Menara Saidah, Bayangan Kemegahan yang Terbengkalai di Tengah Megaproyek Jakarta
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di antara hiruk-pikuk kendaraan di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, berdiri sebuah menara yang seolah berhenti dalam waktu.
Menara Saidah
, dengan tiang-tiang korintus dan fasad bergaya Romawi klasik, kini hanya menjadi bayangan kemegahan masa lalu yang perlahan memudar di tengah pesatnya pembangunan Ibu Kota.
Bangunan setinggi 28 lantai itu pernah menjadi simbol kemajuan kawasan bisnis Cawang pada awal 2000-an.
Namun, hampir dua dekade berlalu, ia menjelma menjadi monumen bisu menggambarkan rumitnya tata kelola ruang Kota Jakarta dan lemahnya penegakan hukum terhadap aset-aset terabaikan.
Penelusuran
Kompas.com
, Jumat (7/11/2025), menunjukkan bahwa Menara Saidah kini seperti artefak kota yang terlupakan.
Di depan gedung, pagar seng berwarna abu-abu kusam setinggi dua meter membentang sepanjang sisi jalan, dengan tulisan besar berwarna merah:
DILARANG MASUK
.
Setiap hari, orang-orang melintas hanya beberapa meter dari bangunan ini tanpa pernah benar-benar tahu apa yang tersisa di balik pagar itu.
Begitu pagar seng dibuka oleh petugas keamanan, suasana berubah drastis. Sunyi. Hanya terdengar dengung mesin kendaraan dari kejauhan dan lolongan anjing penjaga di bawah naungan pohon besar yang tumbuh liar di depan lobi.
Dua pos jaga kecil berdiri di sisi kanan dan kiri gerbang, terbuat dari kayu lapuk yang sebagian atapnya sudah bocor.
“Kami jaga empat orang, siang malam bergantian,” ujar Juliadi (40), salah satu penjaga yang sudah bekerja di sana sejak 2014.
“Tugasnya cuma jaga biar enggak ada yang masuk tanpa izin. Banyak anak muda penasaran, kadang nekat manjat pagar,” lanjutnya.
Di halaman depan, lantai marmer yang dulu berkilau kini tertutup debu, pecahan genteng, dan dedaunan kering.
Rumput liar tumbuh menembus sela ubin, membentuk lanskap alami yang menelan keanggunan desain arsitektur klasik Eropa yang dulu diagungkan.
Fasad bangunan menampilkan enam pilar besar berwarna hijau tua dengan ukiran emas yang kini memudar. Ornamen berbentuk bunga teratai di atas atap lobi menghitam akibat jamur dan cuaca.
Di bagian dalam lobi utama, dua patung klasik berwarna putih, satu berbentuk bust laki-laki dan satu lagi patung singa, duduk berdiri di tengah debu.
Kedua patung itu kotor, tertutup jelaga dan sarang laba-laba, tetapi masih menjaga aura kemewahan masa lalu.
Di langit-langit lobi, lukisan langit berwarna biru muda dengan awan putih masih tampak samar, diapit sisa ornamen emas di tepiannya.
Lift yang dulu menjadi penghubung antar lantai kini hanya menyisakan poros besi vertikal tanpa kabin. Kabel-kabel menjuntai dari langit-langit, berkarat, dan sebagian putus.
Dinding-dinding di sekitar tangga darurat mengelupas, menampakkan lapisan bata merah dan kerangka besi bangunan.
Tangga sempit menuju lantai dua dan seterusnya tak diterangi cahaya. Udara terasa lembap dan berbau besi tua.
Lantai atas tampak seperti ruang terbuka yang membisu. Beberapa ruangan kosong masih memiliki sisa meja, sebagian besar berdebu dan berkarat.
Di salah satu ruangan yang menghadap Jalan MT Haryono, kaca jendelanya sudah pecah, memberikan pemandangan Kota Jakarta yang terus bergerak di luar sana, di antaranya LRT melintas, mobil melaju, dan gedung-gedung baru tumbuh di sekitarnya.
Kontras itu terasa menyesakkan seolah Menara Saidah tidak hanya ditinggalkan secara fisik, tetapi juga secara makna. Ia berdiri tegak, tetapi tak lagi menjadi bagian dari kehidupan kota.
“Dulu pernah ada yang mau syuting, tapi itu udah lama banget,” kata Juliadi lagi.
“Pemerintah belum pernah datang lagi. Katanya mau direvitalisasi, tapi cuma rencana,” imbuhnya.
Sementara di sisi belakang gedung, pemandangan tak kalah miris. Dinding pembatas yang roboh memperlihatkan kontras antara kemegahan dan kesederhanaan permukiman padat warga Cikoko Timur yang hanya berjarak beberapa meter dari fondasi bangunan berlantai 28 itu.
Area parkir bawah juga bisa dilalui dengan tangga besi melingkar di sisi kanan gedung. Area parkir ini kosong dan gelap, hanya diiringi ilalang serta bunyi dedaunan yang bergesekan di sekitar bangunan.
Menara Saidah bukan sekadar bangunan kosong. Ia menyimpan riwayat panjang kepemilikan yang berlapis.
Bangunan ini awalnya dibangun oleh PT Hutama Karya pada 1998 atas pesanan Mooryati Soedibyo, pendiri Mustika Ratu, dengan nama Menara Gracindo.
Beberapa tahun kemudian, gedung itu dilelang dan berpindah tangan ke keluarga Saidah Abu Bakar Ibrahim, pemilik Merial Group.
Sang putra, Fajri Setiawan, melakukan renovasi besar-besaran, menambah jumlah lantai dari 18 menjadi 28 dan mengganti namanya menjadi Menara Saidah, mengabadikan nama sang ibu.
Pada awal 2000-an, gedung ini sempat digunakan oleh beberapa lembaga negara, termasuk Sekretariat Panitia Pemilu 1999 (kini KPU) dan Kementerian Pembangunan Kawasan Timur Indonesia.
Namun pada 2007, seluruh aktivitas perkantoran di dalam Menara Saidah berhenti. Beredar kabar bahwa gedung miring beberapa derajat.
Pihak pengelola, PT Gamlindo Nusa, membantah isu tersebut dan menegaskan bahwa pengosongan dilakukan hanya karena masa sewa habis. Namun, sejak saat itu pintu gedung ditutup rapat.
“Kalau bangunan sudah tidak dimanfaatkan, otomatis Sertifikat Laik Fungsi (SLF)-nya sudah tidak berlaku,” jelas Kartika Andam Dewi, Ketua Subkelompok Penggunaan Bangunan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (Citata) DKI Jakarta, saat dihubungi
Kompas.com
.
“Pengawasan kami bergilir, dan Menara Saidah belum termasuk daftar 2025. Mungkin baru masuk di jadwal 2026. Karena belum ada laporan aduan atau aktivitas di sana, kami belum melakukan pengawasan lanjutan,” sambungnya.
Andam menegaskan, Menara Saidah merupakan milik swasta, bukan aset Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Karena itu, pemerintah daerah tidak bisa serta-merta melakukan penindakan atau revitalisasi tanpa koordinasi dan izin pemilik.
“Kalau nanti ada laporan visual bahwa bangunan itu membahayakan, baru kami bisa melakukan survei insidental,” katanya.
Fakta ini menunjukkan kerumitan persoalan hukum dan administrasi yang membelit Menara Saidah.
Pemprov DKI tak punya kewenangan langsung, sedangkan pemilik tidak lagi menampakkan inisiatif untuk memanfaatkan aset yang nilainya bisa mencapai ratusan miliar rupiah itu.
Upaya menyelamatkan Menara Saidah sebenarnya pernah dibahas. Pada 2016, Pemprov DKI Jakarta sempat berencana mengambil alih pemanfaatan bangunan tersebut. Namun rencana itu urung terlaksana.
Tawaran dari Universitas Satyagama pada 2011 juga kandas karena pemilik tak bersedia menunjukkan gambar struktur gedung.
Warga sekitar mengaku sudah terbiasa melihat bangunan itu diam tanpa perubahan.
“Dulu waktu masih ramai, memang sempat katanya mau direnovasi gitu,” kata Siti (45), pedagang di Cikoko Timur belakang gedung Menara Saidah.
“Sayang banget ya, bangunan segede itu nganggur. Kalau bisa dimanfaatin buat kantor pemerintah atau pusat UMKM kan enak,” ujarnya.
Pandangan serupa disampaikan Puji (29), pengemudi ojek
online
yang sering melintas di sana.
“Kalau siang enggak apa-apa, tapi kalau malam sepi banget. Lihat aja catnya udah pudar, kaca banyak yang retak. Padahal di seberang udah banyak gedung baru, tapi yang ini kayak ditinggalin gitu aja,” tuturnya.
Menurut Puji, warga sering bertanya-tanya mengapa pemerintah membiarkan bangunan strategis di tengah kota itu terbengkalai begitu saja.
“Katanya punya swasta, tapi masa iya enggak bisa dibenerin bareng-bareng? Jadinya kayak simbol Jakarta yang setengah maju, setengah berantakan,” tambahnya.
Bagi sebagian warga, Menara Saidah telah kehilangan maknanya sebagai simbol kemajuan.
“Sekarang malah kalah dan kayak monumen gagalnya tata kota. Kan di kelilingi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur juga, tapi jadi satu-satunya gedung yang tidak dihuni bertahun-tahun,” ujar Tio (41), pegawai kantoran di seberang Menara Saidah.
Pengamat infrastruktur dan tata kota, Yayat Supriatna, mengatakan, persoalan Menara Saidah bukan semata bangunan mangkrak, melainkan mencerminkan ketidaktegasan pemerintah dalam mengelola ruang kota.
“Kelayakan bangunan itu yang paling penting adalah aspek keselamatan dan keamanan penggunaan. Kalau aman dan
clear
dari sengketa hukum, sebenarnya Menara Saidah sangat strategis,” ujarnya kepada
Kompas.com
.
Ia menilai, posisi gedung yang dekat dengan LRT, KRL, dan TransJakarta semestinya menjadi keunggulan.
“Sangat cocok kalau dikembangkan jadi
mixed-use building
atau hunian
transit oriented development
(TOD),” katanya.
Namun, Yayat mengingatkan bahwa revitalisasi baru bisa dilakukan jika aspek hukum dan keselamatan sudah tuntas.
“Optimalisasi aset telantarnya harus
clear and clean
dulu. Kalau ada sengketa atau masalah struktur, itu harus diselesaikan dulu sebelum dibangkitkan kembali,” tegasnya.
Yayat bahkan menilai, jika dibongkar dan dibangun ulang sebagai rumah susun terjangkau, lokasinya akan sangat diminati generasi muda yang membutuhkan hunian dekat transportasi publik.
“Posisinya strategis banget. Dekat ke bandara, dekat ke Halim, dekat ke stasiun. Tapi ya, harus berani pemerintah turun tangan untuk memastikan kejelasan statusnya,” katanya.
Menara Saidah kini hanya menjadi latar diam bagi perjalanan ribuan orang yang melintas setiap hari.
Di bawahnya, bus TransJakarta melaju, LRT berderu di atas, dan KRL lewat di sampingnya, tanda Jakarta terus bergerak. Namun di tengah dinamika itu, satu bangunan dibiarkan membeku.
“Kami enggak tahu siapa pemiliknya, siapa yang tanggung jawab. Pemerintah juga enggak pernah datang bahas. Jadinya kayak dibiarkan
aja
begitu,” ujar Wati (50), warga Cikoko Timur yang tinggal di belakang gedung sejak sebelum pembangunan.
Bagi Wati, Menara Saidah bukan sekadar gedung kosong, melainkan simbol kota yang kehilangan arah dalam menata ruangnya.
“Kalau enggak bisa difungsikan lagi, ya paling tidak dirapikan. Jangan dibiarkan kumuh begitu. Bikin kesan Jakarta ini kayak kota yang enggak dirawat,” katanya menutup percakapan.
Menara Saidah, dengan segala kisah kemegahan dan kebisuannya, kini menjadi pengingat bahwa pembangunan fisik tanpa tata kelola dan kepastian hukum hanyalah ilusi kemajuan.
Ia berdiri tegak, tapi tanpa jiwa sebuah bayangan kemegahan yang terbengkalai di tengah megaproyek Jakarta yang terus berlari.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
NGO: KontraS
-
/data/photo/2025/11/07/690ddeaec60da.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
5 Menara Saidah, Bayangan Kemegahan yang Terbengkalai di Tengah Megaproyek Jakarta Megapolitan
-
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5380287/original/026074400_1760421304-iPhone_Air_01.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Apple Siapkan iPhone Air 2 untuk 2026, Bawa Desain Tipis dan Kamera Ganda
Apple saja menggulirkan pembaruan iOS 26.1 , iPadOS 26.1, macOS Tahoe 26.1, hingga watchOS 26.1 secara global. Update ini hadir setiap setelah perusahaan merilis iOS 26.
Seperti pembaruan pada umumnya, update iOS 26.1 dan kawan-kawan ini menghadirkan sejumlah fitur baru yang fokus pada kenyamanan pengguna, keamanan, dan personalisasi tampilan.
Bagi kamu yang memakai iPhone, iPad, macOS, hingga watchOS, bisa langsung cek di menu Settings > General. Setelah itu, ketuk Pembaruan Perangkat Lunak > Perbarui Sekarang.
Lalu apa saja fitur baru iOS 26.1 yang baru saja Apple gulirkan secara global? Cek di bawah ini.
1. Tampilan Liquid Glass Lebih Fleksibel
Salah satu fitur paling menarik di iOS 26.1 adalah Liquid Glass. Kini, pengguna dapat menemukan pengaturan baru di Tampilan & Kecerahan > Liquid Glass.
Anda dapat menyesuaikan tingkat transparansi antarmuka iPhone, iPad, dan macOS. Ada dua pilihan:
Clear – Membuat tampilan lebih jernih dan tembus pandang.
Tinteid – Memberikan kontras lebih tinggi agar mata tidak cepat lelah saat penggunaan lama.2. Opsi Nonaktifkan Geser Kamera di Layar Kunci
Banyak pengguna iPhone sering tak sengaja membuka kamera saat menggeser layar kunci ke kiri. Melalui pembaruan iOS 26.1, Apple akhirnya memberikan solusi melalui toggle baru di Pengaturan > Layar Kunci > “Geser untuk Buka Kamera”.
Dengan fitur ini, Anda dapat menonaktifkan akses cepat ke kamera untuk mencegah pembukaan tidak sengaja atau risiko privasi lainnya.
3. Geser untuk Mengaktifkan Alarm dan Timer
Perusahaan juga memperbaiki pengalaman pengguna di aplikasi Jam, di mana pengguna bisa menggeser layar untuk menghentikan alarm atau timer berbunyi.
Tombol “Stop” juga kini lebih besar diganti dengan gerakan gesekan , membuat kontrol alarm lebih mudah digunakan, terutama saat baru bangun tidur.
4. Geser Layar untuk Memilih Lagu di Apple Music
Bagi pecinta musik, kamu bisa menikmati cara baru mengontrol lagu di aplikasi Apple Music. Cukup sapu layar ke kiri atau kanan dengan jari, pengguna bisa langsung mengganti lagu.
Fitur ini membuat pengalaman mendengarkan musik lebih cepat dan natural tanpa harus menekan tombol navigasi.
-
/data/photo/2025/11/07/690ddbb7b8971.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
7 Sejarah dan Rumitnya Status Kepemilikan Menara Saidah yang Tak Kunjung Direvitalisasi Megapolitan
Sejarah dan Rumitnya Status Kepemilikan Menara Saidah yang Tak Kunjung Direvitalisasi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di antara padatnya arus kendaraan di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, berdiri sebuah bangunan megah yang seolah terjebak di masa lalu.
Pilar-pilar tinggi bergaya Korintus, patung marmer khas Italia, serta ukiran Eropa klasik kini kusam tertutup debu dan lumut.
Gedung itu adalah
Menara Saidah
, ikon arsitektur era 1990-an yang kini menjelma menjadi simbol stagnasi tata kota Jakarta.
Menara Saidah bukan sekadar gedung, melainkan monumen ambisi modernisasi Jakarta di penghujung dekade 1990-an.
Dibangun oleh PT Hutama Karya dan rampung pada 1998, menara ini menelan biaya sekitar Rp 50 miliar.
Awalnya bernama “Gracindo Building” dan dimiliki oleh Mooryati Soedibyo, pendiri Mustika Ratu.
Kepemilikan gedung kemudian berpindah ke keluarga Saidah Abu Bakar Ibrahim, pemilik Merial Group.
Putranya, Fajri Setiawan, melakukan renovasi besar-besaran dengan menambah jumlah lantai dari 18 menjadi 28 dan mengganti nama menjadi “Menara Saidah”, mengabadikan nama sang ibu.
Dikutip dari Arsip Harian
Kompas
(2 September 1999), gedung ini sempat menjadi kantor berbagai instansi penting, termasuk Sekretariat Panitia Pemilu 1999 (kini KPU) dan Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia.
Kala itu, Menara Saidah menjadi pusat aktivitas bisnis dan pemerintahan. Bahkan, acara pernikahan artis Inneke Koesherawati dan Fahmi Darmawansyah digelar di sini pada 2004.
Namun, di balik gemerlapnya, fondasi masalah mulai muncul.
Tahun 2007 menjadi titik balik. Satu per satu penyewa hengkang setelah beredar kabar bahwa gedung miring beberapa derajat dan berisiko roboh.
Hingga kini, tak pernah ada pernyataan resmi dari pihak pemilik maupun Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) mengenai kondisi struktur tersebut.
Pihak pengelola PT Gamlindo Nusa membantah isu kemiringan. Mereka menegaskan bahwa pengosongan terjadi semata karena masa sewa
tenant
telah berakhir.
Namun, sejak saat itu, akses ke Menara Saidah ditutup total untuk umum.
Warga sekitar menyebut sempat ada renovasi kecil pada 2015, tetapi berhenti dua bulan kemudian. Rencana pemerintah untuk mengambil alih pada 2016 pun tak pernah terealisasi.
Kini, Menara Saidah hanya dijaga empat satpam, dikelilingi pagar seng berkarat setinggi dua meter bertuliskan besar “
Dilarang Masuk
”.
Menurut Kartika Andam Dewi, Ketua Sub Kelompok Penggunaan Bangunan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (CKTRP) DKI Jakarta, hingga kini belum ada perkembangan berarti terkait status hukum, kondisi bangunan, maupun kepemilikannya.
“Sejauh ini belum ada
update
. Kalau tidak salah, satu atau dua tahun lalu sempat dibahas, tapi bukan di bawah kami. Sampai sekarang belum ada kabar terbaru lagi,” ujar Kartika kepada
Kompas.com
, Jumat (7/11/2025).
Ia menjelaskan, Menara Saidah masih terdaftar sebagai bangunan swasta, bukan aset Pemprov DKI.
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) pun kemungkinan sudah tidak berlaku karena bangunan tidak lagi digunakan.
“Karena tidak ada permohonan penggunaan kembali, kami belum melakukan pengecekan lapangan lagi. Pengawasan rutin dilakukan bergilir, dan Menara Saidah kemungkinan baru masuk jadwal pengecekan pada 2026,” lanjutnya.
Artinya, hingga kini tidak ada instansi pemerintah yang aktif memantau kondisi bangunan tersebut.
Data perizinan lama bahkan disebut telah “terkubur” dalam arsip yang belum dibuka kembali.
Pengamat tata kota Yayat Supriatna menilai, kasus Menara Saidah mencerminkan kegagalan tata kelola aset di Jakarta.
“Masalah utamanya bukan sekadar bangunan miring atau tidak, tapi soal kepastian hukum dan tanggung jawab pengelolaan,” katanya.
Menurutnya, lokasi Menara Saidah yang strategis, diapit jalur LRT, KRL, dan TransJakarta, seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai simpul transit atau kawasan hunian vertikal modern.
“Kalau direvitalisasi, bisa jadi pusat
co-housing
atau apartemen terjangkau bagi generasi muda yang membutuhkan akses transportasi publik,” ujarnya.
Namun, ia menegaskan, langkah revitalisasi baru bisa dilakukan jika status kepemilikan dan kelayakan struktur bangunan telah jelas.
“Sebelum bicara pemanfaatan, harus
clear and clean
dulu. Apakah ada sengketa utang, piutang, atau korporasi yang belum selesai? Karena selama itu belum dituntaskan, pemerintah juga tidak bisa masuk,” tambah Yayat.
Penelusuran
Kompas.com
memperlihatkan kontras mencolok. Dari luar, Menara Saidah tampak gagah; tetapi di balik pagar seng pembatas, yang terlihat hanyalah puing, rumput liar, dan debu.
Lobi megah dengan enam pilar besar kini lusuh, catnya pudar, dan atapnya berlumut.
Patung-patung marmer Eropa klasik masih ada, dua bust laki-laki dan satu patung singa putih, kini tertutup debu tebal.
Lift tak berfungsi, kabel menggantung, dan tangga menuju lantai atas lembap serta gelap.
Menurut Juliadi (40), satpam yang menjaga sejak 2014, bangunan dijaga empat orang secara bergantian.
“Kami jaga biar enggak ada yang masuk sembarangan. Kadang ada anak muda atau mahasiswa penasaran mau lihat ke dalam. Tapi enggak boleh, bahaya,” katanya.
Selama 10 tahun bertugas, ia belum pernah melihat tinjauan resmi dari pemerintah.
“Pernah dengar mau direvitalisasi, tapi enggak jadi-jadi. Pemerintah juga belum pernah datang langsung ke sini,” ujarnya.
Di permukiman belakang menara, kehidupan berjalan biasa. Warga sudah terbiasa melihat gedung besar itu sebagai pemandangan sehari-hari, meski menyimpan rasa kecewa dan harapan.
Siti (45), pedagang nasi uduk, bercerita bagaimana ekonomi lesu setelah gedung itu kosong.
“Dulu waktu masih ramai, saya bisa jual dua panci nasi uduk, sekarang paling separuh,” ujarnya.
“Sayang banget ya, bangunan segede itu nganggur. Kalau bisa dimanfaatin lagi kan enak, buat kantor pemerintah kek, atau pusat UMKM,” tambahnya.
Puji (29), pengemudi ojek
online
, menilai bangunan itu membuat kawasan tampak “setengah jadi.”
“Catnya udah pudar, kaca banyak yang retak. Padahal di seberangnya banyak gedung baru. Ini kayak simbol Jakarta yang setengah maju, setengah berantakan,” katanya.
Tio (41), karyawan swasta, menyebut Menara Saidah sebagai “monumen kegagalan tata kota.”
“Waktu awal 2000-an, gedung ini kebanggaan. Sekarang dibiarkan kayak bangkai. Pemerintah kayak enggak tahu harus ngapain,” ujarnya.
Bagi Wati (60), warga lama di sekitar gedung, ketidakjelasan sudah berlangsung terlalu lama.
“Kami enggak tahu siapa pemiliknya, siapa yang harus tanggung jawab. Pemerintah juga enggak pernah datang bahas. Jadinya kayak dibiarkan aja begitu,” katanya.
“Kalau enggak bisa difungsikan lagi, ya paling tidak dirapikan. Jangan dibiarkan kumuh begitu, bikin kesan Jakarta ini kayak kota yang enggak dirawat,” imbuhnya.
Menara Saidah hanyalah satu dari puluhan gedung tidur di Jakarta yang belum tersentuh kebijakan revitalisasi.
Data Pemprov DKI pada 2024 mencatat sedikitnya 19 bangunan bertingkat tak lagi difungsikan, sebagian besar berada di koridor bisnis lama.
Namun, Menara Saidah menonjol karena letaknya strategis dan nilai historisnya tinggi.
Sayangnya, ketidakjelasan kepemilikan, sengketa bisnis, dan status hukum membuatnya mandek.
“Pemerintah tidak bisa begitu saja mengambil alih karena ini milik swasta. Tapi di sisi lain, tidak ada pihak yang aktif menjaga agar tidak membahayakan,” kata Yayat Supriatna.
Fenomena ini menyoroti lemahnya mekanisme pengawasan aset swasta yang mangkrak.
Banyak bangunan kosong luput dari prioritas, padahal berdampak besar terhadap estetika kota dan kehidupan sosial warga.
Kini, Menara Saidah bukan lagi menara bisnis, melainkan menara kenangan, saksi bisu laju pembangunan kota yang terus berjalan tanpa arah yang jelas. Di balik pagar sengnya, waktu seolah berhenti.
“Kalau bisa, jangan dibiarkan terus. Sayang, gedungnya bagus. Tapi sekarang cuma jadi cerita,” ujar Siti.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5406950/original/079176900_1762654886-iPadOS_26.1_Slide_Over_01.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Update iPadOS 26.1 Hadirkan Slide Over dan Local Capture, Begini Cara Pakainya
Seperti pembaruan pada umumnya, update iOS 26.1 dan kawan-kawan ini membawa sejumlah fitur baru fokus pada kenyamanan pengguna, keamanan, dan personalisasi tampilan.
Lalu apa saja fitur baru iOS 26.1 yang baru saja Apple gulirkan secara global? Cek di bawah ini.
1. Tampilan Liquid Glass Lebih Fleksibel
Salah satu fitur paling menarik di iOS 26.1 adalah Liquid Glass. Kini, pengguna bisa menemukan pengaturan baru di Tampilan & Kecerahan > Liquid Glass.
Kamu bisa menyesuaikan tingkat transparasi antarmuka iPhone, iPad, dan macOS. Ada dua pilihan:
Clear – Membuat tampilan lebih jernih dan tembus pandang.
Tinted – Memberikan kontras lebih tinggi agar mata tidak cepat lelah saat penggunaan lama.2. Opsi Nonaktifkan Geser Kamera di Layar KunciBanyak pengguna iPhone sering tak sengaja membuka kamera saat menggeser layar kunci ke kiri. Melalui pembaruan iOS 26.1, Apple akhirnya memberi solusi lewat toggle baru di Pengaturan > Layar Kunci > “Geser untuk Buka Kamera”.
Dengan fitur ini, kamu bisa menonaktifkan akses cepat ke kamera untuk mencegah pembukaan tidak sengaja atau risiko privasi lainnya.
3. Geser untuk Setop Alarm dan Timer
Perusahaan juga memperbaiki pengalaman pengguna di aplikasi Jam, di mana pengguna bisa geser layar untuk menghentikan alarm atau timer berbunyi.
Tombol “Stop” juga kini lebih besar digantikan dengan gerakan swipe, membuat kontrol alarm lebih mudah digunakan, terutama saat baru bangun tidur.
4. Geser Layar untuk Pilih Lagu di Apple Music
Bagi pecinta musik, kamu bisa menikmati cara baru mengontrol lagu di aplikasi Apple Music. Cukup sapu layar ke kiri atau kanan dengan jari, pengguna bisa langsung mengganti lagu.
Fitur ini membuat pengalaman mendengarkan musik lebih cepat dan natural tanpa harus menekan tombol navigasi.
-

Review Samsung Galaxy Tab S11 Ultra: Tablet Gahar untuk Produktivitas
Jakarta –
Samsung kembali memperkuat posisinya di pasar tablet premium dengan merilis Galaxy Tab S11 Ultra, perangkat layar besar yang menyasar profesional, kreator, dan pengguna yang membutuhkan perangkat fleksibel untuk bekerja hingga hiburan.
Tablet ini pertama kali diumumkan pada Galaxy Event di Berlin pada 4 September 2025 dan mulai dijual di Indonesia dengan harga mulai Rp 23 juta untuk varian Wi-Fi 12GB/256GB. Lantas, seberapa besar peningkatan dan apakah perangkat ini layak disebut sebagai “pengganti laptop” yang sesungguhnya?
Desain
Galaxy Tab S11 Ultra mempertahankan bahasa desain khas Samsung yang premium. Mengusung bodi unibody berbahan Armor Aluminum yang sama digunakan pada Galaxy S25 series.
Dimensinya kini sedikit ringkas dibandingkan pendahulunya: tebal hanya 5,1 mm, lebar 208 mm, tinggi 326 mm, dan berat 692 gram (varian Wi-Fi). Ini membuatnya setipis iPad Pro 13 inch, meskipun layarnya lebih besar sehingga terasa lebih portabel walau ukurannya jumbo.
Samsung Galaxy Tab S11 Ultra Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Samsung masih mempertahankan sertifikasi IP68 untuk ketahanan debu dan air (tahan rendam hingga 1,5 meter selama 30 menit), fitur langka di kelas tablet. Port USB-C 3.2 Gen 1 mendukung transfer data cepat, sementara slot microSDXC memungkinkan ekspansi hingga 2TB.
Bagian depan dilindungi oleh Corning Gorilla Glass Victus 2 yang tahan gores,. Desain motch kamera depan kini lebih kecil dan berbentuk tetesan air (teardrop), mengurangi gangguan visual dibandingkan model sebelumnya yang punya dua kamera depan.
Samsung Galaxy Tab S11 Ultra kini punya notch tetesan air Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Di belakang, modul kamera berbentuk oval sederhana dengan dua lensa. Perubahan terbesar ada pada S Pen yang kini menempel secara magnetis di tepi atas tableta sehingga lebih mudah diakses dan terlihat-tidak lagi harus meraba-raba di belakang.
Sayang magnetnya lemah, berisiko mudah lepas dan hilang. Ditambah lagi case bundling tidak lagi punya area penyimpanan S Pen sehingga perlu menyimpannya dalam tas. Jadi tidak praktis seperti generasi sebelumnya.
Tak sampai di situ, S Pen juga kehilangan fitur Bluetooth Low Energy. Hanya saja hal ini tidak mengganggu bagi sebagian pengguna.
Samsung Galaxy Tab S11 Ultra punya S Pen baru Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Hampir terlewat, bentuk S Pen berubah menjadi hexagonal (segi enam) dengan ujung berbentuk kerucut mirip pensil klasik dan terasa ringan. Bentuk ini rupanya bukan sekadar estetika, terbukti mencegah stylus berguling saat diletakkan di permukaan datar sehingga lebih stabil. Saat digunakan juga terasa nyaman di tangan, baik menulis atau menggambar.
Secara keseluruhan kualitas build-nya terasa solid, dengan finishing matte pada warna Gray yang anti-sidik jari. Desain ini ideal untuk pengguna mobile, meski bobotnya masih terasa berat jika dipegang satu tangan dalam waktu lama.
Untuk kebutuhan produktivitas Samsung memberikan keyboard case yang sedikit berbeda dari model sebelumnya. Ada sejumlah keluhan yang dirasakan, yakni keyboard baru ini tak ada backlight, sudut layar tidak bisa disesuaikan setelah terpasang, dan absennya touchpad yang bikin kami perlu membawa mouse.
Magnetik di bagian bawah keyboard case Samsung Galaxy Tab S11 Ultra Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Untungnya pengalaman mengetik masih nyaman. Kita bisa ketik cepat tanpa banyak kesalahan.
Ada tombol AI khusus di sebelah spasi untuk membuka cepat Google Gemini untuk pertanyaan teks, ini berguna ketika tengah bekerja di lingkungan tenang tanpa perlu suara. Selain itu ada penyangga magnetik di bagian bawah yang membuat tablet ini dapat berdiri lebih kokoh saat digunakan.
Layar
Galaxy Tab S11 Ultra Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Layar menjadi salah satu senjata utama Galaxy Tab S11 Ultra, dengan panel Dynamic AMOLED 2X berukuran 14,6 inch-sama seperti pendahulunya, tapi dengan peningkatan kecerahan yang signifikan. Resolusi 2960 x 1848 piksel (rasio 16:10) menghasilkan kerapatan 239 ppi, cukup tajam untuk teks, gambar, dan video.
Refresh rate adaptif hingga 120 Hz memastikan scrolling halus, sementara kecerahan puncak 1600 nits membuatnya unggul di lingkungan terang, seperti outdoor atau ruangan bercahaya. Warna vivid dan saturasi tinggi khas Samsung, kontras mendalam, serta dukungan HDR10+ membuat video dan gambar terlihat memukau.
Lapisan anti-reflektif mengurangi silau. Secara keseluruhan, ini adalah layar tablet Android terbaik saat ini, ideal untuk multitasking, mengedit konten atau menonton streaming.
Samsung Galaxy Tab S11 Ultra dibekali quad speaker. Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Bicara nonton, Galaxy Tab S11 Ultra memiliki kualitas audio yang memanjakan telinga. Ini berkat sistem quad speaker stereo yang disusun secara simetris. Speaker ini termasuk yang terkeras di antara tablet Android, mampu menghasilkan volume tinggi dengan kekuatan yang mengejutkan mengingat bodinya tipis hanya 5,1 mm. Dukungan Dolby Atmos meningkatkan pengalaman imersif saat menonton.
Kamera
Meski bukan fokus utama tablet, sistem kamera Galaxy Tab S11 Ultra tetap kompeten. Kamera depan tunggal 12 MP dengan field of view lebar ideal untuk video call, menghilangkan kebutuhan dual-lens sebelumnya-meski notch-nya terasa kurang perlu.
Di belakang, ada dual setup: sensor utama 13 MP (f/2.0, autofocus) dan ultrawide 8 MP (f/2.2, 120° FoV), sama seperti Tab S10 Ultra. Hasil foto tajam di cahaya baik, dengan dynamic range luas dan warna akurat, cocok untuk scan dokumen atau foto cepat.
Performa
Galaxy Tab S11 Ultra. Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Ditenagai chipset MediaTek Dimensity 9400+ berbasis prosesor 3nm. Tidak mengejutkan karena Samsung telah memakai chip flagship MediaTek pada generasi sebelumnya.
Samsung mengkalim tablet ini menawarkan peningkatan performa hingga 24% pada CPU, 27% pada GPU, dan 33% pada NPU dibandingkan Tab S10 Ultra. Hanya ada satu kondigurasi yang dijual di Indonesia, yakni RAM 12GB (LPDDR5X) dipadukan penyimpanan 256 GB berjenis UFS 4.0.
Benchmark menunjukkan kekuatannya: Geekbench 6 mencetak 2596 (single-core) dan 8670 (multi-core). Dalam pengujian real-world, tablet ini menangani multitasking berat seperti menjalankan empat app simultan (Chrome, Spotify dan Instagram, dan Capcut) tanpa lag. Gaming seperti Genshin Impact berjalan lancar di pengaturan tinggi 60 FPS, dengan manajemen termal yang baik-suhu hanya naik 5-7°C setelah 30 menit.
Dukungan Wi-Fi 7, Bluetooth 5.4, dan opsional 5G membuat konektivitas andal. Secara keseluruhan, performa ini menjadikannya saingan kuat iPad Pro M4 untuk tugas produktivitas dan kreatif.
Samsung Galaxy Tab S11 Ultra Foto: Adi Fida Rahman/detikINETBaterai
Kapasitas baterai 11.600 mAh-peningkatan 400 mAh dari Tab S10 Ultra-memberikan daya tahan impresif. Dalam tes loop video 1080p (kecerahan 50%), tablet bertahan 17 jam 21 menit; untuk browsing web, mencapai 14-15 jam.
Pengisian cepat 45W wired (tanpa charger di kotak) capai 21% dalam 15 menit dan 38% dalam 30 menit-penuh dalam 90 menit. Efisiensi prosesor 3nm berkontribusi besar, dengan idle drain minimal (kurang dari 1% per jam).
Fitur seperti reverse charging (untuk charge ponsel) menambah nilai, meski tidak ada wireless charging. Baterai ini cukup untuk seharian kerja, edit video, dan streaming tanpa khawatir.
One UI 8.1Foto sebelum dan sesudah diedit pakai Galaxy AI Foto: Screenshot detikINET
Galaxy Tab S11 Ultra berjalan pada Android 16 dengan kulit One UI 8.1, yang dioptimalkan untuk layar besar. Antarmuka mendukung mode tablet dan DeX-mode desktop yang mirip PC, kini dengan Extended Mode untuk dual-screen saat terhubung ke monitor eksternal. Pengguna bisa buat hingga empat workspace kustom, dengan Edge Panels untuk akses cepat app dan tools.Yang paling menonjol adalah integrasi Galaxy AI yang ditingkatkan, didukung NPU kuat.
Fitur seperti Circle to Search, Live Translate, dan Note Assist bekerja mulus. AI baru seperti Sketch to Image dan Transcript Assist sangat berguna untuk kreator. Karena layar yang lapang kita bisa melihat gambar sebelum dan sesudah di edit menggunakan Galaxy AI.
Samsung janji tujuh tahun update OS dan keamanan, hingga Android 23-terpanjang untuk tablet Android. Pengalaman software-nya bersih, dengan widget lockscreen yang fleksibel, meski beberapa fitur AI butuh koneksi internet.
Opini detikINET
Samsung Galaxy Tab S11 Ultra adalah tablet Android terbaik saat ini, dengan keseimbangan sempurna antara desain ramping, layar memukau, performa ganas, dan fitur AI inovatif yang membuatnya layak sebagai pengganti laptop ringan.
Samsung Galaxy S11 Ultra untuk produktivitas Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Harga Rp23 juta mungkin terasa mahal, tapi nilai jangka panjang-termasuk S Pen gratis, keyboard case cover, ekspansi storage, dan update panjang-membuatnya worth it untuk profesional dan kreator.
Jadi jika kamu butuh layar besar untuk kerja dan hiburan, ini pilihan utama. Tapi bisa pilih Galaxy Tab S11 standar jika anggaran terbatas namun tetap ingin tablet mumpuni untuk aktivitas harian.
Halaman 2 dari 3
Simak Video “Video Unboxing Samsung Galaxy Tab S11 Ultra: Layar Besar Spek Gahar”
[Gambas:Video 20detik]
(afr/afr) -

Keluarga Reno Korban Kerangka di ACC Kwitang Percaya Tak Ada Kejanggalan
Surabaya (beritajatim.com) – Keluarga mendiang Reno Syahputra Dewo (24), korban yang ditemukan tinggal kerangka di lantai 2 Gedung Astra Credit Companies (ACC), Kwitang, Jakarta Pusat, menyatakan tidak menemukan kejanggalan dalam kematian Reno, Sabtu (8/11/2025).
Meski kematiannya sempat mengejutkan publik, keluarga menerima peristiwa tersebut dengan lapang dada. Diketahui, Reno dilaporkan hilang sejak demo berujung rusuh di Kwitang pada 29 Agustus 2025, dan baru ditemukan dalam kondisi tinggal kerangka pada 30 Oktober 2025.
Paman Reno, Jemmy Yunianto (44), menegaskan bahwa keluarga tidak menemukan hal mencurigakan terkait kematian keponakannya. “Kalau untuk itu tidak ada, sama sekali tidak ada,” ujar Jemmy kepada awak media di rumah duka, Jalan Kampung Malang Utara, Surabaya, Sabtu (8/11/2025) malam.
Selama proses pencarian dan identifikasi, keluarga sepenuhnya mempercayakan kepada pihak Polri untuk melakukan pemeriksaan, termasuk uji DNA yang memastikan identitas jenazah Reno. “Kami yakin dan mempercayai institusi kepolisian untuk menjalankan tugasnya, termasuk tes DNA dan hasilnya,” jelas Jemmy.
Jemmy menambahkan, pihak keluarga tidak berencana memperpanjang perkara atau mengambil langkah hukum lebih lanjut. “Kami serahkan semuanya kepada Tuhan. Kalau untuk langkah selanjutnya, sepertinya tidak ada. Allahu a’lam,” tuturnya.
Sebagai informasi, Reno Syahputra Dewo adalah satu dari dua korban bersama Mohammad Farhan Hamid yang ditemukan tinggal kerangka di Gedung ACC Kwitang, Jakarta Pusat — bangunan yang berdekatan dengan Mako Brimob, lokasi yang turut terbakar saat demonstrasi rusuh pada 29 Agustus 2025 lalu.
Jenazah Reno tiba di rumah duka sekitar pukul 19.30 WIB setelah menempuh perjalanan darat selama sekitar 15 jam dari Jakarta. Pengantaran jenazah didampingi oleh petugas kepolisian dan perwakilan dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).
Reno rencananya akan dimakamkan besok pagi, Minggu (9/11/2025), pukul 10.00 WIB di TPU Putat Gede, Surabaya, berdampingan dengan makam neneknya. [rma/kun]
-

Jenazah Reno Korban Demo Kwintang Dikebumikan di Rumah Surabaya, Dekat Makam Nenek
Surabaya (beritajatim.com) – Jenazah Reno Syahputra Dewo (24) tiba di rumah duka di Jalan Kampung Malang Utara, Gang I No. 20, Kecamatan Tegalsari, Surabaya, setelah menempuh perjalanan darat sekitar 15 jam dari Jakarta.
Reno merupakan salah satu korban yang ditemukan tinggal kerangka di lantai dua Gedung Astra Credit Companies (ACC) di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat — bangunan yang ikut terbakar saat demo berujung rusuh pada 29 Agustus 2025 lalu.
Korban lainnya yang ditemukan bersama Reno adalah Mohammad Farhan Hamid. Keduanya sebelumnya dilaporkan hilang sejak peristiwa kerusuhan tersebut dan baru ditemukan pada 30 Oktober 2025 di dalam gedung yang sama.
Saat tiba di rumah duka, jenazah Reno disambut isak tangis keluarga. Ambulans yang membawa jenazah tiba sekitar pukul 19.30 WIB, setelah diberangkatkan dari Jakarta pada pukul 05.00 WIB pagi.
Pantauan beritajatim.com di lokasi menunjukkan petugas kepolisian serta perwakilan dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) turut mengantarkan jenazah hingga ke rumah duka.
Paman korban, Jemmy Yunianto (44), mengatakan bahwa Reno akan dimakamkan besok pagi di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Putat Gede atau TPU Jarak. “Rencana dimakamkan besok jam 10.00 di TPU Putat Gede atau TPU Jarak,” kata Jemmy, Sabtu (8/11/2025) malam.
Ia menambahkan, jenazah keponakannya akan dimakamkan bersanding dengan mendiang nenek dan keluarga besar dari pihak ayahnya. “Karena neneknya ada di sana, dimakamkan di sana sama saudara dari ayahnya. Mohon doanya biar ponakan saya husnul khotimah,” ujarnya penuh haru. (rma/kun)
-
/data/photo/2025/10/31/6904a3d4be0b3.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
3 Jejak Hilangnya Reno dan Farhan hingga Ditemukan Tinggal Kerangka di Kwitang Megapolitan
Jejak Hilangnya Reno dan Farhan hingga Ditemukan Tinggal Kerangka di Kwitang
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Misteri hilangnya Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan, dua pedemo yang sebelumnya dilaporkan menghilang usai aksi di Mako Brimob Kwitang, Jakarta Pusat, pada akhir Agustus 2025 lalu akhirnya terungkap.
Reno dan Farhan telah ditemukan, tetapi dalam kondisi tak lagi bernyawa dan sudah menjadi kerangka di gedung bekas kantor Astra Credit Companies (ACC), Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (30/10/2025).
Polisi memastikan bahwa dua kerangka yang ditemukan di Gedung ACC adalah Reno dan Farhan berdasarkan hasil tes DNA.
Pada Jumat 12 September 2025, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat bahwa ada dua orang, yakni Reno dan Farhan, yang belum ditemukan sejak gelombang demonstrasi pada akhir Agustus 2025.
Reno dilaporkan menghilang sejak 30 Agustus 2025 dengan catatan lokasi terakhir di Mako Brimob Kwitang.
Sedangkan Farhan dilaporkan menghilang sejak 31 Agustus 2026 di lokasi terakhirnya yaitu Mako Brimob Kwitang.
Penyelidikan terhadap Reno dan Farhan yang hilang sempat mandek selama dua bulan sampai akhirnya ada dua kerangka manusia ditemukan di lantai dua Gedung ACC Kwitang, pada Kamis (30/10/2025).
Kerangka tersebut ditemukan oleh tim teknisi gedung yang sedang memeriksa konstruksi untuk renovasi pascakebakaran saat demonstrasi pada Agustus 2025.
Kedua jasad sudah tidak dapat dikenali karena sebagian besar tubuhnya hangus. Saat ditemukan, keduanya tertimbun puing plafon yang terbakar.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro turut mengonfirmasi penemuan kerangka tersebut saat petugas melakukan pemeriksaan di lokasi bekas kebakaran.
“Saat ini kami masih melakukan penyelidikan terkait temuan dua kerangka manusia dalam kondisi hangus terbakar,” ujar Susatyo, Jumat (31/10/2025).
Kerangka yang baru ditemukan dua bulan setelah insiden pembakaran itu kemudian dikaitkan dengan catatan KontraS soal dua demonstran yang masih dinyatakan sebagai orang hilang.
Keluarga dari Reno dan Farhan melakukan tes DNA di Laboratorium Forensik Polri untuk membantu proses identifikasi kerangka yang ditemukan.
Sampel DNA dan dua kerangka itu dievakuasi ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk pemeriksaan forensik lebih lanjut.
“Keluarga kedua nama tersebut sudah melakukan uji sampling di Labfor Polri, kita (masih) tunggu hasilnya keluar,” ujar Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Pusat AKBP Roby Saputra saat dikonfirmasi, Sabtu (1/11/2025).
Hampir seminggu kemudian, RS Polri Kramat Jati mengungkapkan bahwa dua kerangka manusia yang ditemukan di Gedung ACC Kwitang merupakan Reno dan Farhan.
Kepala Biro Laboratorium dan Dokumen Kesehatan (Karo Labdokkes) Pusdokkes Polri Brigjen Sumy Hastry Purwanti menjelaskan, hasil pemeriksaan sekunder melalui analisis tulang tengkorak dan panggul menunjukkan bahwa kedua kerangka tersebut berjenis kelamin laki-laki.
“Hasil pemeriksaan DNA dan gigi post-mortem 0080 cocok dengan ante-mortem 002 sehingga teridentifikasi
Reno Syahputra Dewo
anak biologis dari bapak Muahamad Yasin,” ungkap Sumy Hastry di RS Polri Kramat Jati, Jumat (7/11/2025).
Sementara itu, Sumy menyampaikan bahwa identifikasi terhadap kerangka lainnya juga dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa perhiasan kalung dan kepala ikat pinggang, serta pemeriksaan primer DNA dari tulang.
“Hasil pemeriksaan nomer post-mortem 0081 cocok dengan ante-mortem 001 sehingga teridentifikasi
Muhammad Farhan
,” ujarnya.
Hasil tes DNA yang mengungkapkan kerangka yang ditemukan adalah Reno dan Farhan juga semakin diperkuat dengan penyelidikan polisi. Kedua korban sempat terlihat di sekitar Kwitang ketika kerusuhan berlangsung.
Temuan itu berdasarkan rekaman video amatir yang beredar di masyarakat.
Oleh karena itu, polisi memastikan keduanya tidak dipindahkan dari luar ke dalam gedung ACC dan bukan korban pembunuhan.
“Bukan (dibunuh) yang bersangkutan terperangkap di gedung yang terbakar pada saat aksi kerusuhan,” ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Bhudi Hermanto.
Setelahnya, kedua jenazah diserahkan kepada keluarga dan direncanakan akan dibawa pada Sabtu (8/11/2025) untuk pemakaman.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Roby Saputra menjelaskan, dua jasad korban yang sudah menjadi kerangka tidak ditemukan lantaran kondisinya yang tertimbun puing sisa kebakaran.
Pasca kebakaran, kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pertama pada 2 September 2025 usai pemilik gedung melaporkan insiden kebakaran.
Namun, hasil olah TKP tidak menemukan kerangka kedua korban.
“Kemudian kita sudah cek secara menyeluruh seluruh gedung, namun memang kita tidak melihat dan tidak mencium karena dari di lokasi tersebut itu bercampur dengan puing-puing sisa kebakaran,” ujar Roby, Jumat.
Pada 19 September 2025, tim Labfor juga melakukan olah TKP dan tidak menemukan kerangka korban.
“Tanggal 19 (September) juga ada lagi dari Labfor. Iya karena memang kondisinya kalau kebakaran, kalau daging terbakar itu sama dengan bau kayu terbakar gitu, kalau terbakar yang full menyeluruh,” terang Roby.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Ada Apa Xi Jinping? Ekspor China Anjlok Terburuk Sejak Februari
Jakarta, CNBC Indonesia – Ekspor China secara tak terduga mengalami penurunan tajam pada bulan Oktober. Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor China menyusut 1,1% secara tahunan (yoy).
Ini merupakan kinerja terburuk sejak Februari dan meleset jauh dari perkiraan pertumbuhan 3,0%. Data bea cukai Oktober yang dirilis pada hari Jumat (7/11/2025) menggarisbawahi bahwa “dorongan untuk memajukan pengiriman pesanan AS, yang bertujuan untuk mengalahkan tarif Trump yang akan datang, telah mereda”.
“Tampaknya dorongan untuk mengirimkan barang ke AS menjelang kenaikan tarif telah mereda pada bulan Oktober,” kata Zhang Zhiwei, kepala ekonom di Baoyin Capital Management, dikutip Reuters.
Pengiriman China ke AS anjlok signifikan sebesar 25,17% secara tahunan. Penurunan ini kontras dengan pertumbuhan pengiriman ke Uni Eropa (UE) dan ekonomi Asia Tenggara yang hanya tumbuh 0,9% dan 11,0% secara berturut-turut.
Meskipun demikian, tidak ada negara lain yang mendekati penjualan tahunan China sebesar lebih dari US$ 400 miliar (Rp 6.675 triliun) dalam bentuk barang ke AS. Para ekonom memperkirakan kerugian ini telah memangkas pertumbuhan ekspor China sekitar 2 poin persentase, atau sekitar 0,3% dari PDB.
Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom Asia-Pasifik di Natixis, memperkirakan momentum ekspor yang melemah ini akan berlangsung lama. Ia pun menunjuk “tangan China” yakni Vietnam.
“Ekspor melalui Vietnam ke AS akan melambat setelah front-loading (pengiriman di muka) berakhir, dan kita berada di titik itu,” katanya.
“Jadi saya pikir kuartal keempat akan jauh lebih sulit bagi China, yang berarti akan lebih sulit di paruh pertama tahun 2026 juga,” tambahnya.
Meskipun China dan AS telah mencapai gencatan tarif sementara)bulan lalu, di mana Trump dan Presiden Xi Jinping setuju untuk memangkas tarif dan menunda sejumlah tindakan lain selama satu tahun, barang-barang China yang menuju AS masih menghadapi tarif rata-rata sekitar 45%. Angka ini jauh di atas batas 35% yang menurut beberapa ekonom dapat menghapus margin keuntungan produsen China.
China telah berusaha keras untuk mendiversifikasi pasar ekspornya sejak kemenangan pemilu Trump, mencari hubungan perdagangan yang lebih erat dengan Asia Tenggara dan Uni Eropa. Namun, permintaan domestik yang tidak mencukupi tetap menjadi hambatan bagi pertumbuhan.
Hal ini terlihat dari data impor, yang tumbuh pada laju paling lambat dalam lima bulan, hanya naik 1,0% dibandingkan kenaikan 7,4% pada bulan September. Kelesuan ini diperburuk oleh penurunan panjang di sektor properti.
“Dengan intensifnya hambatan pertumbuhan dari serangkaian guncangan permintaan, terutama pada penjualan ritel dan ekspor, kami yakin kebijakan Beijing mungkin sekali lagi bergeser untuk memastikan stabilitas jangka pendek,” kata analis Nomura.
(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]
