NGO: KontraS

  • Tragis, Ayah di Surabaya Eksploitasi Dua Anak Kecil Demi Bantuan Warga

    Tragis, Ayah di Surabaya Eksploitasi Dua Anak Kecil Demi Bantuan Warga

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengevakuasi dua anak yang diduga menjadi korban eksploitasi oleh ayahnya sendiri di Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Jumat (12/9/2025). Kedua anak ini sengaja dieksploitasi sang ayah agar mendapatkan bantuan dari masyarakat.

    Dua anak masing-masing berinisial B, 7 tahun, dan A, 4 tahun, ditemukan dalam kondisi memprihatinkan. Mereka tidak terurus, tidak bersekolah, dan terpaksa harus merawat ayah mereka, BS, yang diduga menderita depresi dan sakit.

    Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya, Ida Widayati, menjelaskan bahwa kondisi sakit yang dialami BS ini adalah tidak bisa berjalan normal.

    “Bapaknya ini kondisinya sakit, bukan lumpuh total, cuma memang untuk jalan kesulitan, jadi jalannya ngesot,” kata Ida, Jumat (12/9/2025).

    Namun parahnya, kedua anak yang masih kecil tersebut diminta untuk memandikan dan bahkan membersihkan kotoran (cebokin) sang ayah. Padahal, menurut Ida, BS sebenarnya masih bisa merawat dirinya sendiri.

    Kondisi ini sudah berlangsung sejak tiga sampai empat tahun lalu, setelah sang istri meninggalkan rumah. Sejak saat itu, BS bersama anaknya hanya mengandalkan bantuan dari warga dan gereja untuk bertahan hidup.

    “Dua anak ini kan enggak disekolahkan, kemudian enggak berinteraksi dengan banyak orang. Biar melas (sengaja dibuat kasihan) gitu loh mas. Jadi hidupnya memang dari bantuan kan, utamanya dari pihak Gereja,” jelas Ida.

    Meski demikian, gaya hidup BS ini terbilang kontras dengan kondisi mereka. Ia sering memesan makanan melalui layanan pesan antar.

    Beberapa tetangga juga mengungkapkan perilaku BS yang kerap marah dan berteriak-teriak ketika diberi bantuan. Akibatnya, anak pertamanya BE, 16 tahun, memilih kabur dari rumah.

    “Anak pertamanya (BE) itu diduga menjadi korban KDRT ayahnya. Ia kemudian melarikan diri ke sebuah gereja dan kini tinggal di panti asuhan,” urainya.

    Saat ini, kedua anak B dan A dievakuasi dan dititipkan di panti asuhan yang sama dengan kakak mereka, BE. Pemkot Surabaya berkomitmen untuk memastikan mereka mendapatkan kembali pendidikan dan perawatan psikologis.

    “Sekolah pasti nomor satu. (DP3APPKB) akan mengupayakan sekolah berserta kelengkapannya,” terangnya.

    Dinas Pendidikan Surabaya pun sudah bergerak cepat, kata Ida. Anak pertama akan mengikuti program kejar paket C setara SMA, anak kedua akan masuk SD, dan si bungsu akan dimasukkan ke PAUD.

    Sementara itu, BS dirawat di RS Menur. Ida menjelaskan bahwa ia diduga mengalami depresi dan juga menderita penyakit fisik seperti tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal.

    “Dia (BS) dirawat di RS Menur. Kemarin dicek kesehatannya, hasilnya ginjalnya jelek, kemudian darah tinggi, leukositnya tinggi begitu-begitu, jadi biar dirawat dulu,” tutup Ida. [ram/ian]

  • Marzuki Darusman: Gugatan ke Fadli Zon untuk Lindungi Korban Mei 1998
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        11 September 2025

    Marzuki Darusman: Gugatan ke Fadli Zon untuk Lindungi Korban Mei 1998 Nasional 11 September 2025

    Marzuki Darusman: Gugatan ke Fadli Zon untuk Lindungi Korban Mei 1998
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998, Marzuki Darusman, menegaskan bahwa gugatan Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Impunitas terhadap Menteri Kebudayaan Fadli Zon ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta ditujukan untuk melindungi korban tragedi Mei 1998.
    Menurut Marzuki, pernyataan Fadli yang dianggap melecehkan dan menyangkal tragedi Mei 1998 tidak bisa dilepaskan dari rencana pemerintah untuk menulis ulang sejarah Indonesia.
    Hal itu, kata dia, memperkuat pandangan bahwa negara masih kerap gagal menunjukkan kepekaan terhadap penderitaan para korban.
    “Karena itu, gugatan kepada PTUN ini sepenuhnya tertuju untuk melindungi para korban, pada saat ini yang dalam proses menuju pertanggungjawaban pemerintah,” kata Marzuki dalam konferensi pers daring yang ditayangkan akun YouTube Kontras, Kamis (11/9/2025).
    Marzuki menekankan bahwa pengabaian penyelesaian tragedi Mei 1998 membuktikan bahwa pelanggaran HAM berat tidak mengenal batas waktu.
    Menurutnya, upaya menyangkal atau mengaburkan fakta hanya menambah penderitaan korban.
    “Pelanggaran hak asasi manusia berat tidak memiliki masa daluwarsa dan akan melekat pada pelaku dan semua mereka yang dipandang mempersulit dan memiliki niat untuk mengaburkan kejadian-kejadian traumatis,” jelasnya.
    Ia menilai ucapan Fadli Zon sebagai menteri menimbulkan trauma berganda bagi para penyintas, terutama perempuan keturunan Tionghoa yang menjadi korban pemerkosaan massal pada Mei 1998.
    Pernyataan itu, lanjut Marzuki, juga mengandung dimensi diskriminasi terhadap warga negara Indonesia sendiri.
    Marzuki mengingatkan bahwa sejak reformasi, negara untuk pertama kalinya mengakui adanya pelanggaran HAM berat.
    Namun, hingga kini penyelesaiannya belum tuntas.
    Karena itu, gugatan ke PTUN diharapkan menjadi pengingat bahwa penyelesaian tragedi Mei 1998 merupakan bagian dari utang bangsa yang tidak boleh diabaikan.
    “Tujuan kami di sini adalah untuk menegakkan perlindungan hukum bagi mereka yang menunggu keadilan yang harus dijalankan juga hingga selesailah persoalan ini setelah puluhan tahun tidak mendapatkan perhatian pemerintah,” kata Marzuki.

    Ia menambahkan, penyelesaian tragedi Mei 1998, baik melalui jalur hukum maupun mekanisme non-yudisial, sangat penting agar bangsa Indonesia bisa menutup luka sejarah dengan cara yang bermartabat.
    Adapun Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Impunitas melayangkan gugatan terhadap Menteri Kebudayaan Fadli Zon ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, Kamis.
    Gugatan ini terkait pernyataan Fadli yang dinilai menyangkal pemerkosaan massal Mei 1998 dan mendelegitimasi kerja Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998.
    Perwakilan kuasa hukum penggugat, Jane Rosalina, menyampaikan bahwa gugatan telah terdaftar dengan nomor perkara 303/G/2025/PTUN-JKT.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 8
                    
                        Peran Wakil Presiden yang Mengecil, Menteri yang Membesar
                        Nasional

    8 Peran Wakil Presiden yang Mengecil, Menteri yang Membesar Nasional

    Peran Wakil Presiden yang Mengecil, Menteri yang Membesar
    Direktur Indonesian Society Network (ISN), sebelumnya adalah Koordinator Moluccas Democratization Watch (MDW) yang didirikan tahun 2006, kemudian aktif di BPP HIPMI (2011-2014), Chairman Empower Youth Indonesia (sejak 2017), Direktur Maluku Crisis Center (sejak 2018), Founder IndoEast Network (2019), Anggota Dewan Pakar Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (sejak 2019) dan Executive Committee National Olympic Academy (NOA) of Indonesia (sejak 2023). Alumni FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2006), IVLP Amerika Serikat (2009) dan Political Communication Paramadina Graduate School (2016) berkat scholarship finalis ‘The Next Leaders’ di Metro TV (2009). Saat ini sedang menyelesaikan studi Kajian Ketahanan Nasional (Riset) Universitas Indonesia, juga aktif mengisi berbagai kegiatan seminar dan diskusi. Dapat dihubungi melalui email: ikhsan_tualeka@yahoo.com – Instagram: @ikhsan_tualeka
    DI PANGGUNG
    global, nama Indonesia digaungkan oleh seorang menteri. Sementara di panggung lokal, wakil presidennya membagi gula dan kopi ke warga ronda.
    Konstitusi mungkin tidak berubah, tapi praktik kekuasaan jelas sedang diputarbalikkan, potret yang anomali.
    Menjadi pemandangan politik yang cukup ironis dalam pemerintahan hari ini. Publik seperti atau seolah menyaksikan “wakil presiden yang tertukar”.
    Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang sebenarnya hanya Menteri Koordinator, justru tampil di forum internasional strategis: Forum Urbanisasi BRICS ke-4 di Brasil, akhir Juni lalu.
    Ia berpidato tentang kota berkelanjutan, perumahan layak, hingga adaptasi perubahan iklim—isu global yang biasanya jadi panggung presiden atau wakil presiden.
    Kehadirannya di forum sebesar itu tentu menimbulkan tafsir politik: mengapa AHY yang tampil, bukan Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden Republik Indonesia saat ini?
    Sebaliknya, Gibran justru tampak sibuk dengan agenda-agenda yang relatif kecil. Awal September lalu, ia berkeliling Jakarta, meninjau pos ronda, membagi senter, kopi, dan gula kepada warga yang berjaga atau ronda malam.
    Memang, secara simbolik kegiatan itu bisa dibaca sebagai upaya mendekatkan diri dengan rakyat. Namun, dalam hierarki kenegaraan, seorang wakil presiden mengurusi pos ronda jelas menimbulkan pertanyaan serius pada khalayak.
    Kontras ini tidak berhenti di situ. Presiden Prabowo Subianto bahkan secara terbuka memuji AHY di panggung internasional.
    Dalam sambutan penutupan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Prabowo menyebut AHY sebagai sosok yang mampu menerjemahkan arahannya dengan baik dalam pembangunan infrastruktur.
    Ia menilai AHY tanggap, tidak perlu banyak instruksi, dan berhasil membawa Indonesia berbicara dengan bahasa visi besar di hadapan dunia atau mimbar internasional.
    Bahkan, Prabowo menekankan pentingnya memilih “tim terbaik”, dan di hadapan ribuan peserta dari puluhan negara, ia menilai AHY berhasil memainkan peran itu.
    Pujian seperti ini jarang sekali dilontarkan presiden kepada menterinya, termasuk untuk wapres Gibran—dan ketika itu terjadi, publik tentu membaca ada makna atau pesan politik di baliknya.
    AHY sendiri turut menegaskan pembangunan infrastruktur di bawah kepemimpinan Prabowo kini berorientasi pada keberlanjutan, keadilan, dan kemakmuran jangka panjang.
    Ia bicara lantang dan fasih soal kolaborasi global, menyebut dukungan World Bank, ADB, dan IFC sebagai bukti dunia menghormati Indonesia.
    Sekali lagi, peran ini biasanya dimainkan atau domain presiden atau wakil presiden.
    Fakta lain memperkuat kesan itu. Akhir Agustus lalu, ketika Presiden Prabowo harus memilih siapa yang mewakilinya dalam misi diplomatik ke China, pilihannya jatuh pada AHY, bukan Gibran.
    Keputusan ini kembali memicu spekulasi atau pertanyaan publik: mengapa wakil presiden justru tidak dipercaya atau diberikan kesempatan menjalankan agenda strategis luar negeri?
    Di saat AHY menjalankan misi kenegaraan di Beijing, Gibran malah menerima perwakilan pengemudi ojek online di Istana Wapres.
    Agenda ini tentu penting dalam perspektif sosial, apalagi ia berjanji mengawal kasus kematian Affan Kurniawan, driver ojol yang tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob saat unjuk rasa.
    Namun, dibanding diplomasi internasional, pertemuan semacam itu membuat publik makin melihat jurang perbedaan antara panggung politik yang dimiliki AHY dan Gibran.
    Sepulang dari Beijing, AHY langsung melaporkan hasil kunjungannya kepada Presiden Prabowo di Istana. Sementara Gibran tetap tenggelam dalam agenda-agenda domestik yang relatif kecil.
    Kontras peran ini melahirkan persepsi publik yang sulit ditepis. Seolah AHY yang sesungguhnya menjalankan fungsi kenegaraan tingkat tinggi, sementara Gibran sekadar mengisi ruang kosong dengan aktivitas seremonial.
    Tentu pemerintah bisa berkilah. AHY hadir di Brasil dan Beijing dalam kapasitasnya sebagai Menko yang membidangi infrastruktur dan tata kota.
    Sedangkan Gibran meninjau pos ronda atau bertemu driver ojol sebagai bagian dari fungsi menjaga stabilitas sosial yang lagi riskan.
    Namun, publik tidak membaca politik sebatas administrasi atau prosedural. Yang mereka tangkap adalah simbol, kesan, dan persepsi.
    Dan bila ditelisik kesan yang muncul hari ini amat kuat dan jelas: panggung besar diberikan kepada AHY, sementara Gibran lebih sering tampil dalam peran-peran kecil.
    Ini ironis, mengingat Gibran menempati jabatan politik tertinggi kedua atau boleh disebut orang nomor dua di republik ini.
    Posisi yang dalam sejarah selalu diasosiasikan dengan kapasitas kenegaraan—dari Mohammad Hatta, Adam Malik, hingga Jusuf Kalla. Kini, jabatan itu justru dipersepsikan “dikecilkan” hanya menjadi simbol seremonial, tanpa membawa narasi.
    Konteks politik juga memperburuk keadaan. Gibran sejak awal dipandang sarat kontroversi—mulai dari revisi mendadak aturan usia calon, tudingan nepotisme, hingga gugatan soal legitimasi.
    Maka, ketika ia tampak “dipinggirkan” dari agenda strategis, kecurigaan publik kian menguat bahwa ia memang tidak disiapkan untuk benar-benar menjalankan fungsi kenegaraan sesuai kapasitas.
    Sementara AHY, yang secara politik merupakan representasi Partai Demokrat dan bagian dari konsolidasi pemerintahan, justru diberi ruang yang luas dan lebar di panggung internasional.
    Dalam jangka panjang, ini bisa memperkuat citra AHY sebagai figur kenegaraan berkelas global, sekaligus menempatkan Gibran sekadar sebagai wakil presiden yang tidak menjalankan peran substansial, nir proporsional.
    Pertanyaan kemudian adalah, apakah ini terjadi secara kebetulan? Ataukah memang merupakan strategi politik yang sengaja dirancang?
    Apapun jawabannya, publik berhak bertanya: apakah konstitusi yang menempatkan wakil presiden sebagai posisi penting dalam negara benar-benar dijalankan, ataukah kita sedang menyaksikan praktik politik yang hanya menjadikan jabatan wakil presiden sekadar pelengkap dinasti?
    Pada akhirnya, politik adalah soal persepsi. Dan persepsi yang kini menguat adalah kita sedang menyaksikan anomali: seorang menteri tampil layaknya wakil presiden, sementara wakil presiden sendiri sibuk mengurus pos ronda.
    Pertanyaan selanjutnya: sampai kapan demokrasi kita akan membiarkan ironi ini? Apakah bangsa sebesar Indonesia rela mengerdilkan jabatan wakil presiden hanya menjadi pajangan politik?
    Atau akankah publik harus menuntut agar jabatan itu dikembalikan ke marwah aslinya: posisi terhormat yang benar-benar menjalankan mandat konstitusi, bukan sekadar simbol dinasti?
    Apa jadinya bila jabatan wakil presiden—kursi politik tertinggi kedua di republik ini—lebih sibuk mengurusi senter dan kopi di pos ronda, ketimbang berbicara di forum dunia?
    Sementara seorang menteri justru tampil gagah di forum internasional yang bergengsi. Jika ini bukan ironi politik, lalu apa namanya?
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Aliansi Rakyat Miskin Akan Demo di Kantor DPRD Kota Bekasi, Tuntut Evaluasi Tunjangan Dewan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        10 September 2025

    Aliansi Rakyat Miskin Akan Demo di Kantor DPRD Kota Bekasi, Tuntut Evaluasi Tunjangan Dewan Megapolitan 10 September 2025

    Aliansi Rakyat Miskin Akan Demo di Kantor DPRD Kota Bekasi, Tuntut Evaluasi Tunjangan Dewan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Aliansi Rakyat Miskin Kota bakal menggelar demo di depan Kantor DPRD Kota Bekasi pada Rabu (10/9/2025) siang.
    Koordinator Lapangan Hasan Basri mengatakan, aliansi yang berisi mahasiswa, pemuda, dan sopir angkot serta sejumlah warga dari berbagai profesi ini akan menyampaikan sejumlah tuntutan kepada DPRD Kota Bekasi, khususnya soal tunjangan rumah.
    “Salah satu tuntutan evaluasi soal tunjangan perumahan Ketua DPRD itu Rp 53 juta per bulan, wakil ketua DPRD itu Rp 49 juta per bulan dan anggota DPRD itu Rp 46 juta. Selain itu, yang kita soroti juga tunjangan operasional dan tunjangan komunikasi intensif,” ucapnya ketika dikonfirmasi, Rabu.
    Menurut Hasan, evaluasi tunjangan DPRD Kota Bekasi perlu dilakukan karena tidak sebanding dengan kondisi ekonomi masyarakat yang sedang sulit.
    “Teman-teman Aliansi Rakyat Miskin Kota maupun masyarakat Kota Bekasi secara umum saya yakin sangat berharap adanya evaluasi, adanya efisiensi adanya rasionalitas atas gaji plus tunjangan yang kini diterima oleh anggota DPRD Kota Bekasi, wakil rakyat kita,” katanya.
    Hasan menambahkan, besarnya tunjangan tersebut kontras dengan kondisi sosial di Kota Bekasi yang masih menghadapi berbagai persoalan, di antaranya anak putus sekolah, angka kemiskinan dan tingkat kriminalitas yang tinggi, serta masalah genangan dan banjir.
    Rencananya, demo tidak hanya digelar hari ini, tetapi juga besok, Kamis (11/9/2025).
    “Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang kembang kempis, susah, sementara anggota DPRD-nya menikmati fasilitas gaji plus tunjangan, agak miris ya,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anggota DPRD Blitar Mandi Keringat saat Rapat Paripurna Usai Gedung Dibakar

    Anggota DPRD Blitar Mandi Keringat saat Rapat Paripurna Usai Gedung Dibakar

    Blitar (beritajatim.com) – Suasana gerah dan serba terbatas menyelimuti Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Blitar pada Selasa (9/9/2025). Ini adalah sidang paripurna perdana yang digelar di gedung dewan pasca amuk massa yang menghancurkan dan menjarah fasilitas wakil rakyat pada Minggu, 31 Agustus 2025 lalu.

    Pemandangan kontras terlihat jelas. Sidang yang membahas agenda krusial, yakni penjelasan Bupati atas Rancangan Perubahan APBD (P-APBD) tahun 2025 senilai Rp2,7 triliun, harus berlangsung di tengah keterbatasan fasilitas yang parah. Ruang paripurna yang menjadi sasaran utama amuk massa kini dalam kondisi memprihatinkan.

    Tidak ada pendingin udara (AC) yang berfungsi, memaksa para anggota dewan dan hadirin menahan panas selama sidang berlangsung. Layar proyektor yang biasanya menampilkan materi rapat kini gelap gulita. Bahkan, meja-meja para legislator tampak polos tanpa lapisan kaca pelindung yang ikut hancur dalam kerusuhan.

    Meski digelar dalam “kepungan” fasilitas yang rusak, Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Supriyadi, menegaskan bahwa roda legislatif tidak boleh berhenti. Menurutnya, agenda paripurna ini harus tetap dilaksanakan karena merupakan bagian dari rangkaian yang telah dijadwalkan jauh-jauh hari.

    “Paripurna ini sudah direncanakan sudah lama. Meski tempatnya terbatas, tetap berlangsung lancar. Bahkan anggota dewan juga banyak yang hadir,” ujar Supriyadi usai rapat.

    Ia mengakui bahwa kondisi ruangan jauh dari ideal. Namun, ia memastikan perangkat paling vital seperti pengeras suara tetap diupayakan berfungsi agar jalannya sidang bisa diikuti oleh semua peserta.

    Perbaikan Total Menunggu Anggaran Miliaran

    Kondisi serba terbatas ini menjadi cerminan dari kerusakan masif yang ditaksir mencapai Rp10 miliar. Untuk memulihkannya, DPRD telah mengusulkan alokasi dana sebesar Rp3 miliar dalam P-APBD 2025 sebagai anggaran perbaikan tahap awal.

    Anggaran tersebut akan diprioritaskan untuk memperbaiki ruangan-ruangan vital yang menunjang kinerja harian para anggota dewan, termasuk ruang paripurna.

    “Kalau untuk perbaikan total, nanti diusulkan pada anggaran perubahan 2025. Yang penting agenda dewan tetap dilaksanakan,” pungkas Supriyadi.

    Meski demikian, pencairan dana perbaikan ini masih menunggu kepastian. Pemerintah Kabupaten Blitar menyatakan masih menunggu kemungkinan adanya bantuan dari pemerintah pusat sebelum finalisasi penggunaan dana APBD. Jika bantuan pusat tidak turun, Pemkab Blitar siap mengalokasikan dana tersebut melalui pembahasan detail bersama legislatif.

    Untuk sementara waktu, para wakil rakyat di Blitar harus terbiasa bersidang dalam kondisi darurat, sebuah pengingat nyata dari dampak aksi anarkis yang melumpuhkan fasilitas kerja mereka. (owi/ian)

  • Inovasi Fotografi Huawei Antar Pura 80 Ultra Raih Rekor Kamera DXOMARK

    Inovasi Fotografi Huawei Antar Pura 80 Ultra Raih Rekor Kamera DXOMARK

    Bisnis.com, JAKARTA – Industri smartphone global tidak hanya berkembang dalam hal desain dan performa, tetapi juga dalam menghadirkan pengalaman fotografi yang semakin mendekati kualitas profesional. Di tengah persaingan itu, Huawei kembali menegaskan posisinya sebagai pionir dengan meluncurkan HUAWEI Pura 80 Series, sebuah lini flagship yang bukan sekadar perangkat teknologi, melainkan simbol komitmen jangka panjang terhadap inovasi dan estetika.

    Tren Fotografi Smartphone: Dari Praktis Menjadi Profesional

    Dalam satu dekade terakhir, smartphone telah mengambil alih peran kamera saku, bahkan mulai menantang eksistensi kamera profesional. Konsumen kini tidak hanya menginginkan perangkat yang praktis, tetapi juga menuntut kualitas gambar setara DSLR: tajam, terang, dan penuh detail. Perubahan tren ini menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi para produsen teknologi. Huawei menjadi salah satu yang paling konsisten menjawab kebutuhan ini dengan inovasi berkelanjutan.

    Dari P Series ke Pura: Warisan dan Evolusi

    Sejak HUAWEI P Series diluncurkan pada 2012, produk ini telah digunakan oleh ratusan juta konsumen di seluruh dunia untuk mengabadikan momen berharga. Mulai dari P9 dengan kamera dual-lens yang menjadi tonggak awal fotografi komputasional, P20 dengan Super Night Mode yang mendefinisikan ulang fotografi malam, hingga Pura 70 Ultra dengan Ultra-Lighting Pop-out Camera yang memperlihatkan rekayasa optik mutakhir dalam perangkat ramping.

    Transformasi dari P Series ke Pura Series bukan sekadar pergantian nama,melainkan babak baru yang menegaskan komitmen Huawei untuk terus menghadirkan inovasi imaging dan estetika di segmen flagship. Nama Pura sendiri berasal dari kata Purity, yang merepresentasikan kemurnian desain, keanggunan gaya modern, serta semangat baru untuk terus berinovasi. Pura bukan hanya perangkat, tetapi juga simbol imajinasi tanpa batas karena bagi Huawei, imajinasi adalah teknologi terkuat manusia yang mendorong lahirnya terobosan di bidang teknologi, seni, dan fashion.

    Terinspirasi dari bentuk Penrose Triangle yang dikenal sebagai “the purest form of impossibility”, Pura melambangkan semangat Huawei untuk menjadikan hal yang tampak mustahil menjadi mungkin. Dengan filosofi ini, Pura Series hadir bukan hanya sebagai smartphone, tetapi juga sebagai perwujudan gaya hidup yang menyatukan fotografi terbaik, desain estetis, dan fashion yang berkelas.

    Huawei XMAGE: Kekuatan Teknologi di Balik Setiap Bidikan

    HUAWEI berkomitmen untuk terus mengembangkan inovasi dalam teknologi, termasuk mobile imaging melalui Huawei XMAGE yang mampu memberikan pengalaman fotografi profesional dalam kondisi pencahayaan apa pun. Dengan empat pilar utama sistem optik, struktur mekanik, teknologi imaging, dan pemrosesan gambar Huawei XMAGE menghadirkan gaya fotografi khas yang mengedepankan realisme, kontras, ketajaman, dan warna yang lebih hidup. Teknologi ini menjadi fondasi penting yang terus menguatkan posisi Pura Series sebagai pemimpin dalam fotografi smartphone.

    Pertama di Industri: Switchable Dual Telephoto Lens

    Yang membuat HUAWEI Pura 80 Ultra begitu istimewa adalah debutnya sebagai smartphone pertama di industri dengan Switchable Dual Telephoto Lens. Sistem optik ini menggabungkan dua fungsi dalam satu modul: Mid-Telephoto 3.7x untuk bidikan jarak menengah dan Ultra-Telephoto 9.4x untuk zoom jarak jauh

    Sistem canggih ini digerakkan oleh motor presisi setingkat mikron dan terdiri dari lebih dari 140 komponen presisi, memungkinkan peralihan fokus yang ultra-presisi dan transisi yang mulus. Dikombinasikan dengan sensor Ultra Lighting HDR 1 inci dengan dynamic range hingga 16EV serta peningkatan cahaya masuk hingga 129% dibanding generasi sebelumnya, Pura 80 Ultra menghadirkan hasil foto yang tajam, detail, dan jernih dalam berbagai kondisi cahaya.

    Dengan inovasi ini, Huawei sekali lagi menetapkan standar baru dalam kejernihan, fleksibilitas, dan desain dalam fotografi smartphone sekaligus mengantarkan Pura 80 Ultra meraih predikat Smartphone dengan Kamera Terbaik versi DXOMARK.

    Pencapaian Global di DXOMARK

    HUAWEI Pura 80 Ultra berdiri di puncak podium imaging global dengan meraih skor keseluruhan tertinggi sepanjang sejarah DXOMARK, yaitu 175 poin unggul 6 poin dari perangkat peringkat kedua. Capaian ini ditopang oleh tiga rekor bersejarah: skor foto 180 (tertinggi yang pernah dicatat), skor video 166 (rekor tertinggi yang disamai), serta kemampuan telefoto dengan peringkat tertinggi dalam pengujian DXOMARK.

    Didesain untuk Storytelling, Dibangun untuk Masa Depan

    Dengan teknologi optik revolusioner, rekayasa presisi, serta integrasi estetika avant-garde, HUAWEI Pura 80 Ultra menghadirkan pengalaman fotografi jarak jauh yang belum pernah ada sebelumnya. Baik untuk mengabadikan konser, panorama kota, night portrait, maupun close-up portrait dengan bokeh natural, setiap momen dapat ditangkap dengan detail yang memukau.

    Lebih dari sekadar spesifikasi, Pura 80 Series menghadirkan fitur AI Removal untuk editing foto bebas distraksi. Layar HUAWEI X-True Display™ dengan 3000nit peak brightness dan kaca Crystal Armor Kunlun Glass generasi kedua memastikan pengalaman premium dari segi visual maupun ketahanan.

    Pura 80 Series: Melanjutkan Visi Huawei

    Sebagai penerus warisan P Series, Pura 80 Series memperlihatkan bagaimana Huawei terus berinvestasi dalam mobile imaging, desain estetika, dan pengalaman pengguna. Dengan perpaduan teknologi, fashion, dan seni, Huawei menghadirkan perangkat yang bukan hanya untuk memotret, tetapi juga menginspirasi kreativitas dan mendorong pengguna bercerita layaknya fotografer profesional.

    HUAWEI Pura 80 Series. Sebuah babak baru dalam perjalanan inovasi kamera smartphone, lahir dari imajinasi, dibangun untuk masa depan. HUAWEI Pura 80 Series. Sebuah babak baru dalam perjalanan inovasi kamera smartphone, lahir dari imajinasi, dibangun untuk masa depan.

  • 5 Alasan Kenapa Drama Korea Love, Take Two Layak Masuk Watchlist Kamu!

    5 Alasan Kenapa Drama Korea Love, Take Two Layak Masuk Watchlist Kamu!

    Surabaya (beritajatim.com) – Drama Korea terbaru Love, Take Two sukses menarik perhatian penonton sejak penayangan perdananya. Dibesut oleh sutradara Yoo Je Won, yang sebelumnya menggarap drama populer seperti Hometown Cha-Cha-Cha, Crash Course in Romance, hingga Love Next Door, drama ini hadir dengan nuansa hangat dan penuh makna.

    Serial Love, Take Two tayang perdana di tvN pada 4 Agustus 2025, sementara penonton di Indonesia bisa menyaksikannya melalui platform Vidio dan Viu sejak 5 Agustus 2025. Drama ini hadir setiap Senin dan Selasa, dengan total 12 episode yang dijadwalkan tamat pada 9 September 2025.

    Mengangkat kisah cinta di usia matang, pengalaman jatuh cinta pertama, serta keberanian memulai hidup baru, Love, Take Two menyuguhkan latar pedesaan yang tenang dan sarat kehangatan.

    Tokoh utama drama ini adalah Lee Ji An (Yum Jung Ah), seorang ibu tunggal berusia 43 tahun yang bekerja sebagai manajer proyek konstruksi di siang hari dan membesarkan putrinya, Lee Hyo Ri (Choi Yoon Ji), di malam hari.

    Hyo Ri, seorang mahasiswi kedokteran berusia 23 tahun, menjadi sumber kekuatan bagi Ji An. Namun, hubungan erat ibu dan anak ini mulai diuji ketika Hyo Ri berusaha menemukan kemandiriannya sendiri.

    Kehidupan Ji An semakin berubah ketika ia kembali dipertemukan dengan cinta pertamanya, Ryu Jeong Seok (Park Hae Joon), seorang ayah tunggal yang tinggal di desa pesisir Cheonghae bersama putranya, Ryu Bo Hyeon (Kim Min Kyu). Dari sinilah, kisah penuh emosi, penyembuhan, dan kesempatan kedua dimulai.

    Berikut lima alasan mengapa Love, Take Two layak masuk daftar tontonan drama Korea kalian.

    1. Latar Pedesaan yang Menyegarkan dan Menenangkan

    Cheonghae bukan sekadar latar belakang cerita, melainkan bagian penting yang memberi nyawa pada drama ini. Suasana desa pesisir yang damai menghadirkan kontras dengan hiruk pikuk kota besar seperti Seoul, membuat penonton seakan diajak “melarikan diri” ke tempat yang penuh ketenangan.

    Dari pemandangan pantai yang indah hingga interaksi hangat antarwarga, semua detailnya mempertegas nuansa healing yang ingin disampaikan drama ini.

    2. Akting Mendalam dari Para Pemeran Utama

    Drama ini semakin kuat berkat akting para pemainnya. Yum Jung Ah mampu memerankan sosok Lee Ji An dengan emosi yang kompleks—seorang ibu tangguh yang penuh kasih sayang, namun menyimpan kerentanan dan kerinduan mendalam.

    Park Hae Joon menghadirkan karakter Ryu Jeong Seok dengan nuansa yang membumi, menampilkan dilema antara masa lalu yang penuh penyesalan dan harapan untuk membuka lembaran baru.

    Sementara itu, Choi Yoon Ji dan Kim Min Kyu memberi keseimbangan lewat kisah cinta muda yang polos, ceria, dan menyegarkan. Kombinasi dua generasi cinta ini membuat penonton bisa merasakan spektrum emosi yang luas dalam satu cerita.

    3. Luka yang Menjadi Jalan Menuju Penyembuhan

    Salah satu kekuatan Love, Take Two adalah cara drama ini membicarakan luka tanpa berlebihan. Setiap karakter digambarkan memiliki masa lalu yang tidak mudah, mulai dari kehilangan orang tua, pernikahan yang gagal, hingga kehilangan orang yang dicintai. Namun, alih-alih menjerumuskan mereka dalam kesedihan, cerita justru memperlihatkan bagaimana luka itu bisa menjadi jembatan menuju penyembuhan.

    4. Romansa Pertama hingga Cinta di Usia Matang

    Drama ini menyuguhkan dua lapisan kisah cinta yang saling melengkapi. Di satu sisi, kisah Lee Ji An dan Ryu Jeong Seok menampilkan cinta yang matang, sederhana, dan realistis, penuh dengan keraguan namun juga keberanian untuk mencoba lagi.

    Di sisi lain, kisah Hyo Ri dan Bo Hyeon membawa sentuhan romansa pertama yang manis, polos, dan penuh harapan. Perpaduan dua generasi cinta ini membuat penonton dapat melihat cinta dari berbagai perspektif, baik dari mereka yang baru merasakannya untuk pertama kali maupun dari mereka yang berani membuka hati setelah pengalaman panjang dalam hidup.

    5. Pesan Kuat tentang Kesempatan Kedua

    Dengan hanya 12 episode, Love, Take Two berhasil menyajikan kisah yang padat namun sarat makna. Pesan utama drama ini adalah tentang kesempatan kedua dalam hidup. Meski waktu tidak bisa diputar ulang, selalu ada ruang untuk memperbaiki dan memulai sesuatu dengan cara yang lebih baik. Drama ini mengingatkan bahwa keberanian untuk melangkah lagi, meski dengan penuh keraguan, bisa membawa kebahagiaan yang tidak terduga.

    Dengan cerita yang hangat dan penuh makna, Love, Take Two menjadi drama Korea yang layak masuk daftar tontonan Anda. Jangan lewatkan episode terakhirnya pada 9 September 2025 di tvN serta di platform Vidio dan Viu. (mnd/ian)

  • Kematian di Balik Tembok Terapi: Kisah Ilham yang Pulang dengan Luka
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        8 September 2025

    Kematian di Balik Tembok Terapi: Kisah Ilham yang Pulang dengan Luka Bandung 8 September 2025

    Kematian di Balik Tembok Terapi: Kisah Ilham yang Pulang dengan Luka
    Tim Redaksi
    BANDUNG BARAT, KOMPAS.com
    – Keluarga Muhammad Ilham (26), pemuda asal Kampung Tanjungsari, Desa Ganjarsari, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, tengah berupaya mencari jalan untuk menyembuhkan jiwa yang rapuh.
    Namun, harapan tersebut hancur ketika Ilham pulang ke rumah dalam peti mati, dengan tubuh penuh lebam, telinga biru, dan luka-luka yang berbicara lebih nyaring daripada kata-kata.
    Ilham seharusnya kembali dengan senyum lega setelah menjalani terapi di Rumah Solusi Himathera Indonesia di Kabupaten Pangandaran.
    Namun, ia pulang dalam keadaan sebaliknya, seolah hidupnya terkunci di balik tembok rumah terapi tersebut.
    “Nama yang terdengar manis itu kini terasa getir, bagai gula yang bercampur racun,” ungkap Ela Rosala (33), kakak ipar Ilham.
    Keluarga Ilham mengingat bagaimana keputusan untuk memasukkan Ilham ke rumah terapi itu diambil pada 7 Mei 2025, dengan harapan ia akan mendapatkan perawatan intensif yang lebih baik daripada pengobatan sebelumnya di RSJ Cisarua.
    Namun, harapan itu segera memudar ketika komunikasi dengan Ilham terputus sepihak.
    “Ilham makin kurus, kami dengar terakhir dia bahkan tidak diberi makan nasi sejak 27 Juli,” ujar Ela.
    Tragedi semakin dalam ketika pada Kamis sore, 21 Agustus 2025, pengelola rumah terapi mengabarkan bahwa Ilham mengeluh sakit dada dan akan dibawa ke rumah sakit.
    Namun, hanya beberapa jam kemudian, kabar duka datang bahwa Ilham telah meninggal dunia.
    Keluarga menemukan jenazah Ilham masih terbaring di rumah terapi, bukan di rumah sakit seperti yang diklaim sebelumnya.
    “Kabar yang seharusnya jujur justru dipenuhi lubang-lubang gelap,” kata Ela.
    Saat keluarga membuka kain kafan, mereka menemukan fakta yang mencengangkan.
    “Mata Ilham lebam, ada bekas sundutan rokok di kaki, badannya kurus kering, telinga biru seperti kena pukul,” tutur Ela.
    Autopsi yang dilakukan di RS Sartika Asih menunjukkan bahwa Ilham diduga sudah meninggal lebih dari seminggu sebelum kabar duka disampaikan.
    Keluarga pun melapor ke Polda Jawa Barat, meski kasus ini kemudian dilimpahkan ke Polres Pangandaran.
    “Kami ingin keadilan. Ini bukan kematian biasa. Ada yang disembunyikan,” tegas Ela.
    Menanggapi tuduhan tersebut, pemilik Rumah Solusi Himathera Indonesia, Dede, membantah bahwa Ilham mengalami kekerasan di dalam rumah terapinya.
    “Yang penting saya secara pribadi bersama teman-teman di Himathera tidak pernah melakukan kekerasan ke Ilham,” kata Dede.
    Ia juga menegaskan bahwa peristiwa ini membuatnya harus lebih berhati-hati dalam menerima pasien ke depannya.
    Keluarga Ilham, yang masih menyimpan potret hangat sosoknya, merasa sangat terpukul.
    “Ilham itu anaknya rajin. Di rumah dia bantu bertani jagung, ubi. Dia gak ngelantur. Kadang bercanda juga,” kenang Empat (57), bibinya.
    Kontras antara sosok Ilham yang masih bisa bercanda dan tubuhnya yang pulang penuh luka menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana mungkin seorang pemuda yang sehat dan aktif bisa meninggal dengan cara yang tragis?
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Punya Layar OLED, Lenovo Legion 5i Beri Pengalaman Gaming Istimewa

    Punya Layar OLED, Lenovo Legion 5i Beri Pengalaman Gaming Istimewa

    Jakarta

    Selama ini, layar OLED pada laptop gaming identik dengan perangkat premium kelas atas yang dihadirkan untuk para profesional. Kualitas visualnya memukau dengan warna sangat hidup, kontras hitam pekat, dan refresh rate lebih cepat merupakan pengalaman yang diidam-idamkan oleh gamer maupun non-gamer dari setiap kalangan.

    Sebagai perusahaan teknologi, Lenovo berupaya mewujudkan mimpi tersebut dengan menetapkan standar baru untuk visual gaming menggunakan PureSight OLED Gaming Display pada seluruh lini laptop gaming terbarunya di tahun 2025, termasuk Legion 5i 15IAX10.

    Consumer Lead Lenovo Indonesia, Santi Nainggolan mengatakan laptop yang diluncurkan pada awal Agustus lalu di Indonesia ini dirancang untuk sesi gaming intens hingga menyelesaikan proyek-proyek berat yang juga didukung oleh prosesor Intel® Core™ Ultra 7 Processor 255HX.

    “Kami menyadari bahwa layar OLED adalah standar emas untuk visual yang imersif, tetapi harganya seringkali menjadi hambatan. Melalui Legion 5i, kami ingin menghadirkan teknologi ini ke semua orang, mulai dari mahasiswa yang mendalami bidang STEM hingga para profesional muda yang membutuhkan perangkat andal untuk gaming dan produktivitas,” kata Santi dalam keterangan tertulis, Senin (8/9/2025).

    “Tanpa harus berkompromi antara performa, harga, dan kepraktisan untuk membantu meraih hal yang sebelumnya belum bisa dicapai oleh mereka,” sambung Santi.

    PureSight OLED Gaming Display Standar Baru Visual Gaming

    Santi mengatakan seluruh lini laptop Lenovo Legion di tahun 2025, termasuk Legion 5i 15IAX10, secara kompak dibekali dengan teknologi premium PureSight OLED Gaming Display.

    Dia mengatakan layar ini tidak hanya sekadar jernih tetapi juga memanjakan mata dengan resolusi WQXGA (2560×1600), kecerahan 500 nits, dan gamut warna 100% DCI-P3 yang menghasilkan reproduksi warna sinematik.

    Teknologi layar OLED 15,3 inci pada Legion 5i 15IAX10 menawarkan kenyamanan mata yang lebih baik karena emisi cahaya biru yang rendah. Hal ini sangat penting untuk sesi belajar yang panjang para mahasiswa sehingga mengurangi kelelahan mata.

    “Bukan hanya itu, OLED juga berkontribusi pada efisiensi daya yang lebih baik, terutama saat menampilkan konten gelap, sehingga pengguna bisa mendapatkan daya tahan baterai lebih lama untuk berbagai aktivitas di luar ruangan,” ungkapnya.

    Dia mengatakan sertifikasi DisplayHDR True Black 600, Legion 5i 15IAX10 memastikan kualitas gambar HDR (High Dynamic Range) yang superior dengan kontras tak terbatas, menampilkan warna hitam yang sempurna.

    Berkat kontras sangat tinggi dan warna hitam pekat, gamer dapat dengan mudah melihat musuh yang bersembunyi di lingkungan gelap. Hal ini memberikan keuntungan strategis yang krusial. Detail-detail halus pada area bayangan pun tidak akan hilang.

    Layar OLED dengan True Black juga menjanjikan waktu respon yang lebih cepat. Waktu respon sub-1ms serta dukungan refresh rate 165Hz pada Legion 5i 15IAX10 menghadirkan pengalaman gaming yang lancar dan latensi rendah. Ini memungkinkan gameplay bebas motion blur dan ghosting, memberikan kejelasan gerakan yang superior di setiap adegan aksi.

    Kombinasi Teknologi untuk Performa Tanpa Batas

    Selain layar, Legion 5i 15IAX10 juga dikombinasikan dengan teknologi premium lainnya yang menunjang performa maksimal. Salah satunya dukungan prosesor Intel® Core™ Ultra 7 255HX yang dirancang dengan proses 3 nm, menawarkan efisiensi daya dan kinerja yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya.

    “Prosesor ini terdiri dari 8 Performance-cores (P-cores) yang mampu menghasilkan kecepatan dasar 2.4 GHz dan hingga 5.2 GHz pada kecepatan turbo, serta 12 Efficient-cores (E-cores) yang mampu menghasilkan kecepatan dasar 1.8 GHz dan kecepatan turbo 4.5 GHz,” kata Santi.

    Legion 5i 15IAX10 juga ditenagai GPU hingga NVIDIA GeForce RTX 5070 serta sistem pendingin Lenovo Legion ColdFront Hyper. Inovasi sistem pendingin dari Lenovo ini menggunakan kipas dengan kecepatan tinggi dan pipa panas tembaga 3D yang sangat besar.

    Dia mengatakan semua komponen ini dibuat kedap udara (vakum) untuk mengoptimalkan aliran udara, sehingga panas dapat dialirkan menjauh dari pengguna. Hasilnya, sistem laptop tetap dingin dan lebih senyap.

    Pengguna dapat dengan mudah berpindah mode pendinginan sesuai kebutuhan mulai dari mode Quiet (Tenang), Balance (Seimbang), Performance (Performa), hingga Extreme (Ekstrem) hanya dengan menekan tombol Fn+Q. Fitur ini dapat menyesuaikan kinerja laptop, baik saat bermain game, mengerjakan tugas, dan rendering proyek berat.

    Tidak ketinggalan, keyboard Legion TrueStrike dengan 24-Zone RGB Backlit juga melengkapi teknologi premium yang ada di laptop ini.

    “Keyboard ini dirancang untuk akurasi dalam bermain game dan tugas akademik dengan tombol panah khusus, papan angka, dan touchpad Mylar,” jelasnya.

    Untuk meningkatkan performa gaming melalui kustomisasi perangkat dan pengaturan yang lebih seamless antar perangkat Lenovo lainnya dalam Legion Ecosystem, Legion 5i 15IAX10 juga dilengkapi dengan platform Legion Space.

    “Dengan perpaduan teknologi premium yang kini lebih terjangkau, Lenovo Legion 5i 15IAX10 hadir sebagai solusi lengkap bagi mahasiswa STEM, gamer ataupun profesional muda. Laptop ini membuktikan bahwa performa kelas profesional, visual memukau, dan kepraktisan kini bisa dimiliki dalam satu perangkat, mendukung generasi muda dalam meraih setiap impian mereka,” tuturnya.

    Harga & Layanan Purna Jual

    Santi mengatakan Lenovo Legion 5i 15IAX10 kini sudah tersedia di Indonesia dengan harga mulai dari Rp 24.999.000. Laptop ini bisa didapatkan secara offline di Lenovo Exclusive Store dan online melalui Official Store yang tersedia di ecommerce, seperti Tokopedia, Shopee dan Blibli.com.

    “Untuk memberikan pengalaman gaming tanpa rasa khawatir, Lenovo juga melengkapi Legion 5i 15IAX10 dengan layanan 3 tahun Legion Ultimate Support yang menawarkan dukungan teknis 24/7 dari teknisi ahli yang memahami dunia gaming. Ditambah lagi, 3 tahun Accidental Damage Protection yang melindungi perangkat dari kerusakan tak terduga seperti tumpahan cairan atau benturan,” tutupnya.

    (akd/ega)

  • Ortu Tiara di Lamongan dari Jualan Es Tebu Hingga Sempol Biayai Kuliah Sampai Selesai

    Ortu Tiara di Lamongan dari Jualan Es Tebu Hingga Sempol Biayai Kuliah Sampai Selesai

    Lamongan  (beritajatim.com)– Kesunyian yang pekat menyelimuti rumah sederhana di Desa Made, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan.

    Pagar terkunci rapat, pintu tertutup. Ruang hampa itu menjadi saksi duka terdalam yang tengah menghimpit keluarga pemilik rumah, setelah salah satu putri mereka ditemukan terbunuh di jurang Pacet mojokerto,

    Terlihat juga gerobak sempol yang biasanya digunakan untuk berjualan di sekitar Masjid Agung setempat.

    Tiara Angelina Saraswati (25), teridentifikasi sebagai korban mutilasi mengerikan yang potongan tubuhnya ditemukan tercecer di jurang kawasan Pacet, Mojokerto.

    Suasana hening itu kontras dengan aktivitas warga lainnya. Tiada lalu lalang, tiada suara. Hanya desau angin yang seolah ikut berbagi nestapa.

    Kepala Desa Made, Eko Widianto, mengonfirmasi bahwa pihaknya masih menunggu informasi resmi dari kepolisian.

    “Yang kami terima masih sebatas informasi awal. Petugas semalam datang untuk mencocokkan alamat dan identitas orang tua korban,” ujarnya kepada media pada Minggu (7/9/2025). Eko menambahkan, pihaknya masih menunggu konfirmasi lebih lanjut dari Babinkamtibmas setempat.

    Sukirno, Ketua RT setempat, membenarkan bahwa rumah keluarga korban telah tampak lengang sejak subuh. “Dari pagi sudah tertutup seperti ini. Tidak tahu kemana perginya, karena tidak memberi kabar,” katanya.

    Sukirno mengaku belum mendapat kepastian resmi mengenai identitas korban, meski kabar buruk itu sudah tersiar di kalangan warga.

    Terkait sosok Tiara, Sukirno mengungkapkan bahwa ia tidak terlalu mengenal dekat. “Sejak kuliah, ia sudah jarang pulang. Katanya sekarang bekerja di Surabya, jadi sangat jarang bertemu,” jelasnya.

    Namun, ia menggambarkan kedua orang tua Tiara sebagai pribadi yang baik dan aktif bersosialisasi.

    “Keluarga mereka sangat baik dan mudah bergaul. Selalu aktif dalam setiap kegiatan warga, seperti saat perayaan HUT RI kemarin. Setiap hari, mereka berjualan sempol di depan Masjid Agung. Dulu pernah jualan es tebu,” kenang Sukirno dengan nada haru.

    Tragedi mutilasi ini telah mengguncang komunitas kecil yang biasanya dipenuhi keakraban. Sementara keluarga korban memilih menyendiri dalam kesedihan, tetangga-tetangga lain hanya bisa menunggu, berharap ada kejelasan di balik pintu yang masih tertutup itu. (ted)