NGO: WHO

  • Ribuan Massa Pro-Palestina Bentrok dengan Polisi Saat Laga Italia vs Israel

    Ribuan Massa Pro-Palestina Bentrok dengan Polisi Saat Laga Italia vs Israel

    Udine

    Ribuan demonstran pro-Palestina berunjuk rasa di Kota Udine, Italia utara, sebelum pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara Italia dengan Israel. Demo yang awalnya berlangsung damai, namun berujung ricuh antara massa dengan polisi.

    Dilansir Reuters, Rabu (15/10/2025), polisi mengatakan demonstrasi itu dihadiri lebih dari 5.000 orang. Demo terjadi sejak sore hari sebelum pertandingan Italia Vs Israel di Stadion Friuli, yang akhirnya dimenangkan Italia dengan skor 3-0.

    Koordinator aksi demonstrasi ini mendesak FIFA melarang Israel berkompetisi dalam kualifikasi Piala Dunia. Mereka menyatakan memberikan dukungan Palestina.

    A stewart (L) takes a Palestinian national flag from a fan (R) who wanted to display during the FIFA World Cup 2026 Group I qualification football match between Italy and Israel, at the the Bluenergy Stadium in Udine northeastern Italy, on October 14, 2025. (Photo by Stefano RELLANDINI / AFP) Foto: AFP/STEFANO RELLANDINI

    Para pengunjuk rasa membawa bendera Palestina sepanjang 18 meter dan spanduk merah besar bertuliskan slogan demonstrasi, “Tunjukkan kartu merah kepada Israel”.

    Sebuah patung yang melambangkan keadilan memegang timbangan di satu tangan dan kartu merah di tangan lainnya. “Gencatan senjata telah terjadi, tetapi perdamaian belum tercapai. Seperti yang saya tulis di plakat saya, perdamaian tidak akan terwujud tanpa keadilan,” kata demonstran Valentina Bianchi.

    Dalam sebuah pernyataan, lembaga penyiaran negara RAI mengatakan salah satu jurnalisnya terkena batu dan dibawa ke rumah sakit. Kantor berita Ansa juga melaporkan seorang jurnalis kedua terluka dalam bentrokan tersebut dan beberapa petugas polisi juga telah menerima perawatan.

    “Apa yang terjadi malam ini tidak dapat diterima. Kota kami mengutuk keras kekerasan yang terjadi di jalanan pada akhir demonstrasi,” kata Wali Kota Alberto Felice De Toni.

    Penyelenggara tetap melanjutkan protes bahkan setelah Israel dan kelompok militan Hamas menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pembebasan sandera Israel yang masih hidup dan pemulangan tahanan Palestina.

    Pengamanan Diperketat Jelang Pertandingan

    Federasi sepak bola Italia mengatakan lebih dari 9.000 tiket telah terjual untuk pertandingan melawan Israel, jauh di bawah kapasitas yang dibatasi sebesar 16.000.

    Beberapa toko tutup sepanjang hari sementara yang lain tutup pada sore hari saat protes dimulai. Pemerintah daerah diketahui mengeluarkan serangkaian pembatasan, termasuk penutupan jalan dan pembatasan parkir, serta memasang pembatas beton di sekitar stadion untuk menciptakan zona keamanan.

    Para pedagang makanan dan minuman dilarang menyajikan produk dalam wadah kaca, keramik, atau timah. Perabotan luar ruangan juga diminta disingkirkan dari tempat umum.

    Beberapa warga tidak menyukai suasana keamanan yang ketat di kota yang biasanya tenang.

    “Saya melihat helikopter terbang di atas saya. Saya yakin pengerahan pasukan seperti itu untuk pertandingan sepak bola yang seharusnya tidak pernah terjadi,” kata warga Paolo Lizzi.

    (zap/yld)

  • Wanti-wanti WHO soal Sirup Obat Batuk India yang Terkontaminasi, Picu Kematian

    Wanti-wanti WHO soal Sirup Obat Batuk India yang Terkontaminasi, Picu Kematian

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (13/10/2025) mengeluarkan peringatan kesehatan tentang tiga sirup obat batuk terkontaminasi yang teridentifikasi di India. Mereka mendesak pihak berwenang untuk melaporkan setiap temuan obat-obatan ini di negara masing-masing kepada badan kesehatan.

    WHO mengungkapkan obat-obatan yang terdampak adalah batch tertentu Coldrif dari Sresan Pharmaceutical, Respifresh TR dari Rednex Pharmaceuticals, dan ReLife dari Shape Pharma.

    “WHO menyatakan bahwa produk-produk yang terkontaminasi tersebut menimbulkan risiko yang signifikan dan dapat menyebabkan penyakit parah, yang berpotensi mengancam jiwa,” tutur organisasi tersebut, dikutip dari Reuters.

    Otoritas kesehatan India, Central Drugs Standard Control Organization (CDSCO) atau Organisasi Pengendalian Standar Obat Pusat, telah memberitahu WHO bahwa sirup tersebut dilaporkan dikonsumsi oleh anak-anak. Semuanya berusia di bawah lima tahun, yang baru-baru ini meninggal dunia di distrik Chhindwara, India.

    Diketahui, obat batuk tersebut mengandung dietilen glikol beracun dalam jumlah hampir 500 kali lipat dari batas yang diizinkan.

    CDSCO menyatakan tidak ada obat-obatan terkontaminasi yang diekspor dari india dan tidak ada bukti ekspor ilegal. Food and Drug Administration AS (FDA) juga mengonfirmasi sirup batuk beracun ini tidak dikirim ke Amerika Serikat.

    (sao/suc)

  • Kualitas Udara Jakarta Tidak Sehat Senin Pagi – Page 3

    Kualitas Udara Jakarta Tidak Sehat Senin Pagi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat pada Senin pagi. Jakarta menduduki peringkat kelima sebagai kota dengan udara terburuk di dunia dan warga diimbau mengenakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan.

    Menurut situs pemantau kualitas udara IQAir yang dipantau di Jakarta, Senin pukul 06.00 WIB, kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan angka 160 mengacu pada penilaian PM2,5 dengan nilai konsentrasi 68,5 mikrogram per meter kubik.

    Konsentrasi sebanyak itu setara 13,7 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).

    Situs tersebut merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta. Kelompok sensitif sebaiknya tidak beraktivitas di luar ruangan.

    Selain itu, bagi kelompok sensitif juga sebaiknya menggunakan masker. Begitu juga bagi masyarakat umum ketika beraktivitas di luar ruangan lebih baik menggunakan masker.

    Tingginya polusi udara Jakarta dan sekitarnya beberapa waktu lalu, disusul kebakaran hutan dan lahan di berbagai daerah saat ini, adalah bagian dari lingkaran setan krisis iklim yang dihadapi dunia. Indonesia dicap sebagai salah satu kontributor besa…

  • Kualitas udara Jakarta tidak sehat, warga diimbau pakai masker

    Kualitas udara Jakarta tidak sehat, warga diimbau pakai masker

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di Jakarta pada Senin pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat kelima sebagai kota dengan udara terburuk di dunia dan warga diimbau mengenakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan.

    Menurut situs pemantau kualitas udara IQAir yang dipantau di Jakarta, Senin pukul 06.00 WIB, kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan angka 160 mengacu pada penilaian PM2,5 dengan nilai konsentrasi 68,5 mikrogram per meter kubik.

    Konsentrasi sebanyak itu setara 13,7 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).

    Situs tersebut merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta. Kelompok sensitif sebaiknya tidak beraktivitas di luar ruangan.

    Selain itu, bagi kelompok sensitif juga sebaiknya menggunakan masker. Begitu juga bagi masyarakat umum ketika beraktivitas di luar ruangan lebih baik menggunakan masker.

    Laman resmi yang sama menyatakan bahwa Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia urutan kelima. Sementara posisi puncak, yaitu Kota Kolkata (India) dengan angka 186.

    Sementara itu, situs resmi milik Pemprov DKI Jakarta, yaitu udara.jakarta.go.id menunjukkan bahwa rerata kualitas udara di Jakarta pada hari yang sama masuk kategori baik dan sedang.

    Dari 111 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar di DKI Jakarta menunjukkan hanya satu titik memperlihatkan bahwa kualitas udara masuk kategori tidak sehat, yaitu SPKU yang berada di Pondok Ranggon di angka 108.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jalan Terjal Kemanusiaan di Gaza: Kisah Dokter Prita Bawa Harapan Kehidupan di Antara Dentuman Bom – Page 3

    Jalan Terjal Kemanusiaan di Gaza: Kisah Dokter Prita Bawa Harapan Kehidupan di Antara Dentuman Bom – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Perjalanan panjang dan berliku dilalui dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG, untuk bisa menapakkan kaki di tanah Gaza. Dokter Spesialis kebidanan dan kandungan ini menjadi salah satu anggota Emergency Medical Team (EMT) dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang berangkat ke Gaza dalam misi kemanusiaan.

    Dokter Prita mengisahkan perjuangannya menembus wilayah konflik tersebut sejak meletusnya Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 silam. Meski baginya perjalanan ke Gaza bukanlah yang pertama, tetapi tetap menantang.

    “Karena bagi BSMI, organisasi kemanusiaan tempat saya bergabung, itu, Gaza itu sebetulnya sudah beberapa kali pernah kami kunjungi, terhitung dari tahun 2008, 2009, 2010, 2012. Itu yang saya ikut, terus ada lagi yang saya enggak ikut,” katanya mengawal perbincangan dengan Liputan6.com di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Al-Fauzan, Jumat (10/10/25).

    dr Prita kemudian menceritakan awal mula keterlibatan BSMI dalam misi kemanusian di Gaza baru-baru ini. Saat itu, BSMI mencoba bekerja sama dengan WHO yang sempat memberikan lampu hijau dan meminta tim datang ke Jordan untuk pertemuan. Namun, setelah ditemui, WHO menyampaikan bahwa BSMI tidak bisa diterima untuk berangkat ke Gaza.

    Dalam upaya mencari solusi, mereka diperkenalkan dengan organisasi Rahma Worldwide. dr. Prita bercerita, upaya yang dilakukan tim BSMI cukup alot dan membutuhkan waktu tidak sedikit. Singkat cerita, upaya BSMI menyakinkan organisasi Rahma Worldwide untuk ikut dalam misi kemanusiaan ini akhirnya berhasil. Hingga akhirnya, pada Januari 2024, rombongan BSMI sampai di Al-Aris, Mesir, sebuah kota yang hanya berjarak sekitar 40 KM dari Gaza.

    Perjalanan dari Kairo ke Al-Aris, memakan waktu lebih kurang enam jam. Sepanjang perjalanan, mereka didampingi Duta Besar Palestina. Diakuinya, selama di perjalanan rasa was-was selalu saja datang. Saban berhenti di pos pemeriksaan, dia hanya bisa mengencangkan doa-doa, berharap perjalanan bisa dilanjutkan dengan lancar tanpa ada penahanan.

    “Diharapkan dengan adanya duta besar dan mobil kedubes itu akan memperlancar. Memang benar lancar. Check point tetap dijalani tapi artinya tidak ada masalah sampai ditahan begitu. Hanya paspor yang ditahan sehingga kami tidak pegang paspor,” kata dia.

    Setelah menempung perjalanan panjang dan menegangkan, tim BSMI bergabung dengan Rahma Worldwide dan membentuk EMT untuk Gaza. dr. Prita sendiri bergabung dalam tim kedua setelah sebelumnya tim pertama hanya terdiri dari dua orang dokter.

    Sambil menunjukkan kumpulan foto-foto relawan yang ada di majalah BSMI periode khusus 2025, dr. Pirta berceritra momen ketika dia dan tim di Amman, Yordania. Mereka mendapatkan arahan dari Duta Besar Indonesia sebelum melanjutkan perjalanan darat menuju Gaza. Mereka melalui perbatasan Yordan-Israel melintasi dua pos imigrasi. Biasanya, pemeriksaan yang dilakukan untuk menuju ke Gaza sangatlah ketat. Mulai dari larangan tidak boleh banyak bicara hingga barang bawaan yang dibatasi.

    “Kami tidak boleh banyak bicara dan barang bawaan dibatasi ketat. Hanya boleh satu koper besar, satu koper kecil, dan satu tas tangan,” ucap dia.

    Sampailah di Gaza. Suasananya hatinya berkecamuk. Bahagia bercampur sedih. Satu sisi, dia merasa bahagia karena misi kemanusiaan bisa segera dimulai. Tetapi di lubuk hati terdalam, dia sedih melihat kondisi Gaza kini. Semakin kacau jika dibandingkan dengan keadaan saat dia berkunjung 2008 lalu.

    “Begitu masuk Gaza itu 180 derajat. Bahkan saya yang sudah pernah ke Gaza dulu di perang 2008. Pada saat gencatan senjata kan kami masuk, itu kaget ya, nggak nyangka sama sekali bahwa kerusakannya sedemikian massif, sampai shock gitu ya,” terangnya.

    dr Prita semakin dibuat terperangah. Di tengah kondisi yang menyedihkan tersebut, kehidupan warga Gaza yang tetap berjalan seperti biasanya. Anak-anak main bola dan layangan, anak perempuan bermain dengan teman sebaya, ibu-ibu menggendong anak, bapak-bapak dengan kesibukannya. Ada yang naik sepeda membawa barang, ada yang naik kereta keledai, ada yang memperbaiki mobil di bengkel hingga yang mendorong mobil.

    “Jadi mereka itu memang kan ketahanannya dikenal cukup tinggikan,” ucapnya dengan kagum.

  • Wanti-wanti WHO soal Sirup Obat Batuk India yang Terkontaminasi, Picu Kematian

    Skandal Obat Batuk Beracun India, Produksi Dilakukan di Tempat Penuh Sampah

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyuarakan keprihatinan mendalam atas adanya celah dalam regulasi keamanan obat di India menyusul kematian sedikitnya 20 anak akibat sirup obat batuk yang terkontaminasi.

    Diberitakan BBC, kematian yang dilaporkan di negara bagian Madhya Pradesh dan Rajasthan ini terkait dengan tiga merek sirup batuk yang ditemukan mengandung dietilen glikol (DEG), zat beracun yang umum ditemukan dalam pelarut industri. WHO memperingatkan bahwa obat-obatan berbahaya ini berpotensi mencapai negara lain melalui saluran distribusi yang tidak teregulasi.

    Tragedi ini membuat pihak berwenang India bergerak cepat. Pemilik perusahaan farmasi di balik sirup yang terkontaminasi telah ditangkap, produksi dihentikan, dan penyelidikan diluncurkan.

    Inspeksi Departemen Pengendalian Obat Tamil Nadu terhadap Sresan Pharmaceuticals, salah satu produsen yang terlibat, menemukan 364 pelanggaran aturan manufaktur. Sebanyak 39 pelanggaran di antaranya dikategorikan “sangat serius”.

    Laporan tersebut mengungkap kondisi yang sangat mengkhawatirkan:

    Staf yang kurang berkualitas.Penggunaan air dan peralatan yang di bawah standar.Tidak adanya pengendalian hama.Pembuangan limbah tanpa pemurnian.Air untuk produksi obat disimpan secara tidak higienis.Produk jadi disimpan dengan cara yang sangat tidak higienis.

    Merek Obat Batuk Sirup Beracun

    Tiga sirup yang teridentifikasi terkontaminasi adalah Coldrif (Sresan Pharmaceuticals), Respifresh (Rednex Pharmaceuticals), dan ReLife (Shape Pharma). Banyak negara bagian di India telah melarang sirup ini, dan beberapa bahkan melarang semua sirup batuk untuk anak di bawah usia dua tahun.

    Polisi telah menangkap G. Ranganathan (73), pemilik Sresan Pharmaceuticals, dan lisensi manufaktur perusahaannya akan dicabut secara permanen. Dokter yang meresepkan sirup Coldrif, Praveen Soni, juga telah ditangkap atas dugaan kelalaian.

    Sirup buatan India telah menjadi sorotan global. Pada tahun 2023, sirup yang tercemar DEG dari India juga dikaitkan dengan kematian 70 anak di Gambia dan 18 anak di Uzbekistan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: 14 Anak di India Tewas Usai Konsumsi Sirop Obat Batuk”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • ​Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025, Mengingatkan Dunia Pentingnya Jiwa yang Sehat

    ​Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025, Mengingatkan Dunia Pentingnya Jiwa yang Sehat

    Jakarta: Setiap 10 Oktober, dunia memperingati World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini menjadi momentum global untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik, serta untuk menghapus stigma yang masih melekat pada gangguan mental.

    Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali digagas oleh World Federation for Mental Health (WFMH) pada tahun 1992, dengan dukungan penuh dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejak saat itu, peringatan ini dirayakan setiap tahun oleh masyarakat, lembaga kesehatan, dan organisasi di seluruh dunia sebagai wujud kepedulian terhadap kesejahteraan mental.

    WHO menjelaskan, tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk “mendorong percakapan terbuka mengenai kesehatan mental dan memastikan setiap orang memiliki akses terhadap dukungan yang layak tanpa rasa takut atau stigma.”
    Makna dan Tujuan Peringatan
    Hari Kesehatan Mental Sedunia bukan hanya seremonial tahunan, melainkan gerakan global untuk menempatkan isu kesehatan jiwa dalam prioritas kebijakan publik.

    Gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan, telah menjadi salah satu penyebab utama menurunnya kualitas hidup dan produktivitas di berbagai negara.

    WHO mencatat, jutaan orang di dunia mengalami gangguan mental, namun sebagian besar tidak mendapatkan layanan yang memadai. Melalui kampanye ini, WHO berupaya mengubah cara pandang masyarakat, bahwa kesehatan mental bukan tanda kelemahan, melainkan bagian dari kesejahteraan manusia yang utuh.

    Dalam laman resminya, WHO menegaskan, “Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental.” Pernyataan ini menjadi pesan kunci yang terus digaungkan setiap tahun untuk menekankan bahwa tubuh dan pikiran saling berkaitan, dan keduanya harus dirawat secara seimbang.
     

     

    Tema 2025: Kesehatan Mental dalam Keadaan Darurat Kemanusiaan

    Untuk tahun 2025, WHO menetapkan tema “Kesehatan Mental dalam Keadaan Darurat Kemanusiaan”, menyoroti pentingnya memperhatikan kondisi psikologis masyarakat di tengah krisis seperti konflik, bencana alam, dan wabah penyakit.

    Dalam pernyataannya, WHO menyebut bahwa “kesehatan mental dan dukungan psikososial harus menjadi bagian dari setiap kesiapsiagaan, tanggapan, dan pemulihan kemanusiaan.”

    WHO juga menambahkan, “setiap krisis tidak hanya menghancurkan sistem dan infrastruktur, tetapi juga kehidupan dan pikiran manusia.”

    Organisasi itu mencatat bahwa satu dari lima orang yang hidup di wilayah terdampak krisis mengalami gangguan mental, mulai dari kecemasan hingga stres pascatrauma. Oleh karena itu, dukungan terhadap kesejahteraan psikologis harus menjadi bagian dari setiap upaya kemanusiaan.
    Pulih Bersama Secara Fisik dan Mental
    Melalui peringatan tahun ini, WHO mengajak masyarakat dunia untuk lebih peduli terhadap keseimbangan jiwa di tengah tantangan global yang semakin kompleks.

    Kesehatan mental bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga komitmen bersama antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat.

    Sebagaimana ditegaskan WHO, “Layanan kesehatan mental bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar yang dapat menyelamatkan kehidupan dan mempercepat pemulihan.”

    Hari Kesehatan Mental Sedunia menjadi pengingat bahwa setiap orang berhak untuk sehat, baik secara fisik maupun mental, karena pada akhirnya, pemulihan sejati hanya dapat tercapai ketika jiwa juga pulih.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Setiap 10 Oktober, dunia memperingati World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini menjadi momentum global untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik, serta untuk menghapus stigma yang masih melekat pada gangguan mental.
     
    Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali digagas oleh World Federation for Mental Health (WFMH) pada tahun 1992, dengan dukungan penuh dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejak saat itu, peringatan ini dirayakan setiap tahun oleh masyarakat, lembaga kesehatan, dan organisasi di seluruh dunia sebagai wujud kepedulian terhadap kesejahteraan mental.
     
    WHO menjelaskan, tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk “mendorong percakapan terbuka mengenai kesehatan mental dan memastikan setiap orang memiliki akses terhadap dukungan yang layak tanpa rasa takut atau stigma.”
    Makna dan Tujuan Peringatan
    Hari Kesehatan Mental Sedunia bukan hanya seremonial tahunan, melainkan gerakan global untuk menempatkan isu kesehatan jiwa dalam prioritas kebijakan publik.

    Gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan, telah menjadi salah satu penyebab utama menurunnya kualitas hidup dan produktivitas di berbagai negara.
     
    WHO mencatat, jutaan orang di dunia mengalami gangguan mental, namun sebagian besar tidak mendapatkan layanan yang memadai. Melalui kampanye ini, WHO berupaya mengubah cara pandang masyarakat, bahwa kesehatan mental bukan tanda kelemahan, melainkan bagian dari kesejahteraan manusia yang utuh.
     
    Dalam laman resminya, WHO menegaskan, “Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental.” Pernyataan ini menjadi pesan kunci yang terus digaungkan setiap tahun untuk menekankan bahwa tubuh dan pikiran saling berkaitan, dan keduanya harus dirawat secara seimbang.
     

     

    Tema 2025: Kesehatan Mental dalam Keadaan Darurat Kemanusiaan

    Untuk tahun 2025, WHO menetapkan tema “Kesehatan Mental dalam Keadaan Darurat Kemanusiaan”, menyoroti pentingnya memperhatikan kondisi psikologis masyarakat di tengah krisis seperti konflik, bencana alam, dan wabah penyakit.
     
    Dalam pernyataannya, WHO menyebut bahwa “kesehatan mental dan dukungan psikososial harus menjadi bagian dari setiap kesiapsiagaan, tanggapan, dan pemulihan kemanusiaan.”
     
    WHO juga menambahkan, “setiap krisis tidak hanya menghancurkan sistem dan infrastruktur, tetapi juga kehidupan dan pikiran manusia.”
     
    Organisasi itu mencatat bahwa satu dari lima orang yang hidup di wilayah terdampak krisis mengalami gangguan mental, mulai dari kecemasan hingga stres pascatrauma. Oleh karena itu, dukungan terhadap kesejahteraan psikologis harus menjadi bagian dari setiap upaya kemanusiaan.
    Pulih Bersama Secara Fisik dan Mental
    Melalui peringatan tahun ini, WHO mengajak masyarakat dunia untuk lebih peduli terhadap keseimbangan jiwa di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
     
    Kesehatan mental bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga komitmen bersama antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat.
     
    Sebagaimana ditegaskan WHO, “Layanan kesehatan mental bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar yang dapat menyelamatkan kehidupan dan mempercepat pemulihan.”
     
    Hari Kesehatan Mental Sedunia menjadi pengingat bahwa setiap orang berhak untuk sehat, baik secara fisik maupun mental, karena pada akhirnya, pemulihan sejati hanya dapat tercapai ketika jiwa juga pulih.
     
    (Sheva Asyraful Fali)
     

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • Perkara Tombol Komputer Eror, 60.000 Orang Tewas Dihajar Nuklir

    Perkara Tombol Komputer Eror, 60.000 Orang Tewas Dihajar Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu peristiwa paling tragis terjadi pada 26 April 1986 dan disebut sebagai ‘Ledakan Nuklir Chernobyl’. Sebanyak 60.000 orang tewas dalam insiden tersebut.

    Mirisnya, korban berjatuhan lantaran kecerobohan manusia. Hal ini menjadi pelajaran penting untuk selalu memitigasi risiko, apalagi jika terkait dengan keselamatan manusia.

    Sebagai informasi, program Chernobyl merupakan wujud ambisi Uni Soviet untuk memiliki nuklir terbesar di dunia. Sejak 1977, pemerintah sukses membuat reaktor nuklir berkekuatan 1.000 megawatt. Kapasitas itu cukup untuk menghidupi listrik satu negara sampai bertahun-tahun lamanya.

    Pengembangan nuklir Soviet terus berlangsung hingga musibah besar menimpa pada 1986. Kala itu, ada 4 reaktor nuklir skala besar di Chernobyl dengan kekuatan sepadan. Sementara itu, ada beberapa reaktor nuklir masih dalam tahap ujicoba.

    Dikutip dari The Guardian, ujicoba dilakukan untuk memastikan sistem pendingin bekerja tanpa henti. Reaktor nuklir harus dalam kondisi dingin, sehingga pasokan air harus tersedia 24 jam dalam 7 hari.

    Jika tidak, maka reaktor bisa panas dan memicu ledakan. Dalam ujicoba tersebut, tim nuklir Soviet melakukan aktivasi generator agar turbin terus mengeluarkan air.

    Ujicoba terjadi pada 26 April 1986. Secara teori, air akan dikeluarkan turbin untuk mendinginkan inti reaktor secara terus-menerus. Dari sini, tim akan mengetahui berapa lama daya tahan turbin untuk tetap menyala.

    Pemimpin tak kompeten

    Sayang, saat melakukan tes, orang-orang yang terlibat tak kompeten. Malah, para pemimpin bersikap tak terbuka dan abai dengan masukan. Setidaknya begitu sikap Deputi Kepala Teknisi Anatoly Stepanovich Dyatlov dan Kepala Teknisi Nicholai Fomin.

    Mengutip Chernobyl: 01:23:40 (2014), Fomin abai dan seakan-akan menutupi bahwa tenaga pendingin cukup. Padahal jauh dari angan-angan. Fomin tahu tenaga reaktor hanya 200 megawatt, kurang dari angka minimal sebesar 700 megawatt.

    Sedangkan Dyatlov ngotot tes harus diadakan hari itu juga. Pada sisi lain, di hari ujicoba, teknisi sudah angkat tangan. Mereka tak mampu melakukannya. Namun, akibat Dyatlov tetap ngotot dan memberikan ancaman mutasi, para teknisi akhirnya manut. Di sinilah petaka dimulai.

    Tombol komputer tak berfungsi

    Ketika malam berganti, teknisi menyalakan generator. Turbin air pun berhasil masuk. Namun, di tengah jalan, tenaga generator menurun drastis. Tak kuat terus menerus menyala. Akibatnya, suhu inti reaktor nuklir dengan cepat meningkat. Ketika ini terjadi, teknisi bergegas menekan tombol SCRAM di komputer.

    Tombol ini merupakan perintah komputer ke sistem untuk menghidupkan generator. Sayang, tombol tak berfungsi akibat tak pernah dicek. Maka, bencana pun terjadi. Reaktor nuklir langsung panas hingga 3.000 derajat Celcius. Tak lama kemudian, nuklir langsung meledak dahsyat.

    Ketika radiasi nuklir meluas, banyak warga masih tertidur lelap. Alhasil, mereka tak bisa melarikan diri dan terpaksa terpapar radiasi super tinggi. Saat itu, radiasi nuklir imbas ledakan tak bisa dideteksi alat. Alatnya tak bisa menentukan derajat radiasi saking tingginya.

    Barulah ketika Matahari nampak, orang-orang kaget ada debu bertebaran. Padahal itu bukan debu biasa, melainkan debu-debu nuklir. Maka, tamatlah orang-orang di sana.

    BBC mencatat ada 90 ribu orang tewas akibat radiasi nuklir dalam jangka panjang. Lalu, ada 600 ribu orang yang terpapar radiasi, tetapi tidak tewas. WHO mencatat, radiasi nuklir mencapai jarak 200 ribu Km hingga Eropa. Sementara, Chernobyl sendiri tak bisa dihuni manusia sampai 20.000 tahun lamanya efek radiasi dahsyat.

    Dari musibah ini, bisa diambil beberapa pelajaran penting. Pertama, perlu kepemimpinan yang bijaksana dan kerja sama tim yang sehat untuk menjalankan suatu proyek, apalagi jika risikonya besar terhadap keselamatan jiwa.

    Kedua, ujicoba yang detail dengan prosedur yang mumpuni sangat krusial untuk menjalankan suatu proyek besar. Sekali lagi, semoga informasi ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. 

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rasa Sakit dan Nyeri Ini Bisa Jadi Tanda Peringatan Kanker, Jangan Abaikan!

    Rasa Sakit dan Nyeri Ini Bisa Jadi Tanda Peringatan Kanker, Jangan Abaikan!

    Jakarta

    Rasa sakit atau nyeri mungkin hal wajar yang dialami banyak orang. Leher kaku karena kurang tidur, lutut pegal setelah berolahraga atau sakit punggung menjadi gejala yang diabaikan.

    Namun, rasa sakit yang terus menerus tanpa sebab bisa jadi tanda awal kanker, terutama jika disertai gejala lain. Mengetahui tanda-tanda awal kanker dan memahami bagaimana nyeri beserta posisinya sangatlah penting.

    Nyeri merupakan sistem alarm bawaan tubuh, yang berfungsi memberi tahu ketika ada sesuatu yang salah. Meski nyeri tajam yang berlangsung singkat biasanya menandakan cedera atau ketengangan otot, nyeri akibat kanker bisa muncul secara perlahan dan memburuk seiring waktu

    .Dikutip dari laman Times of India, penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh pasien kanker mengalami nyeri. Satu dari dari di antaranya melaporkan asa nyeri yang sedang sampai berat. Jadi, jika mengalami nyeri dengan gejala berikut, segera periksakan diri.

    1. Nyeri Tulang atau Sendi yang Terus Menerus

    Nyeri tulang yang terus-menerus bisa mengindikasikan kanker tulang, leukimia, atau kanker yang telah menyebar (metasis) dari area lain, seperti payudara, prostat, atau paru-paru. Waspadai nyeri yang semakin parah di malam hari atau saat beristirahat, nyeri yang tidak terkait dengan cedera atau otot yang tegang, pembengkakan, keterbatasan gerak, atau kelelahan.

    Menurut penelitian, metasis tulang merupakan salah satu sumber terkait kanker yang paling umum. Gejalanya sering terlewatkan sejak awal.

    2. Nyeri Punggung, Perut, atau Dada yang Terus Menerus

    Nyeri punggung, perut, atau dada yang terus menerus terkadang bisa menjadi tanda dari kanker pankreas, paru-paru, atau esofagus. Penelitian di Lancet Oncology menemukan bahwa pasien yang melaporkan nyeri perut atau punggung yang samar lebih mungkin didiagnosa kanker pencernaan stadium lanjut.

    3. Sakit Kepala yang Tidak Kunjung Hilang

    Kebanyakan sakit kepala tidak berbahaya, namun sakit yang terus-menerus atau semakin parah bisa jadi tanda bahaya. Jika pusing disertai penglihatan kabur atau masalah keseimbangan, sebaiknya periksakan diri untuk kemungkinan adanya tumor otak atau kanker metastasis.

    American Cancer Society memberikan saran untuk mencari pertolongan medis jika sakit kepala mengganggu aktivitas sehari-hari atau semakin parah.

    4. Kelelahan Terus-menerus Disertai Rasa Sakit

    Merasa kelelahan yang tak kunjung hilang, bahkan setelah istirahat sebaiknya jangan diabaikan. Kelelahan karena kanker seringkali muncul bersamaan dengan nyeri kronis dan suasana hati yang buruk. Sebuah studi menunjukkan bahwa, kelelahan, nyeri, dan depresi umum terjadi pada pasien kanker.

    5. Nyeri pada Benjolan dan Pembengkakan

    Benjolan atau pembengkakan, baik yang terasa sakit atau tidak juga tidak boleh diabaikan. Adanya benjolan di payudara, leher, ketiak, selangkangan, atau testis bisa jadi merupakan tanda kanker.

    Menurut Cancer Research UK, benjolan yang tidak muncul tanpa sebab yang jelas merupakan salah satu gejala kanker paling umum. Seringkali benjolan muncul sebelum rasa sakit muncul.

    6. Perubahan Kebiasaan Buang Air besar atau Buang Air Kecil Disertai Nyeri

    Diare, sembelit, sakit perut, atau adanya darah dalam tinja atau urine yang terus-menerus bisa mengidikasikan kanker usus besar, kandung kemih, atau rahim. Rasa sakit atau tekanan yang datang terus menerus di perut bagian bawah tidak boleh disepelekan. Jadi, jika mengalami perubahan pada usus atau kadung kemih berminggu-minggu, periksakan diri.

    7. Rasa Sakit pada Luka yang Tidak Kunjung Sembuh

    Luka menyakitkan yang tak kunjung sembuh terutama di kulit, mulut, atau kelamin bisa jadi tanda bahaya kanker kulit atau kanker mulut. World Health Organization (WHO) menekankan bahwa luka yang berdarah, membesar, atau terus terasa sakit perlu mendapat perhatian medis.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/kna)

  • WHO Soroti 3 Obat Batuk India yang Picu Kematian 21 Anak, Tersebar di Negara Lain?

    WHO Soroti 3 Obat Batuk India yang Picu Kematian 21 Anak, Tersebar di Negara Lain?

    Jakarta

    Pemerintah India mengimbau masyarakat untuk menghindari dua merek sirup batuk tambahan setelah 21 anak berusia di bawah lima tahun meninggal dunia akibat cemaran dietilen glikol (DEG).

    Menurut laporan pejabat setempat, seluruh korban meninggal dalam sebulan terakhir setelah mengonsumsi obat batuk Coldrif, yang diketahui mengandung DEG dengan kadar hampir 500 kali lipat di atas batas aman. Hasil uji laboratorium yang keluar pada 2 Oktober mengonfirmasi keberadaan zat berbahaya itu dan pemerintah segera melarang peredaran obat tersebut.

    Pemerintah negara bagian Gujarat dan sejumlah wilayah lain kemudian mengeluarkan peringatan publik agar masyarakat menghindari dua produk lain, yakni Respifresh dan RELIFE, yang juga ditemukan mengandung DEG.

    Kandungan DEG melampaui batas aman dapat menyebabkan keracunan serius, gagal ginjal, gangguan saraf, hingga kematian, terutama pada anak-anak.

    Wanti-wanti WHO

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa tiga sirup batuk terkontaminasi telah diidentifikasi. Meski hingga kini belum ditemukan adanya ekspor resmi, WHO tetap meminta masyarakat waspada lantaran karena kemungkinan ekspor tidak resmi masih bisa terjadi.

    Smber kontaminasi masih belum diketahui.

    “WHO sangat prihatin terhadap kasus ini dan menyoroti adanya celah regulasi dalam pemeriksaan diethylene glycol dan ethylene glycol untuk obat-obatan yang dijual di pasar domestik India,” kata juru bicara WHO, dikutip dari Reuters.

    Berdasarkan aturan, setiap produsen obat di India wajib mengujikan bahan baku dan produk akhir setiap batch. Sejak 2023, ekspor sirup batuk juga harus melalui pengujian tambahan di laboratorium pemerintah, setelah kasus kematian lebih dari 140 anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun akibat sirup asal India.

    Sirup Coldrif diproduksi oleh Sresan Pharmaceutical Manufacturer dan hanya dijual di pasar lokal. Dua merek lain, RELIFE (Shape Pharma) dan Respifresh (Rednex Pharmaceuticals), diketahui beredar di beberapa negara bagian India, tetapi belum ada bukti keduanya diekspor.

    Ketiga perusahaan belum memberikan tanggapan atas kasus ini. WHO menyatakan masih menunggu konfirmasi resmi dari pemerintah India sebelum memutuskan apakah perlu mengeluarkan peringatan global produk medis (Global Medical Products Alert) untuk sirup Coldrif.

    Sejak 2022, kandungan ethylene glycol dan diethylene glycol yang mematikan telah ditemukan pada sirup batuk buatan India yang menewaskan anak-anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun. Kasus serupa juga terjadi di India pada 2019 dan menewaskan 12 anak.

    Kejadian berulang ini merusak reputasi India sebagai produsen obat terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume, setelah Amerika Serikat dan China. Industri farmasi India bernilai sekitar 50 miliar dolar AS, dengan lebih dari separuh pendapatannya berasal dari ekspor.

    India memasok sekitar 40 persen obat generik yang digunakan di Amerika Serikat, serta lebih dari 90 persen kebutuhan obat di banyak negara Afrika.

    Simak Video “Video BPOM soal Obat Batuk Picu Kematian di India: Tak Beredar di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)