NGO: WHO

  • 67 Juta Orang di Pengungsian hingga Daerah Konflik Alami Gangguan Kesehatan Mental

    67 Juta Orang di Pengungsian hingga Daerah Konflik Alami Gangguan Kesehatan Mental

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu memperingatkan, sekitar 67 juta orang yang tinggal di daerah konflik, bencana, atau pengungsian menderita gangguan kesehatan mental.

    Sejalan dengan itu, badan kesehatan PBB itu mendesak agar dukungan kesehatan mental diperlakukan sebagai prioritas penyelamatan jiwa dalam operasi kemanusiaan.

    “Satu dari lima orang dalam keadaan darurat hidup dengan kondisi kesehatan mental, namun dukungan kesehatan mental masih dianggap opsional dalam banyak respons,” ujar Fahmy Hanna, pejabat teknis WHO untuk kesehatan mental, dalam jumpa pers PBB di Jenewa, dilansir dari Anadolu 17 Oktober.

    Hanna mengatakan kemajuan telah dicapai, dengan mekanisme koordinasi yang kini aktif di 71 persen keadaan darurat dibandingkan dengan kurang dari setengahnya pada tahun 2019.

    Kendati demikian, Hanna menegaskan kualitas dan cakupan layanan “masih kurang.”

    Ia memperingatkan, permintaan negara untuk obat-obatan psikotropika turun 94 persen pada awal tahun 2025 karena pemotongan dana, yang menyebabkan jutaan orang kehilangan dukungan.

    “Ketika dana kemanusiaan menghilang, dampaknya langsung terasa dan sangat besar,” ujar Hanna, seraya mengimbau pemerintah, donatur, dan responden untuk mengintegrasikan dan berinvestasi dalam perawatan kesehatan mental di seluruh tahap kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan.

  • 2
                    
                        Kasus Influenza A Meningkat, Puan: Kalau Tak Ditangani, Bebani Fasilitas Kesehatan
                        Nasional

    2 Kasus Influenza A Meningkat, Puan: Kalau Tak Ditangani, Bebani Fasilitas Kesehatan Nasional

    Kasus Influenza A Meningkat, Puan: Kalau Tak Ditangani, Bebani Fasilitas Kesehatan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti lonjakan kasus Influenza A yang tengah terjadi di Indonesia.
    Menurutnya, jika tidak ditangani, peningkatan kasus ini akan membebani fasilitas kesehatan.
    “Lonjakan kasus Influenza A ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh lengah. Jika tidak ditangani serius, ini bisa membebani fasilitas kesehatan dan mengancam keselamatan masyarakat secara luas,” ujar Puan dalam siaran pers, Sabtu (18/10/2025).
    Puan mengungkapkan, peningkatan kasus bukan hanya menjadi indikator risiko kesehatan yang meningkat, tetapi juga peringatan penting agar pemerintah segera memperkuat sistem kesehatan nasional secara menyeluruh.
    Oleh karenanya, ia menegaskan pemerintah perlu memberikan respons strategis dan terintegrasi.
    “Penguatan sistem kewaspadaan dini di seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat puskesmas hingga rumah sakit, menjadi keharusan. Kita harus memastikan deteksi dan respons cepat agar penanganan dilakukan secara efektif dan tepat sasaran,” paparnya.
    Selain itu, Puan mengingatkan pentingnya edukasi kepada masyarakat mengenai protokol kesehatan yang harus terus dijaga.
    Edukasi itu meliputi perilaku hidup bersih dan sehat, memakai masker di tempat ramai, menjaga sirkulasi udara yang baik, serta melakukan vaksinasi influenza bila vaksin sudah tersedia.
    Ia pun meminta pemerintah memastikan ketersediaan obat-obatan dan fasilitas pelayanan kesehatan memadai, terutama di daerah padat penduduk.
    Terlebih, anak kecil dan lansia dilaporkan menjadi kelompok paling rentan terhadap infeksi berat akibat influenza A.
    “Maka sistem kesehatan nasional harus diperkuat agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat saat terinfeksi penyakit,” tegasnya.
    Sebagai informasi, Kemenkes mengingatkan potensi lonjakan kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang kini mulai mendominasi di kawasan Asia Tenggara.
    Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui sistem FluNet, Kemenkes menyatakan sebagian besar kasus influenza di Indonesia terkait dengan varian H3N2.
    Namun, hingga saat ini belum ada rincian spesifik mengenai wilayah di Indonesia yang mencatat jumlah kasus tertinggi.
    Tren peningkatan kasus influenza A juga terlihat di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand yang didominasi virus influenza tipe A.
    Kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2 kini dilaporkan mendominasi di kawasan Asia Tenggara.
    Salah satu lonjakan terbesar terjadi di Thailand, dengan 61 kematian dari 702.308 kasus sejak 1 Januari hingga 8 Oktober 2025.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mencekam! Kesurupan Massal Pegawai Pabrik Konveksi di Bogor, Gara-gara Pohon Tumbang

    Mencekam! Kesurupan Massal Pegawai Pabrik Konveksi di Bogor, Gara-gara Pohon Tumbang

    GELORA.CO –  Fenomena kesurupan massal terjadi di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

    Mereka yang kerasukan adalah para pegawai dari pabrik konveksi yang berada di wilayah itu.

    Kejadian terjadi pada malam hari setelah hujan badai besar melanda pada Kamis (16/10/2025).

    Situasi tambah mencekam karena saat itu listrik padam.

    Disebut-sebut, penyebab kesurupan itu karena baru saja ada pohon tumbang akibat hujan badai.

    Video kesurupan massal para pegawai ini telah beredar di media sosial.

    Dalam video yang tersebar di TikTok, para pegawai meronta-ronta seperti menangis dan menjerit histeris.

    Mereka yang tidak kesurupan kebingungan untuk menolongnya karena memang banyak sekali korbannya.

    Terdengar berkali-kali suara istighfar yang melihat korban kesurupan sedang menangis.

    Jeritan histeris dari sejumlah karyawan pabrik yang mayoritas wanita terdengar saling bersahutan.

    Bahkan, juga terdengar karyawan yang justru tertawa melengking.

    Beberapa karyawan lain yang masih sadar terlihat berusaha untuk menenangkan rekannya.

    Terpisah, Kapolsek Cibungbulang Kompol Heri Hermawan mengatakan peristiwa itu terjadi saat kondisi cuaca hujan pada hari itu.

    “Malam, pada saat hujan. Enggak ada yang luka, kesurupan saja, ba’da (setelah) Isya,” kata Heri kepada wartawan, Jumat (17/10/2025), melansir dari Kompas.com.

    Ketika itu, hujan yang mengguyur juga disertai angin kencang, membuat sebuah pohon di sekitar pabrik tumbang.

    Dari situ, karyawan pabrik mulai mengalami kesurupan massal.

    “Pohon tumbang, setelah itu pada kesurupan,” ungkapnya.

    Selanjutnya, kejadian itu langsung ditangani oleh warga sekitar dengan memanggil orang pintar untuk mengatasi karyawan yang kesurupan.

    “Sama warga yang ‘pinter’ dipanggil. Sudah aman, sudah enggak kesurupan lagi, malam saja,” tuturnya.

    Di Indonesia, fenomena kesurupan cukup banyak terjadi. Kerap fenomena ini dikaitkan dengan hal-hal mistis atau gaib. 

    Namun, bagaimana ya pandangan dunia medis tentang fenomena kesurupan?

    Melansir dari laman AloDokter, fenomena kesurupan sering juga disebut dengan kerasukan atau kemasukan setan.

    Dipercaya, seseorang bisa kesurupan karena tubuhnya dirasuki atau dikendalikan oleh hal-hal gaib, seperti roh atau hantu.

    Padahal, menurut medis, kesurupan tergolong salah satu jenis gangguan mental yang disebut possession trance disorder.

    Possession trance disorder termasuk ke dalam kategori gangguan disosiatif, yakni kategori gangguan mental yang ditandai dengan hilangnya sebagian atau seluruh integrasi akan pikiran, memori, identitas diri, kontrol gerakan tubuh, serta lingkungan sekitar.

    Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), possession trance disorder merupakan gangguan yang terjadi ketika seseorang kehilangan identitas pribadi dan kesadaran akan lingkungannya secara sementara.

    Umumnya, orang yang mengalami possession trance disorder menunjukkan gejala atau tanda seperti berikut:

    – Kehilangan kendali atas tindakan yang dilakukannya

    – Kehilangan kesadaran terhadap lingkungan sekitar

    – Kehilangan memori atau ingatan

    – Kehilangan identitas pribadi

    – Kesulitan berkonsentrasi

    – Kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi

    – Perubahan nada suara

    – Perubahan perilaku

    – Keyakinan yang kuat bahwa terjadi perubahan penampilan tubuh

    Hingga kini, penyebab possession trance disorder belum diketahui secara pasti. 

    Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa memengaruhi berkembangnya gangguan mental ini, yaitu:

    – Faktor genetik atau keturunan

    – Faktor lingkungan dan budaya yang memengaruhi pembentukan watak dan kepribadian seseorang

    – Stres psikososial, seperti kesulitan ekonomi, kematian kerabat dekat, serta konflik agama atau budaya

    – Peristiwa traumatis di masa lalu, terutama pada masa anak-anak, misalnya mengalami kekerasan seksual, terlibat dalam perang, atau menyaksikan tindakan bunuh diri

    – Hysteria

    Mengingat kondisi possession trance disorder sering dikaitakan dengan agama, budaya, dan lingkungan, maka untuk mendiagnosis kondisi ini, psikolog atau psikiater tidak akan hanya memeriksa kondisi psikis dan fisik pasien saja, tapi juga latar belakang lingkungan dan budaya di mana pasien dibesarkan.

    Seseorang baru bisa didiagnosis mengalami possession trance disorder jika ia mengalami gejala-gejala di atas tanpa disengaja, terjadi di luar praktik keagamaan dan budaya, serta tidak dipengaruhi oleh kondisi medis tertentu, seperti cedera otak, epilepsi, dan efek zat psikoaktif apa pun.

    Nah, apabila pasien memang benar didiagnosis menderita possession trance disorder, umumnya kondisi tersebut akan ditangani dengan kombinasi psikoterapi dan konsumsi obat-obatan.

    Hingga saat ini, kaitan antara fenomena kesurupan dan gangguan mental masih terus dikaji dan diteiti lebih lanjut.

    Jadi, apabila kamu mengenal seseorang yang menunjukkan gejala-gejala possession trace disorder seperti di atas, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, ya.

  • Gencatan Senjata Gaza Terancam, Israel Tiba-Tiba Ngamuk & Ancam Hamas

    Gencatan Senjata Gaza Terancam, Israel Tiba-Tiba Ngamuk & Ancam Hamas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang ditengahi AS berada di bawah tekanan besar. Ini terjadi setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali tekadnya untuk “mengamankan pembebasan semua sandera.

    Mengutip AFP, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz memperingatkan militer akan “melanjutkan pertempuran” jika Hamas gagal memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang tewas. “Hamas melanggar ketentuan perjanjian. Kami bisa saja kembali berperang di Gaza,” ujarnya dikutip Times of Israel, dikutip Jumat (17/10/2025).

    Ancaman Israel ini muncul setelah Hamas, meskipun menyatakan komitmennya pada perjanjian, kesulitan untuk menyerahkan semua jasad sandera yang tersisa. Hamas mengatakan proses penyerahan jasad “mungkin membutuhkan waktu”.

    Kelompok itu menjelaskan bahwa beberapa jenazah korban tewas terkubur di terowongan yang hancur akibat pendudukan. Sementara yang lain berada di bawah puing-puing bangunan yang dibom dan dihancurkan.

    Di bawah perjanjian gencatan senjata yang dipelopori oleh Presiden AS Donald Trump, Hamas telah membebaskan 20 sandera yang selamat dan mengembalikan jasad sembilan sandera yang diketahui meninggal. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina dari penjara dan menghentikan kampanye militer di Gaza yang dilancarkan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Sejauh ini, masih ada 19 jasad sandera yang belum ditemukan, terkubur di bawah reruntuhan di samping sejumlah besar warga Palestina. Turki telah mengerahkan puluhan spesialis bantuan bencana untuk membantu pencarian jasad, sebagai respons terhadap permintaan bantuan dari Hamas untuk menemukan jenazah sandera yang terkubur.

    Di sisi lain, keluarga sandera Israel yang tewas marah atas ketidakmampuan Hamas menyerahkan sisa-sisa jasad orang yang mereka cintai.”Kami menuntut agar Israel segera menghentikan implementasi setiap tahap perjanjian lebih lanjut selama Hamas terus secara terang-terangan melanggar kewajibannya,” ujar salah satu asosiasi keluarga sandera kepada AFP.

    Presiden Trump sendiri, yang semula menyerukan kesabaran, menyatakan frustrasinya dengan perilaku kelompok itu sejak pertempuran dihentikan. Trump sebelumnya bersikeras Hamas “benar-benar sedang menggali” untuk menemukan jasad sandera.

    Namun, ia kemudian mengeluarkan ancaman di Truth Social, merujuk pada penembakan warga sipil Palestina baru-baru ini. Ia menuding Hamas dibalik aksi itu.

    “Jika Hamas terus membunuh orang di Gaza, yang bukan merupakan Kesepakatan, kami tidak punya pilihan selain masuk dan membunuh mereka,” klaimnya. 

    Perang telah menciptakan bencana kemanusiaan di Gaza, dengan PBB mendeklarasikan kelaparan pada Agustus. Serangan Israel menyebabkan 67.000 warga Gaza tewas.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa penyakit menular “lepas kendali” (spiralling out of control) mewabah di sana. Hanya 13 dari 36 rumah sakit di wilayah itu yang berfungsi sebagian.

    “Baik meningitis, diare, penyakit pernapasan, kita berbicara tentang pekerjaan yang sangat besar,” kata Direktur Regional WHO untuk Kesehatan PBB, Hanan Balkhy, kepada AFP di Kairo.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dinkes DKI Ungkap Tren Kasus COVID-19, Ada Kenaikan?

    Dinkes DKI Ungkap Tren Kasus COVID-19, Ada Kenaikan?

    Jakarta

    Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta memastikan lonjakan kasus batuk dan pilek yang belakangan banyak dikeluhkan tidak terkait peningkatan kasus COVID-19.

    Berdasarkan data pemantauan COVID-19 DKI Jakarta periode Januari hingga Oktober 2025, jumlah kasus konfirmasi positif justru menunjukkan tren penurunan signifikan.

    Data Kasus COVID-19

    Kepala Dinkes DKI Ani Ruspitawati mengonfirmasi jumlah kasus COVID-19 tertinggi terjadi pada Januari 2025 dengan 25 kasus, kemudian menurun pada bulan-bulan berikutnya. Peningkatan kecil sempat terjadi pada Juni (18 kasus) dan Juli (14 kasus), tetapi setelah itu tren terus menurun.

    “Pada Agustus tercatat hanya 10 kasus, turun menjadi 3 kasus pada September, dan tidak ditemukan kasus baru selama periode 1-7 Oktober 2025,” beber Ani, kepada detikcom Jumat (17/10/2025).

    Positivity rate juga menunjukkan angka yang relatif aman, berfluktuasi antara 0,43 persen hingga 4,65 persen, bahkan menurun dalam dua bulan terakhir. Angka tersebut masih jauh di bawah batas aman WHO 5 persen, yang berarti penularan COVID-19 di Jakarta masih terkendali dan dapat ditangani oleh fasilitas kesehatan.

    Dinkes menegaskan keluhan batuk, pilek, atau flu yang tidak kunjung sembuh kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akibat perubahan cuaca, polusi udara, atau penurunan daya tahan tubuh, bukan oleh virus COVID-19.

    “Gejala flu yang berulang sering kali muncul pada masa peralihan musim dan bukan merupakan indikasi adanya lonjakan kasus COVID-19 baru,” jelas Ani.

    Meski kasus COVID-19 terkendali, Dinkes DKI mengingatkan untuk tetap waspada terhadap berbagai penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan.

    Sebagai langkah pencegahan, masyarakat diminta untuk meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain:

    Mencuci tangan dengan sabun secara rutinMenggunakan masker saat berada di kerumunan atau transportasi umumMenghindari paparan asap rokokMengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga teraturSegera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala pernapasan berkepanjanganAni menegaskan pihaknya terus menjaga transparansi data dan edukasi kesehatan masyarakat.

    “Kami selalu berpegang pada pendekatan berbasis data untuk memastikan setiap kebijakan diarahkan langsung pada perlindungan kesehatan warga,” tegas Ani.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Dinkes DKI Jakarta Ungkap Penyakit yang Jadi Tantangan Saat Ini”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

    Dihantui Penyakit Mirip COVID

    10 Konten

    Dinas Kesehatan DKI mencatat tren peningkatan penyakit dengan keluhan mirip COVID-19, yakni batuk yang tidak sembuh-sembuh. Sementara itu, COVID-19 justru mengalami penurunan. Lalu penyakit apa yang lagi ngegas saat ini?

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kemenkes Ingatkan RI Dibayangi Kenaikan Influenza A, Mulai Ngegas di Asia Tenggara

    Kemenkes Ingatkan RI Dibayangi Kenaikan Influenza A, Mulai Ngegas di Asia Tenggara

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan kemungkinan meningkatnya kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang kini dilaporkan mendominasi di kawasan Asia Tenggara.

    Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) FluNet, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman mengatakan kasus terbanyak paparan influenza di Indonesia juga dilaporkan berkaitan dengan varian influenza A (H3N2).

    “Dari data WHO terbanyak influenza A (H3),” ujar Aji, saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (16/10/2025).

    Namun, ia belum dapat merinci wilayah mana saja di Indonesia yang mencatat jumlah kasus tertinggi.

    Menurut Dicky, praktisi global health security, peneliti sekaligus pakar epidemiologi, tren kasus influenza A memang mulai dominan di beberapa negara.

    “Secara regional Asia Tenggara bahkan global, tahun ini influenza A, khususnya subtipe A H3N2 dilaporkan dominan di beberapa zona dan berkontribusi besar terhadap peningkatan kasus,” beber Dicky saat dihubungi terpisah.

    Ia menjelaskan WHO memang mencatat peningkatan aktivitas influenza A H3N2 di beberapa wilayah Asia Selatan termasuk Asia Tenggara. Salah satu lonjakan terbesar terjadi di Thailand, dengan 61 kematian dari 702.308 kasus sejak 1 Januari hingga 8 Oktober 2025.

    “Ini menunjukkan gelombang nyata di kawasan ASEAN,” tambahnya.

    Rawat Inap Lebih Lama dan Risiko Komplikasi

    Dicky menyebut, sejumlah studi klinis menunjukkan influenza A menjadi penyebab dominan pasien dewasa dirawat karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dengan rata-rata lama rawat inap 9 hingga 10 hari, lebih panjang dibandingkan paparan virus lain.

    “Ini mendukung pengamatan bahwa pada gelombang tertentu, flu A bisa menimbulkan beban rumah sakit yang besar, jadi harus waspada,” jelasnya.

    Meski begitu, Dicky menekankan distribusi subtipe flu relatif berbeda di setiap waktu.

    “Dominasi flu A H3N2 bersifat spasial dan temporal, tidak otomatis semua negara memiliki pola yang sama,” katanya.

    Karena itu, data lokal dan sistem sentinel perlu terus dimonitor untuk memastikan pola penularan di Indonesia. Ia menambahkan, mayoritas kasus flu akan sembuh dalam 1 hingga 2 minggu, tetapi pasien dengan influenza A cenderung mengalami demam lebih lama, batuk berkepanjangan, dan komplikasi seperti pneumonia sekunder yang membuat masa rawat inap lebih panjang.

    Dicky menuturkan, anak kecil dan lansia merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi berat akibat influenza A. Selain karena imunitas tubuh yang rendah, faktor lain seperti varian baru, ketidaksesuaian vaksin, atau infeksi ganda dengan COVID-19 juga dapat memperparah kondisi pasien.

    “Flu A menyebabkan lebih banyak rawat inap dengan durasi lebih lama karena komplikasi pneumonia sekunder, eksaserbasi asma, atau efek batuk berkepanjangan,” paparnya.

    Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, musim influenza tahun ini bahkan disebut memiliki beban rumah sakit yang tinggi dengan potensi kematian lebih besar dibandingkan musim flu sebelumnya.

    Menghadapi tren ini, Dicky mengingatkan pentingnya langkah pencegahan sederhana, mulai dari vaksinasi flu musiman hingga menjaga kebersihan diri.

    “Kelompok berisiko tinggi harus divaksinasi flu. Gejala berat yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi dan sesak napas,” ujarnya.

    Ia juga menekankan vaksinasi flu musiman, mencuci tangan, isolasi saat sakit, serta memakai masker di tempat padat tetap menjadi langkah efektif untuk menekan penularan.

    “Untuk masyarakat, bila mengalami demam, batuk, pilek, sebaiknya istirahat di rumah, minum air hangat, dan konsumsi obat pereda demam sesuai anjuran. Jangan berangkat sekolah atau kerja dulu satu-dua hari,” imbaunya.

    Dicky juga menyarankan vaksinasi flu bagi ibu hamil, anak di bawah 5 tahun, lansia di atas 50 tahun, orang dengan penyakit kronis, serta mereka yang sering bepergian.

    Meskipun mayoritas kasus influenza A dapat sembuh tanpa komplikasi, gelombang besar seperti yang terjadi di Thailand menjadi peringatan bagi Indonesia untuk memperkuat sistem surveilans dan kesiapsiagaan fasilitas kesehatan.

    “Dalam menghadapi lonjakan kekhawatiran ini, penting untuk memastikan data lokal diperbarui secara rutin dan fasilitas kesehatan siap menghadapi potensi peningkatan pasien influenza A,” kata Dicky.

  • Israel Serang Gaza Meski Ada Gencatan Senjata, 3 Orang Tewas

    Israel Serang Gaza Meski Ada Gencatan Senjata, 3 Orang Tewas

    Gaza

    Israel melakukan serangan di Gaza, Palestina, meski ada gencatan senjata. Serangan itu menyebabkan tiga orang tewas.

    Dilansir Al-Jazeera, Kamis (16/10/2025), Kompleks Medis Nasser menyebut dua orang tewas dalam serangan Israel. Satu orang tewas setelah sebuah bom dijatuhkan oleh pesawat nirawak Israel di daerah Bani Suheila, Khan Younis, pagi waktu setempat.

    Seorang lainnya tewas akibat luka-lukanya setelah ditembak dua hari sebelumnya di dekat Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Kota Gaza. Seorang warga Palestina lainnya tewas akibat tembakan tentara Israel di kamp pengungsi Bureij timur, di Jalur Gaza tengah.

    Israel dan Hamas telah menyepakati gencatan senjata yang dimulai sejak Jumat (10/10). Hamas telah melepaskan 20 sandera yang masih hidup, dan Israel telah membebaskan sekitar 1.900 orang Palestina yang ditahan.

    Israel sendiri masih menuntut Hamas menyerahkan seluruh jenazah sandera. Namun, Sejauh ini, Hamas baru menyerahkan sembilan jenazah ke Israel.

    Dari jumlah itu, satu jenazah disebut Israel bukan sandera yang tewas. Sementara, dua lagi sudah teridentifikasi sebagai sandera yang tewas.

    Tonton juga video “WHO Kirim Pasokan Medis dan Tim Bedah ke Gaza” di sini:

    (haf/haf)

  • Kunjungi industri farmasi, WHO dorong kolaborasi penguatan fitofarmaka

    Kunjungi industri farmasi, WHO dorong kolaborasi penguatan fitofarmaka

    Jakarta (ANTARA) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan kunjungan ke fasilitas manufaktur farmasi di Indonesia, dan mendorong kolaborasi antara industri, pemerintah dan lembaga internasional dalam pengembangan obat berbahan herbal (fitofarmaka) di Tanah Air.

    Kunjungan Delegasi WHO itu dilakukan ke fasilitas Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), Bekasi, Jawa Barat, Kamis, dengan tujuan untuk meninjau langsung penerapan riset farmasi berbasis biodiversitas Indonesia untuk pengembangan Obat Modern Alami Integratif (OMAI).

    “Ini adalah sebuah inisiatif di mana regulator dan pelaku industri berkolaborasi. Kami berharap kolaborasi lintas sektor antara berbagai bidang dan pemerintah di negara-negara anggota dapat semakin ditingkatkan,” kata WHO-IRCH Secretariat Pradeep Dua.

    Disampaikan dia, selama kunjungan, para delegasi meninjau fasilitas laboratorium bioteknologi, pusat ekstraksi bahan alam, serta area pengembangan OMAI. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan mampu mendorong Indonesia menjadi pusat riset biodiversitas farmasi tropis yang diakui dunia.

    Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Pradeep Dua menekankan pentingnya pengembangan fitofarmaka yang memenuhi standar global. WHO menilai pengembangan obat berbasis biodiversitas yang dilakukan industri farmasi Indonesia sejalan dengan strategi WHO dalam pengembangan obat bahan alam yang komplementer dan integratif.

    Lebih lanjut, Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Dian Putri Anggraweni menyampaikan bahwa inovasi yang dilakukan perusahaan menjadi contoh pengembangan obat bahan alam Indonesia menjadi produk berkelas global.

    Hal ini yang sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ekosistem riset obat bahan alam dan fitofarmaka nasional.

    Director of Business Development and Scientific Affairs PT Dexa Medica Raymond Tjandrawinata menyatakan pihaknya mengintegrasikan teknologi 4.0 dalam setiap tahapan riset dan pengembangan produk, mulai dari penemuan bahan aktif berbasis Tandem Chemistry Bioassay System (T-CEBS) hingga pemantauan kualitas dari produk setelah diproduksi.

    Adapun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan penggunaan fitofarmaka berpotensi membuat layanan kesehatan di Tanah Air menjadi lebih terjangkau sekaligus aman.

    “Penggunaan fitofarmaka membuka peluang bagi layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan aman, sekaligus mendukung industri herbal dalam negeri yang berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita di Jakarta, Jumat (4/10).

    Dirinya mengatakan guna mewujudkan hal tersebut, pihaknya mendorong pemanfaatan obat berbahan alam yang telah teruji secara klinis di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di seluruh Indonesia, serta menargetkan peningkatan penggunaan fitofarmaka dalam layanan kesehatan nasional.

    Kemenperin mencatat, saat ini terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, seperti Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA).

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Video: WHO Kirim Pasokan Medis dan Tim Bedah ke Gaza

    Video: WHO Kirim Pasokan Medis dan Tim Bedah ke Gaza

    Video: WHO Kirim Pasokan Medis dan Tim Bedah ke Gaza

  • Maldives Jadi Negara Pertama Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak

    Maldives Jadi Negara Pertama Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memvalidasi Maldives dalam upaya mengeliminasi penularan hepatitis B dari ibu ke anak. Negara tersebut juga mempertahankan capaian dari 2019, yakni untuk eliminasi penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak.

    Dengan demikian, Maldives menjadi negara pertama di dunia yang berhasil melakukan ‘eliminasi tiga kali lipat’, untuk penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak. WHO mengaku sangat mengapresiasi hal yang dilakukan Maldives tersebut untuk semakin mensejahterakan kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak.

    “Maldives telah menunjukkan bahwa dengan kemauan politik yang kuat dan investasi berkelanjutan dalam kesehatan ibu dan anak, eliminasi penularan penyakit mematikan ini dari ibu ke anak, beserta penderitaan yang ditimbulkannya adalah mungkin,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari laman WHO, pada Rabu, 15 Oktober 2025.

    Tedros mengatakan bahwa capaian Maldives tersebut memberikan harapan untuk negara lainnya untuk bekerja keras mencapai tujuan yang sama.

    “Tonggak bersejarah ini memberikan harapan dan inspirasi bagi negara-negara di seluruh dunia yang bekerja menuju tujuan yang sama,” tambahnya.

    Selama bertahun-tahun, Maldives telah membangun pendekatan terpadu dan komprehensif terkait kesehatan ibu dan anak. Lebih dari 95% ibu hamil menerima perawatan antenatal, dengan tes HIV, sifilis, dan hepatitis B yang hampir universal.

    Negara ini juga memiliki sistem imunisasi yang kuat, dengan lebih dari 95 persen bayi baru lahir secara konsisten menerima dosis hepatitis B tepat waktu dan cakupan vaksin penuh, melindungi bayi dari infeksi seumur hidup. Hasilnya, tidak ada bayi yang lahir dengan HIV atau sifilis pada tahun 2022 dan 2023, sementara survei nasional tahun 2023 mengonfirmasi nol hepatitis B di antara anak-anak (kelas satu sekolah), yang mana angka ini melampaui target eliminasi.

    Pencapaian Maldives tersebut didukung oleh cakupan kesehatan universal, yang menjamin perawatan antenatal, vaksin, dan layanan diagnostik gratis bagi semua penduduk. Hal ini juga mencerminkan kemitraan yang kuat antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan swasta, masyarakat sipil, dan mitra internasional, yang bekerja sama dalam penyaringan, layanan, penjangkauan, dan dukungan teknis.

    “Tercapainya eliminasi tiga penyakit bukan hanya sebuah tonggak sejarah bagi sektor kesehatan kita, tetapi juga sebuah janji pemerintah kepada rakyat kita bahwa kita akan terus berinvestasi dalam layanan kesehatan yang tangguh, adil dan berkualitas tinggi yang tidak meninggalkan siapa pun,” pungkas Menteri Kesehatan Maldives, Y.M. Abdulla Nazim Ibrahim.