NGO: UNICEF

  • Ledakan Tewaskan 5 Anak Sedang Main Sepak Bola di Yaman

    Ledakan Tewaskan 5 Anak Sedang Main Sepak Bola di Yaman

    JAKARTA – Sedikitnya lima anak yang sedang bermain sepak bola tewas setelah ledakan terjadi di area permukiman di Yaman barat daya. 

    Mengutip AP, Minggu 13 Juli, dua warga setempat yang menjadi saksi mata, Ahmed Al-Sharee dan Khaled Al-Areki, mengatakan, anak-anak tersebut sedang bermain sepak bola ketika ledakan terjadi.

    Ledakan di Kecamatan Al-Hashmah, Provinsi Taiz itu, juga menyebabkan tiga orang luka ringan bersama korban tewas dibawa ke rumah sakit.

    Menurut sumber layanan kesehatan di Rumah Sakit Al-Rafai, para korban tewas disebabkan luka pecahan peluru.

    Seorang juru bicara badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNICEF mengatakan, mereka belum mengetahui laporan tentang insiden tersebut sehingga belum dapat memverifikasi faktanya saat ini.

    Kelompok Hak Asasi Manusia Yaman mengutuk insiden tersebut dalam sebuah laporan yang menyertakan foto-foto mengerikan dari tubuh anak-anak yang terluka.

    Mereka mengungkapkan, korban tewas berusia 12 tahun, dan dua anak berusia 14, sisanya masih belum diketahui pastinya.

  • Menteri Wihaji Terbitkan SE, Ajak Para Ayah Antar Anak di Hari Pertama Sekolah

    Menteri Wihaji Terbitkan SE, Ajak Para Ayah Antar Anak di Hari Pertama Sekolah

    Jakarta

    Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji, menerbitkan surat edaran (SE) Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Menteri Wihaji mengajak para ayah untuk mengantar anaknya ke sekolah.

    “Melalui kehadiran ayah pada momen penting tersebut akan tercipta kedekatan emosional yang berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri, kenyamanan, dan kesiapan anak dalam menjalani proses belajar,” demikian salah satu isi dari SE yang diedarkan pada Jumat (11/7/2025).

    Menteri Wihaji menjelaskan 20,9 persen anak-anak di Indonesia kehilangan kehadiran ayah, baik akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga. Sedikitnya 33 persen remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, namun hanya 4,3 persen orang tua mendeteksi bahwa anaknya membutuhkan bantuan.

    Tercatat, 37,17 persen anak usia 0-5 tahun diasuh oleh kedua orang tua kandung secara bersamaan, dan 20,9 persen keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak secara langsung di Indonesia. Data itu dipublikasikan oleh Unicef tahun 2021; I-NAMHS tahun 2022; BPS tahun 2021; dan KPAI tahun 2017. Data itu menunjukkan fenomena fatherless tengah terjadi di Indonesia.

    Peluncuran program GATI

    Maka, dalam upaya menekan kondisi yang kurang menguntungkan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak ke depan, Kemendukbangga/BKKBN meluncurkan program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). Peluncuran dilakukan langsung oleh Menteri Wihaji.

    Dia menyebut GATI bertujuan untuk mendorong keterlibatan aktif ayah dan calon ayah dalam pengasuhan anak serta pendampingan remaja.

    Kini, mengambil momentum berakhirnya liburan sekolah dan tahun ajaran baru, Menteri Wihaji menerbitkan SE Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, yang mulai berlaku 14 Juli 2025. Dia menggarisbawahi gerakan ini menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia, dari yang semula terpusat pada peran ibu menjadi lebih kolaboratif dan setara.

    Selain ASN di lingkungan Kemendukbangga/BKKBN, Menteri Wihaji berharap para pihak ikut terlibat aktif mengedukasi keluarga, kerabat, dan tetangga untuk berpartisipasi dalam gerakan ayah mengantar anak di hari pertama sekolah. Adapun anak usia sekolah dalam gerakan ini adalah anak-anak yang berada pada jenjang PAUD hingga SMA atau sederajat.

    Gerakan ayah mengantar anak di hari pertama sekolah juga mendapat landasan regulasi. Selain SE Mendukbangga/Kepala BKKBN, antara lain juga berpijak pada SE Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 10 tahun 2025 tentang Pelaksanaan Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan Ramah Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah tahun ajaran 2025/2026.

    Peran ayah dalam pengasuhan anak

    Menteri Wihaji mengatakan peran ayah dalam mengasuh anak sangatlah penting dan beragam. Menurutnya, ayah bukan hanya berperan sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pendidik, pelindung, teman bermain, dan panutan bagi anak.

    “Keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan memberikan dampak positif pada perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak,” ujar Wihaji.

    Dia mengungkap beberapa peran penting ayah dalam pengasuhan anak. Di antaranya adalah pelindung dan pemberi rasa aman, baik secara fisik maupun emosional. Wihaji menyebut kehadiran ayah yang stabil dan mendukung dapat membantu anak merasa lebih percaya diri dan berani menjelajahi dunia.

    Selain itu, sebagai teman bermain dan pembimbing; Pembangun ikatan emosional yang kuat dengan anak, mengekspresikan kasih sayang dan perhatian. Keterlibatan ayah dalam kegiatan sehari-hari, seperti mengobrol, bermain, dan memberikan sentuhan, dapat mempererat ikatan ini.

    Berikutnya, panutan dan model perilaku bagi anak dalam bersikap, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain. Menteri Wihaji menyebut ayah yang terlibat aktif dalam pengasuhan dapat membantu anak membentuk karakter yang positif dan bertanggung jawab; Pendukung perkembangan anak dengan memberikan motivasi, dukungan, dan kesempatan untuk belajar hal-hal baru.

    Lebih lanjut, ayah juga berperan membentuk karakter anak, mengajarkan nilai-nilai positif, dan membantu anak memahami perbedaan; termasuk pembagi tanggung jawab bersama antara ayah dan ibu dalam pengasuhan demi menciptakan lingkungan keluarga yang seimbang dan harmonis.

    “Melalui peran-peran itu, ayah dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan anak dan membantu menciptakan generasi kuat, berdaya, dan berkarakter,” pungkasnya.

    (fas/knv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Banyak Gen Z Overweight dan Obesitas gegara Doyan Paket Promo-yang Penting Kenyang

    Banyak Gen Z Overweight dan Obesitas gegara Doyan Paket Promo-yang Penting Kenyang

    Jakarta

    Jumlah anak yang masuk kategori overweight atau berat badan berlebih hingga obesitas, meningkat dalam dua dekade terakhir di Asia timur dan pasifik. Indonesia mencatat satu dari 5 anak rentang usia 5-12 tahun dan 1 dari 7 remaja dengan rentang 13 hingga 18 tahun mengalami dua kondisi tersebut.

    Banyak faktor yang melatarbelakanginya, tetapi lebih sering berkaitan dengan pola makan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut warga dengan ekonomi menengah ke bawah mulai lebih banyak memilih makanan ultraproses dan pangan instan siap saji. Alasannya, lebih mudah diakses dan harga relatif jauh lebih murah.

    Makanan cepat saji dan minuman manis bahkan kini lebih mudah didapatkan dan lebih terjangkau ketimbang buah serta sayuran. Walhasil, meskipun pemerintah sudah memiliki pedoman sehat makanan, banyak anak tetap kesulitan mendapat pilihan makanan kaya gizi.

    Mirisnya, hal ini didorong dengan keterpaparan iklan makanan tidak sehat yang banyak ditemukan di media sosial. Terlihat dari hasil riset Inisiatif Fix My Food Indonesia (FIF) yang didukung Unicef.

    Mereka menganalisis keterkaitan paparan iklan dengan persepsi memilih makanan khususnya di kelompok muda, dengan partisipan berusia 14 hingga 29 tahun dan lebih banyak di perkotaan. Hasilnya, terbagi menjadi tiga aspek.

    Pertama, pemilihan konsumsi pangan tidak sehat pertama lebih banyak berkaitan dengan penyajian makanan. Ada 43 persen partisipan usia muda yang memilih makanan dengan melihat penampilan, aroma, dan penyajiannya.

    Pilihan kedua adalah terkait harga. Sebanyak 27 persen dari partisipan mengutamakan pilihan makanan yang murah dan menyenangkan ketimbang melihat kandungan gizi. Sementara 13 persen lainnya memilih makanan karena dipengaruhi oleh apa yang tersedia di dekat lingkungan mereka atau rutinitas dan kesehariannya.

    Adapula 11 persen partisipan yang makan lebih banyak dari perencanaan sebelumnya, imbas terpengaruh promo hemat atau buy one get one yang kerap dipasarkan industri. Kandungan gizi nyaris tidak pernah menjadi prioritas dalam memilih makanan.

    NEXT: Pengaruh di Medsos dan Influencer

    Pakar gizi UNICEF Indonesia David Colozza juga mengungkap hasil survey yang sejalan dengan temuan FIF. Survei dilakukan Juli hingga Agustus 2024 dengan total lebih dari 7 ribu responden, 69 persen di antaranya perempuan dan kelompok umur mulai dari 10 hingga lebih dari 24 tahun.

    Temuan menarik yang juga disoroti adalah pengaruh influencer dan selebritas dalam pemilihan makanan usia anak muda.

    “60 persen telah melihat iklan makanan tidak sehat yang menampilkan atlet, selebritas, influencer,” tutur David dalam webinar hasil diseminasi pemasaran makanan tidak sehat, Kamis (10/7/2025).

    Bila dirinci, angkanya lebih banyak pada influencer yakni 67 persen, diikuti 66 persen selebriti, dan 24 persen atlet.

    Karenanya, Unicef mendorong perbaikan regulasi yang saat ini dinilai belum memadai, utamanya dalam pemasaran pangan tidak sehat secara digital.

    David menyebut penting untuk membatasi pemasaran makanan tidak sehat di semua media dan mulai mengevaluasi model profil gizi untuk menentukan kategori yang seragam pada produk mana yang bisa dipasarkan pada kelompok anak, sesuai standar WHO.

    “Memperkuat pemantauan dan penegakan hukum dengan mengacu pada praktik terbaik global, misalnya pelarangan terbau pemasaran makanan tidak sehat pada anak-anak, seperti yang berlaku di Inggris dan Norwegia,” sambung David.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Israel Masih Blokir Bantuan, Bayi-bayi di Gaza Sekarat Menunggu Ajal

    Israel Masih Blokir Bantuan, Bayi-bayi di Gaza Sekarat Menunggu Ajal

    Jakarta

    Israel masih terus memblokir bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Hal ini menyebabkan ratusan bayi mengalami malnutrisi dan berada di ambang kematian.

    Pantauan NBC News, di bangsal neonatal di Rumah Sakit Nasser Khan Younis, Dr Ahmad al-Fara menghabiskan hari dengan memperhatikan inkubator yang berbunyi bip, berusaha menjaga setengah lusin bayi tetap hidup, masing-masing terjebak dalam krisis yang dapat merenggut nyawa mereka.

    “Anak-anak ini menghadapi kematian yang lambat,” kata al-Fara, yang mengepalai departemen tersebut.

    Dengan persediaan yang menipis dan tidak dapat diisi ulang, Dr Marwan al-Hams, Direktur Rumah Sakit Lapangan Gaza, mengatakan kepada NBC News pada hari Sabtu, “saat ini kami tidak memiliki susu formula bayi Tipe 1 atau 2 di rumah sakit, kami juga tidak memiliki susu formula medis yang kami gunakan dalam inkubator.”

    “Malnutrisi ibu hamil atau menyusui memperburuk situasi, dengan kasus malnutrisi di antara bayi baru lahir dan anak-anak meningkat,” tambahnya.

    Jenis susu lain, yang tidak diformulasikan untuk bayi baru lahir, masih tersedia dalam jumlah kecil yang menurut al-Fara diperoleh para relawan dari pasar, seringkali dengan harga selangit.

    Tanpa nutrisi yang tepat, dokter di Gaza mengatakan mereka telah melihat anak-anak tidak hanya menjadi kurus kering, tetapi juga menjadi rentan terhadap penyakit lain. Kekurangan protein dengan cepat menyebabkan komplikasi lain, termasuk infeksi, pembengkakan, dan kegagalan organ.

    Setidaknya 66 anak telah meninggal akibat kelaparan dan kekurangan gizi sejak konflik saat ini dimulai pada 7 Oktober 2023, menurut al-Hams.

    Di Rumah Sakit Nasser, Al-Fara merawat Shams Mu’nis Dughayr, seorang anak berusia 3 tahun dalam kondisi kritis, perut dan kakinya bengkak karena kekurangan protein yang parah. Berat badannya seharusnya 15 kilogram, tetapi bobot bayi malang itu hanya 10 kg.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi lain telah lama memperingatkan bahwa Gaza berisiko kelaparan, UNICEF mengatakan krisis kelaparan telah semakin dalam dalam beberapa bulan terakhir.

    Anak-anak di Rumah Sakit Nasser termasuk di antara lebih dari 16.000 anak berusia antara 6 bulan dan 5 tahun yang menurut perkiraan UNICEF telah dirawat di rumah sakit dan klinik karena kekurangan gizi akut sepanjang tahun ini.

    Menurut UNICEF, blokade Israel selama 11 minggu terhadap makanan, bantuan, dan pasokan medis memicu lonjakan 150 persen jumlah anak yang dirawat karena kekurangan gizi. Blokade tersebut sebagian dicabut pada 19 Mei, tetapi kasus kekurangan gizi terus berlanjut.

    Dalam kondisi saat ini, UNICEF mengatakan, kasus kekurangan gizi akut kemungkinan akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang dan dapat mencapai tingkat tertinggi sejak awal konflik.

    Doctors Without Borders mengutuk sistem tersebut sebagai “rumah pemotongan hewan yang menyamar sebagai bantuan kemanusiaan,” dan menyerukan agar sistem tersebut ditutup, dan harian Israel Haaretz melaporkan pada hari Jumat bahwa tentara diperintahkan untuk menembak warga sipil yang mendekati bantuan.

    (kna/kna)

  • Jika Blokade ke Gaza Tidak Diakhiri, Anak-Anak Akan Mati Kehausan

    Jika Blokade ke Gaza Tidak Diakhiri, Anak-Anak Akan Mati Kehausan

    PIKIRAN RAKYAT – Israel penjajah masih belum membuka blokade bantuan kemanusiaan untuk Gaza sejak 2 Maret 2025. Padahal kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, hingga bahan bakar sangat dibutuhkan warga Palestina di wilayah tersebut.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa, 24 Juni 2025 memperingatkan jika blokade Israel selama lebih dari 100 hari tidak dicabut, anak-anak di Gaza bisa meninggal karena kehausan.

    “Bahan bakar, untuk menyatakan hal yang jelas, sangat penting untuk memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan air kepada lebih dari 2 juta orang yang tinggal di Gaza. UNICEF memperingatkan bahwa jika blokade bahan bakar yang sudah berlangsung lebih dari 100 hari ke Gaza tidak berakhir, anak-anak mungkin akan mulai mati kehausan,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers.

    PBB juga mengutuk keras tindakan Israel yang menembaki warga Palestina di titik-titik distribusi bantuan yang dikelola Israel dan Amerika Serikat. Padahal, PBB dan organisasi serta dunia internasional telah mendesak agar Israel mengizinkan masuknya bantuan.

    “Laporan tentang orang-orang yang ditembaki di dekat lokasi distribusi bantuan yang tidak dimiliterisasi PBB pada rute yang ditetapkan oleh otoritas Israel agar PBB dapat mengumpulkan truk yang membawa bantuan,” ujarnya dilaporkan Middle East Monitor.

    Dia melaporkan bahwa misi untuk mengambil bahan bakar yang disimpan di Rafah telah selesai, dan bahan bakar kini menjalankan layanan penting di Gaza selatan.

    “Bahan bakar tersebut dialokasikan untuk menjalankan layanan penting di selatan, sehingga memberi kita lebih banyak waktu. Jika operasi penyelamatan nyawa kami terhenti, orang-orang tidak akan mampu bertahan hidup,” ucapnya.

    Pada Senin, 23 Juni 2025, Israel juga telah menolak 14 gerakan kemanusiaan yang direncanakan, termasuk pengambilan jenazah dan pengiriman air. Selain penolakan, Israel juga tetap melakukan serangan yang menyebabkan bertambahnya korban jiwa.

    “Angka-angka tragis yang Anda sebutkan berbicara sendiri tentang kengerian yang terjadi di Gaza. Orang-orang terbunuh hanya karena mencoba mendapatkan makanan karena sistem distribusi kemanusiaan yang dimiliterisasi yang tidak memenuhi prasyarat apa pun untuk sistem kemanusiaan yang berfungsi, adil, independen, dan tidak memihak. Sudah saatnya para pemimpin di kedua belah pihak menemukan keberanian politik untuk menghentikan pembantaian ini,” katanya.

    Sejak serangan Oktober 2023, Israel telah menyebabkan 56.077 warga Palestina tewas, 131.848 lainnya terluka, dan 11.000 orang dinyatakan hilang.***

  • Israel Masih Terus Gempur RS di Gaza, 500 Pasien Meninggal Tak Dapat Pengobatan

    Israel Masih Terus Gempur RS di Gaza, 500 Pasien Meninggal Tak Dapat Pengobatan

    Jakarta

    Setidaknya 500 pasien dan warga Palestina yang terluka di Gaza meninggal dunia karena keterlambatan dalam rujukan medis. Menurut kepala Departemen Pedikrika dan Bersalin di Kompleks Medis Nasser, Dr Ahmed al-Farra, ini terjadi di tengah perbatasan Israel yang sedang berlangsung tentang perjalanan medis.

    Dr Al-Farra menuduh pasukan Israel dengan sengaja menargetkan sistem perawatan kesehatan Gaza dalam semua komponennya. Ia menggambarkan serangan itu sebagai bagian dari upaya untuk mematahkan ketahanan rakyat Palestina.

    “Di bawah hukum internasional, setiap pasien memiliki hak untuk bepergian untuk perawatan. Tetapi, mereka terus melanggar hak-hak ini tanpa konsekuensi,” terang Dr Al-Farra, dikutip dari Middle East Eye, Senin (23/6/2025).

    Profesional medis di Gaza telah berulang kali memperingatkan bahwa pembatasan pada pergerakan pasien dan serangan terhadap infrastruktur kesehatan menciptakan bencana kemanusiaan, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kronis atau mengancam jiwa.

    Ratusan Bayi Berisiko Kehabisan Stok Susu Formula

    Tak hanya untuk pasien kronis dan mengancam jiwa, kesehatan para bayi di rumah sakit juga ikut terdampak. Dr Al-Farra mengungkapkan ratusan bayi dihadapkan dengan kematian karena rumah sakit kehabisan stok susu formula akibat blokade Israel.

    “Bayi-bayi ini tidak punya waktu,” katanya.

    Ia menjelaskan bahwa Israel mencegah masuknya susu formula ke Gaza selama lebih dari empat bulan, termasuk untuk rumah sakit dan pasar. Dia mencatat bahwa organisasi internasional juga termasuk dalam larangan tersebut.

    Dr Ahmad al-Farra menjelaskan bahwa Nasser Medical Complex saat ini menampung sekitar 25 anak yang menderita kekurangan formula yang parah. Sementara bayi prematur tidak memiliki susu khusus yang diperlukan untuk bertahan hidup.

    “Kami telah mencapai persegi satu, dan kami telah meminta semua pihak yang bersangkutan untuk menekan penduduk (Israel) untuk mengizinkan masuknya susu formula,” jelas Dr Al-Farra yang dikutip dari Middle East Monitor.

    “Anak-anak ini tidak punya waktu dan tidak ada suara. Kementerian kesehatan menarik bagi dunia, untuk menyelamatkan hidup mereka sebelum terlambat,” sambungnya.

    Dana Anak-anak PBB (UNICEF) sebelumnya telah memperingatkan krisis malnutrisi yang memburuk di Gaza. Mereka mencatat makanan pelengkap untuk bayi telah benar-benar habis di daerah tengah dan selatan strip, dengan cukup banyak formula bayi siap pakai yang tersisa selama sebulan untuk 400 anak.

    Organisasi tersebut juga mengonfirmasi sekitar 10 ribu bayi di bawah usia enam bulan sangat membutuhkan pemberian makan komplementer. Hal ini memperingatkan bahwa keluarga mungkin dipaksa untuk menggunakan alternatif yang tidak aman yang dicampur dengan air yang terkontaminasi, menimbulkan risiko besar bagi kehidupan anak-anak.

    (sao/kna)

  • 82 Warga Gaza Tewas Dibantai Israel, 34 Orang Gugur saat Mencari Bantuan

    82 Warga Gaza Tewas Dibantai Israel, 34 Orang Gugur saat Mencari Bantuan

    PIKIRAN RAKYAT – Tragedi kemanusiaan kembali mengguncang dunia. Sebanyak 82 warga Palestina dilaporkan tewas dalam satu hari akibat serangan militer Israel penjajah di Jalur Gaza, Jumat 20 Juni 2025.

    Di antara para korban, 34 di antaranya meregang nyawa saat sedang mengantre bantuan kemanusiaan, menambah panjang daftar pembantaian terhadap rakyat sipil yang tengah putus asa mencari makanan dan keselamatan.

    Pencari Bantuan Menjadi Sasaran Peluru dan Bom

    Menurut laporan tim medis yang diterima Al Jazeera, serangan brutal terjadi di berbagai wilayah Gaza, termasuk di kota tengah Deir el-Balah dan Gaza selatan.

    Di wilayah Gaza tengah saja, 37 orang tewas—termasuk 23 yang menjadi korban saat menunggu bantuan makanan. Di Kota Gaza, tercatat 23 korban jiwa lainnya. Di selatan, 22 orang gugur, 11 di antaranya juga pencari bantuan.

    “Warga ditembak saat menunggu bantuan. Banyak dari mereka tidak bersenjata, hanya membawa wadah kosong untuk mengisi air atau makanan. Ini adalah tindakan tidak manusiawi,” tutur salah satu petugas medis di Rumah Sakit Al-Aqsa, yang enggan disebutkan namanya karena alasan keamanan.

    Serangan paling mematikan terjadi saat jet tempur Israel penjajah menghantam sebuah rumah di barat Deir el-Balah, menyebabkan puluhan warga sipil tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.

    GHF Digugat, Distribusi Bantuan Dinilai Gagal Lindungi Warga

    Sejak 27 Mei, distribusi bantuan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—sebuah entitas yang didukung oleh Israel penjajah dan Amerika Serikat—menuai kritik tajam dari lembaga internasional karena dianggap gagal memastikan sistem distribusi yang aman dan layak.

    Ismail al-Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah Gaza, menyebut bahwa sejauh ini setidaknya 409 warga Gaza tewas saat mencoba mengakses bantuan, dan lebih dari 3.200 lainnya terluka.

    “Setiap hari, rakyat kami yang kelaparan dipaksa memilih antara mati karena bom atau mati karena lapar. Dan dunia masih bungkam,” ucap al-Thawabta.

    Krisis Air dan Makanan Memburuk, Anak-anak di Ambang Kematian

    Kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, tak hanya karena kekurangan makanan, tapi juga air bersih. Juru bicara UNICEF, James Elder, memperingatkan bahwa Jalur Gaza tengah menghadapi kekeringan buatan manusia karena sistem air telah hancur total.

    “Anak-anak akan mulai mati karena haus. Hanya 40 persen fasilitas air yang masih berfungsi. Ini bukan bencana alam, ini adalah bencana yang disengaja,” ujar Elder dari Jenewa, Jumat 20 Juni 2025.

    Menurut Elder, kurangnya transparansi tentang kapan dan di mana bantuan disalurkan juga memicu kekacauan. Situs bantuan kerap berada di zona pertempuran aktif, dan informasi distribusi sering kali tidak dapat diakses warga karena pemadaman internet.

    “Ada anak laki-laki yang terluka oleh proyektil tank saat mengambil bantuan, dan akhirnya meninggal karena lukanya. Berapa banyak anak lagi yang harus dikorbankan untuk disebut genosida?” katanya.

    Israel dan Iran Memanas, Erdogan: Dunia Mendekati Titik Tanpa Kembali

    Ketegangan regional semakin meningkat setelah Israel penjajah juga meluncurkan serangan terhadap sasaran di Iran dalam pekan yang sama. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bahwa eskalasi konflik Israel penjajah–Iran dan genosida di Gaza kini berada di ambang kehancuran total.

    “Kegilaan ini harus berakhir secepat mungkin. Israel mengeluhkan serangan terhadap rumah sakitnya hari ini, tetapi hingga saat ini mereka telah menyerang lebih dari 700 fasilitas kesehatan di Gaza,” tutur Erdogan dalam forum pemuda Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul.

    PBB dan Dunia Masih Bungkam, Gaza Kehilangan Harapan

    Meski seruan gencatan senjata terus menggema, hingga kini belum ada tindakan tegas dari Perserikatan Bangsa-Bangsa ataupun negara-negara besar. Sistem distribusi bantuan yang seharusnya menjadi penyelamat, kini justru memperparah penderitaan rakyat Palestina.

    Sementara itu, GHF menyatakan bahwa mereka telah mendistribusikan lebih dari 3 juta makanan “tanpa insiden”, sebuah klaim yang dibantah langsung oleh laporan korban dan saksi lapangan.

    “Pusat bantuan mereka bukan lagi tempat harapan, tapi kuburan massal,” ucap seorang warga Deir el-Balah yang selamat dari ledakan namun kehilangan dua anaknya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.***

  • Bank Dunia Kucurkan Bantuan untuk Yaman, Segini Nilainya – Page 3

    Bank Dunia Kucurkan Bantuan untuk Yaman, Segini Nilainya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia menyetujui hibah baru senilai USD 30 juta atau Rp 492,01 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.400) untuk Yaman.

    Hibah atau bantuan itu untuk memperkuat infrastruktur keuangan digital dan mempertahankan akses pendidikan dasar keuangan digital. Selain itu mempertahankan akses pendidikan dasar bagi anak-anak di sebagian besar wilayah yang kurang beruntung.

    Pembiayaan tersebut mendukung dua operasi baru yang bertujuan meningkatkan akses ke layanan penting sekaligus memperkuat ketahanan kelembagaan.

    Mengutip laman worldbank.org, ditulis Jumat (20/6/2025), hibah pertama sebesar USD 20 juta atau Rp 327,97 miliar untuk membiaya proyek infrastruktur dan inklusi pasar keuangan Yaman yang dilaksanakan oleh the United Nations Development Programme (UNDP).

    Hibah kedua sebesar USD 10 juta atau Rp 163,97 miliar untuk mendukung proyek the United Nations Children’s Fund (UNICEF).

    Setelah lebih dari satu dekade konflik berlangsung, Yaman tetap menjadi salah satu negara paling rapuh dan termiskin di dunia. Krisis itu telah sangat menganggu penyediaan layanan publik, memecah belah lembaga dan berkontribusi terhadap modal.

    Saat ini, lebih dari 60% rumah tangga melaporkan konsumsi makanan yang tidak memadai, dan akses ke pendidikan berkualitas dan layanan keuangan formal masih terbatas terutama bagi perempuan dan penduduk pedesaan. Dukungan Bank Dunia untuk Yaman memprioritaskan penyediaan layanan penting sekaligus membangun fondasi pemulihan jangka menengah.

    “Operasi baru ini mencerminkan komitmen berkelanjutan kami untuk mendukung masyarakat Yaman dalam memenuhi kebutuhan mereka paling mendesak,” ujar World Bank Group Country Manager for Yaman, Dina Abu-Ghaida.

     

     

  • David Beckham Akan Dianugerahi Gelar Bangsawan oleh Raja Charles III

    David Beckham Akan Dianugerahi Gelar Bangsawan oleh Raja Charles III

    London, Beritasatu.com – Mantan kapten tim nasional Inggris, David Beckham, akan menerima gelar bangsawan dari Raja Charles III pada pekan depan. Gelar ini disebut sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya di dunia sepak bola dan aktivitas sosial kemanusiaannya. Kabar ini dilaporkan oleh BBC dan sejumlah media Inggris lainnya.

    BBC melaporkan Beckham masuk dalam King’s Birthday Honours List, daftar nama tokoh-tokoh berprestasi di berbagai bidang yang  diberikan gelar kehormatan oleh Raja Inggris setiap tahunnya, dikutip dari Channel News Asia, Minggu (8/6/2025).

    Menurut laporan surat kabar The Sun, Beckham akan resmi menyandang gelar ‘Sir David Beckham’, sementara sang istri, Victoria sebagai ‘Lady Beckham’.

    Sepanjang kariernya sebagai atlet, David Beckham telah mencatat 115 penampilan bersama tim nasional Inggris dan memperkuat sejumlah klub elite dunia, termasuk Manchester United dan Real Madrid. Kini, pria berusia 50 tahun itu menjabat sebagai presiden sekaligus salah satu pemilik klub Inter Miami di Amerika Serikat, dan juga pemilik klub Salford City yang bermain di divisi keempat Liga Inggris.

    Ayah dari empat orang anak tersebut sebetulnya telah lama masuk dalam nominasi penerima gelar bangsawan. Ia sempat hampir menerima gelar bangsawan seusai sukses membantu kampanye Inggris sebagai tuan rumah Olimpiade London 2012.

    Tetapi, pencalonannya saat itu tertunda, karena adanya penyelidikan atas dugaan keterlibatan dirinya dalam kasus penghindaran pajak. Meski sempat menjadi sorotan, pria yang sudah menjadi duta United Nations Children’s Fund (UNICEF) sejak 2005 tersebut akhirnya dibebaskan dari tuduhan itu.

    Sebagai informasi, sebelumnya David Beckham telah dianugerahi gelar Officer of the Order of the British Empire (OBE) pada tahun 2003, yakni gelar tingkat menengah dalam sistem kehormatan Kerajaan Inggris. Sang istri, Victoria juga menerima penghargaan serupa atas kariernya di industri fesyen dunia.

  • Israel Jalankan Pembantaian Skala Penuh, 81 Syahid di Gaza

    Israel Jalankan Pembantaian Skala Penuh, 81 Syahid di Gaza

    GELORA.CO – Sebanyak 81 warga Palestina syahid dan puluhan lainnya terluka dalam serangkaian pembantaian Israel di Jalur Gaza sejak fajar pada Sabtu. Sementara penembakan di sekitar pusat-pusat bantuan juga masih terus berlangsung.

    Aljazirah mengutip sumber pertahanan sipil dan medis. Setidaknya 15 orang syahid dalam pemboman sebuah rumah di lingkungan Sabra di Kota Gaza, sementara yang lain sedang mencari makanan dan air sebelum meninggal. Sumber medis di Rumah Sakit Nasser mengatakan, dua orang syahid akibat serangan pesawat tak berawak Israel terhadap tenda yang menampung pengungsi di kawasan Al-Mawasi, sebelah barat Khan Yunis. Dua orang syahid dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel di sebuah rumah di selatan kamp pengungsi Nuseirat, menurut sumber medis di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa.

    Sebelumnya, pasukan penjajah Israel menargetkan sebuah rumah di lingkungan Sabra di Kota Gaza kemarin sore, menyebabkan 15 orang tewas dan lebih dari 50 orang terluka, beberapa di antaranya luka parah, dalam apa yang digambarkan oleh Pertahanan Sipil sebagai “pembantaian skala penuh.” 

    Tim pertahanan sipil mundur dari lokasi yang menjadi sasaran di lingkungan Sabra setelah menyadari bahwa sulit untuk mencapai jenazah para syuhada dan membutuhkan peralatan berat, menurut juru bicara Pertahanan Sipil di Jalur Gaza, Mahmoud Basal. Sementara itu, delapan warga Palestina syahid dalam serangan udara Israel di Jabalia al-Nazla di Jalur Gaza utara, menurut sumber di Rumah Sakit al-Shifa di Gaza.

    Tiga orang juga syahid dalam serangan udara yang menargetkan warga Palestina di dekat bundaran Abu Sharkh di kamp Jabaliya, utara Jalur Gaza, menurut sumber di Rumah Sakit Baptist. Sumber-sumber Palestina mengatakan para korban sedang mencari makanan dan air.

    Pada Jumat, hari pertama Idul Adha, puluhan warga Palestina tewas akibat tembakan Israel, termasuk delapan orang syahid di dekat pusat bantuan di Rafah, di Jalur Gaza selatan. Pusat tersebut berafiliasi dengan proyek AS-Israel, yang dikutuk oleh PBB sebagai alat untuk memiliterisasi bantuan dan menggusur penduduk. 

    Jumlah korban jiwa akibat serangan Israel terhadap warga Palestina di dekat lokasi tersebut telah mencapai 110 orang syahid, 583 orang luka-luka, dan sembilan orang hilang, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Media Pemerintah di Jalur Gaza pada hari Jumat.

    Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa semua rumah sakit di Jalur Gaza utara telah menghentikan operasinya, memperingatkan apa yang digambarkannya sebagai konsekuensi yang mengerikan bagi pasien dan korban luka. Organisasi tersebut juga mengkonfirmasi bahwa Kompleks Medis Nasser dan Rumah Sakit Al-Amal di Jalur Gaza selatan berisiko runtuh, dan menyerukan perlindungan untuk menjamin kelangsungan layanan kesehatan. 

    Organisasi tersebut menyerukan masuknya obat-obatan penting dan pasokan medis dengan segera dan aman ke Gaza. Sementara itu, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperingatkan bahwa blokade tersebut mendorong Gaza ke ambang kelaparan, dengan “anak-anak memasuki fase nutrisi yang mematikan.”