NGO: WHO

  • WHO Diberi Israel 24 Jam Pindahkan Pasokan Medis dari Gaza Selatan

    WHO Diberi Israel 24 Jam Pindahkan Pasokan Medis dari Gaza Selatan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendapatkan pesan dari militer Israel untuk segera memindahkan pasokan dari dua gudang medisnya di Gaza selatan.

    Dalam unggahan di media sosial, Ketua WHO tersebut mengungkapkan hal tersebut diminta Israel untuk dilakukan dalam waktu 24 jam.

    “Hari ini WHO mendapatkan pesan dari militer Israel (IDF) bahwa kami harus memindahkan pasokan dari gudang medis kami di GAza selatan dalam 24 jam, karena serangan darat akan dilakukan,” ungkap Tedros di Twitter atau X pada Senin (4/12) waktu setempat.

    Menanggapi hal tersebut, Tedros mengimbau Israel untuk mencabut perintah tersebut dan harus memastikan keselamatan warga sipil.

    “Kami mengimbau #Israel untuk mencabut perintah tersebut, dan mengambil segala tindakan yang mungkin untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan.”

    Pada hari yang sama, Al Jazeera memberitakan serangan udara Israel menghantam sekitar Rumah Sakit Kamal Adwan, yang terletak di utara Jalur Gaza. Serangan itu membuat pecahan peluru ke arah pengungsi yang mencari perlindungan di sana.

    Berdasarkan foto yang disediakan oleh koresponden Al Jazeera Arab Anas al-Sharif tampak lingkungan sekitar rumah sakit setelah serangan tersebut.

    Tak hanya itu, militer Israel juga menembaki sekitar Rumah Sakit al-Amal, yang dikelola oleh Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) di Khan Younis di Jalur Gaza selatan.

    [Gambas:Twitter]

    [Gambas:Twitter]

    Sebelumnya, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan pasukannya terlibat baku tembak sengit dengan pejuang Hamas di bagian utara wilayah tersebut.

    Selain itu, menteri pertahanan Israel mengatakan operasi darat meluas ke bagian selatan wilayah Gaza, dan kekuatan yang akan digunakan militer bahkan akan menjadi “lebih buruk” dibandingkan di utara Gaza.

    (tim/chri)

  • RS di Beijing Penuh Pasien Anak-anak, Ada Apa?

    RS di Beijing Penuh Pasien Anak-anak, Ada Apa?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Rumah sakit di Beijing dan China wilayah utara tengah menghadapi lonjakan jumlah pasien anak-anak yang menderita penyakit pernafasan.

    Peristiwa ini bersamaan dengan musim dingin pertama di negara tersebut sejak tak lagi ada pembatasan kegiatan terhadap Covid-19.

    Para pasien harus menunggu berjam-jam untuk menemui dokter, dengan ratusan pasien mengantre di beberapa rumah sakit anak-anak di kota-kota besar di wilayah utara, demikian laporan CNN. 

    Pada Selasa lalu, seorang pejabat di Rumah Sakit Anak Beijing mengatakan kepada media pemerintah bahwa ada rata-rata lebih dari 7.000 pasien setiap hari saat ini, dan “jauh melebihi kapasitas rumah sakit.”

    Rumah sakit anak terbesar di dekat Tianjin itu bahkan memecahkan rekor pada Sabtu (25/11) ini dengan menerima lebih dari 13 ribu anak di unit rawat jalan dan gawat darurat.

    Ketika pasien menelepon untuk membuat slot janji temu di Rumah Sakit Persahabatan Beijing pada hari Kamis, seorang anggota staf mengatakan bahwa perlu waktu seharian untuk menemui dokter anak.

    “Saat ini, kami punya banyak anak di sini. Mereka yang membuat janji darurat kemarin masih belum bisa bertemu dokter pagi ini,” kata anggota staf tersebut.

    Pejabat kesehatan di Beijing dan kota-kota besar lainnya di China utara mengatakan penyakit musiman yang khas, termasuk influenza dan virus pernapasan syncytial (RSV), serta pneumonia mikroplasma (infeksi bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi ringan dan umumnya menyerang anak-anak) menjadi penyebab utama penyakit ini.

    Lonjakan kasus di China utara ini juga terjadi di tengah meningkatnya jumlah kasus infeksi saluran pernapasan musiman di belahan bumi utara, termasuk di Amerika Serikat.

    Di AS, RSV menyebar pada tingkat yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di kalangan anak-anak.

    Namun situasi di China menimbulkan kekhawatiran global setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Rabu meminta pemerintah China untuk memberikan lebih banyak informasi mengenai peningkatan penyakit pernafasan dan melaporkan kelompok pneumonia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak.

    Namun, setelah berbicara dengan pejabat kesehatan dan rumah sakit China pada Kamis, WHO mengatakan data menunjukkan peningkatan kasus adalah akibat pneumonia mikroplasma pada bulan Mei, sementara pada Oktober disebabkan penyakit musiman umum RSV, adenovirus, dan virus influenza.

    “Beberapa dari peningkatan ini terjadi lebih awal dibandingkan yang pernah terjadi sebelumnya, tapi bukan hal yang tidak terduga, mengingat pencabutan pembatasan akibat Covid-19, seperti yang dialami negara-negara lain,” kata WHO.

    WHO juga menyatakan bahwa pemerintah China mengatakan “tidak ada deteksi patogen yang tidak biasa atau baru.”

    (vws/vws)

    [Gambas:Video CNN]

  • 15 RS di Gaza Tidak Berfungsi Akibat Serangan dan Kurang Bahan Bakar

    15 RS di Gaza Tidak Berfungsi Akibat Serangan dan Kurang Bahan Bakar

    Jakarta

    Rumah sakit di Gaza terus menjadi sasaran serangan Israel. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan terdapat 15 rumah sakit yang kini tidak lagi berfungsi.

    Dilansir BBC, Rabu (8/11/2023) Direktur WHO untuk Mediterania Timur, Dr Ahmed Al-Mandhari, mengatakan total terdapat 35 rumah sakit di Gaza. Namun sekitar 15 rumah sakit di Gaza tidak lagi berfungsi.

    Dia mengatakan rumah sakit tersebut tidak dapat beroperasi karena diserang oleh Israel. Selain itu, adapula rumah sakit yang tidak dapat beroperasi lantara kekurangan bahan bakar.

    “Serangan langsung dan kekurangan bahan bakar,” ujarnya.

    “(Dalam) dua hari terakhir banyak yang menutup layanannya karena tidak ada bahan bakar,” tuturnya.

    Sementara rumah sakit lain yang tersisa di Jalur Gaza disebut masih berfungsi sebagian.

    “Rumah sakit lain yang tersisa… masih berfungsi sebagian,” katanya kepada BBC News.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Netanyahu Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Ogah Menyerah pada Hamas

    Netanyahu Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Ogah Menyerah pada Hamas

    Jakarta

    Pasukan darat Israel mengepung Jalur Gaza dan serangan udara menghantam wilayah Palestina. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas tidak akan terjadi.

    Dilansir AFP, Selasa (31/10/2023), Netanyahu berbicara kepada jurnalis asing setelah mengatakan kepada kabinet perangnya bahwa pasukan Israel membuat ‘kemajuan sistematis’ melawan kelompok Hamas dalam menanggapi serangan 7 Oktober.

    Operasi militer Israel yang semakin intensif meningkatkan ketakutan terhadap 2,4 juta penduduk Gaza, di mana kementerian kesehatan yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 8.300 orang telah terbunuh.

    “Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan bagi Israel untuk menyerah kepada Hamas, untuk menyerah kepada terorisme…ini tidak akan terjadi,” katanya, seraya bersumpah bahwa Israel akan berjuang sampai pertempuran ini dimenangkan.

    Militer Israel mengatakan seorang tentara wanita dibebaskan dari penawanan setelah operasi di wilayah yang dikuasai Hamas.

    “Ori Megidish dibebaskan dalam operasi darat,” kata tentara, seraya menambahkan bahwa dia telah diperiksa secara medis dan kondisinya baik-baik saja. Kantor Netanyahu menerbitkan foto dirinya dikelilingi oleh anggota keluarga.

    Pemimpin Israel mengatakan masyarakat internasional harus menuntut para tawanan yang tersisa di Gaza segera dibebaskan, tanpa syarat.

    Banyak rumah sakit di Gaza terkena dampaknya dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa pasien tidak dapat dipindahkan dengan aman keluar dari zona perang.

    Lihat Video: Situasi di Gaza Buruk, Jokowi Dorong Gencatan Senjata Disegerakan

    (rfs/rfs)

  • WHO Desak Hamas Bebaskan Semua Sandera karena Alasan Kesehatan

    WHO Desak Hamas Bebaskan Semua Sandera karena Alasan Kesehatan

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Hamas untuk memberikan bukti bahwa para sandera yang ditahannya masih hidup. WHO juga mendesak Hamas membebaskan mereka semua karena alasan kesehatan.

    WHO mengatakan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) harus segera diberi akses medis untuk memastikan status kesehatan mereka, dan siap memberikan ICRC dukungan kesehatan apa pun yang diperlukan bagi para sandera.

    Israel telah melakukan serangan udara terus menerus di Gaza sejak 7 Oktober lalu, ketika orang-orang bersenjata Hamas melintasi perbatasan dan menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 222 lainnya.

    Sejauh ini, lebih dari 6.500 warga Palestina dilaporkan telah tewas, sebagian besar warga sipil, akibat serangan udara Israel tersebut. Ada kekhawatiran jumlah korban akan bertambah jika Israel melakukan serangan darat, dalam upaya untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan para sandera.

    WHO mengatakan pihaknya “sangat prihatin” terhadap kesehatan para sandera, termasuk petugas kesehatan dan hingga 30 anak-anak.

    “Ada kebutuhan mendesak bagi para penyandera untuk memberikan tanda-tanda kehidupan, bukti penyediaan layanan kesehatan dan pembebasan segera, atas dasar kemanusiaan dan kesehatan, semua orang yang diculik,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (26/10/2023).

    Dia telah mengadakan pembicaraan pada hari Rabu (25/10) waktu setempat dengan Forum Sandera dan Keluarga Hilang, sebuah organisasi non-pemerintah Israel yang mewakili keluarga mereka yang diculik.

  • Ratusan Tewas Akibat Ledakan RS Gaza, Israel-Hamas Tolak Tanggung Jawab

    Ratusan Tewas Akibat Ledakan RS Gaza, Israel-Hamas Tolak Tanggung Jawab

    Jakarta

    Sedikitnya 500 orang dikhawatirkan tewas setelah ledakan besar di sebuah rumah sakit di Kota Gaza, tempat warga Palestina yang terluka dalam perang Israel-Hamas dirawat.

    Kelompok Hamas – pihak berwenang di Gaza – mengatakan 500 orang tewas dalam ledakan di rumah sakit Al Ahli. Hamas menyalahkan Israel, yang pada gilirannya menyalahkan kelompok milisi Jihad Islam Palestina.

    BBC berbicara dengan seorang dokter di rumah sakit yang didanai oleh Gereja Anglikan tersebut yang mengatakan bahwa terjadi kehancuran total dan ratusan orang tewas atau terluka akibat ledakan tersebut.

    Hamas menyalahkan serangan udara Israel dan menggambarkannya sebagai “kejahatan perang”, sementara Israel membantah militernya terlibat dan mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina.

    Jihad Islam, kelompok milisi terbesar kedua di Jalur Gaza, membantah bertanggung jawab

    Insiden itu terjadi tidak lama setelah PBB mengatakan sebuah sekolah yang menampung ribuan orang di Gaza tengah juga terkena serangan, menewaskan sedikitnya enam orang.

    Ada juga protes di kota Ramallah, Tepi Barat pada Selasa (17/10) malam. Para demonstran yang menentang Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bentrok dengan pasukan keamanan yang merespons dengan menembakkan gas air mata.

    Reuters Warga yang terluka mendapat pertolongan pertama setelah serangan udara Israel menghantam Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza pada 17 Oktober 2023. Getty ImagesOrang-orang berkumpul di sekitar jasad warga Palestina yang tewas dalam serangan di rumah sakit Al Ahli di Gaza tengah pada 17 Oktober 2023.

    Sebelumnya, Amerika Serikat, Israel dan Mesir disebut telah menyetujui gencatan senjata di Gaza selatan bertepatan dengan pembukaan kembali perbatasan Rafah, namun hal ini kemudian dibantah Israel.

    Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Kolonel Richard Hecht mengatakan kepada BBC bahwa, “tidak ada gencatan senjata yang disepakati”.

    Israel menyangkal laporan gencatan senjata yang mengizinkan “orang asing keluar” dari Gaza selatan dan “bantuan kemanusiaan masuk”, setengah jam setelah sumber keamanan di Mesir mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa gencatan senjata telah disepakati.

    Kerumunan orang yang ingin meninggalkan Gaza sudah berkumpul di perbatasan Rafah, setelah laporan sebelumnya menyatakan bahwa perbatasan tersebut dapat dibuka kembali untuk sementara.

    Pembukaan kembali jalur penyeberangan Gaza-Mesir akan memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan masuk ke wilayah tersebut, dan beberapa orang asing dapat meninggalkan wilayah tersebut.

    Namun hingga saat ini perbatasan masih ditutup.

    Rafah, yang berada di perbatasan antara Semenanjung Sinai Mesir dan Gaza yang dikuasai Hamas, adalah satu-satunya penyeberangan ke wilayah yang tidak dikuasai Israel.

    Ribuan orang berkumpul di perbatasan Rafah dengan harapan dapat meninggalkan Gaza menjelang serangan darat Israel yang diperkirakan akan terjadi.

    Sebelumnya, laporan-laporan media AS mengatakan Mesir akan segera membuka perbatasannya ke Gaza.

    Jika perbatasan itu dibuka akan memungkinkan warga Palestina dengan kewarganegaraan ganda akan dapat meninggalkan Gaza.

    Pembukaan ini akan memudahkan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan masyarakat di Gaza.

    Para pejabat terkait belum mengkonfirmasi tentang hal ini, namun warga AS di Gaza telah diberitahu supaya mendekati penyeberangan Rafah

    Menurut laporan, penyeberangan hanya akan dibuka selama beberapa jam mulai pukul 09:00 (06:00 GMT).

    Dalam hari-hari terakhir, orang-orang secara bergelombang mendekati lokasi perbatasan ketika kondisi di Gaza terus memburuk.

    Getty ImagesSejumlah tentara Israel berpatroli di pemukiman Kfar Aza di Israel selatan di dekat perbatasan Gaza di Kfar Aza, 15 Oktober 2023.

    Presiden AS Joe Biden telah meminta Israel agar bersikap hati-hati, ketika militernya bersiap untuk melakukan serangan darat di sana.

    Lebih dari 1.400 orang tewas di Israel ketika kelompok milisi Hamas menyerang warga sipil dan tentara lebih dari sepekan lalu

    Hampir 2.700 orang telah tewas akibat pemboman Israel di Gaza sejak serangan tersebut, dan diperkirakan 1.000 orang belum ditemukan di bawah reruntuhan.

    Israel berencana melakukan serangan darat

    Militer Israel merencanakan serangan melalui darat, udara dan laut ke Gaza. Kendati militer Israel belum memerinci kapan serangan akan dilakukan, serangan darat Israel ke Gaza diperkirakan akan terjadi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada tentara garis depan: “Tahap selanjutnya akan segera tiba.”

    Sebelumnya, militer Israel mengatakan secara langsung kepada penduduk Kota Gaza untuk meninggalkan wilayah bagian utara demi “keamanan dan perlindungan” mereka, saat pasukan Tel Aviv berkumpul menjelang serangan darat.

    Sementara itu, PBB telah meminta Israel untuk menarik perintah tersebut. Alasannya, “mustahil” bagi warga Palestina untuk sepenuhnya mematuhi. PBB juga memperingatkan seruan ini akan ada “konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan”.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk keras perintah Israel untuk mengevakuasi 22 rumah sakit yang merawat lebih dari 2.000 pasien di Gaza utara.

    WHO mengatakan bahwa nyawa mereka yang berada dalam perawatan intensif atau yang bergantung pada alat bantu hidup, bayi baru lahir di inkubator, dan pasien lainnya, kini sedang dipertaruhkan.

    Getty ImagesWarga Palestina yang terluka, termasuk anak-anak, dilarikan ke Rumah Sakit Nasser untuk perawatan pasca serangan udara Israel di Khan Yunis, Gaza, 15 Oktober 2023.

    “Memaksa lebih dari 2.000 pasien untuk pindah ke Gaza selatan sama saja dengan hukuman mati,” tulis WHO dalam sebuah pernyataan.

    WHO mengatakan sebagian besar petugas kesehatan memilih untuk tetap tinggal, daripada mengambil risiko memindahkan pasien mereka yang sakit kritis, sebuah pilihan yang disebutnya “mustahil”.

    WHO juga memperingatkan bahwa banyak warga sipil yang mencari perlindungan di sekitar rumah sakit, dan mengatakan bahwa nyawa mereka juga terancam “ketika fasilitas kesehatan dibom”.

    WHO mengakhiri pernyataannya dengan menyerukan Israel “untuk segera membatalkan perintah evakuasi ke rumah sakit di Gaza utara,” dan menyerukan “perlindungan fasilitas kesehatan, pekerja kesehatan, pasien, dan warga sipil”.

    Pemindahan yang mustahil

    Dalam satu ulasan, Kepala Koresponden Internasional BBC di Israel Selatan, Lyse Doucet mengatakan mustahil untuk memindahkan lebih dari satu juta orang dalam waktu sehari.

    Hal ini mengingat kondisi jalanan rusak, bom masih berjatuhan, rumah-rumah hancur, sementara lansia dan orang-orang yang terluka masih membutuhkan pertolongan.

    Dalam sebuah konferensi pers, Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari belum bisa memastikan apakah akan menambah perpanjangan waktu untuk proses relokasi tersebut.

    Getty ImagesWarga Gaza di bagian utara sedang bersiap meninggalkan rumahnya.

    “Ini adalah zona perang, kami berusaha memberikan mereka waktu dan kami melakukan banyak upaya, dan kami memahami bahwa ini tidak akan memakan waktu 24 jam,” ujarnya menanggapi pertanyaan BBC pada sebuah konferensi pers mengenai jangka waktu yang dibutuhkan Israel.

    Ketika didesak apakah ia mengatakan bahwa IDF memahami akan membutuhkan waktu lebih dari 24 jam untuk mengevakuasi warga Gaza, Hagari menjawab: “Kami memahami bahwa ini akan memakan waktu. Hanya itu yang bisa saya katakan.”

    Di sisi lain, pihak Hamas mengatakan agar warga jangan pindah. Seorang pejabatnya menggambarkan perintah Israel agar warga pindah ke bagian selatan sebagai “propaganda palsu”, dan mendesak warga di sana untuk mengabaikannya.

    Getty ImagesSeorang anak warga Gaza sedang bersiap untuk pindah ke wilayah selatan menyusul seruan Israel agar penduduk meninggalkan Gaza bagian utara.

    Potret warga berkemas

    Foto warga Gaza sedang berkemas pagi tadi. Mereka bersiap meninggalkan wilayah utara Gaza ke bagian selatan, menyusul perintah Israel.

    Warga sipil di daerah tersebut kini terjebak di antara peringatan Israel – menjelang serangan darat yang diperkirakan akan terjadi di Gaza – dan pernyataan Hamas yang meminta warga untuk mengabaikannya.

    Getty Images Getty Images

    Tuduhan bom fosfor

    Human Rights Watch (HRW) menuduh Israel menggunakan fosfor putih, sebuah amunisi kontroversial, dalam rangkaian aksi pengeboman di Jalur Gaza dan Libanon.

    Bahan kimia yang sangat mudah terbakar ini terkadang digunakan oleh militer untuk menandai suatu wilayah. Namun senjata ini juga dapat menyebabkan luka bakar yang parah dan sangat berbahaya bila digunakan sebagai senjata, terutama jika diluncurkan ke tempat ramai.

    Militer Israel mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka “saat ini tidak mengetahui penggunaan senjata yang mengandung fosfor putih di Gaza”. Mereka tidak mengomentari Libanon.

    AFPIsrael menjatuhkan bom ke Kota Gaza, pada 11 Oktober 2023. HRW menuduh Israel menggunakan bom fosfor putih.

    Israel mengatakan mereka telah menjatuhkan 6.000 bom seberat 4.000 ton ke sasaran Hamas di Gaza selama enam hari.

    Angkatan udara Israel mengatakan serangan udara telah menghantam lebih dari 3.600 sasaran.

    HRW mengatakan telah memperoleh dan menganalisis video di Gaza dan Lebanon yang menunjukkan ledakan peluru artileri fosfor putih. HRW juga menyoroti foto kantor berita AFP di Gaza yang menunjukkan garis-garis putih di langit.

    Baca juga:

    Fosfor putih terbakar ketika bersentuhan dengan oksigen, menghasilkan asap putih pekat.

    “Penggunaan fosfor putih di Gaza, salah satu wilayah terpadat di dunia, memperbesar risiko terhadap warga sipil dan melanggar larangan hukum humaniter internasional yang menempatkan warga sipil pada risiko yang tidak perlu,” kata organisasi hak asasi manusia tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Fosfor putih tidak dilarang berdasarkan hukum internasional karena memiliki kegunaan yang sah, namun karena dampak berbahaya yang ditimbulkannya terhadap manusia, penggunaannya diatur dengan ketat.

    Angkatan bersenjata Israel menggunakan fosfor putih sebagai tabir asap saat menyerang Gaza tahun 2008-2009. Kala itu, beberapa kelompok hak asasi manusia menuduh Israel melakukan kejahatan perang.

    Militer Israel mengatakan pada tahun 2013 bahwa mereka akan menghentikan penggunaan bahan kimia tersebut sebagai kamuflase.

    Ratusan ribu warga Palestina mengungsi

    Lebih dari 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi imbas dari gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Kini muncul seruan untuk membuka jalur pasokan bantuan yang aman dan membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan zona konflik, di mana banyak rumah telah dibom dan dihancurkan oleh serangan udara.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pasokan makanan, bahan bakar dan air harus diperbolehkan menjangkau warga sipil di Gaza di tengah pemboman dan blokade Israel.

    “Saat ini kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan,” kata Antonio Guterres.

    Sejak serangan Hamas pada akhir pekan lalu, Israel telah mengepung Gaza, memutus pasokan listrik, bahan bakar, makanan, barang dan air. Pasokan listrik utama di Gaza padam setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana kehabisan bahan bakar.

    Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza “siap melaksanakan misi yang telah diberikan”.

    IDF juga mengirim “pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri”, ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.

    Mereka “berada di dekat Jalur Gaza untuk bersiap-siap melaksanakan misi yang diperintahkan pemerintah Israel – dan ini untuk memastikan Hamas pada akhir perang ini, tidak akan memiliki kemampuan militer apa pun yang dapat digunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel”.

    ‘Kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik’

    Warga Gaza, Kamal Mashharawi, berbicara kepada BBC dari ruang bawah tanah yang menampung 45 orang.

    “Ini sangat sulit – kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik,” katanya.

    Anak-anaknya terluka dan paru-parunya sakit. Kamal telah kehilangan beberapa anggota keluarganya tetapi tidak dapat menghubungi yang lain karena koneksi internet mati.

    “Kami mencoba melakukan perjalanan darat ke supermarket terdekat tetapi tidak aman karena ledakan tersebut,” katanya kepada program Newshour.

    Melalui sambungan telepon, Kamal mengatakan jantungnya berdebar kencang ketika dia mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya, sambil berpikir “apakah saya orang berikutnya?”

    Ahmad Hasaballah/Getty ImagesWarga Palestina mengungsi setelah rumah dan lingkungan mereka hancur menyusul serangan udara Israel.

    “Saya pikir warga sipil tidak pantas meninggal – mereka harusnya tidak terlibat dalam konflik ini,” katanya.

    “Saya tidak bisa menyalahkan Hamas, saya tidak bisa menyalahkan Israel, tapi saya katakan bahwa kami, warga sipil, terkena dampaknya.

    “Kami adalah orang-orang yang bukan bagian dari konflik ini dan kami membayarnya.”

    Foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza

    Berikut adalah sejumlah foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza. Seluruh bangunan hampir rata dengan tanah menyusul serangan udara Israel.

    Reuters Warga Palestina berkumpul di atas reruntuhan di dekat bangunan yang rusak setelah serangan Israel, di Khan Younis, Gaza selatan. ReutersPara pejabat Palestina mengatakan banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan dan mungkin tidak mungkin diselamatkan

    Bagaimana ‘Pengepungan total’ Gaza berawal?

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan “pengepungan total” di Jalur Gaza: “Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar.”

    Seperti diketahui – Israel berkuasa atas ruang udara di langit Gaza dan garis pantainya, serta memiliki otoritas atas keluar dan masuknya orang dan barang melalui perbatasannya.

    Demikian pula, Mesir mengendalikan siapa yang masuk dan keluar dari perbatasannya dengan Gaza.

    Getty ImagesSejumlah warga Palestina berjalan di depan puing-puing bangunan yang hancur setelah serangan udara Israel di Gaza, 8 Oktober 2023.

    KBRI Amman: Tidak ada WNI jadi korban serangan Israel ke wilayah Gaza

    Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, mengatakan hingga kini tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban akibat serangan yang dilakukan Israel di wilayah Gaza. Dalam catatan KBRI, terdapat 13 orang WNI yang berdomisili di wilayah Gaza.

    “Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Amman, KBRI Kairo di Mesir dan KBRI Lebanon terus memantau situasi terakhir WNI dan berkoordinasi dengan simpul-simpul WNI di Gaza,” dalam keterangan pers dari KBRI Amman, yang diterima BBC News Indonesia pada Minggu (08/10).

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 256 warganya tewas, termasuk 20 anak-anak, akibat serangan balik yang dilakukan oleh Israel sejak Sabtu (07/10). Selain itu, sekitar 1.788 orang juga dilaporkan terluka.

    ReutersRoket dari Gaza menghantam jalan Kota Ashkelon di Israel, Sabtu (07/10).

    Israel melakukan serangan ke wilayah Gaza setelah sekelompok milisi Hamas menyelinap ke Israel dan melancarkan serangan besar secara mendadak.

    Baca juga:

    Beberapa warga Israel juga dilaporkan telah dibawa ke Gaza sebagai sandera.

    Hamas adalah organisasi di Palestina yang melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

    Tentara Israel telah meminta warga di tujuh wilayah berbeda di Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke pusat kota atau berlindung di tempat penampungan.

    Kementerian Luar Negeri Thailand melaporkan sebanyak 12 warga Thailand tewas dan 11 lainnya diculik dan disandera oleh kelompok milisi Hamas.

    Bagaimana konflik ini berawal?

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel sedang “berperang” dan bersumpah bahwa Hamas, penguasa Gaza, akan “membayar harga yang belum pernah diketahui”.

    “Pagi ini Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap negara Israel dan warganya,” kata Netanyahu dalam pidatonya.

    Serangan ini adalah salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina selama bertahun-tahun.

    Serangan kelompok milisi Palestina Hamas dilakukan dengan melintasi pagar pembatas tepat setelah fajar, Sabtu (07/10). Pada saat yang sama, rentetan roket diluncurkan dari Gaza – beberapa mencapai Tel Aviv dan Yerusalem.

    Baca juga:

    Serangan udara Israel juga menyasar Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, menewaskan satu staf medis yang sedang berada di dekat rumah sakit tersebut.

    Relawan MER-C, Farid, mengatakan tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh sangat dekat dengan lokasi para relawan medis, dan menghancurkan mobil operasional MER-C.

    “Abu Romzi, staf local MER-C yang tengah berada di ambulans menjadi korban syahid dan dilarikan ke RS Indonesia,” ujar Farid.

    Serangan juga membuat kerusakan di wisma tempat tinggal relawan yang berada di area RS Indonesia.

    Rentetan serangan roket dari Gaza – aksi serangan terbesar Hamas terhadap Israel selama beberapa tahun terakhir – dimulai tepat setelah fajar pada Sabtu (07/10), yang bertepatan dengan hari Sabat Yahudi serta hari perayaan Simchat Torah.

    Saat sirene berbunyi di seluruh Israel, militer Israel (IDF) mengumumkan bahwa “teroris” telah menyusup ke wilayah Israel “di sejumlah lokasi berbeda”.

    IDF meminta semua warga sipil di wilayah selatan dan tengah untuk bergegas menuju tempat penampungan di wilayah sekitar Gaza.

    Baca juga:

    Rekaman video yang diunggah ke dunia maya menunjukkan sekelompok milisi Palestina bersenjata lengkap mengenakan seragam hitam berkeliling Sderot menggunakan truk pikap.

    Dalam salah satu video, para milisi itu terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di jalan-jalan Kota Sderot, yang hanya berjarak 1,6 km dari Gaza.

    ‘Intelijen Israel tertidur’

    Frank Gardner

    Koresponden keamanan BBC

    Peristiwa serangan Hamas adalah kegagalan intelijen luar biasa bagi Israel.

    Israel memiliki salah satu jaringan intelijen terluas dan canggih di Timur Tengah, baik domestik maupun eksternal.

    Mereka mempunyai informan yang tertanam dalam kelompok milisi tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Libanon, Suriah dan tempat lain.

    Di masa lalu, mereka mampu membunuh para pemimpin milisi baik dengan serangan pesawat tak berawak atau bahkan ponsel yang dijadikan jebakan.

    Namun hari ini, di penghujung hari raya Yahudi, nampaknya mereka tertidur.

    Hamas telah mampu merencanakan dan melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan hati-hati terhadap Israel yang tampaknya dilakukan secara sangat rahasia.

    Bahwa Israel akan membalas dengan kekuatan besar adalah hal yang wajar. Namun Israel kini akan bertanya-tanya mengapa mata-mata Israel tidak menyadari hal ini dan memberikan peringatan kepada negaranya.

    Seorang komandan senior militer Hamas mengumumkan dimulainya operasi serangan dalam siaran di media Hamas, menyerukan warga Palestina di mana pun untuk berperang.

    “Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi,” kata Mohammed Deif.

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas – saingan politik Hamas – memimpin pertemuan darurat, dan menegaskan hak rakyat Palestina untuk membela diri melawan “teror pemukim dan pasukan pendudukan”.

    (ita/ita)

  • Israel Tuding Serangan di RS Gaza Berasal dari Roket Militer Palestina

    Israel Tuding Serangan di RS Gaza Berasal dari Roket Militer Palestina

    Jakarta

    Rumah sakit Al-Ahli Arab di Gaza hancur usai menerima serangan dari Israel. Pihak Israel menuding serangan yang menewaskan ratusan orang di lokasi itu bersumber dari roket-roket milik militer Palestina yang salah sasaran.

    Dilansir dari AP, Rabu (18/10/2023), Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 500 orang tewas. Ratusan warga Palestina diketahui mengungsi di rumah sakit Al-Ahli dengan harapan terhindar dari serangan yang dilancarkan militer Israel.

    Hamas menyebut serangan Israel ke rumah sakit Al-Ahli sebagai pembantaian yang mengerikan. Hamas menegaskan serangan itu bersumber dari militer Israel.

    Militer Israel kini buka suara terkait serangan yang menewaskan ratusan orang tersebut. Israel menuding serangan mematikan di rumah sakit Al-Ahli bersumber dari rentetan roket yang ditembakan oleh pasukan militer Palestina.

    “Intelijen dari berbagai sumber yang kami miliki menunjukkan bahwa jihad Islam bertanggung jawab atas kegagalan peluncuran roket,” bunyi keterangan militer Israel.

    Dilansir AFP, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah pasukan militernya melakukan penyerangan ke rumah saki Al-Ahli. Dia mengatakan serangan itu merupakan tanggung jawab dari pasukan militer Palestina.

    Netanyahu mengatakan aksi penyerangan tersebut berasal dari kelompok ‘barbaric terrorirt’. Dia memastikan penyerangan itu bukan dari Israel Defence Forces atau Pasukan Militer Israe.

    “WHO mengutuk keras serangan terhadap Rumah Sakit Al Ahli Arab,” kata WWHO seperti dilansir AFP.

    WHO mengatakan rumah sakit Al Ahli Arab masih beroperasi saat serangan militer Israel terjadi. Data yang dimiliki WHO setidaknya ratusan orang tewas akibat serangan mematikan tersebut.

    “Rumah sakit itu masih beroperasi, dengan pasien, petugas kesehatan dan perawat, serta pengungsi internal berlindung di sana. Laporan awal menunjukkan ratusan korban jiwa dan cedera,” katanya.

    (ygs/ygs)

  • WHO Kutuk Serangan Israel ke Rumah Sakit di Gaza!

    WHO Kutuk Serangan Israel ke Rumah Sakit di Gaza!

    Jakarta

    Pasukan militer Israel melakukan serangan ke Rumah Sakit Al-Ahli Arab di kawasan Gaza. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengutuk keras langkah yang dilakukan Israel.

    “WHO mengutuk keras serangan terhadap Rumah Sakit Al Ahli Arab,” kata WWHO seperti dilansir AFP, Rabu (18/10/2023).

    WHO mengatakan rumah sakit Al Ahli Arab masih beroperasi saat serangan militer Israel terjadi. Data yang dimiliki WHO setidaknya ratusan orang tewas akibat serangan mematikan tersebut.

    “Rumah sakit itu masih beroperasi, dengan pasien, petugas kesehatan dan perawat, serta pengungsi internal berlindung di sana. Laporan awal menunjukkan ratusan korban jiwa dan cedera,” katanya.

    Tentara Israel telah memerintahkan penduduk di bagian utara jalur Gaza untuk menuju ke tempat aman di wilayah selatan. Perintah itu disampaikan menjelang serangan darat yang diprediksi segera dilakukan.

    “Rumah sakit itu adalah satu dari 20 rumah saki di utara jalur Gaza yang menerima perintah evakuasi dari militer Israel,” kata WHO.

    Menurut WHO, perintah evakuasi tersebut tidak dapat dilakukan mengingat banyaknya pasien dalam kondisi kritis. WHO meminta ada perlindungan kepada warga sipil.

    WHO juga mendesak Israel menghormati hukum internasional. Salah satunya tidak menjadikan layanan kesehatan sebagai sasaran penyerangan.

    “WHO menyerukan perlindungan aktif segera terhadap warga sipil dan layanan kesehatan. Perintah evakuasi harus dibatalkan. Hukum kemanusiaan internasional harus dipatuhi, yang berarti layanan kesehatan harus dilindungi secara aktif dan tidak pernah dijadikan sasaran,” ujar WHO.

    Untuk diketahui, pasukan militer Israel melakukan serangan di kompleks rumah sakit di jalur Gaza. Serangan mendadak itu disebut menewaskan 500 orang di lokasi.

    Dilansir AFP, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 200 orang tewas di lokasi Rumah Sakit Al-Ahli Arab. Jumlah tersebut diperkirakan masih bisa bertambah.

    “Dua ratus hingga 300 pengungsi tewas dalam serangan pendudukan (Israel) di halaman rumah sakit Al-Ahli Arab di Gaza Tengah,” bunyi keterangan Kementerian Kesehatan Palestina.

    Dalam laporan tersebut pihak Kementerian Kesehatan menyebut ratusan korban masih berada di rerentuhan.

    “Ratusan korban masih berada di bawah rerentuhan,” katanya

    (ygs/ygs)

  • Pengepungan Israel Perburuk Situasi, Bagaimana Potret Kehidupan di Gaza?

    Pengepungan Israel Perburuk Situasi, Bagaimana Potret Kehidupan di Gaza?

    Jakarta

    Jalur Gaza menjadi rumah bagi 2,2 juta orang, wilayahnya terbentang sepanjang 41km, dengan lebar 10km yang berbatasan dengan Laut Mediterania, Israel dan Mesir.

    Wilayah yang awalnya diduduki oleh Mesir, Gaza kemudian direbut oleh Israel selama perang Timur Tengah pada 1967. Pada 2005, Israel menarik pasukan dan 7.000 permukiman dari sana.

    BBC

    Jalur Gaza berada di bawah kendali kelompok milisi Islam Hamas, yang mengusir pasukan setia dari Otoritas Palestina (PA) saat itu, menyusul friksi yang terjadi pada 2007.

    Sejak itu, Israel dan Mesir telah membatasi pergerakan barang dan orang yang keluar-masuk dari Gaza, dengan mengatakan blokade ini diperlukan atas dalih keamanan.

    Hamas – yang dilabeli sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris serta negara lainnya – telah berperang beberapa kali dengan Israel setelah mengendalikan wilayah Gaza.

    Hamas juga menyerang, atau mengizinkan kelompok milisi lain untuk menembakkan, ribuan roket ke Israel dan melakukan serangan-serangan mematikan lainnya.

    Apa yang memicu aksi kekerasan terbaru?

    Pada 7 Oktober, ratusan milisi Hamas meluncurkan serangan yang tak pernah dilakukan sebelumnya ke wilayah Israel bagian selatan. Serangan ini menewaskan 1.200 orang, dan puluhan lainnya dibawa ke Gaza sebagai sandera.

    Sebagai balasan, Israel melakukan gelombang serangan udara dan artileri ke Gaza. Serangan ini membuat 1.000 warga Palestina tewas, dan kini pasukan Israel sedang bersiap melakukan operasi darat.

    Perdana menteri Israel berjanji untuk mengalahkan Hamas dalam perang ini, dan akan “mengubah Timur Tengah”.

    Baca juga:

    ‘Pengepungan total’

    Sebagai bagian dari respons serangan Hamas, menteri pertahanan Israel memerintahkan “pengepungan total” di Gaza pada 9 Oktober, dan mengatakan wilayah ini “tidak akan ada listrik, makanan, bahan bakar, semuanya diputus.”

    Menteri pekerjaan umum Israel kemudian memutus pasokan air ke Jalur Gaza.

    Langkah ini makin memperburuk situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, ketika 80% populasinya masih menggantungkan kebutuhan pokoknya dari bantuan internasional.

    ReutersIsrael mengatakan menjatuhkan bom target-target Hamas di seluruh Gaza, sebagai balasan atas serangan kelompok tersebut.

    Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza berhenti beroperasi setelah kehabisan bahan bakar pada 11 Oktober kemarin.

    Kondisi ini membuat semua rumah sakit kewalahan menangani pasien yang terluka dengan mengandalkan generator cadangan. Sejumlah rumah sakit yang memiliki persediaan bahan bakar terbatas, diperkirakan akan kehabisan sumber daya itu dalam beberapa hari ke depan.

    Lebih dari 600.000 orang juga tidak memiliki air minum akibat Israel memutuskan pasokan air ke Gaza. Pompa air dan sistem pembuangan air limbah juga memerlukan bahan bakar agar bisa berfungsi.

    Baca juga:

    Penutupan jalur barang di Kerem Shalom – perbatasan Gaza dengan Israel – akan berdampak terhadap persediaan makanan: sepertiga pertokoan di Gaza melaporkan kekurangan pasokan barang. PBB mengatakan sebagian besar stok makanan di pertokoan masih cukup untuk dua minggu.

    Setidaknya 200.000 orang telah mengungsi karena takut nyawanya terancam atau karena sudah kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara Israel. Sebagian besar mengungsi sementara di bangunan sekolah-sekolah yang didirikan PBB.

    Pemadaman bergilir

    Sebelum konflik yang terjadi baru-baru ini, pemadaman listrik merupakan rutinitas yang terjadi di Gaza. Setiap rumah tangga hanya menerima listrik rata-rata 13 jam per hari, menurut PBB.

    Populasi Gaza membeli hampir dua pertiga kebutuhan listriknya dari Israel, dan sisanya berasal dari Pembangkit Listrik Gaza (GPP). Namun, pasokan gabungan listrik tersebut hanya memenuhi kurang dari setengah permintaan.

    ReutersGaza diselimuti kegelapan setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana kehabisan bahan bakar dan harus dipadamkan pada 11 Oktober kemarin.

    Untuk mengatasi pemadaman listrik, penyedia layanan dan rumah tangga harus menggunakan generator cadangan.

    Namun, generator-generator ini tidak dapat diandalkan karena ketergantungan mereka pada bahan bakar dan suku cadang yang langka. Musababnya, Israel membatasi impornya dan mengklasifikasikan barang ini memiliki kapasitas “penggunaan ganda” sipil dan militer.

    Penutupan perbatasan

    Warga sipil hanya memiliki sedikit harapan untuk dapat meninggalkan Gaza demi menghindari konflik.

    Israel telah menutup penyeberangan Erez di bagian utara Jalur Gaza tanpa batas waktu, sementara penyeberangan perbatasan Rafah yang dikuasai Mesir di bagian selatan ditutup pada 9 dan 10 Oktober karena serangan udara Israel di dekat pintu gerbang di sisi Palestina.

    Sebelum eskalasi terjadi, warga Palestina dilarang meninggalkan Gaza melalui Israel, kecuali memperoleh izin yang dikeluarkan otoritas Israel. Izin tersebut hanya terbatas pada pekerja harian, pengusaha, pasien rumah sakit dan pendampingnya, serta pekerja kemanusiaan.

    ReutersIsrael hanya mengeluarkan izin keluar bagi para pekerja harian, pebisnis, pasien rumah sakit, dan relawan kemanusiaan dari Gaza.

    Pada bulan Agustus, 58.600 orang diizinkan untuk melakukan perjalanan melalui Erez. Jumlah ini meningkat 65% di atas rata-rata bulanan pada 2022, menurut PBB.

    Sementara itu, warga Palestina yang ingin pergi melalui Rafah harus mendaftar ke otoritas Palestina beberapa minggu sebelumnya dan mengajukan permohonan ke Mesir, yang memberlakukan pembatasan jumlah dan kontrol keamanan yang ketat.

    Mesir mengizinkan 19.600 orang keluar dari Gaza melalui Rafah pada bulan Agustus, yang merupakan jumlah tertinggi sejak Juli 2012.

    Penduduk yang padat dan rumah yang rusak

    Gaza merupakan salah satu wlayah dengan penduduk terpadat di dunia.

    Rata-rata, terdapat lebih dari 5.700 jiwa dalam satu kilometer persegi – sama seperti kepadatan Kota London atau sedikit di bawah kepadatan Kota Bogor, Jawa Barat – tapi kepadatan di Kota Gaza rata-rata bisa mencapai 9.000 jiwa/km persegi.

    BBC

    Lebih dari 75% populasi Gaza – sekitar 1,7 juta orang – terdaftar sebagai pengungsi, menurut PBB. Lebih dari 500.000 di antaranya tinggal di delapan kamp penuh sesak yang terletak di seluruh Jalur Gaza.

    Konflik antara militan Palestina di Gaza dan Israel, serta lambatnya proses rekonstruksi, membuat banyak orang di Gaza tidak memiliki tempat tinggal yang layak.

    PBB mengatakan pada bulan Januari, dari 13.000 rumah yang hancur sejak tahun 2014, sekitar 2.200 rumah belum didanai untuk dibangun kembali. Lalu, sebanyak 72.000 rumah dengan rusak ringan dan sedang, belum menerima bantuan perbaikan.

    Getty ImagesBanyak keluarga yang tinggal di Gaza menempati delapan kamp pengungsian.

    Rekonstruksi terhambat karena sulitnya akses terhadap material bangunan dan peralatan khusus, karena Israel membatasi barang-barang yang disebut “memiliki kegunaan ganda”.

    Para pejabat Palestina mengatakan bahwa serangan udara Israel saat ini telah menghancurkan 1.000 rumah dan 500 di antaranya rusak parah sehingga tidak dapat dihuni.

    Layanan kesehatan di bawah tekanan

    Fasilitas kesehatan umum di Gaza sudah terlalu padat dan sering kali terdampak oleh pemadaman listrik serta kekurangan pasokan dan peralatan medis. Banyak layanan dan perawatan spesialis tidak tersedia.

    Menurut PBB, layanan kesehatan yang payah di Gaza ini karena blokade Israel dan Mesir, rendahnya anggaran dari Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat, konflik politik internal di antara PA – yang bertanggung jawab atas layanan kesehatan di wilayah Palestina – dengan Hamas.

    ReutersRumah sakit di Gaza berjuang untuk menyediakan pelayanan yang layak kepada penduduk.

    Pasien dari Gaza yang kritis atau membutuhkan perawatan lanjutan di rumah sakit Tepi Barat atau Yerusalem Timur, harus terlebih dahulu mendapatkan izin yang disetujui oleh PA. Pasien juga harus memperoleh izin keluar pihak berwenang Israel.

    Dari tahun 2008 hingga 2022, lebih dari 70.000 atau sepertiga permohonan izin pasien ditunda atau ditolak. Beberapa pasien juga meninggal dunia ketika menunggu jawaban atas permohonan mereka.

    Sumber pertanian dan perikanan terbatas

    PBB mengatakan sekitar 1,3 juta orang di Gaza mengalami kerawanan pangan. Mereka membutuhkan bantuan karena selama ini kebutuhannya berasal dari impor.

    Sekitar 22% dari 12.000 truk berisi barang yang diizinkan Israel dan Mesir melalui penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah pada Agustus 2023 adalah pasokan makanan, menurut PBB.

    Pembatasan Israel terhadap akses ke lahan pertanian dan penangkapan ikan telah mengurangi jumlah makanan yang dapat diproduksi oleh warga Gaza.

    Area yang berjarak hingga 100 meter dari pagar batas Israel sepanjang 60km dianggap sebagai area “terlarang”. Para petani tidak dapat menanam apa pun di sana, meskipun mereka memiliki tanah. Orang lain selain petani tidak diperbolehkan berada dalam jarak 300 meter.

    Israel juga memberlakukan batas berlayar di Laut Mediterania. Ini artinya, warga Gaza hanya dapat menangkap ikan dalam jarak tertentu dari pantai – saat ini antara 11-28km – yang mengganggu mata pencaharian sekitar 5.000 nelayan dan pekerja di bidang kelautan.

    Dalam konflik terakhir ini, Israel menutup Kerem Shalom dan melarang penangkapan ikan.

    Untuk mencoba mengatasi blokade, Hamas telah membangun jaringan terowongan yang digunakan membawa barang-barang ke Jalur Gaza dari Mesir, dan juga sebagai pusat komando bawah tanah.

    Israel mengatakan bahwa terowongan-terowongan tersebut juga digunakan para militan menyelundupkan senjata dan bergerak tanpa terlihat. Israel sering menargetkan mereka dengan serangan udara.

    Kekurangan air bersih adalah hal yang rutin

    Air bersih tidak tersedia untuk 95% populasi di Gaza.

    Musababnya, ekstrasi yang berlebihan dari akuifer pesisir, dan instrusi air laut serta limbah. Air yang keluar dari keran menjadi asin dan tercemar, sehingga tidak layak untuk diminum.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kebutuhan minimum untuk kebutuhan air harian adalah 100 liter per orang – untuk minum, mencuci, memasak, dan mandi.

    Di Gaza, konsumsi rata-rata sekitar 84 liter. Hanya 27 liter dari jumlah tersebut yang dianggap layak untuk dikonsumsi manusia.

    ReutersOtoritas di Gaza menyerukan agar warganya menghemat air di tengah meningkatnya kelangkaan air bersih.

    PBB memperingatkan pada tanggal 10 Oktober bahwa keputusan Israel menghentikan pasokan air, listrik dan bahan bakar akan mengakibatkan kekurangan air bersih di Gaza.

    PBB mengatakan bahwa pemerintah lokal telah menyerukan warganya untuk menghemat air demi penggunaan yang lebih penting. Pabrik pengolahan air limbah telah berhenti bekerja karena kekurangan bahan bakar.

    Hal ini menyebabkan belasan juta galon air limbah mentah dipompa setiap hari ke laut.

    Sekolah sebagai tempat penampungan

    Banyak anak yang belajar di sekolah-sekolah yang dikelola oleh PBB. Banyak sekolah-sekolah ini juga dijadikan tempat tempat penampungan bagi puluhan ribu orang yang menghindari konflik terbaru.

    Menurut badan pengungsi Palestina, UNRWA, 71% dari 278 sekolah di Gaza menjalankan sistem “sif ganda”, dengan satu sekolah menerima siswa di pagi hari dan sekolah lainnya di sore hari.

    ReutersBanyak orang mengungsi ke bangunan sekolah yang dikelola PBB dalam konflik terakhir.

    Rata-rata kelas di sekolah berisi 41 siswa pada 2022.

    Tingkat melek huruf pada usia 15-19 tahun sebesar 98% pada 2021.

    Tingginya angka anak muda yang menganggur

    Gaza adalah salah satu wilayah dengan populasi anak-anak muda terbanyak di dunia. Sebanyak 65% populasinya berusia di bawah 25 tahun, menurut CIA World Factbook.

    Angka ini leih besar 20% dari Kota London, di mana menurut data sensus tahun 2021, lebih dari 65% penduduknya berusia antara 25 dan 64 tahun.

    Lebih dari 80% penduduk di Gaza hidup dalam kemiskinan, dengan tingkat pengangguran termasuk yang tertinggi di dunia, mencapai 45% pada tahun 2022.

    Pengangguran kaum muda jauh lebih tinggi, dengan 73,9% orang berusia antara 19 – 29 tahun. Mereka memiliki ijazah sekolah menengah, atau gelar sarjana tapi tidak memiliki pekerjaan.

    (ita/ita)

  • 187 Ribu Orang Tinggalkan Gaza Akibat Perang Israel Vs Hamas

    187 Ribu Orang Tinggalkan Gaza Akibat Perang Israel Vs Hamas

    Gaza

    Kantor kemanusiaan PBB mengatakan hampir 200.000 orang meninggalkan Gaza, Palestina. Jumlah itu hampir sepersepuluh dari populasi Gaza.

    Dilansir Reuters, Selasa (10/10/2023), mereka meninggalkan Gaza sejak dimulainya perang antara Israel dengan Hamas pada akhir pekan lalu. Warga meninggalkan Gaza dan bersiap menghadapi kekurangan air serta listrik akibat blokade yang dilakukan Israel.

    “Pengungsian telah meningkat secara dramatis di Jalur Gaza, mencapai lebih dari 187.500 orang sejak Sabtu. Sebagian besar berlindung di sekolah-sekolah,” kata juru bicara OCHA, Jens Laerke, di Jenewa.

    Dia mengatakan pengungsian lebih lanjut diperkirakan bakal terjadi karena perang yang terus berlanjut. Sementara, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pihaknya telah melaporkan 13 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Jalur Gaza sejak akhir pekan. Dia mengatakan bahwa persediaan medis yang disimpan di sana telah habis.

    Israel sebelumnya resmi mendeklarasikan perang melawan Hamas. Hal itu dilakukan Israel usai Hamas melakukan serangan di wilayahnya dan menyebabkan ratusan orang tewas.

    Israel kemudian menyerang Gaza yang memang dikuasai oleh Hamas. Ratusan orang di Gaza pun tewas akibat serangan militer Israel.

    (haf/rfs)