NGO: WHO

  • Investasi Kesehatan Seumur Hidup, Ini Waktu Terbaik untuk Vaksin HPV

    Investasi Kesehatan Seumur Hidup, Ini Waktu Terbaik untuk Vaksin HPV

    Jakarta

    Investasi tidak selalu tentang uang, emas, atau saham. Ada jenis investasi lainnya yang tidak kalah penting, yaitu investasi kesehatan seumur hidup. Selain dapat meningkatkan kualitas hidup, investasi kesehatan juga mengurangi risiko penyakit sehingga dapat menjalankan rutinitas sehari-hari dengan maksimal.

    Salah satu jenis investasi kesehatan seumur hidup yang bisa dilakukan perempuan adalah melalui vaksinasi Human papillomavirus (HPV). Vaksinasi ini bertujuan untuk mencegah penyakit seperti kanker serviks. Sebagai informasi, kanker serviks menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Lantas, mengapa vaksin HPV penting? Dan kapan waktu terbaik untuk mendapatkan vaksin HPV?

    Apa Itu Virus HPV?

    Foto: Dok. Istimewa

    HPV adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker leher rahim (kanker serviks), kanker anogenital, serta kutil anogenital. Virus HPV memiliki 200 tipe yang beredar di dunia. Tipe HPV risiko tinggi sering menyebabkan kanker, sementara tipe HPV risiko rendah sering menyebabkan kutil anogenital.

    Kanker yang disebabkan oleh HPV menjadi ancaman serius bagi populasi di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Menurut laporan WHO, diperkirakan ada 660 ribu perempuan terdiagnosis kanker serviks di seluruh dunia pada 2022.

    Laporan WHO juga menyebutkan bahwa di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua pada perempuan Indonesia dengan 36 ribu kasus baru dan 21 ribu kematian setiap tahunnya. Jumlah perempuan yang akan terdampak kanker leher rahim akan terus meningkat.

    Sementara itu dilansir dari Mayo Clinic, kanker serviks adalah jenis kanker yang terjadi pada sel-sel leher rahim, yaitu bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Berbagai jenis HPV dan infeksi menular seksual berperan dalam menyebabkan sebagian besar kanker serviks.

    Pada umumnya, kanker serviks berkembang perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika memasuki stadium lanjut. Untuk itu, mendeteksi kanker serviks sejak dini menjadi hal penting yang perlu dilakukan.

    Mengapa Vaksin HPV Penting?

    Foto: Dok. Istimewa

    Vaksin HPV menjadi penting dalam mencegah infeksi HPV penyebab kanker dan penyakit terkait HPV lainnya, baik pada pria maupun perempuan. Sebab jika tidak ditangani, bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.

    Data WHO mencatat lebih dari 95 persen kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan oleh infeksi HPV risiko tinggi. Ketua Umum POGI Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk pun menjelaskan di Indonesia, tipe HPV risiko tinggi yang paling umum ditemukan adalah tipe 52, 16, 18, dan 58, yang sebagian besar ditularkan melalui aktivitas seksual.

    “Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV, dan jika tidak ditangani, dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Kabar baiknya, infeksi HPV dapat dicegah melalui vaksinasi HPV. Oleh karena itu, sangat dianjurkan seseorang melakukan vaksinasi HPV sebelum aktif secara seksual, seperti pada fase pranikah,” ungkap Prof Yudi dalam keterangannya, Rabu (29/10/2025).

    Senada, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk mengatakan vaksinasi sebelum aktivitas seksual juga dapat mencegah hingga 90 persen kanker terkait HPV. Di sisi lain, bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual, vaksin HPV dapat membantu dalam mengurangi risiko dan memberikan perlindungan dari kanker serviks.

    Ia juga menjelaskan vaksinasi HPV pada masa pascapersalinan bisa menjadi bagian integral dari kunjungan nifas.

    “Vaksinasi HPV dapat diberikan untuk ibu menyusui dan dapat diberikan bersamaan dengan layanan skrining serviks. Kami menyusun panduan ini agar dokter, bidan, dan tenaga kesehatan memiliki acuan praktis dan konsisten dalam memberikan edukasi dan layanan vaksinasi HPV, khususnya bagi kelompok wanita dewasa yang belum tercakup,” jelasnya..

    Berdasarkan alasan tersebut, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) resmi mengeluarkan rekomendasi klinis terbaru untuk vaksinasi. Rekomendasi sini menargetkan dua kelompok kunci, yaitu perempuan pra-nikah dan perempuan pascapersalinan.

    Rekomendasi ini juga mendapat dukungan dari PT Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD Indonesia), yang konsisten mendorong edukasi dan perluasan akses vaksinasi HPV di Indonesia.

    Kapan Vaksin HPV Sebaiknya Dilakukan?

    Foto: Istimewa

    Vaksinasi HPV diharapkan mampu menekan angka kematian akibat kanker serviks dan mempercepat tercapainya target eliminasi secara nasional dan global. Namun, perlu dipahami, vaksinasi HPV hanya dapat mencegah infeksi HPV baru, tetapi tidak mengobati infeksi atau penyakit HPV yang sudah ada. Oleh karena itu, vaksinasi HPV sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

    Adapun vaksinasi HPV bisa diberikan pada anak perempuan mulai 9 tahun. Hal ini sesuai dengan rekomendasi IDAI 2023 dan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2020, yaitu diberikan pada anak perempuan usia 9-14 tahun atau sebelum aktif secara seksual. Sementara untuk dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah mengeluarkan jadwal imunisasi dewasa, yaitu vaksinasi HPV bisa diberikan mulai usia 19 tahun.

    Pentingnya Revaksinasi HPV dengan Vaksin yang Tepat

    Pada tahun 2023, terdapat enam vaksin HPV yang tersedia secara global, dan tiga vaksin HPV yang tersedia di Indonesia. Dikutip dari WHO, semuanya melindungi terhadap tipe HPV risiko tinggi yang menyebabkan sebagian besar kanker leher rahim dan anogenital, yaitu tipe 16 dan 18. Vaksin ini pun telah terbukti aman dan efektif dalam mencegah infeksi HPV, kanker leher rahim dan anogenital.

    Namun, terdapat tipe HPV risiko tinggi selain tipe 16 dan 18, yaitu tipe 52 dan 58 yang masih mendominasi. Teknologi vaksin terbaru memungkinkan adanya pilihan vaksin yang melindungi lebih banyak virus, termasuk HPV tipe 52 dan HPV tipe 58.

    Oleh karena itu, PAPDI mendorong masyarakat untuk aktif melakukan vaksinasi HPV dan revaksinasi HPV demi perlindungan yang lebih lengkap dan menyeluruh.

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, Sp.PD, K-AI mengungkapkan saat ini, sudah tersedia pilihan vaksin HPV yang memiliki cakupan proteksi yang lebih luas hingga sembilan tipe HPV. Vaksin ini memungkinkan perlindungan lebih komprehensif terhadap subtipe yang paling umum menjadi penyebab kanker leher rahim.

    “Yang perlu diwaspadai, tipe HPV yang dominan di Indonesia seperti HPV 52 dan 58 ternyata tidak tercakup dalam vaksin HPV generasi lama. Oleh karena itu, masyarakat dapat melakukan revaksinasi HPV yaitu dengan vaksinasi HPV terbaru yang dapat melindungi dari 9 tipe virus, termasuk tipe 52 dan 58 yang paling sering ditemukan di Indonesia. Masyarakat bisa memulai dengan berdiskusi dengan tenaga kesehatan untuk mendapat info yang lebih mendalam dan menyeluruh dalam kaitannya dengan vaksinasi ini,” tuturnya.

    Senada, Ketua Satgas Imunisasi PP PAPDI, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM mendorong masyarakat yang sudah divaksin dengan vaksin HPV generasi sebelumnya, untuk melakukan revaksinasi HPV generasi baru.

    “Kami mendorong masyarakat mengambil langkah untuk mencegah infeksi HPV dengan vaksinasi HPV sesuai rekomendasi PAPDI. Bagi yang sudah divaksin dengan generasi sebelumnya, revaksinasi HPV dengan vaksin HPV generasi baru dapat dipertimbangkan. Bagi yang belum divaksinasi, bisa mempertimbangkan vaksinasi generasi baru agar mendapat perlindungan yang lebih luas. Vaksinasi HPV terbaru akan memberikan perlindungan yang lebih optimal terhadap beberapa jenis HPV penyebab kanker leher rahim seperti HPV tipe 52 dan HPV tipe 58,” ucapnya.

    Itulah penjelasan tentang pentingnya vaksin HPV penting sebagai investasi kesehatan seumur hidup bagi perempuan. Bagi Anda yang belum menerima vaksinasi HPV atau memiliki riwayat medis tertentu, segera konsultasi dengan tenaga kesehatan demi mendapatkan informasi dan rekomendasi yang sesuai.

    (akd/ega)

  • Obat Terkenal di RI Punya Efek Samping Ngeri, Diungkap Ahli Saraf

    Obat Terkenal di RI Punya Efek Samping Ngeri, Diungkap Ahli Saraf

    Jakarta, CNBC Indonesia – Paracetamol selama ini menjadi obat pereda nyeri yang banyak digunakan. Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa obat ini ternyata dapat memengaruhi cara seseorang menilai risiko dan mengambil keputusan.

    Penelitian yang dilakukan oleh The Ohio State University mengungkap bahwa acetaminophen atau dikenal juga sebagai paracetamol, dengan merek populer Tylenol dan Panadol, diduga dapat meningkatkan perilaku berisiko.

    “Acetaminophen tampaknya membuat orang merasa lebih sedikit emosi negatif ketika mempertimbangkan aktivitas berisiko, mereka tidak merasa terlalu takut,” jelas Baldwin Way, ahli saraf dari The Ohio State University, saat hasil penelitiannya dipublikasikan, dikutip dari Science Alert, Selasa (28/10/2025).

    Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience ini menyebutkan, efek obat pereda nyeri itu tidak hanya mengurangi rasa sakit fisik, tetapi juga bisa menimbulkan respons emosional, termasuk rasa takut, empati, dan kecemasan terhadap risiko.

    Dalam serangkaian eksperimen yang melibatkan lebih dari 500 mahasiswa, tim peneliti memberikan dosis 1.000 mg acetaminophen kepada sebagian peserta, sedangkan sebagian lainnya mendapat plasebo. Peserta kemudian mengikuti simulasi permainan memompa balon virtual di layar komputer.

    Setiap pompa menghasilkan uang imajiner. Namun jika balon meledak, seluruh uang hilang. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang mengonsumsi paracetamol cenderung lebih sering memompa dan meledakkan balon, dibandingkan dengan kelompok plasebo yang lebih berhati-hati.

    Menurut Way, hal ini menunjukkan bahwa konsumsi paracetamol dapat menurunkan kecemasan dan rasa takut terhadap risiko, sehingga seseorang menjadi lebih berani bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensi secara mendalam.

    Selain simulasi balon, para peserta juga diminta menilai tingkat risiko dari berbagai situasi, seperti bungee jumping, mengemudi tanpa sabuk pengaman, hingga bertaruh uang pada pertandingan olahraga. Dalam beberapa skenario, peserta yang mengonsumsi paracetamol menilai aktivitas tersebut sebagai lebih “aman” dibanding kelompok kontrol.

    Para peneliti menegaskan bahwa efek ini masih bersifat hipotetis dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Namun, dengan sekitar 25% populasi AS mengonsumsi paracetamol setiap minggu, dampak potensialnya terhadap persepsi risiko masyarakat perlu diperhatikan.

    Penelitian serupa oleh Universitas Wina pada 2023 juga menemukan bahwa konsumsi obat pereda nyeri secara rutin dapat mengurangi empati dan perilaku prososial, menunjukkan hubungan kompleks antara penggunaan analgesik dan fungsi psikologis manusia.

    Meskipun ada potensi dampak terhadap persepsi risiko, acetaminophen tetap menjadi salah satu obat terpenting dan paling banyak digunakan di dunia, bahkan termasuk dalam daftar obat esensial menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    “Kita benar-benar membutuhkan lebih banyak penelitian tentang efek acetaminophen dan obat bebas lainnya terhadap keputusan dan risiko yang kita ambil,” kata Way.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Menteri Purbaya Lawan Mafia Impor Baju Bekas

    Menteri Purbaya Lawan Mafia Impor Baju Bekas

    Jakarta

    Menteri Purbaya bertitah kepada jajarannya untuk memerangi para importir yang membanjiri Indonesia dengan baju-baju bekas dari luar negeri. Rencananya, Purbaya ingin menegakkan kembali aturan impor pakaian bekas. Mengutip detikFinance, saat ini kapal pemasok sudah di stop sehingga stok pakaian bekas yang dijual di beberapa pasar sudah menipis.

    Kepada para pelaku bisnis ini, Purbaya Yudhi Sadewa menyebut jika pemerintah akan menyiapkan sanksi tambahan untuk memberi efek jera. Sebabnya, hukuman berupa pidana dan pemusnahan barang bukti dilihat tidak efektif menghapus praktik perdagangan ini. Mengutip detikcom, sanksi tambahan tersebut berupa denda dan larangan impor seumur hidup.

    “Jadi nanti barangnya dimusnahkan, orangnya didenda, dipenjara juga dan akan di-blacklist. Yang terlibat itu saya akan larang impor seumur hidup,” tegasnya.

    Namun demikian, pihaknya masih belum menentukan bentuk aturan yang ingin dibuat, apakah peraturan menteri atau yang lainnya. Saat ini, Purbaya tengah mendalami aturan yang sudah ada.

    “Nanti saya pelajarin. Tapi yang jelas pasti saya beresin,” kata Purbaya saat di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (27/10/2025).

    Sebenarnya usaha pemerintah telah lama melakukan sejumlah usaha untuk menumpas habis bisnis baju bekas ini. Pada pemerintahan sebelumnya, Menteri Perdagangan yang saat itu dijabat oleh Zulkifli Hasan juga telah melakukan operasi pasar hingga penggagalan impor barang di pelabuhan. Sayangnya jual-beli baju bekas masih saja muncul di beberapa daerah khususnya Jakarta.

    Sepanjang 2024 hingga 2025, pemerintah melalui Dirjen Bea Cukai telah melakukan 2.584 kali menindak impor baju dalam bentuk balpres. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai Djaka Budhi Utama, total barang bukti yang telah disita sebanyak 12.808 koli dengan perkiraan nilai barang mencapai Rp 49,44 miliar.

    “Sepanjang 2024 hingga 2025 Bea Cukai telah melakukan penindakan terhadap 2.584 kali penindakan, dengan total barang bukti sebanyak 12.808 koli dan perkiraan nilai barang mencapai Rp 49,44 miliar,” kata Djaka.

    Lalu apa bentuk kerugian negara terkait hal ini? Apa usulan bagi pemerintah bagi para pelaku usaha yang terdampak? Ikuti diskusinya bersama Ekonom CELIOS, Nailul Huda dalam Editorial Review.

    Beralih ke berita daerah, detikSore akan mengulas peristiwa banjir yang terjadi di Sukabumi. Seperti diberitakan detikJabar sebelumnya, luapan air di sungai Cisolok, Sukabumi luber hingga merendam ratusan rumah warga. Hingga hari ini, masyarakat terdampak masih dalam proses evakuasi. Bagaimana dampak banjir di sana? Adakah korban jiwa dalam peristiwa ini? Ikuti laporan langsung Jurnalis detikJabar selengkapnya.

    Jelang petang nanti, detikSore akan menyajikan diskusi kesehatan bersama Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Braveheart Brawijaya Hospital Saharjo tersebut akan memaparkan besaran risiko seseorang mengalami kematian jantung mendadak.

    Mengutip data Kemenkes, kematian akibat hal tersebut menyumbang peringkat tertinggi di Indonesia bahkan dunia. Menurut rilisan WHO tahun 2021, kematian akibat penyakit jantung mencapai angka 17,8 juta kematian atau satu dari tiga kematian di dunia setiap tahun. Lalu bagaimana metode deteksinya? Apa saja langkah medis yang dapat dilakukan di Indonesia? Ikuti obrolannya dalam Sunsetalk.

    Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.

    “Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!”

    (far/vys)

  • Waspadai Kematian Jantung Mendadak, Bisa Menimpa Usia Muda!

    Waspadai Kematian Jantung Mendadak, Bisa Menimpa Usia Muda!

    Jakarta

    Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit pembunuh nomor satu di dunia. Data WHO pada tahun 2021 menunjukkan, kematian akibat penyakit jantung mencapai angka 17,8 juta kematian. Artinya, 1 dari 3 kematian di dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit jantung.

    Jika dulu penyakit jantung identik dengan orang lanjut usia, kini banyak anak muda yang mengalaminya. Bahkan tak sedikit kasus kematian jantung mendadak yang menimpa usia muda.

    Meski beberapa gejala yang sebelumnya mungkin dialami, kematian jantung mendadak juga bisa terjadi tanpa gejala. Kendati demikian ada beberapa faktor risiko yang bisa diwaspadai, misalnya pernah mengalami serangan jantung.

    Fakta lain yang terungkap, banyak kematian akibat henti jantung terjadi di luar rumah sakit. Karenanya, pertolongan pertama dari orang sekitar punya peran sangat penting untuk menyelamatkan nyawa.

    Tidak kalah penting, jantung juga bisa mengalami gangguan aritmia yang berarti irama denyutnya tidak normal. Ada tanda-tanda yang penting diperhatikan dan diwaspadai sebelum berdampak fatal.

    Untuk membahas lebih dalam seputar kesehatan jantung dan pembuluh darah, detikSore akan menghadirkan Dr dr M Yamin SpJP(K) SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS, dokter spesialis jantung dari Braveheart – Brawijaya Hospital Saharjo. Nantikan sore ini pada pukul 17:00 WIB, hanya di detikcom.

    (elk/up)

  • Daftar Negara yang Paling Sehat di Dunia, Ada Negara Tetangga RI

    Daftar Negara yang Paling Sehat di Dunia, Ada Negara Tetangga RI

    Jakarta

    Ada banyak parameter yang bisa digunakan untuk menilai peringkat suatu negara, mulai dari Produk Domestik Bruto (PDB), biaya hidup, upah minimum, infrastruktur, hingga kualitas pendidikan. Namun, salah satu faktor paling penting adalah kesehatan.

    Meskipun gaya hidup sehat merupakan tanggung jawab pribadi, banyak negara yang terus berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

    Menurut Bloomberg Global Health Index, beberapa faktor yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu negara meliputi:

    Risiko kesehatan (seperti penggunaan tembakau, tekanan darah tinggi, dan obesitas)

    Ketersediaan air bersihRata-rata harapan hidupTingkat malnutrisiPenyebab kematian utama

    Dikutip dari Economy Middle East, berikut daftar negara yang termasuk paling sehat di dunia.

    1. Spanyol (Skor: 92,75/100)

    Spanyol menempati peringkat pertama sebagai negara paling sehat di dunia berdasarkan Bloomberg Global Health Index. Pola makan Mediterania, yang menekankan konsumsi makanan segar, mentah, dan minyak zaitun, memberikan dampak positif bagi kesehatan.

    Dikombinasikan dengan layanan kesehatan berkualitas tinggi dan tingkat perokok yang rendah, hal ini menjadikan Spanyol sebagai contoh sukses dalam menciptakan masyarakat sehat.

    Negara ini memiliki angka kematian akibat penyakit yang bisa dicegah tergolong rendah dan telah menerapkan berbagai inisiatif untuk meminimalkan faktor risiko. Tingkat skrining kanker dan vaksinasi di Spanyol umumnya di atas rata-rata Uni Eropa.

    Rendahnya angka rawat inap akibat gagal jantung dan diabetes mencerminkan sistem perawatan primer dan layanan kesehatan terpadu yang berfungsi baik. Spanyol juga mencatat harapan hidup tertinggi di Uni Eropa, yakni 83,2 tahun pada 2022. Meski sempat turun tajam antara 2019-2020 akibat pandemi COVID-19, angka tersebut kembali meningkat dalam beberapa tahun berikutnya.

    2. Italia (Skor: 91,59/100)

    Italia berada tak jauh di belakang Spanyol. Sama seperti tetangganya, pola makan khas Mediterania dengan bahan segar dan lokal berperan penting dalam menjaga kesehatan warganya. Didukung sistem kesehatan yang kuat serta fokus pada pencegahan penyakit, Italia terus menunjukkan performa baik di sektor kesehatan publik.

    Tingkat kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dan diobati di Italia tercatat lebih rendah dari rata-rata Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan rendahnya prevalensi faktor risiko serta efektivitas sistem kesehatan dalam menangani penyakit serius.

    Meski akses terhadap layanan kesehatan umumnya baik, pandemi COVID-19 sempat menimbulkan gangguan besar. Sekitar 23 persen penduduk Italia melaporkan tertunda mendapat layanan kesehatan selama 12 bulan pertama pandemi, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata Uni Eropa yang sebesar 21 persen.

    3. Islandia (Skor: 91,44/100)

    Islandia termasuk salah satu negara paling sehat di kawasan Nordik. Warga Islandia menjalani gaya hidup sehat di tengah keindahan alam yang luar biasa, dengan kebiasaan aktif di luar ruangan serta pemanfaatan sumber daya panas bumi untuk energi berkelanjutan.

    Angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah di Islandia tergolong rendah dibandingkan sebagian besar negara Uni Eropa. Kasus kematian akibat alkohol, kecelakaan fatal, dan kanker paru juga jauh lebih sedikit.

    Selain itu, Islandia memiliki salah satu tingkat kematian terendah untuk penyakit yang dapat diobati, menandakan bahwa sistem kesehatannya sangat efektif dalam menyelamatkan pasien dari kondisi yang berpotensi mematikan.

    4. Jepang (Skor: 91,38/100)

    Jepang dikenal sebagai negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia. Budaya yang menekankan pada pencegahan penyakit, olahraga rutin, serta pola makan sehat berkontribusi besar terhadap kesehatan masyarakatnya.

    Harapan hidup saat lahir di Jepang meningkat dari 81,1 tahun pada tahun 2000 menjadi 84,5 tahun pada 2021. Negara ini juga memiliki angka kematian bayi dan kematian ibu terendah di dunia, mencerminkan keberhasilan sistem kesehatannya yang stabil dan berorientasi pada pencegahan.

    5. Swiss (Skor: 90,93/100)

    Swiss tak hanya terkenal dengan jam tangan dan pegunungannya, tetapi juga sebagai pelopor dalam bidang medis dan kesehatan publik. Negara ini memiliki standar kesehatan nasional yang sangat tinggi berkat sistem asuransi kesehatan universal yang menekankan pada pengobatan preventif dan gaya hidup aktif di alam terbuka.

    Sistem kesehatan Swiss bersifat terdesentralisasi, setiap kanton (negara bagian) memiliki peran penting dalam pengelolaannya. Pendanaannya berasal dari premi peserta, pajak (terutama dari pemerintah daerah), iuran sosial, dan pembayaran pribadi (out-of-pocket). Semua penduduk diwajibkan untuk memiliki asuransi dari penyedia nirlaba swasta.

    6. Swedia (Skor: 90,24/100)

    Swedia menempati posisi keenam sebagai salah satu negara dengan masyarakat paling sehat di dunia. Kombinasi jaminan sosial yang kuat, akses layanan kesehatan yang merata, dan budaya aktif berolahraga membuat tingkat kesehatannya tinggi.

    Negara ini memiliki angka kematian rendah akibat kanker paru, konsumsi alkohol, serta kecelakaan lalu lintas, berkat kebijakan kesehatan publik yang kuat. Rendahnya tingkat kematian akibat penyakit yang dapat diobati juga menunjukkan efektivitas sistem kesehatannya.

    7. Australia (Skor: 89,75/100)

    Australia menempati posisi berikutnya dalam daftar. Warga Australia dikenal dengan gaya hidup sehat, konsumsi makanan segar, dan kecintaan pada aktivitas luar ruangan.

    Negara ini memiliki program asuransi kesehatan publik universal yang dikelola secara regional dan dibiayai melalui pajak umum serta pungutan pemerintah. Warga secara otomatis terdaftar dan mendapatkan layanan rumah sakit publik gratis, termasuk cakupan besar untuk konsultasi medis, obat-obatan, dan layanan kesehatan lainnya.

    Harapan hidup di Australia meningkat dari 79,7 tahun pada tahun 2000 menjadi 83,1 tahun pada 2021, menunjukkan keberhasilan kebijakan kesehatan yang berfokus pada pencegahan dan akses universal.

    8. Singapura (Skor: 89,29/100)

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Singapura memiliki salah satu sistem kesehatan terbaik di dunia dalam hal kualitas dan aksesibilitas. Hal ini berkat standar pelatihan medis yang tinggi, teknologi kesehatan canggih, dan sistem pelayanan yang efisien.

    Negara ini juga dikenal memiliki udara dan air yang sangat bersih, yang membantu mencegah penyakit pernapasan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Tingkat penyakit menular seperti tuberkulosis dan HIV-AIDS juga sangat rendah, berkat program kesehatan publik yang kuat seperti kampanye vaksinasi dan sistem pemantauan penyakit yang efektif.

    9. Norwegia (Skor: 89,09/100)

    Norwegia termasuk negara paling sehat di dunia berkat sistem layanan kesehatan universal, gaya hidup aktif di alam terbuka, serta ketersediaan pangan bergizi dan layanan kesehatan berkualitas tinggi.

    Negara ini memiliki sistem kesehatan berbasis pajak yang menjamin akses perawatan dasar bagi semua warganya. Kualitas layanan medisnya pun sangat baik, terlihat dari rasio tenaga kesehatan yang tinggi, yaitu 4,9 dokter serta 18,3 perawat dan bidan per 1.000 penduduk.

    Sementara menurut World Population Review Global Health Index 2024, Singapura menduduki peringkat pertama sebagai negara paling sehat di dunia dengan skor 95,3. Kemudian disusul oleh Jepang, 95,1, Korea Selatan, 94,3, Taiwan, 94,2 Israel, 94,2 hingga Norwegia dengan skor 93,6.

    Halaman 2 dari 4

    (suc/kna)

  • Spanyol Jadi Negara Paling Sehat di Dunia, Ini 7 Kebiasaan Warganya

    Spanyol Jadi Negara Paling Sehat di Dunia, Ini 7 Kebiasaan Warganya

    Jakarta

    Menurut Indeks Kesehatan Global Bloomberg tahun 2024, Spanyol menjadi negara paling sehat nomor satu di dunia. Negeri Matador melampaui Italia, dengan rata-rata harapan hidup 86 tahun.

    Spanyol memang memiliki sistem layanan kesehatan publik yang kuat dan akses ke layanan pencegahan, namun gaya hidup dan pola makan memiliki kontribusi yang setara dalam pencapaian tersebut.

    Lalu, apa ‘rahasia’ masyarakat Spanyol dalam menjaga kesehatan mereka? Berikut jawabannya, dikutip dari Times of India.

    1. Minyak Zaitun di Tiap Masakan

    Masakan Spanyol mengandalkan minyak zaitun extra virgin, salah satu bahan utama diet tradisional Mediterania. Minyak zaitun kaya akan lemak tak jenuh tunggal dan polifenol, senyawa yang terbukti melindungi kesehatan jantung dan mengurangi peradangan.

    Dalam sebuah penelitian, menemukan bahwa peserta yang menjalani diet Mediterania dengan suplemen minyak zaitun extra virgin mengalami penurunan signifikan dalam insidensi kejadian kardiovaskular mayor, penurunan angka mortalitas secara keseluruhan, serta perbaikan profil lipid dan faktor risiko kardiovaskular lainnya.

    2. Hidup Lebih ‘Lambat’

    Sebuah studi yang diterbitkan di ScienceDirect mencatat bahwa budaya yang lebih santai, seperti Spanyol, mengalami tingkat stres yang lebih rendah dan kesejahteraan yang lebih baik secara keseluruhan karena memprioritaskan waktu bersosialisasi dan istirahat daripada produktivitas yang konstan.

    Ritme kehidupan orang Spanyol jauh lebih lambat. Waktu makan tidak terburu-buru, bersifat sosial, dan sering kali disantap bersama. Tradisi siesta (istirahat siang singkat) dan makan siang bersama yang panjang mendorong gaya hidup seimbang yang memungkinkan pemulihan dan mengurangi tingkat stres.

    3. Budaya Tapas

    Budaya tapas di Spanyol adalah gaya makan berupa hidangan porsi kecil dan dinikmati sambil bersosialisasi.

    Menurut penelitian dari Harvard School of Public Health, makan di lingkungan yang santai dan sosial mendorong konsumsi yang penuh kesadaran dan meningkatkan hasil metabolisme. Hal ini nantinya akan berdampak pada pencernaan yang baik.

    4. Spanyol Kaya Akan Vitamin D

    Iklim Spanyol menyediakan vitamin D yang melimpah, yang penting untuk kesehatan tulang, fungsi kekebalan tubuh, dan pengaturan suasana hati. Paparan sinar matahari setiap hari dan aktivitas luar ruangan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat di sana.

    5. Saling Terkoneksi

    Koneksi merupakan kebiasaan sehat di Spanyol. Dari pertemuan di lingkungan sekitar hingga pertemuan di kafe, ikatan sosial sangat erat, dan komunitas merupakan elemen penentu budaya Spanyol.

    Sebuah studi kohort besar di Spanyol yang disebut Proyek SUN menemukan bahwa partisipan dengan hubungan sosial yang kuat memiliki risiko depresi dan kematian dini yang jauh lebih rendah.

    6. Merawat Orang Tua

    Menurut The Lancet, isolasi sosial telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Sebaliknya, budaya hidup antargenerasi di Spanyol membuat lansia tetap terlibat secara emosional dan aktif secara mental.

    Salah satu studi terlama yang dilakukan oleh Harvard menemukan bahwa hubungan merupakan prediktor terbesar umur panjang.

    7. Ritual Paseo

    Paseo merupakan aktivitas jalan kaki santai di sore hari. Biasanya masyarakat di sana akan mengitari alun-alun atau daerah pesisir.

    erjalan kaki secara teratur dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan. Menurut WHO, bahkan berjalan kaki dengan kecepatan sedang pun dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan kematian dini.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/naf)

  • Terungkap Lewat Studi, Otak Pria Lebih Cepat Menyusut daripada Wanita

    Terungkap Lewat Studi, Otak Pria Lebih Cepat Menyusut daripada Wanita

    Jakarta

    Sebuah studi mengungkapkan otak pria rupanya lebih cepat mengecil dibandingkan otak wanita, seiring bertambahnya usia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2021 terdapat 57 juta orang di seluruh dunia hidup dengan demensia dan tiap tahunnya muncul hampir 10 juta kasus baru.

    Namun, terdapat data yang unik antara jenis kelamin. Secara global, penyakit alzheimer justru hampir dua kali lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Pada usia 45 tahun, risiko wanita untuk mulai mengalami kondisi ini adalah 1:5, sedangkan pada pria 1:10.

    Alzheimer adalah kondisi otak yang menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, dan perilaku secara bertahap. Kondisi ini merupakan bentuk paling umum dari demensia dan biasanya menyerang orang lanjut usia.

    Dikutip dari Euronews, dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, peneliti menganalisis lebih dari 12 ribu hasil pemindaian otak dari hampir 5 ribu orang sehat berusia 17-95 tahun. Peneliti menemukan otak pria menunjukkan penurunan yang lebih tajam di beberapa area seiring waktu, termasuk bagian yang terlibat dalam memori, gerakan, dan pemrosesan visual.

    Salah satunya, pada bagian korteks postcentral, menyusut sekitar 2 persen per tahun pada pria, sedangkan pada wanita ‘hanya’ 1,2 persen. Korteks postcentral merupakan bagian otak yang memproses sensasi seperti sentuhan, rasa sakit, dan posisi tubuh.

    Sementara itu, wanita menunjukkan pelebaran lebih besar pada ventrikel otak (rongga berisi cairan otak), yang merupakan tanda perubahan akibat penuaan. Namun, secara keseluruhan wanita mengalami penyusutan struktur otak lebih sedikit.

    Pria juga mengalami penipisan korteks, lapisan luar otak, yang lebih besar akibat penuaan. Ini utamanya terdapat pada area parahippocampal dan fusiform. Pria juga mengalami penurunan tajam pada struktur subkortikal seperti putamen dan kaudatus, yang berperan penting dalam fungsi motorik atau gerakan.

    Alasan biologis mengapa wanita lebih rentan terhadap alzheimer masih belum sepenuhnya dipahami. Masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui hal tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan jenis kelamin dalam penurunan otak akibat penuaan tidak mungkin menjadi penyebab utama tingginya angka diagnosis alzheimer pada wanita.

    Ilmuwan sejak lama menyebut adanya berbagai faktor mengapa wanita lebih rentan mengalami alzheimer. Misalnya perubahan hormonal setelah menopause, perbedaan fungsi sistem kekebalan dan pembuluh darah, faktor genetik, dan terakhir usia harapan hidup yang lebih tinggi.

    Pada tahun 2021, usia harapan hidup rata-rata wanita adalah 73,8 tahun, sedangkan pria 68,4 tahun. Artinya, lebih banyak wanita yang mencapai usia di mana risiko Alzheimer paling tinggi.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Ibu Suri Thailand Meninggal di Usia 93 gegara Sakit Komplikasi Sepsis Darah

    Ibu Suri Thailand Meninggal di Usia 93 gegara Sakit Komplikasi Sepsis Darah

    Jakarta

    Ibu Suri Thailand, Ratu Sirikit, meninggal dunia di usia 93 tahun pada 24 Oktober 2025. Pihak istana mengatakan Ratu Sirikit telah dirawat di rumah sakit sejak tahun 2019 karena beberapa penyakit. Dalam sebuah pernyataan, Istana menyebut penyebab kematian adalah komplikasi akibat sepsis darah.

    Pada 17 Oktober, Ratu Sirikit diketahui sempat mengalami infeksi aliran darah sebelum akhirnya meninggal pada Jumat malam. Pemerintah kerajaan menetapkan masa berkabung selama satu tahun bagi anggota keluarga kerajaan dan staf istana.

    Dikutip dari Guardian, Ratu Sirikit memang sudah lama tidak menunjukkan diri ke publik. Ini dimulai sejak diagnosis stroke yang dialaminya pada tahun 2012. Suami Ratu Sirikit, Raja Bhumibol Adulyadej, lebih dulu meninggal dunia pada tahun 2016.

    Lalu pada tahun 2019, putra Ratu Sirikit yang bernama Raja Maha Vajiralongkorn dinobatkan menjadi Raja Thailand yang baru, dan Ratu Sirikit mendapatkan gelar resmi Ibu Suri atau Queen Mother.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, sepsis merupakan keadaan darurat medis mengancam jiwa yang disebabkan respons tubuh yang berlebihan terhadap suatu infeksi. Tanpa penanganan segera, kondisi ini dapat memicu kerusakan jaringan, kegagalan organ, bahkan kematian.

    Saat seseorang terinfeksi, sistem kekebalan tubuh berusaha melawan infeksi tersebut. Namun, sistem kekebalan terkadang berhenti melawan penyebab infeksi dan justru mulai merusak jaringan serta organ normal tubuh, sehingga menimbulkan peradangan luas di seluruh tubuh.

    Pada saat yang sama, reaksi berantai abnormal pada sistem pembekuan darah dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah di pembuluh darah. Hal ini mengurangi aliran darah ke berbagai organ tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan serius.

    Sepsis bisa menyerang siapa saja yang mengalami infeksi, terutama bakteremia, berisiko lebih tinggi. Beberapa faktor risiko sepsis meliputi:

    Berusia di atas 65 tahun.Sedang hamil.Memiliki kondisi medis tertentu seperti diabetes, obesitas, kanker, atau penyakit ginjal.Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.Sedang dirawat di rumah sakit karena alasan medis lain.Mengalami cedera berat seperti luka bakar besar atau luka terbuka.Menggunakan kateter, infus IV, atau alat bantu pernapasan.

    Sepsis dapat memengaruhi banyak bagian tubuh, sehingga gejalanya bisa sangat beragam. Jika kondisi ini dipicu oleh infeksi seperti keracunan darah (septicemia), tubuh mungkin mengalami ruam sepsis pada kulit.

    Ruam ini membuat kulit tampak kemerahan dan berubah warna, kadang disertai bintik-bintik kecil berwarna merah tua. Gejala sepsis yang mungkin muncul meliputi:

    Masalah buang air kecil, seperti frekuensi berkurang atau dorongan kuat untuk buang air kecil.Tubuh terasa lemas atau tidak bertenaga.Detak jantung cepat.Tekanan darah rendah.Demam atau hipotermia (suhu tubuh sangat rendah).Menggigil atau gemetar.Kulit terasa hangat, lembap, atau berkeringat.Kebingungan atau gelisah.Pernapasan cepat (hiperventilasi) atau sesak napas.Nyeri atau ketidaknyamanan ekstrem.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Data WHO: 3 Juta Orang Tewas dalam 10 Terakhir karena Tenggelam”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)

  • Taruna Ikrar: BPOM Hadirkan Regulasi Stemcell yang Berpihak pada Keamanan Rakyat Indonesia

    Taruna Ikrar: BPOM Hadirkan Regulasi Stemcell yang Berpihak pada Keamanan Rakyat Indonesia

    Regulasi ini juga menegaskan kolaborasi antara BPOM dan Kementerian Kesehatan:

    Kementerian Kesehatan berwenang dalam perizinan operasional fasilitas penelitian dan layanan,

    BPOM bertanggung jawab terhadap izin edar produk dan sertifikasi Good Manufacturing Practice (GMP).

    Langkah ini sejalan dengan standar internasional seperti WHO, ICH, PIC/S, EMA, US-FDA, TGA, PMDA, dan HSA. Pelanggaran terhadap regulasi ini diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023, dengan ancaman denda maksimal Rp5 miliar dan pidana hingga 12 tahun.

    “Dengan regulasi yang jelas, kita memastikan bahwa setiap terapi sel punca yang dikembangkan di Indonesia bukan hanya aman dan bermutu, tapi juga berorientasi pada nilai kemanusiaan—untuk menyembuhkan, bukan sekadar memperdagangkan harapan,” ujar Taruna Ikrar.

    Taruna menambahkan, pedoman ini juga diharapkan menjadi fondasi penting bagi percepatan riset dan inovasi berbasis sel punca di Indonesia, sejalan dengan visi “Menjulang, Membumi, dan Mengakar” yang diusung BPOM — menjulang dalam standar global, membumi dalam penerapan nasional, dan mengakar dalam nilai kemanusiaan.

    “Ilmu dan regulasi harus berjalan seiring. Karena di balik setiap molekul dan sel, ada kehidupan yang harus kita jaga,” tutupnya penuh makna.

    Melalui penguatan regulasi terapi sel punca, Indonesia menunjukkan perannya di kancah global sebagai bangsa yang tidak hanya mengikuti arus kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga menuntunnya dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab moral terhadap kehidupan beber taruna. (*)

  • Studi Ungkap 6 Jenis Kanker Hantui Usia Muda, Umur 20-an Juga Bisa Kena

    Studi Ungkap 6 Jenis Kanker Hantui Usia Muda, Umur 20-an Juga Bisa Kena

    Jakarta

    Sebuah studi global menemukan enam jenis kanker yang kasusnya meningkat di kalangan anak muda berusia antara 20-49 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 20 juta orang didiagnosis mengidap beberapa bentuk penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 2022.

    Angka tersebut diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 35 juta pada tahun 2050. Diperkirakan angkanya meningkat sebesar 77 persen.

    Para peneliti dari The Institute of Cancer Research dan Imperial College London mempelajari tingkat 13 jenis kanker berbeda, yang dilaporkan meningkat pada orang berusia muda.

    Mereka menemukan bahwa satu jenis kanker tertentu secara tidak proporsional memengaruhi kaum muda, berusia 20 hingga 49 tahun. Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan orang-orang berusia 50 tahun ke atas.

    Para ilmuwan juga mengidentifikasi enam jenis kanker yang sedang meningkat di 75 persen dari 42 negara yang diteliti. Data tersebut didapatkan dari berbagai negara di Asia, Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Afrika, dan Australia mulai dari tahun 2003 hingga 2017.

    Beberapa penyakit yang diteliti seperti leukemia, kanker payudara, endometrium, prostat, kolorektal, dan ginjal termasuk di antara penyakit yang dibedah. Tingkat kanker tiroid, lambung, hati, kandung empedu, mulut, pankreas, dan esofagus juga diselidiki.

    “Para ilmuwan menemukan bahwa kanker tiroid mengalami peningkatan terbesar, peningkatan tahunan rata-rata 3,6 persen, pada kelompok usia 20 hingga 49 tahun di 75 persen negara yang diteliti,” tulis peneliti yang dikutip dari Unilad.

    Kanker tiroid memengaruhi kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di pangkal leher yang menghasilkan hormon pengatur tubuh. Seiring perkembangannya, gejalanya mungkin termasuk pembengkakan di leher, kesulitan menelan, dan perubahan suara.

    “Sementara itu, kanker ginjal mengalami peningkatan tertinggi kedua pada kaum muda, sebesar 2,2 persen. Disusul oleh kanker endometrium (1,7 persen), kanker kolorektal (1,5 persen), kanker payudara (0,9 persen), dan leukemia (0,8 persen),” demikian hasil penelitian tersebut.

    Studi ini juga menemukan bahwa lima dari enam kanker tersebut juga meningkat di kalangan orang dewasa yang lebih tua, dengan tingkat pertumbuhan yang serupa atau sedikit lebih rendah.

    Kanker Kolorektal Paling Banyak Dialami Orang Muda

    Namun, kanker kolorektal yang menjadi satu-satunya jenis kanker yang peningkatannya hanya terjadi pada orang dewasa muda. Di hampir 70 persen negara, peningkatannya lebih tajam pada orang dewasa muda.

    “Sebagian besar kasus kanker kolorektal bermula sebagai pertumbuhan pada lapisan dalam usus besar atau rektum,” jelas American Cancer Society.

    “Gejalanya dapat berupa perubahan kebiasaan buang air besar, darah dalam tinja, sakit perut, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan,” tambahnya.

    Jenis kanker yang meningkat pada orang dewasa muda dan tua semuanya terkait dengan obesitas. Dengan kanker endometrium dan ginjal paling erat kaitannya dengan kelebihan berat badan.

    Sementara itu, kasus kanker hati, mulut, dan perut pada orang dewasa muda telah menurun di 50 persen negara yang diteliti.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)