NGO: SEJUK

  • Waspada! Hujan Petir Siang Hari Ancam Ngawi, Magetan, dan Ponorogo 27 Oktober

    Waspada! Hujan Petir Siang Hari Ancam Ngawi, Magetan, dan Ponorogo 27 Oktober

    Surabaya (beritajatim.com) – Langit cerah di pagi hari rupanya tak menjamin cuaca akan bersahabat sepanjang Senin, 27 Oktober 2025. Warga Ngawi, Magetan, dan Ponorogo perlu waspada, sebab siang nanti diperkirakan akan terjadi hujan disertai petir di sejumlah wilayah.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengimbau masyarakat agar tidak lengah terhadap perubahan cuaca yang bisa terjadi tiba-tiba.

    Prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., menjelaskan bahwa potensi hujan petir terjadi akibat adanya peningkatan aktivitas awan konvektif di wilayah Jawa Timur bagian barat dan selatan.

    “Pagi hari mungkin masih tampak cerah atau berawan, tapi menjelang siang potensi hujan petir cukup tinggi, terutama di daerah pegunungan,” katanya, Minggu (26/10/2025).

    Untuk wilayah Ngawi, cuaca berawan akan menyambut pagi hari sejak pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. Namun, pada pukul 12.00 WIB, hujan petir diprediksi mengguyur wilayah ini hingga pukul 15.00 WIB.

    Menjelang malam, kondisi cuaca akan berangsur membaik meski langit masih berawan sampai pukul 21.00 WIB. Suhu udara di Ngawi berkisar antara 24–32 derajat Celcius, dengan kecepatan angin dari arah barat laut sekitar 8,6 km/jam dan kelembapan udara mencapai 58–95 persen.

    Di Magetan, pagi hari akan dimulai dengan cuaca cerah berawan. Namun, Oky mengingatkan agar warga tetap waspada terhadap potensi hujan pada siang hingga sore hari.

    “Meskipun suhunya sejuk di kisaran 23–29 derajat Celcius, cuaca bisa berubah cepat. Kami sarankan warga tidak beraktivitas di area terbuka saat petir mulai terdengar,” ujarnya.

    Kecepatan angin di Magetan tercatat dari arah selatan sekitar 10,6 km/jam, dengan tingkat kelembapan antara 66–96 persen.

    Sementara itu, Ponorogo juga akan mengalami pola cuaca serupa. Langit berawan sejak pagi hingga pukul 09.00 WIB akan berganti dengan hujan petir pada pukul 12.00 hingga 18.00 WIB.

    Malam harinya, sekitar pukul 21.00 WIB, langit kembali berawan. Suhu udara di wilayah ini berkisar 24–30 derajat Celcius, dengan angin dari arah timur laut berkecepatan 11,5 km/jam dan kelembapan mencapai 94 persen.

    BMKG mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. “Kalau mendengar suara guntur, segera cari tempat aman dan hindari berteduh di bawah pohon. Keselamatan tetap jadi prioritas,” tambah Oky. [mnd/suf]

  • Jombang Influencer Camp 2025: Promosi Wisata dan UMKM dengan Sentuhan Digital Kreatif

    Jombang Influencer Camp 2025: Promosi Wisata dan UMKM dengan Sentuhan Digital Kreatif

    Jombang (beritajatim.com) – Suasana berbeda terasa di Kota Santri pada akhir pekan ini. Puluhan influencer dan pegiat media sosial dari berbagai kota di Jawa Timur berkumpul di Kabupaten Jombang untuk mengikuti Jombang Influencer Camp 2025, sebuah agenda kolaboratif yang digagas untuk memperkenalkan potensi wisata, budaya, dan kekayaan lokal Jombang kepada publik yang lebih luas. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, mulai 25 hingga 26 Oktober 2025.

    Bukan sekadar ajang temu kreator konten, Jombang Influencer Camp dikemas dalam bentuk travel experience yang menyuguhkan perjalanan menyeluruh tentang Jombang dari sudut religi, budaya, kreativitas UMKM, hingga wisata alamnya. Para peserta diajak menyusuri jejak sejarah dan kearifan lokal yang menjadikan Jombang dikenal sebagai kota santri dengan keberagaman budaya yang harmonis.

    Perjalanan dimulai dari simbol wisata religi di Makam KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Tebuireng. Para influencer tampak antusias mengambil gambar suasana peziarah, sudut-sudut kompleks yang sarat nilai sejarah, hingga momentum refleksi singkat tentang toleransi dan perjuangan Gus Dur sebagai tokoh bangsa. Dari sana, rombongan melanjutkan eksplorasi ke Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari, menyerap cerita perjalanan peradaban Islam Nusantara.

    Tak berhenti di wisata religi, para peserta kemudian menyambangi tempat yang menjadi ikon keberagaman Jombang: Klenteng Hong San Kiong dan Museum Wayang Potehi di Gudo. Mereka diajak menyaksikan langsung warisan budaya Tionghoa yang sejak lama hidup berdampingan harmonis dengan tradisi pesantren. Konten-konten bertema toleransi budaya, heritage, dan storytelling pun mulai bermunculan di berbagai platform media sosial peserta.

    Pada hari yang sama, rombongan berlanjut mengunjungi Rumah Kerajinan Manik-Manik di Kecamatan Gudo, sentra UMKM kebanggaan Jombang yang karyanya sudah merambah pasar nasional dan mancanegara.

    Para influencer berbincang langsung dengan pengrajin, melihat proses pembuatan manik-manik, sekaligus mendokumentasikan sisi humanis pengrajin lokal untuk mendukung UMKM Jombang naik kelas melalui digital exposure.

    Malam harinya, peserta turut hadir meriahkan Jombang Fest di Alun-alun Jombang, menikmati hiburan, seni budaya, kuliner khas, hingga interaksi dengan warga, menghadirkan suasana hangat dan akrab antara kreator konten dengan masyarakat.

    Pada hari kedua, perjalanan ditutup dengan pengalaman penuh petualangan di Lereng Gunung Anjasmoro, Kecamatan Wonosalam. Udara sejuk pegunungan, aktivitas camping, sharing session, serta content hunting berlatar lanskap alam Wonosalam menambah lengkap narasi bahwa Jombang bukan hanya kota religi, tetapi juga menyimpan pesona wisata alam yang memukau.

    Pegiat medsos Jatim sedang berkumpul di Jombang

    Ketua Panitia Jombang Influencer Camp Rony Suhartomo mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk membawa Jombang semakin dikenal di jagat digital. “Kami ingin memperkenalkan Jombang lewat perspektif anak muda dan storytelling digital. Influencer punya kekuatan menggerakkan tren dan memengaruhi publik. Melalui kegiatan ini, kami ingin Jombang tampil bukan hanya sebagai kota transit, tetapi destinasi yang harus dikunjungi,” ujar Rony, Sabtu (25/10/2025).

    Rony yang juga sebagai owner akun Instagram @wargajombang, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku wisata, komunitas kreatif, dan influencer dalam mempromosikan potensi daerah.

    “Semakin banyak konten positif tentang Jombang yang beredar, semakin besar peluang wisata dan UMKM kita berkembang. Harapan kami, kegiatan ini membawa dampak nyata, mulai dari naiknya angka kunjungan wisata hingga meningkatnya penjualan produk lokal,” tambahnya.

    Jombang Influencer Camp menjadi salah satu contoh bagaimana promosi wisata daerah dapat dilakukan dengan cara kreatif, relevan, dan dekat dengan gaya hidup generasi digital. “Menurut kami, dengan kekuatan media sosial, narasi keindahan dan keberagaman Jombang kini memiliki jembatan lebih luas untuk menjangkau publik, hingga nasional bahkan internasional,” pungkasnya. [suf]

  • Dari Musala Baru, Hingga Harapan yang Tumbuh di Bawah Ratusan Pohon Durian

    Dari Musala Baru, Hingga Harapan yang Tumbuh di Bawah Ratusan Pohon Durian

    Sukabumi: Udara sejuk Parungkuda, Sukabumi, menyelimuti sebuah acara sederhana namun penuh makna di Kampung Palasari Hilir. Ini bukan sekadar acara pembagian bantuan, melainkan sebuah simfoni gotong royong yang dirajut oleh kepedulian.

    Di tengah kampung yang asri, berdirilah musala baru Palasari Hilir. Renovasinya terasa personal. Bukan hanya menambah meter persegi, tetapi memperluas daya tampung spiritual.

    Tujuannya jelas, menciptakan ruang yang nyaman bagi jamaah dewasa, dan yang terpenting, bagi anak-anak kecil yang tekun mengikuti kegiatan pengajian. Dengan ruangan yang lebih luas, kegiatan keagamaan kini tidak perlu lagi berdesak-desakan.

    Acara serah terima musala ini menjadi momen hangat bagi warga untuk menyampaikan terima kasih kepada Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (CAAIP) dan para anggota Badan Pengurus Pusat (BPP) yang membantu merenovasi musala.

    “Musala ini bukan hanya bangunan, tapi adalah pusat denyut nadi kebersamaan kami. Bantuan ini sangat berarti,” kata salah seorang warga.

    Kegiatan tak berhenti pada kebutuhan rohani. Mereka mengajak warga menanam 200 pohon durian di lahan luas yang bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan perekonomian warga.

    “Kami ingin kegiatan ini tidak hanya selesai hari ini, tetapi berdampak hingga lima, bahkan sepuluh tahun ke depan,” kata Ketua Umum CAAIP Iko Johansyah.

    Dia menyebut hasil panen durian ini nantinya sebagiannya akan digunakan untuk kemakmuran dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. “Ini adalah investasi kita bersama untuk masa depan anak cucu Palasari Hilir,” katanya.

    Warga menyambutnya dengan antusiasme yang tinggi. Kebun durian itu, kini, bukan hanya sepetak tanah, melainkan simbol bahwa mimpi-mimpi dapat ditanam, dirawat, dan suatu hari nanti, dinikmati hasilnya bersama.

    Di sela-sela penanaman pohon dan serah terima musala, 100 paket sembako dibagikan, menghadirkan bantuan langsung bagi warga yang membutuhkan.

    Puncaknya, semua peserta dari pengurus CAAIP, perwakilan Serikat Karyawan JICT, hingga seluruh warga duduk bersama, makan dalam keakraban. Tak ada sekat, tak ada jarak. Hanya ada tawa, cerita, dan janji untuk terus merawat kebersamaan.

    Bagi warga Palasari Hilir, bantuan renovasi dan sembako meringankan beban hari ini, sementara kebun durian menumbuhkan optimisme akan hari esok yang lebih sejahtera. Sementara bagi CAAIP, kegiatan ini menegaskan komitmen mereka.

    “Kita ingin masuk ke daerah-daerah yang belum banyak tersentuh kegiatan sosial,” kata Iko Johansyah.

    Sukabumi: Udara sejuk Parungkuda, Sukabumi, menyelimuti sebuah acara sederhana namun penuh makna di Kampung Palasari Hilir. Ini bukan sekadar acara pembagian bantuan, melainkan sebuah simfoni gotong royong yang dirajut oleh kepedulian.
     
    Di tengah kampung yang asri, berdirilah musala baru Palasari Hilir. Renovasinya terasa personal. Bukan hanya menambah meter persegi, tetapi memperluas daya tampung spiritual.
     
    Tujuannya jelas, menciptakan ruang yang nyaman bagi jamaah dewasa, dan yang terpenting, bagi anak-anak kecil yang tekun mengikuti kegiatan pengajian. Dengan ruangan yang lebih luas, kegiatan keagamaan kini tidak perlu lagi berdesak-desakan.

    Acara serah terima musala ini menjadi momen hangat bagi warga untuk menyampaikan terima kasih kepada Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (CAAIP) dan para anggota Badan Pengurus Pusat (BPP) yang membantu merenovasi musala.
     
    “Musala ini bukan hanya bangunan, tapi adalah pusat denyut nadi kebersamaan kami. Bantuan ini sangat berarti,” kata salah seorang warga.
     
    Kegiatan tak berhenti pada kebutuhan rohani. Mereka mengajak warga menanam 200 pohon durian di lahan luas yang bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan perekonomian warga.
     
    “Kami ingin kegiatan ini tidak hanya selesai hari ini, tetapi berdampak hingga lima, bahkan sepuluh tahun ke depan,” kata Ketua Umum CAAIP Iko Johansyah.
     
    Dia menyebut hasil panen durian ini nantinya sebagiannya akan digunakan untuk kemakmuran dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. “Ini adalah investasi kita bersama untuk masa depan anak cucu Palasari Hilir,” katanya.
     
    Warga menyambutnya dengan antusiasme yang tinggi. Kebun durian itu, kini, bukan hanya sepetak tanah, melainkan simbol bahwa mimpi-mimpi dapat ditanam, dirawat, dan suatu hari nanti, dinikmati hasilnya bersama.
     
    Di sela-sela penanaman pohon dan serah terima musala, 100 paket sembako dibagikan, menghadirkan bantuan langsung bagi warga yang membutuhkan.
     
    Puncaknya, semua peserta dari pengurus CAAIP, perwakilan Serikat Karyawan JICT, hingga seluruh warga duduk bersama, makan dalam keakraban. Tak ada sekat, tak ada jarak. Hanya ada tawa, cerita, dan janji untuk terus merawat kebersamaan.
     
    Bagi warga Palasari Hilir, bantuan renovasi dan sembako meringankan beban hari ini, sementara kebun durian menumbuhkan optimisme akan hari esok yang lebih sejahtera. Sementara bagi CAAIP, kegiatan ini menegaskan komitmen mereka.
     
    “Kita ingin masuk ke daerah-daerah yang belum banyak tersentuh kegiatan sosial,” kata Iko Johansyah.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (FZN)

  • Mengapa Singapura Terobsesi dengan Pepohonan dan Tempat Teduh?

    Mengapa Singapura Terobsesi dengan Pepohonan dan Tempat Teduh?

    Jakarta

    Singapura telah lama menjadikan penghijauan dan penyediaan tempat teduh sebagai prioritas utama di setiap area. Mungkinkah kota-kota lain melakukan hal yang sama?

    Panas adalah ancaman iklim paling mematikan bagi umat manusia karena merenggut lebih banyak nyawa setiap tahun ketimbang gabungan banjir, badai, dan kebakaran hutan.

    Dan risiko paling besar ada di kota-kota, yang memanas dua kali lebih cepat daripada bagian lain planet ini akibat efek pemanasan perkotaan. Suhu udara di area perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.

    Seiring meningkatnya suhu, para pemimpin kota di seluruh dunia, mulai dari Paris di Prancis hingga Phoenix di AS, berencana menambah jumlah tempat teduh secara strategis.

    Namun, Singapura yang panas terik mungkin sudah memiliki infrastruktur naungan terbaik di antara kota mana pun di Bumi.

    Orang-orang di Singapura sudah punya cara mereka sendiri untuk menghadapi hujan deras dan panas menyengat. Yang paling utama mungkin adalah trotoar beratap.

    Asal usul naungan publik ini tidak jelas. Meskipun “jalur kaki lima” yang menembus lantai dasar toko-toko dan rumah-rumah beratap ini menyerupai portico Bologna, kemungkinan besar jalur ini berasal dari Asia Tenggara.

    Raffles pernah mewajibkan pembangunan jalur pejalan kaki yang jelas, berkesinambungan, dan beratap di kedua sisi jalan demi menjamin kelancaran transportasi saat cuaca buruk. Namun, konsep “teras” beratap ini lambat laun ditinggalkan.

    Jalan-jalan tersebut dihidupkan kembali dalam bentuk modern oleh Lee Kuan Yew, perdana menteri yang memimpin Singapura menuju kemerdekaan pada 1960-an.

    Lee agak terlalu teliti dan memiliki minat khusus pada iklim dan kenyamanan. Ia yakin bahwa kelembapan menghambat produktivitas ekonomi negara.

    Di dalam ruangan, ia mengubah Singapura menjadi apa yang disebut jurnalis Cherian George sebagai “negara ber-AC”. Di luar ruangan, ia fanatik terhadap tempat teduh.

    Lee dikenal sering menguliahi bawahannya tentang desain jalan setapak dan promenade tempat jalan-jalan yang buruk. Dia terkadang berlutut di tanah yang panas membara untuk membuktikan suatu hal.

    Ketika pemerintahan Lee membangun perumahan yang menjulang tinggi pada dekade 1960-an dan 1970-an, para perancang memastikan bahwa bagian lantai dasar setiap struktur tetap terbuka dan memiliki sirkulasi udara yang baik.

    Para arsitek melestarikan lantai dasar tersebut sebagai “dek kosong” komunal yang memungkinkan warga berkumpul sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

    Selanjutnya, pada akhir 1980-an hingga 1990-an, badan perumahan dan transportasi Singapura mengambil langkah lain: mereka mengarahkan pemasangan kanopi logam mandiri di atas trotoar guna memastikan jalur menuju halte bus atau stasiun kereta tetap kering.

    Saat ini, pihak berwenang mengklaim telah membangun sekitar 200 kilometer trotoar beratap.

    Bayangkan, jika steger konstruksi yang tersebar di seluruh New York adalah arsitektur trotoar permanen pencapaian yang sangat tidak menarik, tetapi ternyata fungsional.

    Di AS, pengembang properti diwajibkan untuk menjauhkan bangunan mereka dari jalan agar cahaya masuk lebih banyak.

    Sebaliknya, di Singapura, mereka harus membuat kanopi pejalan kaki sepanjang 2,4 meter3,7 meter dari lantai dasar bangunan mereka.

    Penelitian menunjukkan kanopi tersebut memiliki efek yang serupa dengan halte bus yang bersih dan dirancang dengan baik.

    Baca juga:

    Seperti kehadiran halte yang terasa bisa mempercepat waktu tunggu bus, warga Singapura juga melaporkan berjalan-jalan di trotoar terasa 14% lebih singkat daripada berjalan-jalan di bawah terik matahari.

    “Anda berada di wilayah tropis yang selalu sangat panas, dan selalu sangat lembap,” kata Yun Hye Hwang, seorang arsitek lanskap dan profesor di Universitas Nasional Singapura.

    Dengan suhu tinggi harian berkisar antara 31C33C sepanjang tahun, “kita selalu membutuhkan tempat teduh,” tambahnya.

    Hampir semua orang lebih memilih naungan alami dari kanopi pohon daripada atap logam buatan.

    Namun, menurut Lea Ruefenacht dari Cooling Singapore, pohon memiliki keterbatasan.

    Walaupun pohon memberikan keteduhan dan mendinginkan melalui penguapan air, kelembapan tambahan yang dilepaskan di iklim Singapura yang sudah lembap dapat memperparah hawa panas.

    Untuk kenyamanan, Ruefenacht merekomendasikan keseimbangan antara naungan hijau dan abu-abu.

    Di Singapura, naungan abu-abu terpadat ditemukan di lantai beton hutan pencakar langit di pusat kota.

    Pengembang properti kini diwajibkan oleh otoritas untuk menyediakan naungan yang dianggap “memadai” di plaza atau area terbuka.

    Ketentuan spesifiknya adalah setidaknya 50% dari area tempat duduk harus tetap sejuk antara pukul 09.00 hingga 16.00 waktu setempat.

    Naungan yang diwajibkan tersebut dapat berasal dari berbagai elemen seperti pohon, payung, atau tenda.

    Namun, otoritas secara eksplisit menyebutkan dalam panduan desain bahwa bayangan dari menara atau bangunan tinggi di dekatnya juga dihitung sebagai sumber keteduhan.

    Pendekatan ini sangat kontras dengan yang diterapkan di Kota New York. Di sana, bayangan yang ditimbulkan oleh bangunan terhadap ruang terbuka tidak dianjurkan, dan potensi bayangan tersebut bahkan dapat menjadi penghalang utama bagi rencana pembangunan baru.

    Di iklim yang lebih dingin ini, pengembang diinstruksikan untuk menempatkan plaza mereka di sisi selatan yang menghadap matahari, untuk menciptakan kehangatan musim dingin. Faktanya, plaza tidak diperbolehkan menghadap utara.

    Singapura memiliki prioritas yang berbeda. Idealnya, pengembang menempatkan plaza di sisi timur bangunan mereka, sehingga dapat didinginkan oleh naungan di sore hari. Ini adalah sisi di mana bayangan perkotaan jarang dimanfaatkan publik.

    “Di wilayah tropis di dunia, sebagian masalahnya selalu terletak pada kenyataan bahwa permukiman mewarisi aturan bangunan dari wilayah beriklim sedang, dan mereka tidak selalu memiliki sarana untuk meninjaunya dan bertanya, ‘apakah ini cocok untuk kita?’” kata Kelvin Ang, direktur konservasi di Otoritas Pembangunan Kembali Perkotaan Singapura.

    “Di Singapura, entah bagaimana ada banyak kesadaran bahwa aturan bangunan dan tata ruang harus mendorong adanya naungan, karena intensitas matahari.”

    Para perencana kota meyakini jika ruang publik tidak teduh, tidak akan ada yang menggunakannya.

    Terlepas dari potensi dampaknya terhadap kelembapan, Perdana Menteri Lee menuntut adanya pepohonan di mana-mana karena yakin Singapura yang “bersih dan hijau” akan menarik bagi investor asing.

    Di bawah komandonya, unit taman dan pepohonan yang baru dibentuk untuk merapikan jalan-jalan utama, menaunginya dengan kanopi lebar Angsana, trembesi, mahoni, dan akasia.

    “Bunga boleh saja,” kata Lee kepada kepala departemen, “tapi beri saya naungan dulu”.

    Pada 1970-an, ketika Lee menerapkan sistem penetapan harga kemacetan dan skema lain untuk mendorong warga beralih ke transportasi umum, ia menyadari adanya kendala: terik matahari yang menyengat di trotoar, penyeberangan, dan halte bus dapat membuat calon penumpang enggan menggunakan transportasi publik.

    Oleh karena itu, ia mulai fokus pada perbaikan fasilitas tersebut.

    Di Los Angeles, pohon-pohon adalah hal terakhir yang dipikirkan dalam perancangan jalan.

    Mereka baru ditanam setelah semua pekerjaan utama selesaisaluran bawah tanah digali, trotoar dicor, tepi jalan dan saluran air dibangun, serta jalan masuk rumah dituang semen.

    Akibatnya, pohon-pohon itu cuma “dipaksakan” masuk ke lubang beton kecil di trotoar, tanpa perencanaan yang layak.

    Namun, di Singapura, Lee memberikan perintah agar para perencana kota memasukkan faktor bayangan tersebut sebagai pertimbangan sejak awal perencanaan.

    Saluran listrik di atas tanah yang merusak trotoar Los Angeles dan membuat pepohonan menjadi kecil dan rindang jarang ditemukan.

    Sebagian besar utilitas diletakkan di bawah tanah, dalam lubang-lubang kecil yang membentang di sepanjang pepohonan jalan dan akarnya.

    Baca juga:

    Infrastruktur hijau direncanakan oleh para perencana kota, direkayasa oleh badan pekerjaan umum, dan dikelola oleh dewan taman yang anggarannya meningkat sepuluh kali lipat di bawah kepemimpinan Lee.

    Pendanaan dan koordinasi telah terbukti menjadi pembeda antara hutan kota yang subur dan sekumpulan pepohonan kota yang kumuh.

    Selain jalan, para perencana kota Singapura mewajibkan penghijauan dalam pembangunan swasta, meregenerasi taman baru kota untuk mengkompensasi hutan hujan alami yang hampir punah.

    Pemerintah Singapura memiliki banyak pengaruh. Melalui aturan pengambilalihan tanah oleh negara yang sangat kuat. Pemerintah memiliki sekitar 90% lahan, dan inspektur bangunan tidak akan mengizinkan sebuah bangunan untuk dihuni sampai mereka melihat pepohonan di tanah.

    Kompleks perumahan umum Singapura yang luas juga dilengkapi dengan halaman berumput, halaman yang rindang, dan jalur setapak yang ditumbuhi pepohonan yang terhubung dengan taman dan cagar alam.

    Akibatnya, pepohonan hampir ada di mana-mana, baik di lingkungan kaya maupun miskin.

    “Kami tidak membedakan antara wilayah kelas menengah dan kelas pekerja,” tulis Lee dalam memoarnya, mengklaim bahwa hal itu akan menjadi “bencana politik” bagi Partai Aksi Rakyat.

    Hal ini membedakan Singapura dari kota-kota di Amerika, di mana naungan merupakan indikator yang andal untuk ketimpangan ekonomi.

    Berkat kebijakan perencanaan kota yang cerdas termasuk pengembangan ribuan hektar taman lokal dan upaya reklamasi lahan yang sangat ambisius Singapura berhasil melakukan sesuatu yang luar biasa: kota ini menjadi lebih lebat dan lebih hijau secara bersamaan.

    Pihak berwenang mengklaim hutan kota tumbuh dari 158.600 pohon pada 1974 menjadi 1,4 juta pada 2014, bahkan ketika kota tersebut bertambah tiga juta penduduk.

    Saat ini, hampir separuh pulau ditutupi rerumputan, semak belukar, dan pepohonan berkanopi lebar. Hal ini meruntuhkan anggapan bahwa kota tidak dapat menyediakan ruang bagi alam seiring pertumbuhannya.

    “Lingkungan biofisik lah yang menjadi faktor pembeda,” kata Daniel Burcham, mantan peneliti di dewan taman, ketika saya memintanya menjelaskan kesuksesan Singapura.

    “Menanam pohon itu mudah, apalagi jika musim panas setiap hari dan curah hujan lebih dari 2 meter setiap tahun.”

    Namun tanpa konsensus politik, tambahnya, tidak akan ada ruang yang tersisa bagi pohon-pohon itu untuk tumbuh.

    “Ini adalah tujuan yang ingin mereka [pemerintahan Lee] kejar, dan itu adalah visi yang mereka semua sepakati bersama untuk mencapainya.”

    Saat ini, Burcham mengajar arborikulturilmu budidaya pohon dan hutandi Colorado State University di Fort Collins.

    Kota semi-kering ini memiliki sistem pemerintahan di mana pemimpin politik menjabat dalam periode singkathanya beberapa tahun, bukan puluhan tahun.

    “Beberapa orang akan mencirikan Lee Kuan Yew sebagai orang kuat, atau tokoh semi-otoriter, dan sampai batas tertentu, itu memang benar,” kata Burcham.

    “Tetapi ini adalah satu hal baik yang datang dari sistem itu. Dia menetapkan tujuan ini dan menyediakan sumber daya material serta memberikan dukungan politik bagi rakyat untuk mencapainya.”

    Meskipun hal ini membutuhkan koherensi lintas pemerintahan, pada prinsipnya tidak ada alasan mengapa pemerintah yang dipilih secara demokratis di kota-kota tropis seperti Miami atau Honolulu tidak dapat mempertahankan proyek semacam itu.

    Jadi, apakah semua naungan ini melindungi warga Singapura?

    Pada sore hari, jalanan di kawasan bisnis Singapura, yang terbenam dalam bayang-bayang gedung pencakar langit, adalah yang paling sejuk di kota ini.

    Efeknya berakhir ketika matahari terbenam, dan gedung-gedung melepaskan radiasi matahari yang diserapnya.

    Pada malam hari, halaman hijau kompleks perumahan umum mungkin menawarkan kelegaan paling besar, karena udaranya 1C2C lebih dingin daripada angin yang berembus di kawasan komersial yang ramai.

    Berdasarkan hubungan epidemiologis yang terbukti antara suhu udara dan penyakit akibat panas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang paling teduh di Singapura adalah lingkungan yang paling aman dari risiko penyakit terkait panas.

    Infrastruktur peneduh seperti pepohonan dan bangunan tidak akan cukup untuk mengatasi semua efek pemanasan akibat perubahan iklim, tetapi akan memberikan dampak.

    Efektivitas yang sama seperti yang ditunjukkan Singapura sebuah negara yang diperintah secara otokratis dan berfokus pada penyediaan naungan berkat obsesi pemimpinnya kemungkinan besar tidak akan tercapai oleh pemerintah di Amerika Serikat.

    Sebagian besar kota di AS juga tidak cukup beruntung memiliki iklim ideal seperti Singapura untuk menanam pohon.

    Meskipun demikian, Singapura menunjukkan apa yang dapat dilakukan dengan perencanaan naungan yang disengaja oleh pemerintah.

    Kota yang lebih sejuk untuk semua orang itu sangat mungkin diwujudkan, jangan berpura-pura menganggapnya mustahil.

    Versi bahasa Inggris dari artikel yang berjudul How Singapore became obsessed by shade dapat Anda baca di BBC Future.

    Tonton juga Video: Makan Yamien Komplet dengan Suasana Asri Pepohonan di Menteng

    (haf/haf)

  • Waspadai Hujan Pagi! Ini Prakiraan Cuaca 26 Oktober 2025 untuk Ngawi, Magetan, dan Ponorogo

    Waspadai Hujan Pagi! Ini Prakiraan Cuaca 26 Oktober 2025 untuk Ngawi, Magetan, dan Ponorogo

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan tiga wilayah di Jawa Timur, yakni Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, akan mengalami cuaca yang cukup bervariasi pada Minggu, 26 Oktober 2025.

    Prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., menyampaikan bahwa sebagian besar wilayah diprediksi akan diguyur hujan ringan pada pagi hari, sebelum cuaca kembali cerah berawan menjelang siang dan sore.

    “Warga diharapkan tetap waspada terhadap potensi hujan pada pagi hari, terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan,” ujar Oky dalam keterangan resminya.

    Ia menambahkan bahwa secara umum, kondisi cuaca masih tergolong stabil, namun perubahan mendadak bisa terjadi terutama di wilayah dengan topografi pegunungan seperti Magetan.

    Ngawi: Hujan Pagi dan Cerah Berawan di Malam Hari
    Di wilayah Ngawi, hujan ringan diperkirakan turun sejak pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. Cuaca akan berangsur membaik dengan kondisi cerah pada siang hari sekitar pukul 12.00 WIB. Namun, menjelang sore hingga petang (15.00–18.00 WIB), langit kembali diperkirakan berawan.

    Malam harinya, sekitar pukul 21.00 WIB, Ngawi akan cerah berawan. Suhu udara di wilayah ini berkisar antara 22–31 derajat Celcius dengan kelembapan 68–98 persen dan kecepatan angin dari arah Barat Laut sekitar 5,5 km/jam.

    Magetan: Hujan Ringan Pagi Hari, Suhu Cenderung Sejuk
    Sementara itu, wilayah Magetan juga diprediksi mengalami hujan ringan pada pagi hari pukul 06.00 WIB. Cuaca akan berubah cerah berawan antara pukul 09.00 hingga 12.00 WIB, kemudian berawan pada sore hari pukul 15.00–18.00 WIB.

    Saat malam tiba, kondisi cuaca kembali cerah berawan. Suhu udara di Magetan diperkirakan berada di kisaran 22–29 derajat Celcius dengan kelembapan 67–95 persen. Angin bertiup dari arah Selatan dengan kecepatan 7,8 km/jam.

    “Udara Magetan relatif lebih sejuk dibandingkan wilayah sekitar karena faktor ketinggian dan vegetasi yang masih cukup banyak,” jelas Oky.

    Ponorogo: Hujan Sedang di Pagi Hari, Berawan Hingga Malam
    Untuk wilayah Ponorogo, hujan dengan intensitas sedang akan mengguyur sejak pagi pukul 06.00 WIB, kemudian menurun menjadi hujan ringan sekitar pukul 09.00 WIB. Mulai tengah hari hingga malam (12.00–21.00 WIB), langit Ponorogo diprediksi berawan.

    Suhu udara berkisar antara 23–31 derajat Celcius, dengan kelembapan mencapai 63–96 persen dan kecepatan angin dari arah Tenggara sekitar 9,7 km/jam.

    Dengan kondisi cuaca yang dinamis ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap memperhatikan prakiraan cuaca harian dan menyiapkan perlengkapan seperti jas hujan atau payung, terutama bagi yang berencana beraktivitas sejak pagi hari. (mnd/kun)

  • New Balance Luncurkan Sepatu Beda Ukuran, Tertarik Beli?

    New Balance Luncurkan Sepatu Beda Ukuran, Tertarik Beli?

    JAKARTA – Brand sepatu ternama New Balance kembali menarik perhatian dengan inovasi terbarunya. Kali ini, brand sepatu asal Amerika Serikat ini meluncurkan program unik bernama “Mismatch Sizing Program”.

    Program ini memungkinkan pembeli untuk mendapatkan sepasang sepatu dengan ukuran kanan dan kiri yang berbeda, bahkan bisa membeli satu sepatu saja bila diperlukan.

    Dilansir dari laman Women’s Wear Daily, program ini ditujukan bagi konsumen yang memiliki perbedaan ukuran kaki, kehilangan salah satu anggota tubuh, atau kondisi disabilitas yang membuat mereka sulit menemukan sepatu dengan ukuran pas.

    New Balance memilih model Made in USA Fresh Foam 1540v4 sebagai produk pertama yang masuk dalam program ini.

    Sepatu ini dikenal sebagai salah satu seri paling nyaman dan premium dari New Balance. Sekain itu, sudah mendapatkan pengakuan resmi dari American Podiatric Medical Association (APMA) karena desainnya yang mendukung kesehatan kaki.

    Menurut Craig Heisner, Senior Director for Wellness and Verticals di New Balance, program ini dibuat agar lebih banyak orang bisa merasakan kenyamanan sepatu yang benar-benar pas di kaki mereka.

    “Dengan program mismatch sizing, kami ingin menjadikan sepatu yang hebat ini lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua orang,” ujar Heisner.

    Sepatu Fresh Foam 1540v4 memiliki berbagai fitur unggulan seperti sol tengah berbahan Fresh Foamyang empuk, bagian atas mesh yang sejuk, serta teknologi Rollbar untuk menjaga stabilitas gerakan tumit. Tak heran jika model ini dipilih sebagai pelopor program baru tersebut.

    Namun meluncurkan program seperti ini bukan perkara mudah. New Balance harus menyesuaikan sistem produksi, logistik, dan inventoriagar bisa mengakomodasi pembelian dengan kombinasi ukuran yang berbeda. Ini sesuatu yang jarang dilakukan di industri sepatu.

    Meski begitu, hasilnya sepadan. Sejak diluncurkan, respons konsumen sangat positif. Banyak pembeli merasa terbantu karena akhirnya bisa menemukan sepatu yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

    “Bagi sebagian orang, hal sederhana seperti bisa membeli satu sepatu saja sudah sangat berarti. Program ini membuat hidup mereka lebih nyaman dan mobilitasnya meningkat,” kata Heisner.

    Keberhasilan program ini membuat New Balance berencana untuk memperluas konsep mismatch sizing ke model sepatu lainnya di masa depan.

    “Kami ingin memastikan lebih banyak orang bisa memakai sepatu yang benar-benar sesuai dengan bentuk dan kebutuhan kaki mereka.” tambah Heisner.

    Dengan langkah inovatif ini, New Balance tidak hanya menjual sepatu, tetapi juga menghadirkan solusi nyata untuk kebutuhan yang sering diabaikan. Hal ini membuktikan kenyamanan dan inklusivitas bisa berjalan seiring dalam dunia fashion.

  • Mengalami Gejala Ini di Malam Hari Bisa Jadi Tanda Kanker, Perlu Waspada!

    Mengalami Gejala Ini di Malam Hari Bisa Jadi Tanda Kanker, Perlu Waspada!

    Jakarta

    Kanker merupakan penyakit serius dan kompleks yang mencakup lebih dari 200 jenis berbeda, masing-masing dengan gejala dan faktor risiko yang khas. Deteksi dini menjadi kunci untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan, namun sayangnya banyak tanda peringatan yang kerap kali diabaikan.

    Salah satu gejala yang sering tidak disadari adalah keringat malam (night sweats). Kondisi ini kerap dianggap sebagai hal biasa akibat cuaca panas, stres, atau gangguan ringan. Padahal, keringat malam yang berlangsung terus-menerus tanpa sebab jelas bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang mendasarinya, seperti infeksi, gangguan hormon, atau bahkan jenis kanker tertentu.

    Secara medis, keringat malam didefinisikan sebagai episode keringat berlebihan saat tidur hingga membuat pakaian atau seprai basah kuyup. Meskipun normal jika terjadi akibat suhu ruangan yang panas atau selimut tebal, kondisi ini dianggap tidak normal bila terjadi di lingkungan sejuk dan berulang, karena bisa menandakan adanya gangguan pada mekanisme pengaturan suhu tubuh.

    Para ahli medis menjelaskan infeksi merupakan salah satu pemicu umum munculnya keringat berlebih pada pasien kanker, karena tubuh berusaha menurunkan suhu tubuh yang meningkat akibat peradangan atau respons imun.

    Namun, pada beberapa kasus, jenis kanker tertentu juga dapat langsung memicu keringat malam yang berat, tanpa adanya infeksi penyerta.

    Dikutip dari Times of India, beberapa jenis kanker yang paling sering dikaitkan dengan gejala keringat malam berlebihan antara lain:

    Limfoma non-HodgkinLimfoma HodgkinTumor karsinoidLeukemiaMesoteliomaKanker tulangKanker prostatKanker ginjalTumor sel germinal (germ cell tumours)Kanker tiroid meduler stadium lanjut

    Dalam banyak kasus, keringat malam biasanya disertai gejala lain seperti penurunan berat badan tanpa sebab, demam berkepanjangan, atau rasa lelah ekstrem. Kombinasi gejala ini dapat menjadi tanda awal penting untuk dilakukan pemeriksaan medis lebih lanjut.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Pengakuan Pria ‘Meninggal 17 Kali’ dalam Waktu 13 Menit, Ini yang Dirasakan

    Pengakuan Pria ‘Meninggal 17 Kali’ dalam Waktu 13 Menit, Ini yang Dirasakan

    Jakarta

    Kebanyakan orang mungkin mengatakan pernah mengalami kondisi mendekati kematian karena masalah kesehatan. Namun, bagi pria satu ini, ungkapan itu hanya sebagian kecil dari pengalamannya.

    Insiden ini dialami pria di Inggris bernama John Williams. Kejadian yang dialaminya adalah sesuatu yang bahkan sulit dipercaya oleh para dokter.

    Pada November 2024, pria itu pergi ke kota tepi laut Whitby bersama pasangannya untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-40. Malam itu terasa biasa saja, sambil menikmati hidangan dan angin musim dingin yang sejuk bersama teman-temannya.

    Namun, di tengah makan malam, ia tiba-tiba merasa kepanasan, berkeringat, dan pusing. Beberapa saat kemudian, John pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung hebat.

    Beberapa jam kemudian, ia terbangun dikelilingi oleh mesin dan petugas medis. Tubuhnya juga masih berjuang untuk pulih.

    “Anda beruntung,” kata tim medis kepadanya, dikutip dari Unilad.

    Dokter menjelaskan ternyata John mengalami infark miokard, yakni kondisi saat aliran darah ke jantung tersumbat. Tetapi, kisah John tidak berakhir di situ.

    Hampir setahun kemudian, John bersiap untuk menjalani operasi bypass jantung tiga kali di sebuah rumah sakit swasta di Leeds. Meski tahu tindakan itu bisa menyebabkan jantungnya berhenti sementara, John tetap merasa sangat tenang.

    “Anda mungkin mengira saya akan cemas, mengingat para dokter akan membedah saya, mematahkan tulang rusuk saya, dan menghentikan jantung saya. Tetapi, ketenangan ini tiba-tiba menyelimuti saya seperti sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya,” jelas John.

    Di saat itulah John menjadi aneh. Sambil menunggu operasi, ia mulai merasakan kehadiran mendiang ayah dan kakeknya.

    “Saya tahu mereka tidak ada di sana secara fisik, tetapi saya bisa merasakan mereka bersama saya. Rasanya seolah-olah mereka datang untuk mendoakan saya,” terangnya.

    Selama prosedur, John bertemu ayah dan kakeknya lagi. Kali ini, di tempat yang ia gambarkan sebagai surga.

    Ia merasa berada di dalam ruangan yang sama, dan keduanya menyampaikan sesuatu. Ia mengatakan sampai jumpa lagi dan merasa tidak sabar untuk bisa bertemu mereka lagi.

    Pria itu teringat bahwa kakeknya mengatakan ia telah tumbuh dewasa sejak terakhir kali berjumpa. Sementara ayahnya mengatakan hal yang berbeda.

    “Kamu punya dua putri kecil di rumah. Belum sekarang,” kata John mengingat perkataan ayahnya.

    Ketika John siuman, ia mengira hanya bangugn sesaat setelahh operasi. Tetapi, ternyata ia baru saja pulih dari koma yang diinduksi beberapa hari kemudian.

    Selama operasi, jantung John mengalami aritmia atau kondisi saat sinyal listrik terganggu dari jantung. Hal ini menghasilkan ritme yang tidak normal, entah berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau keduanya dengan kecepatan yang tidak stabil, sehingga memaksa dokter melakukan defibrilasi berulang kali.

    Jika dihitung sejak awal prosedur, jantung John berhenti sebanyak 17 kali hanya dalam waktu 13 menit. Pria itu melihat adanya luka bakar berbentuk persegi panjang di dadanya, bukti dari apa yang telah terjadi.

    “Saya masih belum bisa sepenuhnya menjelaskan apa yang terjadi atau kapan itu terjadi,” ujar John.

    “Yang saya tahu adalah rasanya begitu nyata, tetapi di saat yang sama, seperti dunia lain. Saya belum pernah merasakan ketenangan seperti ini sejak saat itu.”

    Tonton juga video “Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Mahasiswa: Kampus IKJ Enak di Cikini, Tak Perlu Pindah ke Kota Tua
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Oktober 2025

    Mahasiswa: Kampus IKJ Enak di Cikini, Tak Perlu Pindah ke Kota Tua Megapolitan 20 Oktober 2025

    Mahasiswa: Kampus IKJ Enak di Cikini, Tak Perlu Pindah ke Kota Tua
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com —
    Sejumlah mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) mempertanyakan urgensi pemindahan kampus ke Kota Tua. 
    Abel (21), salah seorang mahasiswa lainnya, mengaku sudah nyaman di kampus IKJ Cikini karena sejuk dan tidak terlalu panas.
    Jika membutuhkan ruang yang lebih luas untuk kegiatan seni, mahasiswa bisa memanfaatkan fasilitas di Taman Ismail Marzuki (TIM).
    “Sebenarnya IKJ di sini udah enak, enggak perlu pindah,” ucap Abel saat diwawancarai
    Kompas.com
    , Senin (20/10/2025).
    Abel menambahkan saat ini IKJ hanya perlu melakukan sedikit renovasi dan memperbaiki akses menuju kampus dibandingkan relokasi.
    “Enggak perlu memindahkan institusi ke sana,” tambahnya.
    Senada dengan Abdel, Rivo (21) mahasiswa IKJ, mengaku heran dengan munculnya rencana relokasi tersebut karena tidak menunjukkan alasan yang kuat. 
    Apalagi IKJ sudah memiliki identitas dan keterikatan historis dengan kawasan Cikini dan Taman Ismail Marzuki (TIM).
    “Impresi pertama kayak kenapa tiba-tiba banget? Terus kayak urgensinya apa untuk tiba-tiba di Kota Tua?,” kata Rivo.
    Rivo mengatakan dirinya tidak mempermasalahkan jika memang kampus di Kota Tua ditujukan hanya untuk menggelar eksebisi, bukan untuk kegiatan belajar.
    “Kampus dua tuh untuk apa? Mahasiswanya juga enggak seramai itu,” ungkapnya.
    Sebelumnya diberitakan, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengusulkan pemindahan kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.
    “Kami akan mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk memindahkan IKJ ke tempat ini (Kota Tua),” ujar Pramono Anung saat ditemui di Kota Tua, Jakarta Barat, Sabtu (18/10/2025).
    Langkah tersebut dilakukan untuk menjadikan Kota Tua yang merupakan kawasan heritage menjadi pusat aktivitas dan kreativitas para seniman.
    Oleh sebab itu, kata Pramono, dibutuhkan para seniman, terutama dari IKJ, untuk dapat memperkuat atmosfer seni dan budaya di Kota Tua.
    “Saya yakin ruang kreativitasnya menjadi lebih baik, lebih lebar, lebih luas,” kata Pramono.
    Dalam pelaksanaannya, pihak dari pemerintah daerah dan pusat akan menyiapkan lokasi terlebih dahulu sebelum pemindahan dilakukan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Jepang Cemas, Musim Panas Kian Ekstrem

    Warga Jepang Cemas, Musim Panas Kian Ekstrem

    Jakarta

    Jepang mengalami serangkaian peristiwa cuaca ekstrem yang memecahkan rekor sepanjang 2025, dengan para ahli memperingatkan dampak serius yang mungkin terjadi.

    Musim panas 2025 tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah Jepang, dengan suhu rata-rata nasional 2,36 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan rata-rata sejak pencatatan dimulai pada tahun 1898. Kota Isesaki di Prefektur Gunma mencatat rekor nasional baru 41,8°C pada 5 Agustus.

    Badan Meteorologi Jepang (JMA) melaporkan bahwa jaringannya yang terdiri dari lebih dari 1.300 stasiun mencatat 30 kali suhu di atas 40°C, jauh melebihi rekor tahunan sebelumnya, yaitu 17 kali pada musim panas 2018.

    Meskipun kini musim gugur telah tiba di kepulauan Jepang, panasnya belum sepenuhnya mereda, suhu 35°C tercatat di Kota Kagoshima pada Minggu (19/10), dan lebih dari 30 lokasi di seluruh negeri juga mencatat rekor suhu tertinggi untuk Oktober.

    Kenaikan suhu yang luar biasa tinggi

    “Penyebab paling mendasar dari peningkatan suhu ini adalah pemanasan global,” kata Yoshihiro Iijima, profesor klimatologi di Universitas Metropolitan Tokyo.

    “Tahun ini, kita melihat suhu permukaan yang sangat tinggi di Samudra Pasifik dan Laut Jepang, di kedua sisi kepulauan Jepang, yang berkontribusi pada kelembapan tinggi dan udara yang lebih hangat di daratan,” katanya kepada DW.

    Menurut Iijima, suhu laut yang meningkat diperburuk oleh sistem tekanan tinggi yang bertahan lama di atas Jepang selama musim panas, sementara arus jet subtropis di atas Eurasia sejak Juni bergeser signifikan ke arah Kutub Utara.

    Krisis Iklim jadi faktor utama

    Kondisi ekstrem tahun ini membuat JMA mengadakan Panel Penasihat untuk Peristiwa Iklim Ekstrem, dan para penelitinya menegaskan kaitan dengan krisis iklim global.

    “Rekor suhu tinggi yang tercatat di sekitar Jepang pada musim panas 2025 hampir mustahil terjadi jika tidak ada efek dari pemanasan global,” tulis panel tersebut dalam sebuah studi yang diterbitkan pada akhir September.

    “Tingkat kenaikan suhu akibat pemanasan global telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir,” tambah mereka. “Suhu rata-rata musim panas tertinggi di Jepang telah tercatat selama tiga tahun berturut-turut (2023–2025), jauh melampaui tren kenaikan suhu linier yang diproyeksikan dari periode 1995–2024.”

    Dampak terhadap pertanian dan bencana alam

    Menurut Iijima, panas ekstrem di musim panas dapat memiliki konsekuensi serius bagi Jepang.

    “Dampaknya terhadap sektor pertanian akan berat, karena produksi beras menurun akibat tanaman tidak tahan panas dan kekurangan air,” ujarnya.

    Para ahli juga mencatat perubahan di sektor perikanan, dengan hasil tangkapan menurun dan banyak spesies ikan berpindah ke utara mencari perairan yang lebih sejuk.

    Namun, panas ini juga berdampak langsung pada masyarakat Jepang, lebih dari 100.000 orang dirawat di rumah sakit antara 1 Mei dan awal Oktober karena serangan panas (heatstroke).

    Angka ini meningkat 4% dibanding tahun sebelumnya, yang juga rekor tertinggi, dengan lansia paling rentan akibat kombinasi suhu tinggi dan kelembapan.

    Iijima juga memperingatkan bahwa panas ekstrem dapat menciptakan topan yang lebih kuat.

    Topan Nakri melintasi gugusan Pulau Izu di selatan Tokyo pada Senin (13/10), seminggu setelah Topan Halong menghantam wilayah yang sama. Topan pertama menyebabkan satu korban jiwa, merusak bangunan, dan memicu tanah longsor. JMA melaporkan bahwa angin dari Topan Nakri mencapai kecepatan 180 km/jam (112 mph) dan membawa curah hujan yang sangat tinggi.

    “Suhu permukaan laut yang tetap tinggi di sekitar Jepang membuat topan-topan ini bertahan lebih lama, menjadi lebih kuat dan lebih merusak,” kata Iijima. “Dan jika kondisi semakin panas, maka topan akan menjadi semakin berbahaya.”

    Tidak ada lagi musim semi dan gugur?

    Penelitian yang dipimpin oleh Yoshihiro Tachibana, profesor dari Departemen Ilmu dan Teknologi Lingkungan di Universitas Mie, menemukan bahwa musim panas di Jepang telah bertambah tiga minggu lebih panjang antara 1982 dan 2023 akibat perubahan iklim.

    “Hal ini terjadi karena pemanasan global dan suhu permukaan laut di sekitar Jepang yang terus meningkat,” kata Tachibana, seraya menunjukkan bahwa suhu laut di sekitar Jepang meningkat dua hingga tiga kali lebih cepat daripada rata-rata global.

    “Ini disebabkan oleh suhu musim panas yang lebih tinggi di sini dibanding wilayah lain di dunia, karena pengaruh angin barat yang hangat dan arus Kuroshio yang membawa air hangat dari Samudra Pasifik tropis ke Jepang,” jelasnya.

    Sementara musim panas kini semakin panjang, musim dingin relatif tetap karena Jepang masih terpengaruh oleh angin kutub dari utara. Namun, musim semi dan musim gugur makin pendek.

    “Saya memperkirakan musim panas di Jepang akan terus memanjang akibat pemanasan global, yang berarti musim semi dan gugur akan semakin singkat,” kata Tachibana.

    “Dalam waktu 30 tahun, keduanya bisa saja hampir menghilang, kecuali ada tindakan nyata untuk menghentikan dampak pemanasan global. Jika tidak, maka dalam 30 tahun Jepang bisa menjadi negara dengan hanya dua musim.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rahka Susanto

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)