada kedalaman 10 km (6,2 mil), ungkap Pusat Penelitian Geosains Jerman (GFZ), hanya beberapa jam setelah gempa pada hari Kamis.

    Dengan rumah-rumah yang sebagian besar dibangun dari batu bata kering, batu, dan kayu, beberapa keluarga lebih memilih untuk tinggal di tempat terbuka untuk melindungi diri dari guncangan, daripada kembali ke rumah.

    Warga distrik Nurgal di Kunar telah meninggalkan rumah mereka untuk tinggal di tenda-tenda, di dataran tinggi di sekitarnya dekat sungai, atau di tempat terbuka, karena khawatir akan terjadi gempa susulan.

    Batu dan tanah yang runtuh menghalangi akses ke beberapa desa yang terdampak parah, sehingga menghambat upaya penyelamatan dan bantuan, kata mereka.

    Gempa bumi pertama minggu ini pada hari Minggu (31/8/2025), merupakan salah satu gempa paling mematikan di Afghanistan, mengakibatkan kerusakan dan kehancuran di provinsi Nangarhar dan Kunar ketika gempa terjadi pada kedalaman dangkal 10 km.

    Gempa kedua berkekuatan 5,5 pada hari Selasa menyebabkan kepanikan dan mengganggu upaya penyelamatan karena menyebabkan batu-batu meluncur menuruni gunung dan memutus jalan menuju desa-desa di daerah terpencil.

    Dua gempa awal meratakan desa-desa di kedua provinsi, menghancurkan lebih dari 6.700 rumah, dan petugas penyelamat mengevakuasi jenazah dari reruntuhan pada hari Kamis. Gempa bumi Afghanistan sebagian besar terjadi di pegunungan Hindu Kush, tempat bertemunya lempeng tektonik India dan Eurasia.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Muncul Lagi Setelah 3 Tahun Mereda, Wabah Ebola di Kongo Tewaskan 15 Warga

    Muncul Lagi Setelah 3 Tahun Mereda, Wabah Ebola di Kongo Tewaskan 15 Warga

    Jakarta

    Otoritas kesehatan Republik Demokratik (RD) Kongo kembali menyatakan outbreak atau wabah Ebola di Provinsi Kasai. Hingga 4 September 2025, telah dilaporkan sebanyak 28 kasus dengan angka kematian 15 kasus termasuk 4 tenaga kesehatan.

    Dikutip dari laman WHO, wabah terjadi di wilayah kesehatan Bulape dan Mweka. Investigasi dilakukan setelah ada temuan kasus dengan gejala mencakup:

    DemamMuntahDiareHemoragi atau perdarahan.

    Sampel yang diuji pada 3 September di National Institute of Biomedical Research di Kinshasa mengkonfirmasi penyebab wabah adalah Ebola Zaire.

    Jumlah kasus diperkirakan meningkat mengingat penularan masih terjadi. Tim tengah berupaya menemukan warga yang terinfeksi dan membutuhkan perawatan, untuk memastikan semua orang terlindungi secepat mungkin.

    Wabah Ebola di RD Kongo terakhir melanda Provinsi Equateur pada April 2022 dan telah terkendali dalam kurun 3 bulan. Di Provinsi Kasai, wabah terakhir dilaporkan pada 2007 dan 2008.

    Di seluruh negeri, tercatat telah terjadi 15 kali wabah sejak pertama kali penyakit ini diidentifikasi pada 1976.

    Penyakit virus Ebola terbilang langka namun mematikan pada manusia. Virus menular melalui kontak dekat dengan darah, lendir, organ dan cairan tubuh hewan yang terinfeksi seperti kelelawar buah. Penularan orang ke orang terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien maupun jenazah pasien.

    (up/up)