NGO: IPO

  • Ini Momen Prabowo Goda Budi Arie di Solo: PSI atau Gerindra, Kau?

    Ini Momen Prabowo Goda Budi Arie di Solo: PSI atau Gerindra, Kau?

    Ini Momen Prabowo Goda Budi Arie di Solo: PSI atau Gerindra, Kau?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua Umum Projo periode 2025-2030, Budi Arie Setiadi secara langsung menyatakan dirinya yang ingin bergabung dengan Partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto.
    Keinginannya untuk bergabung dengan Partai Gerindra itu disampaikan pada sela Kongres III Projo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
    “Jadi mohon izin jika suatu saat saya berpartai, teman-teman Projo bisa memahaminya. Nggak usah ditanya lagi partainya apa. Karena apa? Saya mungkin satu-satunya orang yang diminta oleh Presiden langsung di sebuah forum,” ujar Budi Arie.
    Mantan Menteri Koperasi di Kabinet Merah Putih itu mengatakan, ingin mendukung program pro rakyat yang diusung Prabowo.
    “Pak Jokowi dengan program kerakyatannya dan Pak Prabowo dengan pikiran dan hati yang nyata-nyata jelas-jelas berpihak kepada kepentingan rakyat. Dan itu sesuai dan senapas dengan semangat jati diri dan karakter Projo sebagai organisasi relawan,” jelas Budi Arie.
    Kendati demikian, Budi Arie menegaskan bahwa Projo lahir dari semangat bahwa Indonesia memerlukan pemimpin seperti Joko Widodo (Jokowi). Kelompok relawannya juga merupakan bagian sejarah kepemimpinan Jokowi selama 10 tahun sebagai presiden.
    “Jadi sejarah Projo adalah sejarahnya Bapak Jokowi sampai 10 tahun berlangsung dari 2014 sampai 2024. Karena saya mendapat berita dari berbagai media, kok ada yang bilang Projo pisah dari Bapak Jokowi. Ini luar biasa sekali
    framing
    adu dombanya,” ujar Budi Arie.
    KOMPAS.com / IRFAN KAMIL Bakal calon presiden Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Organisasi relawan pendukung Presiden Joko Widodo, Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, Sabtu (14/10/2023) sore.
    Sebelum pernyataannya tersebut, Budi Arie pernah digoda secara langsung oleh Prabowo terkait keputusan untuk bergabung dengan Partai Gerindra.
    Prabowo menyampaikannya secara langsung saat memberi sambutan dalam Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025).
    Dalam acara tersebut, Prabowo sempat bertanya apakah Budi Arie kini bergabung dengan PSI yang dipimpin Kaesang Pangarep.
    “Saudara Budi Arie Setiadi. Ini Masuk PSI kau? Bukan?” kata Prabowo menggoda Budi Arie yang juga menghadiri Kongres PSI di Solo.
    Seluruh kader PSI pun langsung bersorak merespons pertanyaan Prabowo kepada Budi Arie tersebut. Sementara itu, Budi Arie terlihat mengangkat tangan dan menggoyangkannya yang berarti tidak.
    Namun, tak berhenti, Prabowo kemudian bertanya apakah Budi Arie bergabung dengan PSI atau Gerindra.
    “PSI atau Gerindra kau?” ujar Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra.
    Sementara itu, keputusan Budi Arie yang menyatakan keinginannya bergabung dengan Partai Gerindra dinilai bukan semata karena kesetiaan politik terhadap Prabowo maupun ideologi.
    Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, ketika ditanya alasan Budi Arie memilih Gerindra ketimbang PSI yang dekat dengan Jokowi.
    Dedi menilai, PSI tidak memiliki kekuatan politik yang memadai untuk memberi posisi aman bagi tokoh-tokoh seperti Budi Arie.
    “Dari sisi politik, terhitung tepat bergabung ke Gerindra, selain partai penguasa, juga ada jaminan Gerindra menjaga karir kekuasaan Budi Arie. Sementara PSI, masih belum ada jaminan apapun,” ujar Dedi kepada Kompas.com, Minggu (2/11/2025).
    Karena itu, dari sisi kalkulasi politik, langkah Budi Arie menuju Gerindra dianggap lebih rasional. Lebih jauh, Dedi menilai bahwa daya tarik politik Jokowi kini mulai pudar seiring berakhirnya masa jabatannya sebagai presiden.
    Kondisi ini juga berdampak pada menurunnya magnet PSI yang selama ini identik dengan dukungan keluarga Jokowi.
    “Sisi lain, Jokowi sendiri tidak lagi menarik karena bukan penguasa, posisi Gibran juga tidak berpengaruh, ini juga yang membuat PSI tidak cukup menarik bagi politisi pragmatis seperti Budi Arie, loyalitasnya bukan faktor Jokowi, melainkan soal untung rugi,” tutur Dedi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Budi Arie Pilih Gerindra Ketimbang PSI, Pengamat: Jokowi Tak Lagi Menarik

    Budi Arie Pilih Gerindra Ketimbang PSI, Pengamat: Jokowi Tak Lagi Menarik

    Budi Arie Pilih Gerindra Ketimbang PSI, Pengamat: Jokowi Tak Lagi Menarik
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai sosok Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) bagi Ketua Umum relawan Projo, Budi Arie Setiadi tak lagi dianggap menarik.
    Hal inilah yang dinilai Dedi sebagai alasan Budi Arie lebih memilih Partai Gerindra ketimbang masuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
    Daya tarik Jokowi yang menurun serta lemahnya posisi politik PSI, nilai Dedi, menjadi salah satu faktor Budi memilih Gerindra.
    “Jokowi sendiri tidak lagi menarik karena bukan penguasa, posisi Gibran (Gibran Rakabuming Raka) juga tidak berpengaruh, ini juga yang membuat PSI tidak cukup menarik bagi politisi pragmatis seperti Budi Arie, loyalitasnya bukan faktor Jokowi, melainkan soal untung rugi,” kata Dedi kepada Kompas.com, Minggu (2/11/2025).
    Menurut Dedi, hal itulah yang membuat PSI kehilangan magnet bagi politisi seperti Budi Arie.
    Dedi menilai keputusan Budi Arie merapat ke Gerindra merupakan langkah yang bersifat pragmatis, bukan ideologis.
    Ia menilai, loyalitas Budi Arie bukan lagi pada sosok Jokowi, melainkan pada kalkulasi untung rugi dalam menjaga karier politiknya.
    Tambahnya, Budi Arie tampak mempertimbangkan faktor perlindungan hukum dan politik yang hanya bisa diberikan oleh partai penguasa seperti Gerindra.
    Dedi membeberkan sejumlah kasus hukum yang membayangi Budi Arie yang membuatnya membutuhkan perlindungan politik.
    “Dengan bergabung ke PSI, Budi Arie tidak miliki perlindungan, tetapi Gerindra tentu berbeda, karena partai penguasa, sehingga alasan memilih Gerindra lebih pada soal suaka hukum,” jelas Dedi.
    Lebih jauh, Dedi menilai PSI belum dapat menawarkan jaminan politik bagi para tokoh yang ingin mempertahankan eksistensi mereka di pemerintahan.
    “Dari sisi politik, terhitung tepat bergabung ke Gerindra, selain partai penguasa, juga ada jaminan Gerindra menjaga karir kekuasaan Budi Arie. Sementara PSI, masih belum ada jaminan apapun,” kata Dedi.
    Sebelumnya, Budi Arie secara terbuka menyatakan keinginannya bergabung dengan Partai Gerindra dalam Kongres III Projo di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).
    “Ya secepatnya (gabung Gerindra),” kata Budi Arie di sela-sela Kongres III Projo di Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025).
    Budi bertekad untuk memperkuat partai yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto. Ia secara gamblang menyebut nama Partai Gerindra sebagai partai tujuannya.
    “Betul. Iya lah, pasti Gerindra. Nanti kita tunggu dinamika di Kongres ketiga ini. Yang pasti begini, satu, kita akan memperkuat dan mendukung agenda-agenda politik Presiden Prabowo,” tutur Budi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PHK Massal Pabrik Michelin, Industri Ban Nasional Mulai Gembos?

    PHK Massal Pabrik Michelin, Industri Ban Nasional Mulai Gembos?

    Bisnis.com, JAKARTA – Produsen ban Michelin di Indonesia, PT Multistrada Arah Sarana Tbk. (MASA), tengah menjadi sorotan setelah resmi dihapus pencatatannya dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat bersamaan MASA diguncang isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap ratusan karyawannya.

    BEI menyatakan bahwa delisting saham MASA mulai berlaku efektif pada Kamis (30/10/2025) setelah seluruh ketentuan dalam Peraturan Pencatatan No. I-N tentang Delisting dan Relisting terpenuhi. Langkah ini diambil setelah BEI menerima surat permohonan penghapusan pencatatan saham dari perusahaan pada 25 Juli 2024, dengan suspensi perdagangan yang telah diberlakukan sejak 26 Juli 2024.

    “Dengan penghapusan pencatatan ini, status perseroan sebagai emiten di BEI resmi dicabut, dan perseroan tidak lagi memiliki kewajiban sebagai perusahaan tercatat,” tulis manajemen BEI dalam keterangan resminya.

    Meski begitu, BEI membuka kemungkinan bagi Multistrada untuk kembali mencatatkan sahamnya di kemudian hari, sesuai ketentuan yang berlaku.

    Multistrada Arah Sarana, yang berdiri sejak 20 Juni 1988 dengan nama awal PT Oroban Perkasa, sempat melantai di bursa melalui penawaran umum perdana (IPO) pada 22 Desember 2004 dengan kode saham MASA.

    Perusahaan ini berkembang pesat dan dikenal sebagai salah satu produsen ban terbesar di Indonesia. Setelah diakuisisi oleh Compagnie Générale des Etablissements Michelin (Michelin) pada 2020, Multistrada mulai memproduksi ban dengan merek Uniroyal dan BFGoodrich yang dipasarkan di dalam dan luar negeri.

    Namun, di tengah proses restrukturisasi bisnisnya, perusahaan yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat itu kini diterpa isu PHK massal. Berdasarkan informasi dari Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bekasi, perusahaan secara mendadak mengumumkan pengurangan sekitar 280 pekerja yang akan dilakukan secara bertahap dalam waktu dekat.

    Lebih lanjut, Corporate Communication Manager Michelin Indonesia, Monika Rensina, membenarkan bahwa perusahaan melakukan langkah efisiensi, termasuk pengurangan tenaga kerja. Menurutnya, langkah tersebut diambil sebagai bentuk penyesuaian terhadap dinamika pasar dan kebutuhan operasional.

    “Kami memahami bahwa situasi ini tidak mudah, namun keputusan ini diambil setelah pertimbangan matang. Penyesuaian ini merupakan langkah penting untuk menjaga daya saing dan memastikan keberlanjutan jangka panjang organisasi,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (30/10/2025).

    Monika menegaskan, perusahaan tetap berkomitmen memperlakukan setiap individu dengan rasa hormat dan empati selama proses berlangsung. Michelin Indonesia juga memastikan pemberian kompensasi yang layak, pendampingan karier, serta akses terhadap sumber daya untuk membantu karyawan terdampak.

    Di sisi lain, serikat pekerja menilai kebijakan PHK dilakukan secara sepihak dan tidak sesuai dengan perjanjian kerja bersama (PKB) yang berlaku. Ketua PUK SP KEP SPSI PT Multistrada Arah Sarana Tbk., Guntoro, menegaskan bahwa setiap langkah PHK harus melalui proses perundingan terlebih dahulu.

    “PHK harus berdasarkan kesepakatan, bukan dilakukan sepihak. Tidak bisa hari ini dipanggil, lalu hari ini juga diberikan surat PHK,” ujarnya. Ia menambahkan, perusahaan wajib berunding dengan pekerja sebelum mengambil keputusan, sesuai aturan ketenagakerjaan dan kesepakatan PKB yang berlaku.

    Respons Asosiasi Pekerja

    Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, turut menyoroti kasus ini. Ia menyebut penurunan permintaan global terhadap produk ban menjadi penyebab utama pengurangan karyawan di pabrik Michelin Indonesia.

    “Akibat permintaan yang menurun, maka terjadi pengurangan produksi dan karyawan atau PHK,” kata Said.

    Ia menambahkan, pemerintah perlu mengambil langkah untuk meningkatkan daya beli masyarakat, karena penurunan konsumsi domestik turut berdampak pada sektor manufaktur, termasuk otomotif dan komponen kendaraan.

    Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) menilai langkah efisiensi yang diambil Michelin Indonesia tidak terlepas dari tekanan biaya produksi dan tingginya beban gaji karyawan.

    Ketua Umum APBI Aziz Pane mengatakan, situasi industri ban saat ini memang menantang, di tengah melambatnya sektor manufaktur nasional dan daya beli yang menurun.

    “Mungkin karena beban gaji karyawan terlalu tinggi, tetapi kami imbau perusahaan anggota kami agar tetap membuka ruang dialog dengan pekerja untuk mencari opsi terbaik. Misalnya, dirumahkan sementara, lalu dipekerjakan lagi dengan gaji yang negotiable,” ujar Aziz kepada Bisnis.

    Industri Ban Mulai ‘Gembos’?

    Aziz mengakui bahwa industri ban sedang mengalami tekanan akibat melambatnya sektor manufaktur serta daya beli masyarakat yang mengalami penurunan.

    Adapun, Indeks produktivitas manufaktur nasional mengalami perlambatan. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur di level 50,4 pada September 2025 atau turun dari bulan sebelumnya 51,5.

    Namun, menurut Aziz, industri ban relatif lebih resilien di tengah pelemahan pasar. Sebab, komponen ban selalu dibutuhkan oleh setiap pemilik kendaraan, serta memerlukan penggantian secara berkala.

    “Semua manufaktur sedang turun, karena daya beli yang rendah ditambah ketidakpastian geopolitik global. Tetapi industri ban tidak terlalu parah, karena ban itu sudah seperti kebutuhan bagi yang punya kendaraan,” jelasnya.

    Di lain sisi, industri ban juga menghadapi tantangan kelebihan pasokan (oversupply). Pada pertengahan 2025 lalu, APBI sempat menolak investasi baru pabrik ban dari China yang semula direncanakan mencapai US$2 miliar tahun ini. Musababnya, penambahan investasi ban khusus pertambangan dan truk itu dinilai akan memicu oversupply.

    Sebagai gambaran, saat ini Indonesia telah dipenuhi oleh pabrik ban multinasional dari seluruh dunia termasuk tiga pabrik ban baru dari China yang akan memproduksi ban pertambangan dan ban truk atau bus.

    Dalam catatan APBI, pada 2024 industri ban roda 4 atau lebih kapasitas terpasang sebesar 97,6 juta unit, sedangkan yang diproduksi hanya sebesar 68,1 juta unit. Estimasi tahun ini kapasitas meningkat dibandingkan dengan tahun lalu, dengan produksi masih meningkat dibandingkan 2024.

    Sementara itu, kapasitas terpasang ban vulkanisir ban 23 juta unit, dengan produksi 14,7 juta unit. Dia memprediksi pada 2025 kapasitas dan produksinya lebih besar dari 2024.

    Kasus Multistrada mencerminkan tekanan yang tengah dihadapi sektor manufaktur nasional, di tengah menurunnya permintaan global dan kondisi ekonomi domestik yang belum sepenuhnya pulih.

  • EY: Prospek IPO RI positif seiring makroekonomi stabil-likuiditas kuat

    EY: Prospek IPO RI positif seiring makroekonomi stabil-likuiditas kuat

    Kunci sukses emiten Indonesia ke depan adalah kesiapan menghadapi volatilitas dan kemampuan membangun kepercayaan investor

    Jakarta (ANTARA) – Perusahaan jasa profesional multinasional EY memproyeksikan prospek Initial Public Offering (IPO) di Indonesia tetap positif hingga akhir 2025, ditopang oleh kondisi likuiditas yang kuat, kebijakan moneter longgar dan stabilitas makroekonomi.

    Namun demikian, Partner EY-Parthenon Indonesia Reuben Tirtawidjaja mengingatkan untuk tetap mewaspadai ketidakpastian politik dan volatilitas ekonomi di tingkat global.

    “Kunci sukses emiten Indonesia ke depan adalah kesiapan menghadapi volatilitas dan kemampuan membangun kepercayaan investor melalui tata kelola yang solid dan strategi pertumbuhan berkelanjutan,” ujar Reuben sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

    EY menilai fokus pasar modal Indonesia saat ini adalah emiten bernilai tinggi dan berfundamental kuat, sejalan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menekankan kualitas dibandingkan kuantitas aksi IPO​​​​​​​​​​​​​​.

    EY melaporkan jumlah aksi IPO di Indonesia turun 35 persen year on year (yoy) per kuartal III- 2025, namun, total penghimpunan dana justru melonjak hampir tiga kali lipat menjadi 906 juta dolar AS.

    “Selama tahun berjalan 2025, aktivitas IPO di Indonesia didominasi sektor industri, energi, konsumer dan kesehatan. Momentum ini akan berlanjut di kuartal IV, dengan pipeline 13 perusahaan yang siap melantai di bursa,” ujar Reuben.

    Ia mengatakan kinerja IPO Indonesia tahun 2025 didorong oleh sejumlah emiten besar, di antaranya PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) mencatatkan penggalangan dana senilai 283 juta dolar AS, diikuti PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) sebesar 146 juta dolar AS.

    Kemudian, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) sebesar 142 juta dolar AS, dan diikuti PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) sebesar 123 juta dolar AS.

    Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun lalu hanya ada satu IPO dengan nilai di atas 50 juta dolar AS, yaitu PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) yang meraih dana 55 juta dolar AS.

    “Investor kini lebih berhati-hati dalam memilih emiten, menilai tidak hanya potensi keuntungan, namun juga narasi pertumbuhan, tata kelola dan kesiapan menghadapi disrupsi teknologi,” ujar Reuben.

    Dalam pipeline (antrean) IPO, tercatat ada 13 perusahaan, dengan rincian 5 perusahaan dengan aset di atas Rp250 miliar, 6 perusahaan dengan aset Rp50-250 miliar, serta 2 perusahaan beraset di bawah Rp50 miliar.

    Sementara itu, secara global, momentum IPO meningkat 19 persen (yoy) dengan lonjakan nilai mencapai 89 persen (yoy)

    Di Asia Tenggara, Singapura memimpin perolehan dana IPO per kuartal III-2025 dengan nilai 1,5 miliar dolar AS, disusul Indonesia di posisi kedua dengan 478 juta dolar AS.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • OpenAI Bersiap IPO, Incar Valuasi hingga Rp16.580 Triliun

    OpenAI Bersiap IPO, Incar Valuasi hingga Rp16.580 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengembang ChatGPT, OpenAI Inc., dikabarkan tengah mempersiapkan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) yang dapat menempatkan valuasi perusahaan hingga US$1 triliun, menjadikannya salah satu IPO terbesar sepanjang sejarah.

    Berdasarkan keterangan dari sumber-sumber yang dilansir dari Reuters pada Kamis (30/10/2025), OpenAI diperkirakan dapat mengajukan dokumen IPO ke otoritas pasar modal Amerika Serikat pada paruh kedua 2026. 

    Dalam pembicaraan awal, perusahaan mempertimbangkan penggalangan dana mulai dari US$60 miliar, dengan potensi peningkatan tergantung pada kondisi pasar dan pertumbuhan bisnis.

    Meski demikian, rencana tersebut masih bersifat awal dan dapat berubah. Chief Financial Officer (CFO) Sarah Friar disebut telah menyampaikan kepada sejumlah rekan bahwa target pencatatan saham publik bisa terjadi pada 2027, meskipun beberapa penasihat memperkirakan dapat lebih cepat, sekitar akhir 2026.

    “IPO bukan fokus utama kami, sehingga kami belum menetapkan tanggal apa pun. Kami tengah membangun bisnis berkelanjutan dan menjalankan misi agar semua orang mendapat manfaat dari kecerdasan buatan umum (AGI),” ujar juru bicara OpenAI.

    Langkah menuju IPO ini menandai fase baru bagi OpenAI setelah restrukturisasi besar yang mengurangi ketergantungan terhadap Microsoft rampung dilakukan. 

    Pencatatan saham publik dinilai akan membuka peluang pendanaan yang lebih efisien, memperkuat kemampuan akuisisi, dan mendukung rencana CEO Sam Altman untuk menggelontorkan triliunan dolar investasi dalam infrastruktur AI.

    Menurut sumber yang sama, perusahaan dengan valuasi sekitar US$500 miliar itu diperkirakan mencatat pendapatan tahunan (annualized run rate) sekitar US$20 miliar pada akhir tahun ini, meski di sisi lain beban kerugian juga meningkat.

    Dalam siaran langsung pada Selasa (28/10/2025), Altman menyebut bahwa opsi IPO menjadi arah yang paling masuk akal bagi OpenAI.

    “Saya rasa, bisa dikatakan bahwa IPO adalah jalur paling mungkin bagi kami, mengingat kebutuhan modal yang akan datang,” ujarnya.

    Restrukturisasi Besar Jadi Fondasi IPO

    Didirikan pada 2015 sebagai organisasi nirlaba, OpenAI kemudian membentuk struktur baru yang menempatkan entitas nirlaba sebagai pengendali bisnis komersialnya. Tujuannya untuk memastikan pengembangan AI dilakukan secara aman dan tidak semata-mata mengejar keuntungan.

    Dalam restrukturisasi terbaru pekan ini, OpenAI Foundation kini memegang 26% saham di OpenAI Group serta memiliki hak untuk memperoleh tambahan saham jika target tertentu tercapai. Skema ini menjadikan yayasan tersebut pemegang kepentingan penting dalam kesuksesan finansial OpenAI.

    IPO OpenAI berpotensi menjadi kemenangan besar bagi investor besar seperti SoftBank, Thrive Capital, dan MGX (Abu Dhabi). Sementara itu, Microsoft, yang telah menginvestasikan sekitar US$13 miliar, kini menguasai sekitar 27% saham di OpenAI.

    Rencana ini muncul di tengah lonjakan minat pasar terhadap saham berbasis AI. Awal tahun ini, CoreWeave, perusahaan komputasi awan berbasis AI, melantai di bursa dengan valuasi US$23 miliar dan telah naik hampir tiga kali lipat sejak IPO.

    Adapun Nvidia baru saja mencetak sejarah sebagai perusahaan pertama yang mencapai valuasi US$5 triliun, menegaskan posisinya sebagai motor utama euforia AI global.

    The Wall Street Journal sebelumnya melaporkan bahwa IPO OpenAI dapat berlangsung paling cepat pada 2027.

  • ChatGPT Berubah Total, Penciptanya Tidak Dapat Apa-apa

    ChatGPT Berubah Total, Penciptanya Tidak Dapat Apa-apa

    Jakarta, CNBC Indonesia – OpenAI akan menjalani restrukturisasi besar-besaran yang mengubah arah bisnisnya secara fundamental. Langkah ini membuat CEO OpenAI Sam Altman, memiliki kendali lebih luas. Namun menariknya, ia tidak mendapatkan saham sepeser pun dari perusahaan yang baru telah direstrukturisasi.

    Restrukturisasi ini diumumkan oleh OpenAI dan mitranya, Microsoft pada Selasa (28/10). Dalam kesepakatan tersebut, perusahaan di balik chatbot populer ChatGPT itu akan bertransformasi menjadi public benefit corporation (PBC), yakni perusahaan berorientasi sosial namun tetap mengejar keuntungan, dengan pengawasan dari entitas nirlaba OpenAI Foundation.

    Langkah ini menandai berakhirnya akar nirlaba OpenAI dan membuka jalan bagi kemungkinan penawaran umum perdana (IPO) agar bisa menghimpun dana besar untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan infrastruktur pusat data (data center).

    “Penawaran umum perdana kemungkinan besar menjadi langkah selanjutnya mengingat besarnya dana yang dibutuhkan untuk melatih dan membangun sistem AI seperti ChatGPT,” kata Sam Altman dalam siaran langsung, dikutip dari Reuters, Rabu (29/10/2025).

    Altman bersama Kepala Ilmuwan Jakub Pachocki juga mengumumkan perubahan arah bisnis OpenAI yang kini akan bertransformasi dari perusahaan pembuat produk menjadi platform teknologi.

    Platform ini akan memungkinkan pengembang dan perusahaan lain membangun alat, layanan, dan bisnis baru di atas teknologi OpenAI.

    “Kami kini dapat memanfaatkan teknologi dan basis pengguna yang kami miliki untuk mendorong dunia membangun perusahaan dan layanan baru di atasnya,” ujarnya.

    Meski kini memiliki kendali besar, Altman tidak akan menerima saham di perusahaan hasil restrukturisasi, berbeda dengan rencana awal yang sempat memberinya kepemilikan. Juru bicara OpenAI menyebutkan, gaji Altman tetap sebesar US$76.000 per tahun tanpa perubahan.

    Altman juga mengungkapkan bahwa OpenAI memiliki komitmen finansial hingga US$1,4 triliun untuk membangun sekitar 30 gigawatt infrastruktur pusat data dalam beberapa tahun ke depan.

    Ia menambahkan, OpenAI menargetkan mampu membangun satu gigawatt pusat data baru setiap minggu, dengan biaya per gigawatt saat ini mencapai US$50 miliar, namun diharapkan bisa ditekan menjadi US$20 miliar.

    Dalam struktur baru ini, Microsoft tetap menjadi mitra utama OpenAI dengan kepemilikan saham sebesar 27%. Namun, raksasa teknologi asal Redmond, AS, itu tidak lagi memiliki hak eksklusif sebagai penyedia komputasi utama atau cloud provider bagi OpenAI.

    Kerja sama keduanya masih akan berlanjut hingga 2032, termasuk dalam kontrak komputasi awan berskala besar. OpenAI juga akan berbagi sekitar 20% pendapatan dengan Microsoft selama beberapa tahun ke depan.

    Microsoft disebut telah menginvestasikan US$13,8 miliar di OpenAI dan kini memegang nilai saham sekitar US$135 miliar, atau hampir 10 kali lipat dari nilai investasinya. Saham Microsoft bahkan naik 2% usai pengumuman ini, mengangkat kapitalisasi pasarnya kembali ke atas US$4 triliun.

    Kesepakatan baru ini juga mengakhiri berbagai pembatasan pendanaan yang selama ini menghambat OpenAI sejak kerja sama keduanya dimulai pada 2019.

    Setelah ChatGPT meledak di dunia sekitar tiga tahun lalu, kebutuhan komputasi yang melonjak membuat OpenAI sulit mencari sumber daya tambahan di luar Microsoft, yang sempat menimbulkan ketegangan di antara kedua pihak.

    Restrukturisasi ini dimulai setelah Altman sempat didepak sementara dari jabatannya pada akhir 2023, peristiwa yang menyoroti rumitnya struktur nirlaba OpenAI yang membatasi kekuatan investor, termasuk Microsoft.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BEI target transaksi harian Rp14,5 T dan 50 IPO baru di 2026

    BEI target transaksi harian Rp14,5 T dan 50 IPO baru di 2026

    Jakarta (ANTARA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) dapat mencapai Rp14,5 triliun pada 2026, atau meningkat dibandingkan target RNTH sebesar Rp13,25 triliun dalam revisi Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2025.

    Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan target RNTH tahun 2026 tersebut ditetapkan secara konservatif, mengingat realisasi RNTH telah mencapai Rp16,46 triliun per 24 Oktober 2025.

    “Dari hasil forecast modeling, kita melihat bahwa peningkatan signifikan transaksi harian (tahun 2025) baru terjadi tiga bulan terakhir. Jadi, kita masih melihat perlu sustainability atas rata-rata transaksi yang tiga bulan terakhir,” ujar Iman dalam Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEI Tahun 2025, di Jakarta, Rabu

    Ia melanjutkan, penetapan target RNTH tahun 2026 juga berkaca dari tren penurunan inflasi maupun tingkat suku bunga di tingkat global, serta kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintahan baru.

    “Yang kita lihat bahwa BI (Bank Indonesia) mempertahankan suku bunga dan The Fed target di meeting terakhir akan menurunkan suku bunga,” ujar Iman.

    Sementara itu, untuk aksi Initial Public Offering (IPO), BEI menargetkan ada sebanyak 50 perusahaan dapat menggelar IPO pada tahun 2026.

    BEI telah melakukan revisi target IPO menjadi sebanyak 45 perusahaan sepanjang tahun 2025, dari target sebelumnya sebanyak 66 perusahaan.

    “Target tahun ini kita 45 (IPO), tahun depan kita targetnya 50 IPO saham,” ujar Iman.

    Lebih lanjut, BEI menargetkan penambahan sebanyak 2 juta investor baru pada 2026, atau sama dengan target pada tahun sebelumnya.

    Per 24 Oktober 2024, telah terdapat lebih dari 4,2 juta investor baru atau tumbuh 28 persen year to date (ytd) dibandingkan akhir tahun 2024, yang menjadikan jumlah investor di pasar modal Indonesia saat ini mencapai 19,1 juta investor.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Terealisasi 23, BEI pangkas target IPO jadi 45 perusahaan pada 2025

    Terealisasi 23, BEI pangkas target IPO jadi 45 perusahaan pada 2025

    Target tahun ini kita 45 (IPO), tahun depan kita targetnya 50 IPO saham

    Jakarta (ANTARA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan revisi terhadap target Initial Public Offering (IPO) menjadi sebanyak 45 perusahaan sepanjang tahun 2025, dari target sebelumnya sebanyak 66 perusahaan.

    Revisi itu berkaitan dengan baru adanya sebanyak 23 perusahaan yang menggelar IPO di pasar modal Indonesia per 29 Oktober 2025, dengan sebanyak 13 perusahaan masih berada dalam pipeline (antrean) menggelar IPO.

    “Target tahun ini kita 45 (IPO), tahun depan kita targetnya 50 IPO saham,” ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEI Tahun 2025 di Jakarta, Rabu.

    Namun demikian, Iman mengatakan bahwa BEI berfokus terhadap kualitas atau tidak hanya mengejar kuantitas perusahaan untuk menggelar IPO

    Fokus itu tercermin dari sebanyak lima perusahaan merupakan lighthouse IPO dari sebanyak 23 perusahaan IPO, yaitu IPO dengan kriteria kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun serta free float sebesar 15 persen atau nilai kapitalisasi pasar free float lebih dari Rp700 miliar.

    Sementara itu, sebanyak 13 perusahaan dalam antrean IPO terdiri dari dua perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp50 miliar, dan sebanyak enam perusahaan aset skala menengah antara Rp50 miliar sampai Rp250 miliar, serta lima perusahaan aset skala besar di atas Rp250 miliar.

    Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna memproyeksikan mayoritas perusahaan yang berada dalam pipeline akan melaksanakan IPO pada tahun 2025

    Hal itu tercermin dari hanya dua perusahaan di dalam pipeline yang menggunakan laporan keuangan per Juli 2025, sementara sisanya menggunakan laporan keuangan di semester I- 2025.

    “Dengan catatan tidak terdapat concern terkait penawaran umum dan pencatatan oleh OJK dan BEI mempertimbangkan perusahaan-perusahaan tersebut masih dalam review evaluator BEI dan OJK,” ujar Nyoman.

    Ia memastikan BEI senantiasa melakukan evaluasi pencatatan perusahaan tidak hanya dari sisi pemenuhan persyaratan pencatatan namun juga dari sisi kinerja perusahaan secara komprehensif untuk memastikan perusahaan yang tercatat memiliki kualitas yang baik.

    “Kami berharap perusahaan-perusahaan yang saat ini berada di pipeline pencatatan saham dapat memenuhi hal tersebut sehingga dapat memenuhi ekspektasi para pemangku kepentingan dan meramaikan pencatatan perdana saham pada sisa akhir tahun 2025 ini,” ujar Nyoman.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Microsoft Turun Tangan Bawa OpenAI IPO

    Microsoft Turun Tangan Bawa OpenAI IPO

    Jakarta

    Microsoft (MSFT.O), menyepakati langkah restrukturisasi untuk OpenAI. Langkah ini akan mengirimkan OpenAI, pembuat ChatGPT tersebut mendapatkan modal untuk go public atau Initial Public Offering (IPO).

    Dengan begitu, rencana ambisius CEO OpenAI Sam Altman untuk terus mengembangkan pusat data dan teknologi mutakhir bisa terwujud.

    Dalam siaran langsung, Altman mengatakan IPO adalah jalan yang paling memungkinkan bagi masa depan perusahaannya, mengingat besarnya dana yang dibutuhkan untuk melatih dan membangun sistem AI seperti yang mendukung ChatGPT.

    Rencana lain untuk memperbesar OpenAI, Altman yakni mengubah dari perusahaan produk menjadi platform.

    “Kita sekarang dapat memanfaatkan teknologi, basis pengguna, dan kerangka kerja yang telah kita bangun ini, dan mengajak seluruh dunia untuk membangun perusahaan, layanan, dan aplikasi baru yang luar biasa,” ujar Altman dikutip dari Reuters, Rabu (29/10/2025).

    Restrukturisasi ini merupakan salah satu dari sekian banyak inisiatif yang sedang berjalan di OpenAI. Langkah ini juga telah menggembirakan para investor dan mitra bisnis OpenAI, termasuk CEO Nvidia, Jensen Huang,

    Dalam kesempatan berbeda, saat ditanya tentang berita tersebut ia menyambut baik dan berencana melakukan investasi yang lebih besar lagi. Ia pun mengaku tidak terkejut jika OpenAI akan go public.

    “Saya berharap dulu kita berinvestasi lebih banyak. Jika Anda memberi tahu saya bahwa OpenAI akan go public tahun depan, saya tidak terkejut, dan dalam banyak hal, saya pikir ini bisa menjadi salah satu penawaran umum tersukses dalam sejarah,” ucapnya.

    Tonton juga Video: OpenAI Rilis ChatGPT Atlas, Saingan Chrome & Perplexity

    (ada/kil)

  • SoftBank Suntik Dana ke Perusahaan Induk ChatGPT

    SoftBank Suntik Dana ke Perusahaan Induk ChatGPT

    Jakarta

    Grup konglomerasi besar Jepang, SoftBank dikabarkan telah menyetujui penambahan investasi ke OpenAI, perusahaan induk ChatGPT.

    Dilansir dari Reuters, Minggu (26/10/2025), SoftBank telah menyetujui penyuntikan dana tambahan sebesar US$ 22,5 miliar atau sekitar Rp 373,5 triliun (kurs Rp 16.600) untuk melengkapi investasi tambahan US$ 30 miliar hingga akhir tahun.

    Ini merupakan tambahan investasi yang sebelumnya sudah disuntikan SoftBank di awal tahun, dengan komitmen total US$ 40 miliar di tahun 2025. Kabar tersebut beredar dari laporan khusus situs web berita teknologi, Information pada hari Sabtu kemarin.

    Dewan direksi grup investasi Jepang tersebut telah menyetujui dana tersebut asalkan startup kecerdasan buatan tersebut menyelesaikan restrukturisasi perusahaan yang akan membuka jalan bagi penawaran umum saham perdana (IPO).

    Sampai saat ini, SoftBank dan OpenAI belum memberikan klarifikasi soal kabar tersebut. SoftBank sebelumnya telah setuju untuk mendanai OpenAI dengan US$ 40 miliar selama 2025. Per April sudah masuk dana US$ 10 miliar, dan SoftBank berjanji akan menambah US$ 30 miliar hingga akhir tahun ini.

    Namun suntikan dana tersebut ada syaratnya, OpenAI harus beralih ke struktur nirlaba pada akhir tahun. Jika, restrukturisasi OpenAI gagal, jumlah investasi akan turun menjadi US$ 20 miliar saja.

    (hal/kil)