NGO: PMI

  • 3 Menteri Kompak Posting Dukungan ke Prabowo, Singgung Riza Chalid

    3 Menteri Kompak Posting Dukungan ke Prabowo, Singgung Riza Chalid

    Bisnis.com, JAKARTA – Tiga menteri kabinet merah putih kompak memposting dukungan ke Presiden RI Prabowo Subianto di media sosial instagram pada minggu (31/8/2025). Narasi dalam postingan tersebut tampak senada.

    Mereka adalah Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding, Menteri Kedaulatan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas).

    Namun pada akun Instagram Zulhas, postingan dukungan ke Prabowo tampak telah dihapus. Dalam narasi yang disampaikan, Prabowo dianggap satu-satunya presiden yang berani mengungkapkan skandal di Pertamina oleh Riza Chalid dan kasus-kasus lainnya yang merugikan negara.

    “Tidak pernah ada pendahulu berani melawan mafia migas. Tidak pernah ada pendahulu berani membongkar mafia Reza Chalid dan anak-anak dan kroni-kroninya. Bahkan mereka bersama orang-orang itu mencuri kekayaan negara,” tulis narasi tersebut, dikutip Senin (1/8/2025).

    Prabowo dinilai menjadi presiden yang mampu menindak tegas mafia dan mafia minyak goreng. Bahkan dinarasikan tidak ada pendahulu yang mengungkapkan kasus korupsi di BUMN.

    “Tidak pernah ada pendahulu yang berbicara soal tantiem yang nilainya triliunan setiap tahun, malah semua partai-partai yang pernah berkuasa mereka semua menikmati korupsi di BUMN,” lanjutnya.

    Di akhir narasi menyatakan bahwa Prabowo kini dihujat karena berani membongkar semua masalah tersebut.

    Sebagai informasi, pada minggu (31/8/2025), Prabowo memanggil ketua umum partai dan para menteri untuk sidang kabinet menyikapi polemik pekan lalu.

    Salah satu hasil dari sidang tersebut adalah DPR diminta melakukan evaluasi terkait tunjangan bagi anggota dewan seperti tunjangan rumah. Selain itu, meminta Polri menindak tegas 7 anggota Brimob yang melindas Affan Kurniawan seorang pengendara ojek online. 

  • Terlindas KA Jenggala, Lansia Mojokerto Selamat tapi Kaki Remuk

    Terlindas KA Jenggala, Lansia Mojokerto Selamat tapi Kaki Remuk

    Mojokerto (beritajatim.com) – Seorang pria lanjut usia (lansia) mengalami insiden terlindas Kereta Api (KA) 482 Commuter Line Jenggala di barat perlintasan Jalan Pahlawan (JPL No. 44), Kelurahan Miji, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto. Korban selamat namun kaki kanannya remuk akibat terlindas roda besi.

    Informasi yang dihimpun menyebutkan, lansia tersebut tengah beraktivitas di sekitar rel belakang Kantor Pertanahan ATR/BPN Kota Mojokerto. Diduga korban yang disebut-sebut mengalami pikun tidak menyadari adanya kereta Jenggala yang sedang masuk ke Stasiun Mojokerto setelah melakukan lansir ganti kepala.

    Lantaran tidak membawa identitas, petugas dan warga sekitar sempat kesulitan mengenali korban. Tak lama berselang, tim medis bersama ambulans PSC 119 dan PMI Kota Mojokerto datang ke lokasi untuk memberikan pertolongan. Korban kemudian dievakuasi ke RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto.

    Sementara itu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 Surabaya memastikan rangkaian dan lokomotif KA Jenggala dalam kondisi aman sehingga perjalanan kereta tetap bisa dilanjutkan. Hal tersebut disampaikan oleh Manager Humas KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif.

    “Kejadiannya sekitar pukul 18.00 WIB. Akibat insiden ini, perjalanan KA 482 CL Jenggala sempat mengalami keterlambatan sekitar 9 menit. Setelah pemeriksaan jalur oleh petugas, perjalanan kereta api lain tidak terganggu,” ungkapnya, Senin (1/9/2025)

    Luqman kembali mengimbau kepada masyarakat agar tidak beraktivitas di jalur kereta api karena berbahaya dan merupakan area terbatas. Menurutnya, jalur kereta api hanya diperuntukkan bagi perjalanan kereta, bukan untuk pejalan kaki maupun aktivitas lain.

    “Kami himbau kepada masyarakat agar tidak beraktivitas di jalur kereta api karena berbahaya. Kami juga secara konsisten melakukan edukasi keselamatan agar perjalanan kereta tetap aman, lancar, dan selamat,” tegasnya. [tin/but]

  • Bupati Fawait: Perda Pekerja Migran Jember Tunggu Cantolan UU

    Bupati Fawait: Perda Pekerja Migran Jember Tunggu Cantolan UU

    Jember (beritajatim.com) – Bupati Muhammad Fawait menegaskan komitmennya untuk menerbitkan peraturan daerah Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengenai perlindungan pekerja migran. Saat ini Pemerintah Kabupaten Jember sudah mempermudah layanan bagi calon pekerja migran.

    “Insyaallah perda ini menunggu cantolan undang-undang yang hari ini sedang direvisi. Tidak mungkin kita bikin perda terus cantolan di atasnya belum ada,” kata Bupati Fawait, usai acara pembukaan desk Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jember, Senin (1/9/2025).

    Fawait mengatakan, perda untuk pekerja migran di Jember harus diwujudkan. Namun sembari menanti itu, Pemkab Jember membuka fasilitas desk BP2MI yang mempermudah layanan terhadap calon pekerja migran.

    Pembukaan layanan ini menindaklanjuti komitmen Pemkab Jember dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia. “Pengurusan administrasi bagi para calon PMI tidak perlu jauh-jauh lagi ke Surabaya, Malang, Banyuwangi. Cukup bisa di Jember,” kata Fawait.

    Saat ini kantor Pos Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) di Jember masih belum selesai dibangun. Administrasi ketenagakerjaan untuk sementara waktu diurus dan dilayani tuntas di kantor Dinas PMPTSP Jember.

    “Ini bagian dari komitmen Pemerintah Kabupaten Jember dan komitmen Presiden Prabowo, bahwa kita harus mempermudah para calon pekerja migran Indonesia untuk mengurus prosedur, sehingga nanti mereka yang berangkat ke luar negeri terdata dengan baik dan berangkatnya secara prosedural,” kata Fawait.

    Menurut Fawait, masih banyak warga Jember yang memilih menjadi pekerja migran lewat jalur non prosedural. “Ini karena tidak tahu alurnya dari awal sampai akhir. Bahkan ngurusnya memang terlalu jauh selama ini: ke Surabaya, ke Malang, dan ke Banyuwangi,” katanya.

    Pemkab Jember sudah merancang program sosialisasi ke sekolah dan pesantren serta masyarakat luas soal prosedur menjadi pekerja migran. “Kalau ada orang mau jadi PMI, ini loh prosedurnya, supaya kita bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Fawait.

    Selain itu, lanjut Fawait, Pemkab Jember akan memberikan pelatihan-pelatihan untuk calon dan purna pekerja migran Indonesia. “Harapannya, calon pekerja migran bekerja ke luar negeri tidak cuma bekerja di ‘sektor informal’ saja, tapi bisa ke sektor-sektor yang high skill. Harapan kami, kalau itu terjadi mereka bisa mendapatkan gaji yang jauh lebih besar,” katanya.

    Bupati Fawait juga ingin jangkauan negara tujuan pekerja migran asal Jember bisa lebih luas. “Kita berharap bisa ke negara-negara yang lebih terjamin soal masalah besaran gajinya. Negara-negara maju seperti Jepang, Korea, bahkan kalau belum, mungkin bisa ke Eropa,” katanya.

    Namun, lanjut Fawait, kemampuan berbahasa harus dimiliki. “Mudah-mudahan ke depan program kita ini, pekerja migran yang berangkat dari Jember bisa mendapatkan kemampuan berbahasa yang lebih baik, sehingga mereka bisa bekerja di sektor yang lebih baik di luar, dan bisa mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik,” katanya. [wir/ian]

  • Pengusaha Masih Waswas Meski Manufaktur Mulai Bergairah

    Pengusaha Masih Waswas Meski Manufaktur Mulai Bergairah

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai ekspansi produktivitas industri pengolahan atau manufaktur pada Agustus 2025 tak sepenuhnya menggambarkan kondisi riil lapangan, meski terdapat sinyal positif perbaikan. 

    Berdasarkan laporan S&P Global, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 di level 51,5 atau ekspansi dari 4 bulan sebelumnya kontraksi di bawah ambang batas 50. 

    Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan, kondisi ekspansi yang disebutkan dalam laporan tersebut harus disikapi dengan tetap waspada. Pasalnya, laporan PMI manufaktur bukan volume output riil, melainkan indikator arah pergerakan ekonomi. 

    “Artinya, capaian ini lebih merupakan sinyal pemulihan awal daripada jaminan bahwa seluruh tantangan telah teratasi,” kata Shinta kepada Bisnis, Senin (1/9/2025). 

    Dalam laporan S&P Global disebutkan bahwa kondisi industri kembali bergairah dikarenakan pesanan baru dan output produksi yang mulai meningkat. Hal ini mendorong ekspansi dari fase kontraksi empat bulan sebelumnya. 

    Apindo melihat hal ini dengan optimistis. Namun, berhati-hati. Apalagi, Shinta menilai industri padat karya dan subsektor berorientasi ekspor belum sepenuhnya pulih karena masih menghadapi tantangan beban usaha yang tinggi dan ketidakpastian global.

    “Jadi, PMI ini valid sebagai early indicator bahwa momentum pemulihan mulai berjalan, tetapi tidak berarti semua masalah struktural hilang,” jelasnya. 

    Di samping itu, dia juga menyebutkan terdapat tantangan seperti volatilitas rantai pasok, tekanan nilai tukar rupiah dan biaya operasional yang tinggi menjadi faktor yang mesti diatur kembali. 

    Kendati demikian, dia tak memungkiri laporan yang menyebutkan bahwa output dan pesanan baru kembali mencatat pertumbuhan untuk pertama kalinya dalam 5 bulan terakhir yang didorong oleh peluncuran produk baru, perolehan klien tambahan, serta meningkatnya permintaan, baik dari pasar domestik maupun internasional. 

    Temuan ini juga sejalan dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI), di mana komponen pesanan baru naik menjadi 57,38 pada Agustus dari 54,40 pada Juli 2025. 

    “Namun, penting untuk tetap memperhatikan indikator lain yang mencerminkan pembelian dan daya beli, seperti Indeks Harga Konsumen, Indeks Penjualan Ritel, Indeks Kepercayaan Konsumen, pertumbuhan kredit konsumsi, dan lain-lain, agar gambaran mengenai daya beli dan prospek permintaan domestik lebih komprehensif,” jelasnya. 

    Lebih lanjut, berdasarkan laporan PMI manufaktur Indonesia dari S&P Global, terdapat sejumlah dinamika penting terkait input pada Agustus. Dengan meningkatnya permintaan, terjadi peningkatan aktivitas pembelian sehingga stok bahan baku bertambah. 

    “Dari sisi harga, inflasi biaya input pada Agustus tercatat solid, tetapi tetap berada di bawah rata-rata jangka panjang dan masih menjadi yang terendah kedua dalam hampir 5 tahun terakhir,” jelasnya. 

    Dalam hal ini, kurs menjadi indikator penting yang menentukan karena industri nasional masih tergantung bahan baku impor. Pada paruh pertama Agustus 2025, rupiah sempat menguat signifikan terhadap dolar AS, dari Rp16.455 per dolar pada 1 Agustus menjadi Rp16.110 pada 15 Agustus. 

    Kendati demikian, penguatan ini tidak bertahan lama karena pada akhir bulan rupiah kembali melemah ke kisaran level awal. Fluktuasi tersebut menambah tekanan biaya bagi perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor. 

    “Namun, kenaikan ini dikompensasi dengan peningkatan harga output pada laju yang lebih tinggi, bahkan tercatat sebagai yang tercepat sejak Juli 2024,” pungkasnya. 

  • Kemenkes RI Ungkap Titik Siaga Layanan Darurat Medis di DKI-Wilayah Terdampak Demo

    Kemenkes RI Ungkap Titik Siaga Layanan Darurat Medis di DKI-Wilayah Terdampak Demo

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI menyiapkan sejumlah layanan darurat medis yakni ketersediaan ambulans juga tenaga kesehatan yang membantu korban aksi demo di sejumlah titik. Bekerja sama dengan public safety center (PSC) 119.

    Adapun ketersediaan layanan darurat medis tersebut disebar pada sejumlah kawasan rawan di DKI Jakarta maupun wilayah di luar Jabodetabek. Berikut daftarnya:

    DKI Jakarta: 21 unit ambulansJawa Tengah: 86 unit ambulansJawa Timur: 11 unit ambulansJawa Barat: 6 ambulans, 5 tim PSCSulawesi Selatan: 14 unit ambulansDI Yogyakarta: 23 unit ambulans

    Layanan yang sama juga tersedia di Sumatera Utara, dekat wilayah terdampak, tetapi Kemenkes RI masih mengonfirmasi jumlah ambulans maupun tenaga medis yang tersedia.

    Sebagai kesiagaan khusus di DKI, sejumlah tim medis dilaporkan mengawal pada beberapa titik rawan termasuk depan Hotel Aryaduta, lampu merah Senen arah Kimia Farma, Pasar Jaya Senen arah Gunung Sahari, Pasar Jaya arah PMI Salemba, depan Manggala Wanabakti, depan gedung dan kawasan DPR/MPR, kolong slipi, tugu tani, kawasan samping SCBD Polda Metro Jaya, RS Kramat, Atrium, RSPAD.

    Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Aji Muhawarman memastikan fasilitas kesehatan sejauh ini tidak terkendala.

    “Fasyankes di sekitar kota atau wilayah yang ada aksi massa, tentu selalu kita siapkan sebagai tempat rujukan untuk yankes jika diperlukan,” tandas dia saat dihubungi detikcom, Senin (1/9/2025).

    (naf/up)

  • PMI Manufaktur RI Melesat, Tinggalkan China-Jepang di Jurang Kontraksi

    PMI Manufaktur RI Melesat, Tinggalkan China-Jepang di Jurang Kontraksi

    Bisnis.com, JAKARTA — Indeks produktivitas manufaktur di sejumlah negara mengalami perbaikan, meski tak sedikit yang terjerat di fase kontraksi. Namun, pada Agustus ini, Indonesia berhasil keluar dari fase kontraksi dalam 4 bulan terakhir. 

    Berdasarkan laporan S&P Global, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 51,5 pada Agustus 2025 atau naik dari bulan sebelumnya 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50. 

    Kinerja PMI manufaktur Indonesia sebelumnya telah terkontraksi sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. 

    Pada hari yang sama, S&P Global juga merilis kinerja PMI dari sejumlah negara Asean seperti Thailand (52,7), Filipina (50,8), dan Myanmar (50,4). Tak hanya Asean, manufaktur negara Asia juga tumbuh ekspansi. 

    Laporan terbaru juga menunjukkan PMI Jepang yang naik ke level 49,7 pada Agustus 2025, tetapi masih di bawah ambang batas 50 yang artinya kontraksi. Kemudian, PMI Manufaktur Korea Selatan juga masih ekspansi meski tumbuh tipis menjadi 48,3 pada Agustus dari bulan sebelumnya 48. 

    Di sisi lain, PMI manufaktur Taiwan tercatat tumbuh ke angka 47,7 atau naik dari bulan sebelumnya 46,2. Bahkan, Biro Statistik Nasional mencatat PMI manufaktur China juga kontraksi meski tumbuh tipis menjadi 49,4 pada Agustus 2025, dari 49,3 pada Juli 2025.

    Dari laporan tersebut, negara-negara yang masih terjerat di kondisi kontraksi rata-rata terkendala dari segi permintaan yang terus menurun, baik domestik maupun ekspor. Alhasil, produksi manufaktur perlu menyesuaikan dengan kondisi pasar. 

    Namun, ekonom S&P Global masih menilai ada sinyal pemulihan di sejumlah negara. Misalnya, industri di Jepang yang masih melanjutkan produksi dan menambah tenaga kerja untuk berjaga-jaga jika kondisi permintaan meningkat di masa depan.

    “Ada juga indikasi bahwa tekanan inflasi telah mendingin. Khususnya, tingkat inflasi biaya input yang dipegang mendekati titik terendah empat setengah tahun Juli, harga jual juga pada tingkat terlemah dalam lebih dari empat tahun,” kata Annabel Fiddes, Economics Associate Director at S&P Global Market Intelligence. 

    Sementara itu, ekspansi di Indonesia didorong oleh peningkatan baik pada produksi maupun volume pesanan baru. Menanggapi hal ini, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian dan jumlah tenaga kerja pada pertengahan triwulan ketiga untuk menyesuaikan kebutuhan produksi tambahan. 

    Industri juga menambah stok pembelian, namun inventaris barang jadi menurun karena digunakan untuk memenuhi pesanan.

    Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti mengatakan pada pertengahan triwulan ketiga 2025, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan kembali pada kondisi operasional untuk pertama kali setelah kontraksi 4 bulan terakhir. 

    “Perusahaan mencatat pertumbuhan baru pada output dan pesanan baru, dengan pesanan ekspor mencatat kenaikan tercepat dalam hampir dua tahun,” kata Bhatti dalam laporan terbarunya pada Senin (1/9/2025). 

    Di sisi lain, China dilaporkan menandai pelemahan aktivitas manufaktur selama lima bulan berturut-turut. Kondisi ini juga menunjukkan pelaku industri masih menunggu kepastian dari negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS), sementara permintaan domestik tetap lesu.

    Apalagi, ekonomi China tengah menghadapi berbagai tekanan, mulai dari melemahnya ekspor akibat tarif AS, kemerosotan sektor properti, meningkatnya ketidakpastian pekerjaan, utang besar di pemerintahan daerah, hingga dampak cuaca ekstrem. Situasi ini berpotensi menghambat target pertumbuhan ambisius Beijing pada 2025 yang dipatok sekitar 5%.

  • Momentum Tumbuh Masih Ada: Manufaktur Membaik, Ekonomi Digital Kian Atraktif

    Momentum Tumbuh Masih Ada: Manufaktur Membaik, Ekonomi Digital Kian Atraktif

    Bisnis.com, JAKARTA – Sektor manufaktur menjadi penopang perekonomian. Meski mengalami tantangan karena PMI manufaktur Indonesia tidak berada level ekspansif, di bawah angka 50% per Juli 2025, namun nilai tambah bruto (NTB) manufaktur terus mengalami penguatan.

    Kalau menilik rapor ekonomi selama kuartal II/2025, kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) masih bisa bertahan di angka 18,67%. Sektor manufaktur juga mampu tumbuh 5,68% year on year (y-o-y). Kinerja pertumbuhan manufaktur itu melesat dibandingkan dengan kuartal II/2024, yang hanya di angka 3,95%.

    Tidak heran, jika kinerja positif sektor manufaktur itu menjadikannya sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi II/2025. Kontribusinya bahkan naik dari 0,79% (kuartal II/2024) menjadi 1,13% pada kuartal II/2025.  

    Tren membaiknya sektor manufaktur itu juga dapat dilihat dari struktur ketenagakerjaan Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan Mei 2025, mencatat pekerja di sektor manufaktur mencakup 13,45% dari total pekerja per Februari 2025. Jumlah pekerja manufaktur itu naik karena pada Februari 2024 hanya 13,28%.

    BPS sendiri secara rutin mempublikasikan data-data mengenai kinerja ekonomi. Data BPS menjadi rujukan bagi pemerintah, ekonom, hingga pelaku usaha untuk memproyeksikan target sekaligus menentukan kebijakan yang akan diambil ke depan.

    Wakil Ketua Umum Kadin Perindustrian Saleh Husin mengatakan bahwa tren positif kinerja sektor manufaktur akan terus berlangsung pada kuartal III/2025 meski kemungkinan akan terjadi perlambatan. Hal ini dipicu pada kuartal ketiga ini masyarakat akan fokus belanja untuk kebutuhan rutin, sehingga tingkat permintaan tidak setinggi saat liburan. 

    “Dampaknya ke manufaktur cukup terasa, subsektor yang bergantung pada konsumsi non-rutin seperti pakaian, rekreasi, barang tahan lama mengalami perlambatan order,” kata Saleh kepada Bisnis, Kamis (28/8/2025). 

    Meski demikian, Saleh melihat masih ada industri yang akan stabil permintaannya seperti sektor yang memproduksi kebutuhan dasar yakni makanan-minuman, farmasi, dan perlengkapan sekolah relatif lebih stabil. Di samping itu, dia menyebut tren normalisasi konsumsi masyarakat ini membuat sumbangan permintaan domestik ke pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tetap ada, namun tidak sekuat kuartal sebelumnya. 

    Menurut Saleh, kombinasi faktor ini membuat pertumbuhan kuartal III/2025 diproyeksi tetap positif, meskipun kecepatan pertumbuhannya lebih moderat dibanding kuartal kedua.  Jika dilihat dari sisi kredit perbankan periode ini mengalami penurunan ke 7,03% dari bulan sebelumnya  7,77%. Penurunan ini terutama terjadi pada kredit modal kerja. 

    “Ini sejalan dengan sikap hati-hati pelaku usaha di tengah permintaan yang melandai pasca liburan dan pasar global yang tidak terlalu kondusif,” imbuhnya.

    Manufaktur Jadi Kunci

    Di sisi lain, Office of Chief Economist (OCE) Bank Mandiri menilai percepatan produktivitas sektor manufaktur menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke level yang lebih tinggi. Meski ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5% dalam tiga tahun terakhir, kontribusi sektor-sektor besar dinilai belum maksimal.

    Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengungkapkan, data historis menunjukkan sejumlah sektor mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata nasional, namun dengan kontribusi relatif kecil.

    Misalnya, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh rata-rata 13,5% sejak kuartal I/2022 hingga kuartal II/2025. Hanya saja, kontribusi ke pembentukan produk domestik bruto (PDB) hanya 6,2%.

    Pada periode yang sama, sektor jasa lainnya tumbuh 10%, sektor akomodasi dan makanan minuman tumbuh 9,7%, dan sektor jasa perusahaan tumbuh 8,6%. Kendati demikian, kontribusi semua sektor itu hanya di bawah 3% terhadap pembentukan PDB.

    “Memang catatannya atau challenge-nya adalah memang sektor-sektor tersebut masih memberikan kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor-sektor besar seperti industri pengolahan,” ujar Asmo dalam forum Mandiri Economic Outlook Q3 2025 secara daring, Kamis (28/8/2025).

    Ilustrasi pekerja sektor manufaktur

    Sebaliknya, sektor-sektor dengan kontribusi besar justru mencatat pertumbuhan yang lebih lambat. Contohnya industri pengolahan atau manufaktur yang menyumbang hampir 19% terhadap PDB, tetapi hanya tumbuh rata-rata 4,7%.

    Sementara sektor pertanian yang menyumbang 13,8% terhadap PDB, namun hanya mencatatkan pertumbuhan sekitar 2% dalam periode yang sama. “Jadi memang PR dari kita dalam membangun atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sudah clear [jelas] sebenarnya, bagaimana kemudian mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar.,” kata Asmo.

    Dia menambahkan bahwa terjadi tren perlambatan pertumbuhan di sektor agrikultur sejak 2015. Berbagai inisiatif program swasembada pangan pemerintah, kata dia, menjadi momentum untuk mengakselerasi transformasi sektor ini. “Kalau misalnya pertumbuhannya bisa naik dari 2% menjadi 4%, dampaknya ke pertumbuhan ekonomi nasional akan signifikan,” ungkapnya.

    Tren Shifting ke Ekonomi Digital

    Terlepas dari naik turunnya sektor manufaktur, menguatnya peran ekonomi digital sebagai salah satu sumber pertumbuhan tidak bisa dianggap sebelah mata. BPS telah memotret fenomena dalam Statistik e-Commerce 2023 yang dirilis pada Januari 2025. Kendati cakupan pendataannya masih tahun 2023, namun data yang dirilis BPS tersebut bisa menjadi referensi untuk mengetahui size ekonomi digital di Indonesia.

    BPS dalam data tersebut mencatat bahwa populasi penjualan melalui e-commerce terus naik. Pada tahun 2023 tercatat ada sebanyak 3,82 juta atau naik 27,4% dibandingkan tahun 2022. Nilai transaksinya bahkan menembus angka senilai Rp1.100,87 triliun atau naik dibandingkan 2022 yang hanya tercatat sebesar Rp783 triliun.

    Data BPS itu juga sejalan dengan data-data yang dipaparkan oleh lembaga seperti e-Conomy SEA 2024. Lembaga ini mencatat bahwa nilai transaksi ekonomi digital di Indonesia telah menembus angka Rp1.454,6 triliun pada tahun 2024 atau naik dari tahun 2023 yang hanya tercatat sebesar Rp1.233,3 triliun. Kendati ada selisih, baik data data BPS dan e-Conomy SEA, telah menunjukkan bahwa adanya pergeseran pola belanja yang semula dilakukan secara konvensional beralih melalui perantara daring atau online.

    Tren pergeseran pola belanja inilah yang menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga selama kuartal II/2025 masih terjaga. Kalau merujuk data BPS, pertumbuhan konsumsi masyarakat masih tumbuh di angka 4,97% year on year. Kontribusi konsumsi rumah tangga juga masih dominan di kisaran angka 54,53% pada kuartal II/2025.

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menjelaskan bahwa fenomena peralihan atau shifting belanja ke mode daring atau online menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat yang kemudian mendorong pertumbuhan atraktif kuartal II/2025.

    “Jadi, ada hal yang baru, yang mungkin belum diungkap adanya fenomena shifting belanja secara offline ke online, barangkali belum pernah diungkap. Kita memang mudah melihat fenomena secara langsung atau secara offline. Tapi secara online barangkali cukup sulit untuk dilihat,” jelas Edy, Selasa (5/8/2025) lalu.

    Sementara itu, Direktur Kebijakan dan Program Lembaga Riset Prasasti Pieter Abdullah menuturkan perubahan pola belanja masyarakat dari konvensional ke daring merupakan sebuah keniscayaan. Dia menuturkan bahwa saat ini memang persebarannya masih terbatas, mayoritas berada di perkotaan. Namun Pieter memproyeksikan bahwa ke depan, penetrasi belanja via daring itu akan menjangkau individu di setiap wilayah.

    “Perubahan gaya hidup menjadi lebih digital berpengaruh terhadap cara dan struktur belanja. Dulu kita tidak mengenal biaya pulsa. Sekarang sudah tidak terelakkan. Dulu belanja di supermarket, sekarang sudah mulai biasa belanja online di e-commerce atau belanja ke indomaret secara online.”

    Pieter berkeyakinan perubahan pola belanja di masyarakat inilah yang kemudian memunculkan fenomena Rojali alias rombongan jarang beli dan Rohana alias rombongan hanya nanya. Jadi menurutnya tidak ada penurunan daya beli. “Masyarakat tetap belanja tetap berkonsumsi. Rojali dan rohana bukan ukuran bahwa konsumsi masyarakat turun.”

    Adapun Piter menambahkan bahwa perubahan pola belanja kemudian mengubah sejumlah indikator yang tadinya bisa dianggap leading indicator dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi, sekarang tidak lagi sepenuhnya bisa digunakan sebagai leading indicator.

    “Misalnya angka penjualan mobil dan penjualan semen. Tidak bisa sepenuhnya menggambarkan pertumbuhan ekonomi. Melambatnya pertumbuhan penjualan mobil dan penjualan semen tidak bisa serta merta mengindikasikan perlambatan pertumbuhan konsumsi atau juga pertumbuhan ekonomi.”

  • PMI Manufaktur RI Naik ke Level 51,5 pada Agustus 2025

    PMI Manufaktur RI Naik ke Level 51,5 pada Agustus 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Kegiatan manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 51,5 pada Agustus 2025 atau ekspansi dari bulan sebelumnya 49,2. 

    Adapun, PMI Manufaktur sebelumnya telah mengalami kontraksi dalam empat bulan terakhir. Produktivitas pada Agustus meningkat pertama kalinya sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. 

    Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti mengatakan pada pertengahan triwulan ketiga 2025, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan kembali pada kondisi operasional untuk pertama kali dalam lima bulan. 

    “Perusahaan mencatat pertumbuhan baru pada output dan pesanan baru, dengan pesanan ekspor mencatat kenaikan tercepat dalam hampir dua tahun,” kata Bhatti dalam laporan terbarunya pada Senin (1/9/2025). 

    Adapun, ekspansi Agustus ini didorong oleh peningkatan baik pada produksi maupun volume pesanan baru. Menanggapi hal ini, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian dan jumlah tenaga kerja pada pertengahan triwulan ketiga untuk menyesuaikan kebutuhan produksi tambahan. 

    Industri juga menambah stok pembelian, tetapi inventaris barang jadi menurun karena digunakan untuk memenuhi pesanan.

    Di sisi lain, penguatan dolar AS dilaporkan mendorong kenaikan harga barang impor, berkontribusi pada peningkatan biaya input secara signifikan. Perusahaan merespons dengan menaikkan harga output pada laju tercepat sejak bulan Juli 2024.

    Hal ini juga terlihat dari langkah perusahaan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan pembelian untuk menyesuaikan permintaan dan kebutuhan produksi, sekaligus memanfaatkan stok barang jadi yang ada untuk menyelesaikan pesanan. 

    Perusahaan juga berharap pertumbuhan output dapat berlanjut dalam waktu dekat, seiring menguatnya optimisme terhadap prospek tahun mendatang.

    “Inflasi biaya tetap solid pada bulan Agustus, meskipun turun pada tingkat terendah dalam lima tahun terakhir,” imbuhnya. 

    Namun demikian, perusahaan memilih untuk meneruskan kenaikan beban biaya kepada klien guna melindungi margin, dengan harga output naik pada laju tertinggi sejak bulan Juli 2024.

    Ke depannya, bisnis di sektor manufaktur Indonesia masih dinilai masih prospektif bahwa volume produksi akan naik pada tahun mendatang. Tingkat optimisme tergolong kuat dan meningkat dibanding bulan Juli, meskipun masih di bawah rata-rata jangka panjang. 

    Tak hanya itu, sentimen positif didukung oleh harapan bahwa kondisi ekonomi akan membaik, mendorong peluncuran produk baru. Harapan bahwa daya beli pelanggan akan meningkat sehingga mendorong pertumbuhan output.

  • Aktivitas Manufaktur China Melemah Lima Bulan Berturut-turut pada Agustus

    Aktivitas Manufaktur China Melemah Lima Bulan Berturut-turut pada Agustus

    Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas manufaktur China kembali mengalami kontraksi pada Agustus 2025. 

    Dilansir dari Reuters pada Minggu (31/8/2025), Biro Statistik Nasional mencatat Purchasing Managers Index atau PMI manufaktur China naik tipis menjadi 49,4 pada Agustus 2025, dari 49,3 pada Juli 2025.

    Namun, angka ini masih berada di bawah ambang batas 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi, serta sedikit di bawah perkiraan konsensus 49,5 dalam survei Reuters.

    Hal tersebut menandai pelemahan aktivitas manufaktur China selama lima bulan berturut-turut. Kondisi ini juga menunjukkan pelaku industri masih menunggu kepastian dari negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS), sementara permintaan domestik tetap lesu.

    Ekonomi China tengah menghadapi berbagai tekanan, mulai dari melemahnya ekspor akibat tarif AS, kemerosotan sektor properti, meningkatnya ketidakpastian pekerjaan, utang besar di pemerintahan daerah, hingga dampak cuaca ekstrem. Situasi ini berpotensi menghambat target pertumbuhan ambisius Beijing pada 2025 yang dipatok sekitar 5%.

    Sementara itu, indeks PMI non-manufaktur, yang mencakup sektor jasa dan konstruksi, justru mencatat pertumbuhan lebih cepat, naik menjadi 50,3 dari 50,1 pada Juli 2025.

    Gabungan PMI manufaktur dan non-manufaktur juga meningkat menjadi 50,5, dibandingkan 50,2 pada bulan sebelumnya.

    Presiden sekaligus Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, mengatakan bahwa momentum ekonomi China pada kuartal III/2025 melambat akibat lemahnya permintaan domestik dan pendinginan pasar properti.

    “Prospek makro sepanjang sisa tahun ini sangat bergantung pada daya tahan ekspor dan seberapa besar dukungan fiskal yang diberikan pada kuartal IV/2025,” katanya.

    Kinerja ekspor Juli 2025 memang melampaui perkiraan, tetapi lebih banyak ditopang oleh basis yang rendah tahun lalu dan lonjakan pengiriman ke Asia Tenggara.

    Hal ini menunjukkan upaya eksportir China memperluas pasar di kawasan tersebut di tengah kekhawatiran kehilangan akses ke AS, pasar konsumen terbesar di dunia.

    Awal bulan ini, AS dan China sepakat memperpanjang gencatan dagang selama 90 hari. Kesepakatan itu mempertahankan tarif 30% terhadap produk China dan bea masuk 10% terhadap barang AS.

    Namun, ketidakpastian kebijakan tersebut tetap menekan kepercayaan pelaku usaha di kedua negara. Tekanan juga terlihat dari laba perusahaan industri China yang turun selama tiga bulan berturut-turut hingga Juli 2025.

    Hal ini mencerminkan lemahnya permintaan domestik dan deflasi harga produsen, sehingga meningkatkan desakan agar pemerintah meluncurkan stimulus tambahan. Meski pemerintah meningkatkan subsidi konsumsi, lesunya sektor properti masih menekan belanja masyarakat.

    Data perbankan Juli 2025 bahkan menunjukkan kredit perumahan menyusut untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, mencerminkan enggannya rumah tangga mengambil hipotek. Risiko konsumsi juga bisa semakin besar setelah Mahkamah Agung China melarang perusahaan dan pekerja menghindari pembayaran jaminan sosial.

    Kebijakan ini memang dapat membantu pemerintah daerah yang kekurangan dana untuk memperkuat kas pensiun, namun dikhawatirkan berujung pada pemutusan hubungan kerja di tengah kesulitan ekonomi.

    Tingkat pengangguran perkotaan pada Juli naik menjadi 5,2% dari 5% pada Juni. Selain itu, kebutuhan anggaran publik juga meningkat akibat bencana alam. Sejak 1 Juli, cuaca ekstrem telah menyebabkan kerusakan jalan senilai US$2,2 miliar atau sekitar Rp36,30 triliun. 

    Adapun, jajak pendapat Reuters memperkirakan indeks PMI swasta RatingDog akan berada di level 49,7 pada Agustus 2025, naik dari 49,5 bulan sebelumnya. Data resmi akan diumumkan pada 1 September mendatang. 

  • 59 Relawan dan 10 Ambulans PMI DKI Bersiaga di Lokasi Demo Kwitang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 Agustus 2025

    59 Relawan dan 10 Ambulans PMI DKI Bersiaga di Lokasi Demo Kwitang Megapolitan 29 Agustus 2025

    59 Relawan dan 10 Ambulans PMI DKI Bersiaga di Lokasi Demo Kwitang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta menurunkan 59 relawan, 10 ambulans, dan lima motor Unit Reaksi Cepat (URC) untuk bersiaga saat aksi unjuk rasa di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (29/8/2025).
    Ketua PMI DKI Jakarta Beky Mardani mengatakan, kehadiran PMI bertujuan untuk memberikan pertolongan cepat jika terjadi keadaan darurat.
    “PMI hadir untuk memastikan layanan kemanusiaan tersedia dengan cepat, netral, dan profesional. Kami tidak terlibat pada isu politik atau tuntutan aksi. Fokus kami hanya pada penyelamatan dan pelayanan medis,” ujar Beky dalam keterangan tertulisnya, Jumat.
    Relawan dan armada PMI ditempatkan di titik-titik strategis, seperti Museum Pemuda DKI, Tugu Tani, depan Stasiun Senen, dan lampu lalu lintas Galur.
    Sementara itu, zona pendukung ada di sekitar lampu lalu lintas Penabur Gunung Sahari dan Polda Metro Jaya.
    PMI juga telah berkoordinasi dengan rumah sakit terdekat, di antaranya RS St. Carolus, RS PGI Cikini, RSUD Cipto Mangunkusumo (RSCM), dan RS Islam Cempaka Putih, untuk memastikan korban yang membutuhkan perawatan bisa segera ditangani.
    Ia menegaskan seluruh operasi lapangan PMI dijalankan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan dan tujuh prinsip dasar Gerakan Palang Merah-Bulan Sabit Merah Internasional, yaitu kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan.
    “Keselamatan relawan menjadi prioritas. Karena itu titik
    standby
    disiapkan di zona aman agar tim PMI tetap bisa memberikan pertolongan tanpa terjebak di tengah kerumunan massa,” ujar Beky.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.