NGO: IPO

  • Microsoft Turun Tangan Bawa OpenAI IPO

    Microsoft Turun Tangan Bawa OpenAI IPO

    Jakarta

    Microsoft (MSFT.O), menyepakati langkah restrukturisasi untuk OpenAI. Langkah ini akan mengirimkan OpenAI, pembuat ChatGPT tersebut mendapatkan modal untuk go public atau Initial Public Offering (IPO).

    Dengan begitu, rencana ambisius CEO OpenAI Sam Altman untuk terus mengembangkan pusat data dan teknologi mutakhir bisa terwujud.

    Dalam siaran langsung, Altman mengatakan IPO adalah jalan yang paling memungkinkan bagi masa depan perusahaannya, mengingat besarnya dana yang dibutuhkan untuk melatih dan membangun sistem AI seperti yang mendukung ChatGPT.

    Rencana lain untuk memperbesar OpenAI, Altman yakni mengubah dari perusahaan produk menjadi platform.

    “Kita sekarang dapat memanfaatkan teknologi, basis pengguna, dan kerangka kerja yang telah kita bangun ini, dan mengajak seluruh dunia untuk membangun perusahaan, layanan, dan aplikasi baru yang luar biasa,” ujar Altman dikutip dari Reuters, Rabu (29/10/2025).

    Restrukturisasi ini merupakan salah satu dari sekian banyak inisiatif yang sedang berjalan di OpenAI. Langkah ini juga telah menggembirakan para investor dan mitra bisnis OpenAI, termasuk CEO Nvidia, Jensen Huang,

    Dalam kesempatan berbeda, saat ditanya tentang berita tersebut ia menyambut baik dan berencana melakukan investasi yang lebih besar lagi. Ia pun mengaku tidak terkejut jika OpenAI akan go public.

    “Saya berharap dulu kita berinvestasi lebih banyak. Jika Anda memberi tahu saya bahwa OpenAI akan go public tahun depan, saya tidak terkejut, dan dalam banyak hal, saya pikir ini bisa menjadi salah satu penawaran umum tersukses dalam sejarah,” ucapnya.

    Tonton juga Video: OpenAI Rilis ChatGPT Atlas, Saingan Chrome & Perplexity

    (ada/kil)

  • SoftBank Suntik Dana ke Perusahaan Induk ChatGPT

    SoftBank Suntik Dana ke Perusahaan Induk ChatGPT

    Jakarta

    Grup konglomerasi besar Jepang, SoftBank dikabarkan telah menyetujui penambahan investasi ke OpenAI, perusahaan induk ChatGPT.

    Dilansir dari Reuters, Minggu (26/10/2025), SoftBank telah menyetujui penyuntikan dana tambahan sebesar US$ 22,5 miliar atau sekitar Rp 373,5 triliun (kurs Rp 16.600) untuk melengkapi investasi tambahan US$ 30 miliar hingga akhir tahun.

    Ini merupakan tambahan investasi yang sebelumnya sudah disuntikan SoftBank di awal tahun, dengan komitmen total US$ 40 miliar di tahun 2025. Kabar tersebut beredar dari laporan khusus situs web berita teknologi, Information pada hari Sabtu kemarin.

    Dewan direksi grup investasi Jepang tersebut telah menyetujui dana tersebut asalkan startup kecerdasan buatan tersebut menyelesaikan restrukturisasi perusahaan yang akan membuka jalan bagi penawaran umum saham perdana (IPO).

    Sampai saat ini, SoftBank dan OpenAI belum memberikan klarifikasi soal kabar tersebut. SoftBank sebelumnya telah setuju untuk mendanai OpenAI dengan US$ 40 miliar selama 2025. Per April sudah masuk dana US$ 10 miliar, dan SoftBank berjanji akan menambah US$ 30 miliar hingga akhir tahun ini.

    Namun suntikan dana tersebut ada syaratnya, OpenAI harus beralih ke struktur nirlaba pada akhir tahun. Jika, restrukturisasi OpenAI gagal, jumlah investasi akan turun menjadi US$ 20 miliar saja.

    (hal/kil)

  • Menteri PKP Dorong Pengembang Rumah Subsidi Melantai di Bursa

    Menteri PKP Dorong Pengembang Rumah Subsidi Melantai di Bursa

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait (Ara) menginstruksikan agar para pengembang rumah subsidi dapat segera menggelar penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO).

    Ara menyebut, upaya melantai di bursa itu diusulkan untuk memenuhi kebutuhan modal para pengembang dalam rangka mendukung target 3 juta rumah yang dibidik oleh Presiden Prabowo Subianto.

    “Kami juga bahas terkait pasar modal, sehingga nanti bagaimana pembiayaan itu tidak harus dari perbankan. Sehingga nanti para pengembang juga punya pilihan [dalam mencari modal].” jelasnya saat ditemui di Kantor Kementerian PKP, Jumat (24/10/2025) malam.

    Pada saat yang sama, Ara turut mendorong Gapensi (Gabungan Pengusaha Konstruksi) untuk berperan aktif menjadi kontraktor dalam pembangunan rumah bersubsidi dan rumah komersial, sehingga tidak hanya bergantung pada proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN.

    Selain mendorong partisipasi Gapensi dalam pembangunan rumah subsidi, Ara juga menyampaikan agar Gapensi memanfaatkan segala jenis bentuk bantuan pembiayaan dari pemerintah, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) perumahan sebagai modal usaha yang disediakan bagi UMKM termasuk kontraktor. 

    “Rumah subsidi jelas pembangunannya pakai kontraktor, kuota subsidi tahun ini 350 ribu, tahun depan juga 350 ribu. Ini peluang yang besar untuk pengusaha kontraktor. Gapensi perlu berpikir untuk jadi kontraktor program rumah bersubsidi dan komersial, tidak hanya mengandalkan program dari APBN saja,” jelas Ara.

    Menanggapi hal itu, Ketua Umum Gapensi, Andi Rukman menyambut baik arahan Menteri PKP untuk Gapensi ikut aktif dalam pembangunan rumah subsidi. 

    “Bahwa ini peluang yang cukup baik untuk anggota kami di seluruh Indonesia yang memang saat ini semua berebut di proyek pemerintah. Kami lihat ada peluang 350.000 rumah subsidi dan ternyata kontraktor harus berani juga untuk turun jadi pengembang,” ujarnya. 

    Apabila dorongan tersebut direalisasikan, maka hal tersebut akan menambah euforia penambahan emiten di pasar saham Indonesia.

    Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam setahun Prabowo menjabat sebagai Presiden RI, pasar saham Indonesia mencatatkan penambahan 17 emiten, dari sebanyak 938 emiten menjadi 955 emiten.

    Penambahan jumlah emiten ini terjadi seiring dengan ramainya aktivitas IPO. Di mana, dalam setahun Prabowo menjabat sebagai Presiden RI, tercatat ada sebanyak 28 perusahaan yang menggelar IPO dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, kemudian BEI juga melakukan penghapusan saham atau delisting terhadap sejumlah emiten.

  • Survei IPO: Seskab Teddy Jadi Menteri dengan Jabatan Paling Tepat
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        21 Oktober 2025

    Survei IPO: Seskab Teddy Jadi Menteri dengan Jabatan Paling Tepat Nasional 21 Oktober 2025

    Survei IPO: Seskab Teddy Jadi Menteri dengan Jabatan Paling Tepat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Lembaga survei Indonesia Political Opinion menyebut, Teddy Indra Wijaya menjadi menteri Kabinet Merah Putih yang paling tepat menduduki jabatannya.
    Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah mengatakan, pihaknya menanyakan kepada responden terkait siapa menteri yang dianggap paling sesuai dengan bidangnya.
    “Kami tanyakan dari daftar menteri-menteri di bawah ini nama-nama siapa yang menurut bapak/ibu tepat menduduki posisinya sebagai menteri,” kata Dedi dalam konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).
    “Yang pertama adalah Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dianggap paling tepat dengan persepsi evaluasi publik 85,1 persen,” lanjut Dedi.
    Di posisi kedua, menteri kedua yang dianggap paling cocok menempati jabatannya adalah Menteri Agama Nasaruddin Umar 71,2 persen; Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa 70,8 persen; Menteri Luar Negeri Sugiono 70,5 persen.
    Lalu, Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan; Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti 52,4 persen; Menteri Koordinator bidang Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 51,7 persen; dan Menteri Koordinator bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra.
    Selanjutnya, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Yusanto 43,9 persen; Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir 40,6 persen; serta Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani 35,5 persen.
    Sementara itu, pada sisi kinerja menurut persepsi publik, Purbaya menempati posisi teratas dengan angka 17,5 persen.
    Teddy menempati urutan kedua dengan angka 15,1 persen; Sugiono 11,8 persen; Zulkifli Hasan 9,8 persen; dan Erick Thohir 7,4 persen.
    “Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dianggap paling bekerja dengan baik, 17,5 persen,” kata Dedi.
    Adapun survei dilakukan pada 9 sampai 17 Oktober 2025 terhadap 1.200 responden.
    Sampel dipilih melalui teknik stratified multistage random sampling (SMRS).
    Margin of error penelitian ini 2,90 persen dengan tingkat akurasi 95 persen.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BUMN Kini Dikelola Danantara, Adakah yang Bakal IPO?

    BUMN Kini Dikelola Danantara, Adakah yang Bakal IPO?

    Jakarta

    Bursa Efek Indonesia (BEI) mendukung Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dalam mendorong penawaran umum atau initial public offering (IPO) BUMN di bawah pengelolaannya.

    Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan saat ini pihaknya masih terus berkomunikasi dengan Danantara. Otoritas pasar modal sendiri menunggu langkah Danantara untuk melakukan IPO bagi perseroan di bawah kelolaannya.

    “Saat ini kami di bursa sudah berhubungan dengan Danantara, artinya meminta agar mendapatkan support dari Danantara. Tentunya Danantara punya proses dan prosedur, dan juga punya target. Kita tunggu dari Danantara-nya,” terang Nyoman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (17/10/2025).

    Meski begitu, Nyoman mengaku belum ada BUMN dalam pipeline atau antrean IPO di BEI. Ia menjelaskan, saat ini target IPO di BEI masih sebesar 66 untuk seluruh instrumen investasi di tahun 2025, mencakup saham, obligasi, hingga warrant. Ia mengklaim, target tersebut telah tercapai sekitar 80%.

    “Jadi tidak sendiri-sendiri dilihat, saham saja enggak, tapi keseluruhan instrumen tersebut,” jelasnya.

    Untuk diketahui, ada 11 perusahaan masuk dalam antrean atau pipeline IPO hingga 26 September 2025. Calon emiten ini didominasi perusahaan dengan aset menengah.

    Nyoman mengatakan, calon emiten ini dibagi menjadi tiga kategori aset sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 53/POJK.04/2017. Ada empat perusahaan dengan aset di atas Rp 250 miliar.

    “4 perusahaan aset skala besar, aset di atas Rp 250 miliar,” terang Nyoman dalam laporannya, dikutip Selasa (30/9/2025).

    Kemudian tujuh perusahaan sisanya, merupakan calon emiten dengan kategori aset menengah dengan nilai antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar. Namun, Nyoman tak menyebut rinci sektor dari masing-masing calon emiten tersebut.

    Adapun sektor dari calon emiten ini di antaranya, consumer cyclicals, consumer non-cyclicals, financials, industrials, technology, serta transportation dan logistic. “Hingga saat ini, terdapat 11 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Nyoman.

    (hns/hns)

  • Danantara mendorong BUMN dan anak usaha gelar IPO di pasar modal RI

    Danantara mendorong BUMN dan anak usaha gelar IPO di pasar modal RI

    Dari sisi supply, memang kita ingin perusahaan-perusahaan yang ada dalam Danantara yang siap untuk masuk menjadi emiten yang baik di bursa.

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) terus mendorong perusahaan BUMN dan anak usahanya untuk menggelar Initial Public Offering (IPO) di pasar modal Indonesia.

    Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Sjahrir ​​​​mengatakan Danantara Indonesia siap berkontribusi untuk mengembangkan pasar modal Indonesia, baik dari sisi supply maupun sisi demand.

    “Dari sisi supply, memang kita ingin perusahaan-perusahaan yang ada dalam Danantara yang siap untuk masuk menjadi emiten yang baik di bursa,” ujar Pandu dalam Opening Ceremony dan Seminar Utama Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2025, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat.

    Sampai saat ini, terdapat sekitar 24 perusahaan BUMN dan anak usahanya yang tercatat di pasar modal Indonesia dari total sebanyak 966 perusahaan tercatat.

    Di BEI, terdapat kelompok saham-saham perusahaan BUMN yang masuk dalam indeks IDXBUMN20, yang tercatat melemah 2,94 poin atau 0,84 persen ke posisi 354,48 pada perdagangan hari ini, Jumat.

    Dalam kesempatan ini, Pandu memastikan Danantara Indonesia akan segera mengalokasikan investasi mereka ke pasar saham Indonesia.

    Ia mengatakan, Danantara Indonesia baru bisa mulai mengalokasikan dananya ke berbagai instrumen investasi, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

    Dia melanjutkan, akan mengalokasikan investasi sebesar 80 persen dari dana yang dimiliki oleh Danantara Indonesia ke instrumen investasi di dalam negeri.

    “Kami sekarang baru mulai melakukan investasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kami akan berinvestasi sebagian besar untuk tahun ini sebesar 80 persen di dalam negeri,” ujar Pandu.

    Sepanjang tahun 2025, BEI melaporkan telah terdapat 23 perusahaan yang melangsungkan IPO di pasar modal Indonesia, sebanyak 11 perusahaan masih berada dalam pipeline (antrean) untuk melangsungkan IPO.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Satu Tahun Berkuasa, Dedi Kurnia Syah Sebut Presiden Prabowo Sudah Harus Membersihkan Kabinet dari Loyalis Jokowi

    Satu Tahun Berkuasa, Dedi Kurnia Syah Sebut Presiden Prabowo Sudah Harus Membersihkan Kabinet dari Loyalis Jokowi

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Masa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, pada Oktober ini sudah memasuki satu tahun. Para pengamat politik pun mulai memberikan penilaiannya.

    Salah satunya datang dari Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah. Dia menilai, Prabowo Subianto dalam setahun menjabat Presiden RI menanggung beban politik dan terikat dengan kekuasaan Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi).

    Dedi berkata demikian demi menyampaikan penilaian kinerja Prabowo dari sisi politik selama setahun menjabat Presiden RI. “Prabowo tidak saja menanggung beban politik Jokowi, tetapi masih terikat dengan kekuasaan Jokowi,” kata dia melalui layanan pesan, Senin (13/10).

    Dedi menilai beban politik dan keterikatan itu yang membuat Prabowo terseok-seok melaksanakan konsolidasi kekuasaan. Misalnya, kata dia, Prabowo memiliki pekerjaan rumah terkait nasib Ibu Kota Nusantara (IKN) yang mulai dibangun era Jokowi.

    Kemudian, lanjut Dedi, Prabowo dihadapkan dengan loyalis Jokowi yang tak sejalan dengan eks Danjen Kopassus itu.

    “Misalnya saja, perseteruan Menkeu pilihan Prabowo dengan BUMN, ini menunjukkan jika masih adanya ego sektoral antara kubu Prabowo dan Jokowi,” ujarnya.

    Dedi menilai Prabowo seharusnya bisa menyelesaikan konsolidasi kekuasaan pada tahun pertama menjabat Presiden RI.

    Menurut dia, Prabowo bisa menyelesaikan hal itu dengan membersihkan kabinet dari loyalis Jokowi sebagai langkah awal.

    “Prabowo seharusnya membuat kabinetnya bebas dari tokoh tinggalan Jokowi, agar ia leluasa dan tidak dibayang-bayangi post power syndromnya Jokowi,” ungkapnya.

  • Satu Tahun Berkuasa, Dedi Kurnia Syah Sebut Presiden Prabowo Sudah Harus Membersihkan Kabinet dari Loyalis Jokowi

    Dedi Kurnia Syah Sebut Pertemuan Presiden Prabowo dengan Jokowi Kental Nuansa Politik

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Spekulasi mengenai pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi), terus menjadi perbincangan dan menuai komentar dari sejumlah tokoh.

    Salah satunya yang ikut bersuara adalah Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah.

    Dalam pandangannya, Dedi Kurnia Syah tak menangkap pembahasan sisi kebangsaan dari pertemuan tersebut, namun lebih bersifat politis.

    “Pertemuan itu kental nuansa politik dibandingkan soal kebangsaan,” kata Dedi melalui layanan pesan, Rabu (8/10).

    Dia mengatakan beberapa hal yang membuat langkah Jokowi menemui Prabowo kental muatan politik, dibandingkan kebangsaan.

    Pertama, kata Dedi, Jokowi berupaya mencari perlindungan Prabowo dari desakan publik terkait skandal yang melibatkan eks Gubernur Jakarta itu.

    “Mulai dari soal ijazah, hingga wacana keterlibatan Jokowi dalam kasus yang sedang ditangani KPK, misalnya soal korupsi eks Menteri Nadiem hingga status tersangka Riza Chalid, persoalan ini sangat mungkin bisa menyeret nama Jokowi,” ujarnya.

    Kedua, kata Dedi, legitimasi putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai Wapres RI mulai digugat.

    Menurutnya, Gibran belakangan dipersoalkan dengan isu serupa seperti Jokowi, yakni terkait ijazah hingga legitimasi pencalonan yang dianggap merusak konstitusi. Dedi mengatakan Prabowo hingga kini tak pernah bersikap terhadap skandal dari Jokowi dan keluarga, sehingga membuat resah eks Wali Kota Solo itu.

    “Semua skandal yang melibatkan Jokowi maupun keluarga, Prabowo sejauh ini diam tanpa ada tanda membela atau berpihak kepada Jokowi, sehingga memungkinkan membuat Jokowi gusar,” ungkapnya.

  • DPRD diingatkan tak tergoda retorika manis dalam transformasi PAM Jaya

    DPRD diingatkan tak tergoda retorika manis dalam transformasi PAM Jaya

    Jakarta (ANTARA) – Aktivis dan pemerhati kebijakan publik Taufik Tope Rendusara mengingatkan DPRD DKI Jakarta agar tidak tergoda pada retorika manis dalam transformasi Perumda PAM Jaya menjadi Perseroan Daerah (Perseroda) yang justru berpotensi menambah beban masyarakat.

    Taufik dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan saat ini DPRD memegang dua dokumen utama, yakni Rev7 PAM Jaya dan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang disusun oleh Badan Pembinaan BUMD.

    Rev7 PAM Jaya merujuk pada revisi atau rancangan perubahan ke-7 terkait Perusahaan Umum Daerah (Perumda) PAM Jaya yang sedang dibahas oleh DPRD.

    “Rev7 isinya manis di telinga tapi miskin solusi. Seolah-olah semua masalah PAM Jaya selesai hanya dengan mengganti status hukum jadi Perseroda. Bagus di slide Power Point, tapi rapuh ketika diuji kenyataan,” ujar Taufik.

    Sementara Raperda tersebut, kata dia, lebih teknokratik dan realistis, tapi tidak kalah bermasalah. Raperda itu memuat keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sisa beban kontrak lama dengan operator swasta Palyja dan Aetra, serta skema pembiayaan jumbo Rp23,9 triliun bersama PT Moya yang sarat risiko bunga tinggi.

    “Intinya, Jakarta butuh modal besar, dan investor sudah siap masuk. Masalahnya, siapa yang akan menanggung konsekuensinya? Lagi-lagi masyarakat,” kata Taufik.

    Dia menilai kedua dokumen itu memiliki kelemahan yang mendasar, yakni Rev7 terlalu normatif, sementara Raperda terlalu fokus pada pembiayaan. Keduanya sama-sama tidak menempatkan kepentingan publik sebagai prioritas.

    “Kalau DPRD hanya mengamini Rev7, itu sama saja ikut promosi investor. Kalau DPRD hanya tunduk pada logika Raperda, tetap saja rakyat yang membayar mahal. Padahal air bukan komoditas, tapi kebutuhan dasar yang wajib dijamin negara,” tutur Taufik.

    Dia juga mengingatkan pengalaman pahit privatisasi air Jakarta pada masa lalu, yaitu kontrak 25 tahun dengan Palyja dan Aetra yang membuat PAM Jaya lumpuh sehingga tarif air di Jakarta menjadi salah satu yang termahal di Indonesia, sementara pelayanan tetap buruk.

    “Jangan sampai DPRD mengulang kesalahan sejarah dengan membuka pintu privatisasi baru. Transformasi PAM Jaya hanya sah jika ada jaminan jelas bahwa tarif, distribusi, dan akses masyarakat miskin tetap dikendalikan pemerintah,” tegas Taufik.

    Dia menambahkan, tidak ada satupun ulasan terkait ancaman privatisasi terselubung, prioritas investasi untuk akses dan NRW, serta tarif khusus yang lebih murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

    “Rakyat Jakarta tidak butuh janji investor atau presentasi PowerPoint yang indah. Rakyat butuh air yang mengalir, terjangkau, dan bebas dari kontrak yang memberatkan. Kalau DPRD gagal, publik akan menilai: dewan ikut melegitimasi penjualan hak dasar warga,” ungkap Taufik

    Seperti diketahui, rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) Perumda PAM Jaya menuai pro dan kontra.

    Sebelum melakukan IPO, Pemprov DKI berkeinginan mengubah status PAM Jaya terlebih dahulu dari Perumda menjadi Perseroda.

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menegaskan rencana perubahan status Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya dari Perumda menjadi Perseroda bertujuan mengembangkan perusahaan tersebut agar lebih baik.

    “Tentunya, Perseroda itu semata-mata untuk membuat PAM Jaya lebih bisa berkembang, termasuk untuk investasi lebih baik. Dan pasti saya dan Pak Wagub (Rano Karno) memikirkan hal ini untuk kebaikan PAM Jaya. Tidak ada keinginan sama sekali membuat Perseroda itu menjadikan PAM Jaya tidak baik,” tutur Pramono pada 9 September 2025.

    Sebelumnya, Ketua Komisi C DPRD DKI Jakarta Dimaz Raditya meminta agar perubahan status badan hukum PAM Jaya dari Perumda menjadi Perseroda tidak dikaitkan dengan IPO terlebih dahulu.

    “Sekarang, kita fokus saja ke perubahan dari Perumda ke Perseroda,” kata Dimaz pada 11 September 2025.

    Menurut dia, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menuju IPO karena banyak persyaratan yang perlu dilengkapi oleh perusahaan.

    Selain itu, dia menuturkan salah satu kekhawatiran masyarakat terkait perubahan badan hukum PAM Jaya tersebut, yaitu kenaikan tarif.

    “Dengan perubahan ini, sebenarnya tidak juga serta-merta menjadi PAM Jaya bisa diintervensi oleh pihak lain untuk bisa menjadi komersil,” terang Dimaz.

    Pewarta: Syaiful Hakim
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ratusan Ribu Data Transfer Bank Bocor, Angka Gaji Sampai Cicilan

    Ratusan Ribu Data Transfer Bank Bocor, Angka Gaji Sampai Cicilan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ratusan ribu dokumen transfer bank di India terekspos setelah ditemukan tersimpan di server cloud Amazon.

    Perusahaan keamanan siber UpGuard menemukan pada akhir Agustus lalu, ada 273.000 file PDF berisi detail transaksi perbankan nasabah India yang dapat diakses publik. Dokumen itu mencantumkan nomor rekening, jumlah transaksi, hingga detail kontak individu.

    Data yang bocor merupakan formulir transaksi yang diproses melalui National Automated Clearing House (NACH), sistem perbankan terpusat yang digunakan untuk transaksi berulang dalam jumlah besar seperti pembayaran gaji, cicilan pinjaman, dan tagihan utilitas.

    Menurut peneliti, kebocoran ini terkait dengan setidaknya 38 bank dan lembaga keuangan, demikian dikutip dari TechCrunch, Jumat (26/9/2025).

    UpGuard mencatat sebagian besar dokumen menyebut nama Aye Finance, lembaga keuangan India yang pada tahun lalu mengajukan IPO senilai US$171 juta. Bank milik negara, State Bank of India, juga menjadi institusi yang paling sering muncul dalam dokumen yang bocor.

    Setelah penemuan ini, UpGuard telah memberi tahu Aye Finance serta National Payments Corporation of India (NPCI), lembaga pemerintah yang mengelola NACH. Namun hingga awal September, data masih terekspos bahkan ribuan file baru terus ditambahkan setiap hari. Data baru berhasil diamankan setelah UpGuard melaporkan ke Computer Emergency Response Team India (CERT-In).

    Meski demikian, hingga kini tidak ada pihak yang mengakui tanggung jawab atas insiden ini. NPCI menegaskan data bukan berasal dari sistem mereka.

    “Verifikasi dan peninjauan mendetail telah memastikan bahwa tidak ada data terkait mandat NACH dari sistem NPCI yang terekspos atau dikompromikan,” kata juru bicara NPCI, Ankur Dahiya.

    Aye Finance maupun State Bank of India belum memberikan tanggapan atas temuan ini.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]