NGO: WHO

  • BPOM RI ‘Colek’ Produsen soal Larangan Indomie Soto Banjar di Taiwan, Ini Hasilnya

    BPOM RI ‘Colek’ Produsen soal Larangan Indomie Soto Banjar di Taiwan, Ini Hasilnya

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) tengah menindaklanjuti laporan otoritas Taiwan terkait temuan etilen oksida (EtO) di mi instan Indomie Rasa Soto Banjar Limau Kuit produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood).

    Setelah ditelusuri, produk yang tersedia di Taiwan bukan berasal dari ekspor resmi produsen.

    “Ekspor produk diduga dilakukan oleh trader dan bukan importir resmi dari produsen serta diekspor tanpa sepengetahuan produsen,” beber BPOM RI dalam keterangan resminya, Jumat (12/9/2025).

    Meski begitu, produsen disebut BPOM RI tengah melakukan penelusuran lebih lanjut terkait pemicu temuan etilen oksida di luar ambang batas aman menurut otoritas Taiwan.

    “Hasil penelusuran akan dilaporkan segera kepada BPOM,” lanjut BPOM.

    Menurut BPOM RI, temuan tersebut dilaporkan lantaran Taiwan memiliki kebijakan penetapan kadar EtO total. Standar yang berbeda dengan beberapa negara lain termasuk Amerika, Uni Eropa, dan Indonesia.

    Kebijakan di Indonesia yakni memisahkan batasan syarat untuk EtO dengan kloroetanol (2-CE) sebagai analitnya dan bukan sebagai batasan EtO total.

    “Sampai saat ini, Codex Allimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO,” tutur BPOM.

    Meski begitu, BPOM RI terus berkomunikasi dengan otoritas di Taiwan dan pihak lain yang tengah melakukan investigasi temuan terkait. Masyarakat diimbau BPOM RI untuk tidak panik, lantaran mi instan varian Rasa Soto Banjar Limau Kuit, sebetulnya sudah terdaftar di data registrasi BPOM.

    “Sehingga dapat beredar di Indonesia dan tetap dapat dikonsumsi,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Langkah BPOM Usai Taiwan Larang Produk Indomie Soto Banjar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Ambisi Besar, Vietnam Dorong Peralihan Massal ke Motor Listrik

    Ambisi Besar, Vietnam Dorong Peralihan Massal ke Motor Listrik

    Jakarta

    Vietnam kini tengah memasuki era baru transportasi. Pemerintah menargetkan sekitar 80 juta pengendara motor beralih dari kendaraan berbahan bakar bensin ke motor listrik dalam beberapa tahun ke depan.

    Pada Juli lalu, Perdana Menteri Pham Minh Chinh mengumumkan bahwa seluruh sepeda motor berbahan bakar bensin akan dilarang melintasi Ring Road 1 Hanoi, jalan lingkar sepanjang 7 kilometer yang mengelilingi pusat ibu kota tersebut, mulai pertengahan 2026.

    Hanoi disebut sebagai “kota dengan tingkat pencemaran tertinggi di dunia” pada 2025. Kebijakan ini berpotensi mempengaruhi sekitar 2 juta orang yang bepergian setiap hari di ibu kota.

    Pemerintah berencana memperluas cakupan larangan tersebut, dengan membatasi akses sepeda motor berbahan bakar bensin di Ring Road 2 pada 2028 dan Ring Road 3 pada 2030, bersamaan dengan pembatasan bagi mobil berbahan bakar bensin yang akan datang.

    Kebijakan serupa sedang dibahas di Ho Chi Minh City. Otoritas setempat ingin menghapus secara bertahap sekitar 400.000 motor ojek online berbahan bakar bensin dari pusat kota pada awal 2026, sebelum dihapus sepenuhnya pada akhir 2028.

    Kementerian Transportasi Vietnam juga telah menetapkan target nasional: 30 persen mobil dan 22 persen motor di Vietnam harus bertenaga listrik pada akhir dekade ini.

    Menurut pakar, dorongan pemerintah ini didasari pertimbangan lingkungan sekaligus industri. “Proses pembuatan kebijakan di Vietnam tidak selalu jelas, jadi sulit untuk mengidentifikasi motif utama pengambilan keputusan tersebut,” kata Nguyen Khac Giang, peneliti tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura, kepada DW.

    “Tentu saja polusi udara menjadi masalah besar di kota seperti Hanoi, dan pemerintah ingin terlihat mengambil langkah nyata,” ujarnya.

    Selain itu, larangan ini turut mendukung rencana pemerintah untuk memperkuat kelompok perusahaan swasta besar seperti VinFast dan Pega, yang kini menguasai pasar motor listrik Vietnam yang berkembang pesat.

    Kota-kota Vietnam yang penuh polusi

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara menyebabkan kematian sedikitnya 70.000 warga Vietnam setiap tahun, menjadikannya penyebab kematian terbesar kedua setelah kanker.

    Pada Januari lalu, lembaga pemantau kualitas udara IQAir menyebut Hanoi sebagai “kota paling tercemar di dunia.”

    Beberapa bulan kemudian, konsentrasi partikel berbahaya PM2.5 di Hanoi tercatat 24 kali lipat lebih tinggi dari batas aman WHO. Kabut asap memaksa sekolah dan pabrik ditutup.

    Sebuah studi dari Universitas Ekonomi Nasional Hanoi pada 2020 memperkirakan polusi menimbulkan kerugian ekonomi yang ditaksir antara Rp162 triliun hingga Rp209 triliun, atau setara sekitar 5 persen dari produk domestik bruto tahun itu.

    Pekerja informal bergantung pada motor bensin

    Pendapat publik terkait larangan sepeda motor berbahan bakar bensin masih terbelah, menurut Hanh Nguyen, kandidat doktor asal Vietnam di Australian National University, kepada DW.

    “Ada yang mendukung larangan ini, dan dukungan tersebut bisa dipahami karena Hanoi semakin tercemar dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.

    Namun, ada juga anggapan bahwa kebijakan ini terlalu terburu-buru, terutama bagi “pekerja sektor informal yang bergantung pada motor bensin untuk mata pencaharian.”

    Puluhan juta pengendara motor kini menghadapi kemungkinan harus mengganti motor mereka dalam hitungan bulan. Bahkan model motor listrik termurah pun harganya sekitar Rp7 juta, harga yang mahal untuk negara dengan pendapatan rata-rata sekitar Rp4,75 juta per bulan.

    Kekhawatiran lain adalah minimnya stasiun pengisian serta kemampuan jaringan listrik Vietnam yang rapuh untuk menanggung lonjakan permintaan pengisian dalam kurun waktu yang relatif singkat.

    Keuntungan bagi perusahaan kendaraan listrik lokal

    Menurut laporan Kirin Capital pada Juli lalu, Vietnam kini memiliki jumlah pengguna motor listrik terbanyak di Asia Tenggara dan ketiga terbanyak di dunia, setelah Cina dan India.

    Pada 2022, motor listrik telah mencapai 12 persen dari total sepeda motor di Vietnam, naik signifikan dari 5,4 persen pada 2019.

    Awal tahun ini, Partai Komunis Vietnam mengumumkan serangkaian reformasi ambisius yang untuk pertama kalinya menempatkan sektor swasta sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan berjanji mendukung “jagoan nasional”, yakni perusahaan swasta besar yang mampu bersaing secara global seperti VinFast.

    Dalam lima bulan pertama 2025, penjualan motor listrik kecil melonjak 113 persen, sementara penjualan model motor listrik yang lebih besar naik 49 persen, menurut data dari Motorcycles Data.

    Pertumbuhan ini menjadi berkah bagi merek lokal. Raksasa asal Jepang, Honda, masih menguasai 80 persen pasar motor konvensional Vietnam, namun peranannya di segmen listrik nyaris tak terlihat. Sebaliknya, produsen Vietnam seperti VinFast dan Pega menyumbang sekitar 70 persen penjualan motor listrik.

    VinFast, eksportir otomotif global pertama Vietnam, memimpin pasar pada 2021 dengan 43,4 persen dari total penjualan, diikuti Pega dengan 15 persen, serta produsen Taiwan Dibao dan Yadea dari China, menurut International Council on Clean Transportation.

    VinFast mencatat lonjakan penjualan hampir 500 persen pada awal 2025, berdasarkan data dari Motorcycles Data. Perusahaan tersebut memangkas harga hingga 20 persen sejak Mei, dengan model Motio dijual sekitar Rp7,4 juta, sementara model Evo dibanderol di bawah Rp12,2 juta. Pega juga kompetitif di segmen menengah ke bawah.

    Sementara itu, Honda meluncurkan skema sewa motor listrik sekitar Rp950.000 per bulan, tetap belum mengimplementasikan produksi massal roda dua listrik di Vietnam.

    Antara politik dan polusi

    Masih belum pasti apakah Hanoi akan benar-benar menerapkan larangan tersebut tahun depan.

    Asosiasi Produsen Sepeda Motor Vietnam, yang mayoritas anggotanya perusahaan asing, menilai langkah ini terlalu cepat.

    “Warga, pelaku usaha, dan regulator membutuhkan setidaknya dua hingga tiga tahun untuk bersiap,” kata asosiasi itu dalam surat yang ditujukan kepada pemerintah pada Juli lalu, dikutip VNExpress.

    Mereka merekomendasikan agar larangan diterapkan secara bertahap, dimulai dengan membatasi penggunaan motor beremisi tinggi dan kendaraan yang dipakai untuk bisnis, sementara motor pribadi tetap diperbolehkan.

    Asosiasi memperingatkan larangan yang terlalu cepat bisa menimbulkan kehilangan pekerjaan dalam skala besar dan membuat penjualan motor bensin anjlok bagi perusahaan asing.

    Giang, peneliti tamu di ISEAS Singapura, mengatakan tidak akan terkejut jika kebijakan ini nantinya ditunda, mengingat “pemerintah pernah mundur dari kebijakan ambisius sebelumnya ketika implementasinya tidak sesuai.”

    Jika itu terjadi, lanjutnya, pemerintah kemungkinan akan menyebutnya sebagai penyesuaian kebijakan, bukan kegagalan. “Meski hal ini bisa sedikit menurunkan kredibilitas, pemerintah tidak akan menanggung aib besar,” lanjutnya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Pratama Indra dan Adelia Dinda Sani

    Editor: Rahka Susanto

    Tonton juga Video: Review Motor Listrik Polytron Fox 200: Enak, Ringan, dan Canggih!

    (ita/ita)

  • Nggak Pede Tinggi ‘Cuma’ 175 Cm, Pria Ini Jalani Operasi Peninggi Badan

    Nggak Pede Tinggi ‘Cuma’ 175 Cm, Pria Ini Jalani Operasi Peninggi Badan

    Jakarta

    Seorang pria di Tbilisi, Georgia, merasa tidak percaya diri dengan tinggi badannya 175 cm. Pria bernama Irakli Archvadze juga dijuluki sebagai ‘short king’ atau ‘raja pendek’.

    Merasa tidak nyaman, pria berusia 36 tahun itu mengunjungi sebuah klinik di Turki. Ia memutuskan untuk menjalani prosedur pemanjangan anggota badan, yang dilakukan dengan mematahkan tulang pahanya dan memasang rangka logam di kakinya.

    Pasca operasi, Irakli menggunakan sebuah alat dari dokter bedah selama tiga bulan untuk secara bertahap memisahkan tulang paha yang patah sebesar 1 mm setiap hari. Metode ini memungkinkan tulang baru bisa tumbuh di antaranya.

    Pada bulan Mei 2025, tinggi badannya telah mencapai sekitar 180 cm. Irakli merasa dirinya lebih percaya diri, meski harus merasakan sakit yang luar biasa.

    “Orang-orang tidak mengerti bagaimana perasaan kami, raja-raja pendek. Dengan tinggi badan saya, saya merasa ada bagian dari teka-teki yang hilang, dan menemukan bagian ini melalui operasi. Dan sekarang saya merasa berhasil melengkapinya,” beber Irakli yang dikutip dari Unilad.

    “Saya lebih mudah mengambil barang-baran dari lemari dapur dan akan melihat apakah saya bisa lebih baik saat menonton konser sekarang,” tambahnya.

    Irakli bahkan berhenti dari pekerjaannya untuk fokus pada operasi dan pemulihannya. Selama prosedur, ia sama sekali tidak gugup dan setelah operasi harus menjalani fisioterapi tiga kali seminggu.

    “Saya melakukan peregangan sesering mungkin dan bangun lima kali per malam, meregangkan badan di tempat tidur dan kembali tidur. Bahkan, saya pergi ke tempat gym hampir setiap hari,” tutur Irakli.

    “Selama itu, saya menggunakan alat bantu jalan yang hebat. Tetapi, saya mempersiapkan diri secara mental, sehingga tidak apa-apa dan saya juga minum obat pereda nyeri,” sambung dia.

    Irakli menekankan bahwa rasa sakit dalam proses ini tidak bisa terelakkan. Tetapi, ia memandang rasa sakit ini sebagai kemajuan dan mendorong dirinya untuk tidak menyerah.

    Terkait operasinya, ia harus mengeluarkan biaya sekitar 808 juta rupiah. Meski begitu, ia merasa puas dengan hasilnya dan sesuai dengan apa yang dia impikan.

    Kini, Irakli merasa lebih dihormati dan dapat membuktikan bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang sangat sulit.

    Kata Para Ahli

    Terlepas dari prosedur yang dijalani Irakli, seorang ahli bedah ortopedi, Profesor Tim Briggs, memberikan peringatan bagi siapa saja yang ingin menjalani operasi yang sama.

    “Ini adalah prosedur invasif yang serius yang dapat bermanfaat bagi pasien saat ada kebutuhan klinis yang nyata. Tetapi, ini memiliki risiko yang signifikan dan memerlukan diskusi yang mendalam antara pasien dan ahli bedah,” jelas Prof Briggs.

    Prof Briggs mengungkapkan pasien harus menjalani perawatan selama berbulan-bulan yang bisa sangat menyakitkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi, kerusakan saraf, pembekuan darah, bahkan cacat permanen.

    “Siapa pun yang mempertimbangkan operasi ini untuk alasan kosmetik di luar negeri harus mempertimbangkan dengan saksama pemulihan yang lama dan risikonya. Dan saya akan menyarankan untuk tidak melakukannya, kecuali jika mereka memiliki informasi yang cukup tentang di mana mereka berobat,” terang Prof Briggs.

    “Jangan mempertaruhkan kesehatan atau nyawa Anda hanya demi beberapa inci tambahan, tanpa sepenuhnya memahami risikonya,” tegasnya.

    Beberapa kekhawatiran utama seputar operasi pemanjangan anggota tubuh, meliputi:

    InfeksiKerusakan sarafPerbedaan panjang kaki

    Sementara itu, jika tulang dipisahkan terlalu cepat, terdapat risiko tulang tidak dapat pulih atau tumbuh dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan jaringan menjadi lemah dan tidak mampu menopang berat bagian tubuh lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video WHO soal Risiko Kesehatan Global Terkait Penyakit Misterius Kongo: Rendah”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Ahli Jiwa Sebut Tren Kesepian Mulai ‘Hantui’ Warga RI, Ancam Kesehatan Mental

    Ahli Jiwa Sebut Tren Kesepian Mulai ‘Hantui’ Warga RI, Ancam Kesehatan Mental

    Jakarta

    Ancaman kesepian semakin nyata. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan risiko di balik kesepian tidak hanya berdampak pada psikis dan potensi penyakit tertentu, tetapi juga bisa memperpendek usia harapan hidup.

    Seseorang yang tak lagi memiliki kontak sosial, lingkungan dekat, serta merasa kerap terabaikan, bisa berakhir dalam keterpurukan serta rasa putus asa. Bahkan fatalnya memilih melukai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi bukti kesepian bukan sekadar kondisi emosional.

    Antara tahun 2014 dan 2019, kesepian dikaitkan dengan lebih dari 871.000 kematian per tahun, setara dengan 100 kematian per jam. Tren meninggal dalam kesepian juga belakangan mulai dilaporkan negara-negara maju Jepang hingga Korea Selatan.

    Tren kesepian juga mengintai generasi muda. Bagaimana dengan Indonesia?

    dr Albert Maramis SpKJ dari Perhimpunan Dokter Kesehatan Jiwa Indonesia menyebut tren kesepian belakangan memang kerap dilaporkan. Dari hasil konsultasi lima tahun terakhir, keluhan akan kesepian semakin banyak tercatat.

    “Di awal-awal saya praktik nggak ada laporan demikian,” tegasnya dalam webinar di Jakarta Selatan, Rabu (10/10/2025).

    “Sementara di 5 tahun terakhir banyak yang mengeluh kesepian, bisa saja mulai ada keterbukaan, tetapi mungkin juga bukan karena itu,” lanjutnya.

    Meski pemicu pasti kemunculan semakin banyak kasus kesepian belum bisa dipastikan, hal yang menurutnya bisa dipelajari adalah membekali anak-anak dengan ‘self regulation’.

    “Atau memenuhi kebutuhan diri sendiri, tanpa harus bergantung kepada orang lain,” sorotnya sembari menekankan demi meminimalisir dampak.

    Negara disebutnya perlu ikut berperan dalam mengawal kesejahteraan masyarakat untuk menghindari tren yang lebih dulu dilaporkan Jepang, yakni meninggal dalam kesepian. Mengingat, survei kesejahteraan atau kebahagiaan warga negara Indonesia, belum mencapai indikator terbaik.

    “Memang agak mengherankan melihat kesepian ini tetapi secara umum orang perlu belajar untuk menghadapi kesendiriannya,” sebut dia.

    Salah satu yang juga bisa dilakukan adalah memperbanyak aktivitas positif, tidak harus selalu produktif, tetapi minimal memiliki kegiatan yang bisa dinikmati.

    “Kegiatan yang harus dinikmati, apapun itu, karena secara konkret secara realistis kita perlu menyadari ketergantungan kita terhadap orang lain nggak bisa harus 100 persen,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • ARTPOP, Album yang Dilupakan Lady Gaga

    ARTPOP, Album yang Dilupakan Lady Gaga

    JAKARTA – Lady Gaga mengejutkan penggemarnya. Bukan tentang pengumuman film anyar atau kejelasan soal album baru, melainkan sebuah kicauan Twitter yang ia tulis pada 12 November lalu. Penyanyi yang memiliki nama asli Stefani Germanotta ini menulis, “Saya tidak ingat ARTPOP.” Kicauan singkat yang disambut beragam reaksi dari para penggemarnya yang disebut ‘Little Monsters’.

    i don’t remember ARTPOP

    — Lady Gaga (@ladygaga) November 11, 2019

    ARTPOP adalah album ketiga Lady Gaga yang dirilis pada 2013. Meskipun Gaga sempat menyebut album ini sebagai perjalanan musikal yang puitis di mana sebuah karya seni berpadu dengan teknologi, nyatanya respons publik terhadap album ini bercampur. Salah satunya Helen Brown dari The Daily Telegraph menganggap ARTPOP hanyalah percobaan Gaga atas kedua album terdahulu yang sukses, yaitu The Fame dan The Fame Monster.

    Beberapa bulan belakangan, album ARTPOP kembali mencuat kala Gaga memutuskan untuk menghapus lagu Do What U Want yang dibawakan bareng R. Kelly dari layanan musik digital. Keputusan ini dilatarbelakangi penayangan sebuah dokumenter berjudul Surviving R. Kelly yang menampilkan enam seri kasus pelecehan seksual dan tuduhan pelanggaran yang dilakukan R. Kelly. 

    Lagu ini tidak lagi menjadi bagian dari daftar lagu di album ARTPOP dan tidak tersedia di iTunes Store, meskipun sisa lagu lainnya masih bisa dibeli secara terpisah. Lagu Do What U Want juga tidak lagi tersedia pada layanan streaming Apple Music AS dan tidak dapat diputar melalui saluran YouTube resmi Lady Gaga. 

    Tapi, para penggemar masih dapat melakukan streaming dan membeli versi alternatif lagu Do What U Want yang menampilkan Christina Aguilera sebagai rekan duet. Lagu versi kolaborasi dengan Christina Aguilera ini dirilis Desember 2013 sebagai single yang berdiri sendiri dan tidak terdapat dalam album ARTPOP.

    Tidak berhenti di situ, kolaborator Gaga lainnya dalam album ARTPOP, rapper T.I baru-baru membuat heboh ketika ia mengatakan di acara podcast Ladies Like Us bahwa ia selalu menemani putrinya yang berumurnya 18 tahun untuk mengecek selaput daranya kepada ginekologis setiap tahun. Hal ini dilakukan rapper yang bekerja sama dalam lagu Jewels n’ Drugs untuk memastikan anaknya masih perawan.

    Padahal, tindakan ini dikecam oleh World Health Organization (WHO) dan PBB sebagai hal yang tidak diperlukan secara medis, menyakitkan, memalukan, dan membuat trauma.

    Wajar saja jika Gaga ingin melupakan ARTPOP mengingat banyak hal yang kurang menyenangkan dalam album tersebut. Kasus dua musisi di atas mungkin hanya sebagian dari pengalaman tidak enak yang ia rasakan. Mungkin karena itu pula lah Gaga kemudian merilis album Joanne, album yang secara arah musikal jauh berbeda dari ARTPOP.

    Lady Gaga mengonfirmasi, saat ini sedang mengerjakan album keenamnya sembari melakukan show Enigma.

  • How to Register SMS Sender IDs in Indonesia

    How to Register SMS Sender IDs in Indonesia

    Introduction
    If your business wants to send SMS in Indonesia, the first step is registering your Sender ID. Without registration, most of your messages, whether they are OTPs, payment confirmations, or promotional offers, will never reach customers. Mobile operators in Indonesia block unregistered traffic to protect users from spam, fraud, and phishing.

    A Sender ID is simply the name or number that appears when your customer receives a text. Instead of a random number, they will see your brand name such as “ShopX” or “BankY.” This makes your SMS look professional, trustworthy, and instantly recognizable.

    The challenge is that in Indonesia, Sender ID registration can be complex and time-consuming. Each mobile operator, including Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, and XL Axiata, has its own approval process, and all applications must follow strict guidelines set by Kominfo, the Ministry of Communication and Informatics.

    That is why it is important to understand how Sender ID registration works before you start sending SMS campaigns. In this guide, we will explain the process step by step, highlight common mistakes businesses make, and show you how to stay compliant with Indonesia’s A2P SMS regulations.

    P.S. If you do not have a Sender ID but still want to send OTPs, we have you covered. Sign up for free and start sending OTPs to users in more than 190 countries with free test credits in your wallet.

    What is a Sender ID and Why Does It Matter?
    A Sender ID is the identity your customers see when they receive an SMS from your business. It works like a caller ID for text messages. Instead of showing a random phone number, it displays your brand name, which makes your communication look professional and authentic.

    For instance, a bank might use “BankSecure” as its Sender ID for OTPs and transaction alerts. An e-commerce brand might use “ShopFast” for order confirmations and delivery updates. A healthcare provider could use “MediCare” for appointment reminders and reports.

    This matters because in Indonesia, where fraud and spam messages are common, customers are more likely to trust SMS that clearly shows a verified brand name. A registered Sender ID not only improves your delivery rates but also builds trust, reduces confusion, and keeps your brand compliant with local telecom regulations.

    In short, a Sender ID is more than just a name. It is the foundation of your business messaging strategy in Indonesia.

    Dont have a sender ID yet? Don’t let that stop you from sending OTPs. Sign up for free & start sending OTPs without a sender ID.

    How Sender ID Registration Works in Indonesia
    In Indonesia, you cannot begin sending business SMS with just any name you choose. Every Sender ID must be registered and approved by local mobile operators before you go live. This rule exists to stop spam and protect users from fraudulent messages.

    The process starts by selecting a Sender ID that is short, clear, and consistent with your brand identity. Names such as “ShopFast” or “PaySecure” are more likely to be accepted, while generic terms like “Info” or “Promo” are usually blocked. After selecting your Sender ID, you need to submit it along with your business use case to the Indonesian mobile operators. Your use case could include OTPs, payment confirmations, order updates, or other types of business communication.

    Once submitted, mobile operators review your request to make sure the Sender ID is not misleading and the use case is legitimate. Only after this review and approval is complete will your Sender ID be activated across carrier networks. At that point, you can start sending SMS at scale using your registered brand name.

    The challenge is that this process can be slow and requires coordination with multiple carriers. That is why many businesses choose to work with a trusted SMS API provider like Message Central. With VerifyNow, you can skip the wait entirely and go live with OTP delivery in less than 15 minutes without needing your own Sender ID. You even get free credits to test your OTPs, so you can start verifying users today without delay.

    The Sender ID Registration Process in Indonesia
    Registering a Sender ID in Indonesia may seem complicated, but once you understand the process it becomes clear. Here is how it typically works:

    1. Choose your Sender ID

    Select the name that will appear on your customer’s phone. Most businesses use their brand name for instant trust and recognition. Avoid generic terms such as “Info” or “Promo,” which are often blocked.

    2. Submit your application

    Send your chosen Sender ID along with supporting documents to local telecom operators. This usually includes your company details and proof of business legitimacy.

    3. Wait for operator review

    Mobile operators in Indonesia carefully review each application to confirm the Sender ID is not misleading and that your use case follows anti-spam guidelines.

    4. Approval and activation

    Once approved, your Sender ID is whitelisted. From here, you can begin sending transactional alerts, OTPs, or promotional messages directly to your customers.

    Want to skip the paperwork and go live faster? Login and use Message Central’s shared Sender ID to start sending OTPs instantly, without waiting for compliance approvals.

    Compliance Rules for SMS Sender IDs in Indonesia
    Once your Sender ID is approved, you need to follow compliance rules to keep your messages delivering consistently. These rules protect customers from spam and fraud, and they also help your brand build long-term trust.

    1. Opt-in is mandatory

    Customers must provide permission before receiving your messages. This can be collected through sign-up forms, app permissions, or other clear consent methods.

    2. Always provide opt-out options

    Give customers a way to unsubscribe, such as replying with “STOP” or using another operator-approved method. Opt-outs must always be respected.

    3. Be transparent in your messaging

    Clearly show who the message is from and what it is about. Avoid confusing, vague, or misleading wording.

    4. Support the local language

    For large campaigns, sending messages in Bahasa Indonesia reduces complaints and boosts engagement.

    5. Avoid restricted content

    Do not send fraudulent, misleading, or overly aggressive promotional content. Violations can result in your Sender ID being blocked. Stick to relevant, value-driven communication.

    Want to make sure your SMS campaigns stay fully compliant in Indonesia? Message Central can handle both the technical setup and compliance checks so you can focus on growing your business.

    How Message Central Helps with Sender ID Registration
    If your business needs to send OTPs, you can go live instantly by using Message Central’s shared Sender ID. For promotional or transactional SMS, however, you will still need your own Sender ID registered with Indonesian operators. The good news is that setting up an SMS Sender ID in Indonesia does not need to be complicated. With Message Central, you have a partner who understands the regulations, works directly with carriers, and gets your brand live without unnecessary delays.

    Here is how we simplify the process for you:

    1. Faster approval timelines

    We coordinate directly with Indonesian mobile operators to fast-track your Sender ID registration. This helps you avoid the long waiting periods that most businesses face when applying on their own.

    2. Compliance made easy

    Our team takes care of the paperwork, formatting, and guideline checks so your applications are not rejected. Every SMS you send stays aligned with Kominfo and operator rules.

    3. Expert advice from day one

    We guide you in choosing a Sender ID that represents your brand while meeting operator requirements. Whether you are sending OTPs, payment alerts, or promotional campaigns, we make sure your Sender ID is set up correctly the first time.

    4. Direct-to-carrier routes

    Once approved, your messages are delivered over secure, direct operator connections. This means no resellers, no grey routes, and a much higher delivery success rate for your campaigns.

    5. 24/7 support whenever you need it

    Our support team is always available to troubleshoot delivery issues or help you register new Sender IDs for upcoming campaigns.

    With Message Central, you get more than just an SMS API. You gain a trusted partner who ensures that your business messaging in Indonesia is compliant, reliable, and always delivered.

    Ready to launch OTPs without waiting for Sender ID approval? Sign up with Message Central today and go live in minutes.

  • Darurat Kesehatan Mental Gen Z, 720 Ribu Anak Muda Meninggal Bunuh Diri

    Darurat Kesehatan Mental Gen Z, 720 Ribu Anak Muda Meninggal Bunuh Diri

    Jakarta

    CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Layanan konsultasi kesehatan jiwa juga disediakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) di laman resminya yaitu www.pdskji.org. Melalui laman organisasi profesi tersebut disediakan pemeriksaan secara mandiri untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang.

    Data mengkhawatirkan diungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait angka bunuh diri. Mereka mencatat setidaknya 720 ribu generasi muda kehilangan nyawa karena bunuh diri setiap tahun.

    Bunuh diri bahkan dikategorikan sebagai penyebab kematian tertinggi ketiga anak muda, dengan usia terbanyak antara 15-29 tahun.

    WHO mencatat faktor risiko bunuh diri lainnya meliputi kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, rasa kehilangan, kesepian, diskriminasi, perselisihan hubungan, masalah keuangan, nyeri dan penyakit kronis, kekerasan, pelecehan, serta konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya.

    Depresi merupakan penyebab utama disabilitas pada remaja. Depresi dapat menjadi penyebab bunuh diri, dan
    bunuh diri merupakan penyebab ke-3 kematian pada remaja di dunia.

    Kebanyakan dari gangguan psikologis tersebut tidak disadari dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

    Survei mengenai kesehatan mental pada remaja di Indonesia tahun 2022, mendapatkan hasil 5,5 persen remaja
    usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental. Sebanyak 1 persen remaja mengalami depresi, 3,7 persen cemas, post traumatic syndrome disorder (PTSD) 0,9 persen, dan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) sebanyak 0,5 persen.

    Stigma seputar kondisi kesehatan mental dan bunuh diri membuat banyak orang yang berpikir untuk bunuh diri tidak mencari bantuan. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri memiliki efek berantai yang berdampak pada keluarga, teman, kolega, komunitas, dan masyarakat.

    Beberapa orang menganggap bunuh diri itu egois, tetapi penggambaran ini keliru dan merendahkan, kata para ahli, karena orang yang mencoba atau bunuh diri sering kali ingin mengakhiri rasa sakit mereka atau menganggap diri mereka sebagai beban.

    Tanda-tanda peringatan bunuh diri

    Dikutip dari laman CNN, para ahli dan peneliti kesehatan mental masih belum menemukan cara untuk memprediksi secara pasti siapa yang berisiko mencoba bunuh diri, dan apakah atau kapan orang yang rentan akan melakukannya.

    Hal ini karena stresor yang dapat menyebabkan bunuh diri bagi sebagian orang tidak memiliki dampak yang sama pada orang lain. Selain itu, tidak selalu ada jangka waktu yang panjang di mana seseorang memiliki kecenderungan bunuh diri dan bertindak dengan cara yang menandakan perlunya bantuan.

    Namun, ada beberapa situasi di mana seseorang yang memiliki kecenderungan bunuh diri dan berencana untuk jangka waktu yang lama akan menunjukkan perubahan perilaku atau emosional. Perubahan-perubahan tersebut, serta faktor-faktor risiko lainnya, dapat mencakup hal-hal berikut:

    Perilaku tidak biasa dengan barang-barang yang berpotensi mematikan seperti senjata api atau pilMemberikan barang-barang berhargaTidur berlebihan atau kurang tidurMenarik diri atau mengisolasi diriMabuk berat atau mengemudi secara ugal-ugalanMembicarakan keinginan untuk mati, baik melalui bunuh diri maupun cara lainKesulitan mencari alasan untuk hidupMerasa seperti beban, tidak dibutuhkan, atau merasa tidak memiliki tempat di mana pun atau bersama siapa punMerasa putus asaMasalah penyalahgunaan zatRiwayat traumaMengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, dan gangguan kepribadian, terutama jika tidak menerima perawatanRiwayat bunuh diri pribadi atau keluargaAkses mudah ke sarana yang berpotensi fatalKehilangan minat dalam beraktivitas atau bersekolah

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Reshuffle Kabinet, Profesor Firman Noor Nilai Hubungan Presiden Prabowo dengan Jokowi Semakin Panas

    Reshuffle Kabinet, Profesor Firman Noor Nilai Hubungan Presiden Prabowo dengan Jokowi Semakin Panas

    Begitu pula dengan Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi yang dinilai kerap tersangkut masalah hukum, seperti judi online (judol).

    Seirama dengan pergantian Menteri Ketenagakerjaan, Abdul Kadir Karding, dimana ada persoalan bermain domino dengan sosok yang pernah berperkara dalam kasus pembalakan liar.

    “Menteri Olahraga Dito Ariotedjo hampir sama, karena memiliki persoalan kasus BTS. Cuma untuk Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) ini, siapa yang menyangka ikut diganti,” ujarnya.

    Pergantian Menpora ini memperkuat bahwa sebenarnya Presiden Prabowo sedang menunjukkan siapa bosnya.

    “Lebih ke arah memperlihatkan who’s the boss. Jadi pergantian ini masih persoalan internal,” urainya.

    Menurut dia, reshuffle menteri ini seharusnya lebih mengakomodir kepentingan rakyat. Mengingat rakyat meminta juga pergantian untuk Kapolri.

    “Saya kira reshuffle ini belum mengakomodir keinginan rakyat yang begitu kuat terlihat dalam gelombang protes beberapa waktu lalu,” jelasnya.

    Dia menganalisa bahwa adanya gelombang protes ini juga kurang lebih akibat kebijakan dari Sri Mulyani yang terbiasa ingin menyenangkan pimpinan. Namun, dengan tidak mempertimbangkan risiko yang begitu mahal dan besar.

    “Ya, dengan program Prabowo yang mahal, Sri Mulyani justru memberikan dorongan yang meningkatkan beban rakyat dengan pengurangan transfer keuangan ke daerah. Akibatnya pajak meningkat di banyak daerah,” paparnya.

    Kondisi ini diperparah dengan ketidakpekaan elite politik terhadap kondisi rakyat. Akibatnya, muncul gelombang protes yang meledak dimana-mana.

  • Duh! Studi Bawa Kabar Nggak Enak Bagi Wanita ‘Alumni’ COVID, Bisa Kena Penyakit Ini

    Duh! Studi Bawa Kabar Nggak Enak Bagi Wanita ‘Alumni’ COVID, Bisa Kena Penyakit Ini

    Jakarta

    Dari Long COVID hingga masalah kesehatan berkepanjangan, para ahli masih terus meneliti dampak jangka panjang infeksi COVID-19. Sebuah studi terbaru menemukan, infeksi COVID dapat mempercepat penuaan pembuluh darah hingga sekitar lima tahun, terutama pada perempuan.

    Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Rosa Maria Bruno dari Université Paris Cité, Prancis, dan hasilnya dipublikasikan di European Heart Journal.

    Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah secara alami akan menjadi lebih kaku. Namun, studi ini menemukan, COVID-19 dapat mempercepat proses tersebut. Pengerasan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk stroke dan serangan jantung.

    “Sejak pandemi, kita tahu banyak orang yang setelah terkena COVID mengalami gejala yang bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Namun, kami masih mencari tahu apa yang terjadi di dalam tubuh hingga menimbulkan gejala tersebut,” jelas Prof Bruno, dikutip dari Times of India.

    “Kami tahu COVID bisa langsung memengaruhi pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan apa yang kami sebut penuaan pembuluh darah dini-artinya pembuluh darah menjadi lebih tua dari usia kronologis seseorang, sehingga lebih rentan terhadap penyakit jantung. Jika itu benar terjadi, kita harus bisa mengenali siapa saja yang berisiko sejak dini untuk mencegah serangan jantung dan stroke,” tambahnya.

    Untuk memahami dampak COVID terhadap pembuluh darah, peneliti menganalisis 2.390 orang dari 16 negara, yakni Austria, Australia, Brasil, Kanada, Siprus, Prancis, Yunani, Italia, Meksiko, Norwegia, Turki, Inggris, dan AS, pada periode September 2020-Februari 2022.

    Peserta dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu mereka yang tidak pernah terkena COVID, mereka yang baru terkena COVID namun tidak dirawat di rumah sakit, mereka yang dirawat di ruang perawatan biasa, serta mereka yang dirawat di ICU.

    Penuaan pembuluh darah diukur enam bulan setelah infeksi, lalu diulang 12 bulan kemudian. Semakin kaku pembuluh darah, semakin tinggi usia vaskular seseorang.

    Peneliti menemukan, orang yang pernah terkena COVID, termasuk yang hanya mengalami gejala ringan, memiliki pembuluh darah lebih kaku dibanding mereka yang tidak pernah terinfeksi. Efek ini lebih kuat pada perempuan dan pada penderita long COVID dengan gejala seperti kelelahan dan sesak napas.

    Pada perempuan yang mengalami infeksi ringan, kekakuan arteri rata-rata meningkat 0,55 m/s. Angka ini naik menjadi 0,60 m/s bila dirawat di rumah sakit, dan 1,09 m/s bila dirawat di ICU.

    Menurut peneliti, peningkatan 0,5 m/s dianggap relevan secara klinis, setara dengan penuaan sekitar lima tahun, serta meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 3 persen pada perempuan berusia 60 tahun. Studi juga menunjukkan, orang yang sudah divaksinasi memiliki pembuluh darah yang lebih lentur dibandingkan yang tidak divaksinasi.

    “Ada beberapa kemungkinan penjelasan mengenai dampak COVID pada pembuluh darah. Virus SARS-CoV-2 menyerang reseptor ACE2 yang terdapat pada lapisan pembuluh darah untuk masuk dan menginfeksi sel. Hal ini bisa menyebabkan disfungsi vaskular dan mempercepat penuaan pembuluh darah. Respon imun dan peradangan tubuh juga turut berperan,” ujar Prof Bruno.

    Perbedaan antara laki-laki dan perempuan mungkin terkait dengan sistem imun. Perempuan umumnya memiliki respon imun yang lebih cepat dan kuat, yang di satu sisi melindungi dari infeksi, tapi di sisi lain bisa memperburuk kerusakan pembuluh darah setelah infeksi. Untungnya, penuaan pembuluh darah mudah diukur dan bisa ditangani dengan perubahan gaya hidup, obat penurun tekanan darah, serta obat penurun kolesterol.

    “Bagi orang dengan penuaan vaskular yang dipercepat, penting untuk melakukan segala upaya guna mengurangi risiko serangan jantung dan stroke,” tambahnya.

    Dalam editorial pendamping, Dr. Behnood Bikdeli dari Harvard Medical School, Boston, AS, menegaskan meski ancaman akut pandemi sudah mereda, kini muncul tantangan baru: sindrom pasca-COVID. WHO mendefinisikannya sebagai gejala yang muncul tiga bulan setelah infeksi dan bertahan setidaknya dua bulan.

    “Studi menunjukkan hingga 40 persen penyintas COVID mengalami sindrom ini.”

    Menurutnya, studi besar berskala internasional ini menunjukkan bahwa kekakuan arteri tetap bertahan pada orang yang pernah terinfeksi. Analisis berdasarkan jenis kelamin menyoroti perbedaan mencolok, perempuan pada semua kelompok COVID-19 menunjukkan peningkatan signifikan kekakuan pembuluh darah, terutama mereka yang dirawat di ICU (+1,09 m/s).

    “Studi CARTESIAN menunjukkan bahwa COVID-19 telah menua arteri kita, terutama pada perempuan dewasa. Pertanyaannya adalah apakah kita dapat menemukan target yang dapat dimodifikasi untuk mencegah hal ini pada lonjakan infeksi di masa mendatang, dan mengurangi dampak buruk pada mereka yang mengidap penuaan vaskular akibat COVID-19,” tambah peneliti.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Serangga Kecil Bikin Negara Ini Diserang Wabah Ganas, 123 Meninggal

    Serangga Kecil Bikin Negara Ini Diserang Wabah Ganas, 123 Meninggal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bangladesh menghadapi masalah kesehatan serius yang kondisinya semakin memburuk seiring penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk, dengue dan chikungunya, yang terjadi bersamaan. Rumah sakit kewalahan menerima pasien, kondisi ini meningkatkan kekhawatiran akan penyebaran wabah yang lebih mengerikan dalam beberapa minggu mendatang.

    Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yang dikutip Reuters, Bangladesh telah mencatat lebih dari 33.800 kasus dengue dan 132 kematian tahun ini. Pada minggu pertama bulan September saja, setidaknya 10 orang meninggal dunia dan lebih dari 1.500 orang dirawat di rumah sakit karena demam akibat dengue.

    Sementara chikungunya, yang sebelumnya hilang selama bertahun-tahun, muncul kembali dan mewabah dengan cepat. Pada Januari hingga Juli, empat laboratorium di Dhaka mengonfirmasi 785 kasus virus chikungunya, dengan tingkat deteksi mencapai lebih dari 30% di beberapa fasilitas. Di kota pelabuhan Chittagong, para pejabat melaporkan 30 kasus hanya dalam 24 jam, sehingga jumlah kasus di kota itu menjadi hampir 3.000 tahun ini.

    Rumah sakit berjuang untuk mengatasi wabah ini. Di Rumah Sakit Dhaka Medical College, rumah sakit umum terbesar di Bangladesh, bangsal-bangsalnya penuh sesak, jumlah pasien tiga kali lipat lebih banyak dari yang seharusnya.

    Para ahli memperingatkan bahwa krisis ini dapat semakin parah kecuali kampanye pengendalian nyamuk diintensifkan.

    “Nyamuk Aedes beradaptasi dengan cepat di kota-kota kita,” kata Kabirul Bashar, ahli entomologi medis di Universitas Jahangirnagar. “Air yang tergenang di lokasi konstruksi, atap, dan bahkan pot bunga berubah menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Jika kita tidak menghancurkan habitat nyamuk secara sistematis, wabah seperti demam berdarah dan chikungunya hanya akan semakin besar setiap tahunnya.”

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menandai demam berdarah sebagai salah satu ancaman global yang berkembang paling pesat, diperburuk oleh perubahan iklim dan kepadatan penduduk perkotaan. WHO menyarankan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini, termasuk nyeri perut, muntah, pendarahan, atau berkurangnya frekuensi buang air kecil.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]